Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KLIMATOLOGI

ACARA PENGUKURAN RADIASI MATAHARI


ACARA PENGUKURAN SUHU
ACARA PENGUKURAN KELEMBABAN
ACARA EVAPORASI
ACARA CURAH HUJAN
ACARA PENGUKURAN TEKANAN UDARA

Kelompok 3/ Kelas B:
1. Brian Pamungkas (2005064)
2. Frimansyah (2005065)
3. Gunawan Petrus Simanjuntak (2005066)
4. Jeremia Sidabutar (2005067)
5. Khairul Anwar (2005068)
6. Mhd. Tri Kusmedi (2005069)
7. Mhd. Maulideny Pramana Hasibuan (2005070)
8. Moh Sururi (2005071)
9. Mohd. Yusuf Qardawi (2005072)

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN DIV


POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA
2021
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Klimatologi atau ilmu iklim adalah ilmu mengenai iklim, secara ilmiah
didefinisikan sebagai kondisi cuaca yang dirata-ratakan selama periode waktu
yang Panjang. Bidang studi ini dikategorikan sebagai cabang dari sains
atmosfer dan sub bidang geografi fisik, yang merupakan salah satu dari sains
bumi. Ilmu klimatologi mirip dengan meteorologi, tapi berbeda dalam
kajiannya, meteorologi lebih mengkaji proses di atmosfer sedangkan
klimatologi pada hasil akhir dari proses-proses atmosfer.

B. Tujuan
1. Mahasiswa diharapkan mampu mengoperasikan peralatan pengukur
radiasi matahari, menghimpun data dan mengimplementasikan dengan
baik dan benar.
2. Mahasiswa diharapkan mampu mengoperasikan peralatan pengukur
suhu, menghimpun data dan mengimplementasikan dengan baik dan
benar.
3. Mahasiswa diharapkan mampu mengoperasikan peralatan pengukur
kelembaban, menghimpun data dan mengimplementasikan dengan baik
dan benar.
4. Mahasiswa diharapkan mampu mengoperasikan peralatan pengukur
penguapan, menghimpun data dan mengimplementasikan dengan baik
dan benar.
5. Mahasiswa diharapkan mampu mengoperasikan peralatan pengukur
curah hujan, menghimpun data dan mengimplementasikan dengan baik
dan benar.
6. Mahasiswa diharapkan mampu mengoperasikan peralatan pengukur
kecepatan angin, menghimpun data dan mengimplementasikan dengan
baik dan benar.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Acara Pengukuran Radiasi Matahari

Menurut Duffie (2006) bahwa matahari memiliki diameter sebesar


1,39 × 109 m dan jarak rata-rata matahari dari permukaan bumi adalah 1,5
× 1011 m. Bumi mengelilingi matahari dengan lintasan berbentuk elips
dengan matahari berada pada salah satu pusatnya. Karena lintasan bumi
terhadap matahari berbentuk elips maka jarak antara bumi dan matahari
adalah tidak konstan. Secara tidak langsung hal tersebut dapat
memengaruhi radiasi matahari pada beberapa wilayah di muka bumi.
Radiasi matahari merupakan salah satu parameter yang penting
dalam pengukuran kenaikan pengaruh aktivitas manusia terhadap atmosfer
dikarenakan semakin tinggi potensi pemanasan global. Radiasi matahari
dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu radiasi gelombang pendek dan
radiasi gelombang panjang (Sashiomarda, 2016).
Menurut Sugiharyanto (2007) radiasi matahari adalah salah satu
penyebab utama semua ciri umum dari cuaca yang berada pada suatu
daerah dan radiasi matahari sangat berpengaruh terhadap kehidupan
manusia dimana salah satu kekuatan efektifnya ditentukan oleh energi
radiasi matahari. Selain itu besarnya intensitas radiasi di permukaan bumi
tergantung dari posisi lintang lokasi, ketebalan awan, topografi dan musim
[ CITATION Tul15 \l 1033 ].
Atmosfer bersifat selektif terhadap panjang gelombang, sehingga
mempengaruhi energi radiasi elektromagnetik yang sampai ke pemukaan
bumi. Radiasi gelombang elektromagnetik akan mengalami hambatan,
disebabkan oleh partikel-partikel yang ada di atmosfer. Proses
penghambatannya terjadi dalam bentuk serapan, pantulan, dan hamburan
[ CITATION Mai15 \l 1033 ].
Radiasi matahari yang sampai ke atmosfer adalah 100%, kemudian
dipantulkan oleh benda-benda yang ada di atmosfer 37%, diserap oleh
atmosfer 20%, dan yang mencapai permukaan bumi adalah 43%,
Intensitas radiasi matahari terbesar terjadi di daerah tropis (23 LU- 23 LS)
dan semakin ems ke arah kutub semakin kecil. Hal ini dipengaruhi oleh
sudut datang sinar matahari. Lama radiasi matahari di daerah tropis t12
jam di siang hari setiap hari. Sedang di daerah kutub, akan mendapatkan
radiasi matahari selama 6 bulan [ CITATION Sug07 \l 1033 ].
B. Acara Pengukuran Suhu

Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu


benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah
termometer[ CITATION Sem20 \l 1033 ].
Perubahan suhu selama penyimpanan dapat diukur dengan
menggunakan termometer, pengukuran suhu dilakukan dengan
menggunakan termometer bola basah dan termometer bola kering. Tinggi
rendahnya perubahan suhu yang terjadi pada siang hari juga dipengaruhi
oleh intensitas matahari [ CITATION PUR13 \l 1033 ].
Peningkatan suhu udara merupakan dampak dari pemanasan global
serta berkurangnya vegetasi. Pada kawasan perkotaan, peningkatan suhu
udara secara signifikan dapat memunculkan fenomena urban heat island
yang dalam jangka panjang mampu mengubah iklim mikro[ CITATION
Moh19 \l 1033 ].
Pada daerah dimana sinar matahari jatuh tegak lurus atau langsung,
maka banyaknya panas yang diterima akan lebih banyak jika dibandingkan
dengan daerah dimana sinar matahari datang dengan membentuk sudut
kemiringan atau tidak langsung. Dengan demikian daerah ekuator
mempunyai suhu yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan daerah sub
tropis dan daerah kutub, lagi pula temperatur udara akan lebih tinggi pada
musim panas dari pada musim dingin[ CITATION Ari19 \l 1033 ].
Suhu tanah merupakan suatu konsep yang bersifat luas, karena
dapat digunakan untuk menggolongkan sifat-sifat panas dari suatu sistem.
Selain itu, suhu tanah merupakan faktor penting dalam menentukan
proses-proses fisika yang terjadi di dalam tanah, serta pertukaran energi
dan massa dengan atmosfer, termasuk proses evaporasi dan aerasi. Suhu
tanah juga mempengaruhi proses biologi seperti perkecambahan biji,
pertumbuhan benih dan perkembangannya, perkembangan akar, maupun
aktivitas mikrobia di dalam tanah. Suhu tanah sangat bervariasi, sejalan
dengan perubahan proses pertukaran energi matahari, terutama melalui
permukaan tanah. Fenomena ini berlaku di dalam penampang tanah
melalui serangkaian proses yang kompleks (Budhyastoro et al, 2016).

C. Acara Pengukuran Kelembaban

Udara memenuhi ruang di setiap sudut yang ada di Bumi. Udara


tidak terlihat, tidak berbau dan tidak berasa karena udara sendiri
merupakan benda gas. Namun udara yang tidak sehat atau tidak bersih
terkadang kita ketahui dari ciri tertentu, seperti ada bau yang bisa kita
cium. Selain itu terkadang udara bisa kita rasakan yakni tingkat dingin atau
panasnya. Udara yang dingin biasanya memiliki tingkat kelembaban yang
lebih rendah daripada udara yang panas [ CITATION Red18 \l 1033 ].
Sebaliknya, udara yang panas biasanya memiliki tingkat
kelembapan yang lebih rendah daripada yang dingin. Bisa dibedakan
melalui tempat juga. Daerah di pegunungan memiliki udara dengan tingkat
kelembaban yang lebih tinggi daripada di daerah perkotaan
Kelembaban merupakan suatu tingkat keadaan lingkungan udara
basah yang disebabkan oleh adanya uap air. Tingkat kejenuhan sangat
dipengaruhi oleh temperatur. Jika tekanan uap parsial sama dengan
tekanan uap air yang jenuh maka akan terjadi pemadatan. Secara
matematis kelembaban relatif (RH) didefinisikan sebagai persentase
perbandingan antara tekanan uap air parsial dengan tekanan uap air jenuh
[ CITATION PUR13 \l 1033 ]. Kelembaban dapat diartikan dalam beberapa
cara. Relative Humidity secara umum mampu mewakili pengertian
kelembaban. Untuk mengerti Relative Humidity pertama harus diketahui
Absolut Humidity. Absolut Humidity merupakan jumlah uap air pada
volume udara tertentu yang dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan
(Indrawati, 2019).
Kelembaban udara dinyatakan dalam satuan persen (Lakitan, B.
1997) Kelembaban udara juga dapat diketahui dari Psychometric chart
atau Psychometric calculate dengan menggunakan data suhu bola basah
dan suhu bola kering.
D. Acara Evaporasi

Evaporasi adalah proses yang terjadi apabila jumlah molekul yang


keluar dari permukaan lebih besar daripada jumlah yang kembali ke
permukaan air (Ebta Setiawan, 2012).
Evaluasi perbandingan, analisis korelasi dan regresi antara
evaporasi panci dengan parameter cuaca dilakukan pada interval waktu
harian, dasarian dan bulanan untuk mempelajari ketergantungan evaporasi
panci terhadap parameter cuaca dan untuk menduga evaporasi panci
menggunakan parameter cuaca di stasiun Darmaga Bogor, Semarang dan
Karangploso. Variasi lima faktor utama yang mengendalikan proses
evaporasi antara lain radiasi matahari (lama penyinaran), defisit tekanan
uap air, kelembaban relatif, kecepatan angin dan suhu udara telah
dibandingkan dengan variasi evaporasi panci pada interval waktu harian,
dasarian dan bulanan. Defisit tekanan uap air memiliki pengaruh dominan
dengan evaporasi panci pada semua interval waktu di Darmaga dan
Semarang, sedangkan di Karangploso pada interval waktu harian dan
dasarian. Kecepatan angin juga memiliki pengaruh dominan dengan
evaporasi panci (Wati et al, 2015).
E. Acara Curah Hujan

Curah hujan merupakan gejala alam dan banyak bergantung dari


banyak faktor serta menjadi bagian yang sangat penting bagi kehidupan di
bumi. Air hujan merupakan sumber daya yang banyak dimanfaatkan oleh
manusia. Keadaan iklim yang tidak menentu menyebabkan curah hujan
menuju ke arah (tren) meningkat atau menurun (Muflih, 2019).
Beberapa informasi untuk menggambarkan keadaan suatu wilayah
adalah data curah hujan rata-rata tahunan, hari hujan. pola musiman. dan
kejadian hujan. Curah hujan rata-rata tahunan sangat bervariasi menurut
tempat. Di gurun penerimaan hujan tahunan berkisar dari 70 mm per
tahun. sedangkan di beberapa wilayah tropika basah curah hujan bisa
melebihi 4000 mm per tahun (Nasir, 2017).
Menurut BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) hari hujan
adalah hari dengan penerimaan hujan 0.5 mm atau lebih. Berdasarkan
kriteria ini di Pensacola. Florida, curah hujan rata-rata tahunan sebesar 785
mm tersebar selama 1 14 hari hujan. Di Cherrapunji India, curah hujan
sebesar 11824 mm per tahun tersebar selama 159 hari dan di Marquette
Michigan, curah hujan rata-rata sebesar 439 mm. hujan terjadi rata-rata
selama 165 hari.
Nusri (2020) menyatakan bahwa pengukuran curah hujan
merupakan hal yang penting dilakukan di BMKG, berdasarkan
pengukuran curah hujan maka dapat dijadikan parameter perkiraan cuaca
harian maupun iklim. Selain itu, melalui pengukuran curah hujan akan
diperoleh data lain yaitu intensitas curah hujan, dimana dengan
memanfaatkan informasi mengenai intensitas curah hujan dan ketinggian
air sungai.
F. Acara Tekanan Udara
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Acara Pengukuran Radiasi Matahari

1. 1 .1 Solarimeter Tipe Campbell Stokes

Keterangan:
L:  Bola kaca pejal.
F: Pelat logam berbentuk mangkuk.
B:  Bagian Pendiri (stand).
L:  Bagian dasar terbuat dari logam.
E: K ertas pias.

Sumber: Christin (2016)

Gambar 1. Solarimeter tipe Campbell Stokes

a. Satuan alat: jam


b. Satuan pengukuran: %
c. Ketelitian alat: 0,5 jam
d. Fungsi: mengukur Panjang penyinaran
e. Prinsip kerja: pemfokusan sinar matahari
f. Cara pemasangan:
1) dipasang pada tempat terbuka dan diletakkan pada beton yang
agak tinggi sehingga dalam keadaan normal sensor dapat
menangkap sinar matahari pada ketinggian 3 m di atas horizon.
2) pemasangan alat sedemikian rupa sehingga : - mangkuk tempat
pemasangan kertas pias menunjuk arah timur-barat - bagian
bawah alat harus benar-benar datar (diatur dengan leveling) -
lensa bola bersama dengan tempat kertas pias dimiringkan
sesuai dengan letak lintang tempat pengamatan.
g. Cara kerja:
Alat ini terdiri dari sebuah bola pejal yang terbuat dari gelas pejal.
Sinar matahari akan difokuskan oleh bola pejal tadi pada suatu
kertas tebal yang peka. Kertas pias yang berskala dalam jam ini
dipasang pada mangkok yang kosentris dengan bola gelas tersebut.
Sinar matahari yang difokuskan pada kertas pias akan membakar
dan meninggalkan bekas noda. Durasi total penyinaran matahari
cerah sepanjang siang hari didapatkan dengan mengukur panjang
total dari bekas noda pada kertas pias.
h. Cara pengamatan:
1) Kertas pias dipasang dan diganti tiap hari pukul 18.00.
2) Kertas pias yang digunakan ada 3 macam yaitu bentuk lurus,
bengkok panjang, dan bengkok pendek.
3) Jadwal penggunaan masing-masing bentuk kertas pias
tergantung letak pengamatan dan kedudukan matahari terhadap
tempat tersebut.
i. Kelebihan:
Kelebihan utama dari perekam jenis ini adalah kesederhanaan dan
kemudahan penggunaannya. Tidak ada bagian yang bergerak dan
karenanya memerlukan sedikit perawatan. Unit ini dapat digunakan
di mana saja di dunia dengan sedikit atau tanpa modifikasi pada
desainnya. Piranometer yang dioperasikan secara elektrik dapat
melakukan pekerjaan yang sama, tetapi perekam Campbell-Stokes
menggunakan tenaga surya.
j. Kekurangan:
Ketika matahari rendah di langit, mungkin tidak memiliki kekuatan
yang cukup untuk membakar kartu dengan benar dan dengan
demikian hanya dapat mengukur jumlah sinar matahari yang cerah
dibandingkan dengan sinar matahari yang terlihat. Ini sering terjadi
saat fajar dan senja. Hujan dapat menyebabkan kartu sobek saat
mengeluarkannya sehingga menyulitkan pembacaan. Di daerah
yang sangat beku dan selama periode hujan yang membekukan ,
bola mungkin sulit dibersihkan dan mungkin tidak bisa dilepas
sebelum matahari bersinar kembali. Itu juga rentan terhadap faktor
eksternal non-cuaca seperti debu, kotoran atau kotoran burung
kering yang terakumulasi pada bola kaca yang membutuhkan
inspeksi dan pembersihan yang sering. Masalah terbesarnya adalah
dalam membaca kartu. Pada hari-hari ketika matahari tertutup
bergantian dan terkena awan, jumlah luka bakar pada kartu
mungkin sama selama 30 detik seperti pada 5 menit. Dengan
demikian, pembacaan kartu mungkin berbeda dari satu pengamat
ke pengamat lainnya. Perbandingan dengan instrumen otomatis di
stasiun-stasiun di Jerman menunjukkan bahwa selama musim
panas perbedaan kedua sistem pengukuran dapat mencapai hingga
4 jam per hari. Perbedaan rata-rata adalah −0.23 jam, artinya
pengukuran perekam Campbell-Stokes lebih besar daripada
pengukuran otomatis.

1. 1 .2 Solarimeter Tipe Jordan

Sumber: Christin (2016)

Gambar 2. Solarimeter tipe Jordan

a. Satuan alat: jam.


b. Satuan pengukuran: %.
c. Ketelitian alat: 0,5 jam.
d. Fungsi: mengukur Panjang penyinaran.
e. Prinsip kerja: bekerja berdasarkan reaksi fotokimia.
f. Cara pemasangan:
1) Alat dipasang pada tempat terbuka dan diletakkan di atas beton
yang agak tinggi (< 3m).
2) Diatur sedemikian rupa sehingga sensor dapat menangkap sinar
matahari dan tidak ada yang menghalangi. Jarak penghalang
terhadap alat ini minimum satu kali tinggi penghalang.
3) Bagian bawah alat harus benar-benar datar
4) Solarimeter dipasang sedemikian rupa sehingga arah U-S dari alat
sesuai dengan U-S dari tempat pemasangan.
5) Kertas pias dilapisi dengan larutan kalium ferosianida, sebelum
digunakan kertas pias disimpan rapat tidak boleh bereaksi dengan
sinar matahari.
6) Dua buah kertas pias dipasang pada masing-masing silinder ½
lingkaran.
g. Cara kerja:
Berkas sinar yang masuk akan bereaksi dengan kalium Fero sianida
atau Ferro amonium sitrat yang sebelumnya telah dioleskan pada
kertas pias. Garam pero akan beroksidasi sehingga membentuk noda
apabila kertas pias kita cuci dengan akuades. Dari panjang noda yang
terbentuk akan dapat diukur panjang penyinaran aktual.
h. Cara pengamatan:
Pengamatan dilakukan dengan mengukur panjang noda di atas kertas
pias dan dibandingkan dengan lama penyinaran yang seharusnya
terjadi serta dinyatakan dalam persen.
i. Kelebihan:
1) Langsung dapat diketahui besarannya.
2) Dapat diatur pengatur kemiringannya tergantung letak tempat
pengamatan yang berdasarkan datangnya sinar matahari di tempat
pengamatan
j. Kekurangan:
1) Harus diperhatikan standar dari kepekaan baku terhadap sinar
ditentukan oleh ketelitian penyiapan kertas pias.
2) Pengamatan atau pencatatan data tidak boleh ditunda.
3) Penyimpanan alat ini harus rapat.
4) Kurang praktis.

1. 1 .3 Aktinograf Dwi Logam

Sumber: Christin (2016)


Gambar 3. Aktinograf Dwi Logam

a. Satuan alat: cm2.


b. Satuan pengukuran: kal/cm2 /hari.
c. Ketelitian alat: 1 cm2.
d. Fungsi: mengukur intensitas radiasi matahari.
e. Prinsip kerja: beda muai logam hitam dan putih.
f. Cara pemasangan:
Alat dipasang pada tempat terbuka di atas tiang beton yang kuat dan
bagian atas dibuat sedemikian rupa sehingga selain sinar katoda 15o di
atas horizon bumi, sinar harus bebas menerima sensor.
g. Cara kerja:
Lempeng logam warna hitam berfungsi untuk menyerap radiasi
matahari karena lempeng logam berwarna hitam dapat bereaksi
terhadap radiasi matahari. Karena dapat menyerap radiasi matahari
maka logam warna hitam suhunya lebih tinggi daripada lempeng
warna putih. Lempeng putih memantulkan radiasi sehingga lempeng
logam putih hanya terpengaruh oleh suhu udara. Perbedaan suhu
antara logam bimetal dapat menyebabkan pergerakan pada pencatat
karena pergerakan pena pencatat yang terdapat pada pencatat
menggoreskan tintanya pada silinder kertas grafik dan fungsi dari
lembar kaca pyrex yang berbentuk setengah lingkaran adalah sebagai
rumah kaca yaitu menyerap gelombang pendek yang dapat diterima
oleh lempeng logam warna hitam sehingga terjadilah reaksi tersebut.
h. Cara pengamatan:
1) Kertas grafik dipasang dan diganti setiap sore pukul 18.00.
2) Grafik yang digambar diukur luasan di bawah grafik tersebut
dengan alat polarimeter, luasan yang terukur disetarakan terhadap
satuan kal/cm2/hari.
i. Kelebihan:
1) Pencatat data otomatis tercatat pada kertas grafik.
2) Kedap terhadap radiasi gelombang panjang dan hanya mengukur
radiasi gelombang pendek.
j. Kekurangan:
1) Alat ini perlu dikalibrasi secara periodik selama 6 bulan sekali
dengan menggunakan piranometer.
2) Pencatatan mengalami kelambanan sekitar 5 menit dengan nilai
kesalahan sekitar 10-15%.

900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
7.30 8.00 8.30 9.00 9.30 10.00 10.30 11.00 11.30 12.00

Waktu

Radiasi Suhu

Gambar 4. Grafik pengaruh suhu terhadap radiasi matahari


Suhu udara tidak hanya berhubungan dengan curah hujan, tetapi
berhubungan secara langsung dengan berbagai unsur fisik suatu wilayah,
melalui kebutuhan akan pendinginan atau penghangatan udara, radiasi
matahari, gedung-gedung dan perkerasan seperti jalan aspal memberikan
o
kontribusi besar terhadap suhu permukaan yang mencapai 56 C,
sedangkan pada kawasan hijau daerah urban menunjukkan suhu yang
stabil. Perubahan suhu udara pada lokasi menunjukkan kecenderungan
semakin meningkat sejak pagi hari (pukul 06.00) hingga mencapai
puncaknya pada siang hari (12.00 sampai 14.00). Kemudian suhu kembali
menurun seiring berkurangnya intensitas sinar matahari pada sore hari
(pukul 16.00). Suhu udara pada area terbuka memiliki suhu udara rata-rata
yang lebih tinggi daripada area rumput dan naungan. Hal ini disebabkan
pada area terbuka terkena radiasi matahari secara langsung. Radiasi
matahari langsung akan segera memanaskan permukaan perkerasan dan
selanjutnya memanaskan suhu udara di atasnya [ CITATION Tri15 \l 1033 ].
70

60
Panjang Penyinaran (%)

50

40

30

20

10

0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Bulan

Gambar 5. Grafik panjang penyinaran matahari pada tahun 2000

Panjang penyinaran matahari pada grafik di atas menunjukkan adanya


perubahan seiring dengan perubahan musim yang ada di Indonesia. Untuk
Indonesia sendiri mempunyai dua musim yakni kemarau dan penghujan.
Musim penghujan yang ada diwilayah Sumatera dan Kalimantan relatif
lebih lama jika dibandingkan dengan musim hujan yang ada diwilayah
Nusa Tenggara. Dengan demikian musim kemarau di Sumatera dan
Kalimantan dapat jadi hanya beberapa bulan saja, tetapi di Nusa Tenggara
bisa berlangsung lebih dari setengah tahun.
Di wilayah Sumatera, musim penghujan hampir berlangsung
sepanjang tahun. Hanya ada dua hingga tiga bulan kemarau. Berbeda
sekali dengan wilayah untuk Jawa dan Nusa Tenggara. Musim kemarau
lebih lama dari pada musim penghujan, kecuali untuk wilayah Jawa bagian
barat terutama wilayah pegunungan [ CITATION Sam20 \l 1033 ].
Pada waktu bulan September sampai Desember matahari bergerak ke
bagian selatan, maka wilayah selatan relatif bertemperatur udara tinggi,
tekanan udara menjadi rendah. Akibatnya terjadilah aliran udara dari Asia
ke wilayah tropis. Pergerakan angin dari Asia membawa massa udara
dengan uap air jenuh berasal dari lautan Pasifik dan lautan Hindia.
Pergerakan angin barat itulah yang menyebabkan musim penghujan.
Dengan datangnya musim hujan, maka panjang penyinaran akan menurun
karena terhalang oleh awan dan juga air hujan.

B. Acara Pengukuran Suhu

B.1.1 Termometer Maximum-Minimum

Gambar 6 . Thermometer Maximum-Minimum

a. Satuan alat: oC
b. Satuan pengukuran: oC
c. Ketelitian ala: 0,25 oC
d. Fungsi: Mengukur suhu minimun dan maksimum.
e. Prinsip kerja: Beda muai zat cair.
f. Cara pemasangan: Alat ini dipasang pada sangkar mateo dengan posisi
tegak.
g. Cara kerja:
Alat ini mirip seperti termometer maksimum dan termometer minimum
udara, namun untuk mengembalikan indeks tinggal menekan tombol
h. Cara pengamatan:
1) Sebelum pengamatan, ketiga jarum penunjuk dibuat saling berhimpit
dengan cara memutar sekrup.
2) Pada saat pembacaan:
 Jarum merah menunjukkan suhu maksimum.
 Jarum hijau menunjukkan suhu minimum.
 Jarum hitam menunjukkan suhu sesaat.
i. Kelebihan:
1) Termasuk termometer khusus karena digunakan untuk mengatur suhu
tertinggi dan terendah di suatu tempat.
2) Menggunakan 2 skala, skala minimum di pipa kiri dan skala
maksimum di pipa kanan.
j. Kekurangan:
Pemakai harus berhati hati karena selesai dibaca suhunya, termometer
harus dikibas dengan keras untuk mengembalikan fungsinya.

B.1.2 Termometer Udara


Gambar 7. Termometer Udara

a. Satuan alat: oC , oF
b. Satuan pengukuran: oC, oF
c. Ketelitian alat: 1 oF, 2 oC
d. Fungsi: Mengukur suhu ruangan.
e. Prinsip kerja: Beda muai zat cair.
f. Cara pemasangan: Diletakkan di dinding ,kemudian termometer akan
menunjukkan suhu ruangan tersebut.
g. Cara kerja: Cara kerja termometer udara diletakkan di dinding
kemudian ia akan menunjukkan suhu ruangan.
h. Cara pengamatan: termometer diamati 3 kali sehari, pada pukul 07.00,
13.00, dan 18.00 jika ingin mengukur suhu rata-rata.
i. Kelebihan: pemuaian sangat teratur jangkauan suhu cukup besar yaitu
-50oC s/d 50oC, pengukurannya teliti, air raksa mudah dilihat karena
warnanya mengkilap.
j. Kekurangan: air raksa tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu
yang sangat rendah dibawa -50oC, air raksa termasuk zat berbahaya jika
tabungnya pecah.
B.1.3 Termometer Tanah

Keterangan:
a. Reservoir untuk jeluk tanah 20 cm
b. Pipa kapiler berisi raksa
a

Gambar 8. Termometer Bengkok Tanah

a. Satuan alat: oC.


b. Satuan pengukuran: oC.
c. Ketelitian alat: 0,1 oC.
d. Fungsi: Mengukur suhu permukaan tanah (kedalaman 20 cm).
e. Prinsip kerja: muai air raksa.
f. Cara kerja: Termometer dimasukkan ke dalam tanah sedalam 5, 10, 20,
50, dan 100 CM. setelah dimasukkan lalu ditutup dengan tanah yang
telah di Bor lalu lakukan pengamatan.
g. Cara pemasangan: Tanah digali pada kedalaman yang diinginkan (20
cm) setelah ujung reservoir dimasukkan kenaikan suhu tanah
menyebabkan air raksa memuai dan akan mengisi kolom hampa udara
sampai pada skala tertentu, area yang digunakan ialah dilakukan area
yang terbuka dan area yang tertutup
h. Cara pengamatan:
setelah stabil, suhu tanah diamati dengan membaca skala yang
ditunjukkan pada saat pencatatan pada suhu udara tersebut, 07.00,
13.00, dan 18.00
i. Kelebihan:
mudah dan praktis dibawa. Sederhana dalam mengoperasikannya
j. Kekurangan:
kemampuannya yang terbatas hanya untuk mengukur suhu di atas
permukaan tanah

B.1.4 Termometer Cair

Gambar 9. Termometer Cair

a. Satuan alat: oC
b. Satuan pengukuran : oC
c. Ketelitian alat: 0,5 oC
d. Fungsi: Mengukur suhu benda.
e. Prinsip kerja: Pemuaian zat cair.
f. Cara kerja: bekerja berdasarkan pemuaian zat cair yang dipanaskan.
g. Cara pemasangan: diletakkan pada benda yang ingin diukur suhunya,
usahakan jangan menyentuh reserv termometer.
h. Kelebihan: jangkauan suhu air raksa cukup lebar, karena membeku
pada suhu 40 oC serta pemuaiannya sangat teratur.
i. Kekurangan: sukar diperoleh karena air raksa cukup mahal
30

29.5

29
Suhu (oC)

28.5

28

27.5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Tanggal

Gambar 10. Grafik suhu rata-rata harian

Perubahan suhu harian pada umumnya berubah karena kondisi cuaca


yang juga ikut berubah. Misalnya turun hujan, tiupan angin yang terlalu
kuat, pengaruh radiasi matahari dan juga pengaruh suhu tanah yang
mengalami pemanasan atau pendinginan pada suatu lokasi.
Pada acara praktikum pengukuran suhu menggunakan termometer, pada
termometer, zat yang paling banyak digunakan adalah alkohol dan raksa.
Pada grafik di atas adalah suhu rata-rata harian dalam satu bulan, dimana
suhu tertinggi adalah 29,7 derajat Celsius dan suhu terendah adalah 28,7
derajat Celsius.
Pada dasarnya, di daerah tropis seperti di Indonesia waktu paling panas
adalah jam 1 siang. Jam 12 siang adalah waktu dimana bumi mendapatkan
radiasi cahaya matahari tertinggi. Namun, butuh waktu 2 jam untuk
membuat bumi mencapai suhu tertingginya. Prosesnya adalah: matahari
memancarkan cahayanya ke bumi, kemudian cahaya tersebut diserap oleh
permukaan bumi, lalu dipancarkan kembali ke atmosfer yang kemudian
membuat udara menjadi panas. Setelah jam 2 siang, suhu permukaan bumi
akan menurun [ CITATION Lam17 \l 1033 ].
31

30

29

28
Suhu (oC)

27

26

25

24

23
07.00 Kedalaman 5cm 13.00 Kedalaman 20cm 18.00

Waktu

Gambar 11. Grafik hubungan kedalaman dan suhu tanah

Sedikit berbeda dengan suhu udara, parameter suhu tanah dipengaruhi


oleh kapasitas panas spesifik, penghantar panas, difusivitas panas, serta
sumber dan keluaran panas internal tanah (Budhyastoro et al, 2016).
Pada grafik di atas dapat kita lihat bahwa kedalaman tanah berpengaruh
pada pengukuran suhu tanah. Menurut Budhyastoro et al (2016) suhu tanah
sangat bervariasi, sejalan dengan perubahan proses pertukaran energi
matahari, terutama melalui permukaan tanah. Fenomena ini berlaku di
dalam penampang tanah melalui serangkaian proses yang kompleks.
Parameter tanah yang mempengaruhi suhu antara lain kapasitas panas
spesifik, penghantar panas, difusivitas panas, serta sumber dan keluaran
panas internal pada waktu tertentu.
Pada saat dilakukan pengukuran suhu pada kedalaman 5 cm, suhu tanah
cenderung mengalami perubahan signifikan seperti halnya suhu udara. Hal
itu dipengaruhi oleh kedalaman pengukuran yang dekat dari arah datangnya
radiasi matahari sehingga radiasi matahari banyak diserap oleh tanah.
Fluktuasi suhu terbesar berada di antara udara dan tanah, daripada di
atas atau di bawah tanah. Di bawah 15 cm, variasi suhu tanah harian sangat
kecil, namun bila terdapat bahan organik di atas permukaan tanah, dapat
mengurangi fluktuasi suhu tanah (Budhyastoro et al, 2016).
Pengukuran tanah pada kedalaman 20 cm tidak menunjukkan
perubahan suhu yang terlalu tinggi. Perubahan suhu lebih dominan stabil
mengingat tingkat kedalaman tanah yang tidak banyak menyerap radiasi
matahari.
Pengukuran suhu tanah juga sangat penting, namun alat ukur suhu
tanah, kelembaban tanah, dan resistansi yang terintegrasi belum ada di
masyarakat (Lutfiyana, 2017).

C. Pengukuran Kelembaban Udara

3. 1. 1 Termometer Bola Basah- Bola Kering (TBB-TBK)

Gambar 12. Termometer bola basah dan bola kering

a. Satuan alat: oC.


b. Satuan pengukuran: %.
c. Ketelitian alat: 0,1 oC.
d. Fungsi: Mengukur kelembaban udara .
e. Prinsip kerja: Hukum termodinamika (Perubahan kalori menjadi
energi, karena adanya perubahan suhu).
f. Cara kerja :
1) Pada termometer bola kering, tabung air raksa pada termometer
dibiarkan kering sehingga akan mengukur suhu udara aktual.
2) Sedangkan pada termometer bola basah ,tabung air raksa di
berikan kain yang di basahi agar suhu yang terukur adalah suhu
saturasi atau titik jenuh, yaitu suhu yang diperlukan agar uap air
dapat berkondensasi.
g. Cara pemasangan :
1) Diletakkan pada lokasi yang tidak terkena cahaya matahari secara
langsung.
2) Diletakkan pada sangkar mateo.
3) Kain kasa pada termometer bola basah harus tetap bersih dan
selalu di basahi secara kapilaritas. Air yang digunakan sebagai
pembasah adalah akuades.
h. Cara pengamatan :
1) Pengamatan dilakukan 3 kali sehari , yaitu pukul 07.00 , 13.00
,dan 18.00.
2) Mula-mula dilakukan pembacaan suhu TBK kemudian TBB ,
tidak boleh terlalu cepat dan harus tepat .
3) Kelembaban dicari dalam tabel, berdasarkan nilai selisih suhu
pada TBB dan TBK.

3. 1. 2 Thermohygrograph

Gambar 13. Thermohygrograph

a. Satuan alat: Thermograf oC dan higrograf %.


b. Satuan pengukuran: Thermograf oC dan higrograf %.
c. Ketelitian alat: Thermograf 0,5 oC dan higrograf 1 %.
d. Fungsi: Mengukur suhu dan kelembaban nisbi udara.
e. Prinsip kerja: Pemuaian dwi logam (Suhu) dan higroskopisitas rambut
(Kelembaban).
f. Cara kerja :
1) Termograf; Kenaikan suhu udara menyebabkan keping dwi logam
memuai dan menggerakkan sistem tuas sehingga pena pencatat
suhu udara bergerak dan menggores pada kertas grafik.
2) Higrograf; Kenaikan kelembaban udara menyebabkan rambut
menyerap uap air sehingga rambut mengembang dan akan
menggerakkan sistem tuas sehingga pena kelembaban udara
bergerak dan menggoreskan pada kertas grafik.
i. Cara pemasangan :
1) Diletakkan pada lokasi yang tidak terkena cahaya matahari secara
langsung.
2) Diletakkan pada sangkar mateo.
g. Cara pengamatan:
1) Kertas grafik dipasang pada bagian silinder yang dapat berputar
secara otomatis.
2) Kertas grafik diganti seminggu sekali.
3) Suhu udara (oC) dan kelembaban udara (%) dapat di baca
langsung pada kertas grafik.

3. 1. 3 Thermohigrometer
Gambar 14. Thermohigrometer

a. Satuan alat: Thermometer oC dan higrometer %.


b. Satuan pengukuran: Thermometer oC dan higrometer %.
c. Ketelitian alat: Thermometer 0,5 oC dan hygrometer 1 %.
d. Fungsi: Mengukur kelembaban udara dan suhu udara sekaligus.
e. Prinsip kerja: Pemuaian dwi logam ( Suhu ) dan higroskopisitas
rambut (Kelembaban).
f. Cara kerja :Suhu udara mempengaruhi logam bimetal menjadi
mengembang atau mengerut sehingga menggerakkan jarum penunjuk.
Apabila kelembaban udara tinggi rambut akan mengembang dan
sebaliknya jika kelembaban rendah akan mengerut. Panjang pendek
rambut akan menggerakkan jarum.
g. Cara pemasangan:
1) Diletakkan pada lokasi yang tidak terkena cahaya matahari secara
langsung.
2) Jinjing (portabel) atau bisa dipasang pada sangkar mateo.
h. Cara pengamatan :
1) Pada saat pengamatan, alat harus terlindung dari pengaruh sinar
matahari secara langsung dan tidak terkena tetesan air hujan.
2) Suhu udara (oC) dan kelembaban udara ( % ) dapat dibaca
langsung pada alat.
100.00
90.00
80.00

% (Persen) 70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Bulan

Gambar 15. Data suhu TBK dan TBB pada Stasiun Pengamatan
Bulaksumur

Pada tabel di atas kita dapat melihat kondisi tekanan uap dan suhu
udara yang diukur pada TBK menunjukkan angka yang lebih tinggi,
misalnya pada pengamatan pertama ( I ), suhunya adalah 26°C. Namun,
kondisi yang diukur pada TBB menunjukkan angka yang lebih rendah, yaitu
24°C. TBB menunjukkan angka yang lebih rendah karena termometer
tersebut telah terlebih dahulu dibungkus dengan kapas basah untuk
menunjukkan tekanan uap air untuk mencari kelembaban nisbi.
Perbedaan angka yang ditunjukkan oleh kedua termometer tersebut,
merupakan selisih antara suhu udara biasa pada TBK dengan tekanan uap
air pada TBB. Melalui selisih angka yang telah dibaca tersebut, maka kita
dapat mengetahui jumlah kelembaban udara dengan cara melihat tabel
kelembaban nisbi (relative humidity = RH). Kelembaban yang terjadi akan
selalu berubah-ubah, hal ini disebabkan karena panas pada ujung TBB akan
terserap sebagian pada kapas yang berada dalam air. Hal ini juga sangat
terpengaruh pada selisih dan angka yang diperoleh dari TBK dan TBB
melalui daya serap sinar matahari.

D. Pengukuran Penguapan
4. 1. 1 Panci Evaporasi tipe A

Gambar 16. Panci evaporasi tipe A

a. Satuan alat: mm.


b. Satuan pengukuran: mm.
c. Ketelitian alat: 0,02 mm.
d. Fungsi: Mengukur penguapan.
e. Prinsip kerja: pengukuran selisih tinggi permukaan air.
f. Cara pemasangan :
1) Panci diletakkan pada balok kayu yang disusun datar di atas
permukaan tanah.
2) Air bersih dimasukkan ke dalam panci setinggi 20 cm.
permukaan air dijaga jangan sampai kurang dari 2,5 cm dari batas
tersebut. Jika tinggi air kurang dari 10 cm dari dasar, dapat
berakibat kesalahan hingga 15%.
g. Cara pengamatan :
1) Mula-mula ujung hooke/kail diatur dengan sekrup pemutar, tepat
menyentuh permukaan air. Tinggi air kemudian dapat dibaca pada
penera.
2) Pada sore hari berikutnya, ujung kail diatur Kembali sampai
menyentuh permukaan air.
3) Selisih pembacaan ke-1 dengan ke-2 merupakan besarnya
penguapan air.
4) Jika terdapat hujan, maka rumus evaporasi =P1-P2+CH.

4. 1. 2 Piche Evaporimeter

Gambar 17. Piche evaporimeter

a. Satuan alat: ml.


b. Satuan pengukuran: mm.
c. Ketelitian alat: 0,05 ml.
d. Fungsi: Mengukur penguapan.
e. Prinsip kerja: pengukuran selisih tinggi permukaan air.
f. Cara pemasangan :
1) Tabung diisi dengan air dan digantung di dalam ruangan atau
sangkar mateo.
g. Cara pengamatan :
1) Pengamatan dilakukan sehari sekali. Mula-mula diamati tinggi
permukaan air (P1), pengamatan ke-2 keesokan harinya (P2).
Besarnya penguapan adalah selisih P1 dan P2.
140

120

100

80
EV (mm)

60

40

20

0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Bulan

Gambar 18. Grafik evaporasi selama satu tahun

Dari tabel yang disajikan maka diperoleh grafik seperti pada gambar
diatas, yang mana dari grafik ditas maka dapat disimpulkan bahwa nilai
evaporasi tiap bulannya berbeda beda, dengan rincian yaitu pada bulan
januari dengan nilai evaporasi 68,8 mm, bulan februari 57,8 mm, bulan maret
73,9 mm, bulan april 63,4 mm, bulan mei 103,4 mm, bulan juni 85,5 mm,
bulan juli 109,4 mm, bulan agustus 121 mm, bulan september 126,1 mm,
bulan oktober 78,8 mm, bulan november 61,2 mm, dan bulan desember 111,3
mm.
Dari grafik diatas didapatkan nilai evaporasi yang berbeda beda setiap
bulannya, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya radiasi
matahari, temperatur udara, kelembaban udara,serta kecepatan angin, dimana
faktor faktor diatas merupakan faktor yang mempengaruhi penguapan /
evaporasi.
Yang mana radiasi matahari ini berpengaruh terhadap evaporasi yaitu
dengan adanya radiasi matahari maka proses penguapan atau perubahan
bentuk dari zat cair ke gas secara alamiah menjadi berbeda beda tergantung
dari lama dan intensitas dari radiasi matahari itu sendiri, yang mana semakin
lama radiasi matahari maka semakin besar nilai evaporasinya begitupun
sebaliknya, radiasi matahari ini juga dipengaruhi oleh banyaknya awan yang
menyelimuti bumi, artinya ketika semakin banyak awan yang menyelimuti
bumi bumi maka proses evaporasi akan berjalan lambat begitupun sebaliknya
ketika terdapat awan yang sedikit menyelimuti bumi maka proses evaporasi
akan berjalan lebih cepat.
Temperatur udara disini juga berperan aktif dalam proses evaporasi ,
yang mana untuk menguapkan 1 gr air diperlukan kurang lebih 540 kalori
pada temperatur 100℃. Panas tersebut dapat bersumber dari radiasi matahari,
panas yang tersedia di atmosfer atau dari dalam tanah, dan massa air itu
sendiri.
Kelembaban udara juga menjadi faktor besar kecilnya evaporasi
disuatu wilayah yang mana semakin tinggi kelembaban maka udara diatas
permukaan bumi menjadi lembab, sampai akhirnya udara menjadi jenuh
terhadap uap air dan proses evaporasi bisa terhenti, agar proses evaporasi bisa
berjalan lancar maka lapisan udara yang telah jenuh tersebut harus diganti
dengan udara kering, penggamtian tersebut dapat terjadi jika terdapat angin.
Faktor yang mempengaruhi nilai evaporasi selanjutnya yaitu
kecepatan angin yang mana kecepatan angin ini menjadi faktor penting dalam
proses evaporasi yaitu jika terdapat angin pada musim kemarau maka proses
evaporasi akan lebih cepat, namun ketika tidak ada angin / intensitas angin
rendah maka nilai evaporasi juga akan rendah, namun hal ini berbanding
terbalik apabila terdapat angin pada musim penghujan yang mana angin ini
banyak membawa uap air yang artinya itu akan memperlambat proses
evaporasi itu sendiri.
Dari pembahasan diatas maka nilai evaporasi disetiap bulannya yang
berbeda beda dimana bulan februari menjadi bulan dengan nilai evaporasi
terendah dalam setahun tersebut, sedangkan pada bulan september menjadi
bulan dengan nilai evaporasi tertinggi dalam setahun tersebut. Perbedaan
tersebut mungkin saja dipengaruhi oleh radiasi matahari,temperatur udara,
kelembaban udara, ataupun kecepatan angin didaerah tersebut yang setiap
bulannya berubah ubah, yang mana hal ini berpengaruh terhadap hasil
evaporasi didaerah tersebut. Misalnya pada bulan februari yang mana pada
bulan tersebut memiliki nilai evaporasi yang paling rendah dalam setahun,
mungkin saja hal ini disebabkan karena pada bulan tersebut radiasi matahari
sangatlah rendah, yang mana jika radiasi matahari itu rendah maka secara
otomatis temperatur udaranya juga menjadi rendah, dan kelembaban udara
juga menjadi naik yang mana dari ketiga hal diatas itu menyebabkan
lambatnya proses penguapan yang pastinya nilai evaporasi dari bulan tersebut
juga akan turun / rendah. Atau juga dipengaruhi oleh kecepatan angin yang
berubah ubah yang mana hal ini juga berpengaruh terhadap peoses evaporasi.
Begitupun pada bulan september yang pada grafik memiliki nilai
evaporasi tertinggi, hal ini mungkin saja dipengaruhi oleh radiasi matahari
yang tinggi, yang mana jika radiasi tinggi maka temperatur udara juga akan
tinggi, kemudian kelembaban udara menjadi menurun sehingga dari peristiwa
ini proses penguapan akan lebih cepat sehingga nilai evaporasi juga akan
meningkat. Ataupun bisa dipengaruhi oleh kecepatan angin yang berubah
ubah setiap bulannya, sehingga membuat proses penguapan menjadi berubah
ubah juga mengikuti kecepatan angin tersebut.

E. Pengukuran Curah Hujan

5. 1. 1 Ombrometer

Gambar 19. Ombrometer

a. Satuan alat: mm.


b. Satuan pengukuran: mm.
c. Ketelitian alat: 0,5mm.
d. Fungsi: mengukur curah hujan harian.
e. Prinsip kerja: penampung curah hujan.
f. Cara kerja :
1) Air hujan akan masuk melalui mulut penakar lalu dihubungkan
oleh corong sempit ke tabung penampung.
2) Di bagian bawah terdapat kran air untuk mengeluarkan air hujan.
g. Cara pemasangan:
1) Alat diletakkan di lapangan terbuka dengan jarak terhadap
pohon/penghalang terdekat sekurang-kurangnya sama dengan
tinggi penghalang tersebut.
2) Permukaan mulut corong harus benar-benar horizontal dan
dipasang pada ketinggian kurang lebih 120 cm dari tanah.
Ombrometer dapat diletakkan di atas beton dengan ketinggian
kurang lebih 60 cm.
h. Cara pengamatan :
1) Data curah hujan harian didapat dengan membuka keran dan
airnya dalam gelas penakar yang memiliki satuan mm tinggi air.
2) Ketelitian pengamatan sampai 0,5 mm.
3) Hujan kurang dari 0,5 mm dianggap tidak ada CH meskipun
dicatat.
4) Jika gelas penakar pecah, pengukuran dapat dilakukan dengan
mengukur volume air yang tertampung dalam gelas ukur biasa.
Karena luas penampung corong pada alat pengukur CH adalah
100 cm2, setiap volume 100 cc air hujan sama dengan 1 mm
tinggi muka air.

5. 1. 2 Ombrograf
Gambar 20. Ombrograf

a. Satuan alat: mm.


b. Satuan pengukuran: mm.
c. Ketelitian alat: 0,5 mm.
d. Fungsi: mengukur curah hujan selama seminggu.
e. Prinsip kerja: sistem pelampung.
f. Cara kerja :
1) Jika hujan turun, air hujan masuk melalui corong.
2) Lalu akan dihubungkan dengan pipa penyalur air menuju tabung
kolektor.
3) Kemudian akan terkumpul dalam tabung kolektor. Di dalam
tabung terdapat pelampung yang dapat menggerakkan pena
penera. Pena ini gerakannya selalu mengikuti pelampung yang
ada di dalam tabung kolektor.
4) Pena penera akan dicatat di silinder kertas grafik.
g. Cara pemasangan:
1) Alat diletakkan di lapangan terbuka dengan jarak terhadap
pohon/penghalang terdekat sekurang-kurangnya sama dengan
tinggi penghalang tersebut.
2) Ombrograf tidak perlu diletakkan di atas beton, keran tinggi
mulut penakar sudah lebih dari 120 cm.
3) Kertas grafik dipasang pada silinder yang berputar secara
otomatis.
h. Cara pengamatan :
1) Penggantian grafik dilakukan sekali seminggu.
2) Pencatatan CH bersifat kumulatif, dengan kapasitas maksimum
penampung 60 mm. Satuan pencatatan langsung dalam mm.
3) Banyaknya CH dan terjadinya hujan (waktu dan intensitasnya)
dapat dibaca pada kertas grafik.

800

700

600

500
CH (mm)

400

300

200

100

0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Bulan

Yogyakarta Semarang Tegal

Gambar 21. Grafik curah hujan (mm)

Pada grafik di atas ditunjukkan data curah hujan di tiga kota di


pulau Jawa. Musim di Pulau Jawa secara umum ada dua yaitu musim
penghujan dan musim kemarau. Awal musim kemarau dipengaruhi
oleh monsun Australia yang dimulai sekitar April sampai September.
Musim penghujan dipengaruhi oleh pembelokan angin dari Asia
menuju Australia yang bertiup pada Oktober – Maret. Puncak bulan
kering terjadi pada Agustus dan September.
Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang berbatasan
langsung dengan Samudera Hindia. Adanya perubahan suhu
permukaan laut di Samudera Hindia memungkinkan untuk
mempengaruhi curah hujan di Pulau Jawa.
Pulau Jawa terdiri dari tiga zona utama yaitu utara, tengah dan
zona utara merupakan dataran rendah dengan topografi sangat datar
sampai mendekati pegunungan. Bagian tengah Pulau Jawa adalah
jajaran gunung berapi, hutan dan sungai. Jawa bagian barat memiliki
kompleks gunung api yang lebih rapat dibandingkan bagian lainnya
Bagian selatan Pulau Jawa adalah jajaran tebing karena berhadapan
langsung dengan samudera .Menurut Aldrian dan Dwi Susanto, R
(2015), iklim di Pulau Jawa termasuk dalam region A yang memiliki
satu puncak hujan dan satu kemarau. Wilayah Pulau Jawa bagian
timur lebih kering dari pada bagian barat. Daerah terbasah di Pulau
Jawa adalah kelompok Pegunungan Rogojembangan di Jawa
Tengah.
Beberapa faktor yang mempengaruhi curah hujan di Indonesia
adalah jarak dari sumber air, perbedaan Suhu tanah dan perairan,
arah angin, tinggi tempat, garis lintang, luas daratan, dan juga
deratan pegunungan.

F. Pengukuran Tekanan Udara

6. 1. 1 Barograph
a. Satuan alat: milibar.
b. Satuan pengukuran: milibar.
c. Ketelitian alat: 0,05 milibar.
d. Fungsi: mengukur tekanan udara secara otomatis.
e. Prinsip kerja: mengukur perubahan tekanan udara sesuai dengan
prinsip barometer aneroid.
f. Cara kerja : perubahan tekanan udara dilihat oleh perubahan tegangan
pegas yang selanjutnya dihubungkan oleh pengungkit dan jarum
menggoreskan/ mencatat hasil pengukuran ke kertas (barogram).
g. Cara pemasangan: alat dipasang di tempat yang terhindar dari
gangguan luar.
h. Cara pengamatan : diamati seminggu sekali dengan melepas barogram
0.12

0.1

Laju Transpirasi (ml/jam)


0.08

0.06

0.04

0.02

0
76.8 76.84 76.87 76.91
Tekanan Udara (cmHg)
BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan menjawab tujuan praktikum
I. Kesimpulan untuk acara radiasi matahari
II. Kesimpulan untuk acara pengukuran suhu
III.
B. Saran
Saran untuk acara praktikum ini
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Nasir, d. (2017). Klimatologi Dasar: Landasan Fisika Atmosfer dan Unsur-
Unsur Iklim. Bogor: PT Penerbit IPB Press.
Andi Zulkifli Nusri, A. A. (2020). Perancangan Sistem Peringatan Dini Banjir Dengan
Memanfaatkan Pengukuran Curah Hujan. Jurnal Ilmiah Sistem Informasi dan
Teknik Informatika “JISTI” 3 (1), 86-92.
Budhyastoro, T. d. (2016). Pengukuran Suhu Tanah. Jurnal Penelitian Ilmu Tanah, 261-
262.
Edison, L. (2017, Januari 9). PT Dynamo Media Network. Diambil kembali dari
Kumparan: www.kumparan.com
Ery Djunaedy, W. S. (2019). PENGUKURAN RADIASI MATAHARI UNTUK
PERHITUNGAN FAKTOR MATAHARI SOLAR RADIATIOAN
MEASUREMENT FOR CALCULATION SOLAR FACTOR. e-Proceeding of
Engineering : Vol.6, No.1, 1205.
Ghufron Zaida Muflih, S. S. (2019). Pengukuran Curah Hujan di Kabupaten Wonosobo.
MUST: Journal of Mathematics Education, Science and Technology 4 (1), 45-56.
Inah Wati, H. P. (2015). Evaluasi Perbandingan Analisis Evaporasi Panci dengan
Parameter Cuaca. Jurnal Meteorologi dan Geofisika 16 (3), 32-33.
Jihand Aulia Sashiomarda, D. P. (2016). PERANCANGAN PERALATAN UNTUK
PENGUKURAN RADIASI GELOMBANG PENDEK MATAHARI. Jurnal
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 52-59.
Lutfiyana Lutfiyana, N. H. (2017). Rancang bangun alat ukur suhu tanah, kelembaban
tanah, dan resistansi. Jurnal Teknik Elektro 9 (2), 80-86.
Mushoddiqoh, d. (2018). Karakterisasi Volume Kalibrator Alat Penakar Curah Hujan
Menggunakan Metode Gravimetri. Jurnal Standarisasi, 11-18.
Saphire. (2019, November 2). Dictio.id. Diambil kembali dari Dictio Community:
www.dictio.id
Setiawan, S. (2020, November 14). About us: Guru Pendidikan. Diambil kembali dari
Guru Pendidikan: www.gurupendidikan.co.id
Sri Indarwati, S. M. (2019). Kelembaban Udara. MAJALAH ILMIAH MOMENTUM 15
(1), 17-22.
Sugiharyanto. (2007). Geografi dan sosiologi. Yogyakarta: Yudhistira.
Tri Hijrah, I. S. (2015). STUDI PENGARUH AREA PERKERASAN TERHADAP
PERUBAHAN SUHU UDARA. JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 2 NO
2, 76-82.
Wardhana, I. d. (2020). Exploratory Data Analysis Pada Termometer Suhu Tanah
Realtime Berbasis Internet Of Things. Journal Online Of Physics, 13-19.
Ebta Setiawan. (2012). Arti kata evaporasi - Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) Online. Retrieved January 13, 2021, from Kbbi.web.id website:

https://kbbi.web.id/evaporasi

Lakitan B. 1997. Dasar-dasar Klimatologi. Rajawali pers. Jakarta


John A Duffie, Solar Engineering of Thermal Processes, 3rd Edition (2006)
LAMPIRAN

Tabel 1. Pengaruh suhu terhadap radiasi matahari


Pukul Suhu Radiasi
7.30 304,5 240
8.00 305,5 380
8.30 306,5 460
9.00 307,5 560
9.30 308,5 600
10.00 308,5 700
10.30 309,5 760
11.00 310 780
11.30 310 840
12.00 310,5 840

Tabel 2. Panjang penyinaran matahari


Bulan Panjang Penyinaran (%)
Januari 28,6
Februari 23,3
Maret 27,7
April 35,6
Mei 43,2
Juni 37,4
Juli 51,8
Agustus 58,3
September 46,9
Oktober 28,4
November 12,9
Desember 44

Tabel 3. Suhu harian pada tahun 2000


Pukul
Tanggal Rerata Harian
7 13 18
1 27 37 26 29,25
2 27 35 26 28,75
3 27 35 28 29,25
4 28 35 28 29,75
5 26 37 28 29,25
6 27 38 27 29,75
7 28 36 27 29,75
8 27 36 28 29,5
9 28 34 29 29,75
10 27 36 26 29
11 27 37 26 29,25
12 27 35 25 28,5
13 28 37 26 29,75
14 26 35 26 28,25
15 27 35 28 29,25
16 27 35 28 29,25
17 27 37 28 29,75
18 27 38 27 29,75
19 28 36 26 29,5
20 26 36 26 28,5
21 27 37 28 29,75
22 27 35 28 29,25
23 27 35 28 29,25
24 27 35 27 29
25 28 37 26 29,75
26 26 38 26 29
27 27 36 28 29,5
28 27 36 28 29,5
29 27 37 28 29,75
30 27 35 27 29
31 28 35 26 29,25

Tabel 4.
Suhu pada pukul
Kedalaman (cm)
7.00 13.00 18.00
25,6 30,4 28,4
5 25,7 29,2 28,3
26,7 32,3 30,1
Rerata 26 30,6 28,9
27,5 28,3 28,1
27,3 27,9 27,9
20 28,5 29,2 29,4
Rerata 27,8 28,5 28,5

Tabel 5.
Suhu TBK Suhu TBB RH
Bulan
7.00 13.00 18.00 Rerata 7.00 13.00 18.00 Rerata

Jan 24,38 30,26 25,88 26,23 23,48 26,87 24,42 24,56 87,34

Feb 24,06 30,52 25,69 26,08 23,17 27,02 24,37 24,43 87,16

Mar 24,33 31,08 26,08 26,46 23,41 27,14 24,82 24,70 86,66

Apr 24,45 30,79 26,15 26,46 23,59 27,22 24,94 24,84 87,56

May 24,52 31,64 26,62 26,83 23,25 27,65 25,12 24,82 81,84

Jun 23,21 30,93 26,05 25,85 22,22 26,96 24,43 23,96 84,8

Jul 22,6 30,91 26,8 25,73 21,66 26,8 24,84 23,74 84,73

Aug 26,62 31,03 26,21 27,62 21,75 26,75 24,38 23,66 71,62

Sep 24,91 31,56 27,04 27,11 23,75 27,33 25,15 25,00 84,34

Oct 25,02 30,99 26,32 26,84 23,85 27,19 24,86 24,94 85,62

Nov 24,9 30,19 25,8 26,45 23,82 27,01 24,61 24,82 87,56

Dec 25,31 30,85 30,89 28,09 23,97 27,28 24,98 25,05 77,84

Tabel 6. Penguapan dalam setahun CH (mm)


Bulan Yogyakart Semaran Tega
Bulan EV (mm)
a g l
Jan 68,8
Feb 57,8
Mar 73,9
Apr 63,4
May 103,4
Jun 85,5
Jul 109,4
Aug 121
Sep 126,1
Oct 78,8
Nov 61,2
Dec 111,3

Tabel 7. Curah Hujan di tiga kota


Jan 315,7 301,3 524,2
Feb 406,3 393,2 688,6
Mar 183,9 231,8 465,2
Apr 236 291,6 194,1
May 54 267,4 93,1
Jun 68,8 3,1 4,4
Jul 2 71,8 81
Aug 47 56,4 20,8
Sep 1,3 67,9 13,1
Oct 137,7 160,8 25,5
Nov 259 240,4 174,8
Dec 229,6 370,9 377,5

Anda mungkin juga menyukai