Anda di halaman 1dari 14

MENULIS PROSA PERSUASI DAN NEGOSIASI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Teori dan Praktik Pembelajaran Menulis
Dosen pengampu
Ibu Dr.Hj. Panca Pertiwi Hidayati., M.Pd

Bapak Adi Rustandi,S.pd., M.pd

Disusun oleh :
Kelompok 8A

Nurul Syamiatul Ulfah 185030099


Naufal Islami 185030111
Definta Yudistira 185030118

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Teori dan
Praktik Pembelajaran Menulis.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata
kuliah Teori dan Praktik Pembelajaran Menulis, yang telah memberikan banyak
arahan dalam terciptanya makalah ini. Rasa terima kasih juga kami sampaikan
kepada rekan-rekan yang telah memberi semangat dan bantuan yang berguna.

Dengan adanya makalah ini, penulis berharap dapat membantu


mahasiswa-mahasiswa lain dalam belajar. Terutama dalam pemahaman terhadap
Menulis Prosa Persuasi. Oleh karena itu, kritik dan saran kami terima dengan
senang hati guna penyempurnaan makalah yang telah kami susun ini. Akhir kata,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah
wawasan kita. Aamiin.

Bandung, 29 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Keterampilan berbahasa terdiri atas empat aspek, yaitu menyimak,
berbicara, membaca dan menulis. Menulis merupakan kegiatan kebahasaan yang
memegang peranan penting dalam dinamika peradaban manusia. Dengan menulis
orang dapat melakukan komunikasi, mengemukakan gagasan baik dari dalam
maupun dari luar dirinya, dan mampu memperkaya pengalamannya. Melalui
kegiatan menulis pula orang dapat mengambil manfaat bagi perkembangan
dirinya.

Salah satunya adalah dengan menulis prosa persuasi. Menulis persuasi


merupakan hal yang sangat penting bagi siswa karena sarana untuk
mengungkapkan ide, gagasan dan keinginan. Namun kenyataannya yang terjadi
pada saat observasi dan wawancara justru siswa kesulitan mengungkapkan ide,
gagasan, keinginan serta dalam mengembangkan bahasa yang tepat untuk
meyakinkan orang lain, hal ini karena siswa kurang dikenalkan dengan jenis
karangan persuasi dan guru kurang memanfaatkan media yang tepat dalam
pembelajaran.

Dalam pembahasan kali ini, kami akan membahas serta mengulas materi
mengenai Menulis Prosa Persuasi. Seperti bagaimana langkah-langkah dalam
menulis prosa persuasi, bahasa yang baik dalam teks persuasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertia dari persuasi?

2. Apa perbedaan argumentasi dengan persuasi?

3. Bagaimana retorika dalam persuasi?


4. Bagaimana dasa-dasar persuasi yang harus dipenuhi untuk mengadakan
persuasi?

5. Apa saja ciri-ciri dari persuasi?

6. Bagaimana teknik-teknik dalam persuasi yang harus digunakan untuk


mengadakan persuasi?

7. bagaimana langkah-langkah dalam menulis paragraf persuasi?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu pengertian dari persuasi.

2. Untuk mengetahui apa saja perbedaan persuasi dengan argumentasi.

3. Untuk mengetahui bagaimana retorika dalam persuasi.

4. Untuk memahami Bagaimana dasa-dasar persuasi yang harus dipenuhi


untuk mengadakan persuasi.

5. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri persuasi?

6. Untuk memahami bagaimana teknik-teknik dalam persuasi yang harus


digunakan untuk mengadakan persuasi.

7. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah dalam menulis paragraf


persuasi.

1.4 Manfaat

1. Mengetahui apa pengertian dari persuasi.

2. Mengetahui apa saja perbedaan argumentasi dengan persuasi.

3. mengetahui retorika dalam persuasi.

4. memahami dasar-dasar persuasi yang harus dipenuji untuk mengadakan


persuasi.

5. mengetahui ciri-ciri persuasi.


6. memahami teknik-teknik dalam persuasi yang harus digunakan untuk
mengadakan persuasi.

7. mengetahui bagaimana langkah-langkah dalam menulis paragraf persuasi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Persuasi

Persuasi adalah sutau seni verbal yang bertujuan untuk meyakinkan


seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki pembicara pada waktu ini
atau pada waktu yang akan datang. Karena tujuan terakhir adalah agar pembaca
atau pendengar melakukan sesuatu, maka persuasi dapat dimasukan pula dalam
cara-cara utuk mengambil keputusan. Mereka yang menerima persuasi harus
mendapat keyakinan, bahwa keputusan yang diambilnya merupakan keputusan
yang diambilnya merupakan keputusan yang benar dan bijaksana dan dilakukan
tanpa paksaan.

Persuasi tidak mengambil bentuk paksaan atau kekerasan terhadap orang


yang dapat menerima persuasi. Oleh seba itu, ia memerlukan juga upaya-upaya
tertentu untuk merangsang orang mengambil keputusan sesuai dengan
keinginanya. Upaya yang biasa digunakan adalah menyodorkan buki-bukti,
walaupun tidak setegas seperti yang dilakukan dalam argumentasi. Bentuk-bentuk
persuasi yang dikenal umum adalah : propaganda yang dilakukan oleh golongan-
golongan atau badan-badan tertentu, iklan-iklan dalam surat kabar, majalah atau
media massa lainya, selebaran-selebaran, kampanye lisan, dan sebgainya. Semua
bentuk persuasi tersebut biasanya menggunakan pendekatan emotif, yaitu
berusaha membangkitkan dan merangsang emosi para hadirin. Dalam propaganda
terdapat lebih banyak usaha untuk membangitkan dan merangsang emosi,
misalnya rasa kebencian bila menyangkut ideologi atau rasa heroisme untuk
melawan atau menyokong suatu kelompok, dan sebaginya.
Untuk menyakinkan hadirin mengenai apa yang dipersuasikan, pembicara
atau penulis harus penimbulkan kepercayaan pada para hadirin atau pembac.
Kepercayaan merupakan unsur utama dalam persuasi. Walaupun kepercayaan
merupakan landasan utama persuasi, tindakan persuasi itu sendiri tidak harus
diarahkan kepada kepercayaan, tetapi dapat juga diarahkan kepada jangkauan
yang lebih jauh, yaitu agar yang diajak bicara dapat melakukan sesuatu.

Seorang kawan yang ingin meminjamkan catatan perkuliahan kita,


berusaha meyakinkan kita agar dapat meminjamkan catatan itu, dan berjanji
dengan sungguh-sungguh akan mengembalikanya dalam satu atau dua hari.
Walaupun kita mengetahui bahwa kawan itu tidak dapat dipercaya, tetapi akibat
persuasi yang dilakukanya akhirnya kita memberikan apa yang dimintanya.
Ketika ditangkap polisi karena melakukan pelanggran lalu lintas, polisi
mengenakan tilang pada kita; namun kita berusaha meyakinkan polisi bahwa
pelanggaran itu tidak sengaja dilakukan, karena kita belum pernah lewat ditempat
itu. Polisi akhirnya percaya akan keterangan kita dan tidak jadi mengenakan
tilang. Kita dibebaskan karena usaha persuasif yang telah kita lakukan.

Sebab itu, persuasi bertolak dari pendirian bahwa pikiran manusia dapat
diubah. Persuasi selalu bertujuan untuk mengubah pikiran orang lain; ia berusaha
agar orang lain dapat menerima dan melakukan sesuatu yang kita inginkan. Untuk
menerima dan melaukan sesuatu yang kita inginkan, perlu diciptakan suatu dasar,
yaitu dasar kepercayan. Persuasi itu sendiri adalah suatu usaha untuk menciptakan
kesesuaian atau kesepakatan melalui kepercayaan. Orang yang menerima persuasi
akan turut puas dan gembira, karena tidak merasa bahwa ia mnerima keputusan itu
berdasarkan ancaman.

2.2 Perbedaan Argumentasi Dengan Persuasif

Seringkali sulit dibedakan antara tulisan persuasi dan tulisan argumentasi


(Keraf, 2007: 119) menyatakan bahwa persuasi bertolak dari kepercayaan
terhadap orang yang diajak berbicara dan sebaliknya, maka terdapatlah perbedaan
antara argumentasi dan persuasi, sehingga orang beranggapan bahwa persuasi
merupakan sinonim atau istilahnya mempunyai makna yang sama dengan
argumentasi. Namun bagaimanapun juga antara kedua istilah tersebut terdapat
perbedaan yang jelas yaitu, sebagai berikut.

a) Ciri khas argumentasi adalah usaha untuk membuktikan suatu kebenaran


sebagaimana digariskan dalam proses penalaran menulis, argumentasi juga
sebagai proses untuk mencapai suatu kesimpulan, sebaliknya persuasif adalah
keahlian untuk mencapai suatu persetujuan atas kesesuaian kehendak penulis
dan suatu proses untuk meyakinkan orang lain supaya orang lain itu
menerima apa yang dinginkan penulis jadi jelas argumentasi sekedar
membuktikan kepada pembaca, sementara persuasif dengan sengaja
membujuk pembacanya (sering juga disertai fakta-fakta).
b) Sasaran proses berpikir dalam argumentasi adalah kebenaran mengenai
subjek yang diargumentasikan, sedangkan persuasi adalah pembaca, yaitu
usaha bagaiman merebut kesepakatan dari para pembaca tentang suatu hal,
maka persuasif memerlukan analisis yang cermat mengenai siapa sasaran
tulisannya dengan seluruh situasi yang ada, sedangkan argumentasi
memerlukan analisis yang cermat mengenai faktor-faktor yang ada untuk
membuktikan kebenaran itu. Argumentasi mensyaratkan berfokus pada apa
yang dibicarakan itu memang benar tanpa melihat siapa pembacanya,
sementara persuasif melihat sipa saja pembacanaya (latar belakang
kehidupannya, kebiasaan sehari-harinya, kepercayaan) agar bisa
mempengaruhi pembaca secara lebih baik.
c) Menyangkut jumlah fakta yang digunakan dalam argumentasi semakin
banyak fakta semakin kuat pula kebenarannya yang dipertahankan,
sebaliknya dalam persuasif fakta dipergunakan seperlunya bila sudah merasa
cukup tidak perlu mengemukakan fakta lain (Nurudin, 2007: 84).

2.3 Retorika Dalam Persuasi

Retorika adalah sebuah teknik pembujuk –rayuan secara persuasi untuk


menghasilkan bujukan dengan melalui karakter pembicara ,emosional atau
argumen. Awalnya Aristoteles mencetuskan dalam sebuah dialog sebelum the
rhetoric dengan judul ‘ Grullos ‘ atau Plato menulis dalam gorgias , secara umum
ialah seni manipulative atau teknik persuasi politik bersifat transaksional dengan
menggunakan lambing untuk mengindentifikasi dengan pendengar melalui
pidato , persuader (orang yang mempersuasi) dan yang dipersuasi saling bekerja
sama dalam merumuskan nilai, kepercayaan dan pengharapan mereka . ini yang
dikatakan Kanneth Burke (1969) sebagai konsubtansilitas dengan penggunaan
media oral atau tertulis , bagaimanapun , definisi dari retorika telah berkembang
jauh sejak retorika naik sebagai bahan studi di universitas. Dengan ini, ada
perbedaan antara retorika klasik ( dengan definisi yang sudah disebutkan di atas )
dan praktik kontemporer dari retorika yang termasuk analisis atas teks tertulis dan
visual

2.4 Dasar-dasar Persuasi

Dalam bukunya Rhetorica, Aristoteles mengajukan tiga syarat yang ahrus


dipenuhi untuk mengadakan persuasi. Pertama, watak dan kredibilitas pembicara,
kedua, kemampuan pembicara mengendalikan emosi para hadirin, dan ketiga,
bukti-bukti atau fakta-fakta yang diperlukan untuk membuktikan suatu kebenaran.
a. Watak dan Kredibilitas
Watak dan kredibilitas dalam pergaulan antar manusia, karakter atau
watak merupa-kan salah satu faktor yang selalu harus diperhitungkan. Persuasi
akan berlangsung sesuai dengan harapan pembicara, bila para hadirin telah
mengenal pembicara sebagai orang yang berwatak baik. Orang yang akan
mengadakan persuasi harus memiliki kualitas yang baik dan terpercaya,
memiliki kemampuan berpikir secara teratur, selalu memperlihatkan simpati,
memperlihatkan sikap mempercayai orang lain, dan sebagainya.
Singkatnya, orang yang akan mengadakan persuasi harus memiliki
kualitas yang baik dan terpercaya dalam segala hal: memiliki watak yang baik
dan terpercaya, memiliki kemampuan berpikir secara teratur, selalu
memperlihatkan simpati, memperlihatkan sikap mempercayai orang lain, dan
sebagainya.
b. Kemampuan Mengendalikan Emosi
Syarat kedua, sebagai telah disebutkan di atas, adalah kemampuan
berbicara untuk mengendalikan emosi para hadirin. Pengertian mengendalikan
emosi disini harus diartikan baik se-bagai kesanggupan pembicara untuk
mengobarkan emosi dan sentimen hadirin, mau-pun kesanggupan untuk
memadamkan emosi dan sentimen itu bila perlu.
c. Bukti-bukti
Syarat ketiga yang harus dipenuhi agar pembicara dapat berhasil dalam
persuasi adalah kesanggupan untuk menyodorkan bukti-bukti (evidensi)
mengenai suatu kebenaran. Di atas telah disinggung, bahwa baik argumentasi
maupun persuasi sama-sama menggunakan logika. Perbedaan terletak dalam
kadar argumenya. Argumentasi menggunakan evidensi semaksimal mungkin.
Persuasi yang dilakukan pembicara pun harus dapat diandalkan kebenaranya,
dan tidak terlalu abstrak sifatnya bagi para hadirin. Penggunaan sttistik yang
rumit mungkin kuat secara ilmiah (argumentatif), tetapi tidak akan menarik
perhatian para hadirin dilihat dari sudut persuasi. Dengan demikian tenaga
retoris dalam persuasi juga akan melemah.
Bila dikaitkan dengan syarat nomor dua di atas, maka dapat dikatakan
bahwa walaupun emosi merupakan unsur yang penting dalam persuasi, namun
fakta-fakta tetap merupakan faktor yang dapat menanamkan kepercayaan untuk
persuasi. Yang terpenting adalah bagaiman fakta yang sekadarnya itu
disodorkan dapat dijalin dengan faktor-faktor emosional, sehingga dapat
tercapai maksud pembicara.

2.5 Ciri-ciri Persuasif

1) Isinya mengandung fakta dan bukti sebagai faktor yang kuat dalam
mempengaruhi atau kalimat dengan ajakan/bujukan.

2) Tulisan yang memiliki tujuan untuk mendorong atau mempengaruhi pada


suatu hal.

3) Bahasa yang digunakan dibuat prpfokatif, menarik, dan antusias. Hal ini
dilakukan agar si pembaca dapat lebih yakin.

4) Membuat pembaca lebih percaya dengan penjelasan yang menarik.

5) Berupaya dapat menimbulkan suatu kesepakatan atau penyesuaian lewat


kepercayaan penulis dengan pembaca.

2.6 Teknik-teknik Persuasi


Masalah selanjutnya adalah teknik-teknik atau metode-metode mana
yang harus dipergunakan untuk mengadakan persuasi tersebut . Karena persuasi
juga mempergunakan fakta-fakta atau evidensi-evidensi sebagai dasar , maka
teknik-teknik atau metode-metode yang dipergunakan juga dalam persuasi .
Metode tersebut adalah definisi atau genus , sebab-akibat, keadaan atau
pertentangan , kesaksian dan autoritas ( supra : hlm 108-115 ) .
Namun sebagi dikemukankan di atas , walaupun argumentasi dan
persuasi mempergunakan alat dan cara yang sama , keduanya berbeda dalam
kadar penggunaan fakta dalam teknik-teknik tersebut , dalam tujuannya ,
motivasi,dan situasi yang dimasukinya. Sebab itu , di samping metode –metode
yang sama dengan argumentasi sebagai disebutkan tadi , persuasi secara khusus
mempergunakan beberapa metode lain seperti halnya pada eksposisi . Metode-
metode yang bisa dipergunakan adalah :
1. Rasionalisasi : proses penggunaan akal untuk memberiksn dasar pembenaran
terhadap suatu persoalan yang berfungsi untuk memudahkan agar
keinginan,sikap,keputusan atau tindakan yang telah disampaikan oleh penulis
dapat dibenarkan pula oleh pembaca atau pendengar.
2. Indentifikasi : proses menyamakan diri penulis dengan pembaca . kita bisa
melihat bagaimana usaha memenangkan pemilihan umum , para calon wakil
rakyat berusaha mengindentifikasikan dirinya dengan rakyat yang benar-benar
memperhatikan lingkungannya.
3. Sugesti : usaha membujuk orang lain menerimakeyakinan dengan bertindak
sebagai orang yang lebih tahu ,berwibawa,yang disertai dengan pembicaraan
berupa ancaman atau janji kebahagaiaan.
4. Konformitas : suatu keinginan atau suatu tindakan untuk membuat diri serupa
dengan sesuatu hal yang lain.
5. Kompensasi : tindakan atau hasil dari usaha untuk mencari pengganti bagi
sesuatu hal yang tak dapat diterima.
6. Penggantian : suatu proses yang berusaha menggantikan suatu maksud dengan
suatu maksud yang lain yang sekaligus menggantikan emosi kebenaran asli serta
emosi cinta kasih asli. Dalam hal ini penulis berusaha meyakinkan pembaca
untuk mengalihkan suatu objek atau tujuan tertentu kepada suatu tujuan lain.
7. Proyeksi : suatu teknik untuk menjadikan sesuatu yang tadinya subjek menjadi
objek . sebagai contoh , sesuatu sifat yang dimiliki seseorang tetapi dilontarkan
sebagai sifat dan watak orang lain .

2.7 Langkah-langkah Menulis Paragraf Persuasif


Suparno dan Yunus (Dalman, 2015:150), menjelaskan ada beberapa
langkah atau cara menyusun persuasi adalah sebagai berikut.
a. Menentukan tema atau topik karangan.
b. Menentukan tujuan yang mendasar peristiwa atau masalah yang diceritakan.
c. Mengumpulkan data yang mendukung keseluruhan cerita dapat diperoleh dari
pengalaman atau pengamatan.
d. Membuat kerangka karangan, kerangka karangan dapat disusun berdasrkan
urutan peristiwa waktu, atau sebab akibat.
e. Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan yang menarik.
f. Membuat judul karangan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Persuasi adalah sutau seni verbal yang bertujuan untuk meyakinkan
seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki pembicara pada waktu ini
atau pada waktu yang akan datang. Karena tujuan terakhir adalah agar pembaca
atau pendengar melakukan sesuatu, maka persuasi dapat dimasukan pula dalam
cara-cara utuk mengambil keputusan.

3.2 Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya


penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah yang
penulis susun dengan mencari melalui kajian pustaka yang berasal dari berbagai
sumber yang dapat membuka wawasan kita terhadap permasalahan yang dikaji.
Semoga kedepannya penulis bisa lebih baik lagi dalam segi penyusunan makalah
terutama dalam mengakaji ihwal Prosa Persuasi.
DAFTAR PUSTAKA

Gorys Keraf. (1985). Argumentasi dan Narasi. Gramedia.

Ambarwati, Dewi. (2011). Peningkatan Keterampilan Menulis Persuasi Dengan


Media Iklan Advertorial Pada Siswa Kelas X SMA Negri 1 Prembun. Skripsi.
FBS. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas Negeri Yogyakarta.

S. Surotim. (2016). Kemampuan Menulis Paragraf Persuasif siswa SMA Kelas X


di kecamatan Subas Kabupaten Sambas. Skripsi. FKIP. Pendidikan Bahasa
Indonesia. Universitas Tanjungpura.

Anda mungkin juga menyukai