Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR KLIMATOLOGI

Acara Praktikum
Analisis Pengaruh Curah Hujan, Suhu, Kelembaban, dan Kecepatan Angin
Di Kecamatan Gondokusuman

Nama : Muhammad Fiqi


Nim : 2305063
Kelas : Reguler C

PENGELOLAAN PERKEBUNAN D IV
POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Prediksi cuaca merupakan salah satu tugas operasional yang penting
dan yang harus dilakukan oleh layanan meteorologi di seluruh dunia. Ini
adalah prosedur yang rumit dan mencakup berbagai bidang khusus. Di antara
semua kejadian cuaca, curah hujan memainkan peran yang paling penting
dalam kehidupan manusia. Hujan merupakan titik-titik di udara yang
mengalami kondensasi atau pemadatan kemudian akan jatuh kembali ke bumi
atau yang disebut presipitasi (Icha, 2001). Sedangkan curah hujan merupakan
pendekatan untuk mengetahui banyaknya hujan yang turun di permukaan
bumi dalam satuan waktu. Berbagai upaya terus dilakukan guna mendapatkan
informasi curah hujan yang lebih baik dan akurat.Para ahli peneliti dibidang
meteorologi berusaha untuk mengembangkan metode-metode prakiraan curah
hujan.Berdasar pada ilmu alam khususnya ilmu cuaca (Meteorologi) para
peneliti meluruskan kriteria-kriteria cuaca yang digunakan dalam prakiraan
curah hujan. Parameter yang dijadikan acuan antara lain seperti suhu,
kelembapan, tekanan udara dan kecepatan angin.

Di wilayah tropis, curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang paling
tinggi keragamannya. Karakteristik curah hujan di berbagai daerah tentunya
tidak sama. Kondisi ini diakibatkan oleh beberapa faktor, yakni letak daerah,
keadaan muka bumi daerah, adanya gunung dan lembah di suatu daerah,
bahkan struktur dan orientasi kepulauan. Akibatnya pola sebaran curah hujan
cenderung tidak merata antara daerah yang satu dengan daerah yang lain
dalam ruang lingkup yang luas (Yunus, 2011). Curah hujan merupakan unsur
terpenting dalam kehidupan manusia yang memiliki keterkaitan dengan
unsurunsur cuaca lainnya seperti suhu, kelembaban, kecepatan angin, arah
angin.
B. Tujuan
1. Melatih mahasiswa untuk mengolah dan menganalisis data meterologi
pertanian serta menyajikan dalam bentuk siap pakai.
2. Mempelajari hubungan timbal balik diantara anasir-anasir iklim.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.SUHU
Suhu adalah derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu
dengan menggunakan termometer. Satuan suhu yang biasa digunakan adalah
derajat celcius (0C), sedangkan di Inggris dan beberapa negara lainnya
dinyatakan dalam derajat fahrenheit (0F). Di daerah tropis, manusia akan
merasa relatif nyaman jika berada pada suhu sekitar 27-280C. Suhu udara
yang cukup panas pada suatu area selain karena radiasi matahari yang tinggi
yaitu rata-rata 50%, juga karena pantulan dari perkerasan jalan, bangunan
maupun pantulan perkerasan lainnya yang ada pada tapak (Laurie, 1986).

Menurut Handoko (1995), suhu udara sangat erat berhubungan dengan


radiasi matahari. Pada siang hari radiasi terlebih dahulu akan memanaskan
tajuk bagian atas kemudian makin ke bawah dan akhirnya lantai hutan. Pada
malam hari pendinginan dimulai dari tajuk bagian atas dan akhirnya lantai
hutan sehingga suhu udara terendah terdapat pada tajuk bagian atas dimana
panas yang hilang relatif lebih besar daripada bagian hutan lainnya. Oleh
sebab itu, tajuk hutan bagian atas merupakan suatu permukaan radiasi yang
aktif. Salah satu faktor yang memengaruhi nilai suhu udara adalah besarnya
penerimaan radiasi.

Radiasi yang diterima relatif rendah di awal dan di akhir tahun, sementara
pada bulan Agustus hingga September nilai radiasi relatif tinggi dengan rata-
rata diatas 115.7 W/m2/hari. Radiasi yang masuk ke permukaan bumi
beberapa diantaranya terserap oleh uap air dan gas CO2. Energi radiasi yang
terserap oleh gas-gas tersebut akan kembali dipancarkan ke bumi yang
diiringi dengan peningkatan suhu udara (Handoko, 1993).
2.Curah Hujan

Di wilayah tropis, curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang paling
tinggi keragamannya. Karakteristik curah hujan di berbagai daerah tentunya
tidak sama. Kondisi ini diakibatkan oleh beberapa faktor, yakni letak daerah,
keadaan muka bumi daerah, adanya gunung dan lembah di suatu daerah, bahkan
struktur dan orientasi kepulauan. Akibatnya pola sebaran curah hujan cenderung
tidak merata antara daerah yang satu dengan daerah yang lain dalam ruang
lingkup yang luas (Yunus, 2011). Curah hujan merupakan unsur terpenting
dalam kehidupan manusia yang memiliki keterkaitan dengan unsur-unsur cuaca
lainnya seperti suhu, kelembaban, kecepatan angin, arah angin.

Curah hujan adalah banyaknya air yang jatuh ke permukaan bumi pada suatu
daerah dalam waktu tertentu. Derajat curah hujan dinyatakan dengan jumlah
curah hujan dalam satuan waktu. Biasanya satuan yang digunakan yaitu mm.
Curah hujan normalnya berkisar 150 milimeter per bulan. (Sa’adah, 2011)

Curah hujan yang tinggi menyebabkan air meluap di beberapa sungai,


sehingga dapat menyebabkan potensi kebencanaan di Sleman meningkat.
Wilayah di Kabupaten Sleman sendiri masih banyak terdapat daerah tadah
hujan (sawah), sehingga penduduk di Kabupaten Sleman masih banyak yang
bertani. Dimana pertanian merupakan salah satu sumber perekonomian
masyarakat. Menurut (Muiz, 2009) secara umum kondisi curah hujan
mempengaruhi terhadap kondisi pertanian. Pengetahuan hubungan antara
curah hujan dengan faktor yang mempengaruhinya menjadi hal penting. Jika
hubungan itu dapat diketahui, maka langkah-langkah yang diambil dapat
lebih terarah.

Curah hujan sangat bervariasi berdasarkan tempat dan waktu, selain itu
intensitas dan volumenya dapat mengalami perubahan dengan cepat.
Distribusi hujan yang terjadi pada suatu wilayah dapat mengalami
peningkatan dan penurunan dalam rentang waktu tertentu. Beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi penyebaran dan keragamannya antara lain seperti
letak geografi, topografi dan aliran udara atas (Hilario et al., 2009).
3.Kelembaban
Kelembaban adalah banyaknya kadar uap air yang ada di udara. Kelembaban
udara dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi,
maupun defesit tekanan uap air. Angka kelembaban relatif berkisar antara 0-
100%, dimana 0% artinya udara kering, sedangkan 100% artinya udara jenuh
dengan uap air, dimana akan terjadi titik-titik air. Keadaan kelembaban yang
tertinggi ada di khatulistiwa, sedangkan yang terendah pada lintang 400C,
yang curah hujannya relatif kecil (Prawirowardoyo, 1996).

Kelembapan juga mempengaruhi cuaca dan kondisi iklim setempat.


Kelembapan yang tinggi dapat membuat udara terasa lembap dan
meningkatkan kemungkinan terjadinya hujan. Hal ini dapat menyebabkan
banjir, erosi tanah, dan kerusakan infrastruktur. Di sisi lain, kelembapan yang
rendah dapat menyebabkan kekeringan, yang dapat menyebabkan kebakaran
hutan dan kekeringan.ca yang dipengaruhi oleh kelembapan dapat
mempengaruhi kehidupan sehari-hari warga, termasuk aktivitas pertanian,
transportasi, dan kesehatan. Kelembapan sangat penting dalam pertanian.
Tanaman membutuhkan kelembapan yang tepat agar dapat tumbuh dengan
baik. Kelembapan yang rendah dapat menyebabkan kekeringan tanaman dan
gagal panen. Sebaliknya, kelembapan yang tinggi dapat menyebabkan
penyakit tanaman dan tumbuhnya jamur.Oleh karena itu, pemantauan
kelembapan sangat penting bagi petani untuk mengatur irigasi dan menjaga
kesehatan tanaman.

Selain itu, pola angin juga mempengaruhi distribusi kelembapan di suatu


wilayah. Angin memindahkan uap air dari daerah basah ke daerah kering,
sehingga dapat mempengaruhi kelembapan secara keseluruhan.
Mempertimbangkan pola angin memungkinkan analisis kelembapan yang
lebih komprehensif. Dengan menggabungkan data curah hujan, evaporasi,
dan pola angin, analisis kelembaban regional dapat memberikan pemahaman
yang lebih mendalam mengenai karakteristik iklim dan lingkungan regional.
Ini berguna dalam berbagai bidang, mulai dari perencanaan pertanian hingga
pencegahan bencana.
4.Kecepatan Angin
Udara yang bergerak akan semakin kencang bila perbedaan tekanan daerah tersebut
semakin besar. Contohnya angin yang memanaskan pada daerah permukaan bumi
dekat ekuator lebih besar daripada kutub utara dan kutub selatan. Hal ini
menyebabkan udara hangat di daerah tropis naik dan mengalir melalui atmosfer
kekutub dan udara dingin dari kutub mengalir kembali ke ekuator di dekat
permukaan bumi. Sedangkan angin local disebabkan dua mekanisme yaitu
perbedaan panas antar daratan dan air, dan yang kedua yaitu bukit dan lembah. Pada
dasarnya angin bertiup di semua daerah di permukaan bumi. Artinya, di mana angin
bertiup, tempat tersebut mempunyai potensi untuk memanfaatkan energi angin.
Namun, untuk mendapatkan angin dengan kecepatan tinggi perlu dilakukan analisis
terlebih dahulu. Secara umum daerah datar lebih menguntungkan dibandingkan
daerah bertopografi beragam. Beberapa contoh daerah yang memiliki kecepatan
angin yang cukup tinggi antara lain seperti daerah pantai, lepas pantai, padang pasir,
padang rumput dan lain-lain. Namun terdapat juga tempat-tempat yang bisa
meningkatkan kecepatan angin seperti di puncak bukit, atau di celah antara
pegunungan juga di tepi pantai. (Rizkian, 2009)

Menganalisis pengaruh kecepatan angin regional memberikan wawasan


tentang bagaimana kecepatan angin mempengaruhi berbagai aspek kehidupan
dan lingkungan. Kecepatan angin yang tinggi dapat mengeringkan kondisi
cuaca dan meningkatkan potensi energi terbarukan, sedangkan kecepatan
angin yang rendah dapat mempengaruhi kesejahteraan dan keselamatan
perencanaan rute. Metode windrose sering digunakan ketika melakukan
analisis kecepatan angin. Metode ini memungkinkan Anda mengekspresikan
arah angin dan kecepatan angin secara visual dengan cara yang mudah
dipahami. Windrose juga dapat digunakan untuk menganalisis variasi arah
dan kecepatan angin di dekat permukaan, sehingga menambah pengetahuan
para pengamat cuaca di lapangan, khususnya di bandara. Menganalisis
pengaruh kecepatan angin pada suatu wilayah memberikan pemahaman yang
lebih mendalam tentang bagaimana kecepatan angin mempengaruhi berbagai
aspek kehidupan dan lingkungan. Hasil analisis ini berguna dalam berbagai
bidang, mulai dari perencanaan pengembangan energi terbarukan hingga
kesiapsiagaan bencana. Selain itu, penting untuk memahami konteks lokal
dan faktor geografis agar dapat menafsirkan hasil analisis dengan tepat.
BAB III
METODOLOGI

1. Tempat dan Waktu

Praktikum klasifikasi iklim ini dilaksanakan di laboratorium BTU lantai


3 gedung Timur Politeknik LPP Yogyakarta pada hari Rabu, tanggal 06
Desember 2023 pukul 07.30 – 09.10 .

2. Langkah Kerja

Dalam menentukan analisis iklim mahasiswa wajib pandai dalam


menggunakan aplikasi yang disediakan oleh BMKG (Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika), yaitu dengan nama INFO BMKG yang dimana
terdapat beberapa langkah dan metode yang digunakan. Berikut adalah cara
kerja dalam menentukan analisis iklim di aplikasi INFO BMKG:Yang
pertama kita harus Mengumpulkan Data BMKG. Dengan mengumpulkan
data iklim dari berbagai sumber seperti stasiun cuaca, satelit, dan model
iklimyang kita teliti . Data ini mencakup parameter iklim seperti suhu udara,
curah hujan, kelembaban udara, dan Kecepatan angin. Kedua kita melakukan
Pemrosesan Data dimana Data iklim yang dikumpulkan kemudian diproses
menggunakan metode statistik dan teknik analisis lainnya. Pemrosesan data
ini bertujuan untuk mengidentifikasi tren iklim, pola cuaca, dan variabilitas
iklim dalam jangka waktu tertentu.Ketiga kita harus menganalisis serta
interpretasi dan Setelah data diproses, analisis iklim dilakukan untuk
mengidentifikasi perubahan iklim yang signifikan, seperti peningkatan suhu
rata-rata atau perubahan pola curah hujan. Analisis ini juga melibatkan
interpretasi data untuk memahami dampak perubahan iklim terhadap
lingkungan dan kehidupan manusia. Yang terakhir kita harus
memvisualisasikan Data yang kita dapat dengan hasil analisis iklim kemudian
disajikan dalam bentuk grafik, peta, atau diagram untuk memudahkan
pemahaman dan visualisasi pola iklim. Visualisasi ini dapat membantu
pengguna aplikasi BMKG dalam memahami informasi iklim dengan lebih
baik.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
BAB V
PEMBAHASAN
BAB VI
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Icha. 2011. Curah hujan, pengertian hujan, dan jenis-jenis hujan. JURNAL
MIPA UNSRAT ONLINE. vol 6 (2) hal 19-23.

Handoko. 1993. Klimatologi Dasar. Bogor (ID): Pustaka Jaya.

Handoko.1995. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya: Bogor.

Laurie, M. 1986. Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan (terjemahan).


Intermata. Bandung. 130 hal.

Yunus, S. (2011). Pemanfaatan Suhu Udara dan Kelembaban Udara dalam


Persamaan Regresi untuk Simulasi Prediksi Total Hujan Bulanan di Bandar
Lampung. Jurnal Meteorologi dan Geofisika.

Sa’adah, F. Z. (2011). Analisis Regresi Dummy Variable Model Probit.


Skripsi.

Muiz, K. (2009). Analisis Pengaruh SOI Terhadap Kondisi Curah Hujan di


Wilayah Yogyakarta.Skripsi

Hilario, F.dkk. 2009. Osilasi Selatan El Niño di Filipina: Dampak, Prakiraan,


dan Manajemen Risiko. Jurnal Pembangunan Filipina.Vol. 36. No. 1. Hal. 9-
34.

Prawirowardoyo,S. 1996. Meterologi. ITB: Bandung.

Rizkian, 2009, Studi Pembangkit Listrik Tenaga Angin Laut Untuk


Memenuhi Kebutuhan Penerangan Jalan Suramadu, skripsi teknik system
perkapalan, FTK-ITS, Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai