Anda di halaman 1dari 10

FILSAFAT PENDIDIKAN

MATEMATIKA
Secara universal, pendidikan dapat didefinisikan sebagai suatu cara untuk
mengembangkan ketrampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan
dapat membuat seseorang menjadi warga negara yang baik, tujuannya untuk
mengembangkan atau mengubah kognisi, afeksi dan konasi seseorang.
Pendidikan adalah proses memajukan budi pekerti yang terus menerus dengan
cara memberikan pembekalan kepada seseorang agar bisa hidup dan
menghidupkan anak yang selaras dengan masyarakatnya, sehingga terbentuk
kepribadian yang utama, kebiasaan-kebiasaan, tingkah laku dan sifatnya yang
permanen, untuk menghasilkan kesinambungan sosial.

Secara etimologi, kata filsafat/falsafah merupakan kata serapan dari bahasa


Arab, yang juga diambil dari bahasa Yunani. Dalam bahasa Yunani, kata
philosphia merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata
philia=persahabatan, cinta) dan sophia=kebijaksanaan. Sehingga arti
harafiahnya adalah seorang pecinta kebijaksanaan.
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala
sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga
mencapai hakikat segala situasi tersebut.
Matematika berasal dari bahasa Yunani Kuno (mthma), yang
berarti pengkajian, pembelajaran, ilmu yang ruang lingkupnya menyempit, dan
arti teknisnya menjadi pengkajian matematik. Kata sifatnya adalah
(mathmatiks), berkaitan dengan pengkajian, atau tekun belajar,
yang lebih jauhnya berarti matematis. Secara khusus,
(mathmatik tkhn), di dalam bahasa Latin ars mathematica, berarti seni
matematika.

Filsafat Ilmu Pendidikan Matematika adalah filsafat yang menelusuri dan


menyelidiki (hakekat pelaksanaan pendidikan matematika yang bersangkut
paut dengan tujuan, latar belakang, cara dan hasilnya. Serta hakekat ilmu
pendidikan matematika yang berkaitan dengan analisis kritis terhadap struktur
dan kegunaannya.) sedalam dan seluas mungkin segala sesuatu mengenai
semua ilmu Pendidikan Matematika, terutama hakekatnya, tanpa melupakan
metodenya. Kerapkali kita lihat ilmu filsafat dipandang sebagai ilmu yang abstrak
dan berada di awang-awang saja, padahal ilmu filsafat itu dekat dan berada dalam
kehidupan kita sehari. Benar, filsafat bersifat tidak konkrit, karena menggunakan
metode berpikir sebagai cara pergulatannya dengan realitas hidup kita.
Filsafat Ilmu Pendidikan Matematika
Ontologi Matematika
Secara filsafat ontologi matematika mempersoalkan dan mengkaji berbagai hal yang berkaitan dengan
matematika sebagai ilmu pengetahuan. Memiliki prosedur aturan ilmiah yakni merumuskan pernyataan
(pengamatan), perumusan generalisasi, pembuktian generalisasi empiris dan pengembangan teori. Ontologi
Matematika berusaha memahami keseluruhan dari kenyataan matematika, yaitu segala matematika yang ada dan
mungkin ada.
Salah satu contoh dari ontology matematika adalah kajian tentang hakikat obyek matematika dan
bagaimana cara memperoleh obyek matematika tersebut.

Epistemologi Matematika
Secara filsafat epistemologi matematika adalah mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita
untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Dengan konsep-konsep yang kongkrit, kontektual, dan terukur
matematika dapat memberikan jawaban secara akurat. Perkembangan struktur mental seseorang bergantung pada
pengetahuan yang diperoleh siswa melalui proses asimilasi dan akomodasi. Epistemologi matematika menelaah
segi-segi dasar pengetahuan matematika seperti sumber, hakikat (substansi), batas-batas, dan kebenaran
pengetahuan beserta ciri-ciri matematika yang meliputi abstraksi, ruang, waktu, besaran, simbolik, bentuk, dan pola.
Salah satu contoh dari epistemology matematika adalah pengetahuan mengenai bangun datar. Jenis-jenis
bangaun datar seperti lingkaran, persegi, persegi panjang, segitiga, segi banyak, trapesium dan lain-lain.

Aksiologi Matematika
Aksiologi matematika terdiri dari etika yang membahas aspek kebenaran, tanggungjawab dan peran
matematika dalam kehidupan, dan estetika yang membahas mengenai keindahan matematika dan implikasinya pada
kehidupan yang bisa mempengaruhi aspek-aspek lain terutama seni dan budaya dalam kehidupan. Secara filsafat
aksiologi matematika seperti ilmu-ilmu yang lain, yang sangat banyak memberikan kontribusi perubahan bagi
kehidupan umat manusia di jagat raya nan fana ini. Segala sesuatu ilmu di dunia ini tidak bisa lepas dari pengaruh
matematika.
Salah satu contoh aksiologi matematika yang ditinjau dari fungsinya sehingga mempunyai nilai adalah
konsep operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan yang banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Ontologi Pendidikan Matematika
Secara filsafat, ontologi pendidikan matematika mengkaji bagaimana mencari inti yang yang cermat dari setiap kenyataan
yang ditemukan, membahas apa yang kita ingin ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata
secara fundamental. Tujuan filsafat pendidikan matematika adalah untuk memahami: (1) Sifat-sifat dasar matematika; (2) Sejarah
matematika; (3) Psikologi belajar matematika; (4) Teori mengajar matematika; (5) Psikologi anak dalam kaitanya dengan
pertumbuhan konsep matematis; (6) Pengembangan kurikulun matematika sekolah; dan (7) Penerapan kurikulum matematika
disekolah. Menurut Ebutt dan Straker (1995),
Salah satu contoh dari ontology pendidikan matematika adalah kajian tentang hakikat psikologi belajar matematika dan
bagaimana cara memahami dan menerapkan kajian tersebut.

Epistemologi Pendidikan Matematika


Pendidikan matematika ditinjau dari aspek epistemologinya merupakan pengetahuan tentang pendidikan matematika.
Bagaimana sebenarnya pendidikan matematika d sekolah-sekolah yang ddapat diketahui melalui eksperimen, pengamatan,
pengamalan dan penelitian. Mencakup berbagai hal yang sangat luas yaitu tentang matematika, psikologi belajar,
kemampua mengajar, dan seterusnya.
Salah satu contoh dari epistemologi pendidikan matematika adalah metode yang digunakan dalam pembelajaran
matematika tentang suatu konsep atau persoalan.

Aksiologi Pendidikan Matematika


Secara filsafat, aksiologi pendidikan matematika, dapat kita kaji berdasarkan tujuan pembelajaran matematika di sekolah,
antara lain : 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma,
secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3)
Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh; 4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah; 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa
ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Dari
lima tujuan pembelajaran matematika di sekolah tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai dari pembelajaran matematika
adalah pembentukan karakter/ kepribadian seseorang berpikir matematis.
Salah satu contoh dari aksiologi pendidikan matematika adalah pendidikan matematika yang bertujuan untuk
pembentukan karakter salah satunya karakter disiplin.
Teori Belajar
Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget (Cognitive Development Theory)

Menurut Piaget pengetahuan (knowledge) adalah interksi yangterus menerus antara individu
dengan lingkungan. Fokus perkembangan kognitif Piaget adalah perkembangan secara alami fikiran
pembelajar mulai anak-anak sampai dewasa. Konsepsi perkembangan kognitif Piaget, duturunkan dari
analisa perkembangan biologi organisme tertentu. Menurut Piaget, intelegen (IQ=kecerdasan) adalah
seperti system kehidupan lainnya, yaitu proses adaptasi. Menurut Piaget ada tiga perbedaan cara berfikir
yang merupakan prasyarat perkekmbangan operasi formal, yaitu; gerakan bayi, semilogika, praoprasional
pikiran anak-anak, dan operasi nyata anak-anak dewas.
Ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif yaitu :
lingkungan fisik
Kematangan
pengaruh social
proses pengendalian diri (equilibration) (Piaget, 1977)
Tahap perkembangan kognitif :
Periode Sensori motor (sejak lahir 1,5 2 tahun)
Periode Pra Operasional (2-3 tahun sampai 7-8 tahun)
Periode operasi yang nyata (7-8 tahun sampai 12-14 tahun)
Periode operasi formal
Kunci dari keberhasilan pembelajaran adalah instruktur/guru/dosen/guru harus memfasilitasi agar
pembelajar dapat mengembangkan berpikir logis.
Teori Kondisioning Operan B.FSkinner
Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada waktu
keluarnya teori S-R. Pada waktu keluarnya teori-teori S-R. Pada waktu itu model kondisian
klasik dari Pavlov telah memberikan pengaruh yang kuat pada pelaksanaan penelitian. Istilah-
istilah seperti cues (pengisyaratan), purposive behavior (tingkah laku purposive) dan drive
stimuli (stimulus dorongan) dikemukakan untuk menunjukkan daya suatu stimulus untuk
memunculkan atau memicu suatu respon tertentu. Skinner tidak sependapat dengan
pandangan S-R dan penjelasan reflex bersyarat dimana stimulus terus memiliki sifat-sifat
kekuatan yang tidak mengendur. Menurut Skinner penjelasan S-R tentang terjadinya
perubahan tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana organisme berinteraksi
dengan lingkungannya. Bukan begitu,banyak tingkah laku menghasilkan perubahan atau
konsekuensi pada lingkungan yangmempunyai pengaruh terhadap organisme dan dengan
begitu mengubah kemungkinan organisme itu merespon nanti. Asas-asas kondisioning operan
adalah kelanjutan dari tradisi yang didirikan oleh John Watson. Artinya, agar psikologi bisa
menjadi suatu ilmu, maka studi tingkah laku harus dijadikan fokus penelitian psikologi. Tidak
seperti halnya teoritikus-teoritikus S-R lainnya, Skinner menghindari kontradiksi yang
ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari Pavlov dan kondisioning instrumental dari
Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma yang mencakup kedua jenis respon itu dan
berlanjut dengan mengupas kondisi-kondisi yang bertanggung jawab atas munculnya respons
atau tingkah laku operan
Teori Belajar dan Eksperimen
Ivan Petrovich Pavlov
Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) adalah seorang behavioristik terkenal
dengan teori pengkondisian asosiatif stimulus-respons dan hal ini yang dikenang
darinya hingga kini. Classic conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik)
adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing,
dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara
berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
Ia menemukan bahwa ia dapat menggunakan stimulus netral, seperti
sebuah nada atau sinar untuk membentuk perilaku (respons). Eksperimen-
eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh
pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari
perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral
dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan
tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti
yang benar jika ia berbuat sesuatu.Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan
menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah
sesuai dengan apa yang di inginkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen
dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki
kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara
hakiki manusia berbeda dengan binatang.
MACAM MODEL METODE PEMBELAJARAN EFEKTIF
1. EXAMPLE NON EXAMPLE 20. COURSE REVIEW HORAY
Contoh dapat dari kasus/ gambar yang relevan dengan KD 21. DEMONSTRATION DAN EKSPERIMEN( Khusus materi yang
2. PICTURE NON PICTURE memerlukan peragaan atau percobaan misalnya Gussen )
3. NUMBERED HEADS TOGETHER 22. EXPLISIT INSTRUCTION
(Kepala bernomor, Spencer Kagan 1992) Pengajaran langsung ( Rosenshina and Stevens 1986 )
4. COOPERATIVE SCRIPT (Dansereau Cs 1985) 23. COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION
5. KEPALA BERNOMOR STRUKTUR (CIRC) Kooperative membaca dan menulis (Steven and Slavin 1995)
(Modifikasi dari number heads) 24. INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE (LINGKARAN KECIL-LINGKARAN
6. STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) BESAR) oleh Spencer Kagan
Tim siswa kelompok prestasi 25. COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)
7. JIGSAW -MODEL TIM AHLI 26. WORD SQUARE
(Aronssn Braney Stephen Sikes and Snapp 1978) 27. SCRAMBLE
8. PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) 28. TAKE AND GIVE
Pembelajaran berdasarkan masalah 29. CONSEPT SENTENCES
9. ARTIKULASI 30. COMPLETTE SENTENCE
10. MIND MAPPING 31. TIME TOKEN AREND 1998
11. MAKE A MATCH 32. PAIR CECKS SPENCER KAGEN 1993
mencari pasangan (lorna Curran 1994) 33. ROUND CLUB (KELILING KELOMPOK)
12. THINK PIR AND SHARE 34. TARI BAMBU
13. DEBATE 35. DUA TINGGAL DUA TAMU (TWO STRAY TWO STRAY)
SPENCER KAGAN 1992)
14. ROLE PLAYING
36. STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS)
15. GROUP INVESTIGATION
37. PEMBELAJARAN OTENTIK (OUTENTIC LEARNING)
Sharan 1992
38. NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)
16. TALKING STICK
38. INQUIRY
17. BERTUKAR PASANGAN
39. MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
18. SNOWBALL THROWING
40. BERBASIS PROYEK DAN TUGAS
19. STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING Siswa/ peserta
mempresentasikan ide/ pendapat pada rekan peserta lainnya 41. PEMBELAJARAN BERBASIS JASA DAN LAYANAN (SERVICE
LEARNING)
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai