TEORI BELAJAR
DISUSUN OLEH
AJI SAMIAJI
203020210017
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, karenanya lah kami penulis dapat menyelesaikan
penulisan tugas makalah mata kuliah Belajar dan Pembelajaran dengan judul “Teori Belajar”.
Penulis juga mengucapakan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulisan makalah ini sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik dan rapi.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan pembaca tentang teori belajar. Penulis
menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak sekali kekurangan dan jauh dari kata sempurna,
maka dari itu penulis mengharapkan tanggapan berupa saran dan kritik yang bersifat
memebangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik.
Penulis
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dalam lingkungan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan,
kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan persepsi manusia. Oleh karena itu seseorang
harus menguasai prinsip – prinsip dasar belajar agar mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu
memegang peranan penting dalam psikologis dan kehidupan yang lebih baik di masa yang akan
datang.Perubahan perilaku yang merupakan hasil dari proses belajar dapat berwujud perilaku yang
tampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak tampak (inner behavior). agar aktivitas belajar dapat
mencapai hasil belajar yang optimal, maka stimulus atau proses belajar untuk peserta didik harus
dirancang secara matang, menarik, dan spesifik.
Kemampuan manusia yang dikembangkan melalui belajar adalah ketrampilan intelektual,
informasi verbal, strategi kognitif, ketrampilan motorik, dan sikap. Pendidik dituntut untuk
menyediakan kondisi belajar untuk peserta didik untuk mencapai kemampuan-kemampuan
tertentu yang harus dipelajari oleh subyek didik. Dalam hal ini peranan desain pesan dalam
kegiatan belajar mengajar sangat penting, karena desain pesan pembelajaran menunjuk pada
proses memanipulasi, atau merencanakan suatu pola atau signal dan lambang yang dapat
digunakan untuk menyediakan kondisi untuk belajar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar?
2. Apa saja macam-macam teori dalam belajar?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui arti teori belajar
2. Untuk mengetahuo macam-macam teori belajar
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
B. Macam-Macam Teori Belajar
1. Behavioristik
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu
berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku
tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya
perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai
hukuman.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas yang menuntut pebelajar untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan,
kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang
terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan.
Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih
banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan
mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi
menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan
biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban
yang benar. Maksudnya bila siswa menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan
guru, hal ini menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.
Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran,
dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran.
Dalam teori behavioristik memiliki prinsip dimana objek psikologi adalah tingkah
laku, kemudian semua bentuk tingkah laku dikembalikan pada reflek, teori ini
mementingkan pembentukan kebiasaan, perilaku nyata dan terukur memiliki makna
3
tersendiri, yang terakhir aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik
harus dihindari
Ada beberapa tokoh teori behavioristik yang terkenal, yaitu: Edward
LeeThorndike, menurutnya belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan
respon. Stimulus adalah hal yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti
pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Respon
adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, juga dapat berupa
pikiran, perasaan, gerakan atau tindakan. teori ini sering disebut teori koneksionisme.
Kedua adalah John Watson, ia dikenal sebagai pendiri aliran behaviorisme di Amerika
Serikat. Karyanya yang paling dikenal adalah “Psychology as the Behaviourist view
it” (1913). Menurut Watson dalam beberapa karyanya, psikologi haruslah menjadi
ilmu yang obyektif, oleh karena itu ia tidak mengakui adanya kesadaran yang hanya
diteliti melalui metode introspeksi. Watson juga berpendapat bahwa psikologi harus
dipelajari seperti orang mempelajari ilmu pasti atau ilmu alam. Oleh karena itu,
psikologi harus dibatasi dengan ketat pada penyelidikan-penyelidikan tentang
tingkahlaku yang nyata saja. Meskipun banyak kritik terhadap pendapat Watson,
namun harus diakui bahwa peran Watson tetap dianggap penting, karena melalui dia
berkembang metode-metode obyektif dalam psikologi.
2. Teori Kognitif
Teori Kognitivisme berfokus pada “otak”. Mereka berpendapat bagaimana
manusia memproses dan menyimpan informasi sangat penting dalam proses belajar.
Akhirnya proposisi (gagasan awal) inilah yang menjadi fokus baru mereka. Model
kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan
pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan
hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model
ini menekankan pada bagaimana informasi diproses. Kognitivisme tidak seluruhnya
menolak gagasan behaviorisme, namun lebih cenderung perluasannya, khususnya
pada gagasan eksistensi keadaan mental yang bisa mempengaruhi proses belajar.
Pakar psikologi kognitif modern berpendapat bahwa belajar melibatkan proses mental
yang kompleks, termasuk memori, perhatian, bahasa, pembentukan konsep, dan
4
pemecahan masalah. Mereka meneliti bagaimana manusia memproses informasi dan
membentuk representasi mental dari orang lain, objek, dan kejadian
Karakteristik :
1. Belajar adalah proses mental bukan behavioral
2. Siswa aktif sebagai penyadur
3. Siswa belajar secara individu dengan pola deduktif dan induktif
4. Instrinsik motivation, sehingga tidak perlu stimulus
5. Siswa sebagai pelaku untuk menuntun penemuan
6. Guru memfasilitasi terjadinya proses insight.
3. Teori Humanistik
Teori belajar ini memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan
dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu
peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu
untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Teori ini lebih banyak
5
berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal,
atau bisa dikatakan teori ini lebih tertarik kepada ide belajar dalam bentuknya yang
paling odeal dari pda belajat seperti apa adanya. Menurut teori humanistik belajar
dianggap berhasil jika pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Gagne dan Briggs mengatakan bahwa pendekatan humanistik adalah
pengembangan nilai-nilai dan sikap pribadi yang dikehandaki secara sosial dan
pemerolehan pengetahuan yang luas tentang sejarah, sastra, dan pengolahan strategi
berpikir produktif. Pendekatan sistem bisa dapat di lakukan sehingga para peserta
didik dapat memilih suatu rencana pelajaran agar mereka dapat mencurahkan waktu
mereka bagi bermacam-macam tujuan belajar atau sejumlah pelajaran yang akan
dipelajari atau jenis-jenis pemecahan masalah dan aktifitas-aktifitas kreatif yang
mungkin dilakukan.pembatasan praktis dalam pemilihan hal-hal itu mungkin di
tentukan oleh keterbatasan bahan-bahan pelajaran dan keadaan tetapi dalam
pendekatan sistem itu sendiri tidak ada yang membatasi keanekaragaman pendidikan
ini.Tokoh utama teori humanistik adalah C. Rogger dan Arthur Comb.
Beberapa prinsip Teori belajar Humanistik:
a. Manusia mempunyai belajar alami
b. Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid mempuyai
relevansi dengan maksud tertentu
c. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
d. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila ancaman
itu kecil
e. Bila ancaman itu rendah terdapat pangalaman peserta didik dalam memperoleh
cara.
f. Belajar yang bermakna diperolaeh jika peserta didik melakukannya
g. Belajar lancer jika peserta didik dilibatkan dalam proses belajarBelajar yang
melibatkan peserta didik seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam
h. Kepercayaan pada diri pada peserta didik ditumbuhkan dengan membiasakan
untuk mawas diri
i. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
6
4. Teori Belajar Konstruktivistik
Konstruktivistik berasal dari kata kontruksi yang berarti bersifat membangun,
dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya
membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan
landasan berfikir pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh
manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas
dan tidak mendadak. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau
kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah,
mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat
langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu
mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung
dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif siswa mengkostruksi
pengetahuan. Proses tersebut dicirikan oleh beberapa hal sebagai berikut:
a. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang
mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami.
b. Konstruksi makna ini dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.
Konstruksi makna merupakan suatu proses yang berlangsung terus-menerus
seumur hidup.
c. Belajar bukan kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih berorientasi pada
pengembangan berpikir dan pemikiran dengan cara membentuk pengertian
yang baru. Belajar bukanlah hasil dari perkembangan melainkan
perkembangan itu sendiri. Suatu perkembangan yang menuntun penemuan dan
pengaturan kembali pemikiran seseorang.
d. . Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skemata seseorang dalam
keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi disekuilibrium
merupakan situasi yang baik untuk belajar. Hasil belajar dipengaruhi oleh
pengalaman belajar dengan dunia fisik dan lingkungan siswa. Hasil belajar
siswa tergantung pada apa yang sudah diketahuinya.
7
e. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan
lingkungan siswa.
f. Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang sudah diketahuinya.
Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk menemukan
sesuatu, bukan suatu proses mekanis untuk mengumpulkan fakta. Dalam konteks yang
demikian, belajar yang bermakna terjadi melalui refleksi, pemecahan konflik
pengertian dan selalu terjadi pembaharuan terhadap pengertian yang tidak lengkap.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut dapat ditarik sebuah inferensi bahwa menurut
teori konstruktivisme belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan dengan cara
mengabstraksi pengalaman sebagai hasil interaksi antara siswa dengan realitas baik
realitas pribadi, alam, maupun realitas sosial. Proses konstruksi pengetahuan
berlangsung secara pribadi maupun sosial. Proses ini adalah proses yang aktif dan
dinamis. Beberapa faktor seperti pengalaman, pengetahuan awal, kemampuan kognitif
dan lingkungan sangat berpengaruh dalam proses konstruksi makna.Argumentasi para
konstruktivis memperlihatkan bahwa sebenarnya teori belajar konstrukvisme telah
banyak mendapat pengaruh dari psikologi kognitif, sehingga dalam batas tertentu
aliran ini dapat disebut juga neokognitif.
Walaupun mendapat pengaruh psikologi kognitif, namun harus diakui bahwa
stressing point teori ini bukan terletak pada berberapa konsep psikologi kognitif yang
diadopsinya (pengalaman, asimilasi, dan internalisasi).melainkan pada konstuksi
pengetahuan. Konstruksi pengetahuan yang dimaksudkan dalam pandangan
konstruktivisme yaitu pemaknaan realitas yang dilakukan setiap orang ketika
berinteraksi dengan lingkungan. Dalam konteks demikian, konstruksi atau pemaknaan
terhadap realitas adalah berlajar itu sendiri. Dengan asumsi seperti ini, sebetulnya
substansi konstrukvisme terletak pada pengakuan akan hekekat manusia sebagai homo
creator yang dapat mengkonstruksi realitasnya sendiri. Adapun prinsip-prinsip teori
belajar konstruktivistik adalah sebagai berikut :
a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan
keaktifan murid sendiri untuk menalar.
8
c. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah.
d. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi
berjalan lancar.
e. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
f. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
g. Mencari dan menilai pendapat siswa.
h. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa
5. Teori Gestalt / Psikologi Gestalt
Psikologi Gestalt (kata Gestalt, dalam bahasa Jerman, berarti bentuk, pola, atau
struktur). Para psikolog Gestalt yakin bahwa pengalaman seseorang mempunyai
kualitas kesatuan dan struktur. Aliran Gestalt ini muncul juga karena ketidakpuasan
terhadap aliran strukturalis, khususnya karena strukturalis mengabaikan arti
pengalaman seseorang yang kompleks, bahkan dijadikan elemen yang disederhanakan
Menurut teori Gestalt, belajar adalah berkenaan dengan keseluruhan individu dan
timbul dari interaksinya yang matang dengan lingkungannya. Melalui interaksi ini,
kemudian tersusunlah bentuk-bentuk persepsi, imajinasi dan pandangan baru.
Kesemuanya, secara bersama-sama membentuk pemahaman atau wawasan (insight),
yang bekerja selama individu melakukan pemecahan masalah. Walaupun demikian
pemahaman (insight) itu barulah berfungsi kalau ada persepsi/tanggapan terhadap
masalahnya-memahami kesulitan, unsur-unsur dan tujuannya.
Sementara itu, dalam belajar menurut Gestaltis prinsipnya berkaitan dengan
proses berpikir dan persepsi. menurut pandangan psikologi gestalt dapat disimpulkan
bahwa seseorang memperoleh pengetahuan melalui sensasi atau informasi dengan
melihat strukturnya secara menyeluruh kemudian menyusunnya kembali dalam
struktur yang lebih sederhana sehingga mudah dipahami.
Menurut aliran gestalt ada satu hukum pokok, yaitu Hukum Pragnanz yaitu suatu
prinsip yang menyatakan kecenderungan terhadap apapun yang dipandang untuk
menerima kemungkinan kondisi yang paling baik. Hukum pragnanz digunakan
sebagai petunjuk prinsip dalam mempelajari persepsi belajar dan ingatan. dan tiga
hukum tambahan (subsider) yang tunduk kepada hukum yang pokok itu, yaitu Hukum
9
Kesamaan, Hukum Kedekatan dan Hukum Ketertutupan. Dalam bukunya
Investigation of Gestalt Theory (1923), Wertheimer mengemukakan hukum-hukum
Gestalt sebagai berikut.
a. Hukum Keterdekatan (law of proximity)
Dalam hukum keterdekatan hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau
tempat cenderung dianggap sebagai suatu totalitas. Dalam kita mengamati,
objek-objek yang berdekatan satu sama lain akan nampak sebagai satu unit
persepsi. Dengan demikian hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau
tempat cenderung dianggap sebagai suatu totalitas.
b. Hukum Ketertutupan (law of closure)
Dalam hukum ketertutupan hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk
kesan totalitas tersendiri. Hukum ini menyatakan bahwa kita mempunyai
tendensi untuk melengkapi atau mengisi pengalaman-pengalaman yang tidak
lengkap, agar menjadi lebih berarti. Atau hal-hal yang cenderung menutup
akan membentuk kesan totalitas tersendiri.
c. Hukum Kesamaan (law of equivalence)
Hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung dipersepsikan sebagai suatu
kelompok atau suatu totalitas. Dalam kita melakukan pengamatan, maka objek-
objek yang mempunyai kemiripan (similarity) satu sama lain akan diorganisir
ke dalam satu persepsi. Dengan kata lain hal-hal yang mirip satu sama lain,
cenderung kita persepsikan sebagai suatu kelompok atau suatu totalitas.
10
eksternal ini disebut sembilan langkah pembelajaran yang sesuai dengan teori Gagne
(Suyono & Hariyanto, 2011).
Berdasarkan model belajar pemrosesan informasi, Gagne menjelaskan delapan
fase dalam satu tindakan belajar (learning act). Fase tersebut adalah kejadian eksternal
yang dapat distrukturkan oleh subjek pembelajar. Setiap fase dipasangkan dengan
suatu proses yang terjadi dalam pikiran siswa, fase-fase tersebut adalah: (Dahar, 2011)
a. Fase Motivasi, merupakan fase pemberian harapan kepada siswa, bahwasanya
siswa akan mampu memenuhi keingintahuan terhadap suatu pembahasan.
b. Fase Pengenalan, yaitu fase yang di mana siswa harus memberikan perhatian
pada bagian esensial suatu kejadian instruksional ketika proses belajar
berlangsung.
c. Fase Perolehan, yaitu fase siswa memperhatikan informasi yang relevan
sebagai wujud siswa telah siap menerima pelajaran.
d. Fase Retensi, yaitu fase di mana informasi baru dipindahkan dari memori
jangka pendek (short term memory) ke memori jangka panjang (long term
memory). Hal ini bisa terjadi melalui pengulangan kembali, praktik, elaborasi
atau lainnya.
e. Fase Pemanggilan, adalah fase kemampuan mengungkap keluar informasi yang
telah dimiliki dan disimpan dalam ingatan.
f. Fase Generalisasi, fase di mana siswa belajar memanfaatkan informasi yang
didapat ke dalam permasalahan yang relevan dalam kehidupan sehari-hari
g. Fase Penampilan, yaitu fase siswa mampu menampilkan atau memperlihatkan
keterampilan sebagai hasil belajar.
h. Fase Umpan Balik, siswa memperoleh umpan balik mengenai penampilan
mereka sebagai bentuk evaluasi terhadap kemampuan yang dimiliki siswa.
Menurut Gagne, pengajaran itu sebagai upaya pendidik dalam meyakinkan kepada
siswa akan kemampuan yang dimiliki sebagai syarat dalam menyelesaikan tugas serta
memberikan stimulus sehingga siswa mampu mengatur dan menyelesaikan
pembelajarannya dengan baik. Pembelajaran itu sendiri hendaknya mampu
memunculkan peristiwa belajar dan proses kognitif sehingga pembelajaran dapat
berlangsung dengan baik. Salah satu teori pembelajaran yang dapat diterapkan adalah
11
teori Robert M. Gagne yang dikenal dengan model nine instructional events atau
sembilan langkah pembelajaran. Pada praktiknya, teori ini memudahkan dalam
penyusunan rancangan kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan (Warsita, 2018)
12
melakukan evaluasi pembelajaran; dan 9) memperkuat retensi proses belajar siswa
(Suyono & Hariyanto, 2011).
No Peristiwa Peristiwa
1 Gaining attention (memberikan Pada proses awal pembelajaran menarik
perhatian) perhatian siswa, sehingga siswa diharapkan
siap dan fokus dalam mengikuti pembelajaran.
Perhatian siswa dapat ditingkatkan dengan
memberikan rangsangan sesuai dengan kognisi
yang ada.
2 Informing learners of the Dilakukan agar siswa mengerti dan
objectives of the overall mempunyai tujuan dan harapan belajar, agar
Training (memberitahu siswa siswa mampu menemukan sendiri esensi dari
tentang tujuan belajar) belajar tersebut, kemudian sampaikan manfaat
apa yang akan didapatkan dari pembelajaran
tersebut serta pemberian tugas kepada siswa
3 Stimulating the recall of prior Siswa perlu mengingat kembali materi yang
learning (Membangun kembali telah dipelajari sebelumnya kemudian
pengetahuan yang lalu) mengintegrasikan dengan materi-materi yang
akan dipelajari.
4 Presenting the stimulus/ Ketika menjelaskan materi pembelajaran, guru
content (information) menggunakan contoh, serta disampaikan dan
(menyajikan pembelajaran dikemas secara menarik.
sebagai rangsangan
5 Providing learning Guidance Diberikannya arahan serta bimbingan dan
(Memberi panduan belajar) pedoman dalam rangka memudahkan siswa
mencapai tujuan selama proses pembelajaran
dengan cara memberikan beberapa pertanyaan
pada siswa.
13
6 Eliciting performance Siswa diminta untuk menjelaskan kepada guru
(menampilkan kinerja) terkait dengan materi telah dipelajari, untuk
meyakinkan guru ataupun dirinya sendiri
dalam bentuk tindakan untuk menampilkan
kemampuannya
7 Providing feedback Guru memberikan umpan balik untuk
(memberikan umpan balik) membantu siswa mengetahui tentang
pemahamannya serta bagaimana hasil unjuk
kerja yang dihasilkannya
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara
pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode
pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. Namun teori belajar
ini tidak-lah semudah yang dikira, dalam prosesnya teori belajar ini membutuhkan
berbagai sumber sarana yang dapat menunjang, seperti : lingkungan siswa, kondisi
psikologi siswa, perbedaan tingkat kecerdasan siswa. Semua unsure ini dapat dijadikan
bahan acuan untuk menciptakan suatu model teori belajar yang dianggap cocok, tidak
perlu terpaku dengan kurikulum yang ada asalkan tujuan dari teori belajar ini sama
dengan tujuan pendidikan. Makalah ini sudah cukup banyak membahas tetang teori-teori
pembelajaran. Teori – teori pembelajaran tersebut menjelaskan apa itu belajar dan
bagaimana mana belajar itu terjadi.
B. Saran
Perkembengan dunia pendidikan terus berlangsung sejalan dengan tuntutan hidup
manusia untuk menjawab perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
hari semakin maju dan kompleks. Dunia pendidikan juga dituntut untuk peka terhadap
perubahan dan perkembangan sekecil apa pun dalam dunia ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dalam konteks ini peran guru tidaklah kecil. Guru sebagai ujung tombak
pelaksana pendidikan terdepan dituntut untuk terus mengembangkan pengetahuan,
kemampuan serta keterampilannya. Oleh karena itu disaran kepada semua yang
berhubungan dengan dunia pendidikan dan khususnya guru dapat membaca dan
memahami Teori-teori pembelajaran. Dan mengikuti perkembangan teknologi.
15
DAFTAR PUSTAKa
Susanto, H. (2018, 3 04). Teori Belajar Gestalt. Retrieved 5 27, 2021, from
https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2018/03/04/teori-belajar-gestalt/
16