TEORI-TEORI BELAJAR
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendiidkan
Disusun Oleh
Segala puji serta syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Selain itu, berkat rahmat serta hidayah-Nya kepada
kami,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang teori tentang belajar.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Solawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Kesimpulan……………………………………………………………………10
B. Saran…………………………………………………………………………...10
DAFTARPUSTAKA………………………………………………………………...….11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu cara kita dalam memperoleh masa depan
yang lebih baik lagi. Setiap manusia memiliki kewajiban dalam menuntut
ilmu. Menuntut ilmu merupakan suatu keharusan bagi setiap manusia,
karena manusia telah dikaruniai akal pikiran. Dalam menuntut ilmu
seseorang tidak hanya belajar bagaimana menjadi lebih baik lagi. Namun,
belajar memiliki beberapa aspek penting dalam kehidupan.
Belajar bagi setiap anak tentu berbeda-beda. Perbedaan tersebut
terjadi karena setiap anak memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda-
beda. Psikologi anak pun dalam hal belajar perlu diperhatikan, karena
psikologi yang bagus dapat membuat anak menjadi lebih baik lagi dalam
belajar. Sebagai seorang pendidik, kita dituntut untuk dapat mengerti
psikologi dari masing-masing anak didik. Dengan mengerti psikologi para
anak tersebut, kita jadi lebih mengetahui bagaimana cara pengajaran yang
baik dan mudah dipahami oleh anak tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Teori Belajar dalam Prespektif Psikologi Pendidikan?
2. Apa yang dimaksud dengan Hakikat Teori Behaviorisme?
3. Bagaimana Cara Penerapan Behaviorisme dalam Pendidikan dan
Pembelajaran?
4. Bagaimana Pandangan Teori Kognitivisme Tentang Belajar?
5. Bagaimana Perkembangan Kognitif Menurut Peaget dan Discovery?
C. Tujuan
1. Pembaca dapat mengetahui teori belajar dalam prespektif psikologi
pendidikan.
2. Pembaca dapat mengindentifikasi hakikat teori behaviorisme.
3. Pembaca dapat mengetahui cara penerapan behaviorisme dalam
pendidikan dan pembelajaran.
1
4. Pembaca dapat mengidentifikasi teori kognitivisme tentang belajar.
5. Pembaca dapat mengidentifikasi perkembangan kognitif menurut
Peaget dan Discovery.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Koneksionisme (connectionism)
Teori ini ditemukan oleh Edward L. Thorndike (1874-
1949). Berdasarkan eksperimen yang dilakukan, Thorndike
menyimpulkan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan
respons. Teori ini disebut juga “S-R Bond Theory” dan “S-R
Psychology of Learning”.
2. Pembiasaan Klasik (classical conditioning)
Teori ini berkembang atas hasil eksperimen yang dilakukan
oleh Ivan Pavlov (1849-1936), seorang ilmuwan besar asal Rusia.
3
pada dasarnya classical conditioning adalah sebuah
prosedur penciptaan refleks baru dengan caramendatangkan
rstmulus sebelum datangnya refleks tersebut. Jadi, berdasarkan
eksperimen yang telah dilakukan, semakin jelas bahwa belajar
adalah perubahan yang ditandai dengan adanya stimulus dan
respons.
3. Pembiasaan Perilaku Respons (operant conditioning)
Teori ini merupakan teori belajar paling muda dan masih
sangat berpengaruh di kalangan ahli psikologi masa kini.
Penciptanya bernama Burrhus Frederic Skinner (1904), yang
merupakan seorang penganut behaviorisme. Respons dalam teori
ini terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang
ditimbulkan oleh reinforcer.
Dari tiga teori yang telah diuraikan terdapat kelemahan-
kelemahan, di antaranya:
a. Proses belajar dapat diamati secara langsung, padahal
belajar adalah proses kegiatan mental;
b. Proses belajar bersifat otomatis-mekanis, sehingga
terkesan seperti gerakan mesin dan robot;
c. Proses belajar manusia dianalogikan dengan perilaku
hewan (berdasarkan eksperiman yang dilakukan oleh
penemu-penemu teori di atas) (Syah:2014).
4
1. Durasi perilaku; lamanya waktu sebuah perilaku
Contoh: Rista belajar 5 jam dalam sehari.
2. Frekuensi perilaku; banyaknya perilaku yang dilakukan dalam satu
waktu
Contoh: Diana memakan 5 ekor ayam dalam waktu tiga jam.
3. Intensitas perilaku; usaha fisik atau energi yang ada dalam perilau
Contoh: Firda mencengkram kuat saat bersalaman (Syah:2014)
5
c. Operant conditioning, yang dikembangkan oleh Skinner.
Konsep yang dikemukakan skinner tengang belajar lebih
mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu
menejelaskan konsep belajar secara sederhana,namun lebih
komprehensif. Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan
respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya.
Menurut respon yang diterima tidak sesederhana itu, karena
stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi. Oleh karena itu,
dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus
memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan yang
lainnya, serta memahami konsep.
d. Systematic behaviour, yang dikembangkan oleh Hull.
Menggunakan hubungan antara stimulus dan respon untuk
menjelaskan pengertian belajar. Penguatan tingkah laku juga masuk
dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis
e. Contiguous conditioning, yang dikembangkan oleh Guthrie.
Menggunakan variable hubungan stimulus dan respon untuk
menjelaskan proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir
yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada
respon lain yang dapat terjadi. Hubungan antara stimulus dan
respon bersifat sementara, oleh karena itu dalam kegiatan belajar
peserta didik perlu sering diberi stimulus agar hubungan stimulus
dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya
bahwa hukuman memegang peran penting dalam proses belajar.
Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu
mengubah tingkah laku seseorang. Saran utama dari teori ini
adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat.
(Sanjaya:2008).
6
Teori behavioristik sampai saat ini banyak diterapkan dalam
praktik pendidikan di Indonesia, dari usia dini hingga perguruan tinggi.
Hal ini dikarenakan mudahnya penerapan teori ini untuk meningkatkan
kualitas siswa. Salah satu contoh penerapan teori belajar behavioristik
adalah adanya sistem point ketika siswa melakukan pelanggaran
terhadap aturan-aturan di sekolah. Penelitian Saputro (2015)
menyimpulkan bahwa penerapan teori behavioristik dapat mengurangi
siswa mengoperasikan handphone pada saat jam pembelajaran
belangsung. Selanjutnya penelitian Fajri (2011) yang berjudul
“Efektifitas teknik behavior contract untuk mengurangi perilaku
membolos siswa kelas X di SMAN 5 Malang”. Penelitian ini
menyimpulkan adanya penurunan yang signifikan terhadap perilaku
membolos siswa dengan diterapkannya teknik behavior contract.
Penelitian-penelitian tersebut menjadi salah satu pembuktian bahwa
praktik pendidikan di Indonesia menggunakan teori belajar
behavioristik. Teori belajar behavioristik banyak diterapkan di
sekolah-sekolah dengan tujuan membentuk siswa untuk berperilaku
baik. Penelitian ini mengkaji persoalan upaya sekolah dalam
menumbuhkembangkan perilaku peduli lingkungan hidup. Upaya-
upaya tersebut tercermin dari berbagai program dan kebijakan yang
diterapkan di sekolah. Sekolah sebagai institusi pendidikan yang
berfungsi untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan sikap
Teori Belajar Behavioristik. siswa sebagai bekal untuk meningkatkan
taraf hidup di kemudian hari, berperan penting dalam usaha sosialisasi
dan promosi tentang pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup
(Oktariska, dkk:2018).
7
epistemology dan neuropsychology (psikologi syaraf). Pendekatan
psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses mental manusia.
Dalam perspektif psikologi kognitif, belajar adalah peristiwa mental,
bukan peristiwa behavioral (yang bersifat jasmaniah). Meskipun hal-hal
yang bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Pendekatan kognitif sering dipertentangkan dengan pendekatan
behavioristik. Menurut para ahli psikologi kognitif, aliran behaviorisme
tidak lengkap sebagai sebuah teori psikologi, sebab tidak memerhatikan
proses kejiwaan seperti berpikir dan mempertimbangkan pilihan
(Pervin,dkk. 2010 : 108).
Dalam pendekatan perilaku kognitif, penekanannya adalah untuk
membuat murid memonitor, mengelola dan mengatur perilaku mereka
sendiri tanpa faktor eksternal. Pendekatan kognitif sosial telah memberi
kontribusi penting untuk mendidik anak. Pembelajaran dilakukan dengan
mengamati dan mendengarkan model yang kompeten dan kemudian
ditirukan. Penekanan teori ini terdapat pada pembelajaran instruksi diri,
pembicaraan diri dan regulasi diri. Strategi ini dapat meningkatkan
kemampuan belajar murid secara signifikan (Santrock:2015).
8
menggunakan symbol
untuk melambangkan
objek.
Operasi konkret 7 hingga 11 tahun Perbaikan kemampuan
berpikir logis.
Operasi formal 11 tahun hingga Pemikiran abstrak dan
dewasa semata-mata simbolik
dimungkinkan.
(Slavin, 2011).
ثرةLLبق وكLLل السLLه إذا قLL فإن،رارLLوينبغى أن يجتهد فى الفهم عن األستاذ بالتأمل وبالتفكر وكثرة التك
وفهم حرفين خير من حفظ، خير من سماع وقرين، حفظ حرفين: قيل.التكرار والتأمل يدرك ويفهم
وإذا تهاون فى الفهم ولم يجتهد مرة أو مرتين يعتاد ذلك فال يفهم الكالم اليسير.سطرين
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Agar para pendidik lebih memahami yang mendasari teori belajar
supaya mengetahui cara menerapkannya dalam proses pembelajaran.
2. Bagi peserta didik supaya belajar yang sungguh-sungguh dan supaya
bisa membedakan antar setiap yang mendasari teori belajar.
10
DAFTAR PUSTAKA
11