Anda di halaman 1dari 20

INOKULASI BAKTERI

Diagnosis laboratoris secara mikrobiologis untuk menegakkan diagnosis etiologi pada


umumnya berdasarkan ditemukannya bakteri secara mikroskopis dan pemeriksaan biakan.
Tujuan dari pembiakan / kultur bakteri antara lain:
- Untuk isolasi mikroorganisme dari bahan pemeriksaan.
- Untuk membuat kultur murni, agar dapat dilakukan uji lebih lanjut.
- Untuk penyimpanan / stok bakteri.
- Untuk transport bahan pemeriksaan, sehingga mikroorganisme dapat tumbuh pada
saat pengiriman.

Berikut ini cara inokulasi / penanaman bakteri dari satu media ke media lainnya:
I.

Inokulasi bakteri dari media cair ke media padat (lempeng agar datar pada cawan
petri / plate) secara goresan (streaking).
Tujuan: untuk mendapakan koloni bakteri yang terpisah (isolated colony) dari suatu
bahan pemeriksaan (specimen), biakan kuman dalam media cair atau campuran berbagai
bakteri dalam media cair.
Caranya:
Dasar bagian luar dari lempeng agar yang akan ditanami dibagi 3 bagian: A, B
dan C dan ditandai dengan spidol dan kertas label.
Gunakan ose bulat. Satu mata ose (sengkelit) suspensi bakteri dari media cair
dipindahkan pada lempeng agar di bagian A, dengan ose tersebut buat goresan
(streaking) yang rapat pada bagian A.
Selesai di bagian A, ose disterilkan dulu dengan cara dipijarkan di atas api
spiritus. Dinginkan ose.
Penggoresan kedua melewati bekas goresan terakhir di bagian A, yang
selanjutnya dilakukan penggoresan yang tidak rapat di bagian B.
Selesai di bagian B, ose disterilkan dulu dengan cara dipijarkan di atas api
spiritus. Dinginkan ose.
Penggoresan ketiga melewati bekas goresan terakhir di bagian B, yang
selanjutnya dilakukan penggoresan yang tidak rapat di bagian C.

II.

Inokulasi bakteri dari media padat (lempeng agar) ke media setengah padat.
Tujuan: mengetahui adanya pergerakan bakteri yang di tanam pada media setengah padat.
Pada media ini bakteri yang motil / bergerak akan tumbuh menyebar di sekitar tempat
penusukan penanaman.
Caranya:
Gunakan ose jarum yang disterilkan dahulu di atas api spiritus, kemudian
dinginkan.
Ambil satu koloni (inokulum) dari biakan bakteri Proteus vulgaris yang
disediakan pada media padat datar.
Ose jarum dengan inokulum ditusukkan secara tegak lurus ke dalam media
setengah padat yang tersedia (misalnya media MIO / Motility Indol Ornithin)
sampai sekitar 1 cm di bawah permukaan media.
Kemudian tarik ose jarum keluar media melalui arah penusukan semula
sedemikian rupa tanpa merusak media.

III.

Inokulasi bakteri dari media padat datar ke media agar miring.


Tujuan: Untuk memperoleh biakan murni dan untuk menyimpan biakan bakteri dalam
waktu lama (stock culture).
Caranya:
Gunakan ose bulat steril, ambil satu koloni terpisah dari biakan bakteri yang
tumbuh pada media padat datar.
Inokulum tersebut digoreskan pada permukaan agar padat miring secara zigzag
dari bagian paling bawah ke arah mulut tabung.

IV.

Inokulasi bakteri dari media padat (lempeng agar) ke media cair.


Tujuan: memperbanyak bakteri dari satu koloni terpisah untuk kemudian dilakukan uji
lanjutan, misalnya uji biokimiawi.
Caranya:

Gunakan ose bulat steril, ambil satu koloni terpisah dari biakan bakteri yang
tumbuh pada media padat datar.
Buatlah suspensi bakteri sedikit demi sedikit pada dinding tabung tepat di bawah
permukaan media cair, kemudian campurkan inokulum dengan media cair
tersebut.
Kocoklah media cair

yang sudah ditanamai bakteri

dengan

hati-hati

(menggunakan Vortex mixer) agar suspensi bakteri dapat bercampur dengan


media cair.

Perhatikan gambar berikut ini:

Gambar 1. Inokulasi / menanam bakteri dari media cair ke media padat datar (lempeng agar)
secara goresan (streaking).

Gambar 2. Inokulasi / menanam bakteri dari media padat ke media setengah padat

Gambar 3. Inokulasi / menanam bakteri dari media padat datar ke media padat miring

Gambar 4. Inokulasi / menanam bakteri dari media padat ke media cair.

Safety (Keamanan Kerja di Lab. Mikrobiologi)


Pendahuluan
Keamanan Laboratorium merupakan hal yang penting, sebagai upaya keselamatan
dalam melaksanakan

pemeriksaan/praktikum

di laboratorium,

dengan

tujuan

melindungi pekerja/praktikan dan orang sekitarnya dari resiko terkena gangguan


kesehatan yang

ditimbulkan

laboratorium.

Laboratorium Mikrobiologi adalah

laboratorium yang kegiatannya berhubungan dengan mikroorganisme. Khususnya


mikroorganisme penyebab infeksi.

Bekerja di Lab. Mikrobiologi


1. Melindungi petugas/ Praktikan

Hindari penyebaran percikan bahan infeksi dari spesimen (mis : saat penanaman
/pembakaran dengan sengkelit

Tempatkan spesimen pada wadah yang tahan bocor

Dekontaminasi permukaan meja dengan dekontaminan yang sesuai

Cuci tangan pada saat yang tepat dengan sabun/desinfektan, jangan menyentuh
mulut, hidung dan mata saat bekerja

Jangan makan/minum/merokok saat bekerja

Gunakan jas praktikum saat bekerja

Hindari luka/tertusuk pada saat bekerja (lakukan segala sesuatu dengan hatihati)

2. Melakukan sterilisasi yang cukup sebelum mencuci alat/membuang sisa spesimen


3. Menyediakan tempat tersendiri untuk peralatan yang digunakan dan telah
terkontaminasi dengan bakteri
4. Menyediakan tempat untuk sampah terkontaminasi dan tidak terkontaminasi
5. Gunakan sarung tangan dengan tepat

Penggunaaan alat-alat di laboratorium


1. Cara menggunakan pipet dan alat bantu pipet

Hindari memipet dengan mulut, gunakan alat bantu, masukkan sumbat kapas
untuk mengurangi kontaminasi.

Jangan mencampur bahan infeksi dengan menghisap/meniup pipet

Jangan mengeluarkan cairan dari dalam pipet secara paksa

Gunakan kapas yang telah diberi disinfektan bila ada tetesan spesimen yang
jatuh di meja, kemudian kapas di buang di tempat khusus untuk diautoclave

Rendam pipet habis pakai di disinfektan 18-24 jam

2. Cara menggunakan jarum suntik (kecelakaan penggunaan jarum suntik penyebab


umum infeksi yang terjadi di laboratorium dan fasilitas kesehatan lain)

Hindari gerakan cepat dan tergesa-gesa saat memegang jarum suntik

Gunakan sarung tangan

Buang kelebihan udara, cairan, gelembung secara vertikal ke kapas yang telah
ada desinfektan

Jangan membengkokkan atau memindahkan jarum dengan tangan

Buang jarum suntik pada tempat khusus sebelum steril

3. Cara pembukaan wadah


Pembukaan wadah botol atau cawan petri dan tabung biakan, memiliki potensi
terinfeksi, karena tak terlihat dapat menimbulkan aerosol atau kontaminasi pada kulit
atau daerah kerja. Pembukaan wadah di tempat kerja sering dilakukan, bila tidak hatihati, bahan terinfeksi yang ada dalam wadah dapat menularkan secara langsung atau
jatuh ke tempat kerja. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari
resiko terinfeksi adalah sebagai berikut :

Buka tutup wadah di tempat kerja dengan hati-hati agar isi dalam wadah tidak
terpencar ke luar.

Gunakan jas lab. dan sarung tangan.

Hindari aerosol.

Spesimen yang bocor atau pecah hanya dibuka di dalam Safety Cabinet.

4. Penerimaan spesimen di Laboratorium

Laboratorium mempunyai loket khusus penerimaan spesimen. Jika jumlah


spesimen tidak banyak, maka tempat pemeriksaan spesimen dapat dilakukan
pada meja khusus dalam areal laboratorium.

Spesimen harus di tempatkan dalam wadah yang tertutup rapat untuk mencegah
tumpahnya/bocornya spesimen.

Wadah harus dapat didisinfeksi atau diautoklaf.

Wadah terbuat dari bahan tidak mudah pecah/bocor.

Wadah diberi label tentang identitas spesimen.

Wadah diletakkan pada baki khusus yang terbuat dari logam atau plastik yang
dapat didisinfeksi atau diautoklaf ulang.

Baki harus didisinfeksi / diautoklaf secara teratur setiap hari.

Jika mungkin, wadah diletakkan di atas baki dalam posisi berdiri.

5. Petugas pembawa spesimen dalam Laboratorium

Mengenakan jas laboratorium yang tertutup rapat pada bagian depan saat
membawa spesimen.

Membawa spesimen di atas kaki

Mencuci tangan dengan disinfektan jika terkena tumpahan/percikan dari


spesimen.

Jika spesimen bocor / tumpah di atas baki, dekontaminasi baki dan sisa
spesimen diautoklaf.

Lapor pada petugas/panitia keamanan kerja laboratorium jika terluka saat


bekerja.

6. Tindakan khusus terhadap darah dan cairan tubuh


Tindakan di bawah ini dibuat untuk melindungi petugas laboratrorium terhadap infeksi
yang

ditularkan

melalui

darah

seperti

Virus

hepatitis

B,

HIV

(Human

Immunodeficiency Virus) dan lain-lain.


a. Mengambil, melabel dan membawa spesimen

Gunakan sarung tangan

Hanya petugas lab yang boleh melakukan pengambilan darah.

Setelah pengambilan darah, lepaskan jarum dari sempritnya dengan alat


khusus yang sekaligus merupakan wadah penyimpanan jarum habis pakai.
Pindahkan darah ke dalam tabung spesimen dengan hari-hati dan tutup rapat
mulut tabung spesimen. Jarum suntik habis pakai sebaiknya dibakar dalam
alat insinerasi. Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, jarum suntik dan
sempritnya diautoklaf dalam kantong yang terpisah.

Tabung spesimen dan formulir permintaan harus diberi label BAHAYA


INFEKSI.

Masukkan tabung ke dalam kantung plastik untuk dibawa ke laboratorium.


Formulir permintaan dibawa secara terpisah.

b. Membuka tabung spesimen dan mengambil sampel

Buka tabung spesimen dalam kabinet keamanan biologis Kelas I dan Kelas
II.

Gunakan sarung tangan

Untuk mencegah percikan, buka sumbat tabung setelah dibungkus kain kasa.

c. Kaca dan benda tajam

Jika mungkin, gunakan alat terbuat dari plastik sebagai pengganti


kaca/gelas. Bahan kaca/gelas dapat dipakai jika terbuat dari borosilikat.

Sedapat mungkin, hindari penggunaan alat suntik selain untuk mengambil


darah.

d. Sediaan darah pada kaca objek

Pegang kaca objek dengan forsep

e. Peralatan otomatis

Sebaiknya gunakan alat yang tertutup (enclosed type)

Cairan yang keluar dari alat/effalut harus dikumpulkan dalam tabung/wadah


tertutup atau dibuang ke dalam sistem pembuangan limbah.

Jika memungkinkan, alirkan hipoklorit atau glutaraldehid ke dalam alat


disinfektan hanya pada keadaan tertentu.

f. Melakukan sentrifus

Gunakan tabung sentrifus yang mempunyai tutup

Gunakan selongsong/rotor yang dilengkapi penutup

g. Jaringan

Fiksasi jaringan dengan formalin. Spesimen berukuran kecil, seperti dari


biopsi jarum, dapat difiksasi dan didekontaminasi dalam waktu kurang lebih
2 jam, tetapi spesimen berukuran besar membutuhkan waktu beberapa hari.

Setelah melakukan potong beku (frozensection), alat (cryotome) haru


didekontaminasi.

7. Kecelakaan di Laboratorium
Di laboratorium mikrobiologi, infeksi bakteri merupakan resiko yang sering terjadi
sebagai penyebab penularan utama pada petugas pemeriksa laboratorium.
Oleh sebab itu perlu diupayakan tindakan pencegahan dengan urutan prioritas sebagai
berikut :
a. Perlindungan petugas pemeriksa

Batasi kontaminasi

Dekontaminasi pegawai

Dekontaminasi areal yang berhubungan

b. Dekontaminasi kulit
detergen tidak boleh digunakan, perawatan harus dilakukan dengan tidak merusak kulit
c. Dekontaminasi mata = dilakukan dengan perawatan air untuk mencegah penyebaran
kontaminasi dari satu area ke area lainnya.
d. Dekontaminasi pakaian
pakaian yang terkontaminasi harus dipindahkan secepatnya dan diletakkan pada wadah
tertentu. Harus dipindahkan dari lokasi tumpahan sampai kontaminasi dapat termonitor.
e. Dekontaminasi daerah kerja
Basahi semua daerah yang terkena tumpahan termasuk wadah yang rusak dengan
disinfektan. Diamkan 10 menit. Bersihkan dengan tissue atau lap dengan menggunakan
sarung tangan.
Dianjurkan disinfektan yang digunakan adalah Hypochlorite. Bila terjadi kecelakaan
diruang kerja laboratorium, batasi orang yang masuk di daerah tersebut sampai dilakukan
monitor terhadap kontaminasi oleh petugas. Kotak peralatan P3K yang lengkap harus
tersedia di laboratorium dan diletakkan di tempat yang diketahui oleh semua staf
laboratorium. Sebaiknya kotak peralatan tersebut disertai dengan petunjuk lengkap tentang
pertolongan pada kecelakaan, terpotong/tersengat, luka bakar, keracunan, shock/collapse
serta terbaca oleh semua staff.

II. Sterilisasi

Hampir semua tindakan yang dilakukan dalam diagnosa mikrobilogi, sterilisasi


sangat diutamakan baik alat-alat yang dipakai maupun medianya. Bila penanaman spesimen
dalam media, petri, ose maupun media yang digunakan tidak steril, maka sangat tidak mungkin
untuk membedakan apakah kuman yang berhasil diisolasi tersebut berasal dari penderita atau
merupakan hasil kontaminasi dari alat-alat atau media yang digunakan.
Suatu alat atau bahan dikatakan steril bila alat/bahan tersebut bebas dari mikroba baik
dalam bentuk vegetatif maupun sopra. Tindakan untuk membebaskan alat atau media dari jasad
renik disebut sterilisasi. Ada beberapa cara sterilisasi, untuk pemilihannya tergantung dari
bahan/alat yang akan disterilkan. Secara garis besar sterilisasi dapat dibagi sebagai berikut :
a. pemanasan
b. filtrasi
c. penyinaran dengan sinar gelombang pendek (radiasi)
d. kimia (khemis)
A. Sterilisasi dengan Pemanasan
1. Dengan pemanasan kering
Pembakaran
Alat yang digunakan adalah lampu spiritus/bunsen. Pembakaran dapat dilakukan dengan cara
:
-

Memijarkan
Pembakaran dengan cara ini hanya cocok untuk alat-alat logam (ose, pinset, dll), yang
dibiarkan sampai memijar. Dengan cara ini seluruh mikroorganisme, termasuk spora,
dapat dibasmi.

Menyalakan
Dapat diartikan suatu pelintasan alat gelas (ujung pinset, bibir tabung, mulut erlenmeyer,
dll) melalui nyala api. Cara ini merupakan hal darurat dan tidak memberikan jaminan
bahwa mikroorganisme yang melekat pada alat dengan pasti terbunuh.

Cara mensterilkan ose :


Ose disterilkan dengan cara dibakar pada nyala api lampu spiritus atau lampu gas. Pada
waktu memanaskan ose, dimulai dari pangkal kawat dan setelah terlihat merah berpijar

secara pelan-pelan pemansan dilanjutkan ke ujung ose. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
terloncatnya kuman akibat pemanasan langsung dan terlalu cepat pada mata ose. Nyala api
pada sterilisator mempunyai perbedaan dalam derajat panas.
ABCD (diarsir)

: merupakan ruang oksidasi

ABCD

: merupakan ruang reduksi

AB

: dasar api

: ruang oksidasi atas

: ruang oksidasi bawah

: ruang reduksi atas

: ruang reduksi bawah

: bagian yang paling tidak panas

Tempat yang paling panas adalah ruang oksidasi bawah yang letaknya kira-kira sepertiga
bawah dari tingginya nyala api. Yang perlu diperhatikan :
-

jangan memegang mata ose dengan tangan sebelum ose disterilkan

jangan meletakkan ose di atas meja, tetapi letakkan pada tempat yang disediakan setelah
disterilkan.

Dengan udara panas (hot air oven)


Cara ini menggunakan udara yang dipanaskan dan kering, serta berlangsung dalam
sterilisator udara panas (oven). Pemanasan dengan udara panas dugunakan untuk sterilisasi alatalat laboratorium dari gelas misalnya : petri, tabung gelas, botol pipet dll, juga untuk bahanbahan minyak dan powder misalnya talk. Bahan dari karet, kain, kapas dan kasa tidak dapat
ditserilkan dengan cara ini.
Setelah dicuci alat-alat yang akan disterilkan dikeringkan dan dibungkus dengan kertas tahan
panas, kemudian dimasukkan dalam oven dan dipanaskan pada temperatur antara 150 - 170C,
selama kurang lebih 90 120 menit. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa di antara bahan

yang disterilisasi harus terdapat jarak yang cukup, untuk menjamin agar pergerakan udara tidak
terhambat.
2. Dengan pemanasan basah
Dengan merebus
Digunakan untuk mensterilkan alat-alat seperti gunting, pinset, skalpel, jarum, spuit injeksi
dan sebagainya dengan cara direbus dalam suasana mendidih selama 30-60 menit.
Dengan uap air panas
Digunakan terutama untuk mensterilkan media-media yang akan mengalami kerusakan bila
dikerjakan dengan sterilisasi uap air panas dengan tekanan (autoklav) ataupun untuk alat-alat
tertentu. Cara ini dijalankan dengan pemanasan 100C selama 1 jam. Perlu diingat bahwa dengan
cara ini spora belum dimatikan, dan ada beberapa media yang tidak tahan pada panas tersebut
(misalnya media Loewenstein, Urea Broth). Media tersebut disterilkan dengan cara sterilisasi
bertingkat ataupun filtrasi. Alat yang digunakan adalah sterilisator, autoklav, dimana tekanan
dalam autoklav dijaga tetap 1 atmosfer (klep pengatur tekanan dalam keadaan terbuka).
Dengan uap air bertekanan (Autoklav)
Dengan cara pengatur tekanan dalam autoklav, maka dapat dicapai panas yang diinginkan.
Cara ini dipakai untuk sterilisasi media yang tahan terhadap pemanasan tinggi. Sterilisasi
biasanya dijalankan dengan menggunakan panas 120C selama 10 70 menit tergantung
kebutuhan. Hal yang perlu diperhatikan bila mengerjakan sterilisasi dengan menggunakan
autoklav :
-

harus ditunggu selama bekerja

hati-hati bila mengurangi tekanan dalam autoklav (perubahann temperatur dan tekanan
secara mendadak dapat menyebabkan cairan yang disterilkan meletus dan gelas-gelas
dapat pecah).

Pada sterilisasi dengan pemanasan kering, bakteri akan mengalami proses oksidasi putih telur,
sedang dengan sterilisasi panas basah, akan mengakibatkan terjadinya koagulasi putih telur
bakteri. Dalam keadaan lembab jauh lebih cepat menerima panas daripada keadaan kering
sehingga sterilisasi basah lebih cepat dibanding oksidasi).

Pasteurisasi
Digunakan untuk mensterilkan susu dan minuman beralkohol. Panas yang digunakan 61,7C
selama 30 menit.
B. Sterilisasi dengan Filtrasi
Sterilisasi dengan cara ini dilakukan dengan mengalirkan cairan atau gas pada saringan
berpori kecil sehingga dapat menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Kegunaan:
-

untuk sterilisasi media yang tidak tahan terhadap pemanasan, misalnya Urea Broth
ataupun untuk sterilisasi vaksin, serum, enzim, vitamin.

Meminimalkan kuman udara masuk untuk ruangan kerja secara aseptis

Virus seperti mikroorganisme tanpa dinding sel (mikroplasma) umumnya tidak dapat ditahan
oleh filter.
C. Sterilisasi dengan Penyinaran (radiasi)
Sterilisasi dengan cara ini diperlukan jika sterilisasi panas maupun dinding tidak dapat
dilakukan. Beberapa macam radiasi mengakibatkan letal terhadap sel-sel jasad renik dan
mikroorganisme lain. Jenis radiasi termasuk bagian dari spkterum elektromagnetik, misalnya :
sinar ultraviolet, sinar gamma, sinar x dan juga sinar katoda elektro kecepatan tinggi. Sinar
ultraviolet mempunyai panjang gelombang 15-390 nm. Lampu sinar ultraviolet dengan panjang
gelombang 260 270 nm, dimana sinar dengan panjang gelombang sekitar 265 nm mempunyai
daya bakterisid yang tinggi. Lampu ultraviolet digunakan untuk mensterilkan ruangan, misalnya
di kamar bedah, ruang pengisian obat dalam ampul dan flakon di industri farmasi, juga bisa
digunakan diperusahaan makanan untuk mencegah pencemaran permukaan.
Sinar x mempunyai daya penetrasi lebih besar dibanding dengan sinar ultraviolet. Sinar
gamma mempunyai daya penetrasi lebih besar dibandingkan dengan sinar x dan digunakan untuk
mensterilkan material yang tebal, misalnya bungkusan alat-alat kedokteran atau paket makanan.
Sinar katoda biasa dipakai menghapus hama pada suhu kamar terhadap barang-barang yang telah
dibungkus.
D. Cara Kimia (Khemis)
Merupakan cara sterilisasi dengan bahan kimia. Beberapa istilah yang perlu difahami:

Desinfektan adalah suatu bahan kimia yang dapat membunuh sel-sel vegetatif dan jasad
renik. Biasanya digunakan untuk obyek yang tidak hidup, karena akan merusak jaringan.
Prosesnya disebut desinfeksi.

Antiseptik adalah suatu bahan atau zat yang dapat mencegah, melawan maupun
membunuh pertumbuhan dan kegiatan jasat renik. Biasanya digunakan untuk tubuh.
Prosesnya disebut antiseptis.

Biosidal adalah suatu zat yang aksinya dipakai unhtuk membunuh mikroorganisme, misal
: bakterisid, virosid, sporosid.

Biostatik adalah zat yang aksinya untuk mencegah/menghambat pertumbuhan organisme,


misal : bakteriostatik, fungistatik.

Ada beberapa zat yang bersifat anti mikroba.


1. Fenol dan derivatnya
Zat kimia ini bekerja dengan cara mempresipitasikan protein secara aktif atau merusak
selaput sel dengan penurunan tegangan permukaan. Fenol cepat bekerja sebagai desinfektan
maupun antiseptik tergantung konsentrasinya. Daya antimikroba fenol akan berkurang pada
suasana alkali, suhu rendah, dan adanya sabun.
2. Alkohol
Alkohol beraksi dengan mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi dan melarutkan
lemak sehingga membran sel rusak dan enzim-enzim akan diinaktifkan oleh alkohol. Etil
alkohol (etanol) 50-70% mempunyai sifat bakterisid untuk bentuk vegetatif. Metanol daya
bakterisidnya kurang dibandingkan etanol, dan beracun terhadap mata.
3. Halogen beserta gugusannya
Halogen beserta gugusannya ini mematikan mikroorganisme dengan cara mengoksidadi
protein sehingga merusak membran dan menginaktifkan enzim-enzim. Misalnya :
-

Yodium dipakai untuk mendesinfeksi kulit sebelum dilakukan pembedahan

Hipoklorit digunakan untuk sanitasi alat-alat rumah tangga. Yang umum dipakai adalah
kalsium dipoklorit dan sodium hipoklorit.

4. Logam berat dan gugusannya


Logam berat dapat memprestasikan enzim-enzim atau protein esensial lain dalam sel
sehingga dapat berfungsi sebagai anti mikroba.
Contoh :
-

Merkurokrom, merthiolat sebagai antiseptik.

Perak nitrat sebagai tetes mata guna mencegah penyakit mata pada bayi (Neonatol
gonococcal ophthalmitic).

5. Deterjen
Dengan gugus hipofilik dan hidrofilik, deterjen akan merusak membran sitoplasma.
i. Aldehid
Aldehid mendesinfeksi dengan cara mendenaturasi protein. Contoh : formalin (formaldehid)
ii. Gas sterilisator
Digunakan untuk bahan/alat yang tidak dapat disterilkan dengan panas tinggi atau dengan
zat kimia cair. Pada proses ini material disterilkan dengan gas pada suhu kamar. Gas yang
dipakai adalah ethilen oksida.
Kebaikannya : ethilen oksida mempunyai daya sterilisasi yang besar dan daya
penetrasinya besar
Kejelekannya : ethilen oksida bersifat toksis dan mudah meledak.

FLORA NORMAL
Manusia normal memiliki sistem imun yang adekuat, sehingga jaringan di dalam tubuh
seperti otak, darah dan otot normalnya tidak terdapat mikroorganisme. Pada jaringan tubuh yang
ada di permukaan seperti kulit dan mukosa yang selalu kontak dengan lingkungan maka selalu
ada banyak mikroorganisme yang menempel dan membentuk koloni. Populasi mikroorganisme
yang mendiami kulit dan mukosa manusia yang normal dan sehat inilah yang dinamakan sebagai
mikroorganisme flora normal (normal flora microbes).
Populasi flora normal yang terdapat di kulit dan mukosa dapat dibagi lagi menjadi dua
kelompok, yaitu:
1. Flora menetap (residents flora).
Terdiri atas bakteri yang menetap dan jenisnya relatif sama pada lokasi anatomi tertentu
dan pada umur tertentu. Apabila terganggu maka mikroorganisme itu akan segera tumbuh
kembali seperti semula.
2. Flora sementara (trancients flora).
Terdiri atas bakteri yang mendiami kulit dan mukosa hanya beberapa jam, hari atau minggu
saja akibat kotak dengan lingkungan sekitar, tidak menetap permanen di lokasi tubuh
tersebut (Brooks, 2004).
Flora normal yang menghuni kulit, mukosa orofaring, gastrointestinal dan urogenitalia,
tidak berbahaya bagi kesehatan manusia, bahkan bermanfaat bagi manusia. Meskipun demikian
pada keadaan tertentu misalnya sistem imun yang lemah maka flora normal dapat menimbulkan
penyakit pada manusia, seperti menimbulkan caries gigi, abses ataupun infeksi lainnya.

Tabel 1. Bakteri flora normal di permukaan tubuh manusia (Todar, 2007).


BAKTERI

S. epidermidis
Staphylococcus aureus*
Streptococcus mitis
Streptococcus
salivarius
Streptococcus mutans*
Enterococcus faecalis*
Streptococcuspneumoni
a
Streptococcus
pyogenes*
Neisseria sp.
Neisseria meningitides*
Enterobacteriaceae *
(Escherichia coli)
Proteus sp.
P. aeruginosa*
Haemophilus
influenzae*
Bacteroides sp. *
Bifidobacterium bifidum
Lactobacillus sp.
Clostridium sp.
Clostridium tetani *
Corynebacteria
Mycobacteria
Actinomycetes
Spirochetes
Mycoplasmas

Kuli
t

Konjun
g tiva

Hidun
g

Pharyn
g

Mulu
t

Usus
besa
r
+
++
+/-

Uretraanterio
r

Vagin
a

++
+

+
+/-

++
+

++
+
+
++

++
+
++
++

++
+/+

++
+
+

+
+/+

++
+
+

++

+
+/-

+/-

+/-

+
+
+/-

++
++
+/-

+
+
+

+/-

+/-

+
+/+

+
+/+

+/+/-

+/+

++
+

+/-

++
+/-

++
+/-

+
+/+
+
+

+
+
++
+

+/+

+
+
+

++

+
+

+
+/-

++
++
++
++
+/+
+

+/-

++
+

++

+
+

+/-

Ket :++ = Hampir 100 %; + = Sering (sekitar 25%); +/- = Jarang (< 5%); * = potensial patogen.

Praktikum ini dilakuan untuk membuktikan keberadaan flora normal di permukaan kulit
dan mukosa manusia. Selain itu juga dilakukan praktikum untuk melihat fungsi bahan pembersih
dan bahan desinfektan.

Alat dan Bahan


1. Petri dish
2. Media Nutien agar padat datar
3. Ose bulat

4. Api spiritus
5. Lidi kapas steril
6. Bahan pembersih (sabun mandi)
7. Bahan desinfektan (alcohol 70% dan povidone iodine)
8. Spidol
9. Kertas label

Cara Kerja
1. Praktikum keberadaan bakteri flora normal di kulit dan mukosa manusia yang sehat:

Siapkan media Nutrient agar dalam petri dish.

Bagilah dasar bagian luar dari petri dish yang akan ditanami menjadi 4 bagian: A, B, C
dan D. Tandai dengan spidol non permanent dan kertas label.

Buka lidi kapas steril baru, kemudian usapkan (swab) pada kulit tangan. Selanjutnya
tanam hasil usapan tersebut pada media Nutrien agar di bagian A.

Buka lidi kapas steril baru, kemudian usapkan (swab) pada kulit wajah. Selanjutnya
tanam hasil usapan tersebut pada media Nutrien agar di bagian B.

Buka lidi kapas steril baru, kemudian usapkan (swab) pada mukosa hidung. Selanjutnya
tanam hasil usapan tersebut pada media Nutrien agar di bagian C.

Buka lidi kapas steril baru, kemudian usapkan (swab) pada mukosa mulut. Selanjutnya
tanam hasil usapan tersebut pada media Nutrien agar di bagian D.

Kemudian inkubasi media yang sudah ditanami pada 37C, selama 24 jam.

Setelah 24 jam amati adanya pertumbuhan koloni bakteri.

2. Praktikum fungsi bahan pembersih dan bahan desifektan.

Siapkan media Nutrient agar dalam petri dish.

Bagilah dasar bagian luar dari petri dish yang akan ditanami menjadi 4 bagian: A, B C
dan D dan ditandai dengan spidol non permanent dan kertas label.

Tempelkan jari telunjuk tangan yang belum dicuci pada media Nutrien agar di bagian A,
secara hati-hati jangan sampai merusak media.

Cucilah jari telunjuk tangan menggunakan sabun mandi. Tunggu sampai kering.
Kemudian tempelkan jari telunjuk tangan tersebut pada media Nutrien agar di bagian B,
secara hati-hati jangan sampai merusak media.

Cucilah jari telunjuk tangan menggunakan alkohol 70%. Tunggu sampai kering.
Kemudian tempelkan jari telunjuk tangan tersebut pada media Nutrien agar di bagian C,
secara hati-hati jangan sampai merusak media.

Cucilah jari telunjuk tangan menggunakan Povidone iodine. Tunggu sampai kering.
Kemudian tempelkan jari telunjuk tangan tersebut pada media Nutrien agar di bagian D,
secara hati-hati jangan sampai merusak media.

Kemudian inkubasi media yang sudah ditanami pada 37C, selama 24 jam.

Setelah 24 jam amati adanya perbedaan pertumbuhan koloni bakteri.

Tugas mahasiswa :
1. Lakukan langkah-langkah seperti petunjuk dan amati !
2. Gambarlah alat dan media yang ada dalam demonstrasi (warna gambar sesuai dengan
asli)!
3. Buat laporan praktikum masing-masing kelompok satu laporan dengan ketentuan sebagai
berikut :

Ditulis di folio bergaris (tulis tangan)

Terdiri dari :
o Judul praktikum
o Tujuan praktikum

o Dasar teori
o Alat dan bahan
o Hasil pengamatan
o Pembahasan
o Kesimpulan dan
o Daftar pustaka

Laporan dikumpulkan paling lambat seminggu setelah pelaksanaan praktikum

Anda mungkin juga menyukai