Anda di halaman 1dari 4

Nama : Kurnia Rahmadian

NIM : 835044027
Semester : 7 (Tujuh)
Mata Kuliah : Pendidikan Bahasa Indonesia di SD
Kode Mata Kuliah : PDGK4204
Tutor Pembimbing : Mhd. Isman

TUGAS TUTORIAL 3

Selesaikan soal-soal berikut dengan singkat, padat, dan betul!


1. Buatlah bagan hubungan antara mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis
merupakan 4 aspek keterampilan berbahasa yang saling berkaitan! Berikan penjelasan makna bagan
yang Anda buat! 
2. Apa yang dimaksud dengan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa? 
3. Jelaskan perbedaan disertai contoh antara menyimak ekstensif dan menyimak intensif! 
4. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis berbicara beserta contohnya (lingkupnya). 

Jawaban

1. Berikut bagan hubungan antara mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis:

Menyimak Membaca

Berbicara Menulis

Penjelasan makna bagan yang saya buat adalah sebagai berikut:


a. Menyimak dan Berbicara
Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah secara langsung, merupakan
komunikasi tatap muka atau face to face communication (Brooks, 1964:134)
b. Menyimak dan Membaca
Menyimak dan membaca mempunyai persamaan, kedua-duanya bersifat reseptif, bersifat
menerima (Brooks, 1964:134), perbedaannya menyimak menerima informasi dari sumber lisan,
sedangkan membaca menerima informasi dari sumber tertulis. Dengan perkataan lain, menyimak
menerima informasi dari kegiatan berbicara, sedangkan membaca menerima informasi dari
kegiatan menulis
c. Berbicara dan Membaca
Beberapa proyek penelitian telah memperlihatkan adanya hubungan yang erat antara
perkembangan kecakapan berbahasa lisan dan kesiapan membaca. Telaah-telaah tersebut
memperlihatkan bahwa kemampuan-kemampuan umum berbahasa lisan turut melengkapi suatu
latar belakang pengalaman yang menguntungkan serta keterampilan bagi pengajaran membaca.
d. Ekspresi Lisan dan Ekspresi Tulis
Wajar bila komunikasi lisan dan komunikasi tulis erat sekali hubungannya karena keduanya
mempunyai banyak kesejajaran bahkan kesamaan, antara lain sang anak belajar berbicara jauh
sebelum dia dapat menulis sedangkan kosa kata, pola-pola kalimat, serta organisasi ide-ide yang
memberi ciri kepada ujarannya merupakan dasar bagi ekspresi tulis berikutnya.

2. Yang dimaksud dengan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa adalah suatu pendekatan
yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi, menekankan
pembinaan dan pengembangan kemampuan komunikatif siswa. Penerapan pendekatan komunikatif
sepenuhnya dilakukan oleh siswa (student centre) sedangkan guru hanya sebagai fasilitator. Dengan
demikian siswa akan mampu bercerita, menanggapi masalah, dan mengungkapkan pendapatnya secara
lisan dengan bahasa yang runtut dan mudah dipahami.
Pendekatan komunikatif dapat juga diartikan sebagai pendekatan yang berpijak pada hakikat bahasa
sebagai alat/sarana komunikasi, sehingga pengajaran bahasa diarahkan pada penggunaan bahasa
sebagai alat komunikasi. Komponen komunikasi itu meliputi unsur pelaku komunikasi, cara
berkomunikasi, tempat komunikasi, dan lain-lain (Djiwandono,1996).
Menurut Littiewood (dalam Rofi’uddin, 1999) pendekatan komunikatif didasarkan pada pemikiran
bahwa:
a. Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang luas dalam pembelajaran bahasa. Hal
ini terutama menyebabkan orang melihat bahwa bahasa tidak terbatas pada tata bahasa dan kosa
kata, tetapi juga pada fungsi komunikasi bahasa.
b. Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang luas dalam pembelajaran bahasa. Hal
ini menimbulkan kesadaran bahwa pembelajaran bahasa, tidak cukup dengan memberikan kepada
siswa bagaimana bentuk-bentuk bahasa itu, tetapi siswa harus mampu mengembangkan cara-cara
menerapkan bentuk-bentuk itu sesuai dengan fungsi bahasa sebagai sarana komunikasi dalam
situasi dan waktu yang tepat.

3. Perbedaan disertai contoh antara menyimak ekstensif dan menyimak intensif Menyimak ekstensif
adalah sebagai berikut:
a. Menyimak ekstensif
Menyimak ekstensif adalah proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti
mendengarkan siaran radio, televisi, percakapan orang di angkot, di pasar, kotbah di masjid,
pengumuman di stasiun kereta api, dan sebagainya. Jenis-jenis kegiatan menyimak ekstensif,
antara lain berikut ini:
1) Menyimak sosisal
2) Menyimak sekunder
3) Menyimak estetika
4) Menyimak pasif
b. Menyimak intensif merupakan kegiatan menyimak yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan
dengan tingkat konsentrasi yang tinggi untuk memahami makna yang dikehendaki. Beberapa hal
yang berkaitan dengan menyimak intensif, antara lain
1) menyimak intensif pada dasarnya menyimak pemahaman
2) menyimak intensif memerlukan tingkat konsentrasi pikiran dan perasaan yang tinggi
3) menyimak intensif pada dasarnya memahami bahasa formal, dan
4) menyimak intensif memerlukan produksi materi yang disimak
Contohnya adalah menyimak pelajaran di sekolah. Pada kegiatan tersebut guru menuntut agar
siswa memahami penjelasan yang diperikan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan sebagai
alat ukur untuk mengetahui daya simak siswa. Makin tinggi daya simak seseorang, makin tinggi pula
pengetahuan yang diserapnya. Dengan demikian, dapat meningkatkan kreativitas dirinya (diri
siswa).
Jadi dapat disimpulkan perbedaan menyimak ekstensif dan intensif adalah dari segi keseriusan dan
keadaannya, jika ekstensif dilakukan karena kebetulan dan tidak dilakukan dengan serius, sedangkan
intensif dilakukan dengan kesadraan sendiri dan dilakukan dengan serius

4. Jenis-jenis berbicara beserta contohnya (lingkupnya) adalah sebagai berikut:


a. Jenis Berbicara Berdasarkan Situasi Pembicaraan
Berdasarkan situasi pembicaraan, berbicara dibedakan atas berbicara formal dan berbicara
informal. Berbicara informal meliputi bertukar pengalaman, percakapan, penyampaian berita,
pengumuman bertelepon. dan memberi petunjuk. Adapun berbicara formal meliputi ceramah,
perencanaan dan penilaian, wawancara, debat, diskusi, dan bercerita dalam situasi formal.
b. Jenis Berbicara Berdasarkan Tujuan Pembicara
Tujuan pembicara pada umumnya dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis, yaitu
1) berbicara untuk rnenghibur,
2) berbicara untuk menginformasikan,
3) berbicara untuk menstimuli,
4) berbicara untuk meyakinkan, dan
5) berbicara untuk menggerakkan.
Contohnya saat menyaksikan pelawak beraksi, kita akan tahu bahwa para pemain mempunyai
tujuan untuk menghibur. Berbicara untuk menghibur biasanya bersuasana santai. Di sini pembicara
berusaha membuat pendengarnya senang dan gembira.
Lalu saat menerangkan cara kerja komputer kepada siswa atau menjelaskan kaitan antara
pendidikan, lingkungan, dan bahasa dalam suatu seminar, berarti bertujuan menginformasikan
sesuatu kepada khalayak. Di sini pembicara berusaha berbicara secara jelas, sistematis, dan tepat
agar isi informasi terjaga keakuratannya.
c. Jenis Berbicara Berdasarkan Jumlah Pendengar
Berdasarkan jumlah pendengar, jenis berbicara dapat dibedakan atas berbicara antarpribadi,
berbicara dalam kelompok kecil, dan berbicara dalam kelompok besar. Berbicara antarpribadi
terjadi bila seseorang berbicara dengan satu pendengar (empat mata). Suasana pembicaraan yang
melatari sangat bergantung dua pribadi yang terlibat serta isi pembicaraan.
Berbicara dalam kelompok kecil terjadi apabila ada sekelompok kecil (3-5 orang) dalam
pembicaraan itu. Berbicara dalam kelompok kecil ini sangat bagus untuk pembelajaran bahasa atau
untuk siswa yang malu berbicara. Kelompok kecil akan memungkinkan siswa yang pemalu menjadi
mau berbicara. Adapun berbicara dalam kelompok besar terjadi apabila pembicara berhadapan
dengan pendengar dalam jumlah yang besar. Misalnya, mengajar dengan jumlah siswa yang
cenderung banyak atau ketika menjadi pemandu acara.
d. Jenis Berbicara Berdasarkan Peristiwa Khusus yang Melatari Pembicaraan
Jenis berbicara ini dapat diklasifikasikan menjadi 6 (enam) macam, yaitu pidato presentasi,
penyambutan, perpisahan, jamuan, perkenalan, dan nominasi.
1) Contoh, pidato presentasi adalah pidato yang dilakukan saat pembagian hadiah.
2) Contoh pidato penyambutan adalah pidato yang berisi sambutan umum yang menjadi inti
acara.
3) Contoh pidato perpisahan adalah pidato yang berisi kata-kata perpisahan pada saat acara
perpisahan atau pada saat penutupan, suatu acara.
4) Contoh pidato jamuan adalah pidato yang berisi ucapan selamat. doa kesehatan buat tamu,
dsb.
5) Contoh pidato perkenalan adalah pidato yang berisi penjelasan pihak yang memperkenalkan
diri kepada khalayak.
6) Contoh pidato nominasi adalah pidato yang berisi pujian dan alasan mengapa sesuatu itu
dinominasikan (diunggulkan).
e. Jenis Berbicara Berdasarkan Metode Penyampaian Berbicara
Berdasarkan metode penyampaian, ada 4 (empat) jenis berbicara. yaitu metode mendadak
(impromptu), metode tanpa persiapan (ekstemporan), metode membaca naskah, dan metode
menghafal (Keraf, 1980:316, Dipodjono. 1982-38-39, Tarigan, 1983:24-25).
1) Penyajian dengan metode mendadak (impromptu), terjadi bila secara tiba-tiba seseorang
diminta berbicara di depan khalayak (tidak ada persiapan sama sekali). persiapan sama sekali).
Dalam hal ini sebaiknya pembicaraan dikaitkan dengan situasi dan kondisi yang melatari
pertemuan pada saat itu. Seseorang yang terbiasa berpidato akan mudah menyampaikan
gagasan berdasarkan pengetahuan dan kemampuannya.
2) Metode tanpa persiapan adalah tanpa adanya persiapan naskah. Jadi. pembicara masih
mempunyai waktu yang cukup untuk membuat persiapan-persiapan khusus yang berupa
kerangka pembicaraan atau catatan-catatan penting tentang urutan uraian dan kata-
pembicaraan atau catatan-catatan penting tentang urutan uraian dan kata- kata khusus yang
harus disampaikan.
3) Metode membaca naskah adalah pabila pembicara akan menyampaikan suatu pernyataan
kebijakan atau keterangan secara tertib dalam pidato-pidato resmi, pidato kenegaraan, pidato
radio, dan sebagainya. Bagi pembicara yang kurang pengalaman, metode ini dapat membantu,
tetapi dapat pula menghambat karena semua sudah terdapat dalam naskah sehingga kurang
tampak adanya spontanitas yang segar serta kurang adanya hubungan (kontak mata) antara
pembicara dengan pendengar.
4) Metode menghafal menunjukkan bahwa pembicara sudah mengadakan perencanaan,
membuat naskah, dan menghafal naskah. Apabila pembicara hanya sekadar mengucapkan apa
yang ia hafalkan tanpa menghayati dan menjiwai apa yang diucapkan serta tidak berusaha
untuk menyesuaikan diri dengan istilah dan kondisi yang melatari pembicaraan itu, dapat
dipastikan bahwa pembicaraan menjadi tidak menarik, membosankan, dan meletihkan
pendengar. Sebaliknya, ada juga pembicara yang berhasil dengan metode ini. Hal ini terjadi
karena pembicara tanggap terhadap situasi dan kondisi yang melatari pembicaraan.

Anda mungkin juga menyukai