net/publication/289193100
CITATIONS READS
0 47,628
1 author:
Jamri Dafrizal
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
24 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
I conduct the research "Preparing Teacher Candidates With Emerging Technology In Digital Native Classrooms" View project
All content following this page was uploaded by Jamri Dafrizal on 04 January 2016.
Perlu kita ketahui bahwa sudah sejak lama umat manusia tertarik dengan kajian
psikologi. Paling tidak sejak zaman Yunani kuno , para filosof telah merenungkan topik-
topik yang sekarang dipandang sebagai bagian dari psikologi. Bagaimana berpikir,
merasa, belajar, mengetahui, membuat keputusan, menjalankan keputusan? Upaya
untuk menjawab pertanyaan ini mengisi banyak bagian dalam sejarah filsafat.
Meskipun demikian baru sejak abad ke- 19 orang mulai mengkaji topik-topik ini secara
eksperimental. Laborium psikologi yang pertama didirikan oleh Wilhelm Wundt di
Jerman 1879, tahun ini secara umum dipandang sebagai titik awal bagi psikologi ilmiah
modern untuk berpijak di atas landasan institusional yang kukuh
Wundt dan teman-temannya di bidang psikologi ilmiah yang pertama terinsperasi oleh
para filosof. Pada umumnya mereka tertarik oleh pengalaman sadar manusia . Mereka
ingin memahami sensasi,pikiran dan perasaan manusia.mereka ingin mengamati
perubahan kesadaran manusia dan menganalisisnya menjadi komponen-komponen
dasarnya. Apakah citra-citra dalam memori sama dengan yang ada pada sensasi ?
Apakah perasaan merupakan sensasi yang terkait dengan intensitas stimulus fisik yang
menghasilkannya? Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang dikaji oleh para psikolog
eksperimental yang pertama
karena ada unsur pengetahuan pada peristiwa yang diperoleh dari proses belajar baik
didapat melalui membaca, melalui guru, maupun lewat pengalaman
Sekarang Marilah kita membahas secara umum mengenai belajar dengan
mengemukakan beberapa pendapat berikut ini.
Pertama, belajar dapat didefinisikan sebagai pengaruh permanen atas perilaku,
pengetahuan, dan keterampilan berpikir,yang diperoleh melalui pengalaman.1 Untuk
dapat memahami pengertian ini secara rinci maka sebaiknya kita lihat arti kata tersebut
satu persatu dalam kamus besar bahasa Indonesia edisi tahun 2008. Pengaruh artinya
daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yg ikut membentuk watak,
kepercayaan, atau perbuatan seseorang;Permanen artinya tetap (tidak untuk sementara
waktu);Perilaku artinya tanggapan atau reaksi terhadap rangsangan atau
lingkungan;Pengetahuan artinya segala sesuatu yg diketahui,kepandaian;Keter-ampilan
artinya kecakapan untuk menyelesaikan tugas; Berpikir artinya mencari upaya untuk
menyelesaikan sesuatu dengan menggunakan akal budi, mempertimbangkan.
Jika arti kata ini dirangkai menjadi suatu pengertian maka dapat diambil sebuah
defenisi bahwa belajar adalah daya yang ada atau timbul dari seseorang yang ikut
membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang yang bersifat tetap
pada:1)Tanggapan atau reaksi terhadap rangsangan atau lingkungan; 2) Segala
sesuatu yg diketahui,kepandaian; 3) Kecakapan untuk menyelesaikan tugas,mencari
upaya untuk menyelesaikan sesuatu dengan menggunakan akal budi Yang diperoleh
melalui suatu yang sudah dirasakan atau menjalani
1
Santrock,JW. Educational psychology,New York: McGraw-Hill, 2006, hal..210
2
Parsons, Richard D., dkk, Educational psychologu: A Practicioner-Researcher Model of teaching, Singapure:
Wadsworth,Thomson Learning, 2001, hal.206
3
melalui pengalaman dan latihan dan bukan disebabkan oleh kecenderungan genetik
atau bawaan
CAKUPAN PEMBELAJARAN
Dalam kamus bahasa Indonesia tahun 2008 kata cakupan berarti merangkum
beberapa hal. Rangkuman pembelajaran melibatkan perilaku akademik dan non-
akademik. Pembelajaran dapat berlangsung di sekolah & di mana saja di seputar dunia
anak.3 Perilaku secara sempit dapat diartikan reaksi yang dapat diamati secara umum
atau objektif. Dalam pengertian paling luas tingkah laku mencakup segala sesuatu yang
dilakukan atau dialami seseorang. Ide-ide, impian-impian, reaksi-reaksi kelenjer, lari,
menggerakkan suatu kapal angkasa, semua itu tingkah laku.4 Kata akademik adalah
isitilah yang dipakai dalam tulisan-tulisan psikologis untuk memberikan ciri kepada
program-program eksperimental dan aliran-aliran fikiran yang tujuannya mencari hal-
hal yang teoritis5
3
Santrock,JW. Educational psychology,New York: McGraw-Hill, 2006, 238
4
J.P Chaplin. Kamus lengkap psikologi. Jakarta: Grapindo,1999.h.53.
5
J.P Chaplin. Kamus lengkap psikologi. Jakarta: Grapindo,1999.h.4
4
5. Banyak spesies, termasuk manusia belajar dengan cara -cara yang hampir
sama.
Tak dapat dipungkiri bahwa asumsi mengenai belajar ini tentulah berimplikasi
pada pendidikan. Pada tabel di bawah ini dapat digambarkan bagaimana asumsi dasar
mengenai belajar ( behviorisme ) dan implikasinya terhadap pendidikan
(Ormrod,h.300)
Table: asumsi dasar belajar behaviorime dan implikasi pendidikan
ASUMSI IMPLIKASI PENDIDIKAN CONTOH
Pengaruh Mengembangkan lingkungan Ketika seorang siswa sering mengalami
lingkungan kelas yang memelihara kesulitan dalam mengerjakan tugas
prilaku yang diinginkan sekolah maka pujilah siswa tersebut
secara santun (tidak menyolok) ketika
dia sudah menyelesaikan tugasnya
tanpa peringatan
Fokus pada Identifikasi stimulus khusus ( Jika seorang siswa sering terlibat
peristiwa termasuk prilakumu sendiri) prilaku yang mengganngu dalam kelas ,
yang dapat yang dapat mempengaruhi pertimbangkan apakah anda mungkin
diamati prilaku yang ditanpakan sedang mendorong prilaku tersebut
siswa dengan memberi perhatian setiap prilaku
itu muncul
Belajar Jangan beranggapan bahwa Cari bukti konkrit bahwa belajar telah
sebagai belajar dapat terjadi kecuali terjadi lebih dari sekedar asumsi bahwa
perubahan jika siswa menampakkan siswa telah belajar dengan sederhana
prilaku suatu perubahan karena mereka mengatakan bahwa
penampilan di kelas mereka sudah memahami apa yang
mereka pelajari
Persambung Jika anda menginginkan Masukan kegiatan pendidikan yang
an peristiwa siswa anda belum disenangi kedalam jadwal harian
mengasosiasikan dua sebagai suatu cara membantu siswa
peristiwa (stimulus dan/atau mengasosiasikan mata pelajaran
respon) satu sama lain, dengan perasaan yang dapat
pastikan peristiwa-peristiwa menyenangkan .
tersebut muncul berdekatan
Kemiripan Ingat bahwa penelitian Perkuat siswa yang hiper aktif untuk
prinsip- dengan spesies yang bukan duduk tenang dalam jangka waktu
prinsip manusia sering memiliki yang lama berturut-turut
belajar hubungan dalam praktik di
lintas kelas
spesies
belajar yaitu pandangan menurut golongan behavioral dan pandangan belajar menurut
kelompok kognitif. Kelompok behavioral berpandangan bahwa perilaku harus dapat
dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses mental.
Menurut mereka bahwa perilaku adalah segala sesuatu yang kita lakukan dan bisa
dilihat secara langsung, misalnya anak membuat gambar, guru tersenyum ramah pada
siswa, siswa mengganggu temanya dan lain sebagainya.
Adapun kelompok kognitif mendefenisikan belajar sebagai proses mental yang
mencakup pikiran, perasaan, dan motif yang kita alami akan tetapi orang lain tidaklah
dapat melihatnya dengan mata kepala. Walaupun pikiran, perasaan, dan motif tersebut
tidak dapat dilihat secara langsung namun semuanya itu adalah nyata adanya dalam
diri manusia. Ibarat yang dapat kita jadikan contoh adalah bagaimana cara membuat
gambar, perasaan bahagia guru terhadap anak didik dan motivasi anak untuk
mengendalikan tingkah lakunya. Menurut kelompok behavioral pikiran, perasaan, dan
motif bukanlah sesuatu yang tepat untuk ilmu perilaku dikarenakan semuanya itu tidak
bisa diamati secara kasat mata
Pendekatan kognitif mencakup empat pendekatan pembelajaran yakni 1)
Pendekatan Pembelajaran kognitif sosial, 2) Pendekatan pemrosesan informasi
kognitif,3) Pendekatan konstruktivis kognitif dan 4) Pendekatan konstruktivis sosial6.
Sementara itu kelompok behavioral terdiri dari tiga pendekatanan pembelajaran
yaitu 1) Pembelajaran menurut pandangan pengkondisian klasik dan 2)
Operan.Keduanya dikenal dengan sebutan classical dan operant conditioning. Dan 3)
Koneksionisme Thorndike ( 1874-1949). Dua kelompok pertama ( classical dan
operant) menekankan pada pembelajaran asosiatif (associative learning) yang
menyatakan bahwa belajar merupakan saling keterkaitan dua kejadian ( associated)
(Pearce,2001). Umpamanya belajar asosiatif terjadi ketika siswa mengaitkan suatu
peristiwa yang menyenangkan dengan belajar sesuatu di sekolah. Contohnya guru
tersenyum senang ketika siswa mengajukan pertanyaan yang menarik.7 Sedang
kelompok ketiga ( Koneksionisme Thorndike) bahwa semua pembelajaran dijelaskan
melalui hubungan atau ikatan yang dibentuk antara stimulus dan respon. Hubungan-
hubungan ini muncul lebih utama melalui trial dan error ( coba dan gagal), yaitu suatu
proses yang oleh kemudian hari disebut oleh Thorndike sebagai koneksionisme atau
belajar melalui seleksi dan hubungan.
Thorndike merumuskan hukum belajar yang tidak fleksibel, melainkan aturan-aturan
agar belajar nampak dipatuhi. Dia mengutarakan tiga hukum belajar utama yaitu 1)
hukum kesiapsiagaaan ( law of readiness), 2. Hukum latihan (law of exercise ), 3).
Hukum pengaruh ( law of effect). Ketiga Hukum ini diterapkan langsung dalam
pendidikan8
Pendapat kedua dikemukakan oleh Ormrod bahwa ada tiga pendekatan/perspektif
psikologi mengenai belajar yaitu belajar menurut perspektif behaviorisme, kognitive
social, dan psikologi kognitive.9
6
Santrock,John W. Educational psychology,New York: McGraw-Hill, 2006, hal..210-211
7
Santrock,John W. Educational psychology,New York: McGraw-Hill, 2006, hal..210-211
8
Elliott, dkk Educational Psychology, New York: MCGraw-Hill, 2000, hal. 206
9
Ormrod ,Jeanne Allis, Educational Psychology:Developing Learners. New Jersey:Prentice Hall,2003,p.191
6
Pendapat yang lain yang diwakili oleh Pearson bahwa ada tiga pendekatan
mengenai belajar yaitu behaviorisme, neobehaviorisme dan kognitivisme 10
sebagaimana yang dapat dilihat pada kolom di bawah ini :
Unsur BEHAVIORISME NEOBEHAVIORISM KOGNITIVISME
E
Belajar adalah kegiatan Belajar adalah Belajar adalah proses
terang-terangan kegiatan terangan- internal
Pengelolaan kondisi belajar terangan dan proses
untuk perubahan prilaku internal
peserta didik
Perubahan prilaku belajar
ASUMSI harus dapat diamati dan
dapat diukur
Pembelajaran menggunakan
reinforcement, feedback,
behavioral objectives,
pengukuran thd hasil belajar
A. Pengkondisian Klasik
10
Parsons, Richard D., dkk, Educational psychologu: A Practicioner-Researcher Model of teaching, Singapure:
Wadsworth,Thomson Learning, 2001, hal.209
7
11 rd
Elliot ,Stephen N. dkk, Educational Psychology: Effective Teaching,Effective Learning. 3
ed.Toronto:McGrawHill, @2000, hal.203
12
Ormrod ,Jeanne Allis, Educational Psychology:Developing Learners. New Jersey:Prentice Hall,2003,p.302
13
Hill, Winfred F.Theories of learning (teori-teori belajar ).Jakarta: Nusa Media,,2009.p.38
8
Pada akhirnya ketika bell dibunyikan tanpa disertai makanan maka anjing tetap
mengeluarkan air liurnya. Anjing mengasosiasikan bahwa setiap bunyi bell pasti
dibarengi dengan makanan. Respon anjing mengeluarkan air liur setelah mendengarkan
bunyi bell disebut dengan refleks yang dikondisikan. Temuan tersebut dapat dirumuskan
sebagai berikut:
US (Unconditioned Stimulus /Stimulus Alami) melahirkan UR ( Unconditioned
Response
/ Respon Alami).
Makanan Air Liur
1) Generalisasi peransang
Dalam kamus psikologi karangan J.P Chaplin Generalisasi peransang berarti
prinsip yang menyatakan bahwa apabila subjek telah dikondisikan untuk memberikan
reaksi terhadap satu stimulus, maka perangsang yang mirip akan dibagkitkan pula.
Generalisasi peransang mengacu pada proses respon yang dikondisikan berpindah
ke perangsang lain yang mirip dengan ransangan yang dikondisikan yang asli.
Santrock (2006:
Contoh, dalam islam diajarkan bahwa ketika orang membaca al-Qur’an maka
yang mendengarkan harus diam, maka ketika kita dalam suasana berisik lalu terdengar
orang mengumandangkan azan maka kita cendrung diam untuk mendengarkan bacaan
tersebut dengan khusuk. Bacaaan al qur’an memiliki kemiripan dengan lafaz azan yang
sama-sama berbahasa arab.
Generalisasi stimulus adalah suatu proses yang terletak pada pusat ‘transfer
belajar’ di kelas. Kita menginginkan siswa kita mampu menggunakan materi yang
sudah mereka pelajari di kelas dalam kondisi yang beragam. Misalnya remaja yang
sudah belajar bahaya pergaulan bebas dan narkoba melalui media tercetak maupun
media visual maka diharapkan terhindar dari pergaulan bebas dan narkoba meskipun
ditawari oleh siapa saja dan dimana saja.
Ada dua fakta penting mengenai generalisasi yang perlu dicatat, yaitu:
1. Sekali pengkondisian terhadap stimulus yang muncul, maka efektifitasnya tidak
terbatas pada stimulus tersebut.
2. Jika suatu stimulus kurang mirip dengan yang aslinya, maka kemampuan untuk
melahirkan suatu respon menjadi berkurang. (Hulse, Egert, & Deese, 1980)15.
2) Diskriminasi
Diskriminasi merujuk pada suatu proses yang kita pelajari tidak untuk merespon
stimulus-stimulus yang mirip dengan cara yang sama. Pembedaan berbanding terbalik
14
Woolfolk, Anita E. dan Lorraine McCune-Nicolich.Educational Psychology for teachers.(terjemahan M.Khairul
Anam). Jakarta:Inisiasi Press, 2004. Hal. 214-216
15
S.Hulse, H Eget dan J.Deese.The Pyschologi of learnig, New York:McGrawhill,1980
10
3) Ekstingsi (Extinction)
Ekstingsi adalah suatu proses dimana respon yang dikondisikan gagal atau hilang.
Dalam eksperimennya Pavlov menemukan bahwa dengan menghadirkan bunyi
semata, akhirnya dia dapat menghapuskan respon yang dikondisikan, dengan kata lain
jika suatu ketika tak ada makanan berbarengan bunyi bell, maka anjing akan berhenti
mengeluarkan air liur ketika hanya ada bunyi bell semata. Tentunya dilakukan
berulang-ulang
Dalam dunia pendidikannya sering kita temui dalam pengalaman, misalnya siswa
senior memperingatka juniornya tentang guru “A” yang pemarah yang akan
mengajarnya pada tingkatan kelas berikutnya, hal ini menyebabkan siswa junior jadi
cemas, namun setelah beberapa minggu masuk dan berjumpa dengan guru
“A”.Ternyata guru “A” adalah seorang yang ramah dan menyenangkan. Pada akhirnya
rasa cemas dan takut siswa junior tersebut berangsur hilang. Penganut behaviour
tertarik mengikuti langkah Pavlov dikarenakan respon siswa tersebut membentuk
prilaku dengan sengaja.
siagaaan merupakan satu kondisi penting untuk belajar, karena kepuasan atau
kekecewaan tergantung pada keadaan kesiap siagaan seseorang. Dia menyatakan (
1923; p.133)17 bahwa kesiapsiagaan seperti seorang petugas pengintai yang mengirim
sinyal ke stasiun yang menjadi tujuan kereta untuk membuka palang pintu perlintasan.
Sekolah tidak dapat memaksa siswa untuk belajar jika mereka tidak siap secara fisik
dan psikologis. Mereka dapat belajar jika mereka sudah merasa siap.
17
E.Thorndike.Educational Psychology.vol.1. New York:Teacher Collage Press,1913
18
B.R.Hergenhahn. an introduction to theories of learning . Englewood Cliffs,NJ:Prentice Hall,1988
12
prilaku. Apa yang akan terjadi setelah kita melakukan semua hal penting. Penguatan
telah memberikan bukti menjadi alat yang kuat dalam membentuk dan mengendalikan
prilaku baik di luar maupun di dalam kelas.
Pengkondisian operan dinamakan juga Pengkondisian instrumental adalah bentuk
pembelajaran dimana konsekwensi-konsekwensi dari prilaku menghasilkan perubahan
dalam probabilitas prilaku itu akan diulang. Arsitek utama dari Pengkondisian operan
adalah B.F Skinner, yang pandangannya didasarkan pada Pandangan E.L. Thorndike 19
B.F.Skinner dalam karya-karyanya, the behavior of organisme (193820), science and
human behaviour (195321), Verbal bahavior (1957)22,The technology of teaching
(1968)23,Beyond freedom and dignity(1971)24 mengemukakan pendapatnya bahwa
lingkungan ( orang tua,guru, dan teman sebaya) memberikan reaksi terhadap prilaku
kita baik dengan cara menguatkan atau menghapus prilaku tersebut. Lingkungan
mempunyai pengaruh yang jauh lebih besar dalam belajar dan prilaku kita. Lingkungan
memegang peranan kunci untuk memahami prilaku ( Bales,199025).
Bagi Skinner prilaku adalah satu rangkain sebab musabab dari tiga mata rantai (1)
suatu operasi yang dilakukan atau dilaksanakan terhadap organisme dari luar. Contoh:
Seorang anak datang ke sekolah tanpa sarapan; (2) beberapa keadaan tersembunyi,
misalnya: Dia merasa lapar;(3) Sejenis tingkah laku, misalnya: dia nampak kelesuan di
kelas.
Guru semestinya tidak berspekulasi mengenai siswanya ketika dia tidak memiliki
informasi yang cukup mengenai keadaan yang tersembunyi atau batiniah siswanya.
Contoh: ketika guru melihat siswa hanya lesu dan tidak perhatian selama dalam kela
jangan diartikan sebagai bentuk tidak adanya perhatian siswa terhadap pelajaran yang
sedang disampaikan guru.. Skinner akan mengejek orang-orang yang mengatakan
bahwa anak itu tidak termotivasi. Skinner akan bertanya “Apakah maksudnya yang
demikan itu ?” “Bagaimana anda dapat menjelaskannya secara prilaku?”. Guru atau
konselor menelusuri penyebab berhenti secara keliru pada mata rantai kedua yaitu
beberapa keadaan batin ( yang tersembunyi), seperti anak merasa lapar atau juga
siswa mungkin memiliki kesulitan secara fisik atau masalah dengan orang tuanya.
19
Santrock,Jw. 2006.hal.215
20
Skinner,B.F. The behavior of organisms. New York:McMillan,1938
21
Skinner,B.F.Science and Human nature, New York:McMillan,1953
22
Skinner,B.F.Verbal behavior, New York: Appleton-century croft,1957
23
Skinner,B.F.The Technology of teaching, New York:Appleton-century croft,1968
24
Skinner,B.F Beyond freedom and dignity, New York:Knoft,1971
25
J.Bales, Skinner get award, ovations at APA Talk, The APA Monitor,21 (10),1,6
26
Santrock,JW. Educational psychology,New York: McGraw-Hill, 2001, 245
13
Pengutan negative
PRILAKU KONSEKWENSI
PRILAKU YANG AKAN
DATANG
Siswa menyerahkan Guru berhenti Terjadi peningkatan
tugas pada waktunya mengkritik siswa penyerahan tugas sesuai waktu
Hukuman
PRILAKU KONSEKWENSI
PRILAKU YANG AKAN
DATANG
Siswa menyela Guru menegur Siswa berhenti menyela
(interupsi) guru (mengomeli) siswa (interupsi) guru
Bila dianalisis keseluruhan sistem Skinner, kita akan bertemu secara konsisten
istilah penguatan yang oleh Skinner dianggap sebagai satu unsur kunci untuk
menjelaskan bagaimana dan mengapa pembelajaran muncul. Penguatan digunakan
secara khas sbb27:
Penguat (reinforce) adalah satu peristiwa stimulus yang cendrung mempertahankan
atau meningkatkan kekuatan dari suatu respon, satu hubungan stimulus respon,
atau satu hubungan stimulus-stimulus ( Hulse dkk,1980,p.23)28.Dalam mempelajari
karya Skinner, sangat penting untuk membedakan antara prinsip-prinsip dasar
prilaku dan prosedur perubahan prilaku yang beragam. Penguatan adalah suatu
prinsip prilaku, di dalamnya tergambar suatu hubungan fungsional antara prilaku dan
variable-variable yang mengontrol. Sebaliknya, prosedur perubahan prilaku adalah
suatu metode yang digunakan untuk menerapkan prinsip-prinsip kedalam praktek.
Sebagai contoh, pujian adalah suatu prosedur yang dapat sebagai penguat yang
berpengaruh (kuat). Jika seorang guru memuji respon yang benar dari siswa dengan
segera dan siswa meningkatkan responnya yang benar, maka pujian dapat
diidentifikasi sebagai satu prosedur perubahan prilaku yang berfungsi sebagai
penguat.
Istilah prinsip penguatan mengacu pada suatu peningkatan frekuensi dari suatu
respon ketika konsekuensi tertentu segera mengikutinya. Kensekuensi yang
mengikuti prilaku harus tergantung pada prilaku. Suatu peristiwa yang mungkin
terjadi yang meningkatkan frekuensi prilaku dianggap sebagi penguat ( Kazdin,
1989,p.105).29 Suatu ketika anda memuji respon yang benar dari seorang siswa,
27 rd
Stephen N.Elliot dkk, Educational psychology: effective teaching,effective learning. 3 ed.Toronto:McGrawHill,
@2000, hal.209
28
Hulse,S.,Egeth,H.&Deese,J.(1980).The Psychology of learning,New York:McGraw-Hill.
29 th
A.E Kazdin. Behavior modification in applied setting (5 .ed.) Pacific Grove,CA: Brookes/Cole.1994
14
30
B.F.Skinner.Science and Human nature, New York:McMillan,1953
31 th
Kazdin, Behavior modification in applied setting,4 . Ed.CAlifornio:Brooks/Cole,1989
15
sesuatu yang mirip dengan istilah “positif” dan “negative” yang mendiskripsikan angka.
Penguatan positif ( sperti angka positif) memiliki penambahan atau penampakan
stimulus. Penguatan negataif ( seperti angka negative) memiliki pengurangan atau
penghilangan stimulus. Dalam kedua kasus ini, prilaku biasanya muncul kembali dalam
situasi yang mirip. Skinner (1953) mencatat bahwa suatu peristiwa negative adalah
penguat negative yang terjadi hanya ketika penghapusannya meningkatkan kinerja
suatu respon. Contoh, jika anda sedang berbicara dengan telepon dan anda menutup
pintu untuk mengurangi kebisingan yang ditimbulkan oleh bunyi CD player saudara
anda,stimulus ( kebisingan ) dihilangkan dengan adanya respon ( menutup pintu)
Ada kemungkinan yang meningkat pada masa mendatang, anda akan melakukan
prilaku hal yang sama ( menutup pintu lagi). Dalam analisis Skinner ( 1974.p.46)32
bahawa ” penguat negative mengokohkan prilaku yang dapat mengurangi atau
membatasi nya”. Penguat positive maupun negative berfungsi meningkatkan prilaku.
Penguat negative tidak semestinya disalah tafsirkan dengan hukuman, namun
bagaimana juga hal itu dapat mengurangi prilaku negative.
Penguatan negative dapat terjadi dalam berbagai keadaan. Penting adanya
beberapa peristiwa agar prinsip ini bekerja. Karena anda ingin menghindari
membangun peristiwa penting dalam ruangan kelas. Prosedur ini semestinya sering
digunakan dalam program pendidikan nasional. Namun bagaimanapun juga sangatlah
penting memahami konsep dan dampaknya secara potensial kuat terhadapa prilaku
Konsep penguatan negative mungkin akan lebih jelas bagi anda jika membaca
contoh tambahan berikut ini :
Contoh penguatan negative berikut ini diambil dari buku karya John dan Janice
Baldawin (1981) yang berjudul Behavioral principles in everyday life ( prinsip
behavioural dalam kehidupan sehari-hari)
Menghindari biaya perjalanan.
Terdapat….cara-cara untuk mengatasi masalah transportasi urban dan konversi
minyak. Metode yang menggunakan penguatan negative dicoba di San Francisco.
Jembatan Oakland Bay adalah jembatan berbiaya yang membawa banyak orang
masuk ke Francisco setiap hari. Karena orang yang masuk ke Francisco saja
menyebabkan kurangnya kemacetan urban dan menggunakan lebih sedikit minyak
jika mereka melakukan perjalanan dengan mobil rombongan ( dari pada satu orang
satu mobil), maka orang yang melakukan perjalanan bersama dihargai. Mobil
dengan tiga orang penumpang atau lebih diperbolehkan melintasi jembatan tanpa
membayar biaya dan tanpa harus memelankan untuk biaya parker. Oleh karena itu
penggunaan mobil rombongan secara negative ditingkatkan dengan penghindaran
dua peristiwa sebaliknya: 1) membayar biaya secara reguler; dan 2) Penundaan
oleh garis biaya (parkir). Karena penguatan negative, persentase orang yang
menggunakan mobil rombongan meningkat secara signifikan, yang sebaliknya
membantu meringankan perjalanan urban.33
Jenis-Jensi Penguat
32
B.F.Skinner. About behaviorism.New York,1974
33
Anita E.Woolfolk dan Lorraine McCune-Nicolich.Educational Psychology for teachers.(terjemahan M.Khairul
Anam). Jakarta:Inisiasi Press, 2004. Hal.224-225
16
Jadwal penguatan
Skinner mengidentifikasi dua macam penguatan yaitu penguatan berjangka
(Interval
34 rd
Stephen N.Elliot dkk, Educational psychology: effective teaching,effective learning. 3 ed.Toronto:McGrawHill,
@2000, hal.211
17
35
Ferster,C.B & Skinner,B.F. (1991). Schedules of reinforcement, New York:Appleton-Century-Crofts.
36
Elliott, dkk Educational Psychology, New York: MCGraw-Hill, 2000, hal. 212-213
18
sepuluh atau lima belas menit kedalam periode waktu kerja. Siswa mempelajari hal
pola ini dan mulai mengerjakan hanya sebelum guru sebelum memanggil mereka
4. interval yang dapat berubah (variable interval) dimana penguatan tergantung
pada waktu dan suatu respon, tetapi waktu antara penguatan berbeda-beda. Dari
pada menunggu menunggu sepuluh atau lima belas menit, guru meminta respon
dengan segera pada waktu yang berbeda.
Ketiga, Jadwal rasio dapat digunakan untuk membangkitkan respon tingkat tinggi,
tetapi kelelahan dapat saja mengganggu penampilan siswa. Rasio tetap adalah hal
yang umum dalam pendidikan; kita mendorong siswa untuk menyelesaikan
makalahnya, proyek- dan ujian. Bagaimanapun juga setelah siswa merespon dan
menerima penguatan, tingkah laku akan menurun dratis dan effesiensi belajar akan
menurun ( Skinner, 1953)
Keempat, Jadwal interval menghasilkan prilaku yang paling stabil. ( Skinner
(1968,p.159)37 merangkum makna jadwal ini untuk pendidikan sbb;
Siswa akan jadi kurang mandiri terhadap penguatan segera dan konsisten jika
mereka digiring dibawah kendali penguatan jeda sebentar, jika proporsi (bagian )
respon diperkuat (terhadap jadwal rasio yang dapat berubah atau tetap ) maka
menfaatnya berkurang, suatu tahapan dapat dicapai pada prilaku adalah
mempertahankan secara bebas melalui sejumlah kecil penguatan.
37
Skinner.The Technology of teaching, New York:Appleton-century croft,1968
19
38
Kazdin.A ( 1989).behavior modification in applied settings (4.th.ed).Pecific Grove,C.A:Brooks/Cole
20
Kategori Hukuman
39 th
Kazdin, Behavior modification in applied setting,4 . Ed.CAlifornio:Brooks/Cole,1989
21
Agak relative baru suatu teknik hukuman didasarkan pada ketidak senangan
setelah beberapa respon.contoh: meminta seseorang untuk melakukan sesutu agar
terlibat dalam usaha atau kerja untuk mengurangi respon dan karena itu berfungsi
sebagai hukuman. Overcorrection adalah suatu prosedur yang termasuk dalam
kategori ini; Overcorrection meliputi suatu hukuman yang masuk dalam dua komponen.
Pertama, ganti rugi ( restitusi ) termasuk dalam hal ini. Karena seseorang mengoreksi
efek aksi negative. Contoh. Seorang siswa yang menghancurkan pensil siswa yang lain
diminta untuk menggantinya. Kedua, Kegiatan positive. Prosedur ini terdiri dari praktek
prilaku yang pantas secara berulang-ulang. Contoh, siswa yang sama diminta untuk
mendemonstrasikan penggunaan pensil yang benar dengan cara menulis. Tentu tidak
semua prilaku yang dicoba oleh guru untuk mengurangi dapat digunakan dengan
kedua komponen overcorrection
40
Elliott, dkk Educational Psychology, New York: MCGraw-Hill, 2000, hal. 216
22
41
Uraian yang lebih rinci tentang topic Aritmatika atau mental aritmatika dapat dilihat dalam buku “Anak
Unggul Berotak Prima, pada Bab Peran Mental Aritmatika oleh Ir Clementine Ardiati,p.108”. terbitan
Gramedia,2002)
42
B.F.Skinner.The Technology of teaching, New York:Appleton-century croft,1968
43
Lebih rinci tentang dampak penggunaan computer dalam pendidikan lebih rinci dapat dibaca dalam buku
(Anak unggulan berotak prima, Bab Peran pogram computer dalam pendidkan oleh Bambang Yuwono
(2002:101-10)
24
yang juga akan menguatkan kita. Apresiasi seni, musik atau suatu disiplin ilmu
dikuatkan melalui serangkaian penguatan yang disusun dengan hati-
hati.Pendidikan dapat menjadi lebih effisien jika menggunakan teknologi yang ada.
Sekarang sudah ada beragam teknologi mesin yang dapat dipergunakan untuk
pengajaran, disamping computer, ada juga dekstek dan laptob yang dapat ditenteng
kemana-mana.
Kesimpulannya, Adapun pengaruh Karya karya Skinner terhadap pendidik ( guru)
sbb:
1) Penguatan tetap sebagai suatu alat yang mempunyai kekuatan untuk
mengendalikan prilaku yang perlu disadari oleh guru untuk diberikan secara
terus menerus.
2) Penerapan prinsip Premack. Prinsip ini ditemukan oleh David Premack (
(1965) menyatakan bahwa menyatakan bahwa aktivitas berprobabilitas tinggi
dapat berfungsi sebagai penguat aktivitas berprobabilitas rendah. Atau akses ke
prilaku yang berfrekwensi tinggi berperan sebagai penguat untuk terjadnya
prilaku yang berfrekwensi rendah44 .Catatlah aktivitas yang lebih disukai siswa,
kemudian anda dapat menggunakan ini sebagai penguat positive. Contoh.
beberapa anak laki-laki yang menghindari pelajaran matematika dan menyukai
bermain bola, maka seorang guru yang cerdik bisa menjanjikan kepada mereka
bahwa mereka dibiarkan main bola bila mereka telah menyelesaikan tugas
mereka.
Prinsip Premack akan bekerja ketika guru murid SD berkata kepada
muridnya, Jika kamu selesai mengerjakan tugas menulis, kamu bisa main game
di komputer atau seorang guru berkata kepada anak didiknya, "Jika kamu mau
mengambil bata itu, maka kamu bisa membantu Bu Weni untuk menyiapkan
cemilan. Penggunaan prinsip Premack tidak dibatasi hanya pada satu anak saja.
Prinsip ini juga bisa digunakan untuk seluruh kelas. Guru bisa mengatakan
kepada semua muridnya di kelas, Jika kelas ini bisa menyerahkan PR pada hari
Jumat, kita ikan mengadakan wisata minggu depan." 45
3) Stimulasi yang tidak menyenangkan ( hukuman) dapat menimbulkan banyak
masalah dari pada pemecahkannya. Gunakan hukuman sangat sedikit dan hati-
hati, sadari bahwa banyak kesempatan diwaktu lowong. Jika anda harus
menghukum, cobalah menerima siswa yang melakukan kesalahan untuk
melakukan sesuatu yang dapat anda perkuat secara positive, lakukanlah
sesegra mungkin.
4) Guru seharusnya selalu siap siaga terhadap pemilihan waktu penguatan.
Gagasan pemilihat waktu untuk melakukan penguatan tidak mungkin untuk
menguatkan semua prilaku yang diinginkan, ketika anda memutuskan bahwa
prilaku tertentu penting, maka perkuatlah dengan segera, jangan biarkan berlalu.
5) Guru seharusnya memustuskan dengan tepat apa yang mereka inginkan
untuk dipelajari siswa kemudian susun bahan sehingga mereka siswa hanya
membuat sedikit mungkin kesalahan.46
44
Elliott, dkk Educational Psychology, New York: MCGraw-Hill, 2000, hal. 218
45
Santrock,JW. Educational psychology,New York: McGraw-Hill, 2001, 248
46
Elliott, Op.cit.hal. 218
25
48
Alberto, P.&Troutman.(1999,). Applied behavio analysis for teachers. Englewood Cliffs,N.J:Merrill.
26
49
Hayes, S.C( 2000). Applied behavior analysis dalam A.Kazdin (ed). Encypledia of psychology. Washington,D.C,
and New York:American Psychological Association and Oxford U.press
50
Raschke, D ( 1981.). Resigning reinforcement serveys: Let the student choose the reward . teaching
exceptional student, 14, 92-96
51
Hall R.V & Hall, M.L.( 1998). How to select reinforcers (2nd ed.) Austin:Pro-Edu.
27
Agar sebuah penguat dapat efektif, guru harus memberikan hanya setelah murid
melakukan perilaku tertentu. Analis perilaku terapan sering kali menganjurkan agar guru
membuat pernyataan “Jika ... maka" kepada anak. Misalnya, "Hadi, apabila kamu bisa
menyelesaikan soal matematika, maka kamu boleh bermain." Ini menjelaskan pada
Hadi apa yang harus dilakukannya agar memperoleh penguat itu. Analis perilaku
terapan mengatakan bahwa adalah penting untuk membuat penguat itu kontingen pada
perilaku anak. Artinya, anak harus melakukan suatu perilaku agar mendapatkan
imbalan. Apabila Hadi tidak menyelesaikan sepuluh soal matematika tapi guru
mengizinkannya bermain, maka berarti tidak ada kontingensi di sini.
Penguat akan lebih efektif jika diberikan tepat pada waktunya, sesegera mungkin
setelah murid menjalankan tindakan yang diharapkan. Ini akan membantu anak melihat
hubungan kontingensi antar-imbalan dan perilaku mereka. Jika anak menyelesaikan
perilaku sasaran (seperti mengerjakan sepuluh soal matematika) tapi guru tidak
memberikan waktu bermain pada anak sampai sore hari, maka anak itu mungkin akan
kesulitan membuat hubungan kontingensi.
3).Memilih Jadwal Penguatan Terbaik.
Kebanyakan contoh kita di atas adalah penguatan berkelanjutan (continuous);
artinya, anak diperkuat setiap kali dia memberi respons. Dalam penguatan
berkelanjutan, anak belajar dengan cepat, namun saat penguatan dihentikan (misalnya
guru tidak lagi memuji), pelenyapan juga cepat terjadi. di kelas, jarang digunakan
penguatan berkelanjutan ini. Guru dengan 25 atau 30 murid tidak bisa memuji setiap
muridnya setiap kali murid memberikan respons yang tepat.
Penguatan parsial adalah memperkuat suatu respons hanya pada waktu tertentu.
Skinner (1953) menyusun konsep jadwal penguatan, yang merupakan jadwal
penguatan parsial yang menentukan kapan suatu respons akan diperkuat. Empat jadwal
penguatan utama adalah rasio-tetap, rasiovariabel, interval-tetap, dan interval-variabel.
Pada jadwal rasio-tetap, suatu perilaku diperkuat setelah sejumlah respons.
Misalnya, guru dapat memuji murid hanya setelah muncul empat respons yang tepat,
bukan sesudah setiap respons. Pada jadwal rasio-variabel, suatu perilaku diperkuat
setelah terjadi sejumlah respons, akan tetapi tidak berdasarkan pada basis yang dapat
diprediksi. Misalnya, pujian guru rata-rata diberikan setelah respons kelima, tetapi pujian
itu diberikan setelah respons yang benar kedua, setelah delapan lagi respons yang
benar, setelah tujuh lagi respons yang benar, dan setelah tiga lagi respons yang benar.
Jadwal interval ditentukan berdasarkan jumlah waktu yang berlalu sejak perilaku
terakhir diperkuat. Pada jadwal interval-tetap, respons tepat pertama setelah beberapa
waktu akan diperkuat. Misalnya, seorang guru memberikan pujian dua menit kemudian
setelah anak mengajukan pertanyaan yang bagus, atau memberi soal latihan setiap
minggu. Pada jadwal interval-variabel (suatu respons diperkuat setelah sejumlah
variabel waktu berlalu. Pada jadwal ini, guru memuji murid yang mengajukan
pertanyaan yang bagus setelah tiga menil berlalu, lalu memuji lagi setelah lima belas
menit berlalu, kemudian setelah tujuh menit berlalu, dan seterusnya. Memberi soal
latihan pada interval yang berbeda-beda juga merefleksikan jadwal interval-variabel.
parsial menghasilkan persistensi yang lebih besar dan resistansi yang lebih besar
terhadap pelenyapan (Hackenberg, 2000). Jadi setelah satu respons dikuasai,
penguatan parsial akan lebih baik ketimbang penguatan berkelanjutan.
Anak pada jadwal tetap menunjukkan persistensi yang lebih sedikit dan
pelenyapan respons yang lebih cepat ketimbang anak pada jadwal variabel
Persistensi paling tinggi ditunjukkan oleh anak pada jadwal interval-variabel Jadwal
ini menghasilkan respons lambat dan tetap karena anak tak tahu kapan waktu
menunggu akan selesai. Seperti telah disebut di muka, latihan soal pada interval
yang tidak tetap adalah contoh yang baik dari jadwal interval-variabel. Jika guru
membuat latihan soal bisa diprediksi (misalnya setiap minggu pada hari Jumat),
anak akan menunjukkan pola siap-berhenti yang menjadi ciri jadwal interval-tetap.
Yakni, mereka tak akan bekerja keras dalam seminggu itu, dan baru menjelang
pemberian soal mereka akan belajar, Jadi, jika tujuan Anda sebagai guru adalah
meningkatkan persistensi murid setelah perilaku terbentuk, jadwal variabel adalah
yang paling baik, terutama jadwal interval-variabel (Lee & Belfiore, 1997). Gambar
7.5 menunjukkan pola respons berbeda yang diasosiasikan dengan jadwal
penguatan yang berbeda.
sangat membantu tugas belajar yang membutuhkan waktu dan persistensi untuk
penyelesaiannya. Tetapi, saat menggunakan shaping, perlu diingal bahwa shaping
diimplementasikan hanya jika tipe penguatan positif dan prompt tidak berhasil. Selain
itu, Anda juga harus bersabar. Shaping membutuhkan penguatan sejumlah langkah
kecil menuju ke perilaku sasaran, dan ini mungkin memerlukan waktu yang lama.
Jadi, opsi pertama adalah penguatan diferensial. Hukuman harus dipakai hanya
sebagai pilihan terakhir, dan selalu harus diiringi dengan informasi perilaku yang tepat
bagi anak.
1) Menggunakan Penguatan Diferensial.
Dalam penguatan diferensial, guru memperkuat perilaku yang lebih tepat atau
yang tidak sesuai dengan apa yang dilakukan anak. Misalnya, guru mungkin lebih
memperkuat aktivitas be1ajar anak di komputer ketimbang bermain game, atau
memperkuat perilaku sopan, atau anak yang duduk tenang ketimbang berlarian di kelas,
atau anak yang mengerjakan pekerjaan rumah tepat pada waktunya.
2) Menghentikan Penguatan (Pelenyapan).
Strategi menghentikan penguatan ini adalah menarik penguatan positif terhadap
perilaku tidak tepat atau tidak pantas. Banyak perilaku tidak tepat yang secara tak
sengaja dipertahankan karena ada penguatan positif terhadapnya, terutama oleh
perhatian guru. Analis perilaku terapan menunjukkan bahwa ini bisa terjadi bahkan saat
guru memberi perhatian pada perilaku tidak tepat dengan menegurnya,
mengancamnya, atau membentak murid. Banyak guru kesulitan untuk mengetahui
apakah mereka telah memberi perhatian terlalu banyak pada perilaku tidak tepat. Salah
satu strategi yang bagus adalah meminta seseorang mengobservasi kelas Anda
beberapa kali dan menggambarkan pola penguatan yang Anda berikan pada murid
Anda. Jika Anda kemudian menyadari bahwa Anda terlalu banyak memberi perhatian
pada perilaku murid yang tidak tepat, abaikan perilaku itu dan beri perhatian pada
perilaku murid yang tepat. Selalu kombinasikan penghilangan perhatian pada perilaku
tidak tepat dengan memberi perhatian pada perilaku yang tepat. Misalnya, ketika murid
berhenti memonopoli percakapan dalam diskusi kelompok setelah Anda tidak
memedulikannya, beri murid perhatian pada perilaku tepat yang dilakukan murid itu.
Time-out. Strategi yang paling sering dipakai guru untuk menghilangkan stimuli
yang diinginkan adalah time-out (atau "jeda waktu"). Dengan kata lain, jauhkan
penguatan positif dari murid.
Response cost. Strategi kedua untuk menjauhkan stimuli yang diinginkan
adalah response cost, yakni menjauhkan penguat positif dari murid, seperti mencabut
privilese murid. Misalnya, setelah seorang murid berperilaku salah, guru bisa menyuruh
anak tidak boleh istirahat saat jam istirahat tiba. Response cost biasanya menggunakan
beberapa bentuk hukuman atau denda. Seperti halnya dengan time-out, response cost
harus diiringi dengan strategi untuk meningkatkan perilaku positif si murid.
Strategi Pengajaran
Menggunakan Time-Out
Dalam menggunakan time-out Anda punya beberapa opsi:
Suruh anak tetap di kelas, tetapi halangi anak itu mendapatkan penguatan positif.
Strategi ini paling sering dipakai ketika murid melakukan kesalahan kecil. Guru bisa
meminta murid itu menundukkan kepala di meja selama beberapa menit atau
memindahkan murid ke bangku pojok belakang sehingga murid masih bisa melihat
murid lain mendapatkan penguatan positif.
Agar time-out ini efektif, setting di mana murid dijauhkan haruslah mengandung
penguatan positif dan setting di mana murid ditempatkan harus tidak mengandung
penguatan positif. Misalnya, jika Anda menempatkan murid di luar kelas dan murid
dari kelas lain melihatnya dan berbicara dengannya, maka strategi time-out ini jelas
tidak berguna.
Jika Anda menggunakan time-out, pastikan mengidentifikasi perilaku murid yang
menyebabkannya dihukum Misalnya, katakan kepada murid itu, "Peng! Kamu sudah
menyobek kertasnya Mia,jadi sekarang kamu keluar selama lima menit." Jangan
berbantahan dengan murid atau menerima alasan dari murid agar tidak "disetrap".
Jika perlu, ajak murid ke lokasi time-out. Jika perilaku salah itu berulang, identifikasi
lagi dan tempatkan murid dalam time-out lagi. Jika murid mulai berteriak-teriak,
menggebrak meja, dan sebagainya saat Anda menilai time-out, tambahkan waktu
time-out-nya. Pastikan keluarkan murid dari time-out setelah waktunya habis. Jangan
berkomentar tentang seberapa baik murid berperilaku selama time-out, cukup suruh
murid kembali beraktivitas seperti biasa.
Catat sesi waktu time-out, terutama jika menggunakan ruangan. Ini akan membantu
Anda memonitor penggunaan time-out secara efektif dan etis.
mereka masih berumur 4 atau 5 tahun, tamparan itu malah meningkatkan perilaku
bermasalah (McLoyd & Smith, 2002)53.
Tipe paling umum dari stimuli yang tidak menyenangkan ini adalah guru
menggunakan teguran verbal. Ini lebih efektif apabila guru dekat dengan murid, tidak
dipisahkan oleh ruang, dan apabila diiringi dengan teguran nonverbal sepertibmuka
merengut atau kontak mata (Van Houten, dkk., 1982)54.
Teguran lebih efektif jika dilakukan segera setelah perilaku buruk terjadi
ketimbang dilakukan belakangan, dan jika dilakukan dengan langsung dan cepat.
Teguran ini tidak selalu berupa bentakan dan omelan, yang justru malah menambah
kebisingan kelas dan membuat guru menjadi contoh buruk bagi murid. Cukup katakan
dengan legal "jangan lakukan itu" dan diiringi dengan kontak mata. Ini biasanya
sudahbcukup, untuk menghentikan perilaku yang tidak diharapkan itu. Strategi lainnya
adalah memanggil murid lalu ditegur dalam ruang tersendiri, bukan di depan kelas.
Banyak negara, seperti Swedia, telah melarang penggunaan hukuman fisik pada anak
sekolah (yang biasanya dengan memukul) oleh guru atau kepala sekolah. Akan tetapi,
di Amerika, 24 negara bagian masih mengizinkannya (Hyman, 1994). satu studi terbaru
terhadap murid di 11 negara menemukan bahwa AS dan Kanada lebih mendukung
hukuman badan ketimbang negara lain (Curran, dkk., 2001; Hyman, Eisenstein,
Amidon, Kay, 2001)
Di AS, murid minoritas pria dari latar belakang miskin lebih sering mendapatkan
hukuman fisik di sekolah. Menurut kami, hukuman fisik atas murid tidak boleh dianjurkan
dalam situasi apa pun. Hukuman ini bisa bersifat abusif dan memperbesar semua
problem yang di-asosiasikan dengan hukuman.
Ada sejumlah problem yang berhubungan dengan penggunaan stimuli yang
tidak menyenangkan (Hyman, 1997; Hyman & Snook, 1999):
o JikaAnda menggunakan hukuman berat seperti membentak atau mengomeli
dengan keras, maka Anda akan menjadi contoh orang yang pemarah dan galak saat
menghadapi situasi yang menekan.
o Hukuman bisa menimbulkan rasa takut, kemarahan, dan penghindaran. Ke-
prihatinan Skinner terbesar adalah sebagai berikut: Hukuman mengajarkan kita cara
untuk menghindari sesuatu. Misalnya, murid yang berurusan dengan guru yang suka
menghukum mungkin akan menunjukkan rasa tidak suka kepada si guru dan tidak
mau sekolah lagi.
o Ketika murid dihukum, mereka mungkin akan marah dan cemas sehingga
tidakbisa berkonsentrasi pada tugas mereka selama beberapa waktu setelah
hukuman diberikan.
o Hukuman akan mengajari murid apa yang tidak boleh dilakukan, bukan apa yang
seharusnya dilakukan. Jika Anda membuat pernyataan hukuman seperti "Jangan,
itu salah," jangan lupa beri juga dengan umpan balik positif seperti "Sebaiknya
lakukan ini saja."
o Apa yang dimaksudkan sebagai hukuman dapat berubah menjadi penguat.
Seorang murid mungkin belajar bahwa berperilaku buruk bukan hanya akan
53
McLoyd & Smith, 2002
54
Van Houten, dkk., 1982)
33
Pesan terakhir adalah meluangkan waktu lebih banyak untuk memantau apa yang
dilakukan murid dengan benar ketimbang apa yang mereka lakukan secara keliru
(Maag, 2001). Sering kali perilaku mengganggu, perilaku tidak kompeten, adalah
perilaku yang mendapat perhatian guru. Sebaiknya Anda mulai memantau perilaku
murid yang positif yang jarang Anda perhatikan dan beri perhatian pada murid yang
bertindak positif.
lingkungan dengan perilaku. Ada tiga faktor penting dalam pembelajaran ini yaitu faktor
sosial, faktor kognitif dan faktor prilaku. Bandura mengembangkan model determinisme
resiprokal yang terdiri dari tiga faktor utama: perilaku, person/kognitif, dan lingkungan.
Ketiga faktor ini merupakan faktor-faktor yang bisa saling berinteraksi untuk
memengaruhi pembelajaran: Faktor lingkungan memengaruhi perilaku, perilaku
mempengaruhi lingkungan, faktor person (orang/kognitif) memengaruhi perilaku, dan
sebagainya. Bandura menggunakan istilah person, tetapi kita memodifikasinya menjadi
person (cognitive) karena banyak faktor orang yang dideskripsikannya adalah faktor
kognitif. Faktor person Bandura yang tak punya kecenderungan kognitif terutama adalah
pembawaan personalitas dan temperamen.56
Bagi Bandura, pembelajaran kognitif sosial ( Social Cognitive Learning ) berarti
bahwa informasi yang kita proses karena mengamati orang lain, benda, dan peristiwa-
peristiwa yang mempengaruhi cara kita bertindak. Anak-anak dalam semua budaya
belajar melalui pengamatan orang yang berpengalaman bertaut dengan aktivas penting
secara kultur. Dengan cara ini guru dan orang tua membantu siswa untuk beradaptasi
dengan lingkungan baru, membantu mereka dalam upaya pemecahan masalah, dan
memandu mereka untuk menerima tanggung jawab terhadap prilaku mereka ( Rogoff,
1990)57
Teori pembelajaran kognitif social menurut Bandura teori adalah proses dimana
informasi yang kita kumpulkan sedikit demi sedikit melalaui pengamatan pengaruh-
pengaruh lain prilaku kita. Atau belajar muncul melalui kegiatan mengobeservasi yang
lain, bahkan ketika pengamat tidak meniru respon-respon model selama akuisisi dan
karena itu tidak menerima penguatan secara langsung (Bandura,Ros,&Ross 1963)58.
Pikiran murid memengaruhi prilaku dan pembelajaran mereka. Dalam bagian ini
kita akan membahas beberapa variasi tema ini, dimulai dengan teori kognitif sosial. teori
ini berkembang dari teori behavioral tetapi lebih mengarah ke aspek kognitif (Schunk,
2000)59
Teori kognitif sosial menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif, dan juga faktor
perilaku, memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif mungkin
berupa ekspektasi murid untuk meraih keberhasilan; faktor sosial mungkin mencakup
pengamatan murid terhadap perilaku orang tuanya.
Perhatikan bagaimana model Bandura dalam kasus perilaku akademik murid
sekolah menengah yang kita sebut saja sebagai Jihan.
1) Kognisi memengaruhi perilaku. Jihan mengembangkan strategi kognitif untuk
berpikir secara lebih mendalam dan logis tentang cara menyelesaikan suatu
masalah. Strategi kognitif meningkatkan perilaku akademiknya.
2) Perilaku memengaruhi kognisi. Proses (perilaku) belajar Jihan membuatnya
mendapat nilai baik, yang pada gilirannya menghasilkan ekspektasi positif ten tang
kemampuannya dan membuat dirinya percaya diri (kognisi).
56
Santrock,J.W p.226
57
Rogoff,B (1990). Apprenticeship in thinking.New York:Oxford
58
Bandura,Ros,&Ross 1963. imitation of film-mediated aggressive models. Journal of Abnormal and cosial
Pschology,66,-3-11
59 rd
D.H.Schunk, 2000,Learning theories:an educational perspective.3 .ed. Upper Saddle river,New Jersey:Prentice
Hall.
35
60
Santrock,JW. Educational psychology,New York: McGraw-Hill, 2006, 226
36
Dalam satu kajian klasik, Bandura dan koleganya (1963) mempelajari effek
teladan yang masih hidup, agresi manusia yang difilmkan, Agresi karton yang yang
difilmkan pengaruhnya terhadap prilaku agresif anak pra-sekolah (pre-school). Agresi
manusia yang difilmkan yaitu membawakan peran orang dewasa yang melakukam
agres terhadap seorang gadis cantik. Agresi karton yang di filmkan merupakan sebuah
karakter yang yang menyajikan prilaku yang sama sebagai manusia. Teladan yang
masih hidup menyajikan agresi yang lebih identik dengan apa yang ada difilm.
Akhirnya, anak-anak memperlihatkan secara signifikan prilaku yang lebih agresif dari
anak yang usia lebih tua dalam satu kelompok pengendali. Ternyata model yang
difilmkan juga dapat menjangkitkan prilaku agresi anak yang keefektifannya sama
dengan teladan yang masih hidup. Research memberikan saran bahwa model yang
prestisius, kuat, dan tangkas lebih cepat ditiru jika dibandingkan dengan model yang
kurang berkualitas ( Bandura dkk, 1963)61. Berdasarkan pengaruh modelling dalam
proses pengajaran, beberapa program menjadikan penggunaan peragaan video lebih
berat. Contoh, Webster-Stratton (1996) mengembangkan suatu program pelatihan
orang tua guna menangani anak-anak yang bermasalah dengan menggunakan
contoh rangkaian modeling video.62
61
Bandura,A.,Ross,D.,&Ross,S. (1963) Imitation of film-mediated aggressive models, Journal of Abnormal and
Social Psychology,66,3-11
62
Bahkan sekarang (2008) sudah ada model program penanganan masalah anak yang disiarkan setiap hari Ahad
jam 16.00. di Metro TV dengan nama Nani 911.dan sudah diterbitkan bukunya dengan judul Nani 911 serta buku
yang berjudul Smart discipline –menanamkan disiplin dan menumbuhkan rasa percaya diri pada anak oleh Larry
J.Koenig diterbitkan oleh Gramedia,2003
63
Santrock,J.W.p.227
64
Untuk mendapat perbandingan yang memadai dapat juga dibaca buku Modifikasi prilaku :alternative
penanganan anak luar biasa oleh Edi Purwanta hal.30 diterbitkan oleh Diknas,2004
65
Bandura,A. (1986),Social foundations of thought and action: A social-cognitive theory.Engliwood
Cliffs,NJ:Prentice Hall.
37
Ada empat proses penting yang tercakup dalam belajar yang dapat diamati (
observational learning)66 yakni:
1) Perhatian (attention). Untuk dapat belajar secara efekti seorang pelajar harus
memperhatikan model secara sungguh. Sebelum terjadi peniruan prilaku, siswa
harus mengobservasi secara hati-hati ketika guru memperagakan sesuatu.67
Peristiwa kebetulan terhadap model tidak menjamin kemahiran suatu prilaku.
Seorang pengamat harus menyertai atau mengikuti terhadap apa yang menjadi
perhatiannya dan menyadari perbedaan dari respon yang diberikan oleh model68.
Seorang murid yang terganggu oleh dua murid lainnya yang sedang bicara mungkin
tak mendengar apa yang dikatakan guru. Atensi pada model dipengaruhi oleh
sejumlah karakteristik. Misalnya, orang yang hangat, kuat, dan ramah akan lebih
diperhatikan ketimbang orang yang dingin, lemah, dan kaku. Murid lebih mungkin
memerhatikan model berstatus tinggi ketimbang model berstatus rendah. Dalam
kebanyakan kasus, guru adalah model berstatus tinggi di mata murid.69
2) Ingatan (retention). Setelah memperhatikan, siswa harus mengingat apa yang
dilakukan oleh model70. Peniruan terhadap prilaku yang diinginkan secara tidak
langsung seorang siswa guna memelihara secara simbolis prilaku yang
diobservasinya. Bandura bercaya bahwa “pengkodean simbolis”(symbolic coding)
membantu untuk menjelaskan lamanya ingatan terhadap prilaku yang diobservasi.
Contoh: seorang siswa melakukan pengkodean, mengelompokkan, menata ulang,
respon-respon oleh model kedalam unit-unit yang bermakna secara pribadi, dengan
demikian dapat membantu memori. Maksudnya adalah karena siswa anda
mengamati anda mereka harus juga membentuk beberapa tipe kesan atau skema
66
Elliott, dkk Educational Psychology, New York: MCGraw-Hill, 2000, p. 221-222
67
` Ibid, p.342
68
Elliott, dkk Educational Psychology, New York: MCGraw-Hill, 2000, p. 221
69
Santrock,JW. Educational psychology,New York: McGraw-Hill, 2006, p.228
70
Ormrod, J.E.,p.342
39
mental yang berkaitan dengan apa yang sedang anda lakukan sebenarnya. Tugas
anda adalah mendorong mereka secara diam-diam atau terang-terangan atau
keduanya guna membentuk kesan ketika anda sedang mendemostrasikannya.71
Untuk mereproduksi tindakan model, murid harus mengodeka: informasi dan
menyimpannya dalam ingatan (memori) sehingga informasi' bisa diambil kembali.
Deskripsi verbal sederhana atau gambar yang menarik dan hidup dari apa yang
dilakukan model akan bisa membantu daya retensi murid. Misalnya, guru mungkin
berkata, "Saya akan menunjukkan Carl untuk memperbaikinya. Kalian harus
melakukan langkah pertama ini, lalu langkah kedua, lalu ketiga" sembari
menunjukkan cara memecahkan matematika. Video dengan karakter yang penuh
warna yang menunjukan pentingnya memerhatikan perasaan orang lain
kemungkinan akan diingat secara lebih baik ketimbang apabila guru hanya sekadar
menyuruh murid untuk memerhatikan perasaan orang lain. Karakter penuh warna
itulah yang menyebabkan populernya acara Sesame Street. Retensi murid akan
meningkat jika guru memberikan demonstrasi atau contoh yang hidup dan jelas72
3) Proses peniruan gerak ( motor reproduction processes). Untuk menghadirkan
dan mengingat kembali apa yang sudah dicontohkan oleh model maka pelajar harus
memiliki kemampuan untuk memproduksi kembali secara fisik. Jika siswa belum
mampu memperagakan sebagaimana model maka guru dapat memberikan
bimbingan berikutnya disertai dengan petunjuk verbal yang lebih dapat dipahami
siswa. Bandura mencatat bahwa pengkodean simbolis menghasilkan model–model
internal mulai dari lingkungan yang memandu prilaku pengamat dimasa yang akan
dating. Pedoman kognitive prilaku merupakan hal yang penting bagi Bandura,
karena pedoman tersebut menjelaskan bagaimana aktivitas yang dijadikan model
diperoleh tanpat penampakan. Tetapi aktivitas kognitif tidak bersifat otonomi;
stimulus dan penguatan mengendalikan tabiat dan kejadian. Maksudnya adalah
setelah observasi dan setelah mendorongan siswa anda untuk membentuk suatu
ide sebagai bagian dari solusi dari tugas yang diberikan. Sudahkah mereka
mendemonstrasikan solusi sesegera mungkin, dapatkah mereka melakukannya?
Kemudian anda dapat memperkuat prilaku yang benar dan merubah respon yang
salah. Jangan merasa puas dengan hanya “tunjukan dan ceritakan” mengenai
perananmu; sudahkah mereka meniru prilaku yang penting sehingga mekanisme
belajar yang digunkan adalah stimulus-kognisi-respon-penguatan.
Anak mungkin memerhatikan model dan mengingat apa yang mereka lihat,
tetapi, karena keterbatasan dalam kemampuan geraknya, mereka tidak bisa
mereproduksi perilaku model. Seorang anak berumur 13 tahun mungkin
menyaksikan pemain bulu tangkis Taufik Hidayat melakukan keahlian atletik mereka
dengan sempurna, atau melihat seorang pianis tersohor atau artis terkenal
menampilkan keahlian mereka, Tetapi anak itu tidak mampu untuk mereproduksi
atau meniru apa yang dilakukan si model tersebut. Belajar, berlatih, dan berusaha
dapat membantu murid untuk meningkatkan kinerja motor mereka
4) Proses motivasi (motivational processes). walaupun siswa mendapatkan dan
mempertahankan kemampuan untuk memperagakan prilaku yang dimodelkan,
71
Elliott, dkk Educational Psychology, New York: MCGraw-Hill, 2000, hal. 221
72
Santrock,JW. Educational psychology,New York: McGraw-Hill, 2001, 258
40
bahwa prilaku atau tugas tidak akan diperagakan jika hanya kondisi dalam
keadaan baik. Contoh: Jika penguatan sebelumnya dibarengi dengan prilaku yang
mirip maka individu cendrung melakukannya lagi, tetapi penguatan yang seolah–
olah mengalaminya sendiri ( dengan mengamati model yang diperkuat) dan
penguatan sendiri ( mendapat kepuasan dengan prilaku sendiri) juga merupakan
penguat manusiawi yang sangat kuat.73
Sering kali anak memerhatikan apa yang dikatakan atau dilakukan model,
menyimpan informasi dalam memori, dan memiliki kemampuan gerak untuk meniru
tindakan model, namun tidak termotivasi untuk melakukannya. Ini tampak dalam
studi boneka Bobo ketika anak yang melihat model dihukum tidak mereproduksi
atau meniru tindakan agresif si model. Tetapi, setelah mereka diberi insentif atau
penguat (stiker atau jus buah), mereka melakukan apa yang dilakukan model. 74
Bandura memperkenalkan perbedaan yang halus yang membantu untuk
membedakan teori belajar sosial ( social learning theory) dengan operant
conditioning ( pembiasan prilaku respon) dari Skinner. Tindakan penguatan
dilakukan terhadap motivasi siswa untuk bersikap dan bukan terhadap prilaku itu
sendiri. Dengan cara ini Bandura mencatat bahwa hasil belajar lebih kuat dan
tahan lama jika dibandingkan dengan hanya melakukan penguatan prilaku semata.
Bandura percaya bahwa penguatan tidak selalu dibutuhkan agar pembelajaran
observasional terjadi. Tetapi jika anak tidak meniru atau mereproduksi perilaku yang
diinginkan, ada tiga jenis penguat yang bisa menolong: (1) memberi imbalan pada
model; (2) memberi imbalan pada anak; atau (3) memerintahkan anak untuk
membuat pemyataan untuk memperkuat diri, seperti "Bagus, aku melakukannya"
atau 'Oke, saya sudah melakukan hampir semua tugas yang baik dengan benar.
Kalau aku terus mencoba, aku akan bisa menyelesaikannya." Kita akan membahas
tentang strategi manajemen ini sebentar lagi.75
73
Elliott, dkk Educational Psychology, New York: MCGraw-Hill, 2000, hal., 221
74
Santrock,JW. Educational psychology,New York: McGraw-Hill, 2006, 229
75
Santrock,JW. Educational psychology,New York: McGraw-Hill, 2006, 229
76
Schunk,D.(1989) Self-efficacy and cognitive skill learning dalam C.Ames&R.Ames (Eds), Research on
motivation in education: Vol.3.Goal and cognition,111-142. San Diego,C.A:Academic Press
41
Menerima informasi dari keempat sumber tersebut di atas memungkinkan kita untuk
meningkatkan “self-efficacy” kita yakni kesuksesan meningkatkan perasaaan “self-
efficacy” meningkatnya, sebaliknya kegagalan akan lenyap “self-efficacy”. Anda dapat
melihat bagaimana umpanbalik yang anda berikan dapat kepada siswa anda
mempunyai efek yang sangat kuat terhadap perasaan –perasaan mampu mereka.
Karena seorang model yang dihormati, penilaian anda mempunyai pengaruh yang
berarti. Ketika anda katakana “tentulah anda dapat melakukannya,jihan”, anda telah
melakukan bujukan verbal yang kuat. Kemudian anda mestilah mengikutinya terus
dorongan ini dengan memberikan jaminan bahwa kecakapan penampilan siswa sesuai
dengan harapan siswa dan anda.
Teknik pengajaran anda juga sangatlah penting. Penelitian telah menunjukan secara
konsisten bahwa ketika siswa-siswa anda diajar bagaimana menyelesaikan tugas
ketika mereka diberi latihan strategi maka penampilan mereka meningkat (
Paris,Cross,&Lipson,1984)77. Hal ini pada gilirannya mempengaruhi “self-efficacy”
mereka yaitu Percayaan bahwa apa yang mereka lakukan dapat memperbaiki control
mereka dalam mengendalikan situasi.
Menggunakan model juga efektif dalam memperbaiki “self-efficacy”. Bekerja
dengan siswa-siswi sekolah dasar yang mengalami kesulitan dalam pelajaran
matematika, Schunk,Hanson, dan Cox (1987)78 telah mengobservasi video tape siswa-
siswa yang berada dalam berbagai kondisi belajar. Mereka menemukan bahwa:
1. Beberapa siswa mengamati seorang guru memantu siswa-siswi
memecahkan masalah yang mereka hadapi
2. Ada Kelompok lain juga mengamati model sebaya (peer models) yang dapat
memecahkan masalah dengan mudah dan kemudia mempuat pernyataan positif
yang mencermibkan “self-efficacy”
77
Paris,Cross,D., & Lipson,M (1984).informed strategies for learning;A Program to improve children’s reading
awareness and comprehension, Journal of educational psychology,76,1239-1252
78
Schunk, D., Hanson,A&Cox, P. (1987) Peer model attributes and children’s achievement behaviors. Journal of
educational psychology,79, 54-61
42
Alhasil observasi yang dilakukan terhadap model yang ditiru “coping model”
memperlihatkan hasil yang lebih bermanf bermanfaat.
Penerapan teori belajar cognitive social ( social cognitive lerning theory ) di kelas
Ide Bandura mempunyai relevansi khusus di kelas, khususnya pendapat-
pendapatnya mengenai karakter-karakter dari model-model yang diinginkan dan
keutamaan pribadi siswa khususnya “self-efficacy” mereka. Karakter tertentu sang
model nampaknya berhubungan secara positive dengan belajar melalui pengamatan:
mereka yang mempunyai status, kompetensi, dan tenaga yang tinggi lebih efektif
untuk ditiru prilakunya dari kelompok model yang lain( Bandura,1977,p.88)80
Prilaku orang –orang yang telah mencapai status tertentu dan terhormat akan
melahirkan konsekwensi yang sukse, hal tersebut memberiakn kesan nilai yang tinggi
bagi mereka yang mengamatinya. Dapat juga dikatakan siswa yang ingin mendapat
kesuksesan yang sama sebagai orang yang terhormat di kelas, jadi siswa boleh
mengikuti jejak yang mengarah keberhasilan. Prilaku model juga memberikan informasi
tentang konsekwensi yang mungkin dari prilaku yang sama dengan jika hal demikian
diperbuat oleh mereka yang mengamatinya. Dengan demikian karakteristik tidak hanya
menarik bagi orang yang mengamati dikarenan status yang sudah dicapai model
tersebut bahkan disertai dengan sanjungan ( sebagai contoh bintang Indonesian idol
atau bintang kdi), tapi juga dikarenakan prilaku mereka yang membawa dampak
penghargaan yang nyata, seperti uang dan kekuasaan. Misalnya tahun 2008 banyak
artis yang terjun ke dunia poltik. Beberapa nama yang cukup terkenal misalnya Rano
Karno menjadi wakil Bupati Kab.Tangerang, Dede Yusuf sebagai wakil gubernut Jawa
Barat.
Karena itu bagi siswa, Bandura (1981:p.201)81 mengutarakan perhatiannya
mengenai perkembangan pengetahuan diri, khususnya gagasan mengenai “self-
afficacy”. Dia menyatakan bahwa “self-afficacy” berkaitan dengan pertimbangan
mengenai sebaik apa seseorang dapat menata dan memutuskan tujuan dari suatu
tindakan yang diinginkan yang berkaitan dengan situasi yang ambigus, tak terduga,
dan sering menegangkan.Schuk dan Zimmerman (1997) dalam Elliott (2000, 225)
meninjau sebuah penelitian mengenai sumber sifat senang bergauli bagian dari
pengaturan diri. Mereka mencatat bahw efek dari seorang model terhadap orang yang
mengamati mereka ( misalnya, siswa di dalam kelas) tergantung pada persepsi dari
“self-afficacy”. Membangun “self-afficacy” dalam diri siswa semestinya menjadi tujuan
utama para guru.
79
Pembahasan tentang coping model dapat dilihat kedalam buku :Adult development and Aging:Diane
E.Papalia (411-415)
80
Bandura,A. (1977). Social Learning Theory Englewood Cliffs,Nj: Prentice Hall
81
Bandura,A. (1981). Self-referent thought: a development analysis of self-efficacy. In J. Flavell & L.Ross (eds).
Social cognitive development New York:Cambeidge University Press.
43
Strategi pengajaran
82
Bandura, A. (1997). self-efficacy: the exercise of control, new York: Freeman
44
83
Kendal,P. ( 2000).Cognitive behavior therapy. Dalam Kazdin (ed).Encyclopedia of psychology. Washington D.C,
and Yew York: American Psychology Association and Exford U Press
84
Meichenbaum, D.,Turk,D.,& Burstein, S. (1975). The Nature of coping with stress. Dalam I. Sarason & C.
Spielberger (Eds.) Stress and anxiety. Washington, DC:Hemisphere.
46
Poster 1 . Poster 2
Saat Mendengar Saat Merencanakan
Apakah ini masuk akal? Apa saya sudah punya semuanya?
Apa saya paham? Apakah saya menyuruh teman saya tenang
Saya perlu mengajukan pertanyaan sebelum saya sehingga saya bisa menyelesaikan ini?
lupa. Saya pertama-tama perlu merapikan. Seperti apa
Perhatikan urutan yang seharusnya?
Mampukah saya melakukan apa yang diminta guru? Saya tahu soal ini.
Poster 3
Saat Bekerja Poster 4
Apa kerja saya sudah cukup cepat? Saat Mengecek
Berhenti melirik pacar dan kembali bekerja. Apakah saya sudah menyelesaikan semuanya?
Berapa lama waktu yang tersisa? Apa yang saya perlukan untuk mengecek ulang?
Apa saya perlu berhenti dan memulai lagi? Apakah saya bangga atas pekerjaan saya ini?
Ini sulit tapi saya bisa mengatasinya Apakah saya menulis semua kata?
Saya sudah selesai. Saya sudah mengatur diri
saya sendiri. Tapi apakah saya terlalu banyak
melamun?
Gambar.3 Beberapa Poster Yang Dapat Digunakan Untuk Membantu Siswa Mengingat
Cara Berbicara Dengan Diri Sendiri Secara Efektif
Berbicara positif kepada diri sendiri dapat membantu guru dan murid
mewujudkan potensi penuh mereka. Menantang pikiran negatif bisa membuat kita
mewujudkan potensi diri. Anda kira Anda tidak bisa melakukannya, maka Anda pun tak
bisa melakukannya. Jika pembicara negatif pada diri sendiri ini merupakan masalah
47
Anda, cobalah sesekali tanyakan pada diri Anda, "Apa yang akan aku katakan pada
diriku sekarang?" Momen yang Anda anggap akan sangat menekan adalah mamen
yang tepat untuk memeriksa pembicaraan diri Anda sendiri. Juga pantaulah
pembicaraan diri para murid. Apabila Anda mendengar murid berkata: 'Aku tidak bisa
melakukannya" atau "Aku sangat lamban sehingga tidak bisa menyelesaikan sesuatu"
maka luangkan waktu Anda untuk membantu mereka mengganti pernyataan diri negatif
dengan pernyataan yang positif.
Para behavioris kognitif merekomendasikan agar murid meningkatkan pre stasi
mereka dengan cara memonitor perilaku mereka sendiri. Ini bisa berarti menyuruh murid
untuk membuat diagram atau catatan atas tindakan mereka. Guru dapat menyuruh
murid melakukan hal yang sama untuk memonitor kemajuan mereka dengan mencatat
berapa banyak tugas yang telah mereka selesaikan, berapa buku yang telah mereka
baca, berapa banyak pekerjaan rumah yang telah mereka serahkan tepat pada
waktunya, berapa hari mereka tidak ribut di kelas, dan sebagainya.
Dalam beberapa kasus, guru menempatkan diagram ini di din ding kelas. Atau,
jika guru menganggap membanding-bandingkan murid akan membuat beberapa murid
stres, maka strategi yang lebih baik adalah menyuruh murid menyimpan catatan pribadi
(dalam buku catatan, misalnya) yang secara periodik akan di periksa guru.
Monitoring diri adalah strategi yang bagus untuk meningkatkan pembelajaran,
dan Anda dapat membantu murid belajar melakukannya secara efektif..
85
Winne,P.H.(1995). Inherent details in self regulated learning. Educational psychology,30,173-187. dan
Winne,P.H. (1997) experimenting to bootstrap self regulated learning. Journal of educational psychology,89.397-
410.
48
Guru, tutor, mentor, konselor, dan orang tua dapat membantu murid agar
menjadi pembelajar regulasi diri (Randi & Como, 2000; Weinstein, Husman, & Dierkin&
2000). Barry Zimmerman, Sebastian Bonner, dan Robert Kovach (1996)
mengembangkan model untuk mengubah murid yang enggan mengatur diri menjadi
murid yang mau melakukan hal-hal sebagai berikut: (1) mengevaluasi dan memonitor
diri sendiri; (2) menentukan tujuan dan perencanaan strategis; (3) melaksanakan
rencana dan memonitornya; dan (4) memonitor hasil dan memperbaiki strategi (lihat
Gambar 3).
Zimmerman dan rekannya mendeskripsikan seorang murid grade tujuh yang
jeblok dalam pelajaran sejarah dan kemudian menerapkan regulasi diri untuk murid itu.
Pada langkah 1, dia mengevaluasi studinya dan persiapan tesnya dengan membuat
catatan yang detail. Guru memberi petunjuk cara melakukan Pencatatan ini. Setelah
beberapa minggu, murid itu mempelajari catatan ini dan mengetahui bahwa nilai
buruknya disebabkan oleh kesulitannya dalam memaharni materi bacaan.
Muncul sejumlah kritik terhadap pendekatan kognitif sosial ini. Beberapa teoretisi
kognitif percaya bahwa pendekatan tersebut masih terlalu fokus pada perilaku dan
faktor eksternal dan kurang menjelaskan secara detail bagaimana berlangsungnya
proses kognitif seperti pikiran, memori, pemecahan masalah, dan sebagainya Beberapa
developmentalis mengkritik pendekatan ini karena dipandang bersifal non-
developmental, dalam pengertian bahwa pendekatan ini tidak menyebutkan urutan
perubahan pembelajaran berdasarkan usia. Dan teoretisi humanis mengkritik
pendekatan ini karena tidak memberi cukup perhatian pada rasa penghargaan diri dan
hubungan yang penuh perhatian dan suportif. Semua kritikiru juga bisa diarahkan pada
pendekatan behavioral, seperti pengkondisian operan Skinner, yang didiskusikan di
muka.
Penguat sekunder
Perbedaan antara penguat primer dan sekunder yaitu penguat primer
merupakan penguat yang mempengaruhui prilaku tanpa perlu belajar antara lain
makanan, minuman, seks. Adapun penguat sekunder adalah penguat yang
membutuhkan tenaga penguat karena sudah diasosiasikan dengan penguat utama.
Kebanyakan guru ingin sering menggunakan penguat sekunder. Penguat sekunder
ini dapat dikelompokkan menjadi
1. Penguat social,meliputi perhatian baik secara verbal maupun non verbal.
Contoh: ekspresi wajah anda mempunyai suatu pesan yang terang pada siswa.
Biasanya penguat social berupa verbal, ungkapan ini membarengi beberapa bentuk
penguatan yang lain atau berupa kata pujian hal itu merupakan ungkapan rasa
senang anda terhadap prilaku tertentu dari siswa anda. Penguat social mencakup
ekspresi, kontak, kedekatan, hak-hak istimewa dan kata-kata.
2. Penguat aktifitas. Penguat aktifitas digunakan setelah prilaku yang
berfrekwensi rendah.
3. Penguat secara umum. Penguat jenis ini diasosiasikan dengan variasi dari
penguat-penguat yang lain. Misalnya senyum kepad siswa diasosiakan dengan
pengalaman yang menyenangkan. Penguat secara umum dapat juga barang
(seperti emas atau kenang-kenangan) yang mungkin dapat ditukar dengan barang
lain yang bernilai
Saran-Saran Penggunaan
Penguatan positive adalah prinsip yang kuat dan dapat memberikan
keuntungan yang besar bila diterapkan. bagi semua pengajar mulai dari pre-school
sampai tingkat doctor gunakanlah reinforcemen positive. Namun kita harus menghindari
agar siswa menjadi orang yang begitu tergantung dengan penguatan, khususnya jika
kita me memulai program yang terstruktur untuk siswa-siswi. Kita menginginkan
mereka bekerja karena penguat-penguat yang bersifat alami.
Pengurangan adalah proses pengurangan ketergantungan terhadap penguat
seperti kenang-kenangan, dengan jarangnya memberikan penguatan. Sejumlah besar
prilaku yang pantas harus muncul sebelum munculnya penguatan. Anda semestinya
menyadari keuntungan dari pengurangan penguatan:
54
Tingkatan penguatan yang lebih konstan dengan prilaku yang pantas ( siswa secara
mengikuti peraturan dalam kelas )
Antisipasi yang berkurang dari penguatan ( siswa mempelajari untuk tidak
tergantung terhadap penguatan yang berasal dari penguatan )
Perubahan kontrol terhadap prosedur dalam kelas, seperti pujian sekali-sekali (
siswa secara perlahan membutuhkan perasaan puas dari kesuksesan mereka
sendiri di kelas)
Mempertahankan prilaku yang pantas lebih lama dari periode waktu ( siswa tidak
lagi membutuhkan pengutana yang konstan untuk menyelesaikan tugasnya
dengan baik)
89
Alberto, P.&Troutman.(1986,).Applied behavio analysis for teachers. Columbus,OH: Meril
55
prilaku yang bernilai rendah, anda dapat memilih suatu periode waktu, barangkali
sepuluh menit; ketika siswa duduk diam, anda dapat memberikan pujian
Penguatan yang berbeda karena prilaku yang tidak baik berarti anda
memperkuat beberapa prilaku yang bertentangan dengan prilaku yang ingin anda
hilangkan. Contoh: anda dapat memutuskan untuk menguatkan membaca diam;
seorang siswa tidak dapat membaca dengan diam ketika berbicara keras.
walaupun tidak berteriak keras maka dengan bicara yang tidak pantas saja anak juga
akan kehilangan penghargaan
Berikut ini saran-saran untuk menggunakan secara produktif teknik respon yang
baik ( Alberto &Trautman,1986)
Yakinkan bahwa anda sebenarnya menghilangkan penguat –penguat ketika
dibutuhkan. Barangkali sebaiknya hindari penggunaaan aksi fisik. Jika anda
memberikan permen kepada siswa anda yang lebih muda, suruh mereka
memasukan sebanyak mungkin permen itu ke mulut mereka dan suruh
menelannya.
Ketahui apa saja yang dapat menjadi penguat bagi siswa
Pastikan bahwa siswa memahami secara jelas apa saja yang membentuk
prilaku yang salah dan konsekwensinya ?
jangan menjebak diri sendiri: pastikan bahwa anda sungguh menghilangkan
penguat
kombinasikan konsekwensi respon dengan penguat yang positif
kedua strategi level III memerlukan penggunaan prosedur waktu jeda ( time-out
procedures) dalam hal siswa yang mengingkari penguatan selama periode tertetu.
Lagi-lagi guru harus yakin bahwa mereka tahu secara pasti apa saja yang menguatkan
siswa secara individu.
Ada dua prosedur waktu jeda
1. waktu jeda pendekatan diri ( Nonseclusionary time out). Siswa tetap dalam
ruangan kelas tapi terhalang dari penguat yang normal. Gunakan perintah
“letakkan kepala anda di atas meja anda selama lima menit mendatang” larang
siswa untuk menerima penguat dari guru lain atau teman sekelasnya.
Beberapa tipe prosedur yang menghalangi penguatan saat menahan siswa
dalam ruangan kelas.
2. waktu jeda pengasingan diri ( Seclusionary time out). Siswa dijauhkan dari
aktifitas atau dari ruangan kelas. Anda boleh mengambil jalan teknik ini
dengan mendudukan siswa sendirian di ruangan terpisah selama masa
tertentu. Meletakkan seorang siswa dalam ruangan terpisah adalah suatu
teknik biasanya menyediakan waktu tertentu dan harus digunakan secara hati-
hati dan perhatian
mengobrol dengan suara keras dalam mata pelajaran anda. Dengan kata lain guru
berusaha keras demi penyamarataan
90
Stokes, T. F.,& Baer ,D.M.( 1977). An implicit knowledge of generalization. Journal of applied behaviour
analysis,11,285-303
91
White ,O.R & Asosiasinya (1988). Review and analysis of strategis for generalization.In N.G.Haring (ed).
Generalizaton for student with severe handicap:strtegies and solutions (pp-15-51) Seattle:University of
Washington Press
58
mengajarkan siswa kosa –kata yang ingin mereka gunakan ketika berinteraksi
dengan teman sebaya dan orang dewasa
5. Gunakan kemungkinan yang tidak diskriminatif. Kadang-kadang akibat alami tidak
dapat diharapkan untuk memfasilitasi dan mempertahankan penyamarataan.
Dalam kasus yang demikian perlu menggunakan akibat buatan. Sangat baik bahwa
pelajar tidak dapat menentukan dengan tepat ketika akibat itu akan tersedia.
Pengajaran skill social untuk siswa pra sekolah akan menjadi strategi selama
pengajaran awal.
6. Latih siswa untuk penyamarataan. Dengan strategi ini siswa diperkuat hanya untuk
menampakkan beberapa contoh umum sebuah ketrampilan baru. Penampilan
versi skill yang diperkuat sebelumnya tidak lagi diperkuat. Contoh, siswa dapat
diajarkan nama-nama bentuk yang beragam. Kemudian penguatan akan diberikan
ketika siswa menyebutkan nama bentuk-bentuk yang tidak diajarkan sebelumnya.
7. Programlah stimulus yang bersifat biasa. Seorang guru dapat memilih diam, tetapi
perlu berkaitan dengan tugas, stimulus dari situasi yang penyamarataan yang
diinginkan dan meliputi stimulus dalam program pengajaran. Contoh, siswa dapt
diajarkan keahlian dengan menhadirkan teman sebaya nya. Ketrampilan ini
kemudian diharapkan didapatkan dalam kondisi yang lain ketika teman sebayanya
hadir ( yakni ketika stimulus ada)
8. Gunakan contoh yang dapat ditiru secara memadai. Strategi ini memerlukan
tambahan stimulus dengan program pengajaran sampai penyamarataan ke semua
stimulus berhubugan yang tampak. Keahlian yang berbeda menghendaki sejumlah
contoh yang berbeda untuk menjamin penyamarataan dan anda seharusnya
menentukan ketetapan ini didasarkan pada performa siswa. Contoh, ketika
mengajarkan kaidah mengeja huruf “a,i,u,e,o” guru harus menyediakan beberapa
ilustrasi yang memuat tantangan untuk pengejaaan.
9. Gunakan multi contoh yang dapat ditiru. Penggunaan teknik ini dengan maksud
untuk mengajar pada waktu bersamaan beberapa contoh kelompok stimulus yang
diinginakn penyamarataannya. Guru yang menggunakan multi contoh sebuah
konsep atau sebuah ketrampilan yang akan meningkatkan peluang bahwa siswa
akan menggunakan ketrampilan tersebut dalam lingkungan non pengajaran.
10. Lakukan pemograman kasus yang umum. Gunakan strategi ini, guru harus
melakukan analisis dengan hati-hati baik lingkungan maupun ketrampilan terhadap
penyamarataan yang diinginkan
11. Mengajarlah dengan lepas. Dengan mengajar lepas kita tidak bermaksud bahwa
anda menjadi seorang guru yang tidak kompeten. Maksudnya adalah anda
seharusnya mengajar dengan bermacam variasi, terhindar dari rutinitas, terstruktur
dengan baik, program yang tidak bervariasi merintangi penyamarataan.
Pengajaran yang melibatkan lingkungan, material dan penguatan yang bervariasi.
Yang akan membantu siswa memfasilitasi penyamarataan
12. Menengahi penyamarataan. Taktik seperti melibatkan pengajaran suatu strategi
atau prosedur lain untuk membantu siswa mengingat ketika menjeneralisir atau
mengurangi perbedaan antara lingkungan pengajajaran dan penyamarataan. Siswa
diajarkan untuk memonitor prilakunya yang tepat lingkungan
92
Sulzer-Azaroff, B.&Mayer, G.R. (1991). Behavior analysis for lasting change. Fort
Worth:Holt,Rinehart&Winston.
60
SARAN-SARAN SKINNER
Skinner (1984) menyatakan pada dunia pendidikan Amerika dan menemukan
kekurangan utama dari prinsip-prinsip psikologi behavior. Skinner yakin bahwa
kebangkitan psikologi humanistis dan kognitif telah membuktikan suatu hambatan
utama untuk kemajuan dalam kelas.( kemajuan melalui Pengajaran Terpogram)
Untuk mencari solusi masalah ini, Skinner ( 1984) merekomendasikan suatu
kembali pada prinsip-prinsip dan tujuan-tujuan dari behaviorisme:
1) Jelas apa yang akan anda ajarkan. Hal ini akan berimplikasi bahwa guru mesti
berkonsentrasi mengenai apa yang dipejari. Contoh, kita tidak mengajar “ejaan”,
akan tetapi kita mengajari siswa bagaimana cara mengeja huruf .
2) Memulai dari bahan yang pertama.Guru seharusnya menghindari usaha –
usaha mencapai usaha akhir dengan cepat, karena materi mata pelajaran
mesti dipelajari secara bertahap dan setiap rangkaian tahapan harus dikuasai
siswa untuk mencapai hasil akhir.
3) Mengajar berdasarkan perbedaan individu. Ini merupakan skema favorit Skinner,
siswa dapat mencapai kemajuan hanya menurut kemampuan mereka. Untk
merespon kebenaran ini Skinner semenjak lama menyarankan menggunakan
mesin untuk mengajar( teaching machines), pengajaran yang terprogram, dan
komputer
4) Buatlah program mata pelajaran. Tidak seperti teks, program secara individu
membujuk siswa untuk melakukan atau untuk mengatakan sesuatu ketika
mereka diharuskan melakukan atau mengatkannya Skinner menyebut hal ini
dengan “ dasar” prilaku dan menetapkan bahwa saran-saran ini dibuat
kedalam program yang harus secara perlahan hilang sampai prilaku muncul
tanpa bantuan. Pada point ini, konsekwensi yang menguatkan karena jadi benar
menjadi effektif yang tinggi dalam menopang prilaku. Mengenai hal ini Skinner
berkata
“Ada jalan yang terbaik yakni mengemukakan alasa yang lebih baik kepada
siswa dan guru untuk belajar dan mengajar. Yakni dimana sains mengenai
prilaku dapat memberikan sebuah sumbangan. Mereka dapat
mengembangkan praktek pengajaran begitu effektif dan begitu menarik
dengan kata lain bahwa tak seorangpun ( siswa, guru, dan administrator)
perlu dipaksa untuk menggunakannya ( Skinner, 1984,p.952)93
93
Skinner, B (1984.September).The shame of American Educaton.American Psychologist, 39(9),947-954
61
94
Elliott, dkk Educational Psychology, New York: MCGraw-Hill, 2000, ha.237-238