DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1. ANUGRAH SIMANJUNTAK (4223111080)
2. KHAIRUNNISA WAHIDAH (4221111027)
3. PETRA A. B. SINAGA (4223311002)
4. TAQIYYAH NABILA PUTRI (4223311007)
Kelompok 1
i
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................2
3.1 Kesimpulan............................................................................................13
3.2 Saran.......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. Memahami teori belajar behavioristik.
b. Memahami pemikiran teori belajar yang dikemukakan Thorndike,
Pavlov, dan Skinner.
c. Memahami penerapan teori belajar yang dikemukakan Thorndike,
Pavlov, dan Skinner.
1
d. Mengetahui Pemikiran yang cocok digunakan dalam belajar
Matematika.
2
BAB II PEMBAHASAN
Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang
berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Apa yang
terjadi antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan
karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati
hanyalah stimulus dan respons. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan
guru (stimulus), dan apa saja yang dihasilkan siswa (respon), semuanya
harus dapat diamati dan dapat diukur. Teori ini mengutamakan
pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk
melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
3
2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Teori Behavioristik
Teori behavioristik banyak dikritik karena sering kali tidak mampu
menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau
hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan yang dapat diubah menjadi
sekadar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu
menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan
stimulus dan respon. Pandangan behavioristik juga kurang dapat
menjelaskan adanya variasi tingkat emosi pebelajar, walaupun mereka
memiliki pengalaman penguatan yang sama.
4
Percobaan Thorndike yang terkenal adalah binatang kucing yang
telah dilaparkan dan diletakkan di dalam sangkar yang tertutup yang mana
pintunya dapat dibuka secara otomatis apabila kenop yang terletak di
dalam sangkar tersebut tersentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori
“trial and error”, yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara mencoba-
coba dan membuat salah. Dalam melaksanakan eksperimen ini, kucing
tersebutcenderung untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak
mempunyai hasil. Setiap respon menimbulkan stimulus yang baru,
selanjutnya stimulus baru ini akan menimbulkan respon lagi, demikian
selanjutnya.
5
1) Hukum Reaksi Bervariasi (multiple response). Hukum ini mengatakan
bahwa pada individu diawali oleh prooses trial dan error yang menunjukkan
adanya bermacam-macam respon sebelum memperoleh respon yang tepat
dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
2) Hukum Sikap (Set/Attitude). Hukum ini menjelaskan bahwa perilakku
belajar seseorang tidak hanya ditentukan oleh hubungan stimulus dengan
respon saja, tetapi juga ditentukan keadaan yang ada dalam diri individu
baik kognitif, emosi, sosial, maupun psikomotornya.
3) Hukum Aktifitas Berat Sebelah (Prepotency of Element). Hukum ini
mengatakan bahwa individu dalam proses belajar memberikan respon pada
stimulus tertentu sajasesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi
(respon selektif).
4) Hukum Respon by Analogy. Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam
melakukan respon pada situasi yang belum pernah dialami karena individu
sesungguhnya dapat menghubungkan situasi yang belum pernah dialami
dengan situasi lama yang pernah dialami sehingga terjadi transfer atau
perpindahan unsur-unsur yang telah dikenal ke situasi baru. Makin banyak
unsur yang sama maka transfer akan makin mudah.
5) Hukum perpindahan Asosiasi (Associative Shifting) Hukum ini mengatakan
bahwa proses peralihan dari situasi yang dikenal ke situasi yang belum
dikenal dilakukan secara bertahap dengan cara menambahkan sedikit demi
sedikit unsur baru dan membuang sedikit demi sedikit unsur lama.
6
Penerapan teori belajar Thorndike
Inti dari teori Thorndike ini ialah adanya respon yang benar terhadap
stimulus. Thorndike berpendapat, bahwa cara mengajar yang baik
bukanlah mengharapkan murid tahubahwa apa yang telah di ajarkan, tetapi
guru harus tahu apa yang hendak diajarkan. Dengan ini guru harus tahu
materi apa yang harus diberikan, respon apa yang diharapkan dan kapan
harus memberi hadiah atau membetulkan respons yang salah.
7
ini yang dikenang darinya hingga kini. Classical conditioning
(pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan
Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, di mana perangsang asli
dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang
sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
8
1) Penguasaan (Acquisition) Penguasaan berkenaan bagaimana individu
mempelajari suatu respon. Teori yang dapat diambil adalah semakin sering
individu mencoba, maka penguasaan berlaku lebih kuat.
2) Generalisasi (generalization). Dalam eksperimennya, Pavlov menggunakan
bel dengan bunyi yang berbedabeda. Namun demikian, anjing itu masih
mengelaurkan air liur. Ini berarti individu dapat membuat generalisasi
bahwa suara yang berbeda atau hampir sama mungkin diikuti dengan
respons (makanan). Teori yang dapat diambil adalah individu telah terbiasa
dengan sesuatu rangsangan tek lazim juga akan menghasilkan respons lazim
(keluar air liur). Hal ini berlaku sekalipun rangsangan itu dalam bentuk
bunyi bel berbeda-beda atau hampir sama.
3) Diskriminasi (discrimination). Pavlov mendapati bahwa apabila ia
mengubah bunyi bel, anjing masih mengeluarkan air liur. Namun, bila mana
bunyi-bunyi bel itu berbeda dari suara asli, anjing tidak mengeluarkan air
liur.ini menunjukkan bahwa individu dapat membedakan atau
mendiskriminasi rangsangan yang dikemukakan dan memilih memberikan
respons atau justru mengabaikannya. Teori yang dapat diambil ialah
individu mampu merespon suatu rangsangan, tetapi tidak pada rangsagan
yang lain.
4) Penghapusan (extinction). Anjing mengeluarkan air liur tiap kali bel
dibunyikan karena lazimnya suara tersebut menandakan hadirnya daging.
Akan tetapi jika bel dibunyikan berkali-kali namun daging tidak ada, pada
akhirnya anjing tidak akan menguluarkan air liur lagi. Teori yang dapat
diambil ialah jika suatu rangsangan lazim (bel) tidak diikuti dengan
rangsangan tak lazim (daging), lama kelamaan individu tidak akan
memberikan respon.
9
dan respons secara reflektif, proses belajar akan berlangsung apabila diberi
stimulus bersyarat.
Contoh , suara lagu dari penjual es krim Walls yang berkeliling dari
rumah ke rumah. Awalnya mungkin suara itu asing, tetapi setelah si pejual
es krim sering lewat, maka nada lagu tersebut bisa menerbitkan air liur
apalagi pada siang hari yang panas. Bayangkan, bila tidak ada lagu
tersebut betapa lelahnya si penjual berteriak-teriak menjajakan
dagangannya. Contoh selanjutnya adalah bunyi bel di kelas untuk penanda
waktu atau tombol antrian di bank. Tanpa disadari, terjadi proses
menandai sesuatu yaitu membedakan bunyi-bunyian dari pedagang
makanan(rujak, es, nasi goreng, siomay) yang sering lewat di rumah, bel
masuk kelas-istirahat atau usai sekolah dan antri di bank tanpa harus
berdiri lama.
10
Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang
kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian
didasari atas perilaku yang tampak.
11
Kelemahan dari teori conditioning ini adalah bahwa belajar itu
terjadi secara otomatis, keaktifan dan penentuan pribadi tidak
dihiraukannya. Peranan latihan atau kebiasaan terlalu ditonjolkan,
sedangkan dalam bertindak dan berbuat sesuatu manusia tidak semata-
mata tergantung kepada pengaruh dari luar. Diri atau pribadinya sendiri
memegang peranan dalam memilih dan menentukan perbuatan dan reaksi
apa yang akan dilakukannya. Teori conditioning ini memang tepat kalau
dihubungkan dengan kehidupan binatang. Pada manusia teori ini dapat
diterima dalam hal-hal belajar tertentu saja, misalnya dalam belajar yang
mengenai skill (keterampilan) tertentu dan mengenai pembiasaan pada
anak-anak kecil
12
behavioristik tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan
perasaan individu dalam suatu belahar. Peristiwa belajar sematapmata
melatih redleks-refleks sedemikain ripa sehingga menjadi kebiasaan yang
dikuasai individu.
1) Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada peserta didik, jika salah
dibetulkan dan jika benar diberi penguat.
2) Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
13
3) Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4) Dalam proses pembelajaram, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
5) Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadia dan sebagainya.
Hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasioreinforce.
6) Dalam pembelajaran, digunakan shaping.
1) Tidak selalu menuntut jawaban benar dari peserta didik, sehingga guru
hendaknya mengutamakan proses pemahaman konsep peserta didik, proses
penyelesaian masalah, dan bagaimana konsep peserta yang telah diberikan.
2) Memberikan respon penghargaan dan dukungan pada berbagai pencapaian
peserta didik, serta memberikan arahan yang benar pada peserta didik yang
melakukan kesalahan.
14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori behaviouristik mengutamakan stimulus dan respon dalam
pengaplikasiannya. Ini dilakukan secara berulang-ulang untuk mencapai
perubahan tingkah laku yang diharapkan. Untuk mencapai target
pemberian stimulus harus dilakukan berulang kali agar respon yang
diberikan juga semakin baik.
3.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Mytra, P., Asrafiani, A., Budi, A., Hardiana, H., & Irmayanti, I.
(2022). Implementasi Teori Belajar Behavioristik dalam Pembelajaran
Matematika. JTMT: Journal Tadris Matematika, 3(2), 45-54.
16