Anda di halaman 1dari 19

Desain Penelitian Historis Dan Etnografis

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Metodologi


Penelitian Kualitatif
Dosen Pengampu : Tutik Dinur Rofiah, S.Pd.I, M.Pd

Disusun oleh :

Kelompok 10:

1. Syifa Isnaini Wibawaning Y (20206044)


2. Qonik Alfi Rohmatin (20206049)
3. Novitasari (20206061)

4. Siska Risqiana (20206062)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MADRASAH IBTIDAIYYAH


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI (IAIN KEDIRI)
TAHUN AJARAN 2022/2023
SEMESTER 5
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT. dengan rahmat dan hidayah-
Nya, makalah ini telah selesai kami susun sebagai tugas diskusi dan presentasi. Shalawat dan
salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. kepada keluarga, para sahabat,
dan tak lupa kepada kita selaku umatnya.
Dengan kerendahan hati, kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Tutik Dinur Rofiah,
S.Pd.I, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif, kedua orang
tua kami yang selalu memberikan dukungan moral dan material dalam penyelesaian makalah ini
yang berjudul Desain Penelitian Historis Dan Etnografis.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu
kami sebagai penyusun dalam makalah ini dengan senang hati akan menerima kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk penyempurnaan makalah ini. Dan yang terakhir, kami berharap
semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada semua pihak. Terima kasih.

Kediri, 20 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah................................................................................................................... 1
BAB II ............................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 2
A. Pengertian Penelitian Historis Dan Etnografis .............................................................. 2
B. Karakteristik Penelitian Historis dan Etnografis .......................................................... 4
C. Penggunaan Penelitian Historis dan Etnografis............................................................. 4
BAB III ........................................................................................................................................... 14
PENUTUP ...................................................................................................................................... 14
A. Kesimpulan......................................................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peneliti merupakan instrumen kunci, alat-alat yang lain, seperti video,
film, alat perekam, dan sebagainya hanyalah alat "perpanjangan tangan" peneliti
dalam mengolah data. Wawancara dan observasi tidak dinamakan instrumen, tetapi
dipandang sebagai proses. Penelitilah yang berperan sebagai pembangun sistem yang
ada dalam kenyataan tanpa mengintervensi partisipan dan memanipulasi data.
Membaurnya peneliti dengan partisipan tidak dilihat sebagai intervensi peneliti
terhadap partisipan, tetapi lebih sebagai cara untuk lebih mendekatkan diri dengan
partisipan agar segala fenomena yang dicari menjadi jelas. peneliti berusaha melihat
partisipan dan data yang dikumpulkannya seobyektif mungkin namun tanpa
mengabaikan kedekatan peneliti dengan partisipan demi pendalaman makna
penelitian.
Penggunaan teknologi di berbagai lini kehidupan manusia membuat pola
hidup manusia di masa modern ini juga berubah. Ketergantungan dengan perangkat
digital seperti telepon genggam untuk berkomunikasi, laptop mengerjakan pekerjaan,
dan alat-alat digital lainnya membuat cara kita memaknai kehidupan juga berubah.
Seiring perkembangan jaman penggunaan teknologi digital tidak hanya masuk ke
dalam kehidupan praktis, tetapi juga merambah ke bidang penelitian akademis. Salah
satunya adalah metode penelitian dengan pendekatan kualitatif dimana penggunaan
metode etnografi yang di masa lalu diharuskan turun ke lapangan dalam jangka
waktu yang cukup lama agar kita dapat menyelami kebudayaan, adat istiadat
setempat, di masa modern ini berubah menjadi etnografi digital.
B. Rumusan Masalah
1.Apa Pengertian Penelitian Historis dan Etnografis ?
2.Apa Karakteristik Penelitian Historis dan Etnografis?
3.Bagaimana Penggunaan Penelitian Historis dan Etnografis?
C. Tujuan Masalah
1.Untuk mengetahui dan memahami pengertian penelitian historis dan etnografis
2.Untuk mengetahui karakteristik penelitian historis dan etnografis
3.Untuk mengetahui cara penggunaan penelitian historis dan etnografi.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penelitian Historis Dan Etnografis
1. Penelitian Historis
Penelitian historis adalah penelitian yang dilakukan dengan penelaah dokumen
serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilakukan
secara sistematis. Penelitian historis identic dengan penelitian dokumen,
perbedaannya terletak dari sudut data. Dalam penelitian sejarah, data yang digunakan
jauh lebih lama,diantaranya telah berabad-abad atau yang sudah layak bernilai sejarah
seperti perang salib, perang dunia kedua, revolusi kemerdekaan RI, dan sebagainya.
Penelitian historis sebagai salah satu jenis penelitian yang hendak mengkonstruksi
kondisi masa lalu secara sistematis, objektif, dan akurat yang mana dalam penelitian
ini bukti-bukti dikumpulkan, dievaluasi, dianalisis, dan disintesiskan. Selanjutnya
dengan bukti-bukti itu dirumuskanlah suatu kesimpulannya. Kadangkala penelitian
jenis ini digunakan untuk membuktikan hipotesis tertentu. Data penelitian historis
diperoleh melalui deskripsi berbagai catatan, artefak atau berbagai jenis laporan
verbal lainnya. Hasil penelitiannya biasanya berupa naratif deskriptif (narrative
description), atau analisis terhadap berbagai peristiwa pada masa lampau. Data-data
penelitian historis pada umumnya diberatkan pada upaya menelaah dokumen hasil
rekaman para ahli dari berbagai bidang, misalnya ahli jurnalistik, ahli hukum,
kedokteran, penulis harian, fotografi dan lainnya.1
Dapat disimpulkan bahwa pengertian penelitian historis mengandung beberapa
unsur pokok yaitu:
1. Adanya proses pengkajian peristiwa atau kejadian masa lampau (berorientasi
pada masa lampau).
2. Usaha dilakukan secara sistematis dan objektif.
3. Merupakan sentetan gambaran masa lampau yang integrative anatara manusia,
peristiwa, ruang dan waktu.
2. Penelitian etnografis
Penelitian etnografis adalah genre penelitian kualitatif, yang berkembang dari
metodologi antropologi. Penelitian ini menyelidiki masyarakat dan budaya dengan
pengujian manusia, interpersonal, social, dan budaya dalam segala kerumitannya.

1
Umrati, H. W. (2020). Analisis Data Kualitatif Teori Konsep dalam Penelitian Pendidikan. Makassar: sekolah
tinggi theologia jaffray.

2
Etnografi adalah studi atau penelitian dengan pendekatan empiris dan teoritis.
Etnografi adalah turunan dari antropologi (budaya) dengan tujuan utama
menghasilkan deskripsi rinci dan holistik dan analisis budaya berdasarkan kerja
lapangan yang intensif. Untuk dapat memahami kajian dengan menggunakan metode
etnografi, terlebih dahulu kita harus mengetahui tentang konsep dasar etnografi itu
sendiri. Etnosentrisme adalah proses di mana nilai-nilai dan cara seseorang melihat
dunia berdasarkan satu budaya tertentu digunakan untuk menilai budaya lain.
Etnografi adalah studi representatif di mana etnografer secara terbuka atau diam-
diam berpartisipasi menjadi pengamat, mengamati keseharian masyarakat. Etnografi
adalah penelitian iteratif-induktif (yang bisa berkembang sepanjang jalannya
penelitian) berdasarkan separangkat metode, melibatkan, dan menjalin kontak
langsung dengan “agen” manusia (partisipasi observasi) dalam konteks hidup
keseharian mereka (dan kebudayaan mereka), yakni mengamati apa yang terjadi,
mendengarkan apa yang dikatakan, mengajukan pertanyaan, dan menghasilkan
tulisan yang mendalam tanpa mereduksi pengalaman manusia.
Berhubung penelitian etnografi bersifat “iteratifinduktif”, maka pertanyaan
penelitian bukan berupa pengujian hipotesis dari literatur teoritis tertentu, tetapi
berupa pertanyaan terbuka yang dituntun oleh konsep (teori) yang operasional dan
bisa berubah seturut pencarian data berjalan. Dimana terjadi dialog bolak-balik antara
data dan teori. Penelitian yang menggunakan metode etnografi sebagai pendekatan
dalam penelitiannya, mempunyai tujuan untuk mendapatkan kompleksitas dan
keragaman budaya objek studi, termasuk asumsi atau kenyataan yang tak terkatakan
yang diterima apa adanya, atau bisa juga disebut “thick description”.
Etnografi adalah praktik dan ekspresi dengan sejarah luas masa lalu yang
mencakup berbagai macam unsur seperti unsur filossfis, politik, spiritual dan estetika.
Elemen-elemen ini terkadang menentukan budaya, menyebut nama orang, dan
memberitahu siapa mereka dan apa yang terjadi. Dapat dikatakan secara singkat
bahwa etnografi tumbuh dari wacana utama atau wacana penjajahan. Tetapi saat ini
para akademisi mempertanyakan legitimasi wacana tersebut. Perkembangan kajian
etnografi di era modern saat ini sangat pesat, para peniliti di era postmodern pun
menyusun agendanya masing-masing.
Etnografi yang muncul dari kajian antropologi dan diadopsi oleh kajian sosiologis
ini merupakan metode kualitatif yang sempurna untuk mempelajari kepercayaan,
interaksi hubungan sosial, dan perbuatan suatu kelompok masyarakat. Kegiatan ini

3
melibatkan keikutsertaan dan pengamatan dalam periode tertentu dan interpretasi
dalam melakukan pengumpulan data.2

B. Karakteristik Penelitian Historis dan Etnografis


1. Karakteristik Penelitian Historis
a. Metode sejarah lebih banyak menggantungkan diri pada data yang diamati orang
lain di masa-masa lampau.
b. Data yang digunakan lebih banyak bergantung pada data primer dibandingkan
dengan data sekunder. Bobot data harus dikritik, baik secara internal maupun
eksternal.
c. Metode sejarah mencari data secara lebih tuntas serta mengganti informasi yang
lebih tua yang tidak diterbitkan ataupun yang tidak dikutip dalam bahan acuan
yang standar
d. Sumber data harus dinyatakan secara definitif, baik nama pengarang, tempat dan
waktu. Sumber tersebut harus diuji kebenaran dan ketulenannya. Fakta harus
dibenarkan oleh sekurang-kurangnya dua saksi yang tidak pernah berhubungan.
2. Karakteristik Penelitian Etnografis
Beberapa ciri penelitian etnografi yang dikemukakan oleh Smith dan Glass adalah:3
a. Topik permasalahan haruslah yang bermakna.
b. Prosedur peneritian haruslah sistematis dan jelas, sehingga pembaca dapat mengikuti
logika dan memahami validitas kesimpulan.
c. Verifikasi data dilakukan secara empiris.
Beberapa ciri dari Bogdan dan Biklen adalah:4
a. penelitian etnografi memakai Iatar alami (natural setting) sebagai sumber langsung
data.
b. Penelitian etnografi bersifat deskriptif.
c. Peneliti etnografi lebih memperhatikan proses daripada hanya keluaran atau produk
d. Data cenderung dianalisis secara induktif.

C. Penggunaan Penelitian Historis dan Etnografis

2
Andrey Caesar Effendia, L. P. (2021). KAJIAN LITERATUR: ETNOGRAFI DIGITAL SEBAGAI CARA BARU DALAM
PENCARIAN DATA DALAM PROSES PERENCANAAN ARSITEKTUR. aksen Volume 6 Nomor 1, 21-22.
3
“KKI_ANAS_YASIN_2043_1999.pdf,” diakses 18 November 2022,
http://repository.unp.ac.id/31644/1/KKI_ANAS_YASIN_2043_1999.pdf.
4
“KKI_ANAS_YASIN_2043_1999.pdf.”
4
1. Penggunaan Penelitian Historis
Penelitian historis untuk menetapkan fakta dan mencapai simpulan mengenai hal-
hal yang telah lalu, yang dilakukan secara sistematis dan objektif oleh ahli sejarah
dalam mencari, mengvaluasi dan menafsirkan bukti-bukti untuk mempelajari masalah
baru. Dalam mencari data dilakukan secara sistematis agar mampu menggambarkan,
menjelaskan, dan memahami kegiatan atau peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu.
Penelitian historis mengandung beberapa unsur pokok, yaitu :
a. Adanya proses pengkajian peristiwa atau kejadian masa lalu (berorientasi pada
masa lalu);
b. Usaha dilakukan secara sistematis dan objektif;
c. Merupakan serentetan gambaran masa lalu yang integrative anatar manusia,
peristiwa, ruang dan waktu;
d. Dilakukan secara interktif dengan gagasan, gerakan dan intuiasi yang hidup
pada zamannya (tidak dapat dilakukan secara parsial).
Objek penelitian sejarah adalah peristiwa atau kehidupan masyarakat pada masa
lampau, maka yang menjadi sumber informasi harus mempunyai karakteristik yang
berbeda dengan metode penelitian lainnya. Beberapa sumber tersebut di antaranya
adalah sebagai berikut :
a. Sumber-sumber primer, yaitu data yang diperoleh dari cerita para pelaku
perisriwa itu sendiri, dan atau saksi mata yang mengalami atau mengetahui
peristiwa tersebut. Contoh sumber-sumber primer lainnya yang sering menjadi
perhatian perhatian para peneliti di lapangan atau situs di anataranya seperti,
dokumen asli, relief dan bendabenda peninggalan masyarakat zaman lampu.
b. Sumber informasi sekunder, yaitu informasi yang diperoleh dari sumber lain
yang mungkin tidak berhubungan langsung dengan peristiwa tersebut. Sumber
sekunder ini dapat berupa para ahli yang mendalami atau mengetahui peristiwa
yang dibahas dan dari buku atau catatan yang berkaitan dengan peristiwa, buku
sejarah, artikel dalam ensiklopedia, dan review penelitian.
Dari adanya sumber primer dan sekunder ini, sebaiknya peneliti apabila mungkin
lebih memberikan bobot sumber-sumber data primer lebih dahulu, baru kemudian
data sekunder, data tersier, dan seterusnya.
Ada 4 (empat) langkah esensial dalam penelitian historis, yaitu sebagai berikut:
a. Merumuskan Masalah.
Dalam merumuskan masalah historis terdapat beberapa persyaratan

5
sebagaimana dalam penelitian yang lain, yaitu :
1) Manageable,
2) Memiliki rasional yang kuat.
3) Menemukan Sumber Informasi sejarah yang Relevan.
Secara umum sumber informasi yang relevan dalam penenlitian sejarah dapat
dikelompokkan menjadi 4 (empat) bagian berikut ini.
a) Dokumen, yaitu materi yang tertulis atau tercetak dalam bentuk buku,
majalah, Koran, buku catatan, dan sebagainya. Dokumen merujuk pada
beberapa jenis informasi yang eksis ke dalam bentuk tertulis atau cetak.
b) Rekaman yang bersifat numeric, yaitu rekaman yang di dalamnya
terdapat bentuk-bentuk data numerik, mislanya skor tes, laporan sensus,
dan sebagainya.
c) Pernyataan lisan, yaitu melakukan interview dengan orang yang
merupakan saksi saat peristiwa lalu terjadi. Ini merupakan bentuk khusus
dari penelitian sejarah yang disebut oral history.
d) Relief, yaitu objek fisik atau karakteristik visual yang memberikan
beberapa informasi tentang peristiwa masa lalu. Contohnya berupa
bangunan monument, peralatan, pakaian dan sebagainya.
b. Meringkas Informasi yang Diperoleh dari Sumber Historis
Langkah ini merupakan proses me-review dan meringkas dari sumber
informasi sejarah. Dalam hal ini peneliti berusaha untuk menentukan relevansi
materi utama dengan pertanyaan atau masalah yang diteliti, yang dapat dilakukan
dengan rekaman data biografi yang lengkap dari sumber, mengorganisasikan data
berdasarkan kategori yang dihubungkan dengan masalah yang diteliti, dan
meringkas informasi yang berhubungan fakta, jumlah, dan pertanyaan yang
penting).
c. Mengevaluasi Sumber Sejarah
Dalam langkah ini peneliti sejarah harus mengadopsi sikap kritis ke arah
beberapa atau seluruh sumber informasi. Dalam mengevaluasi sumber sejarah
yang merupakan dokumen atau informasi. Dalam mengevaluasi sumber sejarah
terdapat dua kritik yaitu Kritik eksternal. Hal ini berguna untuk menetapkan
keaslian atau auntentisitas data, dilakukan kritik eksternal. Apakah fakta
peninggalan ata dokumen itu merupakan yang sebenarnya, bukan palsu. Berbagai
tes dapat dipergunakan untuk menguji keaslian tersebut. Misalnya untuk

6
menetapkan umum dokumen melibatkan tanda tangan, tulisan tangan, kertas, cat,
bentuk huruf, penggunaan bahasa, dan lain-lain.
d. Kritik Internal
Setelah dilakukan suatu dokumen diuji melalui kritik eksternal, berikutnya
dilakukan kritik internal. Walaupun dokumen itu asli, tetapi apakah mengukapkan
gambaran yang benar? Bagaimana mengenai penulis dan penciptanya? Apakah ia
jujur, adil dan benar-benar memahami faktanya, dan banyak lagi pertanyaan yang
bisa muncul seperti diatas. Sejarahwan harus benar-benar yakin bahwa datanya
antentik dan kaurat. Hanya jika datanya autentik dan akuratlah sejarawan bisa
memandang data tersebut sebagai bukti sejarah yang sangat berharga untuk
ditelaah secara serius.
e. Hipotesis dan Generalisasi Dalam Penelitian Sejarah
Dalam penelitian sejarah dapat juga diajukan hipotesis, meskipun hipotesis
tersebut tidak selalu dinyatakan secara eksplisit. Biasanya sejarawan
menyimpulkan bukti-buktidan secara cermat menilai kepercayaannya. Jika
buktinya ternyata cocok dengan hipotesisnya maka hipotesis tersebut teruji. 5
2. Penggunaan Penelitian Etnografis
Penelitian etnografi berkaitan dengan denga antropologi. Peneliti melakukan studi
yang sangat mendalam tentang perilaku yang terjadi secara alami di sebuah budaya
atau sebuah kelompok sosial tertentu. Peneliti secara langsung menajdi bagian atau
membaur dengan budaya masyarakat yang diteliti untuk mengumpulkan data dengan
cara observasi yang diteliti untuk mengumpulkan data dengan cara observasi
mendalam dan wawancara dengan beberapa narasumnber/informan. Selain itu peneliti
juga mempelajari berbagai dokumen yang berkaitan dengan topik ang diteliti. 6
Untuk penggunaan penelitian etnografis memerlukan beberapa langkah dalam
proses penelitaian, diantaranya :
a. Menetapkan narasumber / Informan
Ada beberapa persyaratan untuk memilih informan yang baik diantaranya
:
1) Enkulturasi penuh : Enkulturasi merupakan proses alami dalam
mempelajari suatu budaya tertentu. Kaitannya dengan penelitian

5
Muhammad Ilyas, Ma’rufi Ma’rufi, and Nisraeni Nisraeni, “Metodologi Penelitian Pendidikan Matematika,”
2015, 34–40.
6
Eko Sugiarto, Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif: Skripsi Dan Tesis: Suaka Media (Diandra Kreatif, 2017),
11–12.
7
adalah bagaimana kita menentukan atau menyerap kebudayaan
tersebut kedalam dirinya.
2) Keterlibatan langsung : Peneliti melihat secara langsung apa yang
sebenarnya terjadi. Seorang pencari data harus melihat secara cermat
keterlibatan langsung yang dialami oleh calon informan.
3) Suasana budaya yang tidak dikenal: kebanyakan etnografer memulai
studi etnografinya pada kebudayaan yang berbeda dari kebudayaan
yang dimilikisendiri.
4) Cukup waktu: Ketersediaan waktu informan juga perlu diperhatikan,
karena informan yang bersedia diwawancarai belum tentu memiliki
waktu yang cukup untuk diwawancarai.
5) Non Analitik: etnografer harus memiliki kemampuan analisis yang
memadai, serta mampu menemukan hubungan dan pola yang
tersembunyi dari informasi tersebut.
b. Wawancara Narasumber/Informan
Wawancara etnografis memiliki perbedaan dengan percakapan
persahabatan atau percakapan biasa antara dua orang atau lebih. Unsur dalam
percakapan persabahatan adalah sebagai berikut :
1) Sapaan untuk memulai sebuah percakapan maka biasanya diawali
dengan pertanyaan semisal “Apa kabar?”, “Senang bertemu anda”,
“Halo”, dan sebagainya.
2) Tidak ada tujuan yang eksplisit: di dalam percakapan persahabatan
biasanya tidak memiliki tujuan khusus arah percakapan mereka.
3) Menghindari pengulangan: kedua orang yang melakukan percakapan
persahabatan berasumsi bahwa sesuatu yang pernah ditanyakan atau
dinyatakan tidak perlu diulangi.
4) Mengajukan pertanyaan: percakapan persahabatan memungkinkan
orang yang melakukan percakapan untuk menanyakan hal-hal yang
bersifat lebih pribadi tanpa ada rasa malu.
5) Menunjukkan minat, untuk menunjukkan minat dalam percakapan
persahabatan sering pula menggunakan ungkapan non verbal seperti
tersenyum, mendengarkan dengan kontak mata, dan berbagai macam
gaya tubuh.

8
6) Menunjukkan ketidaktahuan: untuk menghindari kebosanan karena
lawan bicara selalu mengulangi percakapan persahabatan maka dapat
dihindari dengan menunjukkan ketidaktahuan.
7) Bergiliran: aturan budaya yang implisit dalam melakukan percakapan
persahabatan.
8) Penyingkatan : memberikan informasi yang bersifat parsial untuk
menghemat katakata dan menghindari percakapan yang menjelaskan
secara detail tentang topik yang dibahas.
9) Waktu sela : berfungsi untuk menunjukkan kedua belah pihak berharap
untuk tidak melanjutkan pembicaran, atau sedang berpikir untuk
menjawab pertanyaan atau ingin untuk mengganti topik pembicaraan.
10) Penutupan : percakapan persahabatan tidak akan pernah berhenti tanpa
ada beberapa ritual verbal misalnya seperti kata “selesai”.
c. Membuat catatan etnografis
Sebuah deskripsi suatu kebudayaan, sebuah etnografi, dihasilkan oleh
sebuah catatan etnografis dari berbagai peristiwa yang terjadi dalam suatu
masyarakat dalam suatu periode waktu tertentu, yang tentu saja meliputi
berbagai tanggapan informan terhadap etnografer dengan berbagai
pertanyaan, tes dan perlengkapannya. Proses arus balik dalam menuliskan
etnografis :

d. Mengajukan pertanyaan deskriptif


Dalam wawancara etnografis meliputi dua proses yang berbeda namun
saling melengkapi, yaitu mengembangkan hubungan dan mencari informasi.
‘Mengembangka hubungan’ mendorong infroman untuk menceritakan budaya
yang dimilikinya, sedsngkan ‘memperoleh informasi’ membantu
pengembangan hubungan. Proses hubungan menunjuk pada hubungan yang
harmonis antara etnografer dan informan. Meskipun tidak selalu dapat
diprediksikan, hubungan terkadang berkembang secara terpola. Proses
hubungan yang baik biasanya berjalan dengan tahapan yaitu keprihatinan,
9
penjajagan, kerjasama, dan partisipasi.
e. Analisis wawancara etnografis
1) Memilih Masalah. Semua etnografi dimulai dengan permasalahan
umum yang sama: Apa makna budaya yang digunakan oleh
masyarakat untuk mengatur tingkah laku dan menginterpretasikan
pengalaman mereka?
2) Mengumpulkan Data Kebudayaan. Dimulai sebelum hipotesis
diformulasikan. Etnografer mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan
deskriptif dengan melakukan observasi umum, mencatatat semua ini
dalam catatan lapangan.
3) Menganalisis Data Kebudayaan. Analisis ini meliputi pemeriksaan
ulang catatan lapangan untuk mencari simbol-simbol budaya, serta
mencari hubungan antar symbol-simbol itu.
4) Memformulasikan Hipotesis Etnografis. Hipotesis etnografis
mengusulkan hubungan yang harus diuji dengan cara memeriksa hal-
hal yang diketahui oleh informan.
5) Menulis Etnografi. Menulis merupakan suatu perbaikan proses
analisis.

f. Membuat analisis domain


1) Langkah Satu : Memilih satu hubungan semantik tunggal. Dalam
upaya mempermudah proses penemuan, maka paling baik jika
penelitian dimulai dari hubungan semantik universal
2) Langkah Dua : Mempersiapkan satu lembar kerja analisis domain.
Gunakan lembar kerja yang terpisah sehingga membantu dalam
visualisasi masing-masing domain. Masing-masing kertas kerja
analisis domain menuntut untuk memasukkan informasi tertentu
sebelum memulai pencarian: (1) hubungan semantic yang dipilih; (2)
statemen dalam bentuk yang diekspresikan; (3) contoh kalimat dari
budaya yang memiliki istilah tercakup.
3) Langkah ketiga: Memilih satu sampel dari statemen informan.
4) Langkah Empat: Mencari istilah pencakupdan istilah tercakup yang
memungkinkan dan sesuai dengan hubungan sematik.

10
5) Langkah lima: Memformulasikan pertanyaan-pertanyaan struktural
untuk masingmasing domain.
6) Langkah enam: Membuat daftar untuk semua domain yang
dihipotesiskan.
g. Mengajukan pertanyaan struktural
Prinsip mengajukan pertanyaan structural terdiri dari :
1) Prinsip Konkuren. Ajukan pertanyaan-pertanyaan structural secara
konkuren dengan pertanyaan deskriptif. Pertanyaan structural ini
bersifat melengkapi bukan menggantikan pertanyaan deskriptif.
2) Prinsip Penjelasan. Pertanyaan structural seringkali menuntut
penjelasan. Etnografer melepaskan cara percakapan yang bersahabat
ketika mereka mengajukan pertanyaan structural. Kecuali juka
informan ini mengetahui ini, yaitu pertanyaan structural mengarahkan
serta membatasi jawaban mereka.
3) Prinsip Pengulangan. Pertanyaan structural harus diulang berkali-kali
untuk memperoleh semua istilah tercakup dalam suatu domain.
4) Prinsip Konteks. Ketika mengajukan pertanyaan structural, beri
informan informasi kontekstual. Ini akan menempatkan informan
dalam setting dimana domain itu relevan.
5) Prinsip Kerangka Kerja Budaya.Etnografer harus mengucapkan
pertanyaan-pertanyaan structural dalam batasan budaya dan juga
dalam batasan personal.
h. Membuat analisis taksonomi
Kriteria dalam memilih fokus sementara sebagai berikut :
1) Saran dari Informan. Terkadang saran spontan dari informan tidak
menspesifikasikan domaindomain tertentu tetapi memberikan
petunjuk mengenai beberapa domain yang akan mencakup topik ini.
2) Kepentingan Teoritis. Beberapa domain asli berhubungan erat dengan
berbagai kategori analitis dalam ilmu sosial.
3) Etnografi Strategis. Beberapa domain dalam suatu kebudayaan
menawarkan berbagai kesempatan khusus untuk melaksanakan
etnografi.
4) Domain yang Mengatur. Memilih salah satu kriteria domain yang
dominan untuk memfokuskan penelitian agar domain dominan tidak

11
mengatur sebagian besar pengetahuan budaya yang telah dipelajari
informan.
i. Mengajukan pertanyaan kontras
Pertanyaan Kontras adalah pertanyaan yang dapat mendorong penemuan
banyak hubungan tambahan diantara objek yang diteliti. Prinsip-prinsip
penemuan dalam studi makna diantaranya :
1) Prinsip relasional : prinsip ini menegaskan bahwa makna dari sebuah
simbol dapat ditemukan dengan menemukan bagaimana sebuah simbol
berhubungan dengan semua simbol yang lain.
2) Prinsip kegunaan : prinsip ini menegaskan bahwa makna sebuah
simbol dapat ditemukan dengan menanyakan bagaimana simbol itu
digunakan dan bukan dengan menanyakan makna.
3) Prinsip kemiripan : prinsip ini menegaskan bahwa makna sebuah
simbol dapat ditemukan dengan menemukan bagaimana symbol itu
mirip dengan simbol – simbol lainnya.
4) Prinsip kontras : prinsip ini menegaskan bahwa makna sebuah simbol
dapat ditemukan dengan menemukan bagaimana sebuah simbol
berbeda dari simbol – simbol lainnya.
j. Analisis komponen
Analisis komponen merupakan suatu pencarian sistematik berbagai atribut
(komponen makna) yang berhubungan dengan simbol-simbol budaya. Apabila
seorang etnografer menemukan berbagai kontras di antara anggita suatu
katogeri maka hal yang terbaik adalah jika kontras ini dianggap sebagai
antribut komponen makna dari suatu istilah. Setiap kali seorang etnografer
menemukan perbedaan di antara anggota suatu kategori, perbedaan ini
dianggap paling baik sebagai atribut atau komponen makna untuk setiap
istilah. Kita dapat mendefinisikan atribut sebagai elemen informasi apa saja
yang teratur terkait dengan symbol. Atribut selalu terkait dengan istilah rakyat
dengan hubungan semantik tambahan.
k. Penentuan tema budaya
Penentuan tema budaya ini boleh dikatakan merupakan puncak analisis
etnografi. Keberhasilan seorang peneltii dalam menciptakan tema budaya,
berarti keberhasilan dalam penelitian. Tentu saja, akan lebih baik justru
peneliti mampu mengungkap tema-tema yang orisinal, dan bukan tema-tema

12
yang telah banyak dikemukakan peneliti sebelumnya. Beberapa etnografer
menyampaikan suatu pengertian tentang keseluruhan budaya atau suasana
budaya dengan menggunakan pendekatan inventarisir (inventory approach)
kemudian mengidentifikasikan dan membaginya ke dalam kategori-kategori
seperti kekerabatan, kebudayaan material, dan hubungan sosial. Dalam hal ini,
perlu menemukan tema-tema konseptual yang digunakan oleh anggota
masyarakat dalam menghubungkan domain-domain ini.7

7
James P Spradley, “Metode Etnografi,” 1997.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian tentang penelitian historis dan etnografis ini, dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Penelitian historis adalah penelitian yang dilakukan dengan penelaah dokumen serta
sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilakukan
secara sistematis, sedangkan penelitian etnografi sangat deskriptif dan kaya konteks
yang sering dipakai untuk mengkaji proses yang memunculkan suatu bentukan dan
yang di dalamnya pelaku (partisipan) berinteraksi di dalam iatar sosial.
2. Karakteristik penelitian historis adalah metode sejarah lebih banyak
menggantungkan diri pada data yang diamati orang lain di masa-masa lampau, data
yang digunakan lebih banyak bergantung pada data primer dibandingkan dengan
data sekunder, metode sejarah mencari data secara lebih tuntas serta mengganti
informasi yang lebih tua yang tidak diterbitkan ataupun yang tidak dikutip dalam
bahan acuan yang standar, dan sumber data harus dinyatakan secara definitif, baik
nama pengarang, tempat dan waktu sedangkan karakteristik penelitian etnografis
adalah topik permasalahan haruslah yang bermakna, prosedur peneritian haruslah
sistematis dan jelas, sehingga pembaca dapat mengikuti logika dan memahami
validitas kesimpulan, serta verifikasi data dilakukan secara empiris.
3. Ada 4 (empat) langkah esensial dalam penelitian historis, yaitu merumuskan
masalah, meringkas informasi yang diperoleh dari sumber historis, mengevaluasi
sumber sejarah , kritik internal, hipotesis dan generalisasi dalam penelitian sejarah,
sedangkan penggunaan penelitian etnografis meliputi menetapkan
narasumber/informan, wawancara narasumber/informan, membuat catatan
etnografis, mengajukan pertanyaan deskriptif, analisis wawancara etnografis,
membuat analisis domain, mengajukan pertanyaan struktural, membuat analisis
taksonomi, mengajukan pertanyaan kontras, analisis komponen, dan penentuan
tema budaya
B. Saran
Kami sebagai penulis tentunya menyadari jika makalah ini masih terdapat
kesalahan. Maka kami akan memperbaikinya dengan berpedoman pada banyak sumber
serta kritik yang membangun dari para pembaca dan bacaan referensi yang terpercaya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Caesar Andrey Effendia, L. P. (2021). KAJIAN LITERATUR: ETNOGRAFI DIGITAL


SEBAGAI CARA BARU DALAM PENCARIAN DATA DALAM PROSES PERENCANAAN
ARSITEKTUR. aksen Volume 6 Nomor 1.
Ilyas Muhammad, Ma’rufi Ma’rufi, and Nisraeni Nisraeni, “Metodologi Penelitian
Pendidikan Matematika,” 2015.
“KKI_ANAS_YASIN_2043_1999.pdf,” diakses 18 November 2022,
http://repository.unp.ac.id/31644/1/KKI_ANAS_YASIN_2043_1999.pdf.
P James Spradley, “Metode Etnografi,” 1997.
Sugiarto Eko, Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif: Skripsi Dan Tesis: Suaka Media
(Diandra Kreatif, 2017)
Umrati, H. W. (2020). Analisis Data Kualitatif Teori Konsep dalam Penelitian
Pendidikan. Makassar: sekolah tinggi theologia jaffray.

15
16

Anda mungkin juga menyukai