Anda di halaman 1dari 33

model pembelajaran kuantum

Model Pembelajaran Kuantum (Quantum Learning)


1. Pengertian
Pembelajaran kuantum merupakan terjemahan dari bahasa asing yaitu quantum learning.
Quantum Learning adalah kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses belajar yan1g dapat
mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang
menyenangkan dan bermanfaat (Bobbi DePorter & Mike Hernacki, 2011:16 ).
Dengan demikian, pembelajaran kuantum dapat dikatakan sebagai model pembelajaran
yang menekankan untuk memberikan manfaat yang bermakna dan juga menekankan pada
tingkat kesenangan dari peserta didik atau siswa.
Selanjutnya, Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2011:30) mengungkapkan mengenai
karakterisitik dari pembelajaran kuantum (quantum learning) yaitu sebagai berikut.
1. Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika kuantum meskipun
serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai.
2. Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris, hewan-istis,
dan atau nativistis.
3.
Pembelajaran kuantum lebih bersifat konstruktivis(tis), bukan positivistis-empiris,
behavioristis, dan atau maturasionistis.
4. Pembelajaran kuantum berupaya memadukan (mengintegrasikan), menyinergikan, dan
mengkolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik
dan mental) sebagai konteks pembelajaran.
5. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna,
bukan sekadar transaksi makna.
6. Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf
keberhasilan tinggi.
7. Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran,
bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat.
8. Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses
pembelajaran.
9. Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran.
Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh,
lingkungan yang menggairahkan atau mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis.
10. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis,
keterampilan (dalam) hidup, dan prestasi fisikal atau material.
11. Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses
pembelajaran.
12. Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan
ketertiban.
13. Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses
pembelajaran.

2. Tujuan
Menurut Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2011:12) adapun tujuan dari pembelajaran
kuantum (quantum learning) adalah sebagai berikut.
a.

Untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif.

b. Untuk menciptakan proses belajar yang menyenangkan.


c.

Untuk menyesuaikan kemampuan otak dengan apa yang dibutuhkan oleh otak.

d. Untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karir.


e.

Untuk membantu mempercepat dalam pembelajaran


Tujuan di atas, mengindikasikan bahwa pembelajaran kuantum mengharapkan perubahan
dari berbagai bidang mulai dari lingkungan belajar yaitu kelas, materi pembelajaran yang
menyenangkan,

menyeimbangkan

kemampuan

otak

kiri

dan

otak

kanan,

serta

mengefisienkan waktu pembelajaran.


Menurut Kompasiana (2010) Lingkungan belajar dalam pembelajaran kuantum terdiri
dari lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan mikro adalah tempat siswa
melakukan proses belajar, bekerja, dan berkreasi. Lebih khusus lagi perhatian pada penataan
meja, kursi, dan belajar yang teratur. Lingkungan makro yaitu dunia luas, artinya siswa
diminta untuk menciptakan kondisi ruang belajar di masyarakat. Mereka diminta berinteraksi
sosial ke lingkungan masyarakat yang diminatinya, sehingga kelak dapat berhubungan secara
aktif dengan masyarakat.
Selain itu, Bobbi DePorter,et al., (2004:14) menyatakan mengenai lingkungan dalam
konteks panggung belajar. Lingkungan yaitu cara guru dalam menata ruang kelas,
pencahayaan warna, pengaturan meja dan kursi, tanaman, musik, dan semua hal yang
mendukung proses belajar.

Jadi,

dapat

dikatakan

bahwa

pembelajaran

kuantum

sangat

memperhatikan

pengkondisian suatu kelas sebagai lingkungan belajar dari peserta didik mengingat model
pembelajaran kuantum merupakan adaptasi dari model pembelajaran yang diterapkan di luar
negeri.

3. Keunggulan dan Kelemahan Model pembelajaran Kuantum (Quantum Learning)


Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2011:18-19) dalam bukunya yang berjudul Quantum
Learning juga menjelaskan mengenai keunggulan dan kelemahan dari pembelajaran
kauntum (quantum learning) yaitu sebagai berikut.
1. Keunggulan
a. Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika kuantum meskipun
serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai.
b. Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris, hewan-istis,
dan atau nativistis.
c. Pembelajaran kuantum lebih konstruktivis(tis), bukan positivistis-empiris, behavioristis.
d. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna,
bukan sekedar transaksi makna.
e. Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf
keberhasilan tinggi.
f. Pembelajaran kuantum sangat menentukan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran,
bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat.
g. Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses
pembelajaran.
h. Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran.
i. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis,
keterampilan (dalam) hidup, dan prestasi fisikal atau material.
j. Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses
pembelajaran.
k. Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan
ketertiban.
l.
Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses
pembelajaran.
2. Kelemahan
a. Membutuhkan pengalaman yang nyata
b. Waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar
c. Kesulitan mengidentifikasi keterampilan siswa
Berdasarkan

pemaparan

keunggulan

dan

kelemahan

pembelajaran

kuantum,

pembelajaran kauntum sangat memperhatikan keaktifan serta kreatifitas yang dapat dicapai

oleh peserta didik. Pembelajaran kuantum mengarahkan seorang guru menjadi guru yang
baik. baik dalam arti bahwa guru memiliki ide-ide kreatif dalam memberikan proses
pembelajaran, mengetahui dengan baik tingkat kemampuan siswa.

4. Prinsip Model Pembelajaran Kuantum (Quantum Learning)


Adapun prinsip-prinsip pembelajaran kuantum (quantum learning ) adalah sebagai
berikut.
1.
2.
3.
a.

b.
c.
d.
e.
f.

Prinsip utama pembelajaran kuantum berbunyi: Bawalah Dunia Mereka (Pembelajar) ke


dalam Dunia Kita (Pengajar), dan Antarkan Dunia Kita (Pengajar) ke dalam Dunia Mereka
(Pembelajar).
Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa proses pembelajaran merupakan
permainan orchestra simfoni.
Prinsip-prinsip dasar ini ada lima macam berikut ini :
Ketahuilah bahwa segalanya berbicara
Dalam pembelajaran kuantum, segala sesuatu mulai lingkungan pembelajaran sampai dengan
bahasa tubuh pengajar, penataan ruang sampai guru, mulai kertas yang dibagikan oleh
pengajar sampai dengan rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan tentang
pembelajaran.
Ketahuilah bahwa segalanya bertujuan
Semua yang terjadi dalam proses pengubahan energy menjadi cahaya mempunyai tujuan.
Sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan
Poses pembelajaran paling baik terjadi ketika pembelajar telah mengalami informasi sebelum
mereka memperoleh makna untuk apa yang mereka pelajari.
Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran
Pembelajaran atau belajar selalu mengandung risiko besar.
Sadarilah bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan
Segala sesuatu dipelajari sudah pasti layak pula dirayakan keberhasilannya.
Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran lurus berdampak
bagi terbentuknya keunggulan (Bobbi DePorter, et al., 2004:6-7).
Dengan kata lain pembelajaran perlu diartikan sebagai pembentukan keunggulan. Oleh
karena itu, keunggulan ini bahkan telah dipandang sebagai jantung fondasi pembelajaran
kuantum.
Selain membahas mengenai prinsip model pembelajaran kuantum (quantum learning),
Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2011:76) juga berpendapat mengenai 7 (tujuh) kunci
keunggulan yang diyakini dalam pembelajaran kuantum yaitu sebagai berikut.

1. Teraplah Hidup dalam Integritas

2.

3.
4.
5.
6.

Dalam pembelajaran, bersikaplah apa adanya, tulus, dan menyeluruh yang lahir ketika nilainilai dan perilaku kita menyatu.
Akuilah Kegagalan Dapat Membawa Kesuksesan
Dalam pembelajaran, kita harus mengerti dan mengakui bahwa kesalahan atau kegagalan
dapat memberikan informasi kepada kita yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut sehingga
kita dapat berhasil.
Berbicaralah dengan Niat Baik
Dalam pembelajan, perlu dikembangkan keterampilan berbicara dalam arti positif dan
bertanggung jawab atas komunikasi yang jujur dan langsung.
Tegaskanlah Komitmen
Dalam pembelajaran, baik pengajar maupun pembelajar harus mengikuti visi-misi tanpa
ragu-ragu, tetap pada rel yang telah ditetapkan.
Jadilah Pemilik
Dalam pembelajaran harus ada tanggung jawab. Tanpa tanggung jawab tidak mungkin terjadi
pembelajaran yang bermakna dan bermutu.
Tetaplah Lentur
Dalam pembelajaran, pertahanan kemampuan untuk mengubah yang sedang dilakukan untuk
memperoleh hasil yang diinginkan. Pembelajar lebih-lebih , harus pandai-pandai membaca
lingkungan dan suasana, dan harus pandai-pandai mengubah lingkungan dan suasana
bilamana diperlukan.

7. Pertahankanlah Keseimbangan
Dalam pembelajaran, pertahanan jiwa, tubuh, emosi, dan semangat dalam satu kesatuan dan
kesejajaran agar proses dan hasil pembelajaran efektif dan optimal.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pembelajaran kuantum (quantum
learning) menurut Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2011:13) diantaranya:
1. Sikap positif
2. Motivasi
3. Keterampilan belajar seumur hidup
4. Kepercayaan diri
5. Sukses

5. Sintaks Model Pembelajaran Kuantum (Quuantum Learning)


Sintaks atau langkah model pembelajaran kuantum (quantum learning) yang dikenal
dengan sebutan TANDUR Bobbi DePorter,et al.,(2004:10) adalah sebagai berikut :
1. Tumbuhkan
Tumbuhkan minat dengan memuaskan Apakah Manfaatnya BagiKu (AMBAK), dan
manfaatkan kehidupan belajar.

2. Alami
Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar.
3. Namai
Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebuah masukan.
4. Demonstrasikan
Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk menunjukkan bahwa mereka tahu.
5. Ulangi
Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan, Aku tahu bahwa aku
memang tahu ini.
6. Rayakan
Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu
pengetahuan.
Perayaan dalam pembelajaran kuantum sangat diutamakan atau sangat penting.
Perayaan dapat membangun keinginan untuk sukses dalam pembelajaran. Menurut Bobbi
DePorter,et al., (2004:31-34), terdapat beberapa bentuk perayaan menyenangkan yang biasa
digunakan yaitu:
a.

Tepuk Tangan
Teknik ini terbukti tidak pernahh gagal memberikan inspirasi.
b. Hore! Hore! Hore!
Cara ini sangat mengasyikkan jika dilakukan bergelombang ke seluruh ruangan. Caranya
adalah guru memberikan aba-aba, semua orang atau siswa melompat berdiri dan berteriak
c.

senyaring mungkin, Hore, Hore, Hore! sambil mengayunkan tangan ke depan dank e atas.
Wussss
Jika diberi aba-aba, semua orang bertepuk tangan tiga kali secara serentak, lalu mengirimkan
segenap energi positif mereka kepada orang yang dituju. Cara melakukannya adalah setelah

bertepuk, tangan mendorong kea rah orang tersebut sambil berteriak Wusssss.
d. Jentikan Jari
Jika guru atau pengajar memerlukan pengakuan yang tenang, daripada tepuk tangan, gunakan
jentikan jari berkesiinambungan.
e. Poster Umum
Mengakui individu atau seluruh kelas, misalnya Kelas Enam The Best!.
f. Catatan Pribadi
Sampaikan kepada siswa secara perseorangan untuk mengakui usaha keras, sumbangan pada
kelas, perilaku atau tindakan yang baik hati.
g. Persekongkolan

Mengakui seseorang secara tak terduga. Misalnya seluruh kelas dapat bersekongkol untuk
mengakui kelas lain dengan cara memasang poster positif (atau surat) misterius yang
bertuliskan hal-hal seperti Kelas VI hebat lho! atau Selsangat Menempuh Ujian hari Ini!.
h. Kejutan
Kejutan harus terjadi secara acak. Kejutan bukan merupakan hadiah yang diharapkan oleh
i.

siswa. Jadikan kejutan tetap sebagai kejutan!.


Pengakuan Kekuatan
Lakukan jika menginginkan orang mendapatkan pengakuan, setelah mereka saling mengenal
dengan baik. Cara melakukan adalah atur siswa untuk duduk membentuk tapak kuda, dengan
satu kursi (kursi jempol) di bagian terbuka tapal. Setiap orang bergiliran menduduki kursi
jempol. Siswa pada kursi jempol tersebut duduk diam sambil mendengarkan dan
memperhatikan. Setiap siswa dalam tapal mengakui kekuatan istimewa atau sifat-sifat baik
dari siswa yang duduk di kursi jempol. Guru dapat memberikan contoh hingga murid-murid
tahu cara melanjutkannya.
Berdasarkann uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kesenangan peserta
didik sangat diperhatikan baik dari cara memberikan penguatan ataupun dari bentuk variasi
lingkungan belajar.
Diposkan oleh Liztya Sheyra di 23.23 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

keterampilan menulis
Keterampilan Menulis
1. Menulis
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang memegang peran penting
dalam proses komunikasi yang lebih efektif. Menulis seperti halnya keterampilan berrbicara,
merupakan salah satu keterampilan yang produktif. Artinya, menulis merupakan salah satu
kegiatan yang menghasilkan atau menulis merupakan kegiatan yang aktif menghasilkan
tulisan. Disamping itu, menulis juga merupakan kegiatan yang ekspresif karena dengan

menulis seseorang dapat mengungkapkan gagasan, maksud, pikiran, ataupun pesan yang
dimiliki kepada orang lain.
Taringan (1994) menyatakan menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan
ekspresif. Selain itu, beliau juga menyatakan bahwa melalui kegiatan menulis, gagasan dapat
dikembangkan. Ini berarti menulis merupakan suatu kegiatan yang dapat membantu dalam
mengembangkan gagasan-gagasan yang dimiliki. Dengan kata lain, melalui kegiatan menulis,
gagasan-gagasan yang dimiliki dapat diorganisasikan dan disampaikan secara tersurat kepada
orang lain.
Selanjutnya, Semi (1990) menyatakan menulis itu merupakan salah satu keterampilan
berbahasa, merupakan kegiatan perekaman bahasa lisan ke dalam bentuk bahasa tulis. Pada
hakikatnya, menulis sama dengan berbicara karena materi yang digunakan sama, yaitu kata
dan kalimat sehingga wajarlah dikatakan bahwa menulis ialah upaya memindahkan bahasa
lisan ke dalam wujud tertulis. Hanya saja dalam kegiatan menulis, diperlukan pengetahuan
tentang ejaan dan tanda baca.
Depdikbud mengemukakan, keterampilan menulis merupakan keterampilan tertinggi
dalam bahasa Indonesia. Gagne menyatakan bahwa menulis sebagai kegiatan tertinggi karena
keterampilan

menulis

merupakan

keterampilan

kognitif

(memahami,

megetahui,

mempersepsi) yang kompleks yang menghendaki strategi kognitif yang tepat, keterampilan
intelektual, informasi verbal dan motivasi yang tepat. Dibandingkan dengan ketiga
keterampilan yang lain (menyimak, berbicara, dan membaca), keterampialn menulis lebih
sulit karena dalam menulis, disamping pengetahuan tentang kosakata, perlu juga pengetahuan
tentang ejaan, tanda baca, dan kalimat efektif. Atau dengan kata lain, keterampilan menulis
ini meliputi bagaimana cara menuangkan pikiran dalam kalimat dengan menggunakan kata
yang tepat serta penulisan yang sesuai dengan ejaan. Selain itu, dalam kegiatan menulis

dituntut adanya pengethauan dan pemahaman mengenai topik yang akan ditulis dan
bagaimana cara yang baik dalam menuangkannya ke dalam bentuk tulisan.
Berdasarkkan pandangan dan pemaparan mengenai pendapat para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang paling
kompleks yang bersifat produktif dan ekspresif yang dapat menghasilkan gagasan yang
tertuang ke dalam bahasa tulis yang diperoleh dari proses berfikir. Untuk dapat menghasilkan
tulisan, diperlukan keterampilan kognitif berupa pengetahuan, pemahaman, dan apersepsi
penulis mengenai apa yang akan ditulis, yang tentu saja melibatkan unsur pikiran.
Arini,dkk; (2007:183) menyatakan bahwa menulis sebagai proses berfikir
mengandung makna bahwa sebelum, saat, atau setelah menuangkan gagasan dan perasaan
secara tertulis diperlukan keterlibatan proses berfikir. Melalui proses berfikir, gagasan yang
dituangkan ke dalam kalimat/paragraf dapat dianalisis kelogisannya. Dengan demikian,
menulis dan proses berfikir berkaitan erat dalam menghasilkan tulisan yang runtut. Tulisan
yang runtut merupakan manifestasi dari keterlibatan proses berfikir. Proses berfikir sangat
menentukan sebuah tulisan yang berkualitas. Pada saat menulis, siswa dituntut berfiikir untuk
menuangkan gagasannya secara tertulis berdasarkan skema, pengetahuan, dan pengalaman
yang

dimiliki.

Dalam

proses

tersebut,

kesungguhan

menyusun,

menata,

serta

mempertimbangkan secara kritis dan menata ulang gagasan yang dicurahkan. Hal tersebut
diperlukan agar tulisan yang dihasilkan dapat dipahami dengan baik oleh orang lain.

2. Keterampilan Menulis
Arini,dkk; (2007:183) menyatakan bahwa keterampilan menulis merupakan salah
satu keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh seseorang. Dalam kegiatan menulis,
banyak persyaratan yang harus dipenuhi. Sebuah tulisan yyang baik memiliki ciri-ciri,

diantaranya bermakna,

jelas/lugas, merupakan kesatuan, singkat dan padat, serta

memmenuhi kaidah kebahasaan. Disamping itu, tulisan yang baik harus bersifat komunikatif.
Dalam menghasilkan tulisan sesuai dengan syarat di atas, dituntut beberapa
kemampuan. Apabila misalnya menulis sebuah essay, kita harus memiliki pengetahuan
tentang apa yang akan ditulis. Artinya, kita harus memiliki pengethuan mengenai isi tulisan.
Disamping itu, kita juga harus mengetahui bagaimana menuliskkannya. Hal ini meliputi
kemampuan menggunakan bahasa dab teknik penulisannya. Oleh karena itu, keterampilan
menulis harus dibina dan ditingkatkan secara intensif. Kebiasaan menulis, termasuk menulsi
karya ilmiah harus dikembangkan dari tingkat pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.
Agar pembelajaran menulis terlaksana secara terarah dan efektif, perluu ada prinsipprinsip yang dapat digunakan sebagai pedoman bagi pendidik yaitu guru. Dixon dan Nassel
(dalam Arini dkk; 2007), mengemukakan beberapa prinsip pembeljaran menulis. Prinsip
pembelajaran menulis. Prinsip pembelajaran menulis yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Dalam kegiatan menulis, siswa bertitik tolak dari topik priibadi yang bermakna. Prinsip ini
mengisyaratkan bahwa topik yang dipahami dan diminati oleh siswa.
2.

Sebelum menulis siswa hendaknya diberi bercakapan. Prinsip ini mengisyaratkan agar
kegiatan menulis didahului oleh kegiatan berbicara pengalaman, pengetahuan, dan
kegemaran siswa yang ada kaitannya dengan topik.

3.

Menulis bukan merupakan keterampilan yang mudah. Prinsip ini mengisyaratkan agar
keterampilan menulis dibelajarkan dalam konteks yang menyenangkan, khususnya bagi
penulis pemula. Mereka perlu mendapatkan bimbinggan tentang komposisi penulisann yang
sederhana agar mereka bergairah menulis dan tidak mempunyai rasa frustasi.

4.

Menulis hendaknya diberikan ke dalam bentuk komunikasi. Segal aide yang ditulis
hendaknya merupakan sesuatu yang dapat mereka sampaikan. Mereka menjadi yakin bahwa
melalui tulisan, idea tau gagasan siswa dikomunikasikan kepada orang lain.

5. Menghindari pengoreksian kesalahan menulis. Kesalahan tata bahasa, penyusunan kalimat,


dan kesalahan mekanik sebagai akibat keterbatasan kebahasan mereka hendaknya disikapi
sebagai hal yang wajar. Pengoreksian kesalahan tata bahasa dan mekanik dilaksanakan
setelah siswa lancar dan tidak mengalami kesulitan atau keterbatasan dalam menulis.
6.

Antara tugas menulis dan tugas membaca atau keterampilan berbahasa lainnya hendaknya
ada hubungan yang jelas. Pembelajaran menulis hendaknya mempunyai keterkaitan dengan
cerita yang telah dibaca atau didengar.

3. Proses Menulis
Selain memahami mengenai prinsip-prinsip pembelajaran menulis, seorang guru juga
harus memahami mengenai proses menulis. Proses menulis mengikuti alur yang terdiri dari
lima tahap, yaitu (1) pramenulis, (2) menyusun draf, (3) merevisi, (4) mengedit, dan (5)
mempublikasikan. Adapun proses menulis tersebut menurut Arini dkk;(2007) adalah sebagai
berikut.
1. Tahap Pramenulis
Tahap pramenulis merupakan tahap persiapan. Pada tahap ini seorang penulis melakukan
berbagai aktivitas, yakni menetukan/menemukan ide tulisan yang dijadikan topik,
menentukan bentuk/jenis karangan, menulis judul, menyususn kerangka karangan, dan
mengumpulkan bahan-bahan. Ide tulisan dapat ditentukan berdasarkan pengalaman, hasil
observasi, hasil membaca, atau berdasarkan imajinasi seseorang. Selanjutnya, seorang penulis
menetapkan bentuk penulisan sesuai dengan tujuan penuliisan, sehingga ada berbagai bentuk
tulisan, yakni narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi dan persuasi. Seorang penulis juga
menentukan judul tulisan. Judul tulisan dirumuskan sedemikian rupa, sehingga judul tersebut
singkat, provokatif, dan relevan dengan ide. Di samping itu, judul diusahakan disusun dalam
bentuk frase dan bukan kalimat. Berdasarkan ide yang telah ditetapkan, selanjutnya

disusunlah kerangka karangan/tulisan dan dilanjutkan dengan mengumpulkan bahan-bahan


tulisan.
2. Tahap Menyusun Draf
Pada tahap menyusun draf, seorang penulis mulai menjabarkan id eke dalam bentuk
tulisan. Ide-ide dituangkan dalam bentuk kalimat dan paragraph. Selanjutnya, paragrafparagaf tersebut dirangkaikan menjadi sebuah tulisan yang utuh.
3. Tahap Merevisi
Tahap merevisi adalah tahap memperbaiki tulisan. Perbaikan dilakukan terhadap struktur
karangan dan kebahasaan. Struktur karangan meliputi ketepatan ide pokok dan ide penjelas
serta sistematika dan penalarannya. Struktur kebahasan meliputi pilihan kata, struktur bahasa,
ejaan, pemenggalan suku kata, dan tanda baca. Pada tahap ini, judul yang telah ditentukan
sebelumnya dapat diubah/diperbaiki apabila judul tersebut dianggap kurang relevan.
4. Tahap Mengedit
Tahap mengedit (menyunting) merupakan tahap memperbaiki kesalahan mekanik yang
terdapat dalam draf, misalnya kesalahan ukuran kertas, bentuk tulisan, dan spasi. Proses
pengeditan dapat diperluas dan disempurnakan dengan penambahan gambar/ilustrasi. Hal ini
dilakukan agar tulisan tersebut lebih menarik dan lebih mudah dipahami.
5. Tahap Mempublikasikan
Pada tahap ini, tulisan yang sudah selesai disusun dapat diperkenalkan kepada
publik/orang lain, baik dalam bentuk cetakan ataupun noncetakan. Dalam bentuk noncetakan,
tulisan dapat dipublikasikan dengan jalan membacakan, menceritakan, atau mementaskan
tulisan tersebut di depan orang lain. Dalam bentuk cetakan, tulisan tersebut dapat dipajang
pada papan pajangan yang ada di kelas/sekolah. Publikasi yang dilaksanakan dapat memacu
semangat bersaing secara positif dan memiliki dampak psikologis yang amat baik bagi

seseorang. Dengan mempublikasikan karanya, seorang penulis merasa diperhatikan atau


dihargai.

2.4 Kerangka Berpikir


1. Hubungan antara Kreativitas dengan Keterampilan Menulis
Berdasarkan teori-teori dan hasil penelitian yang dikemukakan di atas, nampaklah bahwa
keterampilan menulis dipengaruhi oleh kreativitas. Kepemilikan kreativitas yang memadai
membantu terselesainya tugas-tugas keterampilan menulis. Pola berpikir divergen yang
merupakan ciri pribadi yang kreatif, membantu peserta didik dalam menemukan gagasan atau
ide dalam keterampilan menulis. Sesungguhnya, setiap individu mampu meningkatkan
kreativitas yang dimiliki dalam diri, namun hal tersebut sangat sulit jika tidak dibiasakan
dengan latihan-latihan.
Atas dasar kerangka berpikir diatas maka dapat diduga bahwa semakin terasah kreativitas
seseorang, semakin positif pula keterampilan menulis pada pelajaran Bahasa Indonesia
khususnya dan pelajaran lain pada umuumnya.
2. Hubungan antara Tingkat Emosional dengan Keterampilan Menulis
Dalam proses pembelajaran, suasana hati atau tingkat emosional seseorang sangat
mempengaruhi bagaimana individu tersebut mengikuti proses pembelajaran. Tingkat
emosional yang sedang dialami pendidik atau guru jauh lebih berpengaruh dibandingkan
tingkat emosional yang sedang dialami oleh peserta didik. Namun, sesungguhnya kedua
belah pihak baik guru maupun siswa saling mempengaruhi dalam hal tingkat emosional.
Tingkat emosional dapat dirubah atau berubah dengan sendirinya bergantung pada individu
atau orang terdekat individu. Dalam peningkatan keterampilan menulis, dimana menulis
memerlukan pemikiran yang tenang namun konsentrasi sangat dipengaruhi oleh tingkat
emosional. Jika suasana hati atau tingkat emosional pada saat itu buruk dan tugas

keterampilan menulis adalah menulis gagasan yang bernuansa menyenangkann maka secara
otomatis tulisan yang telah disusun akan tidak sesuai.
Bertitik tolak dari uraian di atas, dapat diduga bahwa tingkat emosional yang terkontrol
akan menimbulkan sikap yang positif pada siswa terhadap keterampilan menulis siswa

MODEL & STRATEGI PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING &


LEARNING
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penguasaan terhadap metodologi pengajaran adalah merupakan
salah satu persyaratan bagi seorang tenaga pendidik yang profesional.
Perbedaan metode yang digunakan dalam pengajaran ternyata amat
berpengaruh terhadap hasil pendidikan. Kini sudah saatnya, dunia
pendidikan Islam berupaya menggunakan metode pengajaran yang lebih
mampu menghasilkan lulusan pendidikan yang terbina secara seimbang
antara

perkembangan

kecerdasan

intelektual

dengan

kecerdasan

emosional serta memiliki keterampilan dan sehat fisiknya, sehingga


lulusan pendidikan tersebut dapat melaksanakan fungsinya sebagai
khalifah di muka bumi dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.
Oleh karena itu, sangat diperlukan metodologi pengajaran yang
dinilai paling mutakhir dan dapat menghasilkan lulusan pendidikan yang
terbina

seluruh

potensi

dirinya

sebagaimana

disebutkan

di

atas.

Metodologi pengajaran tersebut adalah Quantum Teaching dan Learning.


Dalam rangka menghasilkan lulusan pendidikan Islam yang terbina
seluruh potensinya, berwawasan lus dalam bidang ilmu pengetahuan,
memiliki kecerdasan emosional, keterampilan, serta memiliki kepercayaan
diri dan mampu bersaing dalam era globalisasi yang sudah mulai
menerpa kehidupan seluruh bangsa Indonesia, khususnya umat Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat dari model & strategi pembelajaran Quantum Teaching &
2.

Learning?
Bagaimana pelaksanaan model & strategi pembelajaran Quantum

3.

Teaching & Learning?


Mengapa model & strategi pembelajaran Quantum Teaching & Learning
perlu digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
BAB II
PEMBAHASAN

A.

Pengertian & Karakteristik Model & Strategi Pembelajaran Quantum

Teaching & Learning


1. Pengertian Quantum Teaching dan Learning dan Karakteristiknya
Kata Quantum sendiri berarti interaksi yang mengubah energi
menjadi cahaya. Jadi Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar
yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan
lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.[1]
Quantum Teaching adalah ilmu pengetahuan dan metodologi yang
digunakan dalam rancangan, penyajian, dan fasilitas Supercamp yang
diciptakan

berdasarkan

teori-teori

pendidikan

seperti

Accelerated

Learning (Luzanov), Multiple Intelligence (Gardner), Neuro-Linguistic


Programming (Ginder dan Bandler), Experiental Learning (Hahn), Socratic
Inquiry, Cooperative Learning (Johnson and Johnson), dan Elemen of
Effective Intruction (Hunter).[2]
Selain itu, Quantum Teaching

juga

dapat

diartikan

sebagai

pendekatan pengajaran untuk membimbing peserta didik agar mau


belajar. Menjadikan sebagai kegiatan yang dibutuhkan peserta didik. Di
samping itu untuk memotivasi, menginspirasi dan membimbing guru agar
lebih efektif dan sukses dalam mengasup pembelajaran sehingga lebih
menarik dan menyenangkan. Dengan demikian, diharapkan akan terjadi
lompatan

kemampuan

peserta

didik

setelah

mengikuti

kegiatan

pembelajaran yang dilakukan.[3]


Quantum Teaching merangkaikan yang paling baik dari yang terbaik
menjadi sebuah paket multi sensori, multi kecerdasan, dan kompatibel
dengan otak yang pada akhirnya akan melejitkan kemampuan guru untuk
mengilhami dan kemmpuan murid untuk berprestasi. Sebagai sebuah
pendekatan belajar yang segar, mengalir, praktis dan mudah diterapkan,
Quantum Teaching menawarkan suatu sintesis dari hal-hal yang dicari,
atau cara-cara baru untuk memaksimalkan dampak usaha pengajaran
yang dilakukan guru melalui perkembangan hubungan, penggabungan
belajar dan penyampaian kurikulum. Metodologi ini dibangun berdasarkan
pengalaman 18 (delapan belas) tahun dan penelitian terhadap 25.000
siswa, dan sinergi pendapat dari ratusan guru.[4]

Quantum Teaching yang dibangun berdasarkan teori-teori tersebut


mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang
efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan
proses belajar. Quantum Teaching bersandar pada konsep Bawalah Dunia
Mereka ke Dunia Kita dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka. Inilah
asas utama, alasan dasar yang berada di balik segala strategi, model, dan
keyakinan Quantum Teaching.[5]
Melalui Quantum Teaching

ini,

seorang

guru

yang

akan

mempengaruhi kehidupan murid. Guru memahami sekali, bahwa setiap


murid memiliki karakter masing-masing. Bagaimana setiap karakter dapat
memiliki peran dan membawa sukses dalam belajar, merupakan inti
ajaran Quantum Teaching.[6]
Menurut Bobby DePorter quantum learning merupakan bagian dari
cara belajar, namun mencakup aspek-aspek penting dari Neuro Linguistic
Programming (NLP). Neuro adalah saraf otak, linguistic adalah cara
berbahasa, baik verbal maupun non verbal yang dapat mempengaruhi
sistem pikiran, perasaan, dan perilaku. Program NLP sangatlah unik, yaitu
melakukan mental building untuk membuang kebiasaan dan keyakinan
lama yang menghasilkan kegagalan, pesimisme, kurang percaya diri,
menggantikannya dengan program baru yang dapat mengoptimalkan
semua fungsi otak, mengidentifikasikan hal-hal yang memicu pola berpikir
positif.[7]
Quantum learning merupakan interaksi yang terjadi dalam proses
belajar yang mampu mengubah berbagai potensi yang ada dalam diri
manusia

menjadi

pancaran

atau

ledakan-ledakan

gairah

(dalam

memperoleh hal-hal baru) yang dapat ditularkan (ditunjukkan) kepada


orang lain. mengajar, membaca dan menulis merupakan salah satu
bentuk interaksi dalam proses belajar. [8]
2. Karakteristik Quantum Teaching & Leraning
a. Berpangkal pada psikologi kognitif
b. Bersifat humanistik, manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatian.
Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi dan sebagainya dari
pembelajar dapat berkembang secara optimal dengan meniadakan
hukuman dan hadiah karena semua usaha yang dilakukan pembelajar
dihargai. Kesalahan sebagai manusiawi

c.

Bersifat konstruktivistis,

artinya

memadukan, menyinergikan, dan

mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan


lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran. Oleh karena
itu, baik lingkungan maupun kemampuan pikiran atau potensi diri
manusia harus diperlakukan sama dan memperoleh stimulant yang
d.

seimbang agar pembelajaran berhasil baik


Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna.
Dalam proses pembelajaran dipandang sebagai penciptaan intekasiinteraksi

bermutu

dan

bermakna

yang

dapat

mengubah

energi

kemampuan pikiran yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran


dan bakat alamiah pembelajar menjadi cahaya yang bermanfaat bagi
keberhasilan pembelajar.
e.
Menekankan pada pemercepatan

pembelajaran

dengan

taraf

keberhasilan tinggi. Dalam prosesnya menyingkirkan hambatan dan


halangan sehingga menimbulkan hal-hal yang seperti: suasana yang
menyengkan, lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang
f.

rileks, dan lain-lain.


Menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran. Dengan
kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar sehat,

rileks, santai, dan menyenangkan serta tidak membosankan.


g. Menekankan kebermaknaan dan dan kebermutuan proses pembelajaran.
Dengan

kebermaknaan

pengalaman

yang

dapat

dan

kebermutuan

dimengerti

dan

akan

berarti

menghadirkan

bagi

pembelajar,

terutama pengalaman perlu diakomodasi secara memadai.


h. Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks
pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang
kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan yang dinamis.
Sedangkan

isi

pembelajaran

meliputi:

penyajian

yang

prima,

pemfasilitasan yang fleksibel, keterampilan belajar untuk belajar dan


i.

keterampilan hidup.[9]
Menyeimbangkan keterampilan akademis, keterampilan hidup dan

j.

prestasi material.
Menanamkan nilai dan keyakinan yang positif dalam diri pembelajar. Ini
mengandung arti bahwa suatu kesalahan tidak dianggapnya suatu
kegagalan atau akhir dari segalanya. Dalam proses pembelajarannya

dikembangkan nilai dan keyakinan bahwa hukuman dan hadiah tidak


k.

diperlukan karena setiap usaha harus diakui dan dihargai.


Mengutamakan keberagaman dan kebebasan sebagai kunci interaksi.
Dalam prosesnya adanya pengakuan keragaman gaya belajar siswa dan

l.

pembelajar.
Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran,
sehinga pembelajaran bisa berlangsung nyaman dan hasilnya lebih

optimal.
3. Prinsip-Prinsip dalam Quantum Teaching
Secara eksplisit dalam ilmu pendidikan Islam belum dijumpai
rumusan teori pengajaran yang mirip dengan Quantum Teaching. Hal ini
dapat

dimaklumi,

mengingat

Ilmu

Pendidikan

Islam

terlambat

perkembangannya dibandingkan dengan ilmu-ilmu keislaman lainnya


seperti fiqh, ilmu kalam, tafsir, hadits dan sebagainya.
Quantum Teaching juga memiliki lima atau kebenaran tetap. Serupa
dengan asas utama, sebagaimana disebutkan di atas, prinsip-prinsip ini
mempengaruhi seluruh aspek Quantum Teaching. Prinsip tersebut ada
lima,

yaitu:

1)

segalanya

berbicara;

2)

segalanya

bertujuan;

3)

pengalaman sebelum pemberian nama; 4) akui setiap usaha; 5) jika layak


dipelajari, maka layak pula dirayakan.[10] Kelima prinsip yang terdapat
dalam Quantum Teaching ini terdapat pula dalam ajaran Islam. Hal ini
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, bahwa prinsip segala sesuatu itu berbicara sebagimana
yang terdapt dalam Quantum Teaching juga ada dalam Islam. Menurut
Islam bahwa segala sesuatu memiliki jiwa atau personalitas.
Kedua, bahwa prinsip yang ada dalam Quantum Teaching, yaitu
bahwa segalanya bertujuan adalah juga ada dalam ajaran Islam. Di dalam
Al-Quran terdapat ayat yang artinya: Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami
dari siksa neraka. (Q.S. Ali-Imran, 3: 191). Atas dasar ini, maka seluruh
ciptaan Tuhan harus digunakan sebagai media untuk meningkatkan
pengetahuan.
Ketiga, bahwa prinsip memberikan pengalaman sebelum pemberian
nama sebagaimana terdapat dalam Quantum Teaching, juga sejalan
dengan prinsip yang adadalam ajaran Islam.

Keempat, bahwa prinsip yang terdapat dalam Quantum Teaching


yaitu akui setiap usaha juga sesuai dengan prinsip yang terdapat dalam
ajaran Islam. Di dalam ajaran Islam terdapat predikat yang diberikan
kepada seseorang yang didasarkan pada usahanya.
Kelima, bahwa prinsip rayakan jika layak dirayakan sebagaimana
terdapat dalam Quantum Teaching juga terdapat dalam ajaran Islam.
Selanjutnya langkah-langkah dalam Quantum Teaching yang mampu
menggairahkan suasana belajar mengajar yang terdapat dalam istilah
Tandur sebagaimana telah dijelaskan di atas juga sejalan dengan ajaran
Islam. [11]
Dalam pelaksanaannya, Quantum Teaching melakukan langkahlangkah pengajaran dengan 6 (enam) langkah yang tercermin dalam
istilah Tandur yang merupakan singkatan dari tumbuhkan, alami, namai,
demonstrasikan, ulangi, dan rayakan.
Dengan diterapkannya prinsip-prinsip dan langkah-langkah yang
terdapat dalam Quantum Teaching ini, maka suasana belajar akan terlihat
dinamis, demokratis, menggairahkan dan menyenangkan anak didik,
sehingga mereka dapat bertahan berlama-lama dalam ruangan tanpa
mengenal lelah atau bosan.
B. Proses Pelaksanaan Model & Strategi Pembelajaran Quantum Teaching &
Learning
1. Teknik-Teknik Quantum Teaching & Learning
Quantum Teaching menawarkan model-model pembelajaran yang
berprinsip memberdayakan potensi siswa dan kondisi di sekitarnya.
a.

Model-model tersebut adalah model AMBAK dan TANDUR.


Teknik AMBAK
AMBAK adalah suatu teknik penting dalam Quantum Teaching. AMBAK
merupakan singkatan dari APA MANFAAT BAGIKU. Teknik ini menekankan
bagaimana sedapat mungkin bisa menghadirkan perasaan dalam diri
siswa bahwa apa yang mereka pelajari akan memberikan manfaat yang

besar. Secara terperinci teknik AMBAK bisa dijelaskan sebagai berikut:[12]


1) A: Apa yang dipelajari
Dalam pelajaran akhlak tentang akhlak terpuji misalnya, guru hanya
menetapkan prinsip dari akhlaq-akhlaq tersebut, anak didiklah yang
menentukan berbagai tema pelajaran sebagai contohnya. Misalnya,
mereka di bawah ke sebuah pasar lalu dibiakan mengamati segala

interaksi yang ada di pasar, baik antara penjual dan pembeli maupun para
pengunjung yang ada di pasar.
2) M: Manfaat
Kadang guru lupa menjelaskn manfaat yang diperoleh dari pelajaran
yang diajarkan. Contohnya, pelajaran tenteng berwudlu. Guru tidak hanya
menjelaskan syarat sah dan rukun wudlu, tetapi lebih dari itu guru harus
bisa menjelaskan kepada siswa apa hikmah yang bisa diambil dari
berwudlu. Intinya guru harus mendorong siswa bisa memahami sesuatu
situasinya yang sebenarnya (insight), sehingga siswa tertantang untuk
mempelajari semua hal dengan lebih mendalam.
3) B: Bagiku
Manfaat apa yang akan saya dapat di kemudian hari dengan
mempelajari ini semua. Misalnya, pelajaran bersuci dengan tayammum.
Mungkin bagi siswa yang berada di daerah dengan paskoan air melimpah,
mungkin pelajaran tayammum tidak banyak memberikan arti. dalam
kondisi ini, guru harus bisa menjelaskan kepada siswa bahwa suatu ketika
model bersuci dengan tayammum pasti akan bermanfaat, terlebih ketika
dalam suatu perjalanan tidak menemukan air atau ketika sakit yang tidak
diperkenankan terkena air.
Teknik AMBAK dia atas, meneunjukkan kepada kita betapa Quantum
Teaching lebih menekankan pada pembelajaran yang sarat makna dan
sistem nilai yang bisa dikotribusikan kelak saat anak dewasa nanti.
b. Teknik TANDUR
Teknik pembelajaran

Quantum

Teaching

yang

lain

yang

dapat

digunakan adalah teknik TANDUR, yakni:[13]


1) T: Tumbuhkan
Tumbuhkan minat siswa dengan memuaskan Apakah Manfaatnya
Bagiku dan manfaatkan kehidupan siswa. Dengan demikian, seorang
guru

tidak

hanya

memposisikan

diri

sebagai

pentransfer

ilmu

pengetahuan saja, tetapi juga fasilitator, mediator, dan motivator. Dalam


MP PAI, misalnya guru harus bisa menjelaskan kepada siswa akan
pentingnya belajar PAI. Di samping itu guru juga harus memotivasi siswa
bahwa belajar agama dapat menunjang perbaikan pribadi pada masa
sekarang dan masa yang akan datang.
2) A: Alam

Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti


semua siswa. Artinya, bagaimana guru bisa mengahadirkan suasana
alamiah yang tidk membedakan antara yang satu dengan yang lain.
Memang, tidak bisa dipungkiri bahwa kemampuan masing-masing siswa
berbeda,

namun

hal

itu

tidak

boleh

menjadi

alasan

bagi

guru

mendahulukan yang lebih pandai dari yang kurang pandai. Semua siswa
harus mendapat perlakuan yang sama.
3) N: Namai
Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, atau strategi terlebih
dahulu terhadap sesuatu yang akan diberikan kepada siswa. Guru sedapat
mungkin

memberikan

pengantar

terhadap

materi

yang

hendak

disampaikan. Hal ini dimaksudkan agar ada informasi pendahuluan yang


bisa diterima oleh siswa. selain itu, guru diharapkan juga bis amembuat
kata kunci terhadap hal-hal yang dianggap sulit. Dengan kata lain, guru
harus bisa membuat sesuatu yang sulit menjadi sesuatu yang mudah.
[14]
4) D: Demonstrasikan
Sediakan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan bahwa
mereka tahu. Sering kali dijumpai ada siswa yang mempunyai beragam
kemampuan, akan tetapi mereka tidak mempunyai keberanian untuk
menunjukkannya. Dalam kondisi ini, para guru harus tanggap dan
memberikan

kesempatan

kepada

mereka

untuk

unjuk

rasa

dan

memberikan motivasi agar berani menunjukkan karya-karya mereka


kepada orang lain.
5) U: Ulangi
Tunjukkan kepada siswa bagaimana cara mengulangi materi secara
efektif.

Pengulangan

materi

dalam

suatu

pelajaran

akan

sangat

membantu siswa mengingat materi yang disampaikan guru dengan


mudah.
6) R: Rayakan
Keberhasilan dan prestasi yang diraih siswa, sekecil apapun, harus
diberi apresiasi oleh guru. Bagi siswa perayaan akan mendorong mereka
memperkuat rasa tanggung jawab. Perayaan akan mengajarkan kepada
mereka mengenai motivasi hakiki tanpa insentif. Siswa akan menanti
kegiatan

belajar,

sehingga

pendidikan

mereka

lebih

dari

sekedar

mencapai nilai tertentu. Hal ini untuk menummbuhkan rasa senang pada

diri siswa yang pada gilirannya akan melahirkan kepercayaan diri untuk
c.

berprestasi lebih baik lagi.[15]


Teknik ARIAS
Pembelajaran dengan teknik

ARIAS

terdiri

dari

lima

komponen

(Assurance, Relevance, Interest, Assessment, dan Satisfaction) yang


disusun berdasarkan teori belajar. Kelima komponen tersebut merupakan
satu-kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Deskripsi
singkat masing-masing komponen dan beberapa contoh yang dapat
dilakukan

untuk

membangkkitkan

dan

menngkatkannya

kegiatan

pembelajaran adalah sebagai berikut.[16]


1) Assurance (percaya diri)
Siswa yang memiliki sikap percaya diri memiliki penilaian positif
tentang dirinya cenderung menampilkan prestasi yang baik secara terusmenerus. Sikap percaya diri, yakin akan berhasil ini perlu ditanamkan
kepada siswa untuk mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal
guna mencapai keberhasilan yang optimal.
2) Relevance
Yaitu berhubungan dengan kehidupan

siswa

baik

berupa

pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan


dengan kebutuhan sekarang atau yang akan datang. Dengan tujuan yang
jelas mereka akan mengetahui kemampuan apa yang akan dimiliki dan
pengalaman apa yang akan didapat. Mereka juga akan mengetahui
kesenjangan anatara kemampuan yang telah dimiliki dengan kemampuan
baru itu sehingga kesenjangan tadi dapat dikurangi atau bahkan
dihilangkan sama sekali.
3) Interest
Adalah yang berhubungan dengan minat/perhatian siswa. Dalam
kegiatan pembelajaran minat/perhatian tidak hanya harus dibangkitkan
melainkan

juga

harus

dipelihara

selama

kegiatan

pembelajaran

berlangsung. Oleh karena itu, guru harus memerhatikan berbagai bentuk


dan memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran.
Minat/perhatian merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha
mempengaruhi hsil belajar siswa.
4) Assessment
Yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi
merupakan suatu bagian pokok dalam pembelajaran yang memberikan

keuntungan bagi guru dan siswa. Bagi guru evaluasi merupakan alat
untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah dipahami oleh
siswa; untuk memonitor kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai
kelompok; untuk merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk
membantu siswa dalam belajar. Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan
balik tentang kelebihan dan kelemahan yang dimiliki, dapat mendorong
belajar lebih baik dan meningkatkan motivasi berprestasi.[17]
5) Satifaction
Yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang
dicapai.

Dalam

teori

belajar

satisfaction

adalah

reinforcement

(penguatan). Sisa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai


sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan
dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai
keberhasilan berikutnya.
d. Teknik PAKEM
PAKEM adalah singkatan darii Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran
guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif
bertanya,

mempertnyakan,

pembelajaran

tidak

dan

memberikan

mengemukakan
kesempatan

gagasan.

kepada

siswa

Jika
untuk

berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat


belajar.[18]
Secara garis besar, gambaran PAKEM adalah sebagai berikut: siswa
terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.


Apa yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM?
Memahami sifat yang dimiliki anak
Mengenal anak secara perorangan
Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
Mengembangkan segala kemampuan siswa
Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental.[19]

2. Model Quantum Teaching & Learning


Model pembelajaran Quantum teaching dan learning dibagi atas dua
kategori, yaitu konteks dan isi. Konteks meliputi (1) lingkungan, (2)

suasana, (3) landasan, (4) rancangan. Sedangkan isi mencakup masalah


penyajian dan fasilitasai (mempermudah proses belajar).
Dalam konteks, guru dituntut harus mampu mengubah: (1) suasana
yang memberdayakan untuk kegiatan PBM, (2) landasan yang kukuh
untuk kegiatan PBM, (3) lingkungan yang mendukung PBM dan (4)
rancangan pembelajaran yang dinamis. Sedangkan dalam isi guru dituntut
untuk mampu menerapkan keterampilan penyampaian isi pembelajaran
dan srtategi yang dibutuhkan siswa untuk bertanggungjawab atas apa
yang dipelajarinya.
3. Startegi Quantum Teaching
Timbulnya berbagai permasalahan dalam setiap proses prembelajaran
mendorong beberapa praktisi pendidikan untuk menciptakan beberapa
strategi pembelajaran, salah satunya adalah strategi pembelajaran
kuantum (Quantum Teaching). Pembelajaran quantum merupakan cara
baru yang memudahkan proses belajar, yang memadukan unsur seni dan
pencapaian yang terarah untuk segala mata pelajaran. Pembelajaran
kuantum adalah penggubahan belajar yang meriah dengan segala
nuansanya, yang menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan
yang memaksimalkan momen belajar serta berfokus pada hubungan
dinamis dalam lingkungan kelas-interaksi yang mendirikan landasan
dalam kerangka untuk belajar.[20]
4. Strategi Quantum Learning
Quantum Learning berakar dari upaya Dr. George Lozanov seorang
pendidik kebangsaan Bulgariayang bereksperimen dengan apa yang
disebut sebagai suggestolory atau suggestopodia.
Prinsipnya adalah sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil
situasi belajar, dan setiap detail apa pun memberikan sugesti positif
ataupun negatif.
Teknik untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukkan
murid

secara

meningkatkan

nyaman,
prestasi

memasang
individu,

musik

latar

menggunakan

di

dalam

kelas,

poster-poster

untuk

memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan


guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugesti.
Istilah lain yang hampir dapat dipertukarkan dengan suggestology
adalah pemercepat belajar, adalah memungkinkan siswa untuk belajar
dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal. Dan

dibarengi kegembiraan Quantum Learning mencakup aspek-aspek penting


dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang
bagaimana otak mengatur informasi.
Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan
dapat digunakan untuk menciptakan aliran pengertian antara siswa dan
guru.
Quantum

Learning

menggabungkan

suggestology,

teknik

pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori keyakinan, termasuk


diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
C.

yang lain, seperti:


Teori otak kanan/ kiri;
Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestik)
Teori kecerdasan ganda
Pendidikan holistik
Belajar berdasarkan pengalaman
Belajar dengan simbol
Simulasi/ permainan.[21]
Perbedaan Quantum Teaching dan Quantum Learning
Quantum Teaching dan Quantum Learning merupakan model
pembelajaran yang sama-sama dikemas Bobbi DePorter yang diilhami dari
konsep

kepramukaan,

sugestopedia,

dan

belajar

melalui

berbuat.

Quantum Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat


berada di kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran,
dan mengevaluasinya. Pola Quantum Teaching terangkum dalam konsep
TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan
Rayakan. Sementara itu, Quantum Learning merupakan konsep untuk
pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip
sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan. Jadi,
Quantum

Teaching

diperuntukkan

guru

dan

Quantum

Learning

diperuntukkan siswa atau masyarakat umum sebagai pembelajar. Sebagai


guru, Ibu tentunya perlu mendalami keduanya agar bisa menyerap konsep
secara utuh dan terintegrasi.
Dalam Quantum Teaching, guru sangat diharapkan sebagai aktor
yang mampu memainkan berbagai gaya belajar anak, mengorkestrakan
kelas, menghipnotis kelas dengan daya tarik, dan menguatkan konsep ke
dalam diri anak. Prinsipnya, bawalah dunia guru ke dunia siswa dan
ajaklah siswa ke dunia guru. Dalam Quantum Teaching, tidak ada siswa

yang bodoh, yang ada adalah siswa yang belum berkembang karena titik
sentuhnya belum cocok dengan titik sentuh yang diberikan guru. Berarti,
guru perlu penyesuaian sesuai dengan kondisi siswa dengan berpedoman
pada segalanya bertujuan, segalanya berbicara, mengalami sebelum
pemberian nama, akui setiap usaha, dan rayakan.[22]
Quantum Learning merupakan strategi belajar yang bisa digunakan
oleh siapa saja selain siswa dan guru karena memberikan gambaran
untuk mendalami apa saja dengan cara mantap dan berkesan. Caranya,
seorang pembelajar harus mengetahui terlebih dahulu gaya belajar, gaya
berpikir, dan situasi dirinya. Dengan begitu, pembelajar akan dengan
cepat mendalami sesuatu. Banyak orang yang telah merasakan hasilnya
setelah mengkaji sesuatu dengan cara Quantum Learning. Segalanya
dapat dengan mudah, cepat, dan mantap dikaji dan didalami dengan
suasana yang menyenangkanTeaching dan Learning merupakan model
pembelajaran yang sama-sama dikemas Bobbi De Porter yang diilhami
dari konsep kepramukaan, sugestopedia, dan belajar melalui berbuat.
1. Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di kelas,
berhadapan

dengan

siswa,

merencanakan

pembelajaran,

dan

mengevaluasinya. Pola Teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni


2.

Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.


Learning merupakan konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap
fakta, konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat,
menyenangkan, dan berkesan. Pola Learning terangkum dalam konsep
AMBAK yakni Apa Manfaatnya Bagiku.
Jadi, Teaching diperuntukkan guru dan Learning diperuntukkan siswa
atau masyarakat umum sebagai pembelajar.[23]

D. Paradigma Belajar Model Quantum Teaching dan Learning


Dalam belajar model Quantum Teaching dan Learning agar dapat
berjalan dengan benar ini paradigma yang harus dianut oleh siswa dan
1.

guru adalah sebagai berikut:


Setiap orang adalah guru dan sekaligus murid sehingga bisa saling

berfungsi sebagai fasilitator.


2. Bagi kebanyakan orang belajar akan sangat efektif jika dilakukan dalam
suasana yang menyenangkan, lingkungan dan suasana yang tidak terlalu

formal, penataan duduk setengah melingkar tanpa meja, penataan sinar


3.

atau cahaya yang baik sehingga peserta merasa santai dan relak.
Setiap orang mempunyai gaya belajar, bekerja dan berpikir yang unik
dan berbeda yang merupakan pembawaan alamiah sehingga kita tidak
perlu merubahnya dengan demikian perasaan nyaman dan positif akan
terbentuk dalam menerima informasi atau materi yang diberikan oleh
fasilitator.
Pelajaran tidak harus rumit tapi harus dapat disajikan dalam bentuk
sederhana dan lebih banyak kesuatu kasus nyata atau aplikasi langsung.
[24]

E. Manfaat Model dan Strategi Pembelajaran Quantum Teaching & Learning


Terdapatnya problematika dalam pengajaran Pendidikan Agama
Islam sehingga pemilihan metode yang tepat merupakan salah satu
alternatif pemecahannya. Serta dalam rangka menghasilkan lulusan
pendidikan islam yang terbina seluruh potensinya dan memiliki sikap
percaya diri, kreatif, inovatif, kritis, demokratis.[25]
Quantum Teaching merupakan metode pemnbelajaran

yang

menyenangkan serta menyertakan segala dinamika yang menunjang


keberhasilan pembelajaran itu sendiri dan segala keterkaitan, perbedaan,
interaksi serta aspek-aspek yang dapat memaksimalkan momentum
dalam belajar.
Di samping itu, metode Quantum ini memiliki kelebihan yakni
menjadikan guru dan siswa lebih kreatif, meningkatkan rasa percaya diri
dan minat siswa, mengembangkan pola pikir, pelaksanaan pembelajaran
di dalam kelas tidak menjenuhkan, melatih rasa tanggung jawab dan
disiplin siswa serta melatih keberanian siswa.[26]
Quantum Learning efektif terhadap peningkatan hasil belajar siswa
bila dibandingkan dengan metode ceramah. metode Quantum Learning
sebagai salah satu bentuk pencapaian kualitas belajar yang potensial,
karena mampu menciptakan belajar menjadi nyaman dan menyenangkan.
Quantum learning menciptakan konsep motivasi, langkah-langkah
menumbuhkan minat, dan belajar aktif. Membuat simulasi konsep belajar
aktif dengan gambaran kegiatan seperti: belajar apa saja dari setiap
situasi, menggunakan apa yang Anda pelajari untuk keuntungan Anda,
mengupayakan agar segalanya terlaksana, bersandar pada kehidupan.

Gambaran ini disandingkan dengan konsep belajar pasif yang terdiri dari:
tidak dapat melihat adanya potensi belajar, mengabaikan kesempatan
untuk berkembang dari suatu pengalaman belajar, membiarkan segalanya
terjadi, menarik diri dari kehidupan.[27]
Oleh karena itu, metode Quantum Teaching & Learning perlu
digunakan dalam pembelajaran terutama dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Demi meningkatkan sarjana muslim yang lebih baik.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata Quantum sendiri berarti interaksi yang mengubah energi
menjadi

cahaya.

menciptakan

Quantum

lingkungan

Teaching

belajar

adalah

yang

metode

efektif.

belajar

Quantum

yang

Learning

merupakan strategi belajar yang bisa digunakan oleh siapa saja selain
siswa dan guru karena memberikan gambaran untuk mendalami apa saja
dengan cara mantap dan berkesan.
Quantum Teaching dan Learning

menawarkan

model-model

pembelajaran yang berprinsip memberdayakan potensi siswa dan kondisi


di sekitarnya. Model-model tersebut adalah model AMBAK dan TANDUR.
Digunakannya model & strategi pembelajaran Quantum Teaching &
Learning

dalam

pembelajaran

Pendidikan

Agama

Islam

sebagai

pemecahan problematika dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam


serta dalam rangka menghasilkan lulusan pendidikan islam yang terbina
seluruh potensinya dan memiliki sikap percaya diri, kreatif, inovatif, kritis,
demokratis.

DAFTAR PUSTAKA

Eno, Retno, http://blog.umy.ac.id/retnoeno/2012/01/08/quantum-teachingand

learning/, diakses tanggal 11 September 2012.

Faisal, Amir dan Zulfanah. 2008. Menyiapkan Anak jadi Juara. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo
http://forumkuliah.wordpress.com/2009/02/05/quantum-learning/, diakses
pada tanggal 3 Oktober 2012
Mulyono,

Tri,

pembelajaran

http://trimulyonoes.blogspot.com/2009/01/strategiquantum-teaching.html, diakses tanggal 12 September

2012.
Nasih, Ahmad Munjin dan Lilik Nur Kholidah. 2009. Metode dan Teknik
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Refika Aditama
Nasution, S. 1995. Didaktik Asas-Asas Mengajarkan. Jakarta: PT Bumi
Aksara
Nata, Abuddin. 2004. Manajemen Pendidikan; Mengatasi Kelemahan
Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media
Nata, Abuddin. 2009. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran.
Jakarta:

Kencana Prenada Media Group

Nggermanto, Agus. 2005. Quantum Questient. Bandung: Nuansa


Porter, Bobby De, dkk. 2000. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa
Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group

Roqib, Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: LkiS


Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer.
Jakarta: Bumi Aksara

[1] Retno Eno, http://blog.umy.ac.id/retnoeno/2012/01/08/quantumteaching-and-learning/ , diakses tanggal 11 September 2012.


[2] Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 231.
[3] S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajarkan (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 1995), h. 35.
[4] Bobby De Porter, dkk., Quantum Teaching (Bandung: Kaifa,
2000), cet. 3, h. 45.
[5] Agus Nggermanto, Quantum Questient (Bandung: Nuansa, 2005),
cet. 6, h. 22.
[6] Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan
Pendidikan Islam (Jakarta: Prenada Media, 2004), cet. I, h. 148.
[7] Amir Faisal dan Zulfanah, Menyiapkan Anak jadi Juara (Jakarta: PT
Elex Media Komputindo, 2008), h. 95-96
[8] Moh Roqib, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: LkiS, 2009), h.
110
[9] Tri Mulyono, http://trimulyonoes.blogspot.com/2009/01/strategipembelajaran-quantum-teaching.html, diakses tanggal 12 September
2012.
[10] Agus Nggermanto, Quantum Questient (Bandung: Nuansa,
2005), cet. I, h. 66-67.
[11] Abuddin, Manajemen, h. 41-44.
[12] Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT Refika Aditama,
2009), h. 120.
[13] Ibid., h. 121.
[14] Ibid., h. 121-122
[15] Ibid., h. 121-122
[16] Ibid., h. 122.
[17] Ibid., h. 124-125.
[18] Ibid., h. 126.
[19]Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT Refika Aditama,
2009), h. 120-129.
[20] Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 160-161
[21] Ibid., h. 186-187.

Tri
Mulyono,
http://trimulyonoes.blogspot.com/2009/01/strategi-pembelajaranquantum-teaching.html, diakses tanggal 12 September 2012.
[23]Ibid.
[24] Ibid.
[25] Abuddin, Manajemen, h. 44.
[26]Tri Mulyono, http://trimulyonoes.blogspot.com/2009/01/strategipembelajaran-quantum-teaching.html, diakses tanggal 12 September
2012.
[27]
http://forumkuliah.wordpress.com/2009/02/05/quantumlearning/, diakses pada tanggal 3 Oktober 2012
[22]

Anda mungkin juga menyukai