Anda di halaman 1dari 9

LITERASI BUDAYA DAN KEWARGAAN

Resum

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Literasi

Yang Dibimbing oleh Wuli Oktaningrum, M.Pd

Disusun oleh Semester 6A:

1. Wiwit Fatmaniati 1886206013

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT

2021
A. PENTINGNYA LITERASI BUDAYA DAN KEWARGAAN
Disinformasi adalah penyampaian informasi yang salah, baik yang dilakukan
dengan sengaja untuk membingungkan orang lain. Disinformasi yang terjadi pada
masyarakat disebabkan karena masyarakat mudah percaya dengan informasi yang
diperoleh tanpa melihat atau mencari lagi dari mana sumber informasi aslinya.
Disinformasi yang terjadi di masyarakat harus bisa diatasi dengan baik, agar masyarakat
terutama pada generasi millennial bisa lebih cerdas lagi, baik dalam menggunakan
maupun mengomunikasikan informasi yang diperoleh di abad 21 ini.
Untuk mengatasi fenomena disinformasi diperlukan kemampuan literasi. Literasi
tidak hanya sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi literasi bisa berarti melek
teknologi, politik, berpikir kritis, dan peka terhadap lingkungan sekitar (Irianto &
Febrianti, 2017). Pentingnya kesadaran literasi sangat mendukung keberhasilan seseorang
dalam menangani berbagai permasalahan. Seseorang apabila memiliki kemampuan
literasi akan memperoleh ilmu pengetahuan dan mendokumentasikan sepenggal
pengalaman yang akan menjadi rujukan di masa mendatang.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2017) menyatakan bahwa,
“Kemampuan literasi budaya dan kewargaan adalah keterampilan perilaku dalam
kebudayaan nasional sebagai identitas bangsa serta memahami hak dan kewajiban
sebagai warga negara.” Literasi budaya dan kewargaan merupakan kemampuan
seseorang dalam bersikap sebagai bagian dari suatu budaya dan bangsa dalam lingkungan
sosialnya. Pemerintah memanfaatkan pendidikan literasi sebagai media penanaman nilai
nasionalisme dan patriotisme pada masyarakat di era millennial melalui program Gerakan
Literasi Nasional di Indonesia.
Literasi budaya dan kewargaan menjadi hal yang penting untuk dikuasai di abad
ke-21 oleh setiap orang terutama generasi millennial, agar mereka dapat tetap mencintai
dan ikut melestarikan kebudayaan Indonesia. Negara ini memiliki beragam suku bangsa,
bahasa, kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, dan lapisan sosial. Negara Indonesia
sebagai bagian dari dunia, turut terlibat dalam kancah perkembangan dan perubahan
global. Oleh karena itu, kemampuan untuk menerima dan beradaptasi, serta bersikap
secara bijaksana dan cerdas atas keberagaman tersebut menjadi sesuatu yang penting
untuk dilakukan di abad 21 ini.
Kemampuan untuk memahami keberagaman dan tanggung jawab sebagai warga
negara dari suatu bangsa merupakan kecakapan yang harus dimiliki setiap individu di
abad ke-21. Oleh karena itu, literasi budaya dan kewargaan penting diberikan di tingkat
keluarga, sekolah, dan masyarakat pada masyarakat terutama generasi millennial, agar
tetap mencintai dan bisa melestarikan kebudayaan di Indonesia baik secara nasional
maupun internasional. Literasi budaya dan kewargaan tidak hanya menyelamatkan dan
mengembangkan budaya lokal dan nasional, tetapi juga membangun identitas bangsa
Indonesia di tengah masyarakat global, agar tetap mencintai dan bisa melestarikan
kebudayaan tersebut.
Kewarganegaraan atau bangsa di Indonesia terbentuk atas beragam suku, bahasa,
adat istiadat, kepercayaan, dan lapisan sosial. Indonesia pun merupakan salah satu negara
anggota dari benua Asia, lebih luasnya menjadi bagian dari dunia yang pasti membuatnya
turut serta dalam perubahan serta perkembangan dan perubahan internasional. Oleh
karena itu, kemampuan untuk menerima dan beradaptasi, mampu bersikap secara
bijaksana di tengah sapuan perubahan skala global merupakan hal yang mutlak.

B. PENGERTIAN LITERASI BUDAYA DAN KEWARGAAN


Literasi budaya merupakan, “Kemampuan dalam memahami dan bersikap
terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa, sementara literasi kewargaan
adalah kemampuan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara.
Literasi budaya merupakan kemampuan dalam memahami dan bersikap terhadap
kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa. Sementara itu, literasi kewargaan adalah
kemampuan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara. Dengan
demikian, literasi budaya dan kewargaan merupakan kemampuan individu dan
masyarakat dalam bersikap terhadap lingkungan sosialnya sebagai bagian dari suatu
budaya dan bangsa.
Literasi budaya dan kewargaan menjadi hal yang penting untuk dikuasai di abad
ke-21. Indonesia memiliki beragam suku bangsa, bahasa, kebiasaaan, adat istiadat,
kepercayaan, dan lapisan sosial. Sebagai bagian dari dunia, Indonesia pun turut terlibat
dalam kancah perkembangan dan perubahan global. Oleh karena itu, kemampuan untuk
menerima dan beradaptasi, serta bersikap secara bijaksana atas keberagaman ini menjadi
sesuatu yang mutlak.
Literasi budaya merupakan kemampuan dalam memahami dan bersikap terhadap
kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa. Sementara itu, literasi kewargaan adalah
kemampuan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara. Dengan
demikian, literasi budaya dan kewargaan merupakan kemampuan individu dan
masyarakat dalam bersikap terhadap lingkungan sosialnya sebagai bagian dari suatu
budaya dan bangsa (Hadiansyah dkk, 2017:3).
Dalam Materi Pendukung Literasi Budaya dan kewargaan, disebutkan beberapa
upaya dalam peningkatan ragam sumber belajar bermutu. Diantaranya adalah penyediaan
buku bacaan bertema budaya baik dalam fisik maupun salinan lunak (software) yang
dapat diakses melalui komputer atau gawai. Hal ini berkaitan dengan pemanfaatan media
digital yang mewajibkan peran orang tua untuk mengarahkan dan mendampingi anak
dalam penggunaannya (Hardiansyah, 2017:19).

C. INDIKATOR LITERASI BUDAYA DAN KEWARGAAN


a) Sekolah
1) Basis Kelas
 Jumlah pelatihan tentang literasi budaya dan kewargaan untuk
kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan;
 Intensitas pemanfaatan dan penerapan literasi budaya dan
kewargaan dalam pembelajaran; dan
 Jumlah produk budaya yang dimiliki dan dihasilkan sekolah.
2) Basis Budaya Sekolah
 Jumlah dan variasi bahan bacaan bertema budaya dan kewargaan;
 Frekuensi peminjaman buku bertemakan budaya dan kewargaan di
perpustakaan;
 Jumlah kegiatan sekolah yang berkaitan dengan budaya;
 Terdapat kebijakan sekolah yang dapat mengembangkan literasi
budaya dan nillai-nilai kewargaan sekolah;
 Terdapat komunitas budaya di sekolah;
 Tingkat ketertiban siswa terhadap aturan sekolah;
 Tingkat toleransi siswa terhadap keberagaman yang ada di sekolah;
dan
 Tingkat partisipasi aktif siswa dalam kegiatan di sekolah.
3) Basis Masyarakat
 Jumlah sarana dan prasarana yang mendukung literasi budaya dan
kewargaan; dan
 Tingkat keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam
mengembangkan literasi budaya dan kewargaa
b) Keluarga
1) Budaya
 Jumlah dan variasi bahan bacaan literasi budaya yang dimiliki
keluarga;
 Frekuensi membaca bahan bacaan literasi budaya dalam keluarga
setiap hari;
 Jumlah bacaan literasi budaya yang dibaca oleh anggota keluarga;
 Jumlah pelatihan literasi budaya yang aplikatif dan berdampak
pada keluarga;
 Jumlah kegiatan kebudayaan yang diikuti anggota keluarga;
 Tingkat kunjungan keluarga ke tempat yang bernilai budaya
(rumah adat, museum, keraton, dan lain-lain);
 Tingkat pemahaman keluarga terhadap nilai-nilai budaya; h.
Jumlah kegiatan kebudayaan yang diikuti anggota keluarga; dan i.
Jumlah produk budaya yang dimiliki keluarga .
2) Kewargaan
 Jumlah dan variasi bahan bacaan literasi kewargaan yang dimiliki
keluarga;
 Frekuensi membaca bahan bacaan literasi kewargaan dalam
keluarga setiap harinya;
 Jumlah bacaan literasi kewargaan yang dibaca oleh anggota
keluarga;
 Jumlah pelatihan literasi kewargaan yang aplikatif dan berdampak
pada keluarga; dan
 Intensitas waktu bersama keluarga untuk berdiskusi,
berkomunikasi, dan berbagi.
c) Masyarakat
1) Budaya
 Meningkatnya jumlah dan variasi bahan bacaan literasi budaya
yang dimiliki setiap desa;
 Meningkatnya frekuensi membaca bahan bacaan literasi budaya
setiap hari;
 Meningkatnya jumlah bahan bacaan literasi budaya yang dibaca
oleh masyarakat setiap hari;
 Meningkatnya jumlah partisipasi aktif komunitas, lembaga, atau
instansi dalam penyediaan bahan bacaan;
 Meningkatnya jumlah fasilitas publik yang mendukung literasi
budaya;
 Meningkatnya jumlah kegiatan literasi budaya yang ada di
masyarakat;
 Meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan literasi
budaya;
 Meningkatnya jumlah pelatihan literasi budaya yang aplikatif dan
berdampak pada masyarakat;
 Meningkatnya jumlah kegiatan budaya di masyarakat;
 Meningkatnya jumlah produk budaya yang dimiliki dan dihasilkan
oleh masyarakat; dan
 Meningkatnya penggunaan bahasa daerah di suatu daerah.
2) Kewargaan
 Meningkatnya jumlah dan variasi bahan bacaan literasi kewargaan
yang dimiliki setiap desa;
 Meningkatnya frekuensi membaca bahan bacaan literasi
kewargaan setiap hari;
 Meningkatnya jumlah bahan bacaan literasi kewargaan yang
dibaca oleh masyarakat setiap hari;
 Meningkatnya jumlah partisipasi aktif komunitas, lembaga, atau
instansi dalam penyediaan bahan bacaan;
 Meningkatnya jumlah fasilitas publik yang mendukung

D. PRINSIP DASAR PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI LITERASI


BUDAYA DAN KEWARGAAN
Budaya sebagai Alam Pikir melalui Bahasa dan Perilaku
Bahasa daerah dan tindak laku yang beragam menjadi kekayaan budaya yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia. Budaya sebagai alam pikir melalui bahasa dan perilaku
berarti budaya menjadi jiwa dalam bahasa dan perilaku yang dihasilkan oleh suatu
masyarakat. Bahasa daerah dan tindak laku yang beragam menjadi kekayaan budaya yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia. Misalnya, melalui ungkapan dalam bahasa Jawa
memayuhayuningbawono kita mengenal falsafah hidup bahwa manusia harus mampu
menjaga lingkungan hidupnya. Ungkapan tersebut tidak hanya memiliki arti filosofis,
tetapi juga menyiratkan bahwa perilaku manusianya merupakan bagian dari suatu
budaya.
Kesenian sebagai Produk Budaya
Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dihasilkan oleh suatu
masyarakat. Indonesia sebagai negara kepulauan yang besar tentunya menghasilkan
berbagai bentuk kesenian dari berbagai daerah dengan membawa ciri khas kebudayaan
dari daerahnya masing-masing. Berbagai macam bentuk kesenian yang dihasilkan oleh
setiap daerah di Indonesia harus dikenalkan kepada masyarakat terutama generasi muda
agar mereka tidak tercerabut dari akar budayanya dan kehilangan identitas
kebangsaannya.
Kewargaan Multikultural dan Partisipatif
Indonesia memiliki beragam suku bangsa, bahasa, kebiasaaan, adat istiadat,
kepercayaan, dan lapisan sosial. Dengan kondisi seperti ini, dibutuhkan suatu masyarakat
yang mampu berempati, bertoleransi, dan bekerja sama dalam keberagaman. Semua
warga masyarakat dari berbagai lapisan, golongan, dan latar belakang budaya memiliki
kewajiban dan hak yang sama untuk turut berpartisipasi aktif dalam kehidupan bernegara.
Nasionalisme
Kesadaraan akan kebangsaan adalah hal penting yang harus dimiliki oleh setiap
warga negara. Dengan kecintaan terhadap bangsa dan negaranya, setiap individu akan
bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku dan menjunjung tinggi martabat bangsa dan
negaranya.
Inklusivitas
Di tengah kondisi masyarakat Indonesia yang beragam, pandangan dan perayaan
inklusivitas sangat berperan untuk membangun kesetaraan warga. Terbangunnya sikap
inklusif akan mendorong setiap anggota masyarakat untuk mencari keuniversalan dari
budaya baru yang dikenalnya untuk menyempurnakan kehidupan mereka.
Pengalaman Langsung
Untuk membangun kesadaran sebagai warga negara, pengalaman langsung dalam
bermasyarakat adalah sebuah laku yang besar artinya untuk membentuk ekosistem yang
saling menghargai dan memahami.
DAFTAR PUSTAKA

Febriyani, M., Sunarto DM., & Husin, B. R. (2018). Analisis faktor penyebab pelaku melakukan
ujaran kebencian (hate speech) dalam media sosial. Jurnal POENALE, 6(3), 1–14.
Retrieved from http://jurnal.fh.unila.ac.id/index.ph p/pidana/article/view/1285/1122.
Diakses pda tanggal 26 Mei 2021

Hardiansyah. (2017). Materi Pendukung Literasi Budaya dan Kewargaan. Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Irianto, P. O., &, & Febrianti, L. Y. (2017). Pentingnya penguasaan literasi bagi generasi muda
dalam menghadapi MEA. In Konferensi Internasional Pendidikan dan Bahasa 1:
Pengembangan Bahasa Internasional di UNISSULA (pp. 640–647). Semarang:
UNISSULA. Retrieved from http://jurnal.unissula.ac.id/index.ph
p/ELIC/article/view/1282/989. Diakses pada tanggal 26 Mei 2021

Jatnika, Y. 2017. Literasi Budaya untuk Menumbuhkan Karakter Bangsa.


https://mepnews.id/2017/04/18/literasi-budaya-untuk-penumbuhan-karakter-bangsa/.
Diakses pada tanggal 26 Mei 2021.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Materi pendukung literasi budaya dan
kewargaan: Gerakan literasi nasional. (OnLine) http://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/
wp-content/uploads/2017/10/literasi-BUDAYA-DAN-KEWARGAAN.pdf. Diakses
pada tanggal 26 Mei 2021

Oktaviani, I. Zuliana, E. Ratnasari, Y. (2016). Menggagas Kajian Kearifan Budaya Lokal di


Sekolah Dasar Melalui Gerakan Literasi Sekolah. http://pgsd.
umk.ac.id/files/prosiding/2017/5%20Ika%20UMK.pdf. Diakses pada tanggal 26 Mei
2021

Anda mungkin juga menyukai