OLEH
Nim : 16031010
2019
PENGERTIAN DAN PROSES ADMINITRASI KURIKULUM
Istilah kurikulum secara etimologi berasal dari bahasa Latin yaitu curricular yang
berarti jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Serta dalam bahasa Perancis, istilah
kurikulum berasal dari kata courier yang berarti berlari. Sehingga urikulum berarti suatu
jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai dengan garis sampai
dengan garis finish untuk memperoleh medali atau penghargaan. Jarak yang ditempuh
tersebut kemudian diubah menjadi program sekolah dan semua orang yang terlibat di
dalamnya. Dengan demikian dalam pengertian sempit kurikulum diartikan dengan sejumlah
mata pelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik dalam jangka waktu tertentu. Dan
dalam pengertian luas kurikulum diartikan dengan semua pengalaman belajar yang diberikan
kepada peserta didik, selama mereka mengikuti pendidikan dan pembelajaran di sekolah atau
lembaga pendidikan tertentu.
Secara terminologi menurut Soedijarto, kurikulum berarti segala pengalaman dan
kegiatan belajar yang direncanakan dan diorganisir untuk diatasi oleh para siswa/mahasiswa
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan. Dan
menurut SK Menteri P dan K No. : 008 c/u/1975, lampiran I kurikulum diartikan sebagai
sejumlah pengalaman belajar yang diberikan (di bawah tanggung jawab sekolah) dalam usaha
untuk mencapai suatu tujuan pendidikan tertentu.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.
1. Perencanaan Kurikulum
2. Pelaksanaan Kurikulum
Tujuan penyusunan program pengajaran semesteran atau caturwulan ini adalah untuk:
1). Menjabarkan bahan pelajaran yang akan disajikan guru dalam proses belajar mengajar
2). Mengarahkan tugas yang harus ditempuh guru agar pengajaran dapat dilakukan secara
bertahap atau tepat
1). Pedoman bagi guru dalam penyelenggaraan pembelaaran selama satu semester atau
caturwulan
2). Bahan oleh kepala sekolah dan pengawas dalam mealakukan pembinaan terhadap guru
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun program pengajaran semester/caturwulan
yaitu :
2). Mengelompokkan bahan pengajaran yang tercantum dalam gbpp menjadi beberapa satuan
bahasan (setiap satuan bahasan hendaknya terdiri dari bahan pengajaran yang relevan)
3). Menghitung banyaknya satuan bahasan yang terdapat selama satu semester/caturwulan
4). Menghitung banyaknya minggu efektif sekolah (belajar) selama satu semester/caturwulan
dengan melihat kalender pendidikan sekolah yang bersangkutan
5). Mengalokasikan waktu yang dibutuhkan untuk setiap satuan bahasan sesuai dengan hari
efektif sekolah
6). Mengatur pelaksanaan proes belajar mengajar sesuai dengan banyaknya minggu efektif
sekolah yang tersedia berdasarkan kelender pendidikan.
2). Menjabarkan tujuan pokok bahasan (tujuan instruksional umum) menjadi tujuan
instruksional khusus (tik) yang lebih rinci
3). Menjabarkan materi pengajaran dari pokok bahasan sesuai dengan tik
6). Menetapkan prosedur memperoleh balikan, baik balikan formator melalui monitoring atau
balikan sumatif melalui tes bagian itu.
Pengawasan dan Evaluasi diibaratkan sebagai satu keping mata uang yang tidak dapat
dipisahkan. Maksudnya, pengawasan tanpa Evaluasi maka tidak akan terlaksana dengan baik
kerena tidak adanya pedoman yang digunakan dalam pengawasan. Begitu juga pengawasan
tanpa Evaluasi maka tidak dapat diketahui sampai dimana rencana yang sudah dijalankan.
Membicarakan tentang pengawasan dan evaluasi tentu tak lepas dari lembaga atau
orang yang melakukan pengawasan dan evaluasi. Dalam melakukan pengawasan dan
evaluasi , sebuah lembaga atau personal tentunya harus memiliki pengetahuan dan keahlian
tertentu yang memadai agar dapat melaksanakan tugas dengan baik sehingga tujuan
organisasi dapat tercapai.
3. Pengawasan Kurikulum
Pengawasan dalam bahasa Inggris disebut controlling, Hal ini berarti bahwa
pengawasan tidak hanya melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil kegiatan
mengawasi, tetapi juga mengandung arti memperbaiki dan meluruskannya sehingga
mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang direncanakan.
Mengawasi adalah proses dengan mana administrasi melihat apakah apa yang terjadi itu
sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi. Jika tidak maka penyesuaian perlu dibuatnya.
Jadi, pengawasan ialah fungsi administrasi dalam setiap administrator memastikan bahwa apa
yang dikerjakan sesuai apa yang dikehendaki. Ia meliputi pemeriksaan apakah semua berjalan
sesuai dengan rencana yang dibuat, intruksi-intruksi yang dikeluarkan, dan prinsip-prinsip
yang telah ditetapkan. Ini dimaksudkan untuk mengetahui beberapa kelemahan kelamahan
dan beberapa kesalahan-kesalahan, kemudian dibetulkan dan mencegahnya agar tidak
terulang kembali.
Siagian menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pengawasan adalah: “Proses
pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya
semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya.” Ciri terpenting dari konsep yang dikemukan oleh Siagian ini adalah
bahwa pengawasan hanya dapat diterapkan bagi pekerjaan?pekerjaan yang sedang berjalan
dan tidak dapat diterapkan untuk pekerjaan?pekerjaan yang sudah selesai dilaksanakan
Koontz, et. al. menyatakan bahwa: “Pengendalian adalah mengukur dan mengoreksi
prestasi kerja bawahan guna memastikan, bahwa tujuan organisasi di semua tingkat dan
rencana yang didesain untuk mencapainya, sedang dilaksanakan”.
Sujamto lebih tegas mengatakan: Pengendalian adalah segala usaha atau kegiatan untuk
menjamin dan mengarahkan agar pekerjaan yang sedang dilaksanakan dapat berjalan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki serta sesuai pula
dengan segala ketentuan dan kebijakan yang berlaku.
Ditinjau dari segi proses administrasi, pengawasan terdidri dari tiga langkah universal yaitu:
1. Mengukur perbuatan,
2. Membandingkan perbuatan dengan standar yang telah ditetapkan
Disebutkan dengan cara yang sedikit berbeda, pengawasan itu terdiri atas:
1. menyelidiki apa yang sedang dilakukan,
2. membadingkan hasil-hasil dengan harapan-harapan,
3. menyetujui hasil-hasil atau tidak menyetujuinya, dalam hal ini perlu perbaikanlah
yang diambil sebagai kputusan terakhir.
Jadi pengawasan menyarankan adanya tujuan dan rencana. Tiada administrator yang
bias mlakukan control kecuali jika suatu rencana telah dibuat. Tidak ada cara dengan mana
seorang administrator bias memastikan bahwa para bawahannya bekerja kearah tercapainya
tujuan yang dikehendaki kecuali jika ia memiliki suatu rencana, betapapun kaburnya rencana
itu tau betapa jelas dan lengkapnya serta terkoordinasinya rencana tersebut maka
pengawasan administrasi bias dijalankan.
Ada dua faktor yang menimbulkan kebutuhan akan suatu pengawasan. Pertama,
tujuan-tujuan induvidudengan tujuan-tujuan organisasi sering berbeda. Konsekuensinya ialah
bahwa pengawasan perlu untuk menjamin para anggota bekerja karena tujuan organisasi.
Alternatifnya ialah untuk menghindari atau menetralisir kegiatan yang serampangan atau
kegiatan yang tidak terkendali. Kedua, pengawasan perlu disebabkan adanya penundaan
waktu antara saat tujuan dirumuskan dan saat tujuan dicapai. Maka selama jarak waktu ini,
yang tidak terduga bias menyebabkan penyimpangan antara hal yang sebenarnya dengan
perbuatan yang dikehendaki.
4. Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum
Langkah terakhir dalam pengembangan kurikulum adalah evaluasi. Evaluasi adalah proses
yang berkelanjutan di mana data yang terkumpul dan dibuat pertimbangan untuk tujuan
memperbaiki sistem. Evaluasi yang seksama adalah sangat esensial dalam pengembangan
kurikulum. Evaluasi dirasa sebagai suatu proses membuat keputusan , sedangkan riset
sebagai proses pengumpulan data sebagai dasar pengambilan keputusan.
Perencana kurikulum menggunakan berbagai tipe evaluasi dan riset.Tipe-tipe evaluasi adalah
konteks, input, proses, dan produk.Sedagkan tipe-tipe riset adalah aksi, deskripsi, historikal,
dan eksperimental. Di sisi lain perencana kurikulum menggunakan evaluasi formatif (proses
atau progres) dan evaluasi sumatif (outcome atau produk).
Terdapat dua model evaluasi kurikulum yaitu model saylor, alexander, dan lewis, dan model
cipp yang didisain oleh phi delta kappa national study committee on evaluation yang diketuai
daniel l. Stufflebeam.
Menurut model saylor, alexander, dan lewis terdapat lima komponen kurikulum yang
dievaluasi, yaitu tujuan (goals, subgoals, dan objectives), program pendidikan secara
keseluruhan (the program of education as a totality), segmen khusus dari program pendidikan
( the specific segments of the education program, pembelajaran (instructional), dan program
evaluasi (evaluation program). Komponen pertama, ketiga, dan keempat mempunyai
konttribusi pada komponen kedua (program pendidikan secara keseluruhan). Pada komponen
kelima, program evaluasi, disarankan sangat perlu untuk mengevaluasi evaluasi program itu
sendiri, sebab hal ini suatu operasi idependen yang mempunyai implikasi pada proses
evaluasi.
Pada model cipp mengkombinasikan tiga langkah utama dalam proses evaluasi, yaitu
penggambaran (delineating), perolehan (obtainin), dan penyediaan (providing); tiga kelas
seting perubahan yaitu homeostastis, incrementalisme, dan neomobilisme); dan empat tipe
evaluasi (konteks, input, proses, dan produk); serta empat tipe keputusan ( planning,
structuring, implementing, dan recycling).
Evaluator kurikulum yang dipekerjakan oleh sistem sekolah dapat berasal dari dalam maupun
dari luar.Banyak evaluasi kurikulum dibebankan pada guru-guru di mana mereka
bekerja.Dalam mengevaluasi harus memenuhi empat standar evaluasi yaitu utility, feasibility,
propriety, dan accuracy.
Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan pada tahun pelajaran 2013/2014 pada sekolah-
sekolah tertentu (terbatas). Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 Juli
2013. Sesuatu yang baru tentu mempunyai perbedaan dengan yang lama. Begitu pula
kurikulum 2013 mempunyai perbedaan dengan KTSP. Berikut ini adalah perbedaan
kurikulum 2013 dan KTSP
Itulah beberpa perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP. Walaupun kelihatannya terdapat
perbedaan yang sangat jauh antara Kurikulum 2013 dan KTSP, namun sebenarnya terdapat
kesamaan ESENSI Kurikulum 2013 dan KTSP. Misal pendekatan ilmiah (Saintific
Approach) yang pada hakekatnya adalah pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa mencari
pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Pendekatan ini mempunyai esensi yang sama
dengan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP).
Kurikulum dalam suatu sistem pendidikan merupakan komponen yang teramat penting.
Dikatakan demikian karena kurikulum merupakan panutan dalam penyelenggaraan proses
belajar-mengajar di sekolah. Kurikulum sekolah merupakan seperangkat pengalaman belajar
yang dirancang untuk siswa sekolah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan. Mengingat
bahwa sekolah merupakan lembaga pendidikan yang bertanggung jawab dalam memberikan
kemampuan siswa untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi, kurikulum ini
harus dipahami secara intensif oleh semua personel, terutama oleh kepala sekolah dan guru.
Kurikulum dapat diartikan secara sempit atau luas. Dalam pengertian secara sempit
kurikulum diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang diberikan di sekolah, sedangkan
dalam pengertian luas kurikulum adalah semua pengalaman belajar yang diberikan sekolah
kepada siswa, selama mereka mengikuti pendidikan di sekolah itu. Undang-undang nomor 2
tahun 1989 mengartikan kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
belajar-mengajar.
Adapun peran guru dalam administrasi kurikulum yaitu menyusun sebuah kurikulum
sebagai pedoman proses kegiatan belajar dan mengajar dalam sebuah instansi guna
mensukseskan dan memperlancar kegiatan yang bermanfaat di instansi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Afriansyah, H. (2019). Administrasi Kurikulum. Padang: osf.io.
https://doi.org/10.17605/OSF.IO/Y6VXZ
Arikunto, S. dan L. Y. (2008). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: FIP UNY.
KEMENDIKBUD. (2003). UU No.20 Tahun 2003.
Marmoah, S. (2018). adminitrasi dan supervisi pendidikan teori dan praktek (2nd ed.).
Yogyakarta: deepublish.
Maskur, S. (2014). Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. Al-Idarah, 1(1).
Munandar, A. (2005). Pengantar Kurikulum. Jakarta: Erlangga.