Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KELOMPOK 5

TEORI-TEORI BELAJAR

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendiidkan

Dosen Pengampu: Arizka Harisa, S.Psi, M.Si

Disusun Oleh

Firda Rahmawati (11180162000008)

Diana Tri Wulandari (11180162000011)

Meilina Rista Ayunda (11180162000030)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Selain itu, berkat rahmat serta hidayah-Nya kepada
kami,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang teori tentang belajar.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Solawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafa’atnya di akhirat nanti.

Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan


beberapa tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan. Makalah ini membahas
mengenai teori-teori dalam belajar. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, dan semoga makalah yang kami buat ini dapat
bermanfaat untuk yang membacanya. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu mempermudah proses pembuatan
makalah ini, khususnya kepada dosen mata kuliah Psikologi pendidikan yang
telah membimbing kami dalam menulis makalah ini. Semoga makalah yang kami
buat ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penulis.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………………….………..1


B. Rumusan Masalah ……………………………………………………….……….1
C. Tujuan ……………………………………………………………….…………2

BAB II LANDASAN TEORI

A. Teori Belajar dalam Prespektif Psikologi Pendidikan……………….………….3


B. Hakikat Teori Bevariorisme………………………………………………….…4
C. Cara Penerapan Bevariorisme dalam Pendidikan dan Pembelajaran…………...6
D. Pandangan Teori Kognitivisme Tentang Belajar ……….......................………..7
E. Perkembangan Kognitif Menurut Peaget dan Discovery ………..........……......8
F. Talim Muta’alim pasal 6………………………………………………………..9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………10
B. Saran…………………………………………………………………………...10

DAFTARPUSTAKA………………………………………………………………...….11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu cara kita dalam memperoleh masa depan
yang lebih baik lagi. Setiap manusia memiliki kewajiban dalam menuntut
ilmu. Menuntut ilmu merupakan suatu keharusan bagi setiap manusia,
karena manusia telah dikaruniai akal pikiran. Dalam menuntut ilmu
seseorang tidak hanya belajar bagaimana menjadi lebih baik lagi. Namun,
belajar memiliki beberapa aspek penting dalam kehidupan.
Belajar bagi setiap anak tentu berbeda-beda. Perbedaan tersebut
terjadi karena setiap anak memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda-
beda. Psikologi anak pun dalam hal belajar perlu diperhatikan, karena
psikologi yang bagus dapat membuat anak menjadi lebih baik lagi dalam
belajar. Sebagai seorang pendidik, kita dituntut untuk dapat mengerti
psikologi dari masing-masing anak didik. Dengan mengerti psikologi para
anak tersebut, kita jadi lebih mengetahui bagaimana cara pengajaran yang
baik dan mudah dipahami oleh anak tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Teori Belajar dalam Prespektif Psikologi Pendidikan?
2. Apa yang dimaksud dengan Hakikat Teori Behaviorisme?
3. Bagaimana Cara Penerapan Behaviorisme dalam Pendidikan dan
Pembelajaran?
4. Bagaimana Pandangan Teori Kognitivisme Tentang Belajar?
5. Bagaimana Perkembangan Kognitif Menurut Peaget dan Discovery?

C. Tujuan
1. Pembaca dapat mengetahui teori belajar dalam prespektif psikologi
pendidikan.
2. Pembaca dapat mengindentifikasi hakikat teori behaviorisme.
3. Pembaca dapat mengetahui cara penerapan behaviorisme dalam
pendidikan dan pembelajaran.

1
4. Pembaca dapat mengidentifikasi teori kognitivisme tentang belajar.
5. Pembaca dapat mengidentifikasi perkembangan kognitif menurut
Peaget dan Discovery.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Belajar dalam Perspektif Psikologi Pendidikan

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur penting


dalam penyelenggaraan dan jenjang pendidikan. Berhasil atau gagalnya
pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses belajar. Oleh karena
itu, pemahaman tentang segala konsep dan teori belajar diperlukan oleh
para pendidik.

Para ahli psikologi pendidikan, khususnya para ahli sains kognitif


(cognitivist) sepakat bahwa adanya hubungan antara belajar, memori dan
pengetahuan. Memori diartikan sebagai fungsi mental yang menangkap
informasi dan menyimpan informasi. Memori manusia terdiri dari:

1. Semantic memory (memori semantik), yaitu memori khusus yang


menyimpan pengertian-pengertian;
2. Episodic memory (memori episodik) yaitu memori khusus yang
menyimpan peristiwa-peristiwa.

Secara pragmatis teori belajar dapat dipahami sebagai kumpulan prinsip


yang saling berhubungan dan merupakan sejumlah fakta penemuan
berkaitan dengan peristiwa belajar. Beberapa teori belajar yang sangat
menonjol diantaranya:

1. Koneksionisme (connectionism)
Teori ini ditemukan oleh Edward L. Thorndike (1874-
1949). Berdasarkan eksperimen yang dilakukan, Thorndike
menyimpulkan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan
respons. Teori ini disebut juga “S-R Bond Theory” dan “S-R
Psychology of Learning”.
2. Pembiasaan Klasik (classical conditioning)
Teori ini berkembang atas hasil eksperimen yang dilakukan
oleh Ivan Pavlov (1849-1936), seorang ilmuwan besar asal Rusia.

3
pada dasarnya classical conditioning adalah sebuah
prosedur penciptaan refleks baru dengan caramendatangkan
rstmulus sebelum datangnya refleks tersebut. Jadi, berdasarkan
eksperimen yang telah dilakukan, semakin jelas bahwa belajar
adalah perubahan yang ditandai dengan adanya stimulus dan
respons.
3. Pembiasaan Perilaku Respons (operant conditioning)
Teori ini merupakan teori belajar paling muda dan masih
sangat berpengaruh di kalangan ahli psikologi masa kini.
Penciptanya bernama Burrhus Frederic Skinner (1904), yang
merupakan seorang penganut behaviorisme. Respons dalam teori
ini terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang
ditimbulkan oleh reinforcer.
Dari tiga teori yang telah diuraikan terdapat kelemahan-
kelemahan, di antaranya:
a. Proses belajar dapat diamati secara langsung, padahal
belajar adalah proses kegiatan mental;
b. Proses belajar bersifat otomatis-mekanis, sehingga
terkesan seperti gerakan mesin dan robot;
c. Proses belajar manusia dianalogikan dengan perilaku
hewan (berdasarkan eksperiman yang dilakukan oleh
penemu-penemu teori di atas) (Syah:2014).

B. Hakikat Teori Bevariorisme


Aliran behaviorisme dalam sejarah ilmu psikologi memiliki teori
dasar tentang pengaruh lingkungan atas perilaku individu. Saat lahir,
individu belum terkontaminasi oleh lingkungan. Stimulus-stimulus
yang ada dari lingkungan yang akan membentuk pribadi individu.

Proses belajar adalah suatu bukti bahwa di suatu lingkungan ada


banyak kejadian. Seseorang dikatakan sudah mengalami pembelajaran
dapat dilihat dari perubahan perilakunya. Karakteristik perilaku dapat
diukur melalui:

4
1. Durasi perilaku; lamanya waktu sebuah perilaku
Contoh: Rista belajar 5 jam dalam sehari.
2. Frekuensi perilaku; banyaknya perilaku yang dilakukan dalam satu
waktu
Contoh: Diana memakan 5 ekor ayam dalam waktu tiga jam.

3. Intensitas perilaku; usaha fisik atau energi yang ada dalam perilau
Contoh: Firda mencengkram kuat saat bersalaman (Syah:2014)

Teori-teori belajar kelompok yang termasuk kelompok behaviorisme :


a. Koneksionisme dengan tokohnya Thorndike.
Menurut teori belajar ini, dasar terjadinya belajar adalah
pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indra
dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara
stimulus dan respon. Oleh karena itulah teori ini uga dinamakan
teori Stimulus dan Respons.
b. Classical conditioning, dengan tokoh Pavlop.
Classical conditioning (pengkondisian atas persyaratab
klasik) adalah teori yang ditemukan melalui percobaan anjing,
dimana perangsang asli dan netral dipasanag dengan stimulus
bersyarat secara berulang-ulang, sehingga memunculkan reaksi
yang diinginkan. Eksperimen yang dilakukan Pavlop terhadap
anjing menghasilkan hokum-hukum belajar, diantaranya:
1. Law of Respondent conditioning, jika dua macam
stimulus dihadirkan secara stimulant (yang salah
satunya berfungsi sebagai reinforce), maka reflex
stimulus lainnya akan meningkat.
2. Law of Respondent Extinction. Jika refleks yang sudah
diperkuat melalui Respondent Conditioning itu
didatangkan kembali tanpa mengahdirkan reinforce,
maka kekuatannya akan menurun. (Husamah:2018).

5
c. Operant conditioning, yang dikembangkan oleh Skinner.
Konsep yang dikemukakan skinner tengang belajar lebih
mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu
menejelaskan konsep belajar secara sederhana,namun lebih
komprehensif. Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan
respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya.
Menurut respon yang diterima tidak sesederhana itu, karena
stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi. Oleh karena itu,
dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus
memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan yang
lainnya, serta memahami konsep.
d. Systematic behaviour, yang dikembangkan oleh Hull.
Menggunakan hubungan antara stimulus dan respon untuk
menjelaskan pengertian belajar. Penguatan tingkah laku juga masuk
dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis
e. Contiguous conditioning, yang dikembangkan oleh Guthrie.
Menggunakan variable hubungan stimulus dan respon untuk
menjelaskan proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir
yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada
respon lain yang dapat terjadi. Hubungan antara stimulus dan
respon bersifat sementara, oleh karena itu dalam kegiatan belajar
peserta didik perlu sering diberi stimulus agar hubungan stimulus
dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya
bahwa hukuman memegang peran penting dalam proses belajar.
Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu
mengubah tingkah laku seseorang. Saran utama dari teori ini
adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat.
(Sanjaya:2008).

C. Cara Penerapan Bevariorisme dalam Pendidikan dan


Pembelajaran

6
Teori behavioristik sampai saat ini banyak diterapkan dalam
praktik pendidikan di Indonesia, dari usia dini hingga perguruan tinggi.
Hal ini dikarenakan mudahnya penerapan teori ini untuk meningkatkan
kualitas siswa. Salah satu contoh penerapan teori belajar behavioristik
adalah adanya sistem point ketika siswa melakukan pelanggaran
terhadap aturan-aturan di sekolah. Penelitian Saputro (2015)
menyimpulkan bahwa penerapan teori behavioristik dapat mengurangi
siswa mengoperasikan handphone pada saat jam pembelajaran
belangsung. Selanjutnya penelitian Fajri (2011) yang berjudul
“Efektifitas teknik behavior contract untuk mengurangi perilaku
membolos siswa kelas X di SMAN 5 Malang”. Penelitian ini
menyimpulkan adanya penurunan yang signifikan terhadap perilaku
membolos siswa dengan diterapkannya teknik behavior contract.
Penelitian-penelitian tersebut menjadi salah satu pembuktian bahwa
praktik pendidikan di Indonesia menggunakan teori belajar
behavioristik. Teori belajar behavioristik banyak diterapkan di
sekolah-sekolah dengan tujuan membentuk siswa untuk berperilaku
baik. Penelitian ini mengkaji persoalan upaya sekolah dalam
menumbuhkembangkan perilaku peduli lingkungan hidup. Upaya-
upaya tersebut tercermin dari berbagai program dan kebijakan yang
diterapkan di sekolah. Sekolah sebagai institusi pendidikan yang
berfungsi untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan sikap
Teori Belajar Behavioristik. siswa sebagai bekal untuk meningkatkan
taraf hidup di kemudian hari, berperan penting dalam usaha sosialisasi
dan promosi tentang pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup
(Oktariska, dkk:2018).

D. Pandangan Teori Kognitivisme Tentang Belajar


Teori psikologi kognitif adalah bagian penting dari sains kognitif
yang telah memberi kontribusi penting dalam psikologi pendidikan. Sains
kognitif merupakan himpunan disiplin yang terdiri dari: psikologi kognitif,
ilmu-ilmu komputer, linguistik, intelegensi buatan, matematika,

7
epistemology dan neuropsychology (psikologi syaraf). Pendekatan
psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses mental manusia.
Dalam perspektif psikologi kognitif, belajar adalah peristiwa mental,
bukan peristiwa behavioral (yang bersifat jasmaniah). Meskipun hal-hal
yang bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Pendekatan kognitif sering dipertentangkan dengan pendekatan
behavioristik. Menurut para ahli psikologi kognitif, aliran behaviorisme
tidak lengkap sebagai sebuah teori psikologi, sebab tidak memerhatikan
proses kejiwaan seperti berpikir dan mempertimbangkan pilihan
(Pervin,dkk. 2010 : 108).
Dalam pendekatan perilaku kognitif, penekanannya adalah untuk
membuat murid memonitor, mengelola dan mengatur perilaku mereka
sendiri tanpa faktor eksternal. Pendekatan kognitif sosial telah memberi
kontribusi penting untuk mendidik anak. Pembelajaran dilakukan dengan
mengamati dan mendengarkan model yang kompeten dan kemudian
ditirukan. Penekanan teori ini terdapat pada pembelajaran instruksi diri,
pembicaraan diri dan regulasi diri. Strategi ini dapat meningkatkan
kemampuan belajar murid secara signifikan (Santrock:2015).

E. Perkembangan Kognitif Menurut Peaget dan Discovery Learning


Bruner

Jean Piaget (baca: zong piazee) adalah pakar psikologi perkembangan


asal Swiss yang paling berpengaruh dalam sejarah psikologi. Dalam teori
perkembangan kognisi piaget menyatakan bahwa kecerdasan atau
kemampuan kognisi anak mengalami kemajuan melalui empat tahapan
yang jelas. Piaget membagi perkembangan kognisi anak-anak dan remaja
menjadi empat tahap sebagai berikut:

Tahap Perkiraan Usia Pencapaian Utama


Sensorimotor Saat lahir hingga 2 Pembentukan konsep
tahun “keajekan objek” dan
kemajuan bertahap.
Praoperasi 2 hingga 7 tahun Perkembangan
kemampuan untuk

8
menggunakan symbol
untuk melambangkan
objek.
Operasi konkret 7 hingga 11 tahun Perbaikan kemampuan
berpikir logis.
Operasi formal 11 tahun hingga Pemikiran abstrak dan
dewasa semata-mata simbolik
dimungkinkan.
(Slavin, 2011).

Model pembelajaran Discovery Learning pertama kali dikembangkan


oleh Jerome Bruner, seorang ahli psikologi yang lahir di New York tahun
1915. Bruner menganggap bahwa belajar penemuan (Discovery Learning)
sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia akan
memberikan hasil yang baik. Bruner menyarankan agar siswa hendaknya
belajar dengan berpartisipasi aktif agar mereka memperoleh pengalaman dan
melakukan eksperimen (Mubarok dan Sulistyo:2014)

F. Ta’lim Mutalim Pasal VI

Usaha Memahami Pelajaran

‫ثرة‬LL‫بق وك‬LL‫ل الس‬LL‫ه إذا ق‬LL‫ فإن‬،‫رار‬LL‫وينبغى أن يجتهد فى الفهم عن األستاذ بالتأمل وبالتفكر وكثرة التك‬
‫ وفهم حرفين خير من حفظ‬،‫ خير من سماع وقرين‬،‫ حفظ حرفين‬:‫ قيل‬.‫التكرار والتأمل يدرك ويفهم‬
‫ وإذا تهاون فى الفهم ولم يجتهد مرة أو مرتين يعتاد ذلك فال يفهم الكالم اليسير‬.‫سطرين‬

Pelajar hendaknya mencurahkan kemampuannya dalam memahami


pelajaran dari sang guru, atau boleh juga dengan cara diangan-angan
sendiri, di fikir-fikir dan sering diulang-ulang sendiri. Karena bila
pelajaran yang baru itu hanya sedikit dan sering diulang-ulang sendiri,
akhirnyapun dapat dimengerti. Orang berkata : “Hafal dua huruf lebih
bagus daripada mendengarkan saja dua batas pelajaran. Dan memahami
dua huruf lebih baik daripada menghapal dua batas pelajaran. Apabila
seseorang telah pernah satu atau dua kali mengabaikan dan tidak mau
berusaha, maka menjadi terbisakan, dan menjadi tidak bisa memahami
kalimat yang tidak panjang sekalipun

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori belajar adalah kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan


merupakan sejumlah fakta penemuan berkaitan dengan peristiwa belajar.
Dalam belajar terdapat proses belajar yang menjadi bukti bahwa ada
kejadian yang menjadi bukti bahwa di dalam lingkungan ada hal yang
terjadi, dalam aliran behaviorisme memiliki teori tetang pengaruh
lingkungan atas perilaku individu sendiri. Teori –teori yang ada pada
aliran behaviorisme bermacam-macam sesuai dengan para tokoh yang
mengembangkannya, tetapi semua tokoh pada intinya menambahkan kata
kunci “respond an stimulus” pada teori-teori nya. Kemudian ada
pandangan mengenai teori kognitivisme pada psikologi pendidikan,
menurut para ahli aliran behaviorisme tidak lengkap sebagai sebuah teori
psikologi, sebab tidak memerhatikan proses kejiwaan seperti berpikir dan
mempertimbangkan pilihan. . Penekanan teori ini terdapat pada
pembelajaran instruksi diri, pembicaraan diri dan regulasi diri. Strategi ini
dapat meningkatkan kemampuan belajar murid secara signifikan.
Perkembangan kognitif menurut para tokoh sesuia dengan pengetahuan
dan akan menghasilkan hasil yang baik, karena pada teori ini siwa
disarankan untuk berpatisipasi aktif guna mendapat pengalaman dan
eksperimen.

B. Saran
1. Agar para pendidik lebih memahami yang mendasari teori belajar
supaya mengetahui cara menerapkannya dalam proses  pembelajaran.
2. Bagi peserta didik supaya belajar yang sungguh-sungguh dan supaya
bisa membedakan antar setiap yang mendasari teori belajar.

10
DAFTAR PUSTAKA

Husamah, dkk. 2016. Belajar dan Pembelajaran. Malang: UMM Press.


Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran (Teori & Praktek KTSP). Jakarta:
Prenadamedia Group.
Santrock, John W. 2015. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta : Prenamedia Group.
Syah, Muhibbin. 2014. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Slavin, Robert E. 2011. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jilid 1. Jakarta : Indeks.
Mubarok, Husni dan Edy Sulistyo. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning
Terhadap hasil Belajar Siswa Kelas X TAV. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. Vol
03:01.
Oktariska, Bariyah, dkk. 2018. Studi Kasus Penerapan Teori Belajar Behavioristik dalam
Menumbuhkembangkan Perilaku Peduli Lingkungan Hidup Siswa Di SMKN 6
Malang. Jurnal Teknologi Pendidikan Universitas Malang. Vol 01:02.

11

Anda mungkin juga menyukai