Anda di halaman 1dari 93

BAB I  KONSEP DASAR EVALUASI PEMBELAJARAN

2.1 Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran

1. Pengertian Evaluasi Pembelajaran

Istilah evaluasi pembelajaran sering disamaartikan dengan ujian. Meskipun saling


berkaitan, akan tetapi tidak mencakup keseluruhan Pengukuran (measurement) adalah
suatu proses untuk menentukan kuantitas daripada sesuatu. Sesuatu itu bisa berarti
peserta didik, starategi pembelajaran, sarana prasana sekolah dan sebagainya. Untuk
melakukan pengukuran tentu dibutuhkan alat ukur. Dalam bidang pendidikan,
psikologi, maupun variabel-variabel sosial lainnya, kegiatan pengukuran biasanya
menggunakan tes sebagai alat ukur.

Sedangkan menurut Arifin dalam Arsul (2013, hlm. 35),


penilaian(assesment)adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan
berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar
peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan
pertimbangan tertentu. Jika dilihat dalam konteks yang lebih luas, keputusan tersebut
dapat menyangkut keputusan tentang peserta didik (seperti nilai yang akan diberikan),
keputusan tentang kurikulum dan program atau juga keputusan tentang kebijakan
pendidikan.

Lain halnya menurut Guba dan Lincoln dalam Asrul (1985, hlm. 35), misalnya,
mengemukakan definisi evaluasi sebagai“a process for describing an evaluand and
judging its merit and worth”. Sedangkan menurut Gilbert Sax dalam Asrul (1980,
hlm. 18) berpendapat bahwa “evaluation is a process through which a value
judgement or decision is made from a variety of observations and from the
background and training of the evaluator”.

Dalam KBBI V (2020), evaluasi (n) adalah penilaian. Evalusasi adalah


pengumpulan dan pengamatan dari berbagai macam bukti untuk mengukur dampak

1
dan efektifitas dari suatu objek, program, atau proses berkaitan dengan spesifikasi dan
persyaratan pengguna yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dalam KBBI V (2020), pembelajaran (n) adalah proses, cara, perbuatan


menjadikan belajar.

2. Ciri-ciri Evaluasi dalam Pendidikan

Menurut Suharsimi dalam Asrul (2002, hlm. 11), berpendapat ada lima ciri
evaluasi dalam pendidikan sebagaimana diungkapkan yaitu: Ciri pertama, penilaian
dilakukan secara tidak langsung. Sebagai contoh mengetahui tingkat inteligen
seorang anak, akan mengukur kepandaian melalui ukuran kemampuan menyelesaikan
soal-soal.

Dengan acuan bahwa tanda-tanda anak yang inteligen adalah anak yang
mempunyai:

a. Kemampuan untuk bekerja dengan bilangan;


b. Kemampuan untuk menggunakan bahasa yang baik;
c. Kemampuan untuk menanggap sesuatu yang baru (cepat mengikuti
pembicaraan orang lain);
d. Kemampuan untuk mengingat-ingat;
e. Kemampuan untuk memahami hubungan (termasuk menangkap kelucuan).
f. Kemampuan untuk berfantasi.

Ciri kedua dari penilaian pendidikan yaitu penggunaan ukuran kuantitatif.


Penilaian pendidikan bersifat kuantitatif artinya menggunakan symbol bilangan
sebagai hasil pertama pengukuran. Setelah itu lalu diinterpretasikan ke bentuk
kualitatif. Contoh : Dari hasil pengukuran, Tika mempunyai IQ 125, sedangkan
IQ Tini 105. Dengan demikian maka Tika dapat digolongkan sebagai anak yang
pandai, sedangkan Tini anak yang normal.

2
Ciri ketiga dari penilaian pendidikan, yaitu bahwa penilaian pendidikan
menggunakan, unit-unit untuk satuan-satuan yang tetap karena IQ 105 termasuk
anak normal.

Ciri kempat dari penilaian pendidikan adalah bersifat relatif artinya tidak sama
atau tidak selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain. Contoh: hasil ulangan
yang diperoleh Mianti hari Senin adalah 80. Hasil hari Selasa 90. Tetapi hasil
ulangan dari Sabtu hanya 50. Ketidak tetapan hasil penilaian ini disebabkan
karena banyak faktor. Mungkin pada hari Sabtu Mianti sedang risau hatinya
menghadapi malam Minggu sore harinya.

Ciri kelima dalam penilaian pendidikan adalah bahwa dalam penilaian


pendidikan itu sering terjadi kesalahan-kesalahan. Adapun sumber kesalahan
dapat ditinjau dari berbagai faktor yaitu :

3. Tujuan Dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran

Secara umum tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan


dan efisiensi sistem pembelajaran secara luas. Sistem pembelajaran dimaksud
meliputi: tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan maupun sistem
penilaian itu sendiri. Selain itu, evaluasi pembelajaran juga ditujukan untuk menilai
efektifitas strategi pembelajaran, menilai dan meningkatkan efektifitas program
kurikulum, menilai dan meningkatkan efektifitas pembelajaran, membantu belajar
peserta didik, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan peserta didik, serta untuk
menyediakan data yang membantu dalam membuat keputusan.

Chittenden (1994) secara simpel mengklasifikasikan tujuan penilaian (assessment


purpose) adalah untuk (1). keeping track, (2). checkingup, (3). finding-out, and (4).
summing-up. Keempat tujuan tersebut oleh Arifin dalam Asrul (2013, hlm. 15)
diuraikan sebagai bertikut:

1. Keeping track, yaitu untuk menelusuri dan melacak proses belajar peserta didik
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah ditetapkan. Untuk itu,

3
guru harus mengumpulkan data dan informasi dalam kurun waktu tertentu melalui
berbagai jenis dan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran tentang pencapaian
kemajuan belajar peserta didik.

2. Checking-up, yaitu untuk mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik dalam


proses pembelajaran dan kekurangan-kekurangan peserta didik selama mengikuti
proses pembelajaran. Dengan kata lain, guru perlu melakukan penilaian untuk
mengetahui bagian mana dari materi yang sudah dikuasai peserta didik dan bagian
mana dari materi yang belum dikuasai.

3. Finding-out, yaitu untuk mencari, menemukan dan mendeteksi kekurangan


kesalahan atau kelemahan peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga guru
dapat dengan cepat mencari alternatif solusinya.

4. Summing-up, yaitu untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta didik


terhadap kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil penyimpulan ini dapat digunakan
guru untuk menyusun laporan kemajuan belajar ke berbagai pihak yang
berkepentingan.

Dengan mengetahui makna penilaian ditinjau dari berbagai segi dalam sistem
pendidikan, maka dengan cara lain dapat dikatakan bahwa tujuan atau fungsi
penilaian ada beberapa hal:

1. Penilaian berfungsi selektif. Dengan cara mengadakan penilaian guru mempunyai


cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap peserta didiknya. Penilaian itu
sendiri mempunyai beberapa tujuan, antar lain :

2. Penilaian berfungsi diagnotik. Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup
memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui
kelemahan peserta didik. Disamping itu diketahui pula sebab-sebab kelemahan itu.
Jadi dengan mengadakan penilaian, sebenarnya guru mengadakan diagnosa kepada
peserta didik tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahui sebab-sebab
kelemahan ini, maka akan lebih mudah dicari untuk cara mengatasinya.

4
3. Penilaian berfungsi sebagai penempatan. Sistem baru yang kini banyak
dipopulerkan di negara Barat, adalah sistem belajar sendiri. Belajar sendiri dapat
dilakukan dengan cara mempelajari sebuah paket belajar, baik itu berbentuk modul
maupun paket belajar yang lain. Sebagai alasan dari timbulnya sistem ini adalah
adanya pengakuan yang besar terhadap kemampuan individual. Setiap peserta didik
sejak lahirnya telah membawa bakat sendiri sendiri sehingga pelajaran akan lebih
efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Akan tetapi disebabkan
karena keterbatasan sarana dan tenaga, pendidikan, yang bersifat individual kadang-
kadang sukar sekali dilaksanakan. Pendidikan yang bersifat malayani perbedaan
kemampuan, adalah pengajaran secara kelompok.

2.2 Langkah-Langkah Evaluasi Pembelajaran

Pada hakikatnya evaluasi adalah sebuah proses. Oleh karena itu pelaksanaan
evaluasi pembelajaran meliputi beberapa tahap. Secara umum tahapan evaluasi
pembelajaran terdiri atas 4 tahap, yaitu (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, (3)
tahap pengolahan hasil, dan (4) tahap tindak lanjut. Berikut ini penjelasan singkat
tentang keempat tahap evaluasi pembelajaran tersebut.

1. Tahap Persiapan

Menurut Damaianti dalam Nuny (2007, hlm. 8) mengatakan tahap ini disebut juga
tahap perencanaan dan perumusan kriterium. Langkahnya meliputi:

(a) perumusan tujuan evaluasi;

(b) penetapan aspek-aspek yang akan dievaluasi;

(c) menetapkan metode dan bentuk evaluasi (tes/nontes);

(d) merencanakan waktu evaluasi;

(e) melakukan uji coba (untuk tes) agar dapat mengukur validitas dan reliabilitasnya.
Untuk evaluasi yang menggunakan tes, hasil dari tahap ini adalah kisi-kisi soal dan

5
seperangkat alat tes: soal, lembar jawaban (untuk tes tulis), kunci jawaban, dan
pedoman penilaian.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan atau disebut juga dengan tahap pengukuran dan pengumpulan
data adalah tahap untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan objek evaluasi
(siswa) dengan menggunakan teknik tes atau nontes. Bila menggunakan teknik tes,
soal yang digunakan sebaiknya sudah teruji validitas dan reliabilitasnya. Tes yang
digunakan dapat berbentuk tes tulis, lisan, atau praktik.

3. Tahap Pengolahan

Hasil Tahap pengolahan hasil adalah tahap pemeriksaan hasil evaluasi dengan
memberikan skor. Skor yang diperoleh siswa selanjutnya diubah menjadi nilai. Pada
tes tulis pemeriksaan hasil dilakukan setelah tes selesai, sedangkan pada tes lisan dan
praktik, pemberian nilai dilakukan bersamaan dengan waktu pelasanaan tes tersebut.

4. Tahap Tindak Lanjut

Tahap tindak lanjut atau disebut juga tahap penafsiran adalah tahap untuk mengambil
keputusan berdasarkan nilai yang dihasilkan pada tahap pengolahan hasil, misalnya:
a. memperbaiki proses belajar mengajar b. memperbaiki kesulitan belajar siswa c.
memperbaiki alat evaluasi d. membuat laporan evaluasi (rapor ).

2.3 Ragam Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dapat dilakukan melalui tes
maupun nontes.

1. Tes

Berdasarkan pelaksanaannya, tes yang dapat dilaksanakan dalam pembelajaran


bahasa dan sastra Indonesia adalah tes tulis, tes lisan, dan tes praktik/ perbuatan.
Berdasarkan kompetensi berbahasa, tes dapat dibedakan menjadi tes kompetensi

6
kebahasaan, keterampilan berbahasa, dan kesastraan. Berikut ini contoh ragam
soalnya.

2. Penilaian Performansi

Penilaian performansi dikenal juga dengan sebutan penilaian unjuk kerja atau
perbuatan. Penilaian ini dilaksanakan pada saat atau setelah siswa melakukan
kegiatan pembelajaran. Penilaian performansi meminta siswa untuk
mendemonstrasikan kemampuannya berkomunikasi dalam berbagai konteks secara

langsung. Pengukurannya dapat menggunakan lembar pengamatan (observasi) yang


berupa format daftar cek, skala rating, atau kotak isian yang terbagi atas kategori
perilaku. Tingkat performansi dirinci untuk setiap kategori. Misalnya, guru dapat
mengisi daftar dengan satu tanda centang (√ ) untuk performansi yang paling rendah,
dua centang (√√ ) untuk menengah, dan tiga centang (√√√) untuk tingkat tinggi.

3. Penilaian Proyek

Proyek adalah tugas yang harus diselesaikan dalam kurun waktu tertentu. Tugas
tersebut berupa investigasi dari pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian,
hingga penyajian data. Pada praktik di kelas, guru dapat menekankan penilaian
proyek pada prosesnya dan menggunakannya sebagai sarana untuk mengembangkan
dan memonitor keterampilan siswa dalam merencanakan, menyelidiki, dan
menganalisis proyek. Siswa dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan pada
suatu topik, membuat pertanyaan, dan menyelidiki topik tersebut melalui bacaan,
wisata, dan wawancara.

4. Penilaian Portofolio

Portofolio adalah kumpulan hasil kerja siswa yang menggambarkan hasil kerja,
pemikiran, minat, usaha, dan citacita siswa dalam bidang tertentu. Portofolio
membantu siswa melihat kembali pikiran, perasaan, hasil kerja, dan perkembangan
dalam kurun waktu tertentu (Harsiati, 2003: 2).

7
2.4 Konsep Dasar Penilaian

1. Pengertian Penilaian

Penilaian adalah proses kegiatan untuk mengetahui apakah suatu program yang
telah ditetapkan sebelumnya berhasil dengan baik atau tidak. Untuk mengetahui
informasi tentang penilaian tersebut digunakan pengukuran. Pengukuran adalah
kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan suatu kriteria atau ukuran.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan instrumen tes maupun nontes. Tes
adalah penyajian seperangkat pertanyaan atau tugas untuk dijawab atau dikerjakan.
Untuk mengetahui hasil tes tersebut, diadakan ujian. Ujian adalah cara penilaian yang
dirancang dan dilaksanakan pada waktu dan tempat tertentu pula.

Evaluasi meliputi mengukurdan menilai. Evaluasi bukan hanya memberi angka


dan menilai berhasil tidaknya sesuatu program, melainkan juga digunakan untuk
membuat keputusan berdasarkan hasil-hasil penilaian, sebab-sebab ketidakberhasilan,
tindak lanjut dan solusi pemecahannya. Jadi, evaluasi (assessment) adalah penerapan
berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi
tentang pencapaian hasil belajar. Proses pemberian angka atau usaha memperoleh
deskripsi dari suatu tingkat karakteristik tertentu pada seseorang itulah yang
dinamakan measurement.

Jadi, penilaian pendidikan adalah proses untuk menentukan kemajuan pendidikan


dan usaha memperoleh umpan balik dari penyempurnaan pendidikan. Penilaian
merupakan proses mengumpulkan informasi melalui pengukuran, menafsirkan,
mendeskripsikan, dan menginterpretasi bukti-bukti hasil pengukuran. Penilaian
merupakan proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dan dalam hal
apa, bagaimana ketercapaian tujuan pendidikan, apa dan bagaimana yang belum
tercapai dan apa sebabnya, serta apa tindak lanjutnya.

8
2. Dasar-Dasar Penilaian Pendidikan

Sesuai dengan pengertian penilaian di atas, maka dalam pelaksanaannya,


penilaian harus mempunyai dasar kuat dan tujuan yang jelas.

Slameto (1999: 8-9) menguraikan dasar yang dimaksud adalah prinsip ilmiah yang
melandasi penyusunan dan pelaksanaan penilaian yang mencakup tujuh konsep
berikut ini :

a. Filsafat

Masalah-masalah yang merupakan dasar dalam pendekatan system dalam penilaian


adalah : (a) apakah penilaian itu, (b) mengapa penilaian perlu diberikan, dan (c)
bagaimana cara memberikannya, dan sebagainya.

b. Psikologi

Dalam penilaian haruslah mempertimbangkan dasar-dasar psikologinya yaitu


mempertimbangkan: (a) tingkat kesukaran bahan dengan tingkat perkembangan
siswa, (b) tingkat kemampuan yang dimiliki siswa yang bersangkutan, dan (c) teori-
teori yang dianut dalam pendidikan/pengajaran.

c. Komunikasi

Komunikasi artinya penilaian dilaksanakan secara langsung atau tidak langsung


kepada siswa.

d. Kurikulum

Isi penilaian harus sesuai dengan materi yang diajarkan seperti tercantum di dalam
kurikulum yang telah ada dan dilaksanakan.

e. Manajemen

Evaluasi perlu diorganisasikan pelaksanaannya, apakah secara individual atau


kelompok dan bagaimana pengelolaannya.

9
f. Sosiologi-Antropologi

Penilaian harus sesuai dan berguna dalam masyarakat/kebudayaan, untuk mencapai


suatu kemajuan.

g. Evaluasi

Dalam evaluasi sering menggunakan prosedur, jenis dan diambil keputusan yang
bertanggung jawab.

3. Fungsi Penilaian

Arikunto (1991: 10-11) mengemukakan bahwa fungsi penilaian adalah:

a. Penilaian Berfungsi Selektif

Dengan cara mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi
atau penelitian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai berbagai tujuan,
antara lain : (a) untuk memilih siswa yang dapatditerima di sekolah tertentu, (b) untuk
memilih siswa yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya, (c) untuk memilih siswa
yang seharusnya mendapat beasiswa, dan (d) Untuk memilih siswa yang sudah
berhak meninggalkan sekolah dan sebagainya.

b. Penilaian Berfungsi Diagnostik

Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan, maka
dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Di samping itu,
diketahui pula sebab-sebab kelemahan itu. Jadi, dengan mengadakan penilaian,
sebenarnya guru mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan
kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini, akan lebih mudah
dicari untuk mengatasinya.

c. Penilaian Berfungsi sebagai Penempatan

Pendekatan yang lebih bersifat melayani pembedaan kemampuan, adalah secara


kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang siswa

10
harus ditempatkan, digunakan suatu penilaian. Sekelompok siswa yang mempunyai
hasil penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.

d. .Penilaian Berfungsi sebagai Pengukur Keberhasilan

Fungsi keempat dari penilaian ini dimaksud untuk mengetahui sejauh mana suatu
program berhasil diterapkan. Telah disinggung pada bagian sebelumnya, keberhasilan
program ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor guru, metode mengajar,
kurikulum, sarana, dan sistem administrasi.

4. Ciri-ciri Penilaian dalam Pendidikan

Ciri-ciri penilaian dalam pendidikanmenurut, Arikunto, (1999: 1-18) adalah sebagai


berikut.

a. Penilaian pendidikan yaitu penilaian dilakukan secara tidak langsung.

Dalam contoh ini, mengukur kepandaian melalui ukuran kemampuan siswa


menyelesaikan soal-soal. Dalam kenyataannya ada orang yang memilikikemampuan
umum rata-rata tertinggi, rata-rata rendah, dan ada yang memiliki kemampuan khusus
tertinggi. Misalnya, kemampuan rata-rata rendah, tetapi kemampuan berfantasi tinggi
dan menjadi seniman ulung.

b. Penilaian pendidikan yaitu penggunaan ukuran kuantitatif.

Penilaian pendidikan bersifat kuantitatif artinya menggunakan simbol bilangan


sebagai hasil pertama pengukuran. Setelah itu lalu diinterpretasikan ke bentuk
kualitatif.

c. Penilaian pendidikan, yaitu bahwa penilaian pendidikan menggunakan,unit-


unit atau satuan-satuan yang tetap karena IQ 105 termasuk anak normal.

Anak lain yang berhasil pengukuran IQ-nya 80, menurut unit ukuran termasuk anak
dungu.

d. Penilaian pendidikan adalah bersifat relative

11
Artinya tidak sama atau tidak selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain.

e. Penilaian pendidikan adalah bahwa dalam penilaian pendidikan itu sering


terjadi kesalahan-kesalahan.

Adapun sumber kesalahan dapat ditinjau dari berbagai faktor, yaitu: (a) terletak pada
alat ukurnya, (b) terletak pada orang yang melakukan penilaian, (c) terletak pada anak
yang dinilai, dan (d) terletak pada situasi di mana penilaian berlangsung.

5. Syarat-syarat Penilaian

Amat sulit menemukan syarat-syarat yang memuaskan kebutuhan dari tujuan


penilaian. Mengingat demikian pentingnya peranan/fungsi penilaian, makaSlameto,
(1999: 19-21) mengemukakan delapan syarat penilaian.

a. Sahih (valid)

Penilaian dikatakan valid apabila mengukur apa yang sebenarnya diukur. Apabila
yang diukur adalah sikap, tetapi penilaian mengukur pengetahuan, maka penilaian
disebut tidak valid. Kesahihan penilaian tersebut dalam presentasi atau dalam derajat
tertentu dengan alat ukur tertentu.

b. Terandalkan (reliable)

Penilaian dikatakan terandalkan jika alat penilaian yang sama dilakukan terhadap
kelompok siswa yang sama beberapa kali dalam waktu atau situasi yang berbeda-
beda akan memberikan hasil yang sama.

c. Objektif

Penilaian dikatakan objektif jika tidak mendapat pengaruh subjektif dari pihak
penilai.

d. Seimbang

12
Keseimbangan ini meliputi keseimbangan bahan, keseimbangan kesukaran, dan
keseimbangan tujuan ( pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi).

e. Membedakan

Suatu penilaian harus dapat membedakan (discriminasible) prestasi individual di


antara sekelompok siswa, harus dapat membedakan siswa yang sangat berhasil,
cukup berhasil,gagal, dan sebagainya.

f. Norma

Penilaian yang baik, hasilnya harus mudah ditafsirkan. Hal ini menyangkut tentang
adanya ukuran atau norma tertentu untuk menafsirkan hasil penilaian dari setiap
siswa.

g. Fair

Penilaian yang fair mengemukakan persoalan-persoalan dengan wajar, tidak bersifat


jebakan, dan tidak mengandung kata-kata yang bersifat menjebak. Di samping itu
terdapat keadilan untuk setiap siswa yang dievaluasi.

h. Praktis

Baik ditinjau dari segi pembiayaan maupun dari segi pelaksanaannya penilaian harus
efisien dan mudah dilaksanakan.

2.5 Pendekatan Penilaian

Menentukan hasil penilaian (pengambilan keputusan atau judge-ment) dapat


dipergunakan tiga pendekatan sesuai dengan keperluannya, Slameto (1999, hlm. 21-
24) mengemukakan tiga pendekatan yang menentukan hasil evaluasi yaitu dengan: a)
ukuran mutlak, b) ukuran relatif, dan c) ukuran performance.

1. Penilaian dengan Ukuran Mutlak

13
Dalam pendekatan ini guru terlebih dahulu menentukan kriteria keberhasilan siswa
secara mutlak. Misalnya siswa dikatakan berhasil baik, apabila dia dapat mengerjakan
semua soal penilaian dengan benar, atau dapat diperhitungkan, berapa persen tingkat
keberhasilan siswa tersebut dibandingkan dengan jumlah nilai yang harus diperoleh
apabila dia dapat menjawab semua soal penilaian dengan benar. Persentase semacam
itu biasa disebut sebagai tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan bahan (mastery
level). Tingkat penguasaan ini kemudian dapat dijadikan cara pula untuk menentukan
nilai dalam skala tertentu, misalnya skala 0-10 , atau 0-100 dan sebagainya.

2. Penilaian dengan Ukuran Relatif

Dalam penilaian dengan pendekatan ini, kriteria keberhasilan tidak ditetapkan


sebelumnya, tetapi bergantung kepada keberhasilan umum dalam kelompok siswa
yang sedang dinilai. Jadi, keberhasilan ditentukan oleh gambaran umum dari
kelompok yang bersangkutan. Dengan kata lain, keberhasilan itu ditentukan oleh rata-
rata keberhasilan kelompok. Untuk menentukan keberhasilan tersebut, guru
melaksanakan penilaian terlebih dahulu, kemudian melihat atau menghitung rata-rata
yang diperoleh setiap anggota kelompok. Dengan demikian diketahui nilai kelompok
atau nilai rata-rata siswa dari nilai kelompok itu.

3. Penilaian dengan ukuran self performance

Pendekatan ini didasarkan pada performance siswa yang dilakukan sebelumnya,


misalnya jika seminggu yang lalu meloncat setinggi 1,60 meter dan sekarang dapat
meloncat setinggi 1,68 meter, ini merupakan kemajuan (keberhasilan) baginya, dan
dapat dinyatakan lulus. Guru mengambil keputusan lulus itu tanpa memperhatikan
ukuran mutlak setinggi berapa meter, juga tidak memperhatikan loncat rata-rata
kelompoknya. Yang diperhatikan guru adalah status siswa sebelum mengikuti
pengajaran, status siswa selama mengikuti pengajaran, dan status potensi siswa pada
masa yang akan datang.

14
2.6 Model-Model Penilaian Pembelajaran Bahasa dan Sastra

Model penilaian yang dimaksud adalah:

1. Penilaian Berbasis Kelas

Penilaian berbasis kelas merupakan salah satu pilar dalam pelaksanaan KTSP
yang berbasis kompetensi dan salah satu penilaian dalamkurikulum 2013. Penilaian
berbasis kelas adalah penilaian yang dilakukan oleh guru di kelas untuk mengetahui
kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan
umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran, dan penentuan kenaikan kelas.
Dari proses ini diperoleh profil kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah
kompetensi inti dan kompetensi dasar yang tercantum dalam kurikulum.

Umar dan Kaco (2008: 7-9) mengemukakan ciri-ciri penilaian berbasis kelas adalah:

a. Belajar Tuntas
b. Otentik,
c. Berkesinambungan,
d. Berdasarkan Acuan Kriteria/Patokan,
e. Menggunakan berbagai Cara dan Alat Penilaian

Penilaian berbasis kelas mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang


bervariasi dan menggunakan penilaian yang beragam: tertulis, lisan, produk,
portofolio, unjuk kerja, proyek, pengamatan, penilaian diri sendiri, dan penilaian
teman sejawat.

2. Tes Kemampuan Dasar

Tes kemampuan dasar adalah untuk mengetahui kompetensi dasar peserta didik
dalam membaca menulis, dan berhitung.

3. Tes Berbasis Sekolah

15
Tes berbasis sekolah adalah tes yang dilakukan pada akhir jenjang sekolah. Tes
ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara utuh dan menyeluruh tentang
pembelajaran peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Peserta yang mengikuti tes
sekolah ini diberikan ijazah atau sertifikat sebagai bukti keberhasilannya dalam
pembelajaran pada suatu jenjang tertentu.

4. Bencmarking

Bencmarking merupakan penilaian untuk mengukur kinerja yang sedang


berlangsung, proses, dan performance untuk menentukan tingkat keunggulan dan
keberhasilan. Ukuran keunggulan dapat dtentukan di tingkat sekolah, daerah, dan
nasional. Hasil penilaian tersebut dapat dipakai untuk melihat keberhasilan kurikulum
dan pendidikan secara keseluruhan, dan untuk melihat peringkat kelas, tetapi tidak
untuk memberikan nilai akhir peserta didik. Misalnya, benecmarking menentukan
klasifikasi kelas di suatu sekolah, mengukur sekolah di tingkat daerah dan nasional.

5. Asesmen Autentik

Asesmen atau penilaian yang digunakan untuk memberikan informasi tentang


kualitas program, sekolah, dan daerah yang menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan (Stecher et.al., 1977). Asesmen yang digunakan dalam dunia pendidikan
yakni mengacu kepada prosedur atau aktivitas yang didesain untuk mengumpulkan
informasi tentang pengetahuan, sikap, atau keterampilan seorang siswa atau
sekelompok siswa (Kellaghan dan Greaney, 2001:19).

Tujuan asesmen pada pendidikan, yakni: (a) untuk mengembangkan pembelajaran


dan pengajaran, (b) mensertifikasi kemampuan individu, dan (c) mengevaluasi
keberhasilan program (Stecher et al, 1997). Alasan lain dilakukan asesmen adalah
untuk: (1) mendiagnosa kekuatan dan kelemahan siswa, (2) memantau kemajuan
belajar siswa, (3) memberi atribut nilai, dan (4) menemukan efektivitas pengajaran
(Popham, 1995).

6. Penilaian Program

16
Penilaian program dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional dan Dinas
Pendidikan secara kontinyu dan berkesinambungan. Penilaian ini berguna kepada
pimpinan program untuk perbaikan program.

7. Penilaian Portofolio

Ada beberapa hal yang berhubungan dengan portofolio, yakni:

a. Karakteristik PenilaianPortofolio

Menurut Barton dan Collins (1997) dalam Surapranata dan Hatta (2006: 81), terdapat
beberapa karakteristik dalam bentuk portofolio, yaitu: multisumber, dinamis,
authentic, eksplisit, integratif, kepemilikan, dan beragam tujuan.

b. Prinsip Penilaian Portofolio

Surapranata dan Hatta (2006: 77-81) menyebutkan prinsip penilaian portofolio


adalah: saling percaya, kerahasiaan bersama, milik bersama, kepuasaan dan
kesesuaian, penciptaan budaya mengajar, refleksi bersama, dan proses dan hasil

c. Peranan Portofolio dalam Pembelajaran

Peranan portofolio dalam pembelajaran adalah:

1) Portofolio sebagai Model Pembelajaran

Fajar (2005: 46-88) menjelaskan bahwa pada dasarnya portofolio sebagai model
pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan guru agar siswa memiliki
kemampuan untuk mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya sebagai individu
maupun kelompok. Kemampuan tersebut diperoleh siswa melalui pengalaman belajar
sehingga mereka memiliki kemampuan menggorganisir informasi yang ditemukan,

17
membuat laporan dan menuliskan apa yang ada dalam pikirannya, dan selanjutnya
dituangkan secara penuh dalam tugas-tugasnya.

Selanjutnya, (Fajar, 2006: 51-53) membagi portofolio sebagai model pembelajaran


atas dua bagian, yaitu:

a) Portofolio tayangan

Tayangan umumnya berbentuk segi empat sama sisi berjajar dapat berdiri sendiri
tanpa penyangga. Namun, portofolio ini bisa berbentuk lain, seperti: segi tiga sama
sisi, lingkaran, oval, dan sebagainya.

Portofolio tayangan berisi:

(1) kotak 1 berisi: Rangkuman permasalahan yang dikaji

(2) Kotak 2 berisi: berbagai alternatif untuk mengatasi masalah

(3) Kotak 3 berisi: Usulan kebijakan untuk mengatasi masalah

(4) Kotak 4 berisi: membuat rencana tindakan

b) Portofolio dokumentasi

2) Portofolio sebagai penilaian

Portofolio sebagai penilaian artinya koreksi dokumen atau tugas-tugas yang


diorganisasikan dan dipilih untuk mencapai tujuan dan sebagai bukti yang nyata dari
seseorang yang memiliki pertumbuhan dalam bidang pengetahuan, disposisi, dan
keterampilan (KTSP SMU,2001). Rustaman, Nuryani (2003: 3) mengartikan sebagai
kumpulan kemajuan atas prestasi peserta didik yang terencana bertujuan pada area
tertentu. Jadi, portofolio juga diartikan sebagai suatu koleksi yang dikhususkan dari
pekerjaan peserta didik yang mengalami perkembangan yang memungkinkan peserta
didik menentukan kemajuan yang sudah dicapainya.

8. Penilaian Diri Sendiri

18
Penilaian diri sendiri merupakan teknik penilaian dimana peserta didik diminta
untuk menilai dirinya sendiri yang berkaitan dengan status, proses dan tingkat
ketercapaian kompetensi yang sedang dipelajari dari suatu mata pelajaran tertentu.
Teknik ini dapat mengukur sekaligus aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa.

2.7 Prinsip-prinsip Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran

Ada beberapa prinsip penilaian yang penting untuk diketahui, yaitu kepraktisan
(practicality), keterandalan (reliability), validitas (validity), dan keotentikan
(authenticity). Sebuah tes dikatakan praktis apabila tes itu biaya penyelenggaraannya
tidak terlalu mahal, tidak menyita waktu terlalu lama, mudah dilaksanakan, dan
penyekorannya tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama. Tes wawancara untuk
yang membutuhkan waktu antara 30-60 menit tentu tidak praktis kalau yang akan
dites berjumlah ratusan orang sementara pewawancara hanya 5 orang.

Yang dimaksud dengan reliable adalah konsisten dan dapat diandalkan. Jika anda
memberi tes yang sama pada siswa yang sama atau mengorelasikan dua buah
perangkat tes yang paralel, dan hasilnya relatif sama, tes itu dikatakan terandal.
Reliabilitas dapat mencakupi reliabilitas antarpenilai dan reliabilitas pelaksanaan.
Reliabilitas antarpenilai akan terjadi apabila hasil penilaian yang dilakukan oleh
beberapa penilai relatif sama. Misalnya, jika kita memberi skor esei seorang siswa 70,
sedangkan sejawat kita memberi skor 72, kedua penilai itu dapat dikatakan
memberikan hasil penilaian yang reliable. Reliabilitas dalam pelaksanaan penilaian
terjadi apabila instrumen tes yang digunakan dalam situasi apapun hasilnya relatif
sama.

Reliabilitas dalam pelaksanaan ini dapat terganggu oleh adanya kegaduhan,


variasi hasil foto kopi, pencahayaan, dan faktor-faktor sejenis lainnya. Pengukuran
reliabilitas dapat dilakukan dengan beberapa cara. Yang pertama menggunakan
teknik belah dua (split-half method), tes paralel, dan pengetesan ulang. Dalam teknik
belah dua kita memiliki satu set alat tes, misalnya berisi 50 butir soal pilihan ganda.
Kita pisahkan butir genap dan butir ganjil, kemudian keduanya dianggap sebagai dua

19
perangkat tes yang pararel dan kita korelasikan kedua belahan itu menggunakan
Pearson Product Moment. Bila korelasinya signifikan, tes itu reliable.

Prinsip penilaian lainnya adalah terpadu, berarti penilaian oleh pendidik


merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
Penilaian juga harus terbuka. Artinya, prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan baik siswa,
guru, pemerintah maupun masyarakat. Penilaian harus menyeluruh dan
berkesinambungan, yaitu bahwa penilaian oleh pendidik mencakupi semua aspek
kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk
memantau perkembangan kemampuan peserta didik. Penilaian juga harus sistematis,
yaitu dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah
baku. Penilaian harus beracuan kriteria,yaitu penilaian didasarkan pada ukuran
pencapaian kompetensi yang ditetapkan. Terakhir, penilaian harus akuntabel, yaitu
dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.

Prinsip-prinsip umum evaluasi yang harus diperhatikan sebagai berikut:

a. Menentukan dan menjelaskan apa yang harus dinilai selalu mendapat prioritas dalam
proses evaluasi. Efektivitas evaluasi bergantung pada telitinya deskripsi tentang apa
yang akan dievaluasi dan salah satu faktor yang melatarbelakangi pengembangan
pengukuran perilaku siswa.
b. Teknik evaluasi harus dipilih sesuai dengan tujuan yang akan dicapainya dan harus
dipertimbangkan apakah teknik evalusi merupakan metode yang paling efektif untuk
menentukan apa yang ingin diketahui oleh siswa. Evaluasi yang komprehensif
menuntut berbagai teknik. Salah satu alasan perlunya berbagai teknik evaluasi adalah
karena setiap jenis hanya menyajikan bukti-bukti yang unik tetapi terbatas tentang

20
perilaku siswa. Guna mendapatkan gambaran yang komprehensif tentang pencapaian
siswa perlu kombinasi hasil dari berbagai teknik.
c. Pemakaian teknik evaluasi yang sewajarnya menuntut kewaspadaan akan
keterbatasannya seperti juga kekuatannya. Semua alat evaluasi selalu mengandung
kekurangan tertentu. Pertama, adalah kesalahan pengambilan sampel, yakni hanya
dapat mengukur sampel kecil pada satu waktu. Kesalahan kedua adalah pada alat
evaluasi itu sendiri atau proses memakai alat itu. Sumber kesalahan yang lain lahir
dari penafsiran yang salah tentang hasil evaluasi yang menganggap alat-alat itu
mengandung presisi yang sebenarnya tidak mereka miliki. Sebaik-sebaiknya alat
evaluasi hanya memberikan hasil yang bersifat mendekati saja, sehingga harus
ditafsirkan secara wajar.
d. Evaluasi hanyalah alat mencapai tujuan bukan merupakan tujuan akhir.
2.8 Evaluasi Pembelajaran Abad 21
1. Kemampuan siswa yang diperlukan dalam pembelajaran abad 21 yaitu (4c)

a.Crictichal thinking (berfikir kritis)


Siswa berusaha untuk memberikan penalaran yang masuk akal dalam memahami dan
membuat pilihan yang rumit dalam kelas guided inquiry coding challenger, project based
learning, problem based learning.

b.Communication (komunikasi)

Siswa dapat memahami, mengelola, dan menciptakan komuniklasi yang efektif dalam
berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia dalam kelas, media social, blog,
Wikipedia, account table talk, skype calls, dan podcast.

c.Collaboration (kerja sama)


Siswa dapat menunjukan kemampuannya dalam kerja sama dalam berkelompok dan
kepemimpinan beradaptasi dalam berbagai peran.

d.Creativity (kreatifitas)
Kreatif tidak menjadi seorang kreatif jika tidak ada tekanan (paksaan).

2. Paradigma Pembelajaran Abad 21


Ciri abad 21 menurut Kemendikbud adalah tersedianya informasi dimana saja dan kapan
saja (informasi), adanya implementasi penggunaan mesin (komputasi), mampu menjangkau
segala pekerjaan rutin (otomatisasi) dan bisa dilakukan dari mana saja dan kemana saja

21
(komunikasi). Ditemukan bahwa dalam kurun waktu 20 tahun terakhir telah terjadi
pergeseran pembangunan pendidikan ke arah ICT sebagai salah satu strategi manajemen
pendidikan abad 21 yang di dalamnya meliputi tata keloladan sumber daya manusia
(Soderstrom, From, Lovqvist, & Tornquist, 2011). Abad ini memerlukan transformasi
pendidikan secara menyeluruh sehingga terbangun kualitas guru yang mampu memajukan
pengetahuan, pelatihan, ekuitas siswa dan prestasi siswa. Ciri abad 21 menurut Hernawan
(2006) adalah meningkatnya interaksi antar warga dunia baik secara langsung maupun tidak
langsung, semakin banyaknya informasi yang tersedia dan dapat diperoleh, meluasnya
cakrawala intelektual, munculnya arus keterbukaan dan demokkratisasi baik dalam politik
maupun ekonomi, memanjangnya jarak budaya antara generasi tua dan generasi muda,
meningkatnya kepedulian akan perlunya dijaga keseimbangan dunia, meningkatnya
kesadaran akan saling ketergantungan ekonomis, dan mengaburnya batas kedaulatan budaya
tertentu karena tidak terbendungnya informasi.

22
BAB II  Konsep evaluasi kurikulum 2013 berbasis pembelajaran abad 21

2.1 Konsep evaluasi kurikulum 2013 berbasis pembelajaran abad 21

A. Jenis-jenis Penilaian Kurikulum 2013


Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan
instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar
peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian projek, ulangan,
ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat
kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian
sekolah/madrasah, yang diuraikan sebagai berikut:

1. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk


menilai mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran (output) pembelajaran.
2. Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik
secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
3. Penilaian Projek adalah penilaian masing-masing peserta didik atas proses dan
hasil pengerjaan projek yang dilakukan secara kelompok;
4. Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk menilai
kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu kompetensi dasar (KD) atau
lebih.
5. Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9
minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi
seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.
6. Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Cakupan
ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada
semester tersebut.
7. Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan kegiatan
pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui pencapaian
tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang
merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.
8. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK merupakan
kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui
pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UMTK meliputi sejumlah Kompetensi
Dasar yang merepresentasikan kompetensi inti pada tingkat kompetensi tersebut.
9. Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN merupakan kegiatan pengukuran
kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam rangka menilai pencapaian
Standar Nasional Pendidikan, yang dilaksanakan secara nasional.
10. Ujian Sekolah/Madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi
di luar kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan oleh satuan pendidikan.

23
Proses peralihan dari abad industrialisasi ke abad pengetahuan menuntut setiap
bidang dalam kehidupan berubah sangat cepat dan harus dapat beradaptasi dengan
cepat,begitu pula dengan pendidikan,karakteristik umum model pembelajaran abad
pengetahuan berbeda dengan karakteristik pembelajaran abad industrialisasi. Banyak
praktik pendidikan yang dianggap menguntungkan pada abad industrial, seperti
belajar fakta, drill dan praktik, kaidah dan prosedur digantikan belajar dalam konteks
dunia nyata, otentik melalui problem dan proyek, inkuiri, discovery, dan invensi
dalam praktik abad pengetahuan.

Pola belajar yang diterapkan pada masa industrialisasi sudah dianggap tidak
cocok lagi di abad pengetahuan, dimana perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi berkembang begitu pesat,dan teknologi tersebut merupakan katalis
penting untuk gerakan menuju metode belajar di abad pengetahuan.

Diakui dalam perkembangan kehidupan dan ilmu pengetahuan abad 21, kini
memang telah terjadi pergeseran baik ciri maupun model pembelajaran. Inilah yang
diantisipasi pada kurikulum 2013. Tabel 2.2 menunjukkan pergeseran paradigma
belajar abad 21 yang berdasarkan ciri abad 21 dan model pembelajaran yang harus
dilakukan. Pergeseran paradigma pendidikan abad 21. Informasi, komputasi, otomasi,
dan komunikasi merupakan empat komponen yang disampaikan Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan sebagai ciri dari pendidikan abad 21 yang menyebabkan
terjadinya pergeseran paradigma dalam pembelajaran. Alih literasi informasi,
keterampilan komputer, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam
proses komunikasi serta keterampilan komunikasi menjadi sejumlah keterampilan
yang harus dikuasaioleh seorang guru saat ini. Tema pengembangan kurikulum 2013
dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif
melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan
pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi

24
Perubahan paradigma dari Teacher-as-Director menjadi Teacher-as-Facilitator,
Guide, dan Consultant, merupakan hal yang wajar, karena sumber belajar dan bahan
ajar tidak hanya mengadalkan dari satu sumber saja. Perkembangan teknologi
informasi, telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, dimana prinsip
kolaborasi, antar komponen; manusia, proses dan teknologi menjadi lebih fleksibel,
dengan teknologi ini batasan untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan
kebutuhan hampir tidak ada batasan. Perubahan paling mendasar dari teknologi ini
ada pada interface yang ramah terhadap pengguna (userfriendly) tidak jauh dari
tampilan komputer yang dipakai sehari-hari. Dampak positif dari teknologi ini dapat
juga diterapkan dalam proses pembelajaran, namun harus menggunakan desain
formula atau model pembelajaran yang tepat, agar hasil yang ingin dicapai dapat
sesuai dengan tujuan dari proses pembelajaran di abad pengetahuan ini.

25
B. Pelaksana Jenis Penilaian
1. Penilaian autentik
Dilaksanakan oleh guru, karena penilaian itu merupakan bagian dari proses
pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria
kinerja. Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas
perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka
berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek.

2. Penilaian diri
Dilakukan oleh siswa, penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif
terhadap perkembangan kepribadianseseorang. Keuntungan penggunaan
teknik ini dalam penilaian di kelas antara lain sebagai berikut :
a. Dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka
diberikepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
b. Peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketik
a mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap
kekuatan dan kelemahanyang dimilikinya;
c. Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk
berbuat jujur,karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam
melakukan penilaian.
3. Penilaia Projek
Dilaksanakan oleh guru, penilaian proyek dihunakan untuk mengetahui
pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelilidikan dan
kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu
secara jelas.
4. Ulangan Harian
Dilaksanakan oleh guru yang dilakukan secara periodik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi
Dasar (KD) atau lebih.Penilaian ulangan harian biasanya berbentuk tugas.
5. UTS dan UAS
Dilaksanakan oleh guru tapi masih di bawah koordinat satuan pendidikan.
Berupa soal, UTS dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta
didik stelah melaksanakan 8-9 minggu kegiatan pembelajaran dan UAS
dilakukan untuk mengukur pencapain kompetensi peserta didik di akhir
semester setelah meliputi seluruh indikator yang mempresetansikan semua
KD pada semester tersebut.
6. Ujian Tingkat Kompetensi
Dilaksanakan oleh Sekolah merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan
oleh satuan pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi.
Cakupan UTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan
Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.

7. Ujian Sekolah

26
Dilaksanakan oleh Sekolah (sesuai dengan peraturan) yang merupakan
kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi di luar kompetensi yang diujikan
pada UN, dilakukan oleh satuan pendidikan.
8. Ujian Nasional
Dilaksanakan oleh Pemerintah (sesuai dengan peraturan) yang merupakan
kegiatan pengukuran kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam
rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan, yang dilaksanakan
secara nasional.

C. Waktu Penilaian
a. Penilaian otentik dilakukan secara berkelanjutan
Jadi, penilain otentik ini dilakukan secara berkelanjutan atau dilakukan
trus menerus untuk melengkapi dan menutup kekurangan nilai objektif.
b. Penilaian diri dilakukan setiap sebelum ulangan harian
Penilain diri biasanya dilakukan sebelum ulangan harian secara relatif
untuk membangdingkan posisi relatifnya dengan kiteria yg telah
ditetapkan
c. Penilain projek dilakukan sesuai kebutuhan mata pelajaran
Penilain projek biasanya dilakukan sesuai kebutuhan mata pelajaran untuk
mengetahui pehaman peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara
jelas.
d. Ulangan harian dilakukan secara integrasi dengan proses pembelajaran
Jadi, Ulangan Harian biasanya dilakukan secara langsung saat proses
pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana peserta didik paham dengan
materi pembelajaran.
e. UTS dan UAS dilakukan setiap semesteran
Penilaian UTS biasanya dilakukan sebelum UAS untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik dan penilain UAS dilaukan untuk
menetukan peserta didik untuk melanjutkan ke tingkat selanjutnya.
f. Ujuan Tingkat Kompetensi dilakukan setiap tingkat kompetensi yang
tidak bersamaan dengan UN
Jadi, penilain UTK biasanya dilakukan setiap tingkat kompetensi untuk
mengetahui pencapaian tingkat kompetensi.
g. Ujian Sekolah (US) dilakukan setiap akhir jenjag sekolah Ujian Sekolah
biasanya dilakukan sebelum UN untuk mengukur pencapaian kompetensi
peserta didik.
h. Ujian Nasional (UN) dilakukan setiap akhir jenjang sekolah
Jadi, penilaian UN biasanya dilakukan di akhir jenjang sekolah untuk
menentukan peserta didik bisa melanjutkan ke pendidikan selanjutnya.

27
Misalnya, dari SD ke SMP, dari SMO ke SMA, dan SMA untuk
melanjutkan ke perguruan tinggi.

D. karakteristik soal HOTS dan HOMS


a. HOTS atau Higher Order of Thinking Skill (keterampilan berpikir tingkat
tiggi)

Ialah kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif
yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi..Kemampuan berpikir tingkat
tinggi merupakan suatu kemampuan berpikir yang tidak hanya membutuhkan
kemampuan mengingat saja, namun membutuhkan kemampuan lain yang lebih
tinggi, seperti kemampuan berpikir kreatif dan kritis.

Karakteristik HOTS pada pembelajaran yaitu;

 Berfokus pada pertanyaan


 Menganalisi atau menilai argumen dan data
 Mendefenisikan konsep
 Menentukan kesimpulan
 Menggunakan analisis logis
 Memproses dan menerapkan imformasi
 Menggunakan informasi untuk memecahkan masalah
Tipe soal HOTS

Soal tipe HOTS lebih mendayagunakan logika dan kemampuan


berpikir analisis kita. Pilihan kata yang digunakan pada tingkat HOTS antara
lain, analisis, membandingkan, menyimpulkan menciptakan,
mengombinasikan, dan merencanakan. Pada dasarnya HOTS, hanya
menitikberatkan pada soal yang mampu meransang kemampuan analisis dan
problem solving (penyelesaian masalah), soal dengan istiah-istilah yang sulit
dan belum diketahui atau jarang digunakan belum tentu termasuk soal
HOTS, jika tidak melibatkan proses menalar.

Karakteristik soal HOTS

1. Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, meminimalkan aspek


mengingat dan memahami
2. Berbasis permasalahan kontekstual
3. Stimulus menarik
4. Tidak familiar

28
5. Kebaruan

Contoh soal bahasa Indonesia berdasarkan kaidah berpikir HOTS Kompetisi dasar:
Memprediksi kejadian berdasarkan isi teks bacaan.
Indikator soal:
Disajikan teks bacaan, peserta didik dapat memprediksi kejadian yang akan terjadi
berdasarkan teks bacaan.

Soal:

Seorang wasit dalam pertandingan sepakbola membawa duah buah kartu, yaitu
kuning dan merah. Kartu kuning diberikan kepada pemain yang mendapatkan
peringatan cukup keras. Sementara itu, kartu merah diberikan kepada pemain yang
melakukan pelanggaran keras atau telah mendapatkan dua kali kartu kuning dalam
permainan tersebut. Hukuman pemainyang diberikan kartu merah adalah dikeluarkan
dari lapangan dan tidak boleh bermain dalam dua kali pertandingan berikutnya.

Prediksi untuk melengkapi cerita diatas adalah…

Jawabannya: seorang pemain akan dikeluarkan dari pertandingan jika sudah


mengantongi dua kartu kuning.

b. HOMS atau Habits Of Mind (kebiasaan berpikir)

Ramlah dan Maya (2018) kebiasaan berpikir adalah pola kognitif atau
kebiasaan diri yang meliputi, kesadaran akan pikiran sendiri, membuat rencana secara
efektif, menyadari dan menggunakan sumber daya yang diperlukan, sensitif terhadap
umpan balik, dan mengavaluasi efektivitas setiap tindakan.

Karakteristik HOM (Habits Of Mind) yang dikembangkan berdasarkan teori dan


demensi berpikir oleh Costa dan Kallick.(2018:18).

 Ketekunan
 Menyelesakan masalah dengan hati-hati
 Berempati kepada sesama
 Berpikir fleksibel
 Metakognisi

29
 Ketelitian
 Bertanya dan merespon dengan aktif
 Menerapkan pengetahuan masa lalu ke situasi baru
 Berpikir dan berkomunikasi dengan tepat dan jelas
 Memanfaatkan indra
 Berkarya,berimajinasi, dan berinovasi
 Bersemangat dalam merespon
 Berani menghadapi resiko
 Humoris
 Merasa saling bergantung dan membutuhkan
 Belajar berkelanjutan

Selanjutnya Costa (Hendriana, Rohaeti, & Sumarmo, 2017) mengidentifikasi HOMS


secara mendetail ke dalam 16 kebiasaan berpikir, ketika individu merespons masalah
secara cerdas. Rangkuman keenam belas kebiasaan berpikir (Habits of Mind) tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Bertahan atau pantang menyerah;
b. Mengatur kata hati;
c. Mendengarkan pendapat orang lain dengan rasa empati;
d. Berpikir luwes dan bersifat terbuka;
e. Berpikir metakognitif dan berusaha bekerja teliti dan tepat;
f. Menghargai pekerjaan orang lain dan berusaha mencapai standar yang tinggi;
g. Bertanya dan mengajukan masalah secara efektif;
h. Memanfaatkan pengalaman lama;
i. Berpikir dan berkomunikasi secara jelas dan tepat;
j. Berkomunikasi dengan hati-hati dan memanfaatkan indra;
k. Mencipta, berkhayal, dan berinovasi;
l. Memandang solusi masalah dari sudut pandang yang berbeda;
m. Bersemangat dalam merespons dan bekerja dengan semangat, dan bertanggung

E. Taksonomi Kognitif
Kemampuan untuk melakukan penalaran dengan metode analisis dan sintesis
adalah bagian dari ranah kognitif yang harus dilalui oleh peserta didik selama
proses pembelajaran. Klasifikasi ranah kognitif kali pertama dikemukakan oleh
Benjamin S. Bloom (1956). Secara rinci, Bloom membagi enam kategori
tingkatan kognitif yaitu dari level yang rendah ke level yang lebih tinggi :
Knowledge (C-1), Comperhension (C-2), Application (C-3), Analysis (C-4),
Synthesis (C-5), dan Evaluation (C-6), khususnya tentang analisis, level ini
merupakan tahap kemampuan kognitif tinggi karena peserta didik dituntut untuk

30
menelaah, memahami informasi, dan mengatasi masalah menjadi bagian – bagian
atau komponen masalah yang lebih rinci, menentukan bagaimana bagian – bagian
tersebut berhubungan satu sama lain, mengidentifikasi faktor penyebab atau motif
tertentu, membuat kesimpulan, dan menemukan bukti untuk mendukung makna
yang lebih umum (generalisasi).

Level diatas analisis adalah sintesis yaitu kemampuan untuk membangun


struktur atau pola dari berbagai elemen, unsur atau komponen. Sintesis adalah
menyatukan bagian – bagian konsep yang terpisah untuk membentuk konsep
baru. Sintesis dapat pula dikatakan sebagai cara berpikir kebalikan dari analisis.
Singkat kata, sintesis melahirkan suatu set cara berfikir yang baru.
Taksonomi kognitif yang dikemukakan oleh Bloom kemudian direvisi oleh
Anderson and Krathwohl (2001) yang menyusun kembali taksonomi kognitif atas
enam tingkatan dengan sejumlah modifikasi yaitu Remembering, Understanding,
Applying, Analyzing, Evaluating, dan Creating. Anderson and Krathwohl
mengubah konsep tahapan kognitif Bloom yang awalnya bersifat kata benda
menjadi kata kerja.
Pemahaman terhadap taksonomi ini, kelak akan sangat bermanfaat dalam
penyusunan butir soal. Tingkat Remembering (C-1), Understanding (C-2),
Applying (C-3) menjadi dasar untuk pengembangan butir soal yang LOTS,
sedangkan Analysis (C-4), Synthesis (C-5), dan Evaluation (C-6) menjadi dasar
untuk pengembangan butir soal HOTS.
a. Tingkat mengingat adalah ketika seseorang mengambil definisi, fakta, atau
daftar dari memori otak yang telah diketahuinya. Dalam mengingat terdapat
unsur mengenali dan mengingat kembali pengetahuan dari ingatan.
b. Tingkat memahami yaitu membangun makna dari berbagai jenis informasi
baik tertulis, lisan, gambar, table, maupun grafik dengan cara menafsirkan,
mencontohkan, mengklasifikasi, meringkas, menyimpulkan, atau
menjelaskan.
c. Menerapkan yaitu melakukan atau menggunakan prosedur melalui eksekusi
dan implementasi. Level ini merujuk pada situasi di mana materi yang
dipelajari dapat digunakan untuk mengatasi masalah.
d. Menganalisis, yaitu menguraikan suatu konsep menjadi bagian – bagian dan
menentukan bagaimana bagian – bagian tersebut saling berhubungan satu
sama lain. Bentuknya membedakan, mengatur, menghubungkan, dan
membedakan.
e. Mengevaluasi yaitu tindakan untuk membuat penilaian berdasarkan kriteria
dan standar tertentu melalui kegiatan memeriksa dan mengkritik.
f. Mencipta yaitu menyatukan elemen dan unsur – unsur yang terpisah untuk
membentuk keseluruhan yang koheren dan fungsional; mengorganisasikan
elemen ke dalam pola dan struktur baru dengan cara menghasilkan,
merencanakan atau memproduksi.

31
Pembelajaran abad 21 secara sederhana diartikan sebagai
pembelajaran yang memberikan kecakapan abad 21 kepada peserta didik,
yaitu 4C yang meliputi:
(1) Communication
(2) Collaboration
(3) Critical Thinking and problem solving
(4) Creative and Innovative.
Kurikulum 2013 pada abad 21 ini telah mengadopsi taksonomi Bloom
yang direvisi oleh Anderson,  kemampuan yang perlu dicapai siswa bukan
hanya LOTS (Lower Order Thinking Skills) yaitu C1 (mengetahui) dan C-2
(memahami), MOTS (Middle  Order Thinking Skills) yaitu C3
(mengaplikasikan) dan C-4 (mengalisis), tetapi juga harus ada peningkatan
sampai HOTS (Higher Order Thinking Skills), yaitu C-5 (mengevaluasi), dan
C-6 (mengkreasi).
Untuk mewujudkan pembelajaran abad 21 dan HOTS, guru harus
memiliki keterampilan proses yang baik dalam pembelajaran. Keterampilan
proses dapat diartikan sebagai keterampilan guru dalam menyajikan
pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman belajar yang bermakna
dan menyenangkan bagi siswa. Pembelajaran  berpusat kepada siswa (student
center), dan merangsang siswa untuk menyelesaikan masalah. Peran guru
dalam proses belajar mengajar bukan hanya sebagai sumber belajar, tapi juga
sebagai fasilitator

32
BAB III  PENILAIAN KOMPETENSI

2.1 Penilaian Pencapaian Kompetensi Sikap


Sikap bermula dari perasaan yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam
merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup
yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan
yang diinginkan. Kompetensi sikap yang dimaksud dalam panduan ini adalah ekspresi dari
nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang dan diwujudkan dalam
perilaku. Penilaian kompetensi sikap dalam pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan
yang dirancang untuk mengukur sikap peserta didik sebagai hasil dari suatu program
pembelajaran. Penilaian sikap juga merupakan aplikasi suatu standar atau sistem
pengambilan keputusan terhadap sikap. Kegunaan utama penilaian sikap sebagai bagian dari
pembelajaran adalah refleksi (cerminan) pemahaman dan kemajuan sikap peserta didik secara
individual.

Kurikulum 2013 menuntut pembentukan sikap melalui kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan. Kompetensi sikap yang harus dimiliki oleh siswa adalah perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong. Penilaian sikap harus
dilakukan secara kontinu untuk melihat konsistensi sikap yang ditunjukkan oleh siswa baik
disekolah maupun dirumah. Informasi yang diperoleh dari pengamatan sikap siswa dapat
dilakukan oleh guru dengan cara memfokuskan pengamatan pada hasil pembelajaran yang
penting dan dengan cara mencatat pengamatan secara sistematis menggunakan “checklist”,
holistik atau skala penilaian analitis. Informasi tersebut diperoleh guru melalui penilaian
analitis. Pada penilaian ini guru dapat memberikan beberapa macam format, diantaranya
berupa skala penilaian analitik.

A. Teknik dan Instrumen Penilaian Kompetensi Sikap

Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan
kecenderungan seseorang dalam merespons sesuatu atau objek. Sikap terdiri dari tiga
komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan
dengan sikap dan ada asumsi bahwa sikap seseorang terhadap sesuatu bisa dipengaruhi dari
pengetahuan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu itu. Ranah afektif mencakup watak
perilaku seseorang seperti perasaan, minta, sikap, emosi atau nilai. Komponen kognitif adalah
kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Komponen konatatif adalah
kecenderungan untuk berperlaku atau berbuat dengan cara – cara tertentu berkenaan dengan
kehadiran objek sikap.

Sikap menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada
pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Dalam kurikulum
2013 sikap dibagi menjadi dua, yakni sikap spiritual dan sikap sosial. Dalam kurikulum 2013
konpetensi sikap tidak diajarkan dalam proses belajar mengajar , artinya kompetensi sikap

33
spiritual dan sosial meskipun memiliki komponen dasar, tetapi tidak dijabarkan dalam materi
atau konsep yang harus disampaikan atau diajarkan kepada peserta didik melalui
pembelajaran belajar mengajar yang terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan
kegiatan penutup.

Oleh karena itu, jika sikap itu diajarkan, sesungguhnya guru sedang mengajarkan
pengetahuan tentang sikap, seperti pengertian kejujuran dan kedisiplinan, tetapi bukan
membentuk dan merealisasikan sikap jujur dan disiplin dalam tindakan nyata sehari – hari
peserta didik.

Berikut ini uraian dari kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial dalam kurikulum 2013:

Tabel 2.1. Kompetensi inti Sikap Spiritual (KI 1) dan Sikap Sosial (KI 2) Kelas I,II, dan III
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah

KOMPETENSI INTI KELAS KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KELAS


I KELAS II III
1. Menerima dan 1. Menerima dan 1. Menerima dan
menjalankan ajaran menjalankan ajaran menjalankan ajaran
agama yang dianutnya agama yang dianutnya agama yang dianutnya
2. Memiliki perilaku jujur, 2. Memiliki perilaku jujur, 2. Memiliki perilaku
disiplin, tanggung disiplin, tanggung jujur, disiplin, tanggung
jawab, santun, peduli, jawab, santun, peduli, jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam dan percaya diri dalam dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan berinteraksi dengan berinteraksi dengan
keluarga, teman, dan keluarga, teman, dan keluarga, teman, guru
guru guru dan tetangga

Tabel 2.2. Kompetensi inti Sikap Spiritual (KI 1) dan Sikap Sosial (KI 2) Kelas IV, V, VI
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah

KOMPETENSI INTI KELAS KOMPETENSI INTI KELAS KOMPETENSI INTI KELAS


IV V VI
1. Menerima, 1. Menerima, 1. Menerima,
menjalankan, dan menjalankan, dan menjalankan, dan
menghargai ajaran menghargai ajaran menghargai ajaran
agama yang dianutnya agama yang dianutnya agama yang dianutnya
2. Menunjukan perilaku 2. Menunjukan perilaku 2. Menunjukan perilaku
jujur, disiplin, jujur, disiplin, tanggung jujur, disiplin, tanggung
tanggung jawab, jawab, santun, peduli, jawab, santun, peduli,
santun, peduli, dan dan percaya diri dalam dan percaya diri dalam
percaya diri dalam berinteraksi dengan berinteraksi dengan
berinteraksi dengan keuarga, teman, guru keuarga, teman, guru
keuarga, teman, guru dan tetangganya serta dan tetangganya serta
dan tetangganya cinta tanah air cinta tanah air

Tabel 2.3. Kompetensi inti Sikap Spiritual (KI 1) dan Sikap Sosial (KI 2) Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah

34
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI
KELAS VII KELAS VIII KELAS IX
1. Menghargai dan 1. Menghargai dan 1. Menghargai dan
menghayati ajaran menghayati ajaran menghayati ajaran
agama yang agama yang agama yang
dianutnya dianutnya dianutnya
2. Menghargai dan 2. Menghargai dan 2. Menghargai dan
menghayati perilaku menghayati perilaku menghayati perilaku
jujur, disiplin, jujur, disiplin, jujur, disiplin,
tanggung jawab, tanggung jawab, tanggung jawab,
peduli (toleransi, peduli (toleransi, peduli (toleransi,
gotong royong), gotong royong), gotong royong),
santun, percaya diri, santun, percaya diri, santun, percaya diri,
dalam berinteraksi dalam berinteraksi dalam berinteraksi
secara efetif dengan secara efetif dengan secara efetif dengan
lingkungan sosial dan lingkungan sosial dan lingkungan sosial dan
alam dalam alam dalam alam dalam
jangkauan pergaulan jangkauan pergaulan jangkauan pergaulan
dan keberadaannya dan keberadaannya dan keberadaannya

Tabel 2.4. Kompetensi inti Sikap Spiritual (KI 1) dan Sikap Sosial (KI 2) Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah

KOMPETENSI INTI KELAS KOMPETENSI INTI KELAS KOMPETENSI INTI


X XI KELAS XII
1. Menghayati dan 1. Menghayati dan 1. Menghayati dan
meramalkan ajaran meramalkan ajaran meramalkan ajaran
agama yang dianutnya agama yang dianutnya agama yang
dianutnya
2. Menghayati dan 2. Menghayati dan 2. Menghayati dan
meramalkan perulaku meramalkan perulaku meramalkan
jujur, disiplin, jujur, disiplin, perulaku jujur,
tanggung jawab, tanggung jawab, disiplin, tanggung
peduli ( goton royong, peduli ( goton royong, jawab, peduli ( goton
kerjasama, toleran, kerjasama, toleran, royong, kerjasama,
damai), santun, damai), santun, toleran, damai),
responsif dan pro aktif responsif dan pro aktif santun, responsif dan
dan menunjukkan dan menunjukkan pro aktif dan
sikap sebagai bagian sikap sebagai bagian menunjukkan sikap
dari solusi atas dari solusi atas sebagai bagian dari
berbagai berbagai permasalahan solusi atas berbagai
permasalahan dalam dalam berinteraksi permasalahan dalam
berinteraksi secara secara efektif dengan berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam lingkungan sosial
alam serta dalam menempatkan diri dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia bangsa dalam

35
pergaulan dunia pergaulan dunia

Tabel 2.5. Kompetensi inti Sikap Spiritual (KI 1) dan Sikap Sosial (KI 2) Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan

KOMPETENSI INTI KELAS KOMPETENSI INTI KELAS KOMPETENSI INTI


X XI KELAS XII
1. Menghayati dan 1. Menghayati dan 1. Menghayati dan
meramalkan ajaran meramalkan ajaran meramalkan ajaran
agama yang dianutnya agama yang dianutnya agama yang
dianutnya
2. Menghayati dan 2. Menghayati dan 3. Menghayati dan
meramalkan perulaku meramalkan perulaku meramalkan
jujur, disiplin, jujur, disiplin, perulaku jujur,
tanggung jawab, tanggung jawab, disiplin, tanggung
peduli ( goton royong, peduli ( goton royong, jawab, peduli ( goton
kerjasama, toleran, kerjasama, toleran, royong, kerjasama,
damai), santun, damai), santun, toleran, damai),
responsif dan pro aktif responsif dan pro aktif santun, responsif dan
dan menunjukkan dan menunjukkan pro aktif dan
sikap sebagai bagian sikap sebagai bagian menunjukkan sikap
dari solusi atas dari solusi atas sebagai bagian dari
berbagai berbagai permasalahan solusi atas berbagai
permasalahan dalam dalam berinteraksi permasalahan dalam
berinteraksi secara secara efektif dengan berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam lingkungan sosial
alam serta dalam menempatkan diri dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia bangsa dalam
pergaulan dunia pergaulan dunia

B. Ruang Lingkup Penilaian Kompetensi Sikap


Terdapat lima jenjang proses berpikir, yakni: (1) menerima atau memerhatikan
(receiving atau attending), (2) merespon atau menanggapi (responding), (3) menilai atau
menghargai (valuing), (4) mengorganisasi atau mengelola (organization), dan (5) berkarakter
(characterization).
1. Kemampuan Menerima
Adalah kepekaan seseoranh dalam menerima rangsangan atau stimulus dari luar
yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain – lainnya.
Tugas pendidik mengarahkan perhatian peserta didik pada fenomena yang menjadi
objek pembelajaran afektif. Misalnya pendidik mengarahkan peserta didik agar
senang membaca buku, senang bekerja sama, dan sebagainya. Maka kesenangan ini
akan menjadi kebiasaan dan berdampak positif.
2. Kemampuan Merespons

36
Kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara
aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu
cara. Hasil pembelajaran pada ranah ini menekankan pada pemerolehan respons.
Tingkat yang tinggi pada kategori ini adalah minat, yaitu hal – hal yang menekankan
pada pencarian hasil dan kesenangan pada aktivitas khusus. Dalam kegiatan belajar
hal ini dapat ditunjukan antara lain melalui: bertanggung jawab dalam mengerjakan
tugas , menaati aturan, mengungkapkan perasaan.
3. Kemampuan Menilai
Memberikan nilai atau penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga
apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau
penyesalan. Hasil belajar pada tingkat ini berhubungan dengan perilaku yang
konsisten dan stabil agar nilai dikenal secara jelas. Dalam tujuan pembelajaran ini
diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi, dapat ditunjukkan antara lain melalui:
mengapresiasi, menghargai peran, menunjukkan keprihatinan.
4. Kemampuan Mengatur atau Mengorganisasikan
Artinya kemampuan mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai
baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum. Dalam arti
mengroganisasi nilai – nilai yang relevan ke dalam suatu sistem, menentukan
hubungan antarnilai, memantapkan nilai yang dominan dan diterima. Contohnya
peserta didik mendukung penegakan disiplin
5. Kemampuan Menerima
Memadukan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi
pola kepribadian dan tingkah lakunya. Kemampuan berkarakter merupakan tingkatan
afektif tertinggi, kerena sikap batin peserta didik telah benar- benar bijaksana dan
memiiki sistem nilai yang mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang cukup.
Contohnya adalah peserta didik menjadikan nilai disiplin sebagai pola pikir dalam
bertindak disekolah, rumah, masyarakat.

Secara umum ,objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata
pelajaran adalah sebagai berikut:
1. Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap postif terhadap
materi pelajaran. Dengan sikap positif dalam diri peserta didik akan tumbuh dan
berkembang minat belajar;
2. Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap
guru. Dan yang memiliki sikap negatif terhadap guru pengajar akan sukar menyerap
materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut;
3. Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu memilikisikap positif
terhadap proses proses pembelajaran yang berlangsung;
4. Sikap berkaitan dengan nilai – nilai atau norma – norma tertentu berhubungan dengan
suatu materi pelajaran. Misalnya kasus atau masalah lingkungan hidup, beraitan
dengan materi;
5. Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan dengan
mata pelajaran;

C. Kelebihan dan Kelemahan Penilaian Kompetensi Sikap

37
Kelebihan dari penilaian kompetensi sikap adalah:
1. Dapat dilakukan bersamaan dengan proses belajar mengajar;
2. Dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung melalui hasil kerja peserta didik;
3. Dapat mengetahui faktor penyebab berhasil tidaknya proses pembelajaran peserta
didik;
4. Mengajak peserta didik bersikap jujur;
5. Mengajak peserta didik menjalankan tugasnya supaya tepat waktu;
6. Sikap peserta didik terhadap pelajaran dapat diketahui;
7. Dapat mengetahui faktor-faktor keterbatasan peserta didik;
8. Dapat melihat karakter peserta didik sehingga kendala yang muncul dapat diatasi;
9. Peserta didik akan termotivasi untuk terus berbenah diri karena kreativitas sangat
dituntut;
10. Dapat meredam egoisme individu setelah diberi tahu sikapnya;
11. Peserta didik dapat lebih bertanggung jawab pada tugasnya;
12. Peserta didik bisa bekerja sama dan saling menghargai antarteman.
Sedangkan kelemahan dari penilaian sikap adalah:
1. Sulit dilakukan pengamatan pada jumlah peserta didik yang terlalu banyak;
2. Membutuhkan alat penilaian yang tepat;
3. Memerlukan waktu pengamatan yang cukup lama;
4. Menuntut profesionalisme guru karena mengamati peserta didik yang bervariasi;
5. Penilaian subjektif;
6. Kurang dapat dijadikan acuan karena sikap peserta didik dapat berubah – ubah;
7. Terlalu banyak format yang melelahkan guru, perlu persiapan yang lengkap;
8. Sulit mengadopsi sikap peserta didik yang beragam;
9. Sulit menyamakan persepsi karena latar belakang yang berbeda;
10. Sikap peserta didik yang kurang terbuka menyulitkan penilaian;
11. Sangat tergantung situasi yang sedang dialami peserta didik sehingga hasilnya
berpeluang berbeda;
12. Guru lebih menanggapi peserta didik yang aktif saja yang kurang aktif kurang
terpatau.

D. Teknik dan Instrumen Penilaian Kompetensi Sikap


Guru melakukan penilaian kompetensi sikap melalui (1) observsi atau pengamatan
perilaku dengan alat lembar pengamatan atau observasi, (2) penilaian diri, (3) penilaian
“teman sejawat” oleh peserta didik, (4) jurnal dan (5) wawancara dengan alat panduan atau
pedoman wawancara (petanyaan – pertanyaan) langsung. Dalam melakukan penilaian
kompetensi sikap spiritual dan sosial harus mengacu pada indikator yang dirinci dari
Kompetensi Dasar (KD) dari kompetensi inti spiritual dan sosial yang ada di kerangka dasar
dan struktur kurikulum untuk setiap jenjang dari dasar sampai menengah, KD dan
Kompetensi Inti menjadi indikator pemcapaian.
Berikut ini contoh indikator pencapaian kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial dari
kerangka dasar.
Tabel 2.6. Kompetensi Inti, Kmpetensi Dasar, dan Indikator Sikap Spiritual Mata pelajaran Ppkn
(sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah)

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian

38
Kompetensi
1. Menerima dan 1.1 menerima keberagaman 1. menghormati teman yang
menjalankan ajaran karakterisktik individu berbeda suku di
agama yang dianutnya dalam kehidupan lingkungan rumah dan
beragama sebagai sekolah
anugrah Tuhan Yang 2. menghormati teman yang
Maha Esa di lingungan berbeda agama di
rumah dan sekolah lingkungan rumah dan
sekolah
1.2 Menerima kebersamaa 1. Mau bekerja sama dalam
dalam keberagaman kelompok dengan teman
sebagai anugrah Tuhan yang berbeda suku dan
Yang Maha Esa di agama di sekolah
lingkungan rumah dan 2. Mau bermain dengan
sekolah teman yang berbeda suku
dan agama dirumah

Teknik – teknik penilaian kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial dapat diuraikan sebagai
berikut.
1. Observasi
a. Pengertian Observasi
Teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan
indra, baik secara langsung maupun tidak angsung dengan menggunakan pedoman
atau lembar observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku aspek yang diamati.
Hasil pengamatan atau observasi dpat dijadikan sebagai umpan balik dalam
pembinaan terhadap peserta didik. Penilaian kompetensi sikap melalui pengamatan
atau observasi juga bisa dilakukan untuk melihat sikap atau respons peserta didik
terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
b. Keunggulan dan kelemahan observasi
Keunggulan penilaian kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial dengan
menggunakan instrumen observasi atau pengamatan adalah:
1) Data yang diperoleh relatif objektif, karena diperoleh melalui pengamatan
langsung dari guru;
2) Hubungan guru dan peserta didik lebih dekat, karena dalam pengamatan tentu
guru harus berinteraksi dengan peserta didik.
Sedangkan kelemahan penilaian kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial dengan
menggunakan instrumen observasi atau pengamatan adalah:
1) Pencatatan data sangat tergantung pada kecermatan guru dalam pengamatan dan
daya ingatan dari observer(guru);
2) Kemungkinan bisa terjadi kekeliruan dalam pencatatan dta karena berbagai sebab,
antara lain: (a) pengaruh kesan umun, yaitu kekeliruan dalam mencatat data
karena sebelum memulai observasi memperoleh kesan umum tertentu, (b)
pengruh keinginn menolong yaitu guru mengalami keinginan untuk berbuat baik
pada subjek yang diobservasi, (c) pengaruh pengamatan sebelumnya, yaitu

39
seorang observer kerap kali tidak dapat memisahkan antara kesan tentang sikap
dan perilaku peserta didik;

c. Aspek yang diobservasi


Melakukan pengamatan atau observasi terhadap kompetensi sikap, yaitu mengacu
pada indikator pencapaian kompetensi yang sudah dibuat oleh guru sesuai dengan
kompetensi dasar dari kompetensi inti sikap spiritual dan sikap sosial.
Dalam menentukan aspek apa saja yang mau di observasi atau diamati harus
memerhatikan hal – hal sebagai berikut:
1) Aspek yang diamati harus tampak atau muncul dalam suatu aktivitas;
2) Aspek yang diamati atau diobservasi hendaknya terukur;
3) Aspek yang diamati hendaknya mengacu pada indikator pencapaian kompetensi
yang sudah kita tetapkan;
4) Aspek yang diamati dituangkan dalam pernyataan atau butir instrumen.

d. Prinsip – prinsip dalam observasi


Prinsip – prinsip yang harus diperhatikan oleh guru selama observasi atau
pengamatan adalah sebagai berikut:
1) Aspek – aspek yang mau dinilai oleh peserta didik melalui penilaian diri harus
jelas;
2) Menentukan dan menetapkan cara dan prosedur yang digunakan dalam penilaian
diri;
3) Menentukan bagaimana mengolah dan menentukan nilai hasil penilaian diri oleh
peserta didik;
4) Membuat kesimpulan hasil penelitian diri yang dilakukan oleh peserta didik.

e. Perencanaan Penilaian Kompetensi Sikap Melalui Observasi


Beberapa hal yang harus dilakukan dalam merencanakan penilaian sikap melalui
observasi adalah sebagai berikut:

1) Menentukan kompetensi terkait sikap yang akan dinilai melalui observasi;


2) Menetukan komponen sikap yang akan dinilai apakah terkait kognitif, afektif,
atau konatif;
3) Menyusun indikator tampilan sikap yang diharapkan sesuai dengan kompetensi
yang akan diukur;
4) Merencanakan waktu penilaian, apakah selama proses pembelajaran atau diakhir
pembelajaran;
5) Memilih teknik penilaian yang sesuai dengan indikator sikap yang akan diukur;
6) Menyusun rubik penilaian sikap yang berupa kriteria kunci yang menunjukkan
capaian indikator;
7) Merencanakan teknis pencatatan sikap apakah dalam bentuk check list, deskripsi
ataupun kualifikasi;
8) Menyusun lembar observasi untuk mencatat tampilan sikap peserta didik;
9) Menyusun tugas jika diperlukan.

f. Rambu rambu Pelaksanaan Penilaian Kompetensi Sikap Melalui Observasi

40
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam melaksanakan penilaian sikap melalui
observasi adalah:
1) Menyampaikan kompetensi sikap yang perlu dicapai peserta didik.
2) Menyampaikan kriteria penilaian dan indikator capaian sika kepada peserta didik.
3) Melakukan pengamatan terhadap tampilan sikap peserta didik selama
pembelajaran di dalam kelas atau selama sikap tersebut ditampilkan.
4) Menemukan dan mengenali berbagai indikator kunci pada rubrik penilaian yang
menunjukkan capaian sikap peserta didik.
5) Melakukan pencatatan terhadap tampilan sikap peserta didik.
6) Membandingkan tampilan sikap peserta didik dengan rubrik penilaian.
7) Menetukan tingkat capaian sikap peserta didik.
8) Menarik kesimpulan dari pencapaian kompetensi sikap.
Sedangkan beberapa kriteria yag harus dipenuhi instrument penilaian sikap melalui
observasi adalah sebagai berikut:
1) Mengukur aspek sikap (bukan apek kognitif atau psikomotor) yang tuntut pada
kompetensi inti dan kompetensi dasar;
2) Sesuai dengan kompetensi yang akan diukur;
3) Memuat sikap atau indikator sikap yang dapat diobservasi;
4) Mudah atau feasible untuk digunakan;
5) Dapat merekam sikap peserta didik.

g. Langkah langkah observasi


1) Menentukan objek apa yang akan diobservasi, seperti aktivitas dalam diskusi
kelompok, aktivitas dalam praktikum IPA, presentasi laporan pbjek dan lain
sebagainya;
2) Membuat pedoman atau panduan observasi dengan lingkup objek yang akan
diobservasi atau diamati;
3) Menentukan secara jelas data data apa saja yang akan diobservasi atau diamati;
4) Menentukan dimana tempat objek yang akan diobservasi;
5) Menetukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk
mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.;
6) Menetukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi;
7) Membuat kesimpulan terhadap hasil penilaian dengan menggunakan observasi
berkaitan dengan pencapaian kompetensi sikap spiritual dan sosial dari peserta
didik;
8) Melakukan tindak lanjut dengan mengacu pada hasil penilaian melalui observasi.

2. Penilaian Diri
a. Pengertian Penilaian Diri
Penilain diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik
untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian
kompetensi sikap, baik spiritual maupun sikap sosial. Instrument yang digunakan
berupa lembar penilaian diri. Penilaian diri adalah sutau teknik penilaian dimana

41
peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses
dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya.
b. Keunggulan dan Kelemahan Penilaian Diri
Keunggulan dari penilaian diri adalah:
1) Guru mampu mengenal kelebihan dan kekuranga peserta didik;
2) Peserta didik mampu merefleksikan mata pelajaran yang sudah diberikan;
3) Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya;
4) Memberikan motivasi diri peserta didik dalam hal penilaian kegiatan peserta
didik;
5) Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran;
6) Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar mengetahui standar input
peserta didik yang akan kita ajar
7) Peserta didik dapat mengukur kemampuan dalam mengikuti pelajaran, peserta
didik dapat mengetahui ketuntasan belajarnya;
8) Melatih kemandirian peserta didik;
9) Peserta didik mengetahui bagian yang harus diperbaiki;
10) Peserta didik memahami kemapuan dirinya;
11) Guru memperoleh masukan objektif tentang daya serap peserta didik;
12) Peserta didik belajar terbuka dengan orang lain;
13) Peserta didik mampu menilai dirinya;
14) Peserta didik dapt mencari materi sendiri; dan
15) Peserta didik dapat berkomunikasi dengan temannya.
Sedangkan kelemahan dari penilaian diri adalah:

1) Cenderung subjektif;
2) Data mungkin ada yang pengisiannya tidak jujur;
3) Dapat terjadi kemungkinan peserta didik menilai dengan skor tinggi;
4) Membutuhkan persiapan dan alat ukur yang cermat;
5) Pada saat penilaian dapat terjadi peserta didik melaksanakan sebaik baiknya tetapi
diluar penilaian ada peserta didik yang tidak konsisten;
6) Hasilnya kurang akurat;
7) Kurang terbuka;
8) Mungkin peserta didik tidak memahami adanya kemampuan yang dimiliki;
9) Peserta didik yang kurang aktif biasanya nilainya kurang.

c. Aspek yang Dinilai Dalam Penilaian Diri


Dalam melakukan penilaian diri terhadap kompetensi sikap, baik sikap spiritual
maupun sikap sosial harus mengacu pada indikator pencapaian kompetensi yang
sudah dibuat oleh guru sesuai dengan kompetensi dasar dari kompetensi inti sikap
spiritual dan sikap sosial. Aspek aspek kompetensi sikap spiritual dan sosial yang
dapat dinilai melalui penilaian diri dapat diihat pada tabel berikut.

Aspek aspek kompetensi sikap spiritual yang dapat dinilai dengan penilaian diri
No Aspek Mata Pelajaran kelas
1. Kebiasaan berdoa sebelum dan Pendidikan agama islam dan budi 1
sesudah belajar pekerti

42
2. Kebiasaan mensyukuri karunia dan Pendidikan agama islam dan budi 1
pemberian pekerti
3. Kebiasaan shalat dengan tertib Pendidikan agama islam dan budi 4
pekerti
4. Kebiasaan berbuat terpuji di sekolah Pendidikan agama islam dan budi 4
dan di rumah pekerti
5. Kebiasaan berteman tanpa PPKN 1
membedakan suku dan agama

Aspek aspek kompetensi sikap sosial yang dapat dinilai dengan penilain diri

No Aspek Mata Pelajaran Kelas


1. Kebiasaan berbahasa santun dalam Bahasa Indonesia SD/I
kehidupan sehari hari
2. Kebiasaan memiliki sikap rasa Matematika SD/I
Ingin tahu pada matematika
3. Kebiasaan menunjukkan perilaku IPA SMP/VII
bijaksana dalam aktivitas sehari
hari
4. Kebiasaan menunjukkan perilaku IPA SMP/VII
bertanggungjawab dalam aktivitas
sehari sari
5. Kebiasaan berlaku jujur dalam Sejarah Indonesia SMA/X
mengerjakan tugas tugas dari
pembelajaran sejarah
6. Kebiasaan berlaku bertanggung Sejarah Indonesia SMA/X
jawab dalam mengerjakan tugas
tugas dari pembelajaran sejarah
7. Kebisaan memiliki perilaku Pendidikan Agama Islam dan SD/IV
hormat dan patuh kepada orang Budi Pekerti
tua, guru dan sesama anggota
keluarga

d. Prinsip prinsip Dalam Penilaian Diri


Prinsip prinsip yang harus diperhatikan dalam penilaian diri adalah sebagai berikut:
1) Aspek aspek yang mau dinilai pleh peserta didik melalui penialain diri harus
jelas;
2) Menetukkan dan menetapkan cara dan prosedur yang digunakan dalam penilaian
diri;
3) Menentukan bagaimana mengolah dan menuntukan nilai hasil penilaian diri oleh
peserta didik;
4) Membuat kesimpulan hasil penilaian diri yang dilakukan oleh peserta didik.

e. Rambu rambu Pelaksanaan Penilaian Sikap Melalui Penilaian Diri


1) Menyampaikan kriteria penilaian kepada peserta didik;
2) Membagikan kriteria penilaian kepada peserta didik;
3) Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri.

43
Beberapa kriteria yang harus dipenuhi instrument penilaian sikap melalui penilaian
diri adalah sebagai berikut:
1) Umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian terhadap hasil
penialain diri peserta didik;
2) Umpan balik disampaikan secara lisan melalui konferensi atau secara tertulis dan
bersifat konstruktif;
3) Umpan balik memotivasi peserta didik untuk meningkatkan kompetensinya.

f. Langkah langkah Penilaian Diri


Penialain dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Oleh karena itu,
penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui langkah angkah
sebagai berikut.
1) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai;
2) Memntukan kriteria penilaian yang akan digunakan;
3) Merusmukan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar tanda
cek, kata skala penilaian;
4) Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri;
5) Guru mengkaji penilaian untuk mendorong peserta didik supaya senantiasa
melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif;
6) Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian
terhadap penilaian sikap;
7) Membuat kesimpulan terhapap hasil penilaian dengan menggunakan penilaian
diri berkaitan dengan pencapaian kompetensi sikap spiritual dan sosial dari
peserta didik;
8) Melakukan tindak lanjut dengan mengacu pada hasil penilaian melalui penilaian
diri.

g. Contoh Instrumen Penilaian Diri dan Pengolahan Hasil Penilaian Diri


Dalam melakukan penilaian diri guru dapat menggunakan instrument penilaian
berupa angket yang diisi oleh peserta didik atau pertanyaan baik tertutup maupun
terbuka yang harus dijawab oleh peserta didik. Berikut conton angket untuk penilaian.

Nama siswa : Rahardian

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Kelas/Semester : IV/1

Sekolah : SD Putra Harapan

Kompetensi Inti Sosial : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,


santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan
keluarga, teman, guru, dan tetangganya

Kompetensi Dasar : Memiliki perlaku hormat dan patuh kepada orang tua, guru
dan sesame anggota keluarga sebagai implementasi dari
pemahaman QS Lukman (31): 14

44
Kompetensi sosial : sikap sosial dalam menghormati orang tua, guru dan sesame
anggota keluarga yang dinilai

Hari/Tanggal : Kamis, 15 Agustus 2013

Penilaian diri

Tema penilaian diri : menghormati orag tua, guru dan sesame anggota keluarga

No Pernyataan Dilakukan
. Ya Tidak
1. Saya pamit pada orang tua sebelum berangkat sekolah √
2. Saya patuh kalau disuruh orang tua membersihkan tempat tidur √
3. Saya mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru √
4. Saya berbicara dengan orang tua menggunakan bahasa yang sopan √
5. Saya tidak pernah bertengkar dengan adik/kaka √
6. Saya belajar dirumah dengan adik/kakak dengan tertib √
7. Saya mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan baik √
8. Saya berbicara dengan guru menggunakan bahasa yang sopan √
9. Saya bermain dengan adik/kakak dengan rukun √
10. Kalau ada masalah dengan adik/kakak diselesaikan dengan baik √
11. Saya belajar di rumah menunggu disuruh orang tua √
12. Saya mengerjakan pekerjaan rumah (PR) di sekolah √

CATATAN:

1) Bila menjawab ya pada pertanyaan positif maka skornya 1 dan menjawab tidak
pada skornya 0;
2) Bila menjawab ya pada pernyataan negatif maka skornya 0 dan menjawab tidak
skornya 1;
3) Guru hendaknya memandu pemahaman peserta didik terhadap instrumen
penilaian diri, terutama dalam memahami pernyataa, sehingga tidak salah tafsir
Nilai = skor perolehan : skor maksimal x 100.
Langkah pengelohan hasil penilaian diri di atas adalah :

1) Memberikan skor untuk masing masing butir pertanyaan, yakni 1,1,1,1,0,1,dan 1;


2) Menjumlahkan skor perolehan, yaitu 8;
3) Memasukkan skor perolehan ke dalam rumus nilai dan menghitung hasilnya,
yaitu:
Nilai = 9 : 11 x 100
= 81,81 (dibulatkan menjadi 82)
Konversi skala 4:
82 : 100 x 4 = 3,28 (B)

Keterangan penilaian:

1) Nilai 91 – 100 berarti amat baik atau SM (sudah membudaya);


2) Nilai 71 – 90 berarti baik atau MB (mulai berkembang;
45
3) Nilai 61 – 7- berarti cukup atau MT (mulai terlihat);
4) Nilai kurang dari 61 berarti kurang atau BT (belum terlihat).
Dari perolehan nilai penilaian diri tentang sikap sosial menghormati orang tua, guru dan
esama anggota keluarga diatas dapat disimpulkan bahwa nilai sikap sosial Rahardian
adalah baik atau MB.

h. Rambu – rambu Pelaksanaan Penilaian Sikap Mealui Penilaian diri


Beberapa hal yang harus dilakukan dalam melaksanakan penilaian sikap melalui
penilaian diri adalah sebagai berikut:
1) Menyampaikan kriteria penilaian kepada peserta didik;
2) Membagikan format penilaian diri kepada peserta didik;
3) Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri.
Sedangkan beberapa kriteria yang harus dipenuhi instrumen penilaian sikap melalui
penilaian diri adalah sebagai berikut:
1) Umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian terhadap hasil
penilaian diri peserta didik;
2) Umpan balik disampaikan secara lisan melalui konferensi atau secara tertulis dan
bersifat konstruktif;
3) Umpan balik memotivasi peserta didik untuk meningkatkan kompetensinya.

i. Langkah – langkah Penilaian Diri

Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Berikut langkah
– langkahnya:

1) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai;


2) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan;
3) Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar tanda
cek, atau skala penilaian;
4) Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri;
5) Guru mengkaji hasil penilaian untuk mendorong peserta didik supaya senantiasa
melakukan penilaian diri secara cermat;
6) Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian
terhadap penilaian diri;
7) Membuat kesimpulan terhadap hasil penilaian dengan menggunakan penilaian
diri berkaitan dengan pencapaian kompetensi;
8) Melakukan tindak lanjut dengan mengacu pada hasil penilaian melalui penilaian
diri.

4) Penilaian anatarpeserta didik atau penilaian antarteman


a. Pengertian penilaian antarpeserta didik
Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik peniialain yang dapat digunakan
untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap dengan cara meminta peserta
didik untuk saling menilai satu sama lain

46
b. Keunggulan dan kelemahan penilaian antarpeseta didik
Keunggulan dari penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial antar peserta
didik adalah:
1. Melatih peserta didik untuk berlaku objektif, karena dengan penilaian sikap
antarpeserta didik mereke dituntut objektif terhadap apa yang dilihat dan
dirasakan berkaitan denga sikap dan perilaku temannya;
2. Melatih peserta didik untuk memiliki keterampilan dan kecermatan dalam
melakukan penilaian terhadap suatu objek;
3. Melatih peserta didik untuk memiliki rasa tanggung jawab dengan diberikan
kepercayaan untuk menilai sikap temannya.
Sedangkan kelemahan dari penilain kompetensi sikap spiritual dan sosial melalui
penilaian anatarpeserta didik adalah:
1. Data yang diperoleh dari penilaian antarpeserta didik perlu diverifikasi kembali
oleh guru, karena dikhawatirkan mereka merasa tidak enak ketika diminta menilai
eman sejawatnya;
2. Diperlukan petunjuk yang jelas dan rinci tentang penggunaan instrumen penilaian
antarpeserta didik untuk menghindari salah tafsir terhadap pertanyaan dalam
instrument;
3. Peserta didik perlu menyediakan waktu khusus untuk melakukan penilaian
antarpeserta didik.

c. Aspek yang dinilai dalam penilaian antarpeserta didik


Aspek aspek kompetensi sikap spiritual yang dapat dinilai dengan penilaian diri

No Aspek Mata pelajaran Kelas


1. kebiasaan berdoa sebelum dan Pendidikan agama islam dan SD/I
sesudah belajar budi pekerti
2. Menghindari perilaku tercela Pendidikan agama islam dan SD/IV
budi pekerti
3. kebiasaan mensyukuri karunia pendidikan agama islam dan SD/I
dan pemberian budi pekerti
4. Kebiasaan shalat dengan tertib pendidikan agama islam dan SD/IV
budi pekerti
5. Kebiasaan berbuat terpuji di Pendidikan agama islam dan SD/IV
sekolah dan di rumah budi pekerti
6. Kebiasaan berteman tanpa PPKN SD/I
membedakan suku dan agama

Aspek aspek kompetensi sikap sosial yang dapat dinilai dengan penilaian diri

No Aspek Mata Pelajaran Kelas


1. Kebiasaan berbahasa santun Bahasa Indonesia SD/I
dalam kehidupan sehar hari
2. Kebiasaan memiliki sikap rasa Matematika SD/I
ingin tahu pada matematika
3. Kebiasaan menunjukkan IPA SMP/VII
perilaku bijaksa dalam aktivitas

47
sehari hari
4. Kebiasaan menunjukkan IPA SMP/VII
perilaku bertanggug jawab
dalam aktivitas sehari hari
5. Kebiasaan berlaku jujur dalam Sejarah Indonesia SMA/X
mengerjakan tugas tugas dari
pembelajaran sejarah
6. Kebiasaan belaku bertangung Sejarah Indonesia SMA/X
jawab dalam mengerjakan tugas
tugas dari pembelajaran sejarah
7. Kebiasaan memiliki perilaku Pendidikan agama islam dan SD/IV
hormat dan patuh kepada orang budi pekerti
tua, guru dan sesame anggota
keluarga

d. Prinsip prinsip dalam penilaian antarpeserta didik


Prinsip prinsip yang harus diperhatikan dalam penilaian anarpeserta didik adalah
sebagai berikut:
1. Aspek aspek yang mau dinilai oleh peserta didik melalui penilaian antarpeserta
didik harus jelas;
2. Menentukan dan menetapkan cara dan prosedur yang digunakan dalam penilaian
antar peserta didik, misalnya dengan daftar cek atau dengan skala;
3. Menentukan bagaiamana mengolah dan menetukan nilai hasil penilaian
antarpeserta didik;
4. Membuat kesimpulan hasil penilaian antar peserta didik yang dilakukan oleh
peserta didik.

e. Rambu rambu penilaian antarteman


Beberapa hal yang harus dilakukan dalam merencanakan penilaian dengan
menggunakan teknik penilaian sebaya atau penilaian antarteman adalah sebagai
beriukut:
1. Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai;
2. Menyusun kriteria penilaian yang akan digunakan;
3. Menyusun format penilaian (dapat berupa pedoman penskoran, daftar tanda cek,
skala penilaian atau diferensiasi semantik).
Sedangkan hal yang harus dilakukan dalam melaksanakan penilaian melalui
teknik penilaian antarteman adalah sebagai berikut:
1. Menyampaikan kriteria penilian kepada peserta didik;
2. Membagikan format penilaian diri kepada peserta didik;
3. Menyamakan persepsi tentang setiap indikator yang akan dinilai;
4. Menetukkan penilaian untuk setiap peserta didik – satu orang peserta didik
sebaiknya dinilai oleh beberapa teman lainnya;
5. Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian terhadap sikap temannya pada
lembar penilaian.

48
Sementara hal yang harus dilakukan dalam memberikan umpan balik adalah
sebagai berikut:
1. Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian
terhadap hasil penilaian sebaya;
2. Umpan balik disampaikan secara lisan melalui konferensi atau secara tertulis dan
bersifat konstruktif;
3. Umpan balik memotivasi peserta didik untuk meningkatkan kompetensinya.
Instrument penilaian sebaya penilaian antarteman perlu memenuhi beberapa
acuan kualitas berikut:
1. Instrument sesuai dengan kompetensi dan indikator yang akan diukur;
2. Indikator dapat dilakukan melalui pengamatan oleh peserta didik;
3. Kriteria penilaian dirumuskan secara simpel atau seerhana;
4. Menggunakan bahasa lugas dan dapat dipahami peserta didik;
5. Menggunakan format penilaian sederhana dan mudah dipahami oleh peserta
didik;
6. Kriteria penilaian yang digunakan jelas, tidak berpotensi munculnya penafsiran
makna ganda/berbeda;
7. Indikator yang digunakan menunjukkan sikap peserta didik dalam situasi yang
nyata atau sebenarnya;
8. Instrumen dapat mengukur target kemampuan yang akan diukur;
9. Instrument memuat indikator kunci atau esensial yang menunjukan penguasaan
satu kompetensi peserta didik;
10. Indikator menunjukkan sikap yang dapat diukur;
11. Mampu memetakan sikap peserta didik dari kemapuan pada level terendah sampai
kemampuan tertinggi.

f. Langkah langkah penilaian anatrpeserta didik


1. Menetukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai melalui
penilaian antar peseta didik;
2. Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan dalam penilaian antarpeserta
didik;
3. Merumuskan format penilaian;
4. Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian anatarpeserta didik secara
objektif;
5. Guru mengkaji penilaian untuk mendorong peserta didik supaya senantiasa
mealkuka penilaian antarpeserta didik secara cermat dan objektif;
6. Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian
terhadap penilaian antarpeserta didik;
7. Membuat kesimpulan terhadap hasil penilaian dengan menggunakan penilaian
antarpeserta didik berkaitan dengan pencapaian komptensi sikap spiritual dan
sosial dari peserta didik;
8. Melakukan tindak lanjut dengan mengacu pada hasil penilaian melalui penilaian
antarpeserta didik.

g. Contoh instrument penilaian antarpeserta didik dan pengolahan hasil penilaian


antarpeserta didik

49
Dalam melakukan penilaian antarpeserta didik guru dapat menggunakan
instrument penilaian berupa angket atau kusioner yang harus diisi oleh peerta didik
untuk menilai antarpeserta didik lainnya. Berikut ini contoh angket untuk
penilaiannya.

Siswa yang dinilai : Ani

Siswa yang menilai : Maulana

Mata pelajaran : IPA

Kelas/semester : VIII/1

Sekolah : SMP Madania

Kompetensi inti sosial : menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,


tanggung jawab, peduli, santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaanya

Kompetensi dasar : menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu;


objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis;
inovatif dan peduli lingkungan dalam aktivitas sehari hari

Kompetensi sosial : sikap sosial dalam perilaku ilmiah dalam praktikum IPA

yang dinilai

hari/tanggal penilaian : kamis, 29 agustus 2013

tema penilaian : perilaku ilmiah dalam praktium IPA

No Pertanyaan Muncul
. Ya Tidak
1. Menggunakan pakaian khusus untuk praktikum √
2. Menggunakan alat praktikum dengan hati hati √
3. Menunjukkan perilaku serius dalam melakukan praktikum √
4. Menyampaikan data hasil praktikum secara objektif √
5. Mengembalikan alat alat praktikum pada tempatnya √
6. Menjaga kebersihan ruangan praktikum √
7. Menerima masukan atas kekeliruan hasil praktikum. √
8. Bekerja sama dengan teman dalam melakukan praktikum √
9. Pantang menyerah ketika hasil praktikum gagal √
10. Menyelesaikan pratikum dengan tepat waktu √
11. Tidak bercanda dalam melakukan kegiatan praktikum √
12. Menghargai hasil praktikum teman atau kelompok lain yang √
berbeda

50
CATATAN:

1. Bila menjawab ya pada pernyataan positif maka skornya 1 dan menjawab tidak
skornya 0;
2. Bila menjawab ya pada pernyataan negatif maka skornya o dan menjawab tidak
skornya 1;
3. Guru hendaknya memandu pemahaman peserta didik terhadap instrument
penilaian antarpeserta didik, terutama dalam memahami pernyataan, sehingga
tidak salah tafsir.
Nilai = skor perolehan : skor maksimal x 100.

Langkah pengolahan hasil penilaian diri di atas adalah:

1. Memberikan skor untuk masing masing butir pertanyaan, yakni


1,1,1,1,0,1,1,1,0,1,1, dan 0;
2. Menjumlahkan skor perolehan, yaitu 9;
3. Memasukkan skor perolehan ke dalam rumus nilai dan menghitung hasilnya,
yaitu:
Nilai = 9 : 12 x 100
= 75
Konvensi skala 4:
75 : 100 x 4 = 3,00

Keterangan penilaian:

1. Nilai 90 – 100 berarti amat baik;


2. Nilai 81 – 90 berarti baik;
3. Nilai 71 – 80 berarti cukup;
4. Nilai 60 – 70 berarti kurang.
Dari perolehan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai sikap sosial Ani adalah
cukup.

5. Jurnal
a. Pengertian penilaian dengan jurnal
Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di laur kelas yang berisi
informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang
berkaitan dengan sikap dan perilaku. Guru hendaknya memiliki catatan catatan
khusus tentang sikap spiritual dan sikap sosial untuk dijadikan dokumen bagi guru
untuk melakukan pembinaan dan bimbingan terhadap peserta didik.
b. Keunggulan dan kelemahan penilaian dengan jurnal
Keunggulan:
1. Dapat memantau perkembangan kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial dari
peserta didik secara periodik;

51
2. Data atau catatan peserta didik baik yang merupakan kekuatan maupun
kelemahan dapat dijadikan bahan pembinaan;
3. Membantu guru untuk mengenal lebih detail tentang kondisi peserta didik;
4. Relatif lebih objektif, karena pemantauan perkembangan kompetensi sikap
spiritual dan sosial dilakukan dari waktu ke waktu secara terus menerus;
5. Peserta didik merasa mendapat perhatian dari guru, sebab segala sikap dan
tindakannya diamati dan dicatat.
Kelemahan
1. Menambah beban guru, karena harus mencatat kekuatan dan kelemahan peserta
didik secara tertulis;
2. Membutuhkan kecermatan dari guru, sehingga kalau kurang teliti dapat
menyebabkan catatan catatan tersebut kurang akurat;
3. Catatan catatan tersebut harus ditindaklanjuti oleh guru, karena kalau tidak
ditindaklanjuti maka informasi atau catatan catatan tersebut tidak ada manfaatnya
bagi peserta didik.

c. Aspek yang dinilai dalam penilaian dengan jurnal


Dalam menentukan aspek aspek yang dapat diukur atau dinilai dengan jurnal,
guru harus melakukan pemetaan terhadap kompetensi sikap spiritual dan sikap
sosial. Penilaian dengan jurnal hanya cocok dan tepat untuk kompetensi sikap
spiritual dan sosial yang dapat didokumentasikan dengan catatan catatan harian dari
peserta didik yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan. Oleh karena itu, guru
jangan memaksakan diri untuk membuat catatan catatan harian peserta didik untuk
semua sikap da perilaku.

d. Prinsip prinsip dalam penilaian menggunakan jurnal


Prinsip yang perlu diperhatikan adalah:
1. Aspek aspek yang mau dinilai oleh peserta didik melalui penilaian dengan
menggunakan jurnal harus jelas;
2. Menentukan dan menetapkan cara dan prosedur yang digunakan dalam penilaian
dengan menggunakan jurnal;
3. Menetuka bagaimana mengolah dan menentukan nilai hasil penilaian dengan
menggunakan jurnal;
4. Membuat kesimpulan hasil penilaian dengan menggunakan jurnal yang berupa
catatan catatan harian peserta didik.

e. Rambu rambu penilaian menggunakan jurnal


1. Menentukan sikap dan perilaku berdasarkan kompetensi yang telah dirumuskan;
2. Menyusun indikator sikap dan perilaku berdasarkan kompetensi yang telah
dirumuskan;
3. Menentukan lamanya waktu pelaksanaan pengamatan;
4. Merencanakan format jurnal yang akan digunakan untuk mecatat sikap peserta
didik;
5. Mempersiapkan buku/jurnal untuk kepentingan pencatatan.

52
Adapun hal yang harus dilakukan dalam melaksanakan penilaian sikap dengan jurnal
adalah sebagai berikut:

1. Mengamati perilaku peserta didik;


2. Membuat catatan tetang sikap dan perilaku siswa baik di dalam maupun di luar
sekolah;
3. Mencatat tampilan sikap siswa sesuai dengan indikator yang akan dinilai;
4. Mecatat sesuai urutan waktu kejadian dengan membubuhkan tanggal pencatatan
setiap tampilan sikap peserta didik;
5. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan peserta didik berdasarkan catatan sikap
peserta didik tersebut.
Adapun hal yang harus diperhatikan dalam pemberian umpan balik dan pelaporan
selama proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Umpan balik dilakukan dalam pemaknaan erdasarkan pada indikator sikap dan
perilaku yang diamati;
2. Umpan balik diberikan secara langsung dan segera;
3. Umpan balik disampaikan secara lisan dan atau tertulis;
4. Umpan balilk bersifat konstruktif;
5. Pelaporan hasil ditulis dalam bentuk deskripsi dan atau kategorisasi.
Adapun hal yang harus diperhatikan dalam pemberian umpan balik dan pelaporan
pada akhir pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Umpan balik dan pelaporan dijadikan sebagai dasar dalam membuat keputusan;
2. Keputusan diambil berdasarkan tingakt capaian kompetensi;
3. Pelaporan diberikan dalam bentuk kategori capaian sikap dan disertai dengan
deskripsi;
4. Pelaporan bersifat tertulis;
5. Pelaporan disampaikan kepada wali kelas untuk dituliskan dalam laporan atau
buku rapor;
6. Pelaporan bersifat komunikatif dan mudah dipahami oleh orang tua atau peserta
didik;
7. Pelaporan mencantumkan capaian kompetensi/kemampuan peserta didik.
Sedangakan kriteria atau acuan hal yang harus dipenuhi untuk instrument penilaian
dengan menggunakan jurnal adalah sebagai berikut:

1. Mengukur capaian kompetensi sikap yang penting untuk dikembangkan;


2. Sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator;
3. Menggunakan format yang sederhana dan mudah diisi atau digunakan;
4. Dapat dibuat rekapitulasi tampilan sikap peserta didik secara kronologis;
5. Memungkinkan untuk dilakukannya pencatatan yang sistematis, jelas dan
komunikatif;
6. Format pencatatan memudahkan dalam pemaknaan terhadap tampilan sikap
peserta didik, menuntun guru untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan
peserta didik.

53
f. Langkah langkah penilaian menggunakan jurnal
1. Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai melalui
penilaian dengan menggunakan jurnal;
2. Menetukan kriteria penilaian yang akan digunakan dalam penilaian dengan
menggunakan jurnal;
3. Merumuskan format penilaian;
4. Mencatat kekuatan dan kelemahan peserta didik dalam buku catatan harian serta
cermat dan teliti;
5. Gurung mengkaji hasil penilaian dengan jurnal data dan catatan catatan peserta
didik cermat dan objektif;
6. Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian
terhadap penilaian dengan menggunakan jurnal;
7. Membuat kesimpulan terhadap hasil penilaian dengan menggunakan jurnal
berkaitan dengan pencapaian kompetensi sikap spiritual dan sosial dari peserta
didik;
8. Melakukan tindak lanjut dengan mengacu pada hasil penilaian melalui
wawancara.

6. Wawancara
A. Pengertian penilaian dengan wawancara
Wawancara merupakan teknik penilaian dengan cara guru melakukan wawancara
terhadap peserta didik menggunakan pedoman atau panduan wawancara berkaitan
dengan sikap sripiritual dan sikap sosial tertentu yang ingin digali dari peserta didik.
Dalam melakukan wawancara guru terlebih dahulu membuat pedoman atau panduan
wawancara yang berisi daftar pertanyan yang akan ditanyakan pada peserta didik.
Dalam melakukan wawancara hendaknya tidak menggangu proses belajar mengajar
dan kegiatan peserta didik dalam belajar.

B. Keunggulan dan kelemahan penilaian dengan wawancara


Keunggulan
1. Guru dapat berinteraksi langsung dengan peserta didik;
2. Jika hal hal yang perlu digali lebih lanjut, guru dapat melakukan nya, karena data
diperoleh secara langsung dari peserta didik;
3. Menunjukkan kedekatan emosional antara guru dengan peserta didik.
Kelemahan
1. Kalau dilakukan secara kaku, maka peserta didik tidak mau mengungkapkan
perasaannya secara terbuka;
2. Membutuhkan waktu khusu dalam menggali data dari peserta didik;
3. Wawancara kurang bisa menjangkau seluruh peserta didik dalam satu kelas,
karena membutuhkan waktu.
C. Aspek yang dinilai dalam penilaian dengan wawancara
Dalam menentukan aspek aspek yang dapat diukur atau dinilai dengan
wawancara, guru harus melakukan pemetaan terhadap kompetensi sikap spiritual dan
sosial. Penilaian dengan wawancara hanya cocok dan tepat untuk kompetensi sikap

54
spiritual dan sosial yang dapat dilakukan dengan interviu terhadap peserta didik yang
berkaitan dengan informasi informasiyang ingin digali oleh guru yang berkaitan
dengan kompetensi spiritual dan sosial.

D. Prinsip prinsip dalam penilaian menggunakan wawancara


Prinsip yang harus diperhatikan dalam penilaian dengan ini adalah:
1. Aspek aspek yang mau dinilai oleh peserta didik melalui wawancara dengan
menggunakan lembar pertanyaan harus jelas;
2. Menentukan dan menetapkan cara dan prosedur yang digunakan dalam penilaian
dengan menggunakan wawancara;
3. Menetukan bagaimana mengolah dan menentukan nilai hasil penilaian dengan
menggunakan wawancara;
4. Membuat kesimpulan hasil penilaian dengan menggunakan wawancara yang
berupa catatan catatan hasil wawancara terhadap peserta didik.

E. Langkah langkah penilaian menggunakan wawancara


Penilaian ini dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Oleh karena
itu, penialain dengan mengunakan wawancara dikelas perlu dilakukan melalui
langkah langkah sebagai berikut:
1. Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai melalui
penilaian dengan menggunakan wawancara;
2. Menentukan kriteria penilaian;
3. Merumuskan format penilaian;
4. Mengolah data hasil penilaian dengan wawancara;
5. Membuat kesimpulan terhadap hasil penilaian dengan menggunakan wawancara
berkaitan dengan pencapaian kompetensi sikap spiritual dan sosial dari peserta
didik;
6. Melakukan tindak lanjut dengan mengacu pada hasil penilain melalui wawancara.

2.2 Penilaian Pengetahuan

55
A. Pengertian Penilaian Pengetahuan

Penilaian pengetahuan atau kognitif adalah penilaian yang dilakukan guru untuk
mengukur tingkat pencapaian atau penguasaan peserta didik dalam aspek pengetahuan
meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman, penerapan atau aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Dalam kurikulum 2013 kompetensi pengetahuan menjadi kompetensi inti
dengan kode kompetensi inti 3 (KI 3). Kompetensi pengetahuan mereflesikan konsep-
konsep keilmuan yang harus dikuasai oleh peserta didik melalui proses belajar mengajar.

B. Ruang lingkup penilaian Pengetahuan

Dalam ranah pengetahuan atau kognitif itu terdapat enam jenjang proses berpikir,
yakni: (1) kemampuan menghafal, (2) memahami, (3) menerapkan, (4) menganalisis, (5)
mensintesis, dan (6) mengevaluasi. Berikut ini penjelasan masing masing proses berpikir
kompetensi pengetahuan atau kognitif, yakni:

1. Pengetahuan/Hafalan/Ingatan (knowledge)
Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-
ingat kembali atau mengenali kembali tentang nama,istilah, ide, gejala, rumus-
rumus, dan sebagainya tanpa mengharapkan kemampuan untuk
menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan ini adalah merupakan proses berpikir
yang paling rendah. Kemampuan pengetahuan juga dapat diartikan kemampuan
mengetahui fakta, konsep, prinsip, dan skill.
Dalam kegiatan belajar dapat ditunjukkan melalui: (1) mengemukakan arti, (2)
memeberi nama, (3) membuat daftar, (4) menentukan lokasi, (5) mendeskripsikan
sesuatu, meneceritakan sesuatu yang terjadi, dan menguraikan sesuatu yang
terjadi. Contoh hasil belajar yang berkaitan dengan pengetahuan atau ingatan
adalah peserta didik dapat menyebutkan tujuan berdirinya organisasi ASEAN.

2. Pemahaman (Comprehension)

Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti


atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan
demikian, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya
dari berbagai aspek. Kemampuan memahami juga dapat diartikan kemampuan
tentang hubungan antarfaktor, antarkonsep, antardata, hubungan sebab akibat, dan
penarikan kesimpulan.

Dalam kegiatan belajar ditunjukkan melalui: (1) mengungkapkan gagasan atau


pendapat dengan kata-kata sendiri, (2) membedakan, membandingkan,
menginterpretasi data, mendeskripsikan dengan kata-kata sendiri. Contoh hasil
belajar yang berkaitan dengan pemahaman adalah peserta didik dpat menjelaskan
makna organisasi ASEAN bagi bangsa Indonesia dalam aspek ekonomi.

3. Penerapan (application)

56
Penerapan atau aplikasi (application) adlaah kesanggupan seseorang untuk
menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode,
prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan sebagainya dalam situasi yang baru
dan konkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berpikir setingkat lebih
tinggi dari pemahaman . Penarapan ini adalah kemampuan mengaplikasikan
sesuatu juga dapat diartikan menggunakan pengetahuan untuk memecahkan
masalah atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam kegiatan belajar dapat ditunjukan melalui: menghitung, melakukan


percobaan, membuat model, dn merancang strategi penyelesaian masalah. Contoh
hasil belajar yang berkaitan dengan penerapan atau aplikasi adlah peserta
didikdapat memberikan penjelasan upaya yang harus dilakaukan organisasi
ASEAN dlam menghadpai era globalisasi dan tata ekonomi dunia baru yang
penuh dengan tantangan.

4. Analisis (Analysis)

Analisis alah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu


bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu
memahami hubungan antara bagian-bagian atau factor-faktor yang satu dengan
faktor-faktor lainnya. Dalam pembelajaran dapat ditunjukan melalui:
mengidentifikasi faktor penyebab, merumuskan masalah, mengajukan pertanyaan
untuk memperoleh informasi, membuat grafik, dan mengkaji ulang. Contoh hasil
yang berkaitan dengan analis alah peserta didik dapat mengidentifikasi penyebab
pasang surutnya kiprah organisasi ASEAN dalam kancah regional dan
internasional.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses


berpikir analisis. Sintesi merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian
atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang
berstrukstur atau berbentuk pola baru. Dalam kegiatan pembelajaran dapat
ditunjukan melalui: membuat desain, menemukan penyelesaian atau solusi
masalah, memprediksi, merancang model produk tertentu, dan menciptakan
produk tertentu. Contoh hasil belajar yang berkaitan dengan sintesis adalah
peserta didik dapat memprediksi bagaimana kalau organisasi ASEAN itu bubar.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap


suatu situasi, nilai, atau ide. Misalnya jika seseorang dihadapkan pada beberapa
pilihan, maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik, sesuai dengan

57
patokan-patokan atau kriteria tertentu . kemampuan melakuakn evaluasi juga
dapat diartikan mempertimbangkan dan menilai benar salah, baik buruk,
bermanfaat tidak bermanfaat.Dalam pembelajaran dapat ditunjukan melalui:
mempertahankan pendapat, beradu argumentasi, memilih solusi terbaik,
menyusun kriteria penilaian, menyarankan perubahan, menulis laporan,
membahas suatu kasus, dan menyarankan strategi baru. Contoh hasil belajar yang
berkaitan dengan evaluasi adalah peserta didik dapat memberikan evaluasi
terhadap organisasi ASEAN dalam mewujudkan kawasan Asia Tenggara yang
damai dan sejahtera.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa peserta didik


diklasikan menjadi dua,yaitu tingkat tinggi dan tingkat rendah. Kemampuan
tingkat rendah terdiri atas pengetahuan, pemahaman dan penerapan. Sedangkan
kemampuan tingkat tinggi meliputi analisis, sintesis, dan evaluasi. Dilihat dari
cara berpikir, maka kemampuan berpikir tingkat tinggi diagi menjadi dua, yaitu
berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis merupakan kemampuan
memberikan rasionalisasi terhadap sesuatu dan mampu meberikan penilaian
terhadap sesuatu tersebut. Sedangkan berpikir kreatif adalah kemampuan
melakukan generalisasi dengan menggabungkan, mengubah atau mengulang
kembali keberadaan ide-ide tersebut.

C. Teknik dan Contoh Instrumen Penilaian Kompetensi Pengetahuan


Guru menilai kompentensi pengetahuan melalui: (1) tes tertulis dengan menggunakan
butir soal, (2) tes lisan dengan bertanya langsung terhadap peserta didik menggunakan
daftar pertanyaan, dan (3) Penugasan atau proyek dengan lembar kerja tertentu yang
harus dikerjakan oleh peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
Teknik-teknik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Tes Tulis
a. Pengertian Tes Tulis
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tulis. Tes tertulis merupakan tes
dimana soal dan jawaban yang berikan peserta didik tidak selalu merespons
dalam bentuk menulis jawaban, tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti
memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya. Teknik penilaian
tertulis dipergunakan untuk mengukur kemampuan kognnitif yang meliputi
ingatan atau hafalan, pemahamanan, penerapan atau aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi. Tes tertulis termasuk dalam kelompok tes verbal, artinya tes yang
soal dan jawaban yang diberikan oleh peserta didik berupa bahasa tulisan.
Teknik penilaian tertulis sebaiknya tidak dipergunakan untuk mengukur
kompetensi yang sifatnya keterampilan atau skill, seperti keterampilan
mencangkok, kemampuan melakukan eksperimen atau percobaan, berbicara,
menyunting dan beberapa keterampilan lainnya yang ada dalam mata pelajaran
lain. Hal ini dikarenakan teknik tes tertulis tidak mampu mengungkap kompetensi
yang akan diukur sebab ketrampilan yang disebutka tadi berada diranah atau
dimensi keterampilan skill yang harus diukur dengan kinerja dan hasil.

58
b. Bentuk Tes Tertulis
Bentuk tes tertulsi adalah bentuk tes tertulis apa yang digunakan oleh guru
dalam mengukur pencapaian kompentsi pengetahuan peserta didik. Tes tertulis
terdiri dari: (1) soal pilihan ganda, (2) isian, (3) jawaban singkat (pendek), (4)
benar-salah, (5) menjodohkan, (6) uraian.

2. Instrumen Tes Lisan


a. Pengertian Tes Lisan
Tes lisan adalah tes yang dipergunakan untuk mengukur pencapaian tingkat
kompetensi, terutama pengetahuan (kognitif) dimana guru memberikan
pertanyaan langsung kepada peserta didik secara verbal (bahasa lisan) dan
ditanggapi secara langsung dnegan menggunakan bahasa verbal juga. Tes lisan
menuntut peserta didik memberikan jawaban secara lisan. Tes lisan biasanya
dilaksanakan dengan cara mengadakan percakapan antara siswa dnegan tester
tentang masalah yang diujikan. Pelakasaaan tes lisan melakukan Tanya jawab
secara langsung antara peserta didik dan pendidik. Tes lisan digunakan untuk
mengungkapkan hasil belajar siswa pada aspek pengetahuan. Tes lisan dapat
dilakukan secara individual maupun berkelompok.
b. Kelebihan dan Kekurangan Tes Lisan
Kelebihan tes lisan adalah:
1) Dapat digunakan untuk menilai kepribadian dan kompetensi penguasaan
pengetahuan peserta didik, karena dilakukan secara face to face (tata muka);
2) Jika peserta didik belum jelas dengan pernyataan yang diajukan, guru dapat
langsung memperjelas pertanyaan yang dimaksud;
3) Dari sikap dan cara menjawab pertanyaan, guru dapat mengetahui apa yang
tersirat disamping apa yang tersurat dalam jawaban;
4) Guru dapat menggali lebih lanjut jawaban peserta didik sampai mendetail,
sehinggga mengetahui bagian mana yang paling dikuasi oleh peserta didik;
5) Tepat untuk mengukur kecakapan tertentu, seperti kemampuan membaca dan
memahami konsep tertentu;
6) Dapat mengetahui kemampuan komunikasi peserta didik;
7) Guru dapat mengetahui secara langsung hasil tes seketika.

Disamping kelebihan tes lisan juga memiliki kekurangan, yakni:

1) Apabila hubungan antara pendidik dan peserta didik kurang baik, misalnya
tegang, menakutkan akan memengaruhi objektivitas hasil;
2) Keadaan emosional peserta didik sangat dipengaruhi oleh kehadiran pribadi guru
yang dihadapinya;
3) Pertanyaan yang diajukan kepada peserta didik sering tidak s,a jumlahnya
maupun tingkat kesukarannya;
4) Membutuhkan waktu yang lama untuk melaksanakannya;

59
5) Kebebasan peserta didik menjawab pertanyaan menjadi berkurang, sebab sering
kali guru memotong jawaban sebelum peserta didik menuangkan semua
pemikirannya;
6) Seringkali guru terlalu cepat menyimpulkan jawaban peserta didik sebelum
selesai menjawab pertanyaan. Misalnya, peserta didik baru menjawab dua atau
tiga kalimat, langsung dipotong ”saya sudah tahu maksud jawaban kalian,
jawban tidak perlu diteruskan” tanpa memberikan kesempatan untuk mengajukan
argumentasi secukupnya.

Kelemahan tes lisan tersebut dapat diatasi dengan cara guru sebelum melakukan tes
lisan melakukan persiapan sebagai berikut:

1) Pertanyaan yang akan diajukan kepada peserta didik dipersiapkan terlebih dahulu
menurut urutan kompetensi yang akan dicapai dengan memehartikan tingkat
kesukaran soal yang proporsional;
2) Setiap peserta didik diberi waktu yang sama, jumlah soal yang sama dan tingkat
kesukaran yang sama;
3) Menyiapkan lembar penilaian yang mencakup aspek yang ditanyakan dan skor
dari tingkat kesukaran soal;
4) Menyiapkan pedoman skorsing dan pengkodean jawaban, sehingga guru dapat
melakukan pencatatan secara singkat, akurat dan tepat setiap jawaban dari peserta
didik;
5) Penentuan nilai akhir dilakukan setelah tes lisan selesai secara keseluruhan;
6) Sebaiknya dalam melakukan tes lisan guru berfungsi sebagai penggali informasi,
bukan hakim yang mengadili, sehingga peserta didik merasa nyaman dalam
mengungkapkan pemikirannya dalam menjawab pertanyaan dari guru.

2.3 PENILAIAN KETERAMPILAN

A. Pengertian Penilaian Pencapaian Kompetensi Keterampilan


Penilaian pencapaian kompetensi keterampilan merupakan penilaian yang
dilakukan terhadap peserta didik untuk menilai sejauh mana pencapaian SKL, KI,
dan KD khusus dalam dimensi keterampilan. SKL dimensi keterampilan untuk
satuan pendidikan tingkat SMP/MTs/SMPLB/Paket B adalah lulusan memiliki
kualifikasi kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak
dan konkret sesuai dengan yang dipelajari disekolah dan sumber lain sejenis
(Permendikbud 54 tahun 2013 tentang SKL). SKL ini merupakan tagihan

60
kompetensi minimal setelah peserta didik menempuh pendidikan selama 3 tahun
atau lebih dan dinyatakan lulus.
B. Cakupan Penilaian Pencapaian Kompetensi Keterampilan
Cakupan penilaian dimensi keterampilan meliputi keterampilan peserta didik
yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
Keterampilan ini meliputi: keterampilan mencoba, mengolah, menyaji, dan menalar.
Dalam ranah konkret keterampilan ini mencakup aktivitas menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat.Sedangkan dalam ranah abstrak,
keterampilan ini mencakup aktivitas menulis, membaca, menghitung, menggambar,
dan mengarang. Kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan proses utama dalam
proses pendidikan secara mikro. Azhar (2011:1) mendefinisikan belajar adalah suatu
proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya.
Pendapat tersebut senada dengan pendapatnya Sadiman et al. (2011:2)
mendefinisikan belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua
orang dan berlangsung seumur hidup sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat.
Driscoll dalam Sharon et al. (2011:11) mendefinisikan belajar (learning) sebagai
perubahan terus menerus dalam kemampuan yang berasal dari pengalaman
pembelajar dan interaksi pembelajar dengan dunia. Pemahaman pembelajaran
sebagai sebuah sistem dapat menginspirasi pemerataan perhatian pada semua
komponen pembelajaran. Dengan demikian guru sebagai juru kunci dalam proses
pembelajaran tidak hanya fokus pada penampilan di depan peserta didik melainkan
juga melaksanakan pekerjaan lain sebelum dan sesudah proses pembelajaran
dilaksanakan. Schunk (2012:5) mendefinisikan pembelajaran merupakan
perubahan yang bertahan lama dalam perilaku, atau dalam kapasitas berperilaku
dengan cara tertentu, yang dihasilkan dari praktik atau bentuk-bentuk pengalaman
lainnya. Dengan demikian sebuah proses belajar dapat dikategorikan sebagai
kegiatan pembelajaran ketika memenuhi tiga kriteria utama yakni menghasilkan
perubahan, perubahan yang terjadi relatif bertahan lama dan proses perubahan
tersebut terjadi melalui pengalaman.

C. Penilaian Keterampilan

Penilaian keterampilan pada umumnya memiliki dua karakteristik dasar berikut:

61
1. Peserta tes diminta untuk menunjukkan atau mendemonstrasikan kemampuannya
dalam bentuk sebuah produk atau terlibat dalam suatu aktivitas ( proses/perbuatan
);
2. Produk hasil praktik juga perlu dinilai. Pada umumnya penilaian kemampuan
melakukan sesuatu di uji tes praktik, sedangkan penilaian hasil atau produk kerja
dinilai menggunakan penilaian proyek. Walaupun tes praktik fokus pada produk,
namun proses pembuatan produk juga perlu dilakukan.

TES PRAKTIK

Tes praktik dilakukan untuk menilai kompetensi siswa dalam keterampilan tertentu, misalnya
berbicara, berenang, berlari, memainkan sebuah alat musi, menggunakan alat ukur, mengelas,
mengemudi, dan sebagainya. Tes praktik dapat menggunakan lembar observasi atau
menggunakan peralatan yang telah di standarlisasi. Beberapa penampilan yang biasa di
observasi adalah presentasi lisan atau pidato, menari, kompetensi atletik, drama, debat dan
lain sebagainya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan tes praktik adalah
sebagai berikut:

a. Cara mengontruksi dan mengadministrasikan tes praktik harus sama untuk semua
siswa. Misalnya: untuk tes menggunakan piano harus menggunakan piano yang sama,
demikian juga dengan urutan peserta yang mengikuti tes harus diatur sedemikian agar
tidak mempengaruhi psikologi peserta yang mengikuti tes praktik;
b. Peserta tes perlu diberi penjelasan yang jelas tentang apa saja yang harus
dipersiapkan, termasuk waktu pelaksanaan tes;
c. Informasi yang disampaikan kepada siswa peserta tes harus mencakup komponen apa
saja yang akan dinilai, dan bagaimana kriteria penilaiannya;
d. Pekerjaan yang di uji dapat dilakukan dengan ketersediaan, ruangan, peralatan, biaya,
dan waktu.

Guru perlu mempersiapkan rubrik penilaian untuk menilai kompetensi setiap siswa yang
diuji. Berikut contoh rubriknya:

Lembar Penilaian untuk Keterampilan Komunikasi Lisan

Penilaian
Standar Sangat Baik Memadai Perlu
Baik Diperbaiki
Mengidentifikasi maksud
pembicaraan
Menggunakan tata bahasa yang
tepat
Berbicara secara jelas dan
mudah dimengerti
Menggunakan pilihan kosakata
yang tepat

62
Intonasi suara sesuai dengan
pesan yang disampaikan

Penilaian menggunakan rubrik dengan kategori seperti diatas sangat dipengaruhi oleh faktor
subjektivitas penilaian. Penilaian juga ada yang menggunakan lembar penilaian dengan daftar
centang. Berikut contoh tabelnya:

Sekolah : SMPN 3 Medan


Bidang Studi : Bahasa Indonesia
Tugas : Pidato
Tanggal/Bulan/Tahun : 12 November 2013
Nama Guru : Sudarsono
Nama Siswa : Sumarsini
Petunjuk:
Berikan tanda centang (√) pada pilihan yang tersedia jika kemampuan siswa dapat diamati
pada waktu berpidato.

I. Ekspresi Fisik
a. Berdiri tegak melihat pada audiensi
b. Mengubah ekspresi wajahnya sesuai dengan perubahan pernyataan yang disajikan
c. Mata melihat kepada audiensi
II. Ekspresi Suara
a. Berbicara dengan kata – kata yang jelas
b. Nada suaranya berubah – ubah sesuai pernyataan yang disesaikan
c. Berbicara cukup keras agar dapat didengar oleh audiensi
III. Ekspresi Verbal
a. Memilih kata – kata yang tepat untuk menegakkan arti
b. Tidak mengulang pernyataan
c. Menggunakan kalimat yang lengkap untuk menguturakan satu pikiran
d. Menyimpulkan pokok – pokok yang penting

Dalam test praktik dapat digunakan sebagai tes diagnostik dan tes formatif. Berikut contoh
tabelnya:

Nama : Zaenuddin Kelas : I


Kriteria Cek 1 Cek 2 Cek 3 Keterangan
Mengenal huruf 2 3 3
Membaca kata 1 1 2
demi kata
Mengulang 1 2 2
Kelancaran 1 1 2
membaca
Mengenal tanda 1 2 3
baca
Intonasi 1 1 2
membaca
Keterangan: 1: mengalami kesulitan; 2:ada kemjun; 3: lancar

63
Kesulitan dan kemajun semua siswa sebaiknya di tabulasi dalam sebuah tabel agar guru dapat
mengetahui siapa saja yang perlu dilatih, berikut contoh tabelnya:

Keterampilan Nama Siswa


Arif Budi Desi Dani Tina Zain
Menduga isi cerita
berdasaran
judulnya
Menafsirkan
ilustrasi dan
memberi makna
Mengingat ide
utama
Mengingat rincian
cerita
Mampu
mengurutkan
kejadian cerita
Membuat
kesimpulan dari
fakta (cerita) yang
disajikan

Langkah – langkah yang perlu diperhatikan dalam membuat rubri penilaian keterampilan
adalah:

1) Mengidentifikasi semua langkah penting yang dapat mempengaruhi hasil kerja;


2) Menuliskan dan mengurutkan semua aspek kemampuan yang diperlukan di awal;
3) Mengusahakan agar aspek kemampuan yang akan diukur tidak terlalu banyak agar
semuanya dapat diobservasi secara seksama selama siswa melaksanakan tugas;
4) Mendefinisikan dengan jelas semua aspek kemampuan yang akan diukur sehingga
dapat diamati;
5) Membandingkan semua aspek kemampuan dengan kriteria yang sudah dibuat
sebelumnya oleh orang lain.

Kontruksi lembar penilaian praktik seharusnya disesuaikan dengan indikator yang ditetapkan
dalam rencana pembelajaran. Berikut contoh lembar penilaian yang mencakup indikator hasil
belajar dan sesuai dengan langkah pengembangan

Contoh Lembar Penilaian Praktik Kerja Siswa

Komponen Keahlian : Teknik Instalasi Tenaga Listrik


Standar Kompetensi : Memperbaiki Motor Listrik
Kompetensi Dasar : Melilit Kumparan Motor Listrik
Nama Peserta Didik : ……………………………………………..
Kelas : ………………………………………………
Tanggal : ……………………………………………….

64
Pencapaian
No Indikator Langkah Kegiatan
Ya Tidak
1. Bentangan kumparan Merencanakan jenis
motor listrik digambar kumparan yang akan
sesuai dengan kapasitas digambar
motor listrik Menyiapkan peralatan
gambar
Menggambar jenis kumparan
yang telah direncanakan
pada kertas gambar
Gambar yang dihasilkan
sesuai dengan kapasitas
motor listrik
2. Kumparan motor listrik Memilih peralatan sesuai
dibuat sesuai dengan dengan spesifikasinya
kapasitas motor listrik Memilih kawat email sesuai
dengan kapasitas motor
listrik
Memasang mal pada alat
gulung sesuai prosedur
Melakukan penggulungan
sesuai prosedur
Kumparan yang dihasilkan
sesuai dengan kapasitas
motor listrik
3. Kumparan motor listrik Memasang prespan pada alur
dipasang pada alur – alur – alur stator motor listrik
stator motor listrik sesuai sesuai dengan prosedur
dengan prosedur Memasang kumparan pada
alur – alur stator motor
listrik sesuai prosedur
Menyambung/menyoder
ujung kumparan satu dengan
lainnya sesuai prosedur
Mengetes kumparan yang
telah dipasang tidak ada
yang putus atau lecet
Mengikat kepala kumparan
dengan tali sesuai prosedur

Penilaian juga sebaiknya dilakukan secara holistik, mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan
kerja praktik, penilaian hasil, dan penilaian sikap dalam bekerja seperti diberikan pada contoh
berikut ini.

Contoh Lembar Penilaian Unjuk Kerja Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut

Nama Siswa : …………………………… Kelas : ………………………..


No. Aspek yang Dinilai Skor Maksimal Skor Perolehan

65
1. Persiapan
Pemilihan alat 5
Pemahaman gambar 5
2. Proses ( Sistematika dan Cara Kerja )
Pencekaman benda kerja 10
Pemasangan alat 10
Penggunaan putaran mesin 10
Penggunaan feeding 10
Pengunaan skala pada spindel pemutar 10
3. Hasil Kerja
Kuaitas/ketelitian ukuran 25
4. Sikap Kerja
Penggunaan alat perkakas tangan dan 5
alat ukur
Penggunaan alat keselamatan kerja 5
5. Waktu
Waktu penyelesaian pekerjaan 5
Jumlah 100

PENILAIAN PROYEK

Proyek belajar adalah tugas belajar yang harus diselesaikan oleh siswa dalam waktu tertentu.
Penilaian proyek dilakukan terkait dengan proses dan produk yang dihasilkan. Sebagai
contoh, untuk menilai proses pengerjaan proyek perlu ditinjau beberapa aspek, yaitu:

a. Kemampuan merencanakan dan mengorganisasikan pembuatan proyek;


b. Kemampuan bekerja dalam kelompok;
c. Kemampuan untuk melaksanakan tugas secara mandiri.

Penilaian proses dapat dilakukan dengan menggunakan catatan anekdot yang dibuat guru
selama mengamati kegiatan siswa pada waktu membuat atau melaksanakan proyek. Anekdot
biasanya digunakan untuk mencatat kompetensi yang tidak terlihat pada produk/ hasil karya
siswa.

Contoh Rekapitulasi Penilaian Proses Peaksanaan Proyek

Aspek yang dinilai


No Nama Siswa Skor Nilai
Total
Perencanaan Kerja Tugas
Kelompok Mandiri
1. Amir
2. Cepi
3. Budi
4. Dian
5. Fahri

66
… Dan seterusnya

Penilaian proyek dilakukan mulai dari tahap perencanaan, pengerjaan proyek, sampai tahap
akhir pengerjaan proyek. Contoh format yang dapat digunakan untuk menilai semua tahapan

Nama Siswa :…………………...


Judul Proyek :……………………
Skor ( 1 s.d. 4 )
No. Aspek Penilaian SB B C K
(4) (3) (2) (1)
Perencanaan
Persiapan
1. Penentuan langkah
kegiatan
Pembagian tugas
2. Pelaksanaan
Kerjasama tim
Instrumen/alat yang
digunakan
Efisiensi waktu
3. Laporan proyek
Kualitas proyek
Presentasi
Penguasaan

Penilaian produk suatu proyek perlu mempertimbangkan aspek produk yang dihasilkan dan
pada umumnya dilakukan dua metode penilaian produk, yaitu:

(1) penilaian analitis, merupakan penilaian yang dibuat berdasarkan beberapa aspek
pada hasil karya siswa dari berbagai perspektif atau kriteria. Misalnya, foto hasil
karya siswa dinilai dari segi keterampilan teknis dan kualitas hasil foto secara visual;
(2) penilaian holistis. Penilaian menyeluruh terhadap produk akhir yang dihasilkan oleh
siswa.

Contohnya, penilaian analitis untuk menilai hasil kerja siswa berupa proyek seni.

No. Kriteria Tingkat kemampuan


1 2 3 4 5
1. Pemikiran dan ekspresi yang
kreatif
2. Ketekunan dalam melakukan
percobaan
3. Keterampilan teknis
4. Pemahaman karakteristik dan
fungsi media yang dipiih
5. Pemahaman dasar – dasar
desain

67
Keterangan: skala nilai yang rendah (1) menunjukan kualitas keterampilan yang rendah,
sedangkan skala nilai yang tinggi (5) menunjukan kualitas keterampilan yang tinggi

Contoh instrumen penilaian holistik untuk sebuah karya seni adalah sebagai berikut:

Aspek yang dinilai: Bagaimana hasil karya seni dapat mengomunikasikan ide siswa?

Guru membuat skala penilaian holistik yang memiliki interval 0 sampai 4, dengan kategori
sebagai berikut,

Nilai Kategori Kriteria

Hasil karya mengandung


4 Sangat tinggi pesan yang kuat dengan
menggunakan elemen seni
yang meyakinkan, dibuat
dengan keterampilan prima,
dan diselesaikan secara baik.
Tujuan karya cukup jelas,
3 Baik dengan penggunaan elemen
yang cukup, dan
penyampaian perasaannya
memadai.
2 Memadai Menggunakan elemen seni
untuk mengomunikasikan ide
pokok, memiliki keterkaitan
antara kesan dengan ide dan
tujuan, namun tidak memiliki
rasa seni
1 Rendah Tujuan karya kurang terlihat
dan tidak ada keterkaitan
antara kesan dengan ide yang
ingin disampaikan.

Penilaian karya proyek juga dapat menggunakan rubrik yang dikembangkan berdasarkan
aspek penting dari produk yang akan dinilai. Berikut ini contoh rubrik untuk menilai hasil
karya gambar yang dibuat oleh siswa.

Kriteria Sangat Baik Baik kurang Perlu Revisi


(A) (B) (C) (D)
Kemahiran dan Menujukkan Menunjukkan Menunjukkan Tidak
ide yang kemahiran siswa keamhiran keterampilan menunjukkan
disampaikan dalam membuat membuat karya dalam membuat kemahiran siswa
karya seni dan seni karya, namun dalam membuat
karya sesuai masih belum karya seni
dengan tujuan mahir
Kerapihan Hasil karya Hasil karya Hasil karya Hasil karya
bersih dan rapi cukup rapi dan cukup rapi, tidak rapi,
bersih, namun namun buram, dan
masih terlihat sebagaian terlipat

68
bekas koreksi kelihatan buram
(hapusan) dan terlihat
bekas koreksi
Kreatifitas Ekspresi tentang Menggunakan Terlihat Ekspresi yang
pemikiran garis dan pemikiran seniri, disampaikan
kreatif yang bayangan yang namun tidak tidak kreatif dan
diyatakan secara menggambarkan menggunakan bukan
efektif dengan pemikiran penggambaran merupakan
menggunakan sendiri bayangan pemikiran
garis dan sendiri
bayangan
Kriteria lainnya

PORTOFOLIO
Portofolio berupa koleksi pekerjaan yang dimiliki dan digunakan oeh fotografer untuk
menunjukan prospektif pekerjaan kepada pelanggannya. Jadi, portofolio dapat digunakan
untuk menunjukkan kemampuan atau hasil belajar. Secara umum portofolio adalah adalah
suatu kumpulan karya atau berkas pilihan yang dapat memberikan informasi untuk keperluan
penilaian. Kumpulan atau hasil kerja tersebut dapat berupa pekerjaan siswa selama waktu
tertentu yang dapat memberi informasi tentang apa yang dilakukan siswa terkait dengan hal
yang dipelajari. Peniaian portofolio dapat merefleksikan perkembangan keterampilan siswa
dalam selang waktu tertentu. Penilaian portofolio merupakan penilaian autentik yang
mendeskripsikan yang yang dapat dilakukan siswa setelah memahami caanya. Namun, cara
penilaian portofolio ini hanya cocok untuk mengukur keterampilan siswa jika pembelajaran
menghasilkan sebuah produk atau karya. Penilaian ini bersifat terbuka dan melibatkan siswa
dalam pengukuran keterampilan berdasarkan hasil kerjanya. Hasil kerja yang dihasikan siswa
akan menjadi ukuran tentang seberapa baik tugas yan diberikan kepada siswa.

Tahapan pelaksanaan penilaian portofolio yang dapat digunakan sebagai bahan reflesi siswa
mencakup lima tahap, yakni sebagai berikut:

a. Pengumpulan bukti produk yang menunjukan pencapaian kompetensi. Siswa


mengumpulkan bukti produk atau karya pencapaian hasil belajar untuk sebuah tema
tertentu. Kemudian ditetapkan sebagai portofolio yang akan dinilai, jadi tahapan
yang perlu dilakukan adalah pengumpulan produk atau tugas belajar, pemilihan
produk yang akan dinilai, dan penetapan portofolio yang akan dinilai;
b. Refleksi pembelajaran.refleksi dilakukan untuk menilai pembelajaran setelah
kegiatan belajar selesai dilakukan dalam upaya melakukan peningkatan. Refleksi
pembelajaran utnuk penilaian portofolio dilakukan untuk menjawaab beberapa
pertanyaan;
c. Evaluasi bukti capaian pembelajaran. Setelah siswa mengumpulkan portofolionya,
guru melakukan penilaian dengan menggunakan rubrik penilaian. Penilai dapat

69
memperlihatkan rubrik penilaian beserta deskriptornya kepada siswa untuk
perbaikan pembelajaran yang dapat dilakukan;
d. Mempertahankan bukti hasil belajar. Tahap ini dilakukan untuk memperjelas
penilaian yang dilakukan, terutama jika siswa dianggap tidak berhasil dalam belajar.
Wawancara perlu dilakukan untuk memperoleh klarifikasi dari siswa tentang
kualitas portofolio yang dibuatnya;
e. Keputusan penilaian. Keputusan tentang capaian hasi belajar dilakukan secara
bersama oleh para penilai setelah melakukan wawancara terhadap siswa. Jika
terdapat perbedaan penilaian, para penilai harus berdiskusi untuk menetapkan hasil
akhir bagi siswa berdasarkan bukti portofolio yang diamati.

Penilaian portofolio merupakan penilaian proses dan hasil belajar. Proses belajar yang dinilai
misalnya diperoleh dari buku catatan harian tentang pekerjaan yang dilakukan. Sementara itu,
penilaian hasil dilakukan dengan menilai hasil akhir suatu tugas yang diberikan oleh guru.
Portofolio merupakan sumber informasi bagi guru dan siswa, untuk mengetahui
perkembangan pengetahuan.

Berikut ini dipaparkan beberapa kompetensi yang dapat dinilai menggunakan penilaian
portofolio dan contoh portofolionya.

Penilaian Kompetensi Contoh Portofolio

Perkembangan pemahaman siswa pada Catatan, kerangka awal, draf kasar, kritik
periode tertentu struktur, dan finalisasi tulisan.

Pemahaman beberapa konsep dari topik yang Beberapa tulisan pendek, uraian singkat
diberikan

Bakat Hasil ilustrasi kemampuan menulis,


kombinasi karya cetak dan buku cetak

Kemampuan menunjukkan pekerjaan original Hasil produksi artistik/estetik seperti sajak,


musik, gambar, rekaman audio-video

Pelaksanaan kegiatan selama periode waktu Hasil kegiatan selama magang atau
tertentu mengerjakan penelitian dengan
menyesuaikan kategori yang ada, catatan
harian, hasil survei, artikel ilmiah

Kemampuan menulis Tulisan pada koran, majalah

Kemampuan membuat karya seni Lukisan, foto seni, logo

70
Selain untuk keperluan penilaian hasil belajar dan keterampilan, portofolio dapat dimanfaatan
untuk:

a. Mengetahui perkembangan yang dialami siswa;


b. Mengetahui kelemahan proses pembelajaran;
c. Memberi penghargaan atas prestasi kerja siswa;
d. Meningkatkan efektivitas proses pembelajaran;
e. Mempercepat pertumbuhan konsep diri positif pada siswa;
f. Meningkatkan efektivitas proses pembelajaran;
g. Membantu siswa dalam merumuskan tujuan belajar.

Berdasarkan penggunaannya, portofolio dapat dibedakan dalam:


a) portofolio kerja, menggambarkan proses kerja yang dilakukan, misalnya membuat
sketsa, catatan, draf setengah jadi, dan pekerjaan yang telah jadi. Portofolio ini dapat
digunakan untuk memonitor perkembangan pembelajaran dan menilai cara siswa
mengatur kegiatan belajar;
b) Portofolio dokumentasi, koleksi hasil kerja siswa yang khusus digunakan untuk
penilaian. Siswa perlu memilih koleksi dokumen. Misalnya, portofolio yang dinilai
mencakup hasil akhir tulisan siswa, draf tulisan, dan komentar siswa tentang hasil
tersebut;
c) Portofolio pertunjukan (showcase), koleksi karya terbaik yang dihasilkan oleh siswa
yang telah selesai dan tidak mencakup proses pekerjaan, perbaikan, dan
penyempurnaan pekerjaan yang dilakukan.

Perbedaan portofolio berdasarkan tujuan penggunaanya adalah sebagai berikut.

Jenis Portofolio Tujuan Penggunaan

Portofolio kerja (working portfolio atau 1. Menunjukkan perubahan atau


growth portfolio) pertumbuhan kemampuan siswa
2. Membantu mengembangkan keterampilan
siswa
3. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
siswa
4. Menjajaki perkembangan kinerja atau
pembuatan produk

Portofolio dokumentasi (documentation 1. Dokumentasi capaian untuk penentuan


portfolio atau evaluation portfolio) nilai
2. Dokumentasi kemajuan pencapaian
standar
3. Menempatkan siswa sesuai minat dan
bakatnya

Portofolio pertunjukkan (showcase 1. Menunjukkan capaian pada akhir semester


portfolio)
71
( penilaian sumatif )
2. Menunjukkan karya pada khalayak guna
memperoleh apresiasi dan penilaian

a. Portofolio Kerja
Mencakup hasil kerja siswa dari tahap awal sampai tahap akhir. Penilaian portofolio
dapat digunakan sebagai bahan diskusi antara guru dan siswa untuk mengetahui kemajuan
siswa dalam belajar. Guru dapat menolong siswa untuk mengidentifikasi kelemahan,
kelebihan, serta kelayakan dalam merancang dan meningkatkan proses belajarnya.
Sementara itu, siswa dapat mengendalikan pekerjaannya, merefleksikan strategi belajar,
merancang tujuan belajar, dan memantau perkembangan belajarnya.
Portofolio kerja harus memungkinkan siswa untuk mengevaluasi perkembangan
belajarnya dan dapat digunakan untuk menilai efektivitas proses belajar yang dilakukan.
Portofolio kerja juga seharusnya dapat digunakan untuk mengevaluasi pencapaian
program pengajaran sehingga merupakan masukan bagi guru untuk memperbaiki proses
belajar mengajar.hal yang paling utama dalam penilaian portofolio kerja adalah adanya
pertemuan antara guru dan siswa dalam upaya melihat perkembangan siswa lebih awal
dan memberikan masukan keapada siswa jika dianggap perlu. Kualitas isi portofolio
menggambarkan hasil belajar, sehingga perlu dikembangkan portofolio menggambarkan
hasil belajar, sehingga perlu dikembangkan portoflio kerja yang menyajikan hasil kerja
terkait hasil belajar yang relevan.

Berikut adalah contoh format penilaian diri menggunakan jurnal refleksi untuk menilai
keterampilan.
Jurnal Refleksi Diri
Mata Pelajaran: Nama Siswa:
Kompetensi Dasar: Tanggal Refleksi:

Situasi Pembelajaran:
1. Siapa saja yang terlibat dalam belajar?
2. Apa kontribusi mereka daam pembelajaran?

Refleksi:
1. bagaimana perasaan kamu dalam belajar?
2. Apa hal yang bagus dan kurang bagus dalam situasi belajar?
3. Hal apa saja yang kamu pelajari?

Analisis:
1. Bagaimana proses belajar yang kamu peroleh?
2. Dapatkah kamu mengintegrasikan teori yang dipelajari untuk pengerjaan tugas?
3. Dapatkah kamu mengembangkan kemampuan dalam situasi belajar?

Kesimpulan:

72
Apa kesimpulanmu dalam proses dan kemampuan belajar berdasarkan situasi belajar dan
analisis yang kamu lakukan?

Rencana tindakan:
1. Tindakan apa yang akan kamu lakukan jika kamu menemukan situasi yang mirip pada
masa mendatang?
2. Langkah apa yang kamu lakukan berbasis pengetahuan dan keterampilan yang telah
kamu peroleh?

Guru perlu membuat buku kemajuan siswa untuk membantu siswa dalam meningkatkan
penguasaan keterampilan tertentu dalam rentang waktu tertentu. Buku tersebut dipegang oleh
siswa dan disampaikan kepada guru pada waktu menyerahkan hasil karya harian. Berikut ini
contoh format isi buku terkait dengan kemampuan siswa.

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Nama Siswa : Martina

Kompetensi Dasar : Mampu Membuat Tulisan Deskriptif

Tujuan Belajar : Mampu Menulis Cerita yang Menarik

Tanggal: 23 September 2013 Topik: Berlibur ke Danau Bentuk Karya: Tulisan fiksi
Toba

Keterampilan: Kelebihan: Kekurangan:


Siswa mampu menulis Isi tulisan sesaui judul Tidak ada Diaog
dengan baik bacaan dan ceritanya
mengalir
Saran guru: Paraf Guru:
Coba dilengkapi dengan diaog

Catatan Siswa: Tanda Tangan Orang Tua

b. Portofolio Dokumentasi
Diguunakan untuk penilaian hasil belajar secara autentik. Penilaian yang dilakukan harus
terkait dengan kompetensi dassar dan indikator pencapaian hasil belajar yang telah
ditentukan. Portofolio dokumentasi juga dapat mencakup upaya siswa dalam belajar,
misalnya; perilaku, partisipasi dalam kegiatan di kelas, inisiatif belajar, kerjasama dan

73
ketekunan mengerjakan tugas. Dokumen potrofolio yang dibutuhkan untuk melihat
ketercapaian standar adalah:

1) Standar yang ditetapkan dan tujuan belajar;


2) Contoh sampel hasil kerja yang sesuai dengan tujuan belajar/standar;
3) Rubrik atau kriteria yang digunakan untuk menilai hasil kerja;
4) Refleksi diri siswa terkait sampel kerja yang diajukan untuk penilaian;
5) Refleksi diri guru terkait dengan ketercapaian tujuan belajar/standar;
6) Analisis atau bukti kemajuan terhadap capaian standar selama satu semester.

Contoh rubrik portofolio untuk menilai kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah
adalah sebagai berikut.
Sangat Baik Baik Kurang Tidak
Kriteria Kompeten
(4) (3) (2) (1)

Memahami Memahami Memahami Memahami Tidak dapat


permasalahan masalah dengan masalah secara masalah dengan memahami
baik secara benar dengan penjelasan guru permasalahan
mandiri arahan terbatas

Membuat Merencanakan Merencanakan Merencanakan Tidak mampu


perencanaan pemecahan pemecahan pemecahan membuat
masalah dengan masalah secara masalah dengan perencanaan
baik secara benar dengan bantuan berarti untuk
mandiri arahan terbatas dari guru dan menyelesaikan
teman masalah

Menyelesaikan Menyelesaikan Menyelesaikan Menyelesaikan Tidak dapat


masalah masalah dengan masalah secara masalah dengan menyelesaikan
baik secara benar dengan bantuan berarti masalah
mandiri arahan terbatas dari guru dan
teman

Mengevaluasi Mengevaluasi Mengevaluasi Mengevaluasi Tidak dapat


proses dan hasil proses dan hasil hasil pemecahan hasil pemecahan melakukan
penyelesaian pemecahan masalah secara masalah dengan evaluasi hasil
masalah masalah dengan benar dengan bantuan dari penyelesaian
baik secara arahan terbatas guru dan teman masalah
mandiri

Contoh dokumen portofolio yang dibutuhkan untuk menempatkan siswa sesuai bakat dan
minatnya adalah sebagai berikut.
1) Contoh hasil kerja siswa;
2) Hasil tes kemampuan akademik;

74
3) Hasil tes minat dan bakat (jika ada);
4) Dokumen analisis kesesuaian hasil kerja dengan standar;
5) Catatan refleksi diri tentang minat dan bakat;
6) Catatan guru tentang sikap dan perilaku siswa;
7) Catatan orang tua tentang sikap dan perilaku siswa.

Catatan guru dan catatan orang tua dapat diperoleh dengan mengisi portofolio penilaian yang
dilakukan pada beberapa kegiatan belajar. Berikut contoh format penilaian portofolio untuk
mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Nama Siswa : Yeni
Komponen Dasar : Mengarang Tanggal : 26 September 2013
Penilaian
Indikator Sangat Kurang Baik Sangat
Kurang Baik

Menulis karangan dengan ide cerita


yang jelas dan penggunaan kalimat
yang mengalir

Menceritakan karangan di depan kelas

Menceritakan karangan di depan kelas

Refleksi Siswa (dicapai melalui): Komentar Guru:

Yeni sangat pandai mengarang cerita dan dapat


Pertolongan guru membuat teman – temannya terharu jika bercerita di
depan kelas
Seluruh kelas

Kelompok kecil

Sendiri

Catatan Refleksi Siswa:


Saya senang mengarang berkat bimbingan orang tua dan arahan guru. Karangan yang saya
sampaikan pada minggu ini merupakan karya saya sendiri setelah menulis selama satu minggu.
Komentar Orang Tua:
Yeni memang pandai bercerita dan sering menulis karangan sejak tellah pandai membaca dan
menulis. Kami membelikan beberapa buku cerita Yeni dan membuat perpustakaan kecil dirumah.

c. Portofolio Pertunjukan
Dirangcang dan dilaksanakan untuk menunjukkan hasil kerja terbaik siswa untuk
mengukur kompetensi tertentu sesuai dengan tujuan pembelajaran dalam kurun waktu

75
tertentu. Salah satu bentuk kegiatan pertunjukan adalah pameran karya seni lukis yang
dibuat setelah belajar selama satu semester. Pemilihan karya yang akan dipamerkan
bergantung pada kualitas karya siswa, yakni:

1) Bagaimana relevansi portofolio terhadap tujuan pembelajaran atau tema yang


telah ditentukan;
2) Seberapa bagus hasil kerja siswa yang menunjukkan kemampuan siswa setelah
mempelajari keterampilan tertentu.

Penilaian ini harus diperhatikan secara seksama, terutama dalam menjamin keaslian
hasil karya yang dikerjakan oleh siswa. Guru harus menelaah kesesuaian antara
bimbingan guru terhadap hasil kerja siswa. Hasil karya yang asli merupakan hal yang
paling penting dalam penilaian portofolio pertunjukan.

d. Penskoran Portofolio Menggunakan Rubrik


Pemberian skor dapat dilakukan dengan menentukan bobot setiap komponen
yang diniai dan menghitung capaian berdasarkan rubrik penilaian yang telah dibuat.
Misalnya, akan digunakan rubrik untuk menilai makalah yang dibuat oleh siswa
berdasarkan hasil pengamatan di lapangan atau hasil percobaan seperti berikut ini.
Sangat Baik Baik Kurang Perlu Revisi
Kriteria
(4) (3) (2) (1)

Judul/maksud Maksud Maksud Tulisan kurang Maksud tulisan


tulisan dapat tulisan dapat konsisten tidak dapat
dipahami dipahami, terhadap maksud dipahami
dengan jelas namun ada yang diusung
keraguan

Isi makalah Makalah Makalah Analisis yang Analisis yang


disajikan didukung data disajikan terlalu disajikan
secara yang umum sehingga diragukan dan
berimbang disajikan informasi kurang membingungkan
dengan sebagai rinci pembaca.
dukungan data sumber
yang valid dan informasi
sesuai dengan
maksud
tulisan

Organisasi isi Ide disusun Ide disusun Tulisan disusun Tulisan tidak
secara logis, secara secara logis memiliki
hubungan logis.kalimat namun organisasi yang
antarkalimat saling hubungan jelas.
terlihat jelas berkaitan dan antaride kurang Keterkaitan
dan ceritaya pembaca terkait antarkalimat dan
mengalir masih dapat ide tidak terlihat
melihat alur

76
cerita

Ketertarikan Tulisan dapat Tulisan cukup Tulisan Tulisan tidak


pembaca membuat menarik, membosankan, menarik untuk
pembaca namun terasa namun beberapa dibaca
tertarik untuk kering bagian ada yang
membaca merisak
setiap bagian

Struktur Kalimat yang Secara umum, Beberapa Terdapat


kalimat digunakan kalimat saling kalimat kesalahan dalam
mengalir dan terkait dan membingungkan struktur kalimat
enak dibaca tulisan
mengalir

Pilihan kata Penggunaan Secara umum, Ada beberapa Banyak


kata dilakukan kata yang kata yang tidak digunakan kata
secara tepat. digunakan tepat untuk yang tidak tepat.
Kata yang cukup tepat, konteks tulisan
digunakan walaupun ada
merupakan yang kurang
kata baku pas
yang sesuai
untuk makalah

Tata bahasa Tata bahasa Ada beberapa Terdapat Banyak sekali


dan aturan dan aturan kesalahan beberapa kesalahan tata
penulisan penulisan kecil dalam kesalahan yang bahasa dan
digunakan tata bahasa mengganggu aturan penulisan
secara tepat atau aturan pembaca
penulisan

Penggunaan Sumber Tulisan Ada beberapa Tidak digunakan


Reverensi rujukan yang didukung oleh informasi yang kutipan dan
digunakan referensi tidak disajikan referensi dalam
cukup jelas namun ada referensinya laporan
dan dapat sebagaian
dipercaya yang
diragukan

Tata cara Penulisan Ada sedikit Terdapat banyak Tidak


pengutipan referensi kesalahan kesalahan dalam menggunakan
referensi menggunakan dalam menulis cara penulisan
(misalnya cara cara APA menulis referensi referensi yang
APA) secara tepat referensi baku

77
Perlu juga dibuat tabel perhitungan skor maksimal berdasarkan pembobotan yang
ditetapkan untuk rubrik tersebut.

Kriteria Bobot Skor Maksimal Bobot x Skor

Judul/maksud 10% 4 40

Isi makalah 15% 4 60

Organisasi isi 10% 4 40

Ketertarikan 10% 4 40
pembaca

Struktur kalimat 15% 4 60

Pilihan kata 10% 4 40

Tata bahasa dan 15% 4 60


aturan penulisan

Penggunaan 10% 4 40
referensi

Tata cara 5% 4 20
pengutipan
referensi (misalnya
cara APA)

Total nilai 100% 400

Skor tertinggi adalah 400 yang setara dengan nilai 100.

D. Teknik dan Instrumen Penilaian Kompetensi Keterampilan

Pengertian Penilaian Kompetensi Keterampilan


Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Kompetensi keterampilan itu sebagai implikasi dari tercapainya kompotensi
keterampilan itu sebagai implikasi dari tercapainya konpetensi pengetahuan dari peserta

78
didik. Keterampilan itu sendiri menunjukkan tingkat keahlian seseorang dalam suatu
tugas atau sekumpulan tugas tertentu. Penilaian kompetensi keterampilan adalah
penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi
keterampilan dari peserta didik yang meliputi aspek imitasi, manipulasi, presisi,
artikulasi, dan naturalisasi. Artinya kompetensi pengetahuan ini menunjukkan peserta
didik tahu tentang keilmuan tertentu dan kompetensi keterampilan itu menunjukkan
peserta didik bisa ( mampu ) tentang keilmuan tertentu tersebut.

Tabel 6.1. Kompetensi ini keterampilan (KI 4) Keas I,II dan III Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI


KELAS I KELAS II KELAS III
4. Menyajikan 4 Menyajikan 4 Menyajikan pengetahuan
pengetahuan faktual pengetahuan faktual faktual dalam bahasa
dalam bahasa yang jelas dalam bahasa yang jelas yang jelas dan logis,
dan logis, dalam karya dan logis, dalam karya dalam karya yang estetis,
yang estetis, dalam yang estetis, dalam dalam gerakan yang
gerakan yang gerakan yang mencerminkan anak
mencerminkan anak mencerminkan anak sehat, dan dalam
sehat, dan dalam sehat, dan dalam tindakan yang
tindakan yang tindakan yang mencerminkan perilaku
mencerminkan perilaku mencerminkan perilaku anak beriman dan
anak beriman dan anak beriman dan berakhlak mulia
berakhlak mulia berakhlak mulia

Kelebihan
1. Dapat memberikan informasi tentang keterampilan peserta didik secara langsung
yang bisa diamati oleh guru;
2. Memotivasi peserta didik untuk menunjukkan kompetensinya secara maksimal;
3. Sebagai pembuktian secara aplikatif terhadap apa yang telah dipelajari oleh peserta
didik.
Kelemahan
1. Sulit dilakukan pada jumlah peserta didik yang terlalu banyak;
2. Membutuhkan kecermatan dalam melakukan pengamatan terhadap unuk kerja
peserta didik dalam kompetensi keterampilan;
3. Menuntut profesionalisme guru karena mengamati unjuk kerja peserta didik dalam
kompetensi keterampilan yang bervariasi.
teknik dan contoh instrument penilaian kompetensi keterampilan
Guru menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian berupa; (1) kinerja; (2) proyek
dengan menggunakan instrument lembar penilaian dokumen laporan proyek; (3) penilaian

79
portofolio dengan menggunakan instrument lebar penilaian dokumen kumpulan portofolio
dan penilaian produk dengan menggunakan instrument lembar penilaian produk.

1. Instrument penilain kinerja atau unjuk kerja


A. Pengertian penilaian unjuk kerja
Penilaian perbuatan atau unjuk kerja adalah penilaian tindakan atau tes praktik yang
secara efektif dapat digunakan untuk kepentingan pengumpulan berbagai informasi tentang
bentuk bentuk perilaku atau keterampilan yang diharapkan muncul dalam diri peserta didik.
Menurut Suwandi (2010:72), penilaian unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal hal berikut:
1. Langkah langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk
menunjukan kinerja tersebut;
2. Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja terebut;
3. Kemampuan kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas;
4. Upayakan kemampuan yang akan diniliai tidak banyak, sehingga semua dapat
diamati;
5. Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang diamati;
6. Peserta didik telah memperoleh semua bahan, alat, instrument, gambar gambar
atau semua perlatan penyelesaian tes;
7. Peserta didik telah mengetahui apa yang harus dikerjakannya dan berapa lama
waktunya serta aspek aspek apa saja yang akan dinilai;
8. Guru sebaiknya jangan memberi bantuan kepada peserta didik, kecuali
menjelaskan petunjuk petunjuk yang telah diberikan kepadanya.

B. Kelebihan dan kekurangan penilaian unjuk kerja


Sebagian dari kelebihannya sebagai berikut:
1. Dapat menilai kompetensi yang berupa keterampilan;
2. Dapat digunakan untuk mencocokan kesesuaian antara pengetahuan mengenai
teori dan keterampilan, sehingga informasinya lengkap;
3. Memotivasi peserta didik untuk menjadi aktif;
4. Guru dapat mengenal lebih dalam lagi bagaimana karakteristik masing masing
peserta didik;
5. Melatih keberanian peserta didik dalam mempermudah penggalian ide ide.
Disamping kelebihan adapun kekurangannya sebagai berikut:
1. Tidak semua materi pelajaran dapat dilakukan penilaian ini;
2. Nilai bergantung pada hasil kerja;
3. Peserta didik yang kurang mampu akan merasa minder;
4. Memerlukan penunjang yang lengkap;
5. Memerlukan waktu yang lama.

C. Instrumen penilaian unjuk kerja


untuk mengamati penilaian unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau
instrument lembar pengamatan atau observasi dengan daftar cek atau skala penilaian.

80
1. Daftra cek (check list)
Dengan mengunakan daftar cek peserta didik mendapat nilai baik atau mampu apabila
yang ditampilkan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh guru. Cara ini
memiliki kelemahan yaitu penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar -
salah, mampu – tidak mampu dan kategori sejenisnya. Dengan demikian, skor yang
diperoleh peserta didik bersifat rigit atau kaku dan tidak terdapat nilai tengah.
2. Skala penilaian (rating scale)
Penilaian ini memungkinkan memberikan nilai tengah terhadap penguasaan
kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana pilihan kategori
nilai lebih dari dua.

D. Langkah langkah penilaian unjuk kerja


1. Tetapkan KD yang akan dinilai dengan teknik penilaian unjuk kerja beserta
indikatornya;
2. Indentifikasi semua langkah langkah penting yang diperlukan atau yang akan
memengaruhi hasil akhir yang terbaik;
3. Tulislah perilaku kemampuan kemampuan spesifik yang penting diperlakukan
untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir yang terbaik;
4. Rumuskan kriteria kemampuan yang akan diukur;
5. Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan kemampuan yang akan diukur;
6. Urutkan kriteria kriteria kemapuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang
diamati;
7. Kalau ada periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria kriteria kemampuan
yang sudah dibuat sebelumnya oleh orang lain dilapangan.
E. Perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan penilaian kompetensi keterampilan
melalui unjuk kerja
Berikut ini merupakan beberapa langkah yang harus dilakukan dalam merencanakan
penilaian unjuk kerja atau praktik.
1. Menentukan kompetensi yang penting untuk dinilai melalui tes praktk;
2. Menyusun indikator hasil belajar berdasarkan kompetensi yang akan dinilai;
3. Menguraikan kriteria yang menunjukan capaian indikator hasil belajar;
4. Menyusun kriteria kedalam rubric penilaian;
5. Menyusun tugas sesuai dengan rubric penilaian;
6. Menyusun tugas jika terkait dengan kegiatan pratikum atau penggunaan alat;
7. Memeperbaiki berdasarkan hasil uji coba, jika dilakukan uji coba;
8. Menyusun kriteria /batas kelulusan/batas standar minimal capaian kompetensi
peserta didik.
Berikut ini adalah langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan penilaian unjuk
kerja.
1. Menyampaikan rubric sebelum pelaksanaan penilaian kepada peserta didik;
2. Memberikan pemahaman yang sama kepada peserta didik tentang kriteria
penilian;
3. Menyampaikan tugas kepada peserta didik;
4. Memeriksa kesediaan alat dan bahan yang digunakan untuk tes praktik;
5. Melaksanakan penilaian selama rentang waktu yang direncanakan;
81
6. Membandingkan kinerja peserta didik dengan rubric penilaian;
7. Melakukan penilaian dilakukan secara individual;
8. Mencatat hasil penilaian;
9. Mendokumentasikan hasil penilaian.
Sementara itu, pelaporan hasil penilaian sebagai umpan balik terhadap penilaian
melalui penilaian unjuk kerja atau praktik harus memerhatikan beberapa hal berikut
ini.

1. Keputusan diambil berdasarkan tingkat capaian kompetensi peserta didik;


2. Pelaporan diberikan dalam bentuk angaka dan atau kategori kemampuan dengan
dilengkapi oleh deskripsi yang bermakna;
3. Pelaporan bersifat tertulis;
4. Pelaporan disampaikan kepasa peserta didik dan orang tua peserta didik;
5. Pelaporan bersifat komunikatif;
6. Pelaporan mencantumkan pertimbangan atau keputusan terhadap capaian kinerja
peserta didik.

F. Rambu rambu penilaian unjuk kerja atau praktik


Tugas untuk penilaian unjuk kerja atau praktik harus memenuhi beberapa acuan
kualitas berikut.
1. Tugas unjuk kerja mengarahkan peserta didik untuk menunjukkan capaian hasil
belajar;
2. Tugan unjuk kerja dapat dikerjakan oleh peserta didik;
3. Mencantumkan waktu/kuru waktu pengerjaan tugas;
4. Sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik;
5. Sesuai dengan konteks/cakupan kurikulum;
6. Tugas bersifat adil;

Sementara itu, rubric penilaian unjuk kerja atau praktik harus memenuhi beberapa
kriteria berikut ini :
1. Rubric memuat seperangkat indikator untk menilai komptensi tertentu;
2. Indikator dalam rubric diurutkan berdasarkan urutan langkah kerja pada tugas atau
sistematika pada hasil kerja peserta didik;
3. Rubric dapat mengukur kemampuan yang akan diukur;
4. Rubric dapat digunakan dalam menilai kemampuan peserta didik;
5. Rubric dapat memetakan kemampuan peserta didik;
6. Rubric disertai dengan penskoran yang jelas untuk pengambilan keputusan.

82
BAB IV  PENILAIAN SIKAP

2.1. Pengertian Penilaian Sikap


Penilaian sikap atau perbuatan adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik dalam
bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan. Penilaian sikap sebagai suatu teknik evaluasi
banyak digunakan hampir setiap mata pelajaran, seperti olahraga, teknologi informasi dan
komunikasi, bahasa, kesenian, dan sebagainya. Penilaian sikap dapat dilakukan secara
kelompok dan individual. Penilaian ini dapat digunakan untuk menilai kualitas suatu
pekerjaan yang telah selesai dikerjakan oleh peserta didik, termasuk juga keterampilan dan
ketepatan menyelesaikan suatu pekerjaan, kecepatan dan kemampuan merencanakan suatu
pekerjaan, dan mengidentifikasi suatu peranti (Arifin, 2014, hlm. 149-150).
Kurikulum 2013 menuntut pembentukan sikap melalui kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan. Kompetensi sikap yang harus dimiliki oleh siswa adalah perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerja sama, cinta damai,
responsif, dan proaktif sebagai bagian dari solusi atas ber- bagai permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. Penilaian sikap harus dilakukan secara
kontinu untuk melihat konsistensi sikap yang ditunjukkan oleh siswa baik di sekolah maupun
di rumah.
Arifin (2014, hlm. 150-151) mengatakan bahwa penilaian sikap sangat ber- manfaat
untuk memperbaiki kemampuan/perilaku peserta didik, karena secara objek- tif kesalahan-
kesalahan yang dibuat oleh peserta didik dapat diamati dan diukur sehingga menjadi dasar
pertimbangan untuk praktik selanjutnya. Sebagaimana jenis penilaian yang lain, penilaian ini
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan penilaian sikap adalah
1. satu-satunya teknik tes yang dapat digunakan untuk mengetahui hasil belajar dalam
bidang keterampilan, seperti keterampilan menggunakan komputer, keterampilan
menggunakan bahasa asing, keterampilan menulis indah, kete- rampilan menggambar
dan sebagainya;
2. sangat baik digunakan untuk mencocokkan antara pengetahuan teori dan keterampilan
praktik, sehingga hasil penilaian menjadi lengkap;
3. dalam pelaksanaannya tidak memungkinkan peserta didik untuk menyontek; dan
4. guru dapat mengenal lebih dalam tentang karakteristik masing-masing peserta didik
sebagai dasar tindak lanjut hasil penilaian, seperti pembelajaran remedial.

Adapun kelemahan atau kekurangan penilaian sikap adalah


83
1. memakan waktu yang lama;
2. dalam hal tertentu membutuhkan biaya yang besar;
3. cepat membosankan; dan
4. memerlukan syarat-syarat pendukung yang lengkap, baik waktu, tenaga maupun
biaya.

2.2. Teknik, Bentuk dan Instrumen Penilaian Sikap


2.2.1. Observasi
Menurut Arifin (2009, hlm. 153), observasi adalah suatu proses pengamatan dan
pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena.
Sebenarnya, observasi sering dilakukan oleh kita secara sadar maupun tidak sadar di
dalam kehidupan sehari-hari, seperti saat kita mengamati orang lain. Observasi berperan
penting dalam kegiatan evaluasi pembelajaran, terutama dalam penilaian sikap peserta
didik. Namun, tak semua yang dilihat oleh guru termasuk ke dalam observasi. Observasi
harus dilakukan dengan sengaja, sistematis dan sesuai dengan aspek-aspek tertentu.
Tujuan utama observasi menurut Arifin (2009, hlm. 153) adalah sebagai berikut.
1. Mengumpulkan data dan informasi mengenai suatu fenomena baik yang
berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya
maupun dalam situasi buatan.
2. Mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun perilaku peserta didik),
interaksi antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati
lainnya, terutama kecakapan sosial (social skills).

Observasi dapat digunakan untuk menilai hasil dan proses peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran. Observasi juga dapat digunakan untuk menilai penampilan
mengajar guru dan perilaku sosial guru. Apabila observasi digunakan sebagai alat
evaluasi, maka evaluator harus memahami konsep dasar observasi, perencanaan
observasi, dan prosedur observasi. Good dkk. (dalam Arifin, 2009, hlm. 154)
mengemukakan ciri observasi, yaitu:

1. Observasi mempunyai arah yang khusus, bukan secara tidak teratur melihat
sekeliling untuk mencari kesan-kesan umum.
2. Observasi ilmiah tentang tingkah laku adalah sistematis, bukan secara sesuka
hati dan untung-untungan mendekati situasi.

84
3. Observasi bersifat kuantitatif, mencatat jumlah peristiwa tentang tipe-tipe
tingkah laku tertentu.
4. Observasi mengadakan pencatatan dengan segera; pencatatan-pencatatan
dilakukan secepat-cepatnya, bukan menyandarkan diri pada ingatan.
5. Observasi meminta keahlian, dilakukan oleh seseorang yang memang telah
terlatih untuk melakukannya.
6. Hasil-hasil observasi dapat dicek dan dibuktikan untuk menjamin keadaan
dan kesahihan.

Dilihat dari kerangka kerjanya, observasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer yang telah
ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor-
faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah
ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas.
2. Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer tidak
dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan observer hanya
dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri.

Apabila dilihat dari teknis pelaksanaanya, observasi dapat ditempuh melalui tiga
cara, yaitu:

1. Observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan secara langsung terhadap


objek yang diselidiki.
2. Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara,
baik teknik maupun alat tertentu.
3. Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil
bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.

Sebagai instrumen evaluasi, tentunya observasi memiliki kelebihan dan


kekurangan. Kelebihan observasi antara lain observasi merupakan alat untuk mengamati
berbagai macam fenomena, observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik
maupun guru yang sedang melakukan suatu kegiatan, banyak hal yang tidak dapat diukur
dengan tes namun lebih tepat diukur dengan observasi, dan tidak terikat dengan laporan

85
pribadi. Adapun kekurangannya antara lain sering kali pelaksanaan observasi terganggu
oleh keadaan cuaca, bahkan ada kesan yang kurang menyenangkan dari observer atau
observi itu sendiri, biasanya masalah pribadi sulit diamati, dan jika proses yang diamati
memakan waktu lama maka observer sering menjadi jenuh.

Adapun langkah-langkah penyusunan pedoman observasi adalah sebagai berikut.

1. Merumuskan tujuan observasi


2. Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi
3. Menyusun pedoman observasi
4. Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan dengan
proses belajar peserta didik dan kepribadiannya maupun penampilan guru
dalam pembelajaran
5. Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan
pedoman observasi
6. Merevisi pedoman observasi berdasarkan hasil uji coba
7. Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung
8. Mengolah dan menafsirkan hasil observasi

Contoh:

INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP SPIRITUAL


(LEMBAR OBSERVASI)

A. Petunjuk Umum
1. Instrumen penilaian sikap sosial ini berupa Lembar Observasi.
2. Instrumen ini diisi oleh guru yang mengajar peserta didik yang dinilai.

B. Petunjuk Pengisian
Berdasarkan pengamatan Anda selama dua minggu terakhir, nilailah sikap
setiap peserta didik Anda dengan memberi skor 4, 3, 2, atau 1 pada Lembar
Observasi dengan ketentuan sebagai berikut:
- skor 4 apabila selalu melakukan perilaku yang diamati
- skor 3 apabila sering melakukan perilaku yang diamati
- skor 2 apabila kadang-kadang melakukan perilaku yang diamati
- skor 1 apabila tidak pernah melakukan perilaku yang diamati

86
C. Lembar Observasi
Kelas/Semester: VII/2
Tahun Pelajaran: Genap
Periode pengamatan: 17 Februari 2020 s.d. 3 Maret 2020
Butir Nilai: Memelihara hubungan baik dengan teman sekelas dan guru
Indikator sikap:
1. Memberi salam pada sesama teman.
2. Menghargai teman ketika berbicara di depan kelas.

Skor Indikator Sikap Sosial (1-4) Jumlah


No. Nama Indikator 1 Indikator 2 Nilai
I II I II Skor
1. Adly Nur F. 4 3 4 4 15 3.75
2 Aisyah Dwi 4 4 3 3 14 3.5
3. Akhsan F. 3 4 3 4 14 3.5

Keterangan

Skor Maksimal: 2 x 2 indikator x 4 = 16

Perolehan Skor
Nilai= x Nilai Ideal (4)
Skor Maksimal

2.2.2. Teman Sejawat


Berikut ini diberikan contoh format penilaian teman sejawat yang diberikan untuk
menilai teman dalam sau kelompok belajar.

Teman yang Dinilai


No Aspek Sikap Indikator Sikap
Ahmad Budi Ucok Zain
1. Membuat Tekun
perencanaan merencanakan
dengan penuh objek yang diamati
Menentukan rincian
tanggung jawab
aspek yang akan
diamati dengan
cermat
2. Melaksanakan Mengamati objek
tugas dengan dengan serius
penuh tanggung

87
jawab
3. Melaksanakan Benar-benar
tugas dengan melaksanakan tugas
penuh kejujuran observasi
Mencatat hasil
observasi ada
adanya (sesuai
fakta)
Tanggal Penilaian: Nama Siswa Penilai:

Format lembar penilaian yang lebih sederhana yang dapat digunakan adalah
sebagai berikut.

Sikap dan Perilaku yang Dinilai


Nama siswa
Tanggung Kerja dan
yang dinilai Kejujuran Disiplin
Jawab Sama sebagainya
Amir
Ahmad
Budi
Cepi
Nama siswa yang menilai:
Tanggal Penilaian:

Rekapitulasi penilaian antarteman sebaiknya dibuat oleh guru untuk melihat


konsistensi dan kesesuaian penilaian dari beberapa siswa yang berbeda. Berikut ini
diberikan contoh rekapitulasi penilaian antarteman.

Aspek yang dinilai: Disiplin (skala 1 s.d 4)


Penilai Teman yang Dinilai
Amir Ahmad Budi Cepi
Amir 4 3 3
Ahmad 5 4 4
Budi 4 4 5
Cepi 4 4 3
Nilai rata-rata 4,3 4 3,3 4,6

88
2.2.3. Catatan Insidental (Anecdotal Records)
Catatan insidental adalah catatan-catatan singkat tentang peristiwa-peristiwa
sepintas yang dialami peserta didik secara perseorangan. Catatan ini merupakan
pelengkap dalam rangka penilaian guru terhadap peserta didiknya, terutama yang
berkenaan dengan tingkah laku peserta didik. Catatan tersebut biasanya berbunyi:
a. Tanggal 23 Februari 2008, Gita menangis sendiri di belakang sekolah, tanpa
sebab.
b. Tanggal 05 Maret 2008, Gita mengambil mistar teman sebangkunya dan tidak
mengembalikannya.
c. Tanggal 21 April 2008, Gita berkelahi dengan Galih, karena Gita berkata,
“Galih anak pungut".
d. Tanggal 14 Mei 2008, Gita berkelahi dengan Gina, karena menuduh Gina
mencuri uang Gita.
Dan sebagainya.

Catatan insidental semacam ini mungkin belum berarti apa-apa bagi keperluan
penilaian Gita, tetapi setelah dihubungkan dengan data-data yang lain sering kali
memberikan petunjuk yang berguna. Catatan ini dapat dibuat di buku khusus atau pada
kartu-kartu kecil, sehingga memudahkan dalam penafsirannya. Contoh:

Kartu Catatan Insidental

Hari/tanggal/bulan/tahun : Rabu, 21 April 2008


Nama Peserta Didik : Gita
Nama SD/Kelas : SD Negeri II Palembang/Kelas V
Nama Observer : Anggi
Tempat Observasi : Di dalam kelas
Catatan: Peristiwa: Gita berkelahi dengan Galih, karena Gita berkata: Galih
anak pungut. Kesimpulan sementara: Gita membuat orang tidak senang

Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan catatan insidental, guru


perlu memperhatikan hal-hal berikut ini.

1. Tetapkan terlebih dahulu peserta didik yang sangat memerlukan penyelidikan.


Dalam hal apakah penyelidikan itu harus dilakukan.

89
2. Setiap kegiatan pencatatan suatu peristiwa hendaknya diambil kesimpulan
sementara. Kesimpulan final baru ditentukan setelah membandingkan
beberapa kesimpulan sementara dari beberapa kegiatan pencatatan.
3. Fokus perhatian guru adalah tingkah laku peserta didik yang dianggap perlu
diselidiki itu.

2.2.4. Penilaian Diri


Pelaksanaan refleksi dan menilai diri sendiri adalah dasar untuk mendorong siswa
untuk: (a) bertanggung jawab terhadap kegiatan belajar dan mengajar, dan (b) membantu
peserta didik menjadi terlibat secara aktif dalam proses pendidikannya.
Penilaian diri meliputi tiga proses yang mencakup peran siswa dalam mengamati
dan menafsirkan perilaku dirinya sendiri. Ketiga proses yang perlu dilalui dalam
melakukan penilaian diri adalah sebagai berikut.
a. Siswa menghasilkan pernyataan sendiri yang berfokus pada aspek sikap yang
dirasakan dan ditampilkannya sehari-hari. Guru dapat menyediakan format
penilaian yang berisi pernyataan tentang sikap dan perilaku siswa jika
dibutuhkan.
b. Siswa membuat pertimbangan sendiri dengan menentukan bagaimana sikap
yang seharusnya dapat tercapai.
c. Siswa melakukan reaksi diri, menafsirkan tingkat pencapaian sikap dan
perilaku, dan menghayati kepuasan hasil reaksi dirinya.

Proses yang dapat dilakukan oleh guru dalam membantu siswa menerapkan
penilaian diri adalah dengan mengorganisasikan empat langkah proses penilaian diri,
yaitu:

a. Melibatkan siswa dalam mendefinisikan kriteria penilaian;


b. Membantu siswa dalam menerapkan kriteria;
c. Memberikan umpan balik pada penilaian diri yang dilakukan oleh siswa;
d. Membantu siswa menggunakan data penilaian untuk mengembangkan
rencana perbaikan.
Penilaian diri membuat siswa menjadi partisipan yang lebih aktif dalam penilaian
proses sehingga mereka dapat menilai kelebihan/kekuatan dan kelemahannya,
menganalisis perkembangannya, dan merancang tujuan belajar selanjutnya. Penilaian diri

90
yang jujur sangat dibutuhkan untuk melihat capaian sikap yang diharapkan dimiliki oleh
siswa.
Contoh format penilaian diri setelah melakukan diskusi kelompok

Jaran Jarang Tidak


Deskripsi Aktivitas Selalu
g Sekali Pernah
Selama diskusi saya memberikan beberapa saran
kepada kelompok untuk didiskusikan
Selama diskusi saya mendengarkan saran teman
dan terlibat aktif dalam diskusi
Saya sering mengajukan pertanyaan terkait
dengan topik yang didiskusikan
Saya mengendalikan kelompok dalam kegiatan
diskusi
Saya kurang terlibat dalam diskusi karena
kurang memahami permasalahan
Saya mengerjakan kegiatan sendiri dan tidak
aktif dalam kegiatan kelompok

Penilaian diri untuk sikap dalam melakukan suatu aktivitas di luar kelas sangat
dibutuhkan oleh guru karena sering kali guru tidak dapat mengamati sikap dan perilaku
siswa ketika mereka belajar mandiri atau mengerjakan tugas di luar sekolah. Berikut ini
diberikan contoh penilaian diri untuk menilai kejujuran dan tanggung jawab siswa dalam
melakukan observasi di luar kelas.

Penilaian
Sikap Indikator Sikap
Ya Tidak
Tanggung a. Saya melakukan observasi dengan penuh
jawab konsentrasi
b. Saya melakukan observasi sesuai dengan
tahapan yang disepakati
c. Saya menyelesaikan tugas menulis hasil
observasi sampai selesai
Kejujuran a. Saya mendapatkan data observasi tanpa
menyontek data teman
b. Saya menyusun laporan sesuai data hasil
observasi tanpa mengurangi dan melebihi
c. Saya membuat laporan dengan pilihan kata
dan kalimat yang saya susun sendiri
Percaya Diri a. Saya yakin telah memperoleh data yang

91
cukup sesuai dengan keperluan penelitian
untuk menjawab pertanyaan
b. Saya memahami apa yang ditugaskan dan
pentingnya melaksanakan tugas secara tuntas
c. Saya mampu membuat laporan yang bagus
berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai
sumber

2.2.5. Jurnal
Jurnal merupakan catatan guru yang berisi informasi hasil pengamatan tentang
kekuatan dan kelemahan siswa yang berkaitan dengan sikap dan perilaku siswa di dalam
dan luar kelas. Jurnal merupakan catatan yang berkesinambungan berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan oleh guru dalam rentang waktu tertentu. Guru perlu
mempersiapkan lembaran pengamatan untuk mengamati sikap dan perilaku siswa pada
waktu yang ditentukan.

Hari/Tanggal Pengamatan:
Aspek sikap dan perilaku yang diamati: ketaatan beribadah, toleransi, kepedulian
terhadap sesama, kebiasaan berdoa
Nama Siswa Catatan Pengamatan Tindak Lanjut
Ahmad
Dani
Dian
Ucok
….. dan seterusnya

Kelebihan penggunaan jurnal untuk penilaian sikap dan perilaku adalah


pencatatan peristiwa/kejadian dengan segera sehingga data dapat direkam secara lebih
akurat dan tidak terlupakan. Oleh sebab itu, jurnal bersifat asli dan objektif dan dapat
digunakan untuk memahami peserta didik secara lebih tepat. Namun jurnal memiliki
kelemahan, yakni realibilitas yang rendah, memerlukan waktu yang banyak, perlu
ketelitian, dan dapat mengganggu perhatian dan tugas guru dalam mengajar sehingga
objektivitasnya dapat berkurang jika kejadian tidak sempat dicatat dengan segera.

92
93

Anda mungkin juga menyukai