Anda di halaman 1dari 11

PEMBELAJARAN YANG BERPIJAK PADA ALIRAN KOGNITIF

OLEH KELOMPOK V

MARIA T. DANGUNG
ESTER BAKUN
ORLANDO E. SERAN
YUMITA NENOSAET

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat
dan anugerah-Nya yang telah memberikan keluasan waktu dan Kesehatan kepada kami untuk
dapat menyelesaikan tugas mata kuliah profesi kependidikan tentang pelaksanaan pembelajaran.

Makalah ini dibuat untuk menunjang dan memberikan kemudahan untuk melaksanakan
kegiatan belajar mengajar, sehingga dalam kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan nyaman dan
efektif.

Semoga makalah sederhana yang telah berhasil kami susun ini bisa dengan mudah
dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami meminta maaf apabila terdapat
kesalahan kata atau kalimat yang kurang berkenan. Serta tak lupa kami juga berharap adanya
masukan serta kritikan yang membangun dari pembaca demi terciptanya makalah yang lebih
baik lagi.

Kupang, 29 Maret 2024

Tim Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Teori-teori belajar bermunculan seiring dengan perkembangan teori psikologi. Salah satu
diantara teori belajar yang terkenal adalah teori belajar behaviorisme dengan tokohnya
B.F.Skinner,Thorndike, Watson dan lain-lain. Dikatakan bahwa, teori-teori belajar hasil
eksperimen mereka secara prinsipil bersifat behavioristik dalam arti lebih menekankan timbulnya
perilaku jasmaniah yang nyata dan dapat diukur.
Namun seiring dengan kemajuan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan, teori
tersebut mempunyai beberapa kelemahan, yang menuntut adanya pemikiran teori belajar yang
baru. Dikatakan bahwa, teori-teori behaviorisme itu bersifat otomatis-mekanis dalam
menghubungkan stimulus dan respon, sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot,
padahal setiap manusia memiliki kemampuan mengarahkan diri (self-direction) dan
pengendalian diri (self control ) yang bersifat kognitif, dan karenanya ia bisa menolak respon
jika ia tidak menghendaki, misalnya karena lelah atau berlawanan dengan kata hati, dan proses
belajar manusia yang dianalogikan dengan perilaku hewan itu sangat sulit diterima, mengingat
mencoloknya perbedaan karakter fisik dan psikis antara manusia dan hewan. Hal ini dapat
diidentifikasi sebagai kelemahan teori behaviorisme.
Dari kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam teori behaviorisme dapat di ambil suatu
pertanyaan“upaya apa yang dilakukan oleh para ahli - ahli psikologi pendidikan dalam
mengatasi kelemahan teori tersebut?’’Realitas ini sangat penting untuk dibahas dalam makalah
ini.Untuk itu pembahasan makalah ini diangkat untuk mengungkap masalah-masalah tersebut.
Berdasarkan tulisan-tulisan dalam berbagai literatur, ditemukan bahwa para ahli telah
menemukan teori baru tentang belajar yaitu teori belajar kognitif yang lebih mampu meyakinkan
dan menyumbangkan pemikiran besar demi perkembangan dan kemajuan prosesbelajar sebagai
lanjutan dari teori behaviorisme tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang kami angkat dalam makalah ini adalah :


1. Apa pengertian belajar menurut pandangan teori Kognitif itu ?
2. Apa saja macam-macam teori belajar kognitif ?
3. Siapa tokoh-tokoh teori belajar Kognitif itu, dan apa pemikirannya ?
4. Bagaimana aplikasi teori kognitif dalam kegiatan pembelajaran ?
5. Langkah-Langkah Pembelajaran Menurut Tokoh Kognitif

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah agar kita dapat
menjelaskan/mendeskripsikan :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah belajar dan pembelajaran.
2. Untuk mengetahui pengertian belajar menurut pandangan teori kognitif.
3. Untuk mengetahui apa saja macam-macam teori belajar kognitif, dan siapa tokoh dan apa
pemikirannya tentang belajar kognitif.
4. Untuk mengetahui aplikasi teori kognitif dalam pembelajaran.
5. Untuk mengetahui lakah-langkah pembelajaran menurut para ahli.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Kognitif

Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik. Teori belajar kognitif
lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya.Para penganut aliran kognitif
mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon,
model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model
perseptual. Model belajar kognitif mrngatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh
persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Belajar kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi,
terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar.
Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal berfikir, yakni proses
pengolahan informasi.
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi
dalam akal pikiran manusia. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel (1996: 53) bahwa “Belajar
adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman,
ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas”.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang
melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi
aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan,
pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.

2.2. Macam-macam Teori Belajar Kognitif

Yang termasuk teori belajar kognitif adalah:

1.Teori belajar Pengolahan


InformasiGarisputus-putus menunjukkan batas antarakognitif internal dan dunia eksternal.
Dalam model tersebut tampak bahwa stimulus fisik seperti cahaya, panas, tekanan udara,
ataupun suara ditangkap oleh seseorang dan disimpan secara cepat di dalam sistem penampungan
penginderaan jangka pendek. Apabilainformasi itu diperhatikan, maka informasi itu disampaikan
ke memori jangka pendek dan sistem penampungan memori kerja. Apabila informasi di
di dalam kedua penampungan tersebut diulang-ulang atau disandikan, maka dapat dimasukkan
ke dalam memori jangka panjang. Kebanyakan, peristiwa lupa terjadi karena informasi di dalam
memori jangka pendek tidak pernah ditransfer ke memori jangka panjang. Tapi bisa juga terjadi
karena seseorang kehilangan kemampuannya dalam mengingat informasi yang telah ada di
dalam
memori jangka panjang. Bisa juga karena interferensi, yaitu terjadi apabila informasi bercampur
dengan atau tergeser oleh informasi lain.
2. Teori belajar Kontruktivisme

Teori belajar Kontruktivisme memandang bahwa: Belajar berarti mengkontruksikan makna


atas informasi dari masukan yang masuk ke dalam otak.
Peserta didik harus menemukan dan mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya
sendiri.
1. Peserta didik sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang berlawanan
dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip tersebut apabila sudah
dianggap tidak bisa digunakan lagi.

2. Peserta didik mengkontruksikan pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan


lingkungannya.

Teori Kontruktivismemenetapkan 4 asumsi tentang belajar yaitu:

1. Pengetahuan secara fisik dikonstruksikan oleh peserta didik yang terkibat dalam belajar
aktif.

2. Pengetahuan secara simbolik dikonstruksikan oleh peserta didik yang membuat


representasi atas kegiatannya sendiri.

3. Pengetahuan secara sosial dikonstruksikan oleh peserta didik yang menyampaikan


maknanya kepada orang lain.

4. Pengetahuan secara teoritik dikonstruksikan oleh peserta didik yang mencoba


menjelaskan obyek yang tidak benar-benar dipahaminya.
Slavin menyarankan 3 strategi belajar efektif, yaitu:

1. membuat catatan

2. belajar kelompok

3. menggunakan metode PQ4R (preview, question, read, reflect, recite, review)

2.3 . Toko -Tokoh teori kongnitif itu dan pembelajaranya .

1.Teori Perkembangan Piaget

Piaget adalah seorang tokoh psikologi kognitif yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan
pemikiran para pakar kognitif lainnya. Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu
proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan
sistem syaraf. Ketika individu berkembang menuju kedewasaan, akan mengalami adaptasi
biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahan-peribahan kualitatif
didalam struktur kognitifnya. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang
dapat didefinisikan secara kuantitatif. Dengan kata lain, daya berpikir atau kekuatan mental anak
yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.

Menurut Piaget, bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu:

a. Asimilasi

Proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam
benak siswa. Contoh, bagi siswa yang sudah mengetahui prinsip penjumlahan, jika gurunya
memperkenalkan
prinsip perkalian, maka proses pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada
dalam benak siswa), dengan prinsip perkalian (sebagai informasi baru) itu yang disebut asimilasi.

b. Akomodasi

Penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Contoh, jika siswa diberi soal
perkalian, maka berarti pemakaian (aplikasi) prinsip perkalian tersebut dalam situasi yang baru
dan spesifik itu yang disebut akomodasi.

c. Equilibrasi (penyeimbangan)

Penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Contoh, agar siswa tersebut
dapat terus berkembang dan menambah ilmunya, maka yang bersangkutan menjaga stabilitas
mental dalam dirinya yang memerlukan proses penyeimbangan antara "dunia dalam" dan "dunia
luar". Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensori motor tentu lain dengan yang
dialami seorang anak yang sudah mencapai tahap kedua (pra-operasional) dan lain lagi yang
dialami siswa lain yang telah sampai ke tahap yang lebih tinggi (operasional kongrit dan
operasional formal). Jadi, secara umum, semakin tinggi tingkat kognitif seseorang. semakin
teratur (dan juga semakin abstrak) cara berfikirnya.
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk
melakukan eksperimen dengan
obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan
tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar
mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari
lingkungan.

2. Teori belajar menurut Bruner

Jerome Bruner (1996) adalah seorang pengikut setia teori kognitif. khususnya dalam studi
perkembangan fungsi kognitif. Dengan teorinya yang disebut free discovery learning, ia
mengatakan bahwa proses belajar akan ber jalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman
melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Ada tiga tahap perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Bruner, yaitu enaktif, ikonik, dan
simbolik.

1. Tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk


memahami lingkungan sekitarnya. Artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak
menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan
sebagainya.

2. Tahap ikonik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar


dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar
melalui bentuk perumpamaan (tampil)an perbandingan (komparasi).

3. Tahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan- gagasan abstrak
yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam dihubungkan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki siswa dalam bentuk stuktur kognitif. Dia berpendapat bahwa
menghafal berlawanan dengan bermakna, karena belajar dengan menghafal, peserta didik
tidak dapat mengaitkan informasi yang diperoleh itu dengan pengetahuan yang telah
dimilikinya. Dengan demikian bahwa belajar itu akan lebih berhasil jika materi yang
dipelajari bermakna.

David Ausubel merupakan salah satu tokoh ahli psikologi kognitif yang berpendapat bahwa
keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh kebermaknaan bahan ajar yang dipelajari.
Ausubel menggunakan istilah "pengatur lanjut" (advance organizers), merupakan penerapan
konsepsi tentang stuktur kognitif didalam merancang pembelajaran. Penggunaan advance
organizers sebagai kerangka isi akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari
informasi baru, karena merupakan kerangka dalam bentuk abstrak atau ringkasan konsep-konsep
dasar tentang apa yang dipelajari, dan hubungannya dengan materi yang telah ada dalam stuktur
kognitif siswa. jika ditata dengan baik, advance organizers akan memudahkan siswa mempelajari
materi pelajaran yang baru, serta hubungannya dengan materi yang telah dipelajarinya.

2.4 Aplikasi Teori Kognitif Dalam Kegiatan Pembelajaran

Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang
berkaitan dengan penataan informasi, reorganis proses internal. Kegiatan pembelajaran yang
berpijak p kognitif ini sudah banyak digunakan. Dalam merumusk. mengembangkan strategi dan
tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik sbagaimana yang dilakukan dalam pendekatan
behavoristik. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat
diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarnya
mengkuti prinsip-prinsp sebagai berikut:

1. . Siswa bukan sebagai oang dewasa yang muda dalam proses berfikirnya. Mereka
mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.

2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama
jika menggunakan bnda-benda konkret.
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan
mengaktifkan seswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman
dapat terjadi dengan baik.

4. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman
atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si belajar.

5. Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi belajar disusun dengan
menggunakan pola dan atau logika tertentu, dari sederhana kekompleks.

6. Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar bermakna,
informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah
dimiliki siswa. Tugas guru adalah menunjukan hubungan antara apa yang sedang
dipelajari dengan ana vang telah diketahui siswa. Adanya perbedaaan individual pada diri
siswa perludiperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan lajar siswa.
Perbedaan tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampan berfikir, pengetahuan
awal dan sebagainya.

2.5 Langkah-Langkah Pembelajaran Menurut Tokoh Kognitif.

Dari pemahaman diatas, maka langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh


masing-masing tokoh tersebut berbeda. Secara garis besar langkah-langkah pembelajaran yang
dikemukan oleh suciati dan prastya irawan (2001) dapat digunakan. Langkah-langkah tersebut
sebagai berikut:

a. Langkah-langkah pembelajaran menurut piaget:

1. Mentukan tujuan pembelajaran.

2. Memilih materi pelajaran.

3. Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara aktif

4. Menentukan kegiatan belajar yang sesuai untuk topik-topik tersebut. misalnya penelitian,
memecahkan masalah, diskusi, dan sebagainya.

5. Mengembangkan metode pembelajaran untuk merangsang kreatifitas dan cara befikir


siswa.

6. Melakukan nilai proses dan hasil belajar.

b. Langkah-langkah pembelajaran menurut


bruner:
1. Menentukan tujuan pembelajaran

2. Melakukan identifikasi karakteristik Siswa (kemampuan awal.minat.gaya belajar dan


sebagainya)
3. Memiliki materi pelajaran.
4. Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif (dari
contoh-contoh ke generelisasi).

5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas, dan


sebagainya untuk dipelajari sisa

6. Mengatur topi-topik pelajaan dari yang sederhana ke kompleks, dari yang kongkrit, atau
dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.

7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

c. Langkah-langkah pembelajaran menurut.


ausubel:

1. Menentukan tujuan pembelajaran.

2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, motifasi, gaya belajar dan
sebagainya).

3. Memiliki materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya dalam
bentuk konsep-konsep inti.

4. Menentukan topik-topik dan menampilkannya dalam bentuk ad-vance organizer yang


akan dipelajari siswa,

5. Mempelajari konsep-konsep inti tersebut, dan menerapkannya dalam bentuk


nyata/konkret.

6. . Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.


BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Para
penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon, model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering
disebut sebagai model perseptual. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku
seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan
dengan tujuan belajarnya.

3.2. Saran

Hendaknya pengetahuan tentang kognitif siswa perlu dikaji secara mendalam oleh para
calon guru dan para guru demi menyukseskan proses pembelajaran di kelas. Tanpa pengetahuan
tentang kognitif siswa, guru akan mengalami kesulitan dalam membelajarkannya di kelas, yang
pada akhirnya mempengaruhi rendahnya kualitas proses pendidikan yang dilakukan oleh guru di
kelas. Karena faktor kognitif yang dimiliki oleh siswa merupakan salah satu faktor utama yang
mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas. Faktor kognitif merupakan jendela
bagi masuknya berbagai pengetahuan siswa melalui kegiatan belajar baik secara mandiri maupun
secara kelompok.

Anda mungkin juga menyukai