Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH CUACA TERHADAP AKTIVITAS PENERBANGAN

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

DISUSUN OLEH :

NIDA SALSABILA LUTHFIA PUTRI (20020702)

IFDAWATI (20020922)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK DIRGANTARA

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI KEDIRGANTARAAN

YOGYAKARTA

2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cuaca mempunyai peran penting bagi kehidupan manusia dalam
menjalani aktivitas terutama aktivitas ditempat terbuka. Cuaca sangat
berpengaruh dan juga bermanfaat untuk mencegah terjadinya kecelakaan
pesawat yang diakibatkan oleh faktor cuaca ataupun atmosfer.
Keadaan atmosfer dapat diamati setiap hari. Misalnya, pada hari
cerah, hujan, angin kencang, atau mendung. Keadaan cuaca pada suatu
tempat berubah-ubah setiap waktunya. Cuaca terjadi pada tempat yang
tidak luas. Keadaan cuaca biasanya dapat diperkirakan dengan cara
mengamati. Pada umumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika (BMKG) membuat prakiraan cuaca menggunakan banyak
sumber data dan model analisa cuaca yang dibuat oleh BMKG sendiri,
ataupun melalui web BOM Australia, Arpege Prancis dan KMA Korea
dan dikombinasikan dengan beberapa parameter cuaca yang berpengaruh
terhadap Perubahan
cuaca. Metode yang digunakan oleh BMKG selama ini memerlukan waktu
yang cukup lama (Simorangkir & Nur, 2013). Sehingga diperlukan metode
yang praktis dalam membuat model prakiraan cuaca, salah satu metode
yang dapat digunakan untuk membuat prakirakan cuaca adalah metode
jaringan syaraf tiruan dan metode jaringan syaraf tiruan juga dapat
memberikan klasifikasi dari suatu cuaca. Temperatur di Indonesia
dipengaruhi oleh letak lintang dan bentuk keadaan alamnya. Letak lintang
Indonesia antara 6008’ LU dan 11015’ LS sehingga Indonesia berada di
daerah ilkim tropis. Dimana pada umumnya iklim tropis memiliki ciri-
ciri :
a. Suhu udara panas
b. Kelembaban udara tinggi
c. Curah hujan cukup banyak
Selain itu faktor-faktor cuaca buruk juga mempengaruhi
penerbangan misalnya :
a. Awan Cumulonimbus
b. Udara Kabur atau Haze
c. Halimun atau Mist
d. Kabut atau Fog

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud cuaca?

2. Bagaimana cara mendeteksi cuaca?

3.Apa saja alat-alat untuk mendeteksi cuaca?

4. Bagaimana dampak buruk cuaca pada aktivitas penerbangan?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui yang dimaksud dengan cuaca

2. Mengetahui dampak buruk cuaca pada aktivitas penerbangan

3. Mengetahui cara mendeteksi cuaca

4. Mengetahui alat alat mendeteksi cuaca

1.4 Manfaat penulisan

1. Bagi pembaca

Agar pembaca dapat mengetahui faktor-faktor cuaca buruk yang


mempengaruhi aktivitas penebangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cuaca

Cuaca merupakan salah satu komponen ekosistem alam sehingga


kehidupan baik manusia, hewan dan tumbuhan tidak terlepas dari pengaruh
atmosfer dan proses-prosesnya. Cuaca adalah keadaan atmosfer pada waktu
tertentu yang sifatnya berubah-ubah setiap waktu atau dari waktu ke waktu. Cuaca
merupakan keadaan sesaat dari atmosfer (sejam, sehari, seminggu), sedangkan
iklim merupakan keadaan atmosfer selama suatu periode tertentu (Nasir dan
Sugiarto, 1999).

Ilmu yang mempelajari cuaca disebut meteorologi, yakni cabang ilmu


yang membahas pembentukan dan perubahan cuaca serta proses-proses fisika
yang terjadi di atmosfer. (Sabaruddin, 2012).

2.2 Unsur-unsur yang Mempengaruhi Cuaca

a. Suhu udara

Menurut Kartasapoetra (2004), suhu adalah derajat panas atau dingin yang
diukur berdasarkan skala tertentu. Satuan suhu digunakan derajat celcius (ºC), di
Inggris dan beberapa negara lainnya dinyatakan ºF yang menetapkan titik didih air
dalam 212ºF dan titik lebur es 32ºF. Dalam skala perseratusan (skala Celcius)
ditetapkan titik didih air 100º dan titik lebur es 0º. Kedua skala tersebut
menunjukkan suhu yang sama pada -40º. Suhu Fahrenheit dapat diubah menjadi
derajat Celcius. (Tjasjono, 2004).

b. Tekanan udara

Menurut Tjasyono (2004), berat sebuah kolom udara per satuan luas di
atas sebuah titik menunjukkan tekanan atmosfir (tekanan udara) pada titik
tersebut. Distribusi tekanan horizontal dinyatakan oleh isobar, garis yang
menghubungkan tempat yang mempunyai tekanan atmosfir sama pada ketinggian
tertentu. Tekanan atmosfir berubah sesuai dengan tempat dan waktu. Tekanan
udara diukur berdasarkan tekanan gaya pada permukaan dengan luas tertentu.
Satuannya atmosfir (atm) atau mm Hg atau mbar, dimana tekanan udara 1atm =
760mmHg = 1.013mbar.

Tekanan udara berkurang dengan bertambahnya ketinggian tempat (elevasi


atau altitud). Tekanan udara umumnya menurun sebesar 11mbar untuk setiap
bertambahnya ketinggian tempat sebesar 100m (Lakitan, 2002).

c. Kelembaban udara

Menurut Kartasapoetra (2004), kelembaban adalah banyaknya kadar uap


air yang ada di udara. Dalam kelembaban dikenal beberapa istilah. Kelembaban
mutlak adalah massa uap air yang berada dalam satu satuan udara, yang
dinyatakan gram/m3. Kelembaban spesifik merupakan perbandingan massa uap
air di udara dengan satuan massa udara, yang dinyatakan gram/kg.

Kelembaban relatif merupakan perbandingan jumlah uap air di udara


dengan jumlah maksimum uap air yang dikandung udara pada temperatur tertentu,
dinyatakan dalam %. Angka kelembaban relatif dari 0–100%, dimana 0% artinya
udara kering, sedang 100% artinya udara jenuh dengan uap air dimana akan
terjadi titik-titik air. Besaran yang digunakan untuk menyatakan kelembaban
udara adalah kelembaban nisbi, dimana kelembaban tersebut berubah sesuai
dengan tempat dan waktu. Menjelang tengah hari kelembaban nisbi berangsur
turun, kemudian pada sore hari sampai menjelang pagi bertambah besar (Tjasjono,
2004).

d. Curah hujan

Menurut Kartasapoetra (2004), hujan merupakan salah satu bentuk


presipitasi uap air berasal dari awan yang terdapat di atmosfir. Bentuk presipitasi
lainnya adalah salju dan es. Untuk dapat terjadinya hujan diperlukan titik-titik
kondensasi, amoniak, debu, dan asam belerang. Titik-titik kondensasi ini
mempunyai sifat dapat mengambil uap air dari udara. Jumlah curah hujan dicatat
dalam inci atau millimeter (1inci = 25.4mm). Jumlah curah hujan 1mm
menunjukkan tinggi air hujan yang menutupi permukaan 1mm, jika air tersebut
tidak meresap ke dalam tanah atau menguap ke atmosfir (Tjasjono, 2004).

e. Angin

Menurut Kartasapoetra (2004), angin merupakan gerakan atau


perpindahan massa udara dari satu tempat ke tempat lain secara horizontal. Massa
udara adalah udara dalam ukuran yang sangat besar yang mempunyai sifat fisik
(temperatur dan kelembaban) seragam dalam arah yang horizontal. Gerakan angin
berasal dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah.

Kecepatan angin dibagi atas kelas atau tingkatan berdasarkan kerusakan


yang diakibatkan angin dan kecepatan angin, sebagaimana yang diperlihatkan
pada Tabel 1 berikut. Angin mempunyai arah yaitu arah dari mana angin bertiup
biasanya dinyatakan dalam 16 titik kompas (U, UTL, TL, TTL dan sebagainya)
untuk angin-angin permukaan, untuk angin di atas dinyatakan derajat atau 1/10
derajat dari utara, searah jarum jam. Kecepatan angin km/jam, mil/jam, m/det,
knot, dimana 1km/jam = 0.621mil/jam = 0.278 knot, 1knot = 1.852km/jam =
1.151mil/jam = 0.514m/det (Linsley et al., 1986).
BAB III
PEMBAHASAN

Cuaca adalah sebuah fenomena yang terjadi di atmosfer bumi maupun


pada planet lainnya. Cuaca merupakan perubahan suhu, angin, curah hujan,
dan sinar matahari. Cuaca biasanya berlagsung singkat. Cuaca sangat
mempengaruhi kehidupan dan aktivitas manusia di bumi sementara cuaca
ekstrem dapat membawa banjir dan kerusakan.

Adapun beberapa langkah sederhana mendeteksi cuaca :

1. Hewan memang dianggap peka dan bisa mengetahui berbagai tanda-tanda alam
di sekitarnya dan memprediksi cuaca. Oleh karenanya, banyak yang percaya
bahwa dengan mengamati perilaku hewan, kita bisa mengetahui kemungkinan
terjadinya suatu musibah atau bencana alam.

2. Apabila tidak dapat merasakan arah angin, lemparlah sehelai atau beberapa
rumput ke udara dan lihatlah bagaimana rumput itu terjatuh. Jika tertiup ke arah
timur, dapat menunjukkan gelombang udara yang mendekat. Jika rumput terbang
ke arah barat maka menunjukkan cuaca yang bagus. Angin yang kencang
menunjukkan perbedaan tekanan yang besar, di mana hal tersebut bisa menjadi
tanda gelombang badai yang datangnya lebih awal.

3. Apabila rumput kering ini menunjukkan bahwa awan dan angin kencang, hal
tersebut menandakan hujan akan datang. Apabila terdapat embun, kemungkinan
tidak akan hujan pada hari itu. Akan tetapi, jika hujan pada saat malam hari,
metode prediksi cuaca ini tidak bisa digunakan.

4. Mengamati jenis awan dan langit merah

Berikut adalah alat-alat untuk mendeteksi cuaca :

a. Higrometer 
Higrometer adalah sejenis alat untuk mengukur tingkat kelembaban pada
suatu tempat. Biasanya alat ini ditempatkan di dalam bekas (container)
penyimpanan barang yang memerlukan tahap kelembapan yang terjaga seperti dry
box penyimpanan kamera. Kelembaban yang rendah akan mencegah pertumbuhan
jamur yang menjadi musuh pada peralatan tersebut.
Higrometer juga banyak dipakai di ruangan pengukuran dan instrumentasi untuk
menjaga kelembapan udara yang berpengaruh terhadap keakuratan alat-alat
pengukuran.
b. Anemometer
Anemometer adalah sebuah alat pengujian atau biasa disebut alat pengukur
kecepatan angin yang biasanya digunakan dalam bidang meteorologi dan
geofisika atau stasiun prakiraan cuaca. Anemometer berfungsi untuk mengukur
atau menentukan kecepatan angin. Selain mengukur kecepatan angin, alat ini juga
dapat mengukur besarnya tekanan angin, cuaca, dan tinggi gelombang laut.
c. Weather Station
Weather station adalah pengamatan cuaca dengan instrumen dan peralatan
pengujian cuaca untuk mengamati kondisi atmosfer bumi untuk memberikan
informasi prakiraan cuaca suatu wilayah atau tempat dan juga untuk mempelajari
cuaca dan iklim suatu wilayah atau daerah.
Teknologi berkembang begitu pesatnya dari tahun ke tahun dan sampai saat
ini telah hadir alat ukur cuaca yang begitu canggih untuk kalangan lingkungan
yang serba maju dan pesat pada saat sekarang. Alat uji cuaca dilengkapi dengan
bahan yang canggih dan juga menjanjikan untuk para konsumen yang
membutuhkan.

Cuaca dan iklim mempuyai dua sisi dampak yang berbeda bagi operasional
penerbangan. Pada satu sisi, kondisi dapat memberikan dampak ekonomis berupa
efisiensi pada pesawat terbang. Pada sisi lain, cuaca berpotensi menjadi ancaman
pada keselamatan penerbangan. Pengaruh cuaca pada aktivitas penerbangan
secara umum dimulai dari saat lepas landas, saat mengudara dan saat akan
mendarat.
Cuaca buruk pada saat penerbangan dapat disebabkan karena :

a. Turbulensi
Turbulensi adalah golakan udara yang umumnya tidak dapat dilihat hal ini
dapat terjadi pabila langit cerah dan secara tiba-tiba tanpa diprediksi sebelumnya.
Penyebab turbulensi yaitu suhu, jet stream, pegunungan, wake turbulence.
b. Updraft dan downdraft
Pergerakan vertikal dari massa udara sebagai bagian dari fenomena cuaca.
Keadaan ini mengakibatkan pesawat yang sedang berada di dalam dan di bawah
badan awan CB menjadi tidak stabil posisinya jika updraft dan downdraft terjadi
sangat kuat.
c. Icing
Kondisi icing merupakan kondisi dimana terbentuk es di permukaan badan
pesawat, atau ketika karburator di dalam mesin pesawat beku. Icing terjadi ketika
uap air membeku dibawah titik beku
d. Kilat
Kilat sambaran kilat pada peawat terbang akan merusakkan peralatan navigasi
dan sistem peralatan yang lainnya dalam pesawat.

International Civil Aviation Organization (ICAO) mencatat kecelakaan akibat


turbulensi pada periode 2012-2014 mencapai 47 kecelakaan atau sekitar 16% dari
total 287 kecelakaan.

Berikut rincian dari ICAO mengenai kecelakaan penerbangan niaga akibat


turbulensi :

Jumlah Kecelakaan Penerbangan Niaga (kasus)

No Tahun Akibat Total


. Turbulensi
1. 2012 19 99
2. 2013 12 90
3. 2014 16 98
Source: International Civil Organization
Dampak cuaca buruk terhadap penerbangan sangat besar. Khususnya dalam
penerbangan selain kadar atau intensitas unsur cuaca, jenis pesawat, kondisi
pesawat dan posisi penerbangan juga merupakan faktor yang menentukan
sensitifitasnya terhadap cuaca.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang
relatif sempit dan pada jangka waktu yang singkat. Cuaca tak lepas dari konsep
fisika yang terjadi di dalamnya. Misalnya suhu udara, tekanan udara, kecepatan
angin, intensitas penyinaran matahari.

Cuaca buruk bukanlah suatu hal yang harus ditakuti dalam penerbangan, tetapi
merupakan suatu hal yang harus diwaspadai. Untuk meningkatkan keselamatan
penerbangan, pengatur penerbangan sangat bergantung pada informasi cuaca yang
akurat.

3.2 Saran

Penemuan terbaru mengenai sistem pendeteksi cuaca buruk dan sistem yang
dapat memprediksi area yang berpotensi mengalami turbulensi diharapkan akan
terus dikembangkan guna keselamatan penerbangan yang lebih memadai.
DAFTAR PUSTAKA

Putra, Dwi Udayana. 2016. “Implementasi Backpropagation Neural Network dalam


Prakiraan Cuaca di Daerah Bali Selatan”. Skripsi. FMIPA, Matematika, Universitas
Udayana, Bali.

Shariyanto. 2011. Dampak Cuaca. Terhadap Penerbangan.


http://catatankecilsekolahku.blogspot.com/2011/04/makalah-dampak-cuaca-
terhadap.html (Sabtu, 17 Oktober 2020)
Miftahuddin. 2016. Analisis Unsur-unsur Cuaca dan Iklim Melalui Uji Man-
Kendall Multivariat. Jurnal Matematika, Statistika dan Komputasi. Vol. 13, No. 1,
27-28.

Anda mungkin juga menyukai