Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR MATEMATIKA

ALIRAN PSIKOLOGI TINGKAH LAKU

Dosen Pengajar:

Drs. H. Sumartono, M.Pd.

Siti Mawaddah, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
1. Ahmad Fauzi (1710118210001)
2. Husnul Khotimah (1710118320014)
3. Novi Rizka Inayah (1710118320030)
4. Nur Amalina Shafriyanti (1710118320031)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2018
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .....................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................4
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
1.3 Tujuan .................................................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN ...................................................................................................5
2.1 Aliran Psikologi Tingkah Laku ...........................................................................5
A. Teori Thorndike ..................................................................................................6
B. Teori Skinner ......................................................................................................8
C. Teori Ausubel .....................................................................................................9
D. Teori Gagne ......................................................................................................10
E. Teori Pavlov ......................................................................................................12
F. Teori Baruda .....................................................................................................13
G. Aliran Latihan Mental ....................................................................................... 13
BAB 3 PENUTUP ...........................................................................................................14
A. Kesimpulan .......................................................................................................14
B. Saran .................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................15

2
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bagi guru matematika mempelajari teori pembelajaran berdasarkan aliran
psikologi tingkah laku ini akan sangat berguna dalam meningkatkan kemampuan
dirinya sebagai guru matematika yang profesional, karena dengan menguasai
materi ini serta aplikasinya akan meningkatkan pula wawasan kemampuan untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika di dalam kelas. Tidak hanya
tingkat kedalaman konsep yang diberikan pada siswa yang harus disesuaikan
dengan tingkat kemampuannya, cara penyampaian materi pun demikian pula.
Guru harus mengetahui tingkat perkembangan mental anak dan bagaimana
pengajaran yang harus dilakukan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan
mental siswa besar kemungkinan akan mengakibatkan siswa mengalami
kesulitan, karena apa yang disajikan pada siswa tidak sesuai dengan
kemampuannya dalam menyerap materi yang diberikan. Begitu pentingnya
pengetahuan tentang teori pembelajaran karena setiap materi yang disampaikan
kepada siswa harus berdasarkan metode yang disesuai dengan teori-teori yang
dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Setelah mempelajari teori ini diharapkan
siswa mampu menerapkan teori psikologi pembelajaran pada saat mengajar
dikelas, khususnya dalam pembelajaran matematika.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian psikologi tingkah laku?
2. Apa saja aliran atau teori psikologi tingkah laku?
3. Bagaimana implikasi teori-teori psikologi tingkah laku dalam belajar
mengajar?
4. Bagaimana karakteristik teori-teori psikologi tingkah laku?

1.3 Tujuan
Makalah penelitian ini, bertujuan untuk :

1. Mengetahui pengertian psikologi tingkah laku.


2. Mengetahui beberapa aliran atau teori psikologi tingkah laku.
3. Mengetahui implikasi teori-teori psikologi tingkah laku dalam belajar
mengajar.
4. Mengetahui karakteristik teori-teori psikologi tingkah laku.

4
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Aliran Psikologi Tingkah Laku


Sebelum mempelajari aliran psikologi tingkah laku, akan lebih baik untuk
mempelajari tentang psikologi belajar mengajar terlebih dulu. Psikologi Belajar atau
Teori belajar adalah teori perkembangan intelektual (mental) siswa,
Psikologi mengajar atau teorimengajar berisi tentang petunjuk bagaimana
semestinya mengajar siswa pada usia tertentu, bila ia sudah siap belajar. Jadi pada teori
mengajar terdapat prosedur dan tujuan mengajar.
Pada pelaksanaannya kedua teori tersebut tidak bisa dipisahkan, seperti hal nya
kata belajar dan mengajar. Peristiwa mengajar selalu disertai dengan peristiwa belajar,
ada guru yang mengajar maka haruslah ada siswa yang belajar. Tapi, ada siswa yang
belajar belum tentu ada guru yang mengajar, sebab belajar bisa dilakukan secara sendiri.
Oleh karena itu yang kita pakai adalah ungkapan kata belajr mengajar, yang didahulukan
peristiwa belajar, agar siswa bisa mandiri.
Dengan menguasai psikologi pembelajaran, guru bisa mengetahui kemampuan
yang telah dimiliki siswa dan bagaimana proses berpikirnya. Di samping itu, guru dapat
mengetahui pula tentang bagaimana menciptakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan
kondisi siswa dan tujuan pembelajaran.
Selain itu, memahami teori belajar dari para pakar psikologi juga sangatlah
penting untuk keberhasilan proses pembelajaran matematika di kelas. Dengan memahami
teori belajar yang ada, para guru dapat merancang proses pembelajaran di kelasnya. Tiap-
tiap teori memiliki keunggulan dan kelemahan sendiri-sendiri. Yang paling penting, guru
hendaknya dapat menggunakan dengan tepat keunggulan tiap teori tersebut.
Psikologi tingkah laku berdasarkan pada perubahan perilaku. Psikologi tingkah
laku menekankan pada pola perilaku baru yang diulang-ulang sampai menjadi otomatis.
Aliran psikologi tingkah laku dalam belajar telah dikenal sejak Aristoteles
mengemukakan bahwa ‘ingatan’ selalu difokuskan pada keterkaitan yang dibuat antara
berbagai kejadian, misalnya cahaya dan petir.

5
Teori belajar yang dikemukakan penganut psikologi tingkah laku ini cocok
digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa yang berhubungan dengan
pencapaian hasil belajar (pengetahuan) matematika seperti fakta, konsep, prinsip, dan
keterampilan yang dinyatakan sebagai objek-objek langsung matematika.
Dalam aliran psikologi tingkah laku terdapat beberapa teori, antara lain sebagai
berikut:
A. Teori Thorndike
Edward L. Thorndike (1874-1949) mengemukakan beberapa hukum belajar
yang dikenal dengan sebutan Law of effect. Menurut hukum ini, belajar akan lebih
berhasil bila respon murid atau stimulus segera diikuti dengan rasa senang atau
kepuasan. Rasa senang bisa timbul sebagai hasil anak mendapatkan pujian atau
ganjaran lainnya. Stimulus ini termasuk reinforcement.
Eksperimen yang dilakukan Thorndike adalah dengan kucing yang
dimasukkan pada kandang tertutup. Pintunya akan dapat dibuka secara otomatis
apabila knop di dalam kandang disentuh. Setiap respons menimbulkan stimulus yang
baru. Selanjutnya, stimulus baru ini akan menimbulkan respons lagi. Dalam
percobaan tersebut, apabila di luar kandang diletakkan makanan, kucing berusaha
untuk mencapainya dengan cara meloncat-loncat. Dengan tidak disengaja, kucing
telah menyentuh knop. Maka, terbukalah pintu kandang tersebut dan kucing segera
lari ke tempat makan. Percobaan ini diulangi untuk beberapa kali dan setelah kurang
lebih 10 sampai dengan 12 kali, kucing baru dapat dengan sengaja menyentuh knop
tersebut apabila di luar diletakkan makanan.
Percobaan tersebut menghasilkan teori trial and error. Ciri-ciri trial and error
yaitu adanya aktivitas, adanya berbagai respons yang salah, berbagai situasi, adanya
eliminasi terhadap berbagai respons yang salah, dan adanya kemajuan reaksi-reaksi
mencapai tujuan. Jika dalam usaha mencoba-coba itu secara ada kebetulan ada
perbuatan yang kebetulan cocok, kemudian dipegangnya. Karena latihan yang terus-
menerus, waktu yang dipergunakan untuk melakukan perbuatan yang cocok itu
semakin lama semakin efisien.
Terdapat beberapa dalil atau hukum dalam teori stimulus-respon yaitu hukum
kesiapan (law of readiness), hukum latihan (law of exercise) dan hukum akibat (law
of effect).

6
1. Hukum Kesiapan (law of readiness)
Hukum kesiapan menerangkan bagaimana kesiapan seorang anak dalam
melakukan sesuatu kegiatan. Seorang anak yang mempunyai kecenderungan
untuk bertindak atau melakukan kegiatan dan kemudian dia benar melakukan
kegiatan tersebut, maka tindakannya akan melahirkan kepuasan bagi dirinya.
Tindakan-tindakan lain yang dia lakukan tidak menimbulkan kepuasan bagi
dirinya.
2. Hukum Latihan (law of exercise)
Hukum latihan menyatakan bahwa jika hubungan stimulus respon sering
terjadi, akibatnya hubungan akan semakian kuat. Sedangkan makin jarang
hubungan stimulus respon dipergunakan maka makin lemahnya hubungan yang
terjadi. Hukum latihan pada dasarnya menggunakan bahawa stimulus dan respon
akan berhubungan satu sama lain secara kuat, jika proses pengulangan sering
terjadi, makin kegiatan ini dilakukan maka hubungan yang terjadi akan bersifat
otomatis.
3. Hukum Akibat (law of effect)
Hukum akibat menerangkan bahwa kepuasan yang terlahir dan ganjaran dari
guru akan memberikan kepuasan bagi anak dan anak cenderung untuk melakukan
atau meningkatkan pencapaianya. Contohnya guru yang memberikan senyuman
terhadap jawaban anak, akan semakin menguatkan konsep yang tertanam pada
diri anak. Kata-kata “bagus”, “hebat”, dan semacamnya, menjadi sebuah hadiah
bagi anak dan akan meningkatkan dirinya dalam mengusai pelajaran.
Thorndike mengutamakan pula bahwa kualitas dan kuantitas hasil belajar
siswa tergantung dari kualitas dan kuantitas Stimulus-Respon (SR) dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Makin banyak dan makin baik kualitas S-R
itu (yang diberikan guru) makin banyak dan makin baik pula hasil belajar siswa.
Implikasi dari teori ini dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari, yaitu :
1. Dalam menjelaskan suatu konsep tertentu, guru sebaiknya mengambil contoh
yang sekiranya sudah sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Alat peraga
dari alam sekitar akan lebih dihayati.

7
2. Metode pemberian tugas, metode latihan (drill and practice) akan lebih cocok,
karena siswa akan lebih banyak mendapatkan stimulus sehingga respons yang
diberikan pun akan lebih banyak.
3. Dalam kurikulum, materi disusun dari materi yang mudah, sedang, dan sukar
sesuai dengan tingkat kelas dan tingkat sekolah. Penguasaan materi yang lebih
mudah sebagai akibat untuk dapat menguasai materi yang lebih sukar.

B. Teori Skinner
Burhus Frederic Skinner (1904-1990) menyatakan bahwa ganjaran atau
penguatan (reinforcement) mempunyai peranan yang amat penting dalam belajar.
Ganjaran merupakan respon yang sifatnya menggembirakan dan merupakan tingkah
laku yang sifatnya subjektif, sedangkan penguatan merupakan sesuatu yang
mengakibatkan meningkatnya kemungkinan suatu respon lebih mengarah kepada hal-
hal yang sifatnya dapat diamati dan diukur.
Skinner membuat eksperimen yang dinamakan Skinner box. Skinner box
adalah eksperimen yang dilakukan oleh Skinner berupa sangkar berisi seekor tikus
yang dilengkapi dengan tombol, batang jeruji, pengungkit, bedak gatal, dan makanan.
Mula-mula tikus bereksplorasi dengan cara lari ke sana ke mari, mencium benda-
benda yang ada disekitarnya, mencakar dindingdan sebagainya. Hingga suatu saat
tikus dapat menekan pengungkit sehingga butiran makanan pun muncul. Makanan
tersebut merupakan reinforce bagi tikus. Dan sebaliknya bila yang tertekan adalah
pengungkit yang mengeluarkan bedak gatal, hal tersebut merupakan punishment
baginya.
Berdasarkan berbagai percobaan yang dilakukannya, Skinner
mengungkapkan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Penguatan
terdiri atas penguatan negatif dan positif.
1. Penguatan positif
Penguatan positif, yaitu meningkatnya frekuensi respons karena adanya
stimulus yang menyenangkan (Rewarding).
2. Penguatan negatif
Penguatan negatif, yaitu meningkatnya frekuensi respons karena
penghilangan stimulus yang tidak menyenangkan.

8
Contoh penguatan positif adalah pujian yang diberikan pada anak, memberi
hadiah, penghargaan dan sikap guru yang bergembira pada saat anak menjawab
pertanyaan sedangkan bentuk penguatan negatif adalah guru yang membebaskan
muridnya dari tugas membersihkan kamar mandi jika muridnya dapat menyelesaikan
tugas rumahnya.
Guru didalam kelas mempunyai tugas untuk mengarahkan anak dalam
aktivitas belajar, karena pada saat tersebut, kontrol berada pada guru, yang berwenang
memberikan instruksi ataupun larangan pada anak didiknya.
Dalam teori belajar Skinner, untuk menguatkan pemahaman siswa tentang apa
yang baru dipelajari, maka setelah terjadinya proses stimulus-respon yang antara lain
berupaya tanya jawab dalam proses pengajaran harus dilanjutkan dengan
memberikan penguatan antara lain berupa latihan soal-soal.

C. Teori Ausubel
Teori ini terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan
sebelum belajar dimulai. Teori ini membedakan belajar menemukan dengan belajar
menerima. Pada belajar menerima siswa hanya menerima kemudian siswa tinggal
menghafalkannya sedangkan ppada belajar menemukan konsep ditemukan oleh siswa
sehingga siswa tidak menerima pelajaran begitu saja. Pada belajar menghafal, siswa
menghafalkan materi yang sudah diperolehnya, tetapi pada belajar bermakna materi
yang telah diperoleh itu dikembangka dengan keadaan lain sehingga belajarnya lebih
dimengerti.
Sewaktu metode menemukan dianggap sebagai suatu metode mengajar yang
baik karena bermakna, dan sebaliknya metode ceramah adalah metode yang
merupakan belajar menerima, Ausubel menentang pendapat itu. Ia berpendapat
bahwa dengan metode penemuan maupun dengan metode ceramah bisa menjadi
belajar menerima atau belajar bermakna, tergantung dari situasinya.
Selanjutnya Ausbel mengemumakan bahwa metode ekspositori adalah
metode mengajar yang paling baik dan bermakna. Hal ini ia kemukakan berdasarkan
hasil penelitiannya. Belajar menerima maupun menemukan sama-sama dapat
berupaya belajar menghafal atau bermakna. Misalnya dalam mempelajari konsep
Phytagorastentang segitiga siku-siku, mungkin bentuk akhir
𝑐 2 = 𝑏 2 + 𝑎2

9
Sudah disajikan (belajar menerima) , tetapi jika siswa dalam memahami
rumus itu selalu dikaitkan dengan sisi-sisi sebuah segitiga siku-siku akan merupakan
belajar bermakna. Siswa lain memahami rumus itu dengan cara melalui pencarian
tetapi bila kemudian ia menghafalkannya tetapi dikaitkan dengan sisi segitiga siku-
siku menjadi menghafal.
Ada Empat tipe belajar menurut Ausubel, yaitu:
1. Belajar dengan penemuan yang bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang
telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajari itu. Atau sebaliknya,
siswa terlebih dahulu menemukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari,
kemudian pengetahuan baru tersebut siswa kaitkan dengan pengetahuan yang
sudah ada.
2. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari
ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah
dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
3. Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna yaitu materi pelajaran yang telah
tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian
pengetahuan baru yang siswa peroleh itu dikaitkan dengan pengetahuan lain yang
telah dimiliki.
4. Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna yaitu materi pelajaran yang
telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir,
kemudian pengetahuan baru yang siswa peroleh itu dihafalkan tanpa
mengaitkannya dengan pengetahuan lain yang telah dimiliki.
Prasyarat agar belajar menerima menjadi bermakna menurut Ausubel, yaitu:
1. Belajar menerima yang bermakna hanya akan terjadi apabila siswa memiliki
strategi belajar bermakna.
2. Tugas-tugas belajar yang diberikan kepada siswa harus disesuaikan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
3. Tugas-tugas belajar yang diberikan harus sesuai dengan tahap perkembangan
intelektual siswa.

D. Teori Gagne
Gagne mengemukakan bahwa dalam belajar matematika ada dua objek yang
dapat diperoleh siswa yaitu objek langsung dan objek tidak langsung. Objek tak

10
langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar
mandiri, bersikap positif terhadap matematika, dan tahu bagaimana semestinya
belajar. Sedangkan objek langsung berupa fakta, keterampilan, konsep, dan aturan.
Fakta adalah objek matematika yang tinggal menerimanya seperti lambang
bilangan, sudut, dan notasi-notasi matematika lainnya. Contohnya 5% yang berarti
5/100 atau 1/20. Keterampilan berupa kemampuan memberikan jawaban dengan tepat
dan cepat, misalnya melakukan penjumlahan pecahan, melukis sumbu sebuah ruas
garis. Konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan kita dapat
mengelompokkan objek ke dalam contoh dan bukan contoh. Misalnya, konsep
bujursangkar, bilangan prima, himpunan, dan vektor. Aturan adalah objek paling
abstrak yang berupa sifat atau teorema.
Menurut Gagne belajar dapat dikelompokkan menjadi 8 tipe belajar, yaitu :
1. Belajar isyarat adalah belajar yang tingkatannya paling rendah karena tidak ada
niat atau spontanitas. Contohnya menyenangi atau menghindari pelajaran karena
akibat perilaku gurunya.
2. Stimulus-respon adalah kondisi belajar dengan memiliki niat, diniati dan
responsnya jasmaniah, misalnya siswa meniru tulisan guru di papan tulis.
3. Rangkaian gerak adalah perbuatan jasmani terurut dari dua kegiatan atau lebih
dalam rangkaian stimulus-respon. Contohnya seorang anak menggambar sebuah
lingkaran dengan melakukan rangkaian kegiatan terurut yang saling berkaitan.
4. Rangkaian verbal adalah perbuatan lisan terurut dari dua kegiatan atau lebih dalam
rangka stimulus-respon. Contohnya adalah mengemukakan pendapat dan
menjawab pertanyaan dari guru secara lisan.
5. Membedakan adalah belajar memisah-misahkan rangkaian yang bervariasi.
Terdapat dua macam belajar membedakan yaitu membedakan tunggal dan
membedakan jamak. Contoh membedakan tunggal adalah siswa dapat
menyebutkan segitiga sebagai lingkungan tertutup sederhana. Sedangkan contoh
membedakan jamak adalah siswa dapat menyebutkan perbedaan dari dua jenis
segitiga berdasarkan besar sudut dan sisi-sisinya.
6. Pembentukan konsep disebut juga tipe belajar pengelompokkan yaitu belajar
melihat sifat bersama benda-benda konkrit atau peristiwa untuk dijadikan suatu
kelompok.

11
7. Pembentukan aturan adalah tipe belajar yang memungkinkan anak untuk dapat
menghubungkan dua konsep atau lebih berdasarkan konsep-konsep yang telah
dipelajari.
8. Pemecahan masalah adalah tipe belajar yang paling tinggi karena lebih kompleks
dari pembentukan aturan. Pada tipe belajar pemecahan masalah, aturan yang telah
dipelajari terdahulu digunakan untuk membuat formulasi penyelesaian masalah.
Dalam pemecahan masalah, biasanya ada lima langkah yang harus dilakukan,
yaitu:
1. Menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas.
2. Menyatakan masalah dalam bentuk yang lebih operasional.
3. Menyusun hipotesis-hipotesis alternatif dan prosedur kerja yang diperkirakan
baik.
4. Mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya.
5. Mengecek kembali hasil yang sudah diperoleh.
Lebih jauh Gagne mengemukakan bahwa hasil belajar harus didasarkan pada
pengamatan tingkah laku, melalui respon dan belajar bersyarat. Alasannya adalah
bahwa manusia itu organisme pasif yang bisa dikontrol melalui imbalan dan
hukuman.

E. Teori Pavlov
Pavlov terkenal dengan teori belajar klasik. Pavlov mengemukakan konsep
pembiasaan (conditioning). Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar
agar siswa belajar dengan baik maka harus dibiasakan. Misalnya agar siswa
mengerjakan soal Pekerjaan Rumah dengan baik, biasakanlah dengan memeriksanya,
menjelaskannya, atau memberi nilai terhadap hasil pekerjaannya.
Pavlov mengemukakan teori ini berdasarkan percobaannya yang terkenal
dengan melibatkan makanan, anjing, dan bel. Sebelum dikondisikan, bunyi bel tidak
memberikan respon dari seekor anjing, setelah diberi makanan anjing itu mulai
mengeluarkan air liur. Dalam pengkondisian, bel dibunyikan beberapa detik sebelum
anjing diberi makanan, kemudian setelah pengkondisian terdapat perubahan perilaku:
anjing itu dapat mengeluarkan air liur bila mendengar bel berbunyi. Pavlov
menggunakan hipotesis stimulus (rangsang)-respon (tanggapan). Makanan
merupakan stimulus yang tidak dikondisikan sedangkan bel merupakan stimulus yang

12
dikondisikan. Mengeluarkan air liur sebelum mendengar bel merupakan respon yang
tidak dipelajari, sedangkan mengeluarkan air liur setelah mendengar bel merupakan
respon (terhadap bel) sebagai hasil pembelajaran.
Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat
dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat
untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak
sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar. Stimulus ini yang menyebabkan
pengulangan tingkah laku dan berfungsi sebagai penguat. Belajar menurut teori ini
adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang
menimbulkan reaksi. Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya
latihan dan pengulangan.

F. Teori Baruda
Baruda mengemukakan bahwa siswa belajar itu melalui meniru. Pengertian
meniru di sini bukan berarti menyontek, tetapi meniru hal-hal yang dilakukan oleh
orang lain, terutama guru. Jika tulisan guru baik, guru berbicara sopan santun, tingkah
laku yang terpuji, menerangkan dengan jelas dan sistematis, maka siswa akan
menirunya. Jika contoh yang dilihat kurang baik maka siswa pun akan menirunya.
Dengan demikian guru harus menjadi manusia model yang profesional.

G. Aliran Latihan Mental


Aliran ini berkembang sampai dengan abad 20, yang mengemukakan bahwa
struktur otak manusia terdiri atas gumpalan-gumpalan otot. Agar otot ini menjadi
kuat, maka harus dilatih dengan beban. Makin banyak latihan dan beban yang makin
berat, maka otot atau otak itu makin kuat pula. Oleh karna itu jika anak atau siswa
ingin pandai, maka siswa harus dilatih otaknya dengan cara banyak berlatih
memahami dan mengerjakan soal-soal yang benar, makin sukar materi itu makin
pandai anak tersebut.
Struktur kurikulum pada masa itu berisikan materi-materi pelajaran yang sulit,
sehingga orang sedikit yang bersekolah karena tidak kuat untuk mengikutinya.
Disamping faktor lain seperti keturunan, biaya, dan kesadaran akan pentingnya
sekolah.

13
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terdapat 7 aliran psikologi yaitu teori Thorndike, teori Skinner, teori Ausebel,
teori Gagne, teori Pavlop, teori Baruda, dan aliran latihan mental.
Menurut teori Thorndike, belajar akan lebih berhasil bila respon murid atau
stimulus segera diikuti dengan rasa senang atau kepuasan. Rasa senang bisa timbul
sebagai hasil anak mendapatkan pujian atau ganjaran lainnya. Stimulus ini termasuk
reinforcement. Menurut teori Skinner, ganjaran atau penguatan mempunyai peranan yang
amat penting dalam belajar. Ganjaran merupakan respon yang sifatnya menggembirakan
sedangkan penguatan merupakan sesuatu yang mengakibatkan meningkatnya
kemungkinan suatu respon lebih mengarah kepada hal-hal yang sifatnya dapat diamati
dan diukur. Teori Ausebel terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya
pengulangan sebelum belajar dimulai. Teori ini membedakan belajar menemukan dengan
belajar menerima. Teori Gagne menyatakan bahwa dalam belajar matematika ada dua
objek yang dapat diperoleh siswa yaitu objek langsung (kemampuan menyelidiki dan
memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap matematika, dan tahu
bagaimana semestinya belajar) dan objek tidak langsung (fakta, keterampilan, konsep,
dan aturan). Pavlov terkenal dengan teori belajar klasik. Pavlov mengemukakan konsep
pembiasaan (conditioning). Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar agar
siswa belajar dengan baik maka harus dibiasakan. Baruda mengemukakan bahwa siswa
belajar itu melalui meniru. Pengertian meniru di sini bukan berarti menyontek, tetapi
meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang lain, terutama guru. Aliran latihan mental
berkembang sampai dengan abad 20, yang mengemukakan bahwa struktur otak manusia
terdiri atas gumpalan-gumpalan otot. Agar otot ini menjadi kuat, maka harus dilatih
dengan beban,

B. Saran
Dari pembahasan hasil makalah ini, kami menyadari dalam pembuatan makalah
ini banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sebagai
penyusun berharap agar dari semua pihak dapat memberikan kritik dan saran untuk
melengkapi kekurangan yang ada.

14
DAFTAR PUSTAKA

Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika. 2001. Strategi Pembelajaran


Matematika Kontemporer. Bandung – Jakarta: JICA – Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI).

Swadarma, Doni. 2013. Penerapan Mind Mapping dalam Kurikulum Pembelajaran.


Jakarta : PT Alex Media Komputindo

Novi Irwan Nahar. 2016. Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses
Pembelajaran. Jurnal Nusantara. Vol.1 : 69-70.

http://sainsmatika.blogspot.co.id/2012/06/implikasi-aliran-psikologi-tingkah-laku.html,
diakses tanggal 8 September 2018 pukul 13.24 WITA

15

Anda mungkin juga menyukai