Lain halnya menurut Guba dan Lincoln dalam Asrul (1985, hlm. 35), misalnya,
mengemukakan definisi evaluasi sebagai“a process for describing an evaluand and
judging its merit and worth”. Sedangkan menurut Gilbert Sax dalam Asrul (1980,
hlm. 18) berpendapat bahwa “evaluation is a process through which a value
judgement or decision is made from a variety of observations and from the
background and training of the evaluator”.
1
dan efektifitas dari suatu objek, program, atau proses berkaitan dengan spesifikasi dan
persyaratan pengguna yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Suharsimi dalam Asrul (2002, hlm. 11), berpendapat ada lima ciri
evaluasi dalam pendidikan sebagaimana diungkapkan yaitu: Ciri pertama, penilaian
dilakukan secara tidak langsung. Sebagai contoh mengetahui tingkat inteligen
seorang anak, akan mengukur kepandaian melalui ukuran kemampuan menyelesaikan
soal-soal.
Dengan acuan bahwa tanda-tanda anak yang inteligen adalah anak yang
mempunyai:
2
Ciri ketiga dari penilaian pendidikan, yaitu bahwa penilaian pendidikan
menggunakan, unit-unit untuk satuan-satuan yang tetap karena IQ 105 termasuk
anak normal.
Ciri kempat dari penilaian pendidikan adalah bersifat relatif artinya tidak sama
atau tidak selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain. Contoh: hasil ulangan
yang diperoleh Mianti hari Senin adalah 80. Hasil hari Selasa 90. Tetapi hasil
ulangan dari Sabtu hanya 50. Ketidak tetapan hasil penilaian ini disebabkan
karena banyak faktor. Mungkin pada hari Sabtu Mianti sedang risau hatinya
menghadapi malam Minggu sore harinya.
1. Keeping track, yaitu untuk menelusuri dan melacak proses belajar peserta didik
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah ditetapkan. Untuk itu,
3
guru harus mengumpulkan data dan informasi dalam kurun waktu tertentu melalui
berbagai jenis dan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran tentang pencapaian
kemajuan belajar peserta didik.
Dengan mengetahui makna penilaian ditinjau dari berbagai segi dalam sistem
pendidikan, maka dengan cara lain dapat dikatakan bahwa tujuan atau fungsi
penilaian ada beberapa hal:
2. Penilaian berfungsi diagnotik. Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup
memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui
kelemahan peserta didik. Disamping itu diketahui pula sebab-sebab kelemahan itu.
Jadi dengan mengadakan penilaian, sebenarnya guru mengadakan diagnosa kepada
peserta didik tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahui sebab-sebab
kelemahan ini, maka akan lebih mudah dicari untuk cara mengatasinya.
4
3. Penilaian berfungsi sebagai penempatan. Sistem baru yang kini banyak
dipopulerkan di negara Barat, adalah sistem belajar sendiri. Belajar sendiri dapat
dilakukan dengan cara mempelajari sebuah paket belajar, baik itu berbentuk modul
maupun paket belajar yang lain. Sebagai alasan dari timbulnya sistem ini adalah
adanya pengakuan yang besar terhadap kemampuan individual. Setiap peserta didik
sejak lahirnya telah membawa bakat sendiri sendiri sehingga pelajaran akan lebih
efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Akan tetapi disebabkan
karena keterbatasan sarana dan tenaga, pendidikan, yang bersifat individual kadang-
kadang sukar sekali dilaksanakan. Pendidikan yang bersifat malayani perbedaan
kemampuan, adalah pengajaran secara kelompok.
Pada hakikatnya evaluasi adalah sebuah proses. Oleh karena itu pelaksanaan
evaluasi pembelajaran meliputi beberapa tahap. Secara umum tahapan evaluasi
pembelajaran terdiri atas 4 tahap, yaitu (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, (3)
tahap pengolahan hasil, dan (4) tahap tindak lanjut. Berikut ini penjelasan singkat
tentang keempat tahap evaluasi pembelajaran tersebut.
1. Tahap Persiapan
Menurut Damaianti dalam Nuny (2007, hlm. 8) mengatakan tahap ini disebut juga
tahap perencanaan dan perumusan kriterium. Langkahnya meliputi:
(e) melakukan uji coba (untuk tes) agar dapat mengukur validitas dan reliabilitasnya.
Untuk evaluasi yang menggunakan tes, hasil dari tahap ini adalah kisi-kisi soal dan
5
seperangkat alat tes: soal, lembar jawaban (untuk tes tulis), kunci jawaban, dan
pedoman penilaian.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan atau disebut juga dengan tahap pengukuran dan pengumpulan
data adalah tahap untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan objek evaluasi
(siswa) dengan menggunakan teknik tes atau nontes. Bila menggunakan teknik tes,
soal yang digunakan sebaiknya sudah teruji validitas dan reliabilitasnya. Tes yang
digunakan dapat berbentuk tes tulis, lisan, atau praktik.
3. Tahap Pengolahan
Hasil Tahap pengolahan hasil adalah tahap pemeriksaan hasil evaluasi dengan
memberikan skor. Skor yang diperoleh siswa selanjutnya diubah menjadi nilai. Pada
tes tulis pemeriksaan hasil dilakukan setelah tes selesai, sedangkan pada tes lisan dan
praktik, pemberian nilai dilakukan bersamaan dengan waktu pelasanaan tes tersebut.
Tahap tindak lanjut atau disebut juga tahap penafsiran adalah tahap untuk mengambil
keputusan berdasarkan nilai yang dihasilkan pada tahap pengolahan hasil, misalnya:
a. memperbaiki proses belajar mengajar b. memperbaiki kesulitan belajar siswa c.
memperbaiki alat evaluasi d. membuat laporan evaluasi (rapor ).
Evaluasi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dapat dilakukan melalui tes
maupun nontes.
1. Tes
6
kebahasaan, keterampilan berbahasa, dan kesastraan. Berikut ini contoh ragam
soalnya.
2. Penilaian Performansi
Penilaian performansi dikenal juga dengan sebutan penilaian unjuk kerja atau
perbuatan. Penilaian ini dilaksanakan pada saat atau setelah siswa melakukan
kegiatan pembelajaran. Penilaian performansi meminta siswa untuk
mendemonstrasikan kemampuannya berkomunikasi dalam berbagai konteks secara
3. Penilaian Proyek
Proyek adalah tugas yang harus diselesaikan dalam kurun waktu tertentu. Tugas
tersebut berupa investigasi dari pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian,
hingga penyajian data. Pada praktik di kelas, guru dapat menekankan penilaian
proyek pada prosesnya dan menggunakannya sebagai sarana untuk mengembangkan
dan memonitor keterampilan siswa dalam merencanakan, menyelidiki, dan
menganalisis proyek. Siswa dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan pada
suatu topik, membuat pertanyaan, dan menyelidiki topik tersebut melalui bacaan,
wisata, dan wawancara.
4. Penilaian Portofolio
Portofolio adalah kumpulan hasil kerja siswa yang menggambarkan hasil kerja,
pemikiran, minat, usaha, dan citacita siswa dalam bidang tertentu. Portofolio
membantu siswa melihat kembali pikiran, perasaan, hasil kerja, dan perkembangan
dalam kurun waktu tertentu (Harsiati, 2003: 2).
7
2.4 Konsep Dasar Penilaian
1. Pengertian Penilaian
Penilaian adalah proses kegiatan untuk mengetahui apakah suatu program yang
telah ditetapkan sebelumnya berhasil dengan baik atau tidak. Untuk mengetahui
informasi tentang penilaian tersebut digunakan pengukuran. Pengukuran adalah
kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan suatu kriteria atau ukuran.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan instrumen tes maupun nontes. Tes
adalah penyajian seperangkat pertanyaan atau tugas untuk dijawab atau dikerjakan.
Untuk mengetahui hasil tes tersebut, diadakan ujian. Ujian adalah cara penilaian yang
dirancang dan dilaksanakan pada waktu dan tempat tertentu pula.
8
2. Dasar-Dasar Penilaian Pendidikan
Slameto (1999: 8-9) menguraikan dasar yang dimaksud adalah prinsip ilmiah yang
melandasi penyusunan dan pelaksanaan penilaian yang mencakup tujuh konsep
berikut ini :
a. Filsafat
b. Psikologi
c. Komunikasi
d. Kurikulum
Isi penilaian harus sesuai dengan materi yang diajarkan seperti tercantum di dalam
kurikulum yang telah ada dan dilaksanakan.
e. Manajemen
9
f. Sosiologi-Antropologi
g. Evaluasi
Dalam evaluasi sering menggunakan prosedur, jenis dan diambil keputusan yang
bertanggung jawab.
3. Fungsi Penilaian
Dengan cara mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi
atau penelitian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai berbagai tujuan,
antara lain : (a) untuk memilih siswa yang dapatditerima di sekolah tertentu, (b) untuk
memilih siswa yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya, (c) untuk memilih siswa
yang seharusnya mendapat beasiswa, dan (d) Untuk memilih siswa yang sudah
berhak meninggalkan sekolah dan sebagainya.
Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan, maka
dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Di samping itu,
diketahui pula sebab-sebab kelemahan itu. Jadi, dengan mengadakan penilaian,
sebenarnya guru mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan
kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini, akan lebih mudah
dicari untuk mengatasinya.
10
harus ditempatkan, digunakan suatu penilaian. Sekelompok siswa yang mempunyai
hasil penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.
Fungsi keempat dari penilaian ini dimaksud untuk mengetahui sejauh mana suatu
program berhasil diterapkan. Telah disinggung pada bagian sebelumnya, keberhasilan
program ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor guru, metode mengajar,
kurikulum, sarana, dan sistem administrasi.
Anak lain yang berhasil pengukuran IQ-nya 80, menurut unit ukuran termasuk anak
dungu.
11
Artinya tidak sama atau tidak selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain.
Adapun sumber kesalahan dapat ditinjau dari berbagai faktor, yaitu: (a) terletak pada
alat ukurnya, (b) terletak pada orang yang melakukan penilaian, (c) terletak pada anak
yang dinilai, dan (d) terletak pada situasi di mana penilaian berlangsung.
5. Syarat-syarat Penilaian
a. Sahih (valid)
Penilaian dikatakan valid apabila mengukur apa yang sebenarnya diukur. Apabila
yang diukur adalah sikap, tetapi penilaian mengukur pengetahuan, maka penilaian
disebut tidak valid. Kesahihan penilaian tersebut dalam presentasi atau dalam derajat
tertentu dengan alat ukur tertentu.
b. Terandalkan (reliable)
Penilaian dikatakan terandalkan jika alat penilaian yang sama dilakukan terhadap
kelompok siswa yang sama beberapa kali dalam waktu atau situasi yang berbeda-
beda akan memberikan hasil yang sama.
c. Objektif
Penilaian dikatakan objektif jika tidak mendapat pengaruh subjektif dari pihak
penilai.
d. Seimbang
12
Keseimbangan ini meliputi keseimbangan bahan, keseimbangan kesukaran, dan
keseimbangan tujuan ( pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi).
e. Membedakan
f. Norma
Penilaian yang baik, hasilnya harus mudah ditafsirkan. Hal ini menyangkut tentang
adanya ukuran atau norma tertentu untuk menafsirkan hasil penilaian dari setiap
siswa.
g. Fair
h. Praktis
Baik ditinjau dari segi pembiayaan maupun dari segi pelaksanaannya penilaian harus
efisien dan mudah dilaksanakan.
13
Dalam pendekatan ini guru terlebih dahulu menentukan kriteria keberhasilan siswa
secara mutlak. Misalnya siswa dikatakan berhasil baik, apabila dia dapat mengerjakan
semua soal penilaian dengan benar, atau dapat diperhitungkan, berapa persen tingkat
keberhasilan siswa tersebut dibandingkan dengan jumlah nilai yang harus diperoleh
apabila dia dapat menjawab semua soal penilaian dengan benar. Persentase semacam
itu biasa disebut sebagai tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan bahan (mastery
level). Tingkat penguasaan ini kemudian dapat dijadikan cara pula untuk menentukan
nilai dalam skala tertentu, misalnya skala 0-10 , atau 0-100 dan sebagainya.
14
2.6 Model-Model Penilaian Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Penilaian berbasis kelas merupakan salah satu pilar dalam pelaksanaan KTSP
yang berbasis kompetensi dan salah satu penilaian dalamkurikulum 2013. Penilaian
berbasis kelas adalah penilaian yang dilakukan oleh guru di kelas untuk mengetahui
kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan
umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran, dan penentuan kenaikan kelas.
Dari proses ini diperoleh profil kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah
kompetensi inti dan kompetensi dasar yang tercantum dalam kurikulum.
Umar dan Kaco (2008: 7-9) mengemukakan ciri-ciri penilaian berbasis kelas adalah:
a. Belajar Tuntas
b. Otentik,
c. Berkesinambungan,
d. Berdasarkan Acuan Kriteria/Patokan,
e. Menggunakan berbagai Cara dan Alat Penilaian
Tes kemampuan dasar adalah untuk mengetahui kompetensi dasar peserta didik
dalam membaca menulis, dan berhitung.
15
Tes berbasis sekolah adalah tes yang dilakukan pada akhir jenjang sekolah. Tes
ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara utuh dan menyeluruh tentang
pembelajaran peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Peserta yang mengikuti tes
sekolah ini diberikan ijazah atau sertifikat sebagai bukti keberhasilannya dalam
pembelajaran pada suatu jenjang tertentu.
4. Bencmarking
5. Asesmen Autentik
6. Penilaian Program
16
Penilaian program dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional dan Dinas
Pendidikan secara kontinyu dan berkesinambungan. Penilaian ini berguna kepada
pimpinan program untuk perbaikan program.
7. Penilaian Portofolio
a. Karakteristik PenilaianPortofolio
Menurut Barton dan Collins (1997) dalam Surapranata dan Hatta (2006: 81), terdapat
beberapa karakteristik dalam bentuk portofolio, yaitu: multisumber, dinamis,
authentic, eksplisit, integratif, kepemilikan, dan beragam tujuan.
Fajar (2005: 46-88) menjelaskan bahwa pada dasarnya portofolio sebagai model
pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan guru agar siswa memiliki
kemampuan untuk mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya sebagai individu
maupun kelompok. Kemampuan tersebut diperoleh siswa melalui pengalaman belajar
sehingga mereka memiliki kemampuan menggorganisir informasi yang ditemukan,
17
membuat laporan dan menuliskan apa yang ada dalam pikirannya, dan selanjutnya
dituangkan secara penuh dalam tugas-tugasnya.
a) Portofolio tayangan
Tayangan umumnya berbentuk segi empat sama sisi berjajar dapat berdiri sendiri
tanpa penyangga. Namun, portofolio ini bisa berbentuk lain, seperti: segi tiga sama
sisi, lingkaran, oval, dan sebagainya.
b) Portofolio dokumentasi
18
Penilaian diri sendiri merupakan teknik penilaian dimana peserta didik diminta
untuk menilai dirinya sendiri yang berkaitan dengan status, proses dan tingkat
ketercapaian kompetensi yang sedang dipelajari dari suatu mata pelajaran tertentu.
Teknik ini dapat mengukur sekaligus aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa.
Ada beberapa prinsip penilaian yang penting untuk diketahui, yaitu kepraktisan
(practicality), keterandalan (reliability), validitas (validity), dan keotentikan
(authenticity). Sebuah tes dikatakan praktis apabila tes itu biaya penyelenggaraannya
tidak terlalu mahal, tidak menyita waktu terlalu lama, mudah dilaksanakan, dan
penyekorannya tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama. Tes wawancara untuk
yang membutuhkan waktu antara 30-60 menit tentu tidak praktis kalau yang akan
dites berjumlah ratusan orang sementara pewawancara hanya 5 orang.
Yang dimaksud dengan reliable adalah konsisten dan dapat diandalkan. Jika anda
memberi tes yang sama pada siswa yang sama atau mengorelasikan dua buah
perangkat tes yang paralel, dan hasilnya relatif sama, tes itu dikatakan terandal.
Reliabilitas dapat mencakupi reliabilitas antarpenilai dan reliabilitas pelaksanaan.
Reliabilitas antarpenilai akan terjadi apabila hasil penilaian yang dilakukan oleh
beberapa penilai relatif sama. Misalnya, jika kita memberi skor esei seorang siswa 70,
sedangkan sejawat kita memberi skor 72, kedua penilai itu dapat dikatakan
memberikan hasil penilaian yang reliable. Reliabilitas dalam pelaksanaan penilaian
terjadi apabila instrumen tes yang digunakan dalam situasi apapun hasilnya relatif
sama.
19
perangkat tes yang pararel dan kita korelasikan kedua belahan itu menggunakan
Pearson Product Moment. Bila korelasinya signifikan, tes itu reliable.
a. Menentukan dan menjelaskan apa yang harus dinilai selalu mendapat prioritas dalam
proses evaluasi. Efektivitas evaluasi bergantung pada telitinya deskripsi tentang apa
yang akan dievaluasi dan salah satu faktor yang melatarbelakangi pengembangan
pengukuran perilaku siswa.
b. Teknik evaluasi harus dipilih sesuai dengan tujuan yang akan dicapainya dan harus
dipertimbangkan apakah teknik evalusi merupakan metode yang paling efektif untuk
menentukan apa yang ingin diketahui oleh siswa. Evaluasi yang komprehensif
menuntut berbagai teknik. Salah satu alasan perlunya berbagai teknik evaluasi adalah
karena setiap jenis hanya menyajikan bukti-bukti yang unik tetapi terbatas tentang
20
perilaku siswa. Guna mendapatkan gambaran yang komprehensif tentang pencapaian
siswa perlu kombinasi hasil dari berbagai teknik.
c. Pemakaian teknik evaluasi yang sewajarnya menuntut kewaspadaan akan
keterbatasannya seperti juga kekuatannya. Semua alat evaluasi selalu mengandung
kekurangan tertentu. Pertama, adalah kesalahan pengambilan sampel, yakni hanya
dapat mengukur sampel kecil pada satu waktu. Kesalahan kedua adalah pada alat
evaluasi itu sendiri atau proses memakai alat itu. Sumber kesalahan yang lain lahir
dari penafsiran yang salah tentang hasil evaluasi yang menganggap alat-alat itu
mengandung presisi yang sebenarnya tidak mereka miliki. Sebaik-sebaiknya alat
evaluasi hanya memberikan hasil yang bersifat mendekati saja, sehingga harus
ditafsirkan secara wajar.
d. Evaluasi hanyalah alat mencapai tujuan bukan merupakan tujuan akhir.
2.8 Evaluasi Pembelajaran Abad 21
1. Kemampuan siswa yang diperlukan dalam pembelajaran abad 21 yaitu (4c)
b.Communication (komunikasi)
Siswa dapat memahami, mengelola, dan menciptakan komuniklasi yang efektif dalam
berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia dalam kelas, media social, blog,
Wikipedia, account table talk, skype calls, dan podcast.
d.Creativity (kreatifitas)
Kreatif tidak menjadi seorang kreatif jika tidak ada tekanan (paksaan).
21
(komunikasi). Ditemukan bahwa dalam kurun waktu 20 tahun terakhir telah terjadi
pergeseran pembangunan pendidikan ke arah ICT sebagai salah satu strategi manajemen
pendidikan abad 21 yang di dalamnya meliputi tata keloladan sumber daya manusia
(Soderstrom, From, Lovqvist, & Tornquist, 2011). Abad ini memerlukan transformasi
pendidikan secara menyeluruh sehingga terbangun kualitas guru yang mampu memajukan
pengetahuan, pelatihan, ekuitas siswa dan prestasi siswa. Ciri abad 21 menurut Hernawan
(2006) adalah meningkatnya interaksi antar warga dunia baik secara langsung maupun tidak
langsung, semakin banyaknya informasi yang tersedia dan dapat diperoleh, meluasnya
cakrawala intelektual, munculnya arus keterbukaan dan demokkratisasi baik dalam politik
maupun ekonomi, memanjangnya jarak budaya antara generasi tua dan generasi muda,
meningkatnya kepedulian akan perlunya dijaga keseimbangan dunia, meningkatnya
kesadaran akan saling ketergantungan ekonomis, dan mengaburnya batas kedaulatan budaya
tertentu karena tidak terbendungnya informasi.
22
BAB II Konsep evaluasi kurikulum 2013 berbasis pembelajaran abad 21
23
Proses peralihan dari abad industrialisasi ke abad pengetahuan menuntut setiap
bidang dalam kehidupan berubah sangat cepat dan harus dapat beradaptasi dengan
cepat,begitu pula dengan pendidikan,karakteristik umum model pembelajaran abad
pengetahuan berbeda dengan karakteristik pembelajaran abad industrialisasi. Banyak
praktik pendidikan yang dianggap menguntungkan pada abad industrial, seperti
belajar fakta, drill dan praktik, kaidah dan prosedur digantikan belajar dalam konteks
dunia nyata, otentik melalui problem dan proyek, inkuiri, discovery, dan invensi
dalam praktik abad pengetahuan.
Pola belajar yang diterapkan pada masa industrialisasi sudah dianggap tidak
cocok lagi di abad pengetahuan, dimana perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi berkembang begitu pesat,dan teknologi tersebut merupakan katalis
penting untuk gerakan menuju metode belajar di abad pengetahuan.
Diakui dalam perkembangan kehidupan dan ilmu pengetahuan abad 21, kini
memang telah terjadi pergeseran baik ciri maupun model pembelajaran. Inilah yang
diantisipasi pada kurikulum 2013. Tabel 2.2 menunjukkan pergeseran paradigma
belajar abad 21 yang berdasarkan ciri abad 21 dan model pembelajaran yang harus
dilakukan. Pergeseran paradigma pendidikan abad 21. Informasi, komputasi, otomasi,
dan komunikasi merupakan empat komponen yang disampaikan Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan sebagai ciri dari pendidikan abad 21 yang menyebabkan
terjadinya pergeseran paradigma dalam pembelajaran. Alih literasi informasi,
keterampilan komputer, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam
proses komunikasi serta keterampilan komunikasi menjadi sejumlah keterampilan
yang harus dikuasaioleh seorang guru saat ini. Tema pengembangan kurikulum 2013
dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif
melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan
pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi
24
Perubahan paradigma dari Teacher-as-Director menjadi Teacher-as-Facilitator,
Guide, dan Consultant, merupakan hal yang wajar, karena sumber belajar dan bahan
ajar tidak hanya mengadalkan dari satu sumber saja. Perkembangan teknologi
informasi, telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, dimana prinsip
kolaborasi, antar komponen; manusia, proses dan teknologi menjadi lebih fleksibel,
dengan teknologi ini batasan untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan
kebutuhan hampir tidak ada batasan. Perubahan paling mendasar dari teknologi ini
ada pada interface yang ramah terhadap pengguna (userfriendly) tidak jauh dari
tampilan komputer yang dipakai sehari-hari. Dampak positif dari teknologi ini dapat
juga diterapkan dalam proses pembelajaran, namun harus menggunakan desain
formula atau model pembelajaran yang tepat, agar hasil yang ingin dicapai dapat
sesuai dengan tujuan dari proses pembelajaran di abad pengetahuan ini.
25
B. Pelaksana Jenis Penilaian
1. Penilaian autentik
Dilaksanakan oleh guru, karena penilaian itu merupakan bagian dari proses
pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria
kinerja. Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas
perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka
berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek.
2. Penilaian diri
Dilakukan oleh siswa, penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif
terhadap perkembangan kepribadianseseorang. Keuntungan penggunaan
teknik ini dalam penilaian di kelas antara lain sebagai berikut :
a. Dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka
diberikepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
b. Peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketik
a mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap
kekuatan dan kelemahanyang dimilikinya;
c. Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk
berbuat jujur,karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam
melakukan penilaian.
3. Penilaia Projek
Dilaksanakan oleh guru, penilaian proyek dihunakan untuk mengetahui
pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelilidikan dan
kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu
secara jelas.
4. Ulangan Harian
Dilaksanakan oleh guru yang dilakukan secara periodik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi
Dasar (KD) atau lebih.Penilaian ulangan harian biasanya berbentuk tugas.
5. UTS dan UAS
Dilaksanakan oleh guru tapi masih di bawah koordinat satuan pendidikan.
Berupa soal, UTS dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta
didik stelah melaksanakan 8-9 minggu kegiatan pembelajaran dan UAS
dilakukan untuk mengukur pencapain kompetensi peserta didik di akhir
semester setelah meliputi seluruh indikator yang mempresetansikan semua
KD pada semester tersebut.
6. Ujian Tingkat Kompetensi
Dilaksanakan oleh Sekolah merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan
oleh satuan pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi.
Cakupan UTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan
Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.
7. Ujian Sekolah
26
Dilaksanakan oleh Sekolah (sesuai dengan peraturan) yang merupakan
kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi di luar kompetensi yang diujikan
pada UN, dilakukan oleh satuan pendidikan.
8. Ujian Nasional
Dilaksanakan oleh Pemerintah (sesuai dengan peraturan) yang merupakan
kegiatan pengukuran kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam
rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan, yang dilaksanakan
secara nasional.
C. Waktu Penilaian
a. Penilaian otentik dilakukan secara berkelanjutan
Jadi, penilain otentik ini dilakukan secara berkelanjutan atau dilakukan
trus menerus untuk melengkapi dan menutup kekurangan nilai objektif.
b. Penilaian diri dilakukan setiap sebelum ulangan harian
Penilain diri biasanya dilakukan sebelum ulangan harian secara relatif
untuk membangdingkan posisi relatifnya dengan kiteria yg telah
ditetapkan
c. Penilain projek dilakukan sesuai kebutuhan mata pelajaran
Penilain projek biasanya dilakukan sesuai kebutuhan mata pelajaran untuk
mengetahui pehaman peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara
jelas.
d. Ulangan harian dilakukan secara integrasi dengan proses pembelajaran
Jadi, Ulangan Harian biasanya dilakukan secara langsung saat proses
pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana peserta didik paham dengan
materi pembelajaran.
e. UTS dan UAS dilakukan setiap semesteran
Penilaian UTS biasanya dilakukan sebelum UAS untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik dan penilain UAS dilaukan untuk
menetukan peserta didik untuk melanjutkan ke tingkat selanjutnya.
f. Ujuan Tingkat Kompetensi dilakukan setiap tingkat kompetensi yang
tidak bersamaan dengan UN
Jadi, penilain UTK biasanya dilakukan setiap tingkat kompetensi untuk
mengetahui pencapaian tingkat kompetensi.
g. Ujian Sekolah (US) dilakukan setiap akhir jenjag sekolah Ujian Sekolah
biasanya dilakukan sebelum UN untuk mengukur pencapaian kompetensi
peserta didik.
h. Ujian Nasional (UN) dilakukan setiap akhir jenjang sekolah
Jadi, penilaian UN biasanya dilakukan di akhir jenjang sekolah untuk
menentukan peserta didik bisa melanjutkan ke pendidikan selanjutnya.
27
Misalnya, dari SD ke SMP, dari SMO ke SMA, dan SMA untuk
melanjutkan ke perguruan tinggi.
Ialah kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif
yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi..Kemampuan berpikir tingkat
tinggi merupakan suatu kemampuan berpikir yang tidak hanya membutuhkan
kemampuan mengingat saja, namun membutuhkan kemampuan lain yang lebih
tinggi, seperti kemampuan berpikir kreatif dan kritis.
28
5. Kebaruan
Contoh soal bahasa Indonesia berdasarkan kaidah berpikir HOTS Kompetisi dasar:
Memprediksi kejadian berdasarkan isi teks bacaan.
Indikator soal:
Disajikan teks bacaan, peserta didik dapat memprediksi kejadian yang akan terjadi
berdasarkan teks bacaan.
Soal:
Seorang wasit dalam pertandingan sepakbola membawa duah buah kartu, yaitu
kuning dan merah. Kartu kuning diberikan kepada pemain yang mendapatkan
peringatan cukup keras. Sementara itu, kartu merah diberikan kepada pemain yang
melakukan pelanggaran keras atau telah mendapatkan dua kali kartu kuning dalam
permainan tersebut. Hukuman pemainyang diberikan kartu merah adalah dikeluarkan
dari lapangan dan tidak boleh bermain dalam dua kali pertandingan berikutnya.
Ramlah dan Maya (2018) kebiasaan berpikir adalah pola kognitif atau
kebiasaan diri yang meliputi, kesadaran akan pikiran sendiri, membuat rencana secara
efektif, menyadari dan menggunakan sumber daya yang diperlukan, sensitif terhadap
umpan balik, dan mengavaluasi efektivitas setiap tindakan.
Ketekunan
Menyelesakan masalah dengan hati-hati
Berempati kepada sesama
Berpikir fleksibel
Metakognisi
29
Ketelitian
Bertanya dan merespon dengan aktif
Menerapkan pengetahuan masa lalu ke situasi baru
Berpikir dan berkomunikasi dengan tepat dan jelas
Memanfaatkan indra
Berkarya,berimajinasi, dan berinovasi
Bersemangat dalam merespon
Berani menghadapi resiko
Humoris
Merasa saling bergantung dan membutuhkan
Belajar berkelanjutan
E. Taksonomi Kognitif
Kemampuan untuk melakukan penalaran dengan metode analisis dan sintesis
adalah bagian dari ranah kognitif yang harus dilalui oleh peserta didik selama
proses pembelajaran. Klasifikasi ranah kognitif kali pertama dikemukakan oleh
Benjamin S. Bloom (1956). Secara rinci, Bloom membagi enam kategori
tingkatan kognitif yaitu dari level yang rendah ke level yang lebih tinggi :
Knowledge (C-1), Comperhension (C-2), Application (C-3), Analysis (C-4),
Synthesis (C-5), dan Evaluation (C-6), khususnya tentang analisis, level ini
merupakan tahap kemampuan kognitif tinggi karena peserta didik dituntut untuk
30
menelaah, memahami informasi, dan mengatasi masalah menjadi bagian – bagian
atau komponen masalah yang lebih rinci, menentukan bagaimana bagian – bagian
tersebut berhubungan satu sama lain, mengidentifikasi faktor penyebab atau motif
tertentu, membuat kesimpulan, dan menemukan bukti untuk mendukung makna
yang lebih umum (generalisasi).
31
Pembelajaran abad 21 secara sederhana diartikan sebagai
pembelajaran yang memberikan kecakapan abad 21 kepada peserta didik,
yaitu 4C yang meliputi:
(1) Communication
(2) Collaboration
(3) Critical Thinking and problem solving
(4) Creative and Innovative.
Kurikulum 2013 pada abad 21 ini telah mengadopsi taksonomi Bloom
yang direvisi oleh Anderson, kemampuan yang perlu dicapai siswa bukan
hanya LOTS (Lower Order Thinking Skills) yaitu C1 (mengetahui) dan C-2
(memahami), MOTS (Middle Order Thinking Skills) yaitu C3
(mengaplikasikan) dan C-4 (mengalisis), tetapi juga harus ada peningkatan
sampai HOTS (Higher Order Thinking Skills), yaitu C-5 (mengevaluasi), dan
C-6 (mengkreasi).
Untuk mewujudkan pembelajaran abad 21 dan HOTS, guru harus
memiliki keterampilan proses yang baik dalam pembelajaran. Keterampilan
proses dapat diartikan sebagai keterampilan guru dalam menyajikan
pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman belajar yang bermakna
dan menyenangkan bagi siswa. Pembelajaran berpusat kepada siswa (student
center), dan merangsang siswa untuk menyelesaikan masalah. Peran guru
dalam proses belajar mengajar bukan hanya sebagai sumber belajar, tapi juga
sebagai fasilitator
32
BAB III PENILAIAN KOMPETENSI
Kurikulum 2013 menuntut pembentukan sikap melalui kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan. Kompetensi sikap yang harus dimiliki oleh siswa adalah perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong. Penilaian sikap harus
dilakukan secara kontinu untuk melihat konsistensi sikap yang ditunjukkan oleh siswa baik
disekolah maupun dirumah. Informasi yang diperoleh dari pengamatan sikap siswa dapat
dilakukan oleh guru dengan cara memfokuskan pengamatan pada hasil pembelajaran yang
penting dan dengan cara mencatat pengamatan secara sistematis menggunakan “checklist”,
holistik atau skala penilaian analitis. Informasi tersebut diperoleh guru melalui penilaian
analitis. Pada penilaian ini guru dapat memberikan beberapa macam format, diantaranya
berupa skala penilaian analitik.
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan
kecenderungan seseorang dalam merespons sesuatu atau objek. Sikap terdiri dari tiga
komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan
dengan sikap dan ada asumsi bahwa sikap seseorang terhadap sesuatu bisa dipengaruhi dari
pengetahuan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu itu. Ranah afektif mencakup watak
perilaku seseorang seperti perasaan, minta, sikap, emosi atau nilai. Komponen kognitif adalah
kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Komponen konatatif adalah
kecenderungan untuk berperlaku atau berbuat dengan cara – cara tertentu berkenaan dengan
kehadiran objek sikap.
Sikap menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada
pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Dalam kurikulum
2013 sikap dibagi menjadi dua, yakni sikap spiritual dan sikap sosial. Dalam kurikulum 2013
konpetensi sikap tidak diajarkan dalam proses belajar mengajar , artinya kompetensi sikap
33
spiritual dan sosial meskipun memiliki komponen dasar, tetapi tidak dijabarkan dalam materi
atau konsep yang harus disampaikan atau diajarkan kepada peserta didik melalui
pembelajaran belajar mengajar yang terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan
kegiatan penutup.
Oleh karena itu, jika sikap itu diajarkan, sesungguhnya guru sedang mengajarkan
pengetahuan tentang sikap, seperti pengertian kejujuran dan kedisiplinan, tetapi bukan
membentuk dan merealisasikan sikap jujur dan disiplin dalam tindakan nyata sehari – hari
peserta didik.
Berikut ini uraian dari kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial dalam kurikulum 2013:
Tabel 2.1. Kompetensi inti Sikap Spiritual (KI 1) dan Sikap Sosial (KI 2) Kelas I,II, dan III
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
Tabel 2.2. Kompetensi inti Sikap Spiritual (KI 1) dan Sikap Sosial (KI 2) Kelas IV, V, VI
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
Tabel 2.3. Kompetensi inti Sikap Spiritual (KI 1) dan Sikap Sosial (KI 2) Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah
34
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI
KELAS VII KELAS VIII KELAS IX
1. Menghargai dan 1. Menghargai dan 1. Menghargai dan
menghayati ajaran menghayati ajaran menghayati ajaran
agama yang agama yang agama yang
dianutnya dianutnya dianutnya
2. Menghargai dan 2. Menghargai dan 2. Menghargai dan
menghayati perilaku menghayati perilaku menghayati perilaku
jujur, disiplin, jujur, disiplin, jujur, disiplin,
tanggung jawab, tanggung jawab, tanggung jawab,
peduli (toleransi, peduli (toleransi, peduli (toleransi,
gotong royong), gotong royong), gotong royong),
santun, percaya diri, santun, percaya diri, santun, percaya diri,
dalam berinteraksi dalam berinteraksi dalam berinteraksi
secara efetif dengan secara efetif dengan secara efetif dengan
lingkungan sosial dan lingkungan sosial dan lingkungan sosial dan
alam dalam alam dalam alam dalam
jangkauan pergaulan jangkauan pergaulan jangkauan pergaulan
dan keberadaannya dan keberadaannya dan keberadaannya
Tabel 2.4. Kompetensi inti Sikap Spiritual (KI 1) dan Sikap Sosial (KI 2) Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah
35
pergaulan dunia pergaulan dunia
Tabel 2.5. Kompetensi inti Sikap Spiritual (KI 1) dan Sikap Sosial (KI 2) Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
36
Kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara
aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu
cara. Hasil pembelajaran pada ranah ini menekankan pada pemerolehan respons.
Tingkat yang tinggi pada kategori ini adalah minat, yaitu hal – hal yang menekankan
pada pencarian hasil dan kesenangan pada aktivitas khusus. Dalam kegiatan belajar
hal ini dapat ditunjukan antara lain melalui: bertanggung jawab dalam mengerjakan
tugas , menaati aturan, mengungkapkan perasaan.
3. Kemampuan Menilai
Memberikan nilai atau penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga
apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau
penyesalan. Hasil belajar pada tingkat ini berhubungan dengan perilaku yang
konsisten dan stabil agar nilai dikenal secara jelas. Dalam tujuan pembelajaran ini
diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi, dapat ditunjukkan antara lain melalui:
mengapresiasi, menghargai peran, menunjukkan keprihatinan.
4. Kemampuan Mengatur atau Mengorganisasikan
Artinya kemampuan mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai
baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum. Dalam arti
mengroganisasi nilai – nilai yang relevan ke dalam suatu sistem, menentukan
hubungan antarnilai, memantapkan nilai yang dominan dan diterima. Contohnya
peserta didik mendukung penegakan disiplin
5. Kemampuan Menerima
Memadukan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi
pola kepribadian dan tingkah lakunya. Kemampuan berkarakter merupakan tingkatan
afektif tertinggi, kerena sikap batin peserta didik telah benar- benar bijaksana dan
memiiki sistem nilai yang mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang cukup.
Contohnya adalah peserta didik menjadikan nilai disiplin sebagai pola pikir dalam
bertindak disekolah, rumah, masyarakat.
Secara umum ,objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata
pelajaran adalah sebagai berikut:
1. Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap postif terhadap
materi pelajaran. Dengan sikap positif dalam diri peserta didik akan tumbuh dan
berkembang minat belajar;
2. Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap
guru. Dan yang memiliki sikap negatif terhadap guru pengajar akan sukar menyerap
materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut;
3. Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu memilikisikap positif
terhadap proses proses pembelajaran yang berlangsung;
4. Sikap berkaitan dengan nilai – nilai atau norma – norma tertentu berhubungan dengan
suatu materi pelajaran. Misalnya kasus atau masalah lingkungan hidup, beraitan
dengan materi;
5. Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan dengan
mata pelajaran;
37
Kelebihan dari penilaian kompetensi sikap adalah:
1. Dapat dilakukan bersamaan dengan proses belajar mengajar;
2. Dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung melalui hasil kerja peserta didik;
3. Dapat mengetahui faktor penyebab berhasil tidaknya proses pembelajaran peserta
didik;
4. Mengajak peserta didik bersikap jujur;
5. Mengajak peserta didik menjalankan tugasnya supaya tepat waktu;
6. Sikap peserta didik terhadap pelajaran dapat diketahui;
7. Dapat mengetahui faktor-faktor keterbatasan peserta didik;
8. Dapat melihat karakter peserta didik sehingga kendala yang muncul dapat diatasi;
9. Peserta didik akan termotivasi untuk terus berbenah diri karena kreativitas sangat
dituntut;
10. Dapat meredam egoisme individu setelah diberi tahu sikapnya;
11. Peserta didik dapat lebih bertanggung jawab pada tugasnya;
12. Peserta didik bisa bekerja sama dan saling menghargai antarteman.
Sedangkan kelemahan dari penilaian sikap adalah:
1. Sulit dilakukan pengamatan pada jumlah peserta didik yang terlalu banyak;
2. Membutuhkan alat penilaian yang tepat;
3. Memerlukan waktu pengamatan yang cukup lama;
4. Menuntut profesionalisme guru karena mengamati peserta didik yang bervariasi;
5. Penilaian subjektif;
6. Kurang dapat dijadikan acuan karena sikap peserta didik dapat berubah – ubah;
7. Terlalu banyak format yang melelahkan guru, perlu persiapan yang lengkap;
8. Sulit mengadopsi sikap peserta didik yang beragam;
9. Sulit menyamakan persepsi karena latar belakang yang berbeda;
10. Sikap peserta didik yang kurang terbuka menyulitkan penilaian;
11. Sangat tergantung situasi yang sedang dialami peserta didik sehingga hasilnya
berpeluang berbeda;
12. Guru lebih menanggapi peserta didik yang aktif saja yang kurang aktif kurang
terpatau.
38
Kompetensi
1. Menerima dan 1.1 menerima keberagaman 1. menghormati teman yang
menjalankan ajaran karakterisktik individu berbeda suku di
agama yang dianutnya dalam kehidupan lingkungan rumah dan
beragama sebagai sekolah
anugrah Tuhan Yang 2. menghormati teman yang
Maha Esa di lingungan berbeda agama di
rumah dan sekolah lingkungan rumah dan
sekolah
1.2 Menerima kebersamaa 1. Mau bekerja sama dalam
dalam keberagaman kelompok dengan teman
sebagai anugrah Tuhan yang berbeda suku dan
Yang Maha Esa di agama di sekolah
lingkungan rumah dan 2. Mau bermain dengan
sekolah teman yang berbeda suku
dan agama dirumah
Teknik – teknik penilaian kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial dapat diuraikan sebagai
berikut.
1. Observasi
a. Pengertian Observasi
Teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan
indra, baik secara langsung maupun tidak angsung dengan menggunakan pedoman
atau lembar observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku aspek yang diamati.
Hasil pengamatan atau observasi dpat dijadikan sebagai umpan balik dalam
pembinaan terhadap peserta didik. Penilaian kompetensi sikap melalui pengamatan
atau observasi juga bisa dilakukan untuk melihat sikap atau respons peserta didik
terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
b. Keunggulan dan kelemahan observasi
Keunggulan penilaian kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial dengan
menggunakan instrumen observasi atau pengamatan adalah:
1) Data yang diperoleh relatif objektif, karena diperoleh melalui pengamatan
langsung dari guru;
2) Hubungan guru dan peserta didik lebih dekat, karena dalam pengamatan tentu
guru harus berinteraksi dengan peserta didik.
Sedangkan kelemahan penilaian kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial dengan
menggunakan instrumen observasi atau pengamatan adalah:
1) Pencatatan data sangat tergantung pada kecermatan guru dalam pengamatan dan
daya ingatan dari observer(guru);
2) Kemungkinan bisa terjadi kekeliruan dalam pencatatan dta karena berbagai sebab,
antara lain: (a) pengaruh kesan umun, yaitu kekeliruan dalam mencatat data
karena sebelum memulai observasi memperoleh kesan umum tertentu, (b)
pengruh keinginn menolong yaitu guru mengalami keinginan untuk berbuat baik
pada subjek yang diobservasi, (c) pengaruh pengamatan sebelumnya, yaitu
39
seorang observer kerap kali tidak dapat memisahkan antara kesan tentang sikap
dan perilaku peserta didik;
40
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam melaksanakan penilaian sikap melalui
observasi adalah:
1) Menyampaikan kompetensi sikap yang perlu dicapai peserta didik.
2) Menyampaikan kriteria penilaian dan indikator capaian sika kepada peserta didik.
3) Melakukan pengamatan terhadap tampilan sikap peserta didik selama
pembelajaran di dalam kelas atau selama sikap tersebut ditampilkan.
4) Menemukan dan mengenali berbagai indikator kunci pada rubrik penilaian yang
menunjukkan capaian sikap peserta didik.
5) Melakukan pencatatan terhadap tampilan sikap peserta didik.
6) Membandingkan tampilan sikap peserta didik dengan rubrik penilaian.
7) Menetukan tingkat capaian sikap peserta didik.
8) Menarik kesimpulan dari pencapaian kompetensi sikap.
Sedangkan beberapa kriteria yag harus dipenuhi instrument penilaian sikap melalui
observasi adalah sebagai berikut:
1) Mengukur aspek sikap (bukan apek kognitif atau psikomotor) yang tuntut pada
kompetensi inti dan kompetensi dasar;
2) Sesuai dengan kompetensi yang akan diukur;
3) Memuat sikap atau indikator sikap yang dapat diobservasi;
4) Mudah atau feasible untuk digunakan;
5) Dapat merekam sikap peserta didik.
2. Penilaian Diri
a. Pengertian Penilaian Diri
Penilain diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik
untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian
kompetensi sikap, baik spiritual maupun sikap sosial. Instrument yang digunakan
berupa lembar penilaian diri. Penilaian diri adalah sutau teknik penilaian dimana
41
peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses
dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya.
b. Keunggulan dan Kelemahan Penilaian Diri
Keunggulan dari penilaian diri adalah:
1) Guru mampu mengenal kelebihan dan kekuranga peserta didik;
2) Peserta didik mampu merefleksikan mata pelajaran yang sudah diberikan;
3) Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya;
4) Memberikan motivasi diri peserta didik dalam hal penilaian kegiatan peserta
didik;
5) Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran;
6) Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar mengetahui standar input
peserta didik yang akan kita ajar
7) Peserta didik dapat mengukur kemampuan dalam mengikuti pelajaran, peserta
didik dapat mengetahui ketuntasan belajarnya;
8) Melatih kemandirian peserta didik;
9) Peserta didik mengetahui bagian yang harus diperbaiki;
10) Peserta didik memahami kemapuan dirinya;
11) Guru memperoleh masukan objektif tentang daya serap peserta didik;
12) Peserta didik belajar terbuka dengan orang lain;
13) Peserta didik mampu menilai dirinya;
14) Peserta didik dapt mencari materi sendiri; dan
15) Peserta didik dapat berkomunikasi dengan temannya.
Sedangkan kelemahan dari penilaian diri adalah:
1) Cenderung subjektif;
2) Data mungkin ada yang pengisiannya tidak jujur;
3) Dapat terjadi kemungkinan peserta didik menilai dengan skor tinggi;
4) Membutuhkan persiapan dan alat ukur yang cermat;
5) Pada saat penilaian dapat terjadi peserta didik melaksanakan sebaik baiknya tetapi
diluar penilaian ada peserta didik yang tidak konsisten;
6) Hasilnya kurang akurat;
7) Kurang terbuka;
8) Mungkin peserta didik tidak memahami adanya kemampuan yang dimiliki;
9) Peserta didik yang kurang aktif biasanya nilainya kurang.
Aspek aspek kompetensi sikap spiritual yang dapat dinilai dengan penilaian diri
No Aspek Mata Pelajaran kelas
1. Kebiasaan berdoa sebelum dan Pendidikan agama islam dan budi 1
sesudah belajar pekerti
42
2. Kebiasaan mensyukuri karunia dan Pendidikan agama islam dan budi 1
pemberian pekerti
3. Kebiasaan shalat dengan tertib Pendidikan agama islam dan budi 4
pekerti
4. Kebiasaan berbuat terpuji di sekolah Pendidikan agama islam dan budi 4
dan di rumah pekerti
5. Kebiasaan berteman tanpa PPKN 1
membedakan suku dan agama
Aspek aspek kompetensi sikap sosial yang dapat dinilai dengan penilain diri
43
Beberapa kriteria yang harus dipenuhi instrument penilaian sikap melalui penilaian
diri adalah sebagai berikut:
1) Umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian terhadap hasil
penialain diri peserta didik;
2) Umpan balik disampaikan secara lisan melalui konferensi atau secara tertulis dan
bersifat konstruktif;
3) Umpan balik memotivasi peserta didik untuk meningkatkan kompetensinya.
Kelas/Semester : IV/1
Kompetensi Dasar : Memiliki perlaku hormat dan patuh kepada orang tua, guru
dan sesame anggota keluarga sebagai implementasi dari
pemahaman QS Lukman (31): 14
44
Kompetensi sosial : sikap sosial dalam menghormati orang tua, guru dan sesame
anggota keluarga yang dinilai
Penilaian diri
Tema penilaian diri : menghormati orag tua, guru dan sesame anggota keluarga
No Pernyataan Dilakukan
. Ya Tidak
1. Saya pamit pada orang tua sebelum berangkat sekolah √
2. Saya patuh kalau disuruh orang tua membersihkan tempat tidur √
3. Saya mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru √
4. Saya berbicara dengan orang tua menggunakan bahasa yang sopan √
5. Saya tidak pernah bertengkar dengan adik/kaka √
6. Saya belajar dirumah dengan adik/kakak dengan tertib √
7. Saya mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan baik √
8. Saya berbicara dengan guru menggunakan bahasa yang sopan √
9. Saya bermain dengan adik/kakak dengan rukun √
10. Kalau ada masalah dengan adik/kakak diselesaikan dengan baik √
11. Saya belajar di rumah menunggu disuruh orang tua √
12. Saya mengerjakan pekerjaan rumah (PR) di sekolah √
CATATAN:
1) Bila menjawab ya pada pertanyaan positif maka skornya 1 dan menjawab tidak
pada skornya 0;
2) Bila menjawab ya pada pernyataan negatif maka skornya 0 dan menjawab tidak
skornya 1;
3) Guru hendaknya memandu pemahaman peserta didik terhadap instrumen
penilaian diri, terutama dalam memahami pernyataa, sehingga tidak salah tafsir
Nilai = skor perolehan : skor maksimal x 100.
Langkah pengelohan hasil penilaian diri di atas adalah :
Keterangan penilaian:
Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Berikut langkah
– langkahnya:
46
b. Keunggulan dan kelemahan penilaian antarpeseta didik
Keunggulan dari penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial antar peserta
didik adalah:
1. Melatih peserta didik untuk berlaku objektif, karena dengan penilaian sikap
antarpeserta didik mereke dituntut objektif terhadap apa yang dilihat dan
dirasakan berkaitan denga sikap dan perilaku temannya;
2. Melatih peserta didik untuk memiliki keterampilan dan kecermatan dalam
melakukan penilaian terhadap suatu objek;
3. Melatih peserta didik untuk memiliki rasa tanggung jawab dengan diberikan
kepercayaan untuk menilai sikap temannya.
Sedangkan kelemahan dari penilain kompetensi sikap spiritual dan sosial melalui
penilaian anatarpeserta didik adalah:
1. Data yang diperoleh dari penilaian antarpeserta didik perlu diverifikasi kembali
oleh guru, karena dikhawatirkan mereka merasa tidak enak ketika diminta menilai
eman sejawatnya;
2. Diperlukan petunjuk yang jelas dan rinci tentang penggunaan instrumen penilaian
antarpeserta didik untuk menghindari salah tafsir terhadap pertanyaan dalam
instrument;
3. Peserta didik perlu menyediakan waktu khusus untuk melakukan penilaian
antarpeserta didik.
Aspek aspek kompetensi sikap sosial yang dapat dinilai dengan penilaian diri
47
sehari hari
4. Kebiasaan menunjukkan IPA SMP/VII
perilaku bertanggug jawab
dalam aktivitas sehari hari
5. Kebiasaan berlaku jujur dalam Sejarah Indonesia SMA/X
mengerjakan tugas tugas dari
pembelajaran sejarah
6. Kebiasaan belaku bertangung Sejarah Indonesia SMA/X
jawab dalam mengerjakan tugas
tugas dari pembelajaran sejarah
7. Kebiasaan memiliki perilaku Pendidikan agama islam dan SD/IV
hormat dan patuh kepada orang budi pekerti
tua, guru dan sesame anggota
keluarga
48
Sementara hal yang harus dilakukan dalam memberikan umpan balik adalah
sebagai berikut:
1. Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian
terhadap hasil penilaian sebaya;
2. Umpan balik disampaikan secara lisan melalui konferensi atau secara tertulis dan
bersifat konstruktif;
3. Umpan balik memotivasi peserta didik untuk meningkatkan kompetensinya.
Instrument penilaian sebaya penilaian antarteman perlu memenuhi beberapa
acuan kualitas berikut:
1. Instrument sesuai dengan kompetensi dan indikator yang akan diukur;
2. Indikator dapat dilakukan melalui pengamatan oleh peserta didik;
3. Kriteria penilaian dirumuskan secara simpel atau seerhana;
4. Menggunakan bahasa lugas dan dapat dipahami peserta didik;
5. Menggunakan format penilaian sederhana dan mudah dipahami oleh peserta
didik;
6. Kriteria penilaian yang digunakan jelas, tidak berpotensi munculnya penafsiran
makna ganda/berbeda;
7. Indikator yang digunakan menunjukkan sikap peserta didik dalam situasi yang
nyata atau sebenarnya;
8. Instrumen dapat mengukur target kemampuan yang akan diukur;
9. Instrument memuat indikator kunci atau esensial yang menunjukan penguasaan
satu kompetensi peserta didik;
10. Indikator menunjukkan sikap yang dapat diukur;
11. Mampu memetakan sikap peserta didik dari kemapuan pada level terendah sampai
kemampuan tertinggi.
49
Dalam melakukan penilaian antarpeserta didik guru dapat menggunakan
instrument penilaian berupa angket atau kusioner yang harus diisi oleh peerta didik
untuk menilai antarpeserta didik lainnya. Berikut ini contoh angket untuk
penilaiannya.
Kelas/semester : VIII/1
Kompetensi sosial : sikap sosial dalam perilaku ilmiah dalam praktikum IPA
yang dinilai
No Pertanyaan Muncul
. Ya Tidak
1. Menggunakan pakaian khusus untuk praktikum √
2. Menggunakan alat praktikum dengan hati hati √
3. Menunjukkan perilaku serius dalam melakukan praktikum √
4. Menyampaikan data hasil praktikum secara objektif √
5. Mengembalikan alat alat praktikum pada tempatnya √
6. Menjaga kebersihan ruangan praktikum √
7. Menerima masukan atas kekeliruan hasil praktikum. √
8. Bekerja sama dengan teman dalam melakukan praktikum √
9. Pantang menyerah ketika hasil praktikum gagal √
10. Menyelesaikan pratikum dengan tepat waktu √
11. Tidak bercanda dalam melakukan kegiatan praktikum √
12. Menghargai hasil praktikum teman atau kelompok lain yang √
berbeda
50
CATATAN:
1. Bila menjawab ya pada pernyataan positif maka skornya 1 dan menjawab tidak
skornya 0;
2. Bila menjawab ya pada pernyataan negatif maka skornya o dan menjawab tidak
skornya 1;
3. Guru hendaknya memandu pemahaman peserta didik terhadap instrument
penilaian antarpeserta didik, terutama dalam memahami pernyataan, sehingga
tidak salah tafsir.
Nilai = skor perolehan : skor maksimal x 100.
Keterangan penilaian:
5. Jurnal
a. Pengertian penilaian dengan jurnal
Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di laur kelas yang berisi
informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang
berkaitan dengan sikap dan perilaku. Guru hendaknya memiliki catatan catatan
khusus tentang sikap spiritual dan sikap sosial untuk dijadikan dokumen bagi guru
untuk melakukan pembinaan dan bimbingan terhadap peserta didik.
b. Keunggulan dan kelemahan penilaian dengan jurnal
Keunggulan:
1. Dapat memantau perkembangan kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial dari
peserta didik secara periodik;
51
2. Data atau catatan peserta didik baik yang merupakan kekuatan maupun
kelemahan dapat dijadikan bahan pembinaan;
3. Membantu guru untuk mengenal lebih detail tentang kondisi peserta didik;
4. Relatif lebih objektif, karena pemantauan perkembangan kompetensi sikap
spiritual dan sosial dilakukan dari waktu ke waktu secara terus menerus;
5. Peserta didik merasa mendapat perhatian dari guru, sebab segala sikap dan
tindakannya diamati dan dicatat.
Kelemahan
1. Menambah beban guru, karena harus mencatat kekuatan dan kelemahan peserta
didik secara tertulis;
2. Membutuhkan kecermatan dari guru, sehingga kalau kurang teliti dapat
menyebabkan catatan catatan tersebut kurang akurat;
3. Catatan catatan tersebut harus ditindaklanjuti oleh guru, karena kalau tidak
ditindaklanjuti maka informasi atau catatan catatan tersebut tidak ada manfaatnya
bagi peserta didik.
52
Adapun hal yang harus dilakukan dalam melaksanakan penilaian sikap dengan jurnal
adalah sebagai berikut:
1. Umpan balik dan pelaporan dijadikan sebagai dasar dalam membuat keputusan;
2. Keputusan diambil berdasarkan tingakt capaian kompetensi;
3. Pelaporan diberikan dalam bentuk kategori capaian sikap dan disertai dengan
deskripsi;
4. Pelaporan bersifat tertulis;
5. Pelaporan disampaikan kepada wali kelas untuk dituliskan dalam laporan atau
buku rapor;
6. Pelaporan bersifat komunikatif dan mudah dipahami oleh orang tua atau peserta
didik;
7. Pelaporan mencantumkan capaian kompetensi/kemampuan peserta didik.
Sedangakan kriteria atau acuan hal yang harus dipenuhi untuk instrument penilaian
dengan menggunakan jurnal adalah sebagai berikut:
53
f. Langkah langkah penilaian menggunakan jurnal
1. Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai melalui
penilaian dengan menggunakan jurnal;
2. Menetukan kriteria penilaian yang akan digunakan dalam penilaian dengan
menggunakan jurnal;
3. Merumuskan format penilaian;
4. Mencatat kekuatan dan kelemahan peserta didik dalam buku catatan harian serta
cermat dan teliti;
5. Gurung mengkaji hasil penilaian dengan jurnal data dan catatan catatan peserta
didik cermat dan objektif;
6. Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian
terhadap penilaian dengan menggunakan jurnal;
7. Membuat kesimpulan terhadap hasil penilaian dengan menggunakan jurnal
berkaitan dengan pencapaian kompetensi sikap spiritual dan sosial dari peserta
didik;
8. Melakukan tindak lanjut dengan mengacu pada hasil penilaian melalui
wawancara.
6. Wawancara
A. Pengertian penilaian dengan wawancara
Wawancara merupakan teknik penilaian dengan cara guru melakukan wawancara
terhadap peserta didik menggunakan pedoman atau panduan wawancara berkaitan
dengan sikap sripiritual dan sikap sosial tertentu yang ingin digali dari peserta didik.
Dalam melakukan wawancara guru terlebih dahulu membuat pedoman atau panduan
wawancara yang berisi daftar pertanyan yang akan ditanyakan pada peserta didik.
Dalam melakukan wawancara hendaknya tidak menggangu proses belajar mengajar
dan kegiatan peserta didik dalam belajar.
54
spiritual dan sosial yang dapat dilakukan dengan interviu terhadap peserta didik yang
berkaitan dengan informasi informasiyang ingin digali oleh guru yang berkaitan
dengan kompetensi spiritual dan sosial.
55
A. Pengertian Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan atau kognitif adalah penilaian yang dilakukan guru untuk
mengukur tingkat pencapaian atau penguasaan peserta didik dalam aspek pengetahuan
meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman, penerapan atau aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Dalam kurikulum 2013 kompetensi pengetahuan menjadi kompetensi inti
dengan kode kompetensi inti 3 (KI 3). Kompetensi pengetahuan mereflesikan konsep-
konsep keilmuan yang harus dikuasai oleh peserta didik melalui proses belajar mengajar.
Dalam ranah pengetahuan atau kognitif itu terdapat enam jenjang proses berpikir,
yakni: (1) kemampuan menghafal, (2) memahami, (3) menerapkan, (4) menganalisis, (5)
mensintesis, dan (6) mengevaluasi. Berikut ini penjelasan masing masing proses berpikir
kompetensi pengetahuan atau kognitif, yakni:
1. Pengetahuan/Hafalan/Ingatan (knowledge)
Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-
ingat kembali atau mengenali kembali tentang nama,istilah, ide, gejala, rumus-
rumus, dan sebagainya tanpa mengharapkan kemampuan untuk
menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan ini adalah merupakan proses berpikir
yang paling rendah. Kemampuan pengetahuan juga dapat diartikan kemampuan
mengetahui fakta, konsep, prinsip, dan skill.
Dalam kegiatan belajar dapat ditunjukkan melalui: (1) mengemukakan arti, (2)
memeberi nama, (3) membuat daftar, (4) menentukan lokasi, (5) mendeskripsikan
sesuatu, meneceritakan sesuatu yang terjadi, dan menguraikan sesuatu yang
terjadi. Contoh hasil belajar yang berkaitan dengan pengetahuan atau ingatan
adalah peserta didik dapat menyebutkan tujuan berdirinya organisasi ASEAN.
2. Pemahaman (Comprehension)
3. Penerapan (application)
56
Penerapan atau aplikasi (application) adlaah kesanggupan seseorang untuk
menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode,
prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan sebagainya dalam situasi yang baru
dan konkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berpikir setingkat lebih
tinggi dari pemahaman . Penarapan ini adalah kemampuan mengaplikasikan
sesuatu juga dapat diartikan menggunakan pengetahuan untuk memecahkan
masalah atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Analisis (Analysis)
5. Sintesis (Synthesis)
6. Evaluasi (Evaluation)
57
patokan-patokan atau kriteria tertentu . kemampuan melakuakn evaluasi juga
dapat diartikan mempertimbangkan dan menilai benar salah, baik buruk,
bermanfaat tidak bermanfaat.Dalam pembelajaran dapat ditunjukan melalui:
mempertahankan pendapat, beradu argumentasi, memilih solusi terbaik,
menyusun kriteria penilaian, menyarankan perubahan, menulis laporan,
membahas suatu kasus, dan menyarankan strategi baru. Contoh hasil belajar yang
berkaitan dengan evaluasi adalah peserta didik dapat memberikan evaluasi
terhadap organisasi ASEAN dalam mewujudkan kawasan Asia Tenggara yang
damai dan sejahtera.
1. Tes Tulis
a. Pengertian Tes Tulis
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tulis. Tes tertulis merupakan tes
dimana soal dan jawaban yang berikan peserta didik tidak selalu merespons
dalam bentuk menulis jawaban, tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti
memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya. Teknik penilaian
tertulis dipergunakan untuk mengukur kemampuan kognnitif yang meliputi
ingatan atau hafalan, pemahamanan, penerapan atau aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi. Tes tertulis termasuk dalam kelompok tes verbal, artinya tes yang
soal dan jawaban yang diberikan oleh peserta didik berupa bahasa tulisan.
Teknik penilaian tertulis sebaiknya tidak dipergunakan untuk mengukur
kompetensi yang sifatnya keterampilan atau skill, seperti keterampilan
mencangkok, kemampuan melakukan eksperimen atau percobaan, berbicara,
menyunting dan beberapa keterampilan lainnya yang ada dalam mata pelajaran
lain. Hal ini dikarenakan teknik tes tertulis tidak mampu mengungkap kompetensi
yang akan diukur sebab ketrampilan yang disebutka tadi berada diranah atau
dimensi keterampilan skill yang harus diukur dengan kinerja dan hasil.
58
b. Bentuk Tes Tertulis
Bentuk tes tertulsi adalah bentuk tes tertulis apa yang digunakan oleh guru
dalam mengukur pencapaian kompentsi pengetahuan peserta didik. Tes tertulis
terdiri dari: (1) soal pilihan ganda, (2) isian, (3) jawaban singkat (pendek), (4)
benar-salah, (5) menjodohkan, (6) uraian.
1) Apabila hubungan antara pendidik dan peserta didik kurang baik, misalnya
tegang, menakutkan akan memengaruhi objektivitas hasil;
2) Keadaan emosional peserta didik sangat dipengaruhi oleh kehadiran pribadi guru
yang dihadapinya;
3) Pertanyaan yang diajukan kepada peserta didik sering tidak s,a jumlahnya
maupun tingkat kesukarannya;
4) Membutuhkan waktu yang lama untuk melaksanakannya;
59
5) Kebebasan peserta didik menjawab pertanyaan menjadi berkurang, sebab sering
kali guru memotong jawaban sebelum peserta didik menuangkan semua
pemikirannya;
6) Seringkali guru terlalu cepat menyimpulkan jawaban peserta didik sebelum
selesai menjawab pertanyaan. Misalnya, peserta didik baru menjawab dua atau
tiga kalimat, langsung dipotong ”saya sudah tahu maksud jawaban kalian,
jawban tidak perlu diteruskan” tanpa memberikan kesempatan untuk mengajukan
argumentasi secukupnya.
Kelemahan tes lisan tersebut dapat diatasi dengan cara guru sebelum melakukan tes
lisan melakukan persiapan sebagai berikut:
1) Pertanyaan yang akan diajukan kepada peserta didik dipersiapkan terlebih dahulu
menurut urutan kompetensi yang akan dicapai dengan memehartikan tingkat
kesukaran soal yang proporsional;
2) Setiap peserta didik diberi waktu yang sama, jumlah soal yang sama dan tingkat
kesukaran yang sama;
3) Menyiapkan lembar penilaian yang mencakup aspek yang ditanyakan dan skor
dari tingkat kesukaran soal;
4) Menyiapkan pedoman skorsing dan pengkodean jawaban, sehingga guru dapat
melakukan pencatatan secara singkat, akurat dan tepat setiap jawaban dari peserta
didik;
5) Penentuan nilai akhir dilakukan setelah tes lisan selesai secara keseluruhan;
6) Sebaiknya dalam melakukan tes lisan guru berfungsi sebagai penggali informasi,
bukan hakim yang mengadili, sehingga peserta didik merasa nyaman dalam
mengungkapkan pemikirannya dalam menjawab pertanyaan dari guru.
60
kompetensi minimal setelah peserta didik menempuh pendidikan selama 3 tahun
atau lebih dan dinyatakan lulus.
B. Cakupan Penilaian Pencapaian Kompetensi Keterampilan
Cakupan penilaian dimensi keterampilan meliputi keterampilan peserta didik
yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
Keterampilan ini meliputi: keterampilan mencoba, mengolah, menyaji, dan menalar.
Dalam ranah konkret keterampilan ini mencakup aktivitas menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat.Sedangkan dalam ranah abstrak,
keterampilan ini mencakup aktivitas menulis, membaca, menghitung, menggambar,
dan mengarang. Kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan proses utama dalam
proses pendidikan secara mikro. Azhar (2011:1) mendefinisikan belajar adalah suatu
proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya.
Pendapat tersebut senada dengan pendapatnya Sadiman et al. (2011:2)
mendefinisikan belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua
orang dan berlangsung seumur hidup sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat.
Driscoll dalam Sharon et al. (2011:11) mendefinisikan belajar (learning) sebagai
perubahan terus menerus dalam kemampuan yang berasal dari pengalaman
pembelajar dan interaksi pembelajar dengan dunia. Pemahaman pembelajaran
sebagai sebuah sistem dapat menginspirasi pemerataan perhatian pada semua
komponen pembelajaran. Dengan demikian guru sebagai juru kunci dalam proses
pembelajaran tidak hanya fokus pada penampilan di depan peserta didik melainkan
juga melaksanakan pekerjaan lain sebelum dan sesudah proses pembelajaran
dilaksanakan. Schunk (2012:5) mendefinisikan pembelajaran merupakan
perubahan yang bertahan lama dalam perilaku, atau dalam kapasitas berperilaku
dengan cara tertentu, yang dihasilkan dari praktik atau bentuk-bentuk pengalaman
lainnya. Dengan demikian sebuah proses belajar dapat dikategorikan sebagai
kegiatan pembelajaran ketika memenuhi tiga kriteria utama yakni menghasilkan
perubahan, perubahan yang terjadi relatif bertahan lama dan proses perubahan
tersebut terjadi melalui pengalaman.
C. Penilaian Keterampilan
61
1. Peserta tes diminta untuk menunjukkan atau mendemonstrasikan kemampuannya
dalam bentuk sebuah produk atau terlibat dalam suatu aktivitas ( proses/perbuatan
);
2. Produk hasil praktik juga perlu dinilai. Pada umumnya penilaian kemampuan
melakukan sesuatu di uji tes praktik, sedangkan penilaian hasil atau produk kerja
dinilai menggunakan penilaian proyek. Walaupun tes praktik fokus pada produk,
namun proses pembuatan produk juga perlu dilakukan.
TES PRAKTIK
Tes praktik dilakukan untuk menilai kompetensi siswa dalam keterampilan tertentu, misalnya
berbicara, berenang, berlari, memainkan sebuah alat musi, menggunakan alat ukur, mengelas,
mengemudi, dan sebagainya. Tes praktik dapat menggunakan lembar observasi atau
menggunakan peralatan yang telah di standarlisasi. Beberapa penampilan yang biasa di
observasi adalah presentasi lisan atau pidato, menari, kompetensi atletik, drama, debat dan
lain sebagainya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan tes praktik adalah
sebagai berikut:
a. Cara mengontruksi dan mengadministrasikan tes praktik harus sama untuk semua
siswa. Misalnya: untuk tes menggunakan piano harus menggunakan piano yang sama,
demikian juga dengan urutan peserta yang mengikuti tes harus diatur sedemikian agar
tidak mempengaruhi psikologi peserta yang mengikuti tes praktik;
b. Peserta tes perlu diberi penjelasan yang jelas tentang apa saja yang harus
dipersiapkan, termasuk waktu pelaksanaan tes;
c. Informasi yang disampaikan kepada siswa peserta tes harus mencakup komponen apa
saja yang akan dinilai, dan bagaimana kriteria penilaiannya;
d. Pekerjaan yang di uji dapat dilakukan dengan ketersediaan, ruangan, peralatan, biaya,
dan waktu.
Guru perlu mempersiapkan rubrik penilaian untuk menilai kompetensi setiap siswa yang
diuji. Berikut contoh rubriknya:
Penilaian
Standar Sangat Baik Memadai Perlu
Baik Diperbaiki
Mengidentifikasi maksud
pembicaraan
Menggunakan tata bahasa yang
tepat
Berbicara secara jelas dan
mudah dimengerti
Menggunakan pilihan kosakata
yang tepat
62
Intonasi suara sesuai dengan
pesan yang disampaikan
Penilaian menggunakan rubrik dengan kategori seperti diatas sangat dipengaruhi oleh faktor
subjektivitas penilaian. Penilaian juga ada yang menggunakan lembar penilaian dengan daftar
centang. Berikut contoh tabelnya:
I. Ekspresi Fisik
a. Berdiri tegak melihat pada audiensi
b. Mengubah ekspresi wajahnya sesuai dengan perubahan pernyataan yang disajikan
c. Mata melihat kepada audiensi
II. Ekspresi Suara
a. Berbicara dengan kata – kata yang jelas
b. Nada suaranya berubah – ubah sesuai pernyataan yang disesaikan
c. Berbicara cukup keras agar dapat didengar oleh audiensi
III. Ekspresi Verbal
a. Memilih kata – kata yang tepat untuk menegakkan arti
b. Tidak mengulang pernyataan
c. Menggunakan kalimat yang lengkap untuk menguturakan satu pikiran
d. Menyimpulkan pokok – pokok yang penting
Dalam test praktik dapat digunakan sebagai tes diagnostik dan tes formatif. Berikut contoh
tabelnya:
63
Kesulitan dan kemajun semua siswa sebaiknya di tabulasi dalam sebuah tabel agar guru dapat
mengetahui siapa saja yang perlu dilatih, berikut contoh tabelnya:
Langkah – langkah yang perlu diperhatikan dalam membuat rubri penilaian keterampilan
adalah:
Kontruksi lembar penilaian praktik seharusnya disesuaikan dengan indikator yang ditetapkan
dalam rencana pembelajaran. Berikut contoh lembar penilaian yang mencakup indikator hasil
belajar dan sesuai dengan langkah pengembangan
64
Pencapaian
No Indikator Langkah Kegiatan
Ya Tidak
1. Bentangan kumparan Merencanakan jenis
motor listrik digambar kumparan yang akan
sesuai dengan kapasitas digambar
motor listrik Menyiapkan peralatan
gambar
Menggambar jenis kumparan
yang telah direncanakan
pada kertas gambar
Gambar yang dihasilkan
sesuai dengan kapasitas
motor listrik
2. Kumparan motor listrik Memilih peralatan sesuai
dibuat sesuai dengan dengan spesifikasinya
kapasitas motor listrik Memilih kawat email sesuai
dengan kapasitas motor
listrik
Memasang mal pada alat
gulung sesuai prosedur
Melakukan penggulungan
sesuai prosedur
Kumparan yang dihasilkan
sesuai dengan kapasitas
motor listrik
3. Kumparan motor listrik Memasang prespan pada alur
dipasang pada alur – alur – alur stator motor listrik
stator motor listrik sesuai sesuai dengan prosedur
dengan prosedur Memasang kumparan pada
alur – alur stator motor
listrik sesuai prosedur
Menyambung/menyoder
ujung kumparan satu dengan
lainnya sesuai prosedur
Mengetes kumparan yang
telah dipasang tidak ada
yang putus atau lecet
Mengikat kepala kumparan
dengan tali sesuai prosedur
Penilaian juga sebaiknya dilakukan secara holistik, mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan
kerja praktik, penilaian hasil, dan penilaian sikap dalam bekerja seperti diberikan pada contoh
berikut ini.
Contoh Lembar Penilaian Unjuk Kerja Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut
65
1. Persiapan
Pemilihan alat 5
Pemahaman gambar 5
2. Proses ( Sistematika dan Cara Kerja )
Pencekaman benda kerja 10
Pemasangan alat 10
Penggunaan putaran mesin 10
Penggunaan feeding 10
Pengunaan skala pada spindel pemutar 10
3. Hasil Kerja
Kuaitas/ketelitian ukuran 25
4. Sikap Kerja
Penggunaan alat perkakas tangan dan 5
alat ukur
Penggunaan alat keselamatan kerja 5
5. Waktu
Waktu penyelesaian pekerjaan 5
Jumlah 100
PENILAIAN PROYEK
Proyek belajar adalah tugas belajar yang harus diselesaikan oleh siswa dalam waktu tertentu.
Penilaian proyek dilakukan terkait dengan proses dan produk yang dihasilkan. Sebagai
contoh, untuk menilai proses pengerjaan proyek perlu ditinjau beberapa aspek, yaitu:
Penilaian proses dapat dilakukan dengan menggunakan catatan anekdot yang dibuat guru
selama mengamati kegiatan siswa pada waktu membuat atau melaksanakan proyek. Anekdot
biasanya digunakan untuk mencatat kompetensi yang tidak terlihat pada produk/ hasil karya
siswa.
66
… Dan seterusnya
Penilaian proyek dilakukan mulai dari tahap perencanaan, pengerjaan proyek, sampai tahap
akhir pengerjaan proyek. Contoh format yang dapat digunakan untuk menilai semua tahapan
Penilaian produk suatu proyek perlu mempertimbangkan aspek produk yang dihasilkan dan
pada umumnya dilakukan dua metode penilaian produk, yaitu:
(1) penilaian analitis, merupakan penilaian yang dibuat berdasarkan beberapa aspek
pada hasil karya siswa dari berbagai perspektif atau kriteria. Misalnya, foto hasil
karya siswa dinilai dari segi keterampilan teknis dan kualitas hasil foto secara visual;
(2) penilaian holistis. Penilaian menyeluruh terhadap produk akhir yang dihasilkan oleh
siswa.
Contohnya, penilaian analitis untuk menilai hasil kerja siswa berupa proyek seni.
67
Keterangan: skala nilai yang rendah (1) menunjukan kualitas keterampilan yang rendah,
sedangkan skala nilai yang tinggi (5) menunjukan kualitas keterampilan yang tinggi
Contoh instrumen penilaian holistik untuk sebuah karya seni adalah sebagai berikut:
Aspek yang dinilai: Bagaimana hasil karya seni dapat mengomunikasikan ide siswa?
Guru membuat skala penilaian holistik yang memiliki interval 0 sampai 4, dengan kategori
sebagai berikut,
Penilaian karya proyek juga dapat menggunakan rubrik yang dikembangkan berdasarkan
aspek penting dari produk yang akan dinilai. Berikut ini contoh rubrik untuk menilai hasil
karya gambar yang dibuat oleh siswa.
68
bekas koreksi kelihatan buram
(hapusan) dan terlihat
bekas koreksi
Kreatifitas Ekspresi tentang Menggunakan Terlihat Ekspresi yang
pemikiran garis dan pemikiran seniri, disampaikan
kreatif yang bayangan yang namun tidak tidak kreatif dan
diyatakan secara menggambarkan menggunakan bukan
efektif dengan pemikiran penggambaran merupakan
menggunakan sendiri bayangan pemikiran
garis dan sendiri
bayangan
Kriteria lainnya
PORTOFOLIO
Portofolio berupa koleksi pekerjaan yang dimiliki dan digunakan oeh fotografer untuk
menunjukan prospektif pekerjaan kepada pelanggannya. Jadi, portofolio dapat digunakan
untuk menunjukkan kemampuan atau hasil belajar. Secara umum portofolio adalah adalah
suatu kumpulan karya atau berkas pilihan yang dapat memberikan informasi untuk keperluan
penilaian. Kumpulan atau hasil kerja tersebut dapat berupa pekerjaan siswa selama waktu
tertentu yang dapat memberi informasi tentang apa yang dilakukan siswa terkait dengan hal
yang dipelajari. Peniaian portofolio dapat merefleksikan perkembangan keterampilan siswa
dalam selang waktu tertentu. Penilaian portofolio merupakan penilaian autentik yang
mendeskripsikan yang yang dapat dilakukan siswa setelah memahami caanya. Namun, cara
penilaian portofolio ini hanya cocok untuk mengukur keterampilan siswa jika pembelajaran
menghasilkan sebuah produk atau karya. Penilaian ini bersifat terbuka dan melibatkan siswa
dalam pengukuran keterampilan berdasarkan hasil kerjanya. Hasil kerja yang dihasikan siswa
akan menjadi ukuran tentang seberapa baik tugas yan diberikan kepada siswa.
Tahapan pelaksanaan penilaian portofolio yang dapat digunakan sebagai bahan reflesi siswa
mencakup lima tahap, yakni sebagai berikut:
69
memperlihatkan rubrik penilaian beserta deskriptornya kepada siswa untuk
perbaikan pembelajaran yang dapat dilakukan;
d. Mempertahankan bukti hasil belajar. Tahap ini dilakukan untuk memperjelas
penilaian yang dilakukan, terutama jika siswa dianggap tidak berhasil dalam belajar.
Wawancara perlu dilakukan untuk memperoleh klarifikasi dari siswa tentang
kualitas portofolio yang dibuatnya;
e. Keputusan penilaian. Keputusan tentang capaian hasi belajar dilakukan secara
bersama oleh para penilai setelah melakukan wawancara terhadap siswa. Jika
terdapat perbedaan penilaian, para penilai harus berdiskusi untuk menetapkan hasil
akhir bagi siswa berdasarkan bukti portofolio yang diamati.
Penilaian portofolio merupakan penilaian proses dan hasil belajar. Proses belajar yang dinilai
misalnya diperoleh dari buku catatan harian tentang pekerjaan yang dilakukan. Sementara itu,
penilaian hasil dilakukan dengan menilai hasil akhir suatu tugas yang diberikan oleh guru.
Portofolio merupakan sumber informasi bagi guru dan siswa, untuk mengetahui
perkembangan pengetahuan.
Berikut ini dipaparkan beberapa kompetensi yang dapat dinilai menggunakan penilaian
portofolio dan contoh portofolionya.
Perkembangan pemahaman siswa pada Catatan, kerangka awal, draf kasar, kritik
periode tertentu struktur, dan finalisasi tulisan.
Pemahaman beberapa konsep dari topik yang Beberapa tulisan pendek, uraian singkat
diberikan
Pelaksanaan kegiatan selama periode waktu Hasil kegiatan selama magang atau
tertentu mengerjakan penelitian dengan
menyesuaikan kategori yang ada, catatan
harian, hasil survei, artikel ilmiah
70
Selain untuk keperluan penilaian hasil belajar dan keterampilan, portofolio dapat dimanfaatan
untuk:
a. Portofolio Kerja
Mencakup hasil kerja siswa dari tahap awal sampai tahap akhir. Penilaian portofolio
dapat digunakan sebagai bahan diskusi antara guru dan siswa untuk mengetahui kemajuan
siswa dalam belajar. Guru dapat menolong siswa untuk mengidentifikasi kelemahan,
kelebihan, serta kelayakan dalam merancang dan meningkatkan proses belajarnya.
Sementara itu, siswa dapat mengendalikan pekerjaannya, merefleksikan strategi belajar,
merancang tujuan belajar, dan memantau perkembangan belajarnya.
Portofolio kerja harus memungkinkan siswa untuk mengevaluasi perkembangan
belajarnya dan dapat digunakan untuk menilai efektivitas proses belajar yang dilakukan.
Portofolio kerja juga seharusnya dapat digunakan untuk mengevaluasi pencapaian
program pengajaran sehingga merupakan masukan bagi guru untuk memperbaiki proses
belajar mengajar.hal yang paling utama dalam penilaian portofolio kerja adalah adanya
pertemuan antara guru dan siswa dalam upaya melihat perkembangan siswa lebih awal
dan memberikan masukan keapada siswa jika dianggap perlu. Kualitas isi portofolio
menggambarkan hasil belajar, sehingga perlu dikembangkan portofolio menggambarkan
hasil belajar, sehingga perlu dikembangkan portoflio kerja yang menyajikan hasil kerja
terkait hasil belajar yang relevan.
Berikut adalah contoh format penilaian diri menggunakan jurnal refleksi untuk menilai
keterampilan.
Jurnal Refleksi Diri
Mata Pelajaran: Nama Siswa:
Kompetensi Dasar: Tanggal Refleksi:
Situasi Pembelajaran:
1. Siapa saja yang terlibat dalam belajar?
2. Apa kontribusi mereka daam pembelajaran?
Refleksi:
1. bagaimana perasaan kamu dalam belajar?
2. Apa hal yang bagus dan kurang bagus dalam situasi belajar?
3. Hal apa saja yang kamu pelajari?
Analisis:
1. Bagaimana proses belajar yang kamu peroleh?
2. Dapatkah kamu mengintegrasikan teori yang dipelajari untuk pengerjaan tugas?
3. Dapatkah kamu mengembangkan kemampuan dalam situasi belajar?
Kesimpulan:
72
Apa kesimpulanmu dalam proses dan kemampuan belajar berdasarkan situasi belajar dan
analisis yang kamu lakukan?
Rencana tindakan:
1. Tindakan apa yang akan kamu lakukan jika kamu menemukan situasi yang mirip pada
masa mendatang?
2. Langkah apa yang kamu lakukan berbasis pengetahuan dan keterampilan yang telah
kamu peroleh?
Guru perlu membuat buku kemajuan siswa untuk membantu siswa dalam meningkatkan
penguasaan keterampilan tertentu dalam rentang waktu tertentu. Buku tersebut dipegang oleh
siswa dan disampaikan kepada guru pada waktu menyerahkan hasil karya harian. Berikut ini
contoh format isi buku terkait dengan kemampuan siswa.
Tanggal: 23 September 2013 Topik: Berlibur ke Danau Bentuk Karya: Tulisan fiksi
Toba
b. Portofolio Dokumentasi
Diguunakan untuk penilaian hasil belajar secara autentik. Penilaian yang dilakukan harus
terkait dengan kompetensi dassar dan indikator pencapaian hasil belajar yang telah
ditentukan. Portofolio dokumentasi juga dapat mencakup upaya siswa dalam belajar,
misalnya; perilaku, partisipasi dalam kegiatan di kelas, inisiatif belajar, kerjasama dan
73
ketekunan mengerjakan tugas. Dokumen potrofolio yang dibutuhkan untuk melihat
ketercapaian standar adalah:
Contoh rubrik portofolio untuk menilai kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah
adalah sebagai berikut.
Sangat Baik Baik Kurang Tidak
Kriteria Kompeten
(4) (3) (2) (1)
Contoh dokumen portofolio yang dibutuhkan untuk menempatkan siswa sesuai bakat dan
minatnya adalah sebagai berikut.
1) Contoh hasil kerja siswa;
2) Hasil tes kemampuan akademik;
74
3) Hasil tes minat dan bakat (jika ada);
4) Dokumen analisis kesesuaian hasil kerja dengan standar;
5) Catatan refleksi diri tentang minat dan bakat;
6) Catatan guru tentang sikap dan perilaku siswa;
7) Catatan orang tua tentang sikap dan perilaku siswa.
Catatan guru dan catatan orang tua dapat diperoleh dengan mengisi portofolio penilaian yang
dilakukan pada beberapa kegiatan belajar. Berikut contoh format penilaian portofolio untuk
mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Nama Siswa : Yeni
Komponen Dasar : Mengarang Tanggal : 26 September 2013
Penilaian
Indikator Sangat Kurang Baik Sangat
Kurang Baik
Kelompok kecil
Sendiri
c. Portofolio Pertunjukan
Dirangcang dan dilaksanakan untuk menunjukkan hasil kerja terbaik siswa untuk
mengukur kompetensi tertentu sesuai dengan tujuan pembelajaran dalam kurun waktu
75
tertentu. Salah satu bentuk kegiatan pertunjukan adalah pameran karya seni lukis yang
dibuat setelah belajar selama satu semester. Pemilihan karya yang akan dipamerkan
bergantung pada kualitas karya siswa, yakni:
Penilaian ini harus diperhatikan secara seksama, terutama dalam menjamin keaslian
hasil karya yang dikerjakan oleh siswa. Guru harus menelaah kesesuaian antara
bimbingan guru terhadap hasil kerja siswa. Hasil karya yang asli merupakan hal yang
paling penting dalam penilaian portofolio pertunjukan.
Organisasi isi Ide disusun Ide disusun Tulisan disusun Tulisan tidak
secara logis, secara secara logis memiliki
hubungan logis.kalimat namun organisasi yang
antarkalimat saling hubungan jelas.
terlihat jelas berkaitan dan antaride kurang Keterkaitan
dan ceritaya pembaca terkait antarkalimat dan
mengalir masih dapat ide tidak terlihat
melihat alur
76
cerita
77
Perlu juga dibuat tabel perhitungan skor maksimal berdasarkan pembobotan yang
ditetapkan untuk rubrik tersebut.
Judul/maksud 10% 4 40
Ketertarikan 10% 4 40
pembaca
Penggunaan 10% 4 40
referensi
Tata cara 5% 4 20
pengutipan
referensi (misalnya
cara APA)
78
didik. Keterampilan itu sendiri menunjukkan tingkat keahlian seseorang dalam suatu
tugas atau sekumpulan tugas tertentu. Penilaian kompetensi keterampilan adalah
penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi
keterampilan dari peserta didik yang meliputi aspek imitasi, manipulasi, presisi,
artikulasi, dan naturalisasi. Artinya kompetensi pengetahuan ini menunjukkan peserta
didik tahu tentang keilmuan tertentu dan kompetensi keterampilan itu menunjukkan
peserta didik bisa ( mampu ) tentang keilmuan tertentu tersebut.
Tabel 6.1. Kompetensi ini keterampilan (KI 4) Keas I,II dan III Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah
Kelebihan
1. Dapat memberikan informasi tentang keterampilan peserta didik secara langsung
yang bisa diamati oleh guru;
2. Memotivasi peserta didik untuk menunjukkan kompetensinya secara maksimal;
3. Sebagai pembuktian secara aplikatif terhadap apa yang telah dipelajari oleh peserta
didik.
Kelemahan
1. Sulit dilakukan pada jumlah peserta didik yang terlalu banyak;
2. Membutuhkan kecermatan dalam melakukan pengamatan terhadap unuk kerja
peserta didik dalam kompetensi keterampilan;
3. Menuntut profesionalisme guru karena mengamati unjuk kerja peserta didik dalam
kompetensi keterampilan yang bervariasi.
teknik dan contoh instrument penilaian kompetensi keterampilan
Guru menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian berupa; (1) kinerja; (2) proyek
dengan menggunakan instrument lembar penilaian dokumen laporan proyek; (3) penilaian
79
portofolio dengan menggunakan instrument lebar penilaian dokumen kumpulan portofolio
dan penilaian produk dengan menggunakan instrument lembar penilaian produk.
80
1. Daftra cek (check list)
Dengan mengunakan daftar cek peserta didik mendapat nilai baik atau mampu apabila
yang ditampilkan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh guru. Cara ini
memiliki kelemahan yaitu penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar -
salah, mampu – tidak mampu dan kategori sejenisnya. Dengan demikian, skor yang
diperoleh peserta didik bersifat rigit atau kaku dan tidak terdapat nilai tengah.
2. Skala penilaian (rating scale)
Penilaian ini memungkinkan memberikan nilai tengah terhadap penguasaan
kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana pilihan kategori
nilai lebih dari dua.
Sementara itu, rubric penilaian unjuk kerja atau praktik harus memenuhi beberapa
kriteria berikut ini :
1. Rubric memuat seperangkat indikator untk menilai komptensi tertentu;
2. Indikator dalam rubric diurutkan berdasarkan urutan langkah kerja pada tugas atau
sistematika pada hasil kerja peserta didik;
3. Rubric dapat mengukur kemampuan yang akan diukur;
4. Rubric dapat digunakan dalam menilai kemampuan peserta didik;
5. Rubric dapat memetakan kemampuan peserta didik;
6. Rubric disertai dengan penskoran yang jelas untuk pengambilan keputusan.
82
BAB IV PENILAIAN SIKAP
Observasi dapat digunakan untuk menilai hasil dan proses peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran. Observasi juga dapat digunakan untuk menilai penampilan
mengajar guru dan perilaku sosial guru. Apabila observasi digunakan sebagai alat
evaluasi, maka evaluator harus memahami konsep dasar observasi, perencanaan
observasi, dan prosedur observasi. Good dkk. (dalam Arifin, 2009, hlm. 154)
mengemukakan ciri observasi, yaitu:
1. Observasi mempunyai arah yang khusus, bukan secara tidak teratur melihat
sekeliling untuk mencari kesan-kesan umum.
2. Observasi ilmiah tentang tingkah laku adalah sistematis, bukan secara sesuka
hati dan untung-untungan mendekati situasi.
84
3. Observasi bersifat kuantitatif, mencatat jumlah peristiwa tentang tipe-tipe
tingkah laku tertentu.
4. Observasi mengadakan pencatatan dengan segera; pencatatan-pencatatan
dilakukan secepat-cepatnya, bukan menyandarkan diri pada ingatan.
5. Observasi meminta keahlian, dilakukan oleh seseorang yang memang telah
terlatih untuk melakukannya.
6. Hasil-hasil observasi dapat dicek dan dibuktikan untuk menjamin keadaan
dan kesahihan.
Dilihat dari kerangka kerjanya, observasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer yang telah
ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor-
faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah
ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas.
2. Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer tidak
dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan observer hanya
dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri.
Apabila dilihat dari teknis pelaksanaanya, observasi dapat ditempuh melalui tiga
cara, yaitu:
85
pribadi. Adapun kekurangannya antara lain sering kali pelaksanaan observasi terganggu
oleh keadaan cuaca, bahkan ada kesan yang kurang menyenangkan dari observer atau
observi itu sendiri, biasanya masalah pribadi sulit diamati, dan jika proses yang diamati
memakan waktu lama maka observer sering menjadi jenuh.
Contoh:
A. Petunjuk Umum
1. Instrumen penilaian sikap sosial ini berupa Lembar Observasi.
2. Instrumen ini diisi oleh guru yang mengajar peserta didik yang dinilai.
B. Petunjuk Pengisian
Berdasarkan pengamatan Anda selama dua minggu terakhir, nilailah sikap
setiap peserta didik Anda dengan memberi skor 4, 3, 2, atau 1 pada Lembar
Observasi dengan ketentuan sebagai berikut:
- skor 4 apabila selalu melakukan perilaku yang diamati
- skor 3 apabila sering melakukan perilaku yang diamati
- skor 2 apabila kadang-kadang melakukan perilaku yang diamati
- skor 1 apabila tidak pernah melakukan perilaku yang diamati
86
C. Lembar Observasi
Kelas/Semester: VII/2
Tahun Pelajaran: Genap
Periode pengamatan: 17 Februari 2020 s.d. 3 Maret 2020
Butir Nilai: Memelihara hubungan baik dengan teman sekelas dan guru
Indikator sikap:
1. Memberi salam pada sesama teman.
2. Menghargai teman ketika berbicara di depan kelas.
Keterangan
Perolehan Skor
Nilai= x Nilai Ideal (4)
Skor Maksimal
87
jawab
3. Melaksanakan Benar-benar
tugas dengan melaksanakan tugas
penuh kejujuran observasi
Mencatat hasil
observasi ada
adanya (sesuai
fakta)
Tanggal Penilaian: Nama Siswa Penilai:
Format lembar penilaian yang lebih sederhana yang dapat digunakan adalah
sebagai berikut.
88
2.2.3. Catatan Insidental (Anecdotal Records)
Catatan insidental adalah catatan-catatan singkat tentang peristiwa-peristiwa
sepintas yang dialami peserta didik secara perseorangan. Catatan ini merupakan
pelengkap dalam rangka penilaian guru terhadap peserta didiknya, terutama yang
berkenaan dengan tingkah laku peserta didik. Catatan tersebut biasanya berbunyi:
a. Tanggal 23 Februari 2008, Gita menangis sendiri di belakang sekolah, tanpa
sebab.
b. Tanggal 05 Maret 2008, Gita mengambil mistar teman sebangkunya dan tidak
mengembalikannya.
c. Tanggal 21 April 2008, Gita berkelahi dengan Galih, karena Gita berkata,
“Galih anak pungut".
d. Tanggal 14 Mei 2008, Gita berkelahi dengan Gina, karena menuduh Gina
mencuri uang Gita.
Dan sebagainya.
Catatan insidental semacam ini mungkin belum berarti apa-apa bagi keperluan
penilaian Gita, tetapi setelah dihubungkan dengan data-data yang lain sering kali
memberikan petunjuk yang berguna. Catatan ini dapat dibuat di buku khusus atau pada
kartu-kartu kecil, sehingga memudahkan dalam penafsirannya. Contoh:
89
2. Setiap kegiatan pencatatan suatu peristiwa hendaknya diambil kesimpulan
sementara. Kesimpulan final baru ditentukan setelah membandingkan
beberapa kesimpulan sementara dari beberapa kegiatan pencatatan.
3. Fokus perhatian guru adalah tingkah laku peserta didik yang dianggap perlu
diselidiki itu.
Proses yang dapat dilakukan oleh guru dalam membantu siswa menerapkan
penilaian diri adalah dengan mengorganisasikan empat langkah proses penilaian diri,
yaitu:
90
yang jujur sangat dibutuhkan untuk melihat capaian sikap yang diharapkan dimiliki oleh
siswa.
Contoh format penilaian diri setelah melakukan diskusi kelompok
Penilaian diri untuk sikap dalam melakukan suatu aktivitas di luar kelas sangat
dibutuhkan oleh guru karena sering kali guru tidak dapat mengamati sikap dan perilaku
siswa ketika mereka belajar mandiri atau mengerjakan tugas di luar sekolah. Berikut ini
diberikan contoh penilaian diri untuk menilai kejujuran dan tanggung jawab siswa dalam
melakukan observasi di luar kelas.
Penilaian
Sikap Indikator Sikap
Ya Tidak
Tanggung a. Saya melakukan observasi dengan penuh
jawab konsentrasi
b. Saya melakukan observasi sesuai dengan
tahapan yang disepakati
c. Saya menyelesaikan tugas menulis hasil
observasi sampai selesai
Kejujuran a. Saya mendapatkan data observasi tanpa
menyontek data teman
b. Saya menyusun laporan sesuai data hasil
observasi tanpa mengurangi dan melebihi
c. Saya membuat laporan dengan pilihan kata
dan kalimat yang saya susun sendiri
Percaya Diri a. Saya yakin telah memperoleh data yang
91
cukup sesuai dengan keperluan penelitian
untuk menjawab pertanyaan
b. Saya memahami apa yang ditugaskan dan
pentingnya melaksanakan tugas secara tuntas
c. Saya mampu membuat laporan yang bagus
berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai
sumber
2.2.5. Jurnal
Jurnal merupakan catatan guru yang berisi informasi hasil pengamatan tentang
kekuatan dan kelemahan siswa yang berkaitan dengan sikap dan perilaku siswa di dalam
dan luar kelas. Jurnal merupakan catatan yang berkesinambungan berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan oleh guru dalam rentang waktu tertentu. Guru perlu
mempersiapkan lembaran pengamatan untuk mengamati sikap dan perilaku siswa pada
waktu yang ditentukan.
Hari/Tanggal Pengamatan:
Aspek sikap dan perilaku yang diamati: ketaatan beribadah, toleransi, kepedulian
terhadap sesama, kebiasaan berdoa
Nama Siswa Catatan Pengamatan Tindak Lanjut
Ahmad
Dani
Dian
Ucok
….. dan seterusnya
92
93