Anda di halaman 1dari 6

Tugas.

3
Pendidikan Bahasa Indonesia di SD
Selesaikan soal-soal berikut dengan singkat dan benar!
1) Buatlah bagan hubungan antara mendengarkan (menyimak), berbicara
membaca, dan menulis merupakan 4 aspek keterampilan berbahasa yang saling
berkaitan! Berikan penjelasan makna bagan yang Anda buat!
Jawab :

Keterampilan berbahasa ada empat yaitu membaca, menulis, menyimak dan


berbicara. Keempat keterampilan ini saling berhubungan antara satu dan lainnya.
seseorang yang terampil membaca juga terampil menyimak atau sebaliknya, seorang
penyaji seminar selain pintar berbicara ketika mempresentasikan makalahnya, la juga
memiliki kepandaian dalam menulis bahan seminar. Pengetahuan seseorang yang
diperoleh melalui membaca dapat digunakan untuk memperoleh atau meningkatkan
keterampilan menulis. Dengan kata lain, untuk dapat menjadi penulis yang baik, orang
harus memiliki keterampilan membaca yang baik. Melalui menyimak dapat digunakan
untuk meningkatkan kemampuannya berbicara. Dengan kata lain, untuk dapat menjadi
pembicara yang baik, orang harus memiliki keterampilan menyimak yang baik. Bahasa
merupakan alat komunikasi yang paling efektif. Karena itu kita dituntut untuk terampil
dalam berbahasa supaya nantinya kita juga terampil dalam ber- komunikasi. Suatu
komunikasi dikatakan berhasil jika pesan yang disampaikan penulis atau pembicara
dipahami penyimak atau pembaca persis seperti yang dimaksud oleh pembicara atau
penulis, Menyimak, berbicara, membaca, menulis merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan.
2) Apa yang dimaksud dengan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran
bahasa?
Jawab :
Pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa adalah suatu pendekatan yang
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi, menekankan
pembinaan dan pengembangan kemampuan komunikatif siswa. Pendekatan
komunikatif dapat juga diartikan sebagai pendekatan yang berpijak pada hakikat bahasa
sebagai alat/sarana komunikasi, sehingga pengajaran bahasa diarahkan pada
penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. Muncul pendekatan komunikatif inilah
yang menandai perubahan pandangan pengajaran bahasa dari "struktural" ke
"fungsional".
3) Jelaskan perbedaan disertai contoh antara menyimak ekstensif dan menyimak
intensif!
Jawab :
1. Menyimak ekstensif (extensive listening)
Menyimak ekstensif ialah kegiatan menyimak yang tidak memerlukan
perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak hanya memahami
seluruh secara garis besamya saja. Menyimak ekstensif meliputi:
a. Menyimak Sosial
Menyimak sosial dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sosial
seperti di Pasar, Terminal, Stasiun, Kantor Pos dan sebagainya.
Contoh: Seorang anak jawa menyimak nasehat neneknya dengan sikap
dan bahasa yang santun.
b. Menyimak Sekunder
Menyimak sekunder terjadi secara kebetulan.
Contoh:
Jika seorang pembelajar sedang membaca di kamar, ia juga dapat
mendengarkan percakapan orang lain, suara siaran radio, suara televisi
dan sebagainya, suara tersebut sempat terdengar oleh pembelajar
tersebut.
c. Menyimak Estetik
Menyimak Estetik sering juga disebut menyimak apresiatif. Menyimak
estetik ialah kegiatan menyimak untuk menikmati dan menghayati
sesuatu.
Contoh:
Menyimak pembaca puisi, rekaman drama, cerita, syair lagu, dan
sebagainya.
d. Menyimak Pasif
Menyimak pasif merupakan jenis menyimak yang berupa kegiatan
menyimak sebuah bahasan yang dilaksanakan tanpa pengupayaan
tujuan yang sadar.
Contoh: Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang mendengarkan Bahasa
Daerah, setelah itu dalam masa dua atau tiga tahun ia sudah mahir
memahami pesan dalam Bahasa Daerah tersebut.
2. Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak dengan penuh perhatian,
ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak memahami secara mendalam.
Menyimak intensif ini memiliki ciri-ciri yang harus diperhatikan yakni:
• Menyimak intensif adalah menyimak pemahaman
• Menyimak intensif memerlukan konsentrasi tinggi
• Menyimak intensif ialah memahami bahasa formal
• Menyimak intensif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan
Menyimak intensif meliputi:
a. Menyimak Introgatif ialah kegiatan menyimak yang bertujuan untuk
memperoleh informasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang diarahkan kepada pemerolehan informasi tersebut. Kegiatan
menyimak introgatif ini bertujuan untuk (1) menemukan fakta-fakta dari
pembicara, (2) menemukan gagasan baru yang dapat dikembangkan
menjadi sebuah wacana yang menarik, (3) Mendapatkan informasi
apakah bahan yang telah disimak itu asli atau tidak.
b. Menyimak Eksploratif Menyimak eksploratif ialah kegiatan
menyimak yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk mndapatkan
informasi baru. Pada akhir kegiatan, seorang penyimak eksploratif akan
(1) Menemukan gagasan baru, (2) Menemukan informasi baru dan
informasi tambahan dari bidang tertentu. (3) Menemukan topik-topik
baru yang dapat dikembangkan pada masa yang akan datang.
c. Menyimak Kreatif
Menyimak kreatif ialah kegiatan menyimak yang bertujuan untuk
mengembangkan daya imajinasi dan kreatifitas pembelajaran.
kreativitas menyimak dapat dilakukan dengan cara (1) Merekonstruksi
pesan yang telah disampaikan penyimak, (2) Menyusun petunjuk-
petunjuk atau naschat berdasar materi yang telah disimak
d. Menyimak Konsentratif
Menyimak konsentratif ialah kegiatan menyimak yang dilakukan
dengan penuh perhatian untuk memperoleh pemahaman yang baik
terhadap informasi yang disimak. Kegiatan menyimak konsentratif
bertujuan untuk (1) Mengikuti petunjuk-petunjuk, (2) Mencari
hubungan antara unsur dalam menyimak. (3) Mencari hubungan
kuantitas dan kualitas dalam suatu komponen. (4) Mencari butir-butir
informasi penting dalam menyimak. (5) Mencari urutan penyajian
dalam bahan menyimak, (6) mencari gagasan utama dari bahan yang
telah disimak.
e. Menyimak selektif
Menyimak selektif ialah kegiatan menyimak yang dilakukan secara
selektif dan terfokus untuk mengenal bunyi-bunyi asing, nada dan suara.
Menyimak selektif memiliki ciri tertentu sebagai pembeda dengan
menyimak yang lain. Adapun ciri menyimak selektif itu ialah (1)
menyimak dengan seksama untuk menentukan pilihan pada bagian
tertentu yang diinginkan, (2) Menyimak dengan memperhatikan topik-
topik tertentu. (3) Menyimak dengan memusatkan pada tema-tema
tertentu.
4) Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis berbicara beserta contohnya (lingkupnya).
Jawab :
Dalam pembahasan mengenai jenis-jenis berbicara, ada 5 (lima) landasan tumpu yang
dapat digunakan dalum mengklasifikasikun berbicara (Tarigan, dkk.. 1997/1998),
yaitu:
• Situasi Tujuan
• Jumlah pendengar
• Peristiwa khusus
• Metode penyampaian

Berikut ini adalah penjelasan mengenai pengklasifikasian tersebut:


a. Jenis Berbicara Berdasarkan Situasi
Pembicantan Berdasarkan situasi pembicaraan, berbicara dibedakan atas
berbicara formal dan berbicara informal. Berbicara informal meliputi
bertukar pengalaman, percakapan, penyampaian berita, pengumuman
bertelepon, dan memberi petunjuk. Adapun berbicara formal meliputi
ceramah, perencanaan dan penilaian, wawancara, debat, diskusi, dan
bercerita dalam situasi formal
b. Jenis Berbicara Berdasarkan Tujuan Pembicara.
Tujuan pembicara pada umumnya dapat diklasifikasikan menjadi lima
jenis, yaitu (1) berbicara untuk menghibur. (2) berbicara untuk
menginformasikan, (3) berbicara untuk menstimuli. (4) berbicara untuk
meyakinkan, dan (5) berbicara untuk menggerakkan. Bila menyaksikan
pelawak beraksi, para pemain mempunyai tujuan untuk menghibur.
Berbicara untuk menghibur biasanya bersuasana santai. Di sini
pembicara berusaha membuat pendengarnya senang dan gembira. Bila
menerangkan cara kerja komputer kepada siswa atau menjelaskan kaitan
antara pendidikan, lingkungan, dan bahasa dalam suatu seminar, berarti
bertujuan menginformasikan sesuatu kepada khalayak. Di sini
pembicara berusaha berbicara secara jelas, sistematis, dan tepat agar isi
informasi terjaga keakuratannya. Jenis berbicara ini banyak diprak
dalam kehidup sehari-hari. Di sini pembicara harus pandai
mempengaruhi pendengar sehingga akhirnya pendengar tergerak untuk
mengerjakan hal-hal yang dikehendaki pembicara. Pembicara biasanya
secara sosial berstatus lebih tinggi daripada pendengarya Pembicara
biasanya berusaha membangkitkan semangat pendengarnya sehingga ia
bekerja lebih tekun atau belajar lebih baik.
c. Jenis Berbicara Berdasarkan Jumlah Pendengar
Berdasarkan jumlah pendengar, jenis berbicara dapat dibedakan atas
herbicara antarpribadi, berbicara dalam kelompok kecil, dan berbicara
dalam kelompok besar. Berbicara antarpribadi terjadi bila seseorang
berbicara dengan satu pendengar (empat mata). Suasana pembicaraan
yang melatari sangat bergantung du pribadi yang terlibat serta isi.
Berbicara dalam kelompok kecil terjadi apabila ada sekelompok kecil
(3-5 orang) dalam pembicaraan itu. Berbicara dalam kelompok kecil ini
sangat bagus untuk pembelajaran bahasa atau untuk siswa yang malu
berbicara. Kelompok kecil akan memungkinkan siswa yang pemalu
menjadi mau berbicara. Adapun berbicara dalam kelompok besar terjadi
apabila pembicara berhadapan dengan pendengar dalam jumlah yang
besar. Misalnya, mengajar dengan jumlah siswa yang cenderung banyak
atau ketika menjadi pemandu acara.
d. Jenis Berbicara Berdasarkan Peristiwa Khusus yang Melatari
Pembicaraan Jenis berbicara ini dapat diklasifikasikan menjadi 6 (enam)
macam, yaitu pidato presentasi, penyambutan, perpisahan, jamuan,
perkenalan, dan nominasi. Contoh pidato presentasi adalah pidato yang
dilakukan saat pembagian hadiah. Contoh pidato penyambutan adalah
pidato yang berisi sambutan umum yang menjadi inti acara. Contoh
pidato perpisahan adalah pidato yang berisi kata-kata perpisahan pada
saat acara perpisahan atau pada saat penutupan, suatu acara. Contoh
pidato jamuan adalah pidato yang berisi ucapan selamat, doa kesehatan
buat tamu, dsb. Contoh pidato perkenalan adalah pidato yang berisi
penjelasan pihak yang memperkenalkan diri kepada khalayak. Contoh
pidato nominasi adalah pidato yang berisi pujian dan alasan mengapa
sesuatu itu dinominasikan (diunggulkan).
e. Jenis Berbicara Berdasarkan Metode Penyampaian Berbicara
Berdasarkan metode penyampaian, ada 4 (empat) jenis berbicara, yaitu
metode mendadak (impromptu), metode tanpa persiapan (ekstemporan),
metode membaca naskah, dan metode menghafal (Keraf, 1980:316.
Dipodjono, 1982-38-39. Tarigan, 1983:24-25). Penyajian dengan
metode mendadak (impromptu), terjadi bila secara tiba-tiba seseorang
diminta berbicara di depan khalayak (tidak ada persiapan sama sekali),
Dalam hal ini sebaiknya pembicaraan dikaitkan dengan situasi dan
kondisi yang melatari pertemuan pada saat itu Seseorang yang terbiasa
berpidato akan mudah menyampaikan gagasan berdasarkan
pengetahuan dan kemampuannya. Akan tetapi, khalayak juga tidak
boleh menuntut uraian yang mantap dan berbobot dari pembicara.
Adapun yang dimaksud dengan metode tanpa persiapan adalah tanpa
danya persiapan naskuh. Jadi, pembicara masih mempunyai waktu yang
cukup untuk membuat persiapan-persiapan khusus yang berupa
kerangka pembicaraan atau catatan-catatan penting tentang urutan
uraian dan kata kata khusus yang harus disampaikan, Metode tanpa
persiapan merupakan metode yang sering digunakan oleh pembicara
yang berpengalaman karena metode ini membutuhkan pembicara yang
mampu mengembangkan pembicaraan dengan bebas. Pembicaraan
menjadi lebih hidup karena komunikasi yang akrab (pembicara
mempunyai kesempatan yang banyak untuk tatap muka dengan
khalayak). Pembicara yang mahir akan menggunakan banyak variasi
dalam hal pemilihan kata, gaya bicara, intonasi, dan sebagainya
sehingga tidak membosankan. Pembicara yang belum berpengalaman
tidak akan dapat memanfaatkan metode ini secara maksimal. Apabila
pembicara akan menyampaikan suatu pernyataan kebijakan atau
keterangan secara tertib dalam pidato-pidato resmi, pidato kenegaraun,
pidato radio, dan sebagainya, metode membaca naskahlah yang banyak
dipakai. Bagi pembicara yang kurang pengalamun, metode ini dapat
membantu, tetapi dapat pula menghambat karena semua sudah terdapat
dalam naskah sehingga kurang tampak adanya spontanitas yang segar
serta kurang adanya hubungan (kontak mata) antara pembicara dengan
pendengar Adapun metode menghafal menunjukkan bahwa pembicara
sudah mengadakan perencanaan, membuat naskah, dan menghafal
naskah. Apabila pembicara hanya sekadar mengucapkan apa yang ia
batalkan tanpa menghayati dan menjiwai apa yang diucapkan serta tidak
berusaha untuk menyesuaikan diri dengan istilah dan kondisi yang
melatari pembicaraan itu dapat dipastikan bahwa pembicaraan menjadi
tidak menarik, membosankan, dan meletihkan pendengar. Sebaliknya,
ada juga pembicara yang berhasil dengan metode ini. Hal ini terjadi
karena pembicara tanggap terhadap situasi dan kondisi yang melatari
pembicaraan.

Anda mungkin juga menyukai