Anda di halaman 1dari 16

HAKEKAT, RASIONAL, DAN MANFAAT

ETNOMATEMATIKA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas


mata kuliah Ethnomathematics

Dosen Pengampu: Henry Suryo Bintoro, S.Pd., M. Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 1
1. Annisa Rahmadayanti (201835005)
2. Ayu Naili Rohmah (201835011)
3. Fia Nasyihah (201835018)
4. Umi Mardhiyah (201835023)
5. Almas Choiruna Maulida (201835028)
6. Ulya Ulfiyati (201835033)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2021
HAKEKAT, RASIONAL, DAN MANFAAT
ETNOMATEMATIKA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas


mata kuliah Ethnomathematics

Dosen Pengampu: Henry Suryo Bintoro, S.Pd., M. Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 1
1. Annisa Rahmadayanti (201835005)
2. Ayu Naili Rohmah (201835011)
3. Fia Nasyihah (201835018)
4. Umi Mardhiyah (201835023)
5. Almas Choiruna Maulida (201835028)
6. Ulya Ulfiyati (201835033)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2021

i
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN..........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Hakekat Etnomatematika.......................................................................................3
B. Rasional Etnomatematika.......................................................................................4
C. Manfaat Etnomatematika.......................................................................................8
BAB III............................................................................................................................10
KESIMPULAN................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11

ii
ABSTRAK
Matematika adalah mata pelajaran yang dipandang bebas dari nilai dan
budaya sehingga terdapat pandangan bahwa pendidikan matematika tidak perlu
mempertimbangkan keberagaman yang semakin berkembang dalam populasi
peserta didik. Namun demikian, matematika telah membentuk sekaligus dibentuk
oleh berbagai nilai dan keyakinan dari kelompok-kelompok manusia.
Etnomatematika adalah hasil dari interaksi antara budaya dan matematika.
Pemahaman tentang hubungan antara matematika dan budaya tampaknya dapat
digunakan untuk meningkatkan keefektifan proses beljaar matematika di ruang
kelas multikultural.

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan dan budaya tidak bisa dihindari dalam kehidupan sehari-
harri, karena pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap individu
dalam masyarakat dan budaya merupakan kesatuan yang utuh dan
menyeluruh, berlaku dalam suatu masyarakat. Pendidikan dan budaya
memiliki peran yang sangat penting dalam menumbuhkan dan
mengembangkan nilai luhur bangsa kita. Dengan demikian pendidikan yang
dikaitkan dengan budaya dapat mengembangkan rasa cinta terhadap bangsa
maupun kehidupan sehari-hari yang ada pada lingkungan belajar siswa. Oleh
karena itu konsepsi pendidikan selanjutnya harus dengan bauran budaya.

Salah satu mata pelajaran yang memberikan kontribusi positif bagi


pencerdasan kehidupan bangsa sekaligus turut memanusiakan bangsa
Indonesia dalam arti cakupan yang lebih luas adalah mata pelajaran
matematika. Berkaitan dengan pelajaran matematika diharapkan guru mampu
meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Matematika merupakan suatu
bentuk budaya. Matematika sebagai bentuk budaya sesungguhnya telah
terintegrasi dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat.

Matematika dan budaya merupakan dua hal yang saling berkaitan


dalam kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan matematika merupakan ilmu
pengetahuan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan
sehari-hari, sedangkan budaya merupakan satu kesatuan yang utuh dan
menyeluruh yang berlaku dalam masyarakat. Matematika yang dipraktekkan
di antara kelompok budaya diidentifikasi seperti masyarakat nasional, suku,
kelompok buruh, anak-anak dari kelompok usia tertentu, dan kelas
profesional. Ethnomathematics merupakan studi matematika yang
memperhitungkan pertimbangan budaya dimana munculnya matematika yaitu
dengan memahami penalaran dan sistem matematika yang digunakan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hakekat etnomatematika?

1
2. Bagaimana rasional etnomatematika?
3. Apa saja manfaat etnomatematika?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui hakehat etnomatematika.


2. Untuk menegtahui rasional etnomatematika.
3. Untuk mengetahui manfaat etnomatematika.
4.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakekat Etnomatematika
Matematika dan budaya merupakan dua hal yang saling berkaitan
dalam kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan matematika merupakan ilmu
pengetahuan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan
sehari-hari, sedangkan budaya merupakan satu kesatuan yang utuh dan
menyeluruh yang berlaku dalam masyarakat. Namun, terkadang matematika
dan budaya masih sering dianggap sebagai dua hal yang tidak berkaitan satu
sama lain (Hardiarti, 2017).

Menurut Wahyuni, dkk (2013) salah satu yang dapat menghubungkan


antara matematika dan budaya adalah ethnomatematics. Tokoh pertama kali
yang memperkenalkan ethnomatematics adalah D’Ambrosio, seorang
matematikawan dari Brasil pada tahun 1977. Secara bahasa ethnomatematics
berawalan kata “ethno” yang berarti sesuatu yang sangat luas dan mengacu
pada konteks sosial budaya, termasuk bahasa, jargon, kode perilaku, mitos, dan
simbol. Kata dasar “mathema” berarti menjelaskan, mengetahui, memahami,
dan melakukan kegiatan seperti pengkodean, mengukur, mengklasifikasi,
menyimpulkan, dan pemodelan. Dan kata “tics” berasal dari kata techne yang
berarti teknik, cara-cara, atau mode.

Sedangkan menurut istilah, ethnomatematics dapat diartikan “The


mathematics which is practiced among identifiable cultural groups such as
national-tribe societies, labour groups, children of certain age brackets and
professional classes” (D'Ambrosio dalam Wahyuni dkk, 2013). Artinya,
matematika yang dipraktekkan di antara kelompok budaya diidentifikasi seperti
masyarakat nasional, suku, kelompok buruh, anak-anak dari kelompok usia
tertentu, dan kelas profesional. D’Ambrosio juga mengatakan bahwa
Ethnomathematics merupakan studi matematika yang memperhitungkan
pertimbangan budaya dimana munculnya matematika yaitu dengan memahami
penalaran dan sistem matematika yang digunakan.

3
Menurut Barton (dalam Fajriyah, 2018) ethnomathematics merupakan
program yang bertujuan untuk mempelajari bagaimana siswa dapat memahami,
mengartikulasikan, mengolah, dan menggunakan ide-ide matematika, konsep,
dan praktik-praktik yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, Bishop (dalam Hardiarti,
2017) berpendapat bahwa ethnomathematics dapat dibagi menajdi enam
kegiatan dasar yang dapat ditemukan pada sejumlah kelompok budaya,
diantaranya menghitung atau membilang, penentuan lokasi, mengukur,
mendesain, bermain, dan menjelaskan.

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa ethnomathematics merupakan


jembatan antara matematika dan budaya, dimana proses belajar matematika
dikaitkan langsung dengan budaya yang merupakan aktivitas sehari-hari dalam
bermasyarakat. Ethnnomathematics mengakui bahwa terdapat berbagai macam
cara berbeda dalam menyelesaikan masalah matematika karena tergantung
pada budaya masyarakatnya. Dengan pendekatan ethnomathematics ini
diharapkan proses pembelajaran dapat memudahkan siswa untuk memahami
materi yang disampaikan guru, dan tentunya hasil belajar juga mengalami
peningkatan sehingga tujuan pembelajaran pun dapat tercapai.

B. Rasional Etnomatematika
Matematika adalah ibu dan sekaligus pelayan sehingga dapat dipakai
dalam ilmu yang lain serta terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari. Inilah
yang membuat matematika adalah ilmu yang sangat berguna. Namun, di lain
pihak dalam mempelajari matematika terdapat banyak kesulitan dan keluhan.
Diantaranya adalah matematika adalah ilmu yang abstrak, sulit dipahami dan
masih menjadi momok di kalangan peserta didik maupun guru.

Salah satu langkah untuk mengurangi pandangan negatif terhadap


matematika adalah dengan pembelajaran kontekstual atau membawa dunia
nyata peserta didik ke dalam pembelajaran itu sendiri. Hal ini sejalan dengan
etnomatematika. Secara etimologis, etnomatematika berasal dari kata ethno dan
matematic. Ethno berarti etnis dan matematic berarti matematika.
Etnomatematika adalah matematika yang diterapkan oleh kelompok budaya

4
tertentu, kelompok buruh/petani, anak-anak dari masyarakat kelas tertentu,
kelas-kelas profesional, dan lain sebagainya. Ini berarti etnomatematika bukan
sekedar bicara tentang etnis atau suku. Hiebert & Capenter (1992)
mengingatkan kepada semua pihak bahwa pengajaran matematika di sekolah
dan matematika yang ditemukan anak dalam kehidupan sehari-hari sangat
berbeda. Oleh sebab itu pembelajaran matematika sangat perlu memberikan
muatan/menjembatani matematika dengan kehidupan sehari-hari yang berbasis
pada budaya lokal dengan matematika sekolah. Dengan asumsi bahwa
etnomatematika yang diangkat sudah dikenal dan dapat membantu peserta
didik dalam belajar matematika.

Etnomatematika dipandang sebagai sesuatu yang membangun intuisi


berpikir matematika atau budaya bermatematika yang akan berperan dalam
menghasilan ide atau gagasan matematika. Sebagai contoh budaya matematika
yang ada di masyarakat adalah masyarakat tradisional yang biasa berjualan di
pasar-pasar tradisional belum tentu dapat membaca dan mengerti aksara
dengan baik, namun mereka mampu menghitung dengan presisi untung rugi
barang dagangannya tersebut, hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat
tradisioal tersebut mampu berpikir dan menyelesaikan masalah matematis yang
dihadapinya dengan penalaran alamiah. Berdasarkan pemikiran tersebut
dipahami bahwa etnomatematika menjadikan seseorang mampu melalui proses
berpikir logis berdasarkan pola-pola dan hubungan yang terjadi secara natural.

Berpikir logis dapat diartikan sebagai kegiatan berpikir untuk


memperoleh pengetahuan menurut suatu pola atau logika tertentu (Fitriana,
2015). Berpikir secara logis biasanya identik dengan aktivitas pikir yang
menggunakan logika, rasional dan masuk akal. Kemampuan berpikir logis
meliputi kemampuan:

1. Menarik kesimpulan atau membuat perkiraan dan interpretasi berdasarkan


proporsi yang sesuai.
2. Menarik kesimpulan atau membuat perkiraan dan prediksi berdasarkan
peluang.

5
3. Menarik kesimpulan atau membuat perkiraan atau prediksi berdasarkan
korelasi antara dua variable.
4. Menetapkan kombinasi beberapa variable.
5. Analogi adalah menarik kesimpulan berdasarkan keserupaan dua proses.
6. Melakukan pembuktian.
7. Menyusun analisis dan sintesis beberapa kasus.

Permainan gopa tuta, dapat dijadikan salah satu jembatan memahamkan


dan melatih siswa untuk berpikir logis megenai materi matematika, salah
satunya mengenalkan bangun datar. Sebagaimana terlihat pada gambar, melalui
permainan ini siswa dapat belajar tentang bentuk persegi, persegi panjang, dan
setengah lingkaran.

Pebelajaran Matematika Berbasis Etnomatematika (PMBE) dapat


mengembangkan sikap-sikap mental positif pada siswa antara lain: (1)
Menghargai Mutu: Sikap mental menghargai ketelitian dan kecermatan; (2)
Rasional: Sikap mental mementingkan cara berpikir yang logis; (3) Disiplin:
sikap mental menaati aturan atau kesepakatan bersama yang sudah dibuat serta
meghargai waktu; (4) Ulet dan Tabah: sikap mental sabar dan gigih dalam
menghadapai kesulitan serta tidak suka mencari jalan pintas; (5) Demokratis:
sikap mental tidak feodal, saling menghargai; (6) Kreatif: sikap mental selalu
mencari cara lain dan pembaharuan serta menghargai keberagaman.

Etnomatematika mewakili metodologi untuk penelitian yang sedang


berlangsung dan analisis proses yang mentransmisikan, menyebar, dan
melembagakan matematika sebagai pengetahuan (ide, proses, dan praktik)
yang berasal dari beragam konteks budaya melalui sejarah (Rosa & Orey,
2016). Konteks ini memungkinkan pengembangan terhadap enam dimensi dari

6
program etnomatematika yaitu; kognitif, konseptual, pendidikan,
epistemologis, historis, dan politik. Dimensi-dimensi ini saling terkait dan
bertujuan untuk menganalisis akar sosiokultural pengetahuan matematika
(Rosa & Orey, 2016).

1. Dimensi kognitif
Dimensi ini menyangkut akuisisi, akumulasi, dan penyebaran pengetahuan
matematika lintas generasi. Ide-ide matematika seperti perbandingan,
klasifikasi, kuantifikasi, pengukuran, generalisasi, pemodelan, dan evaluasi
dipahami sebagai fenomena sosial, budaya, dan antropologis yang memicu
perkembangan sistem pengetahuan oleh anggota kelompok budaya yang
berbeda.
2. Dimensi konseptual
Konsep ini merupakan pengembangan pengetahuan esensial dan merupakan
respon terhadap tantangan yang dihadapi dalam seleksi alam. Ide matematis
muncul sebagai pengetahuan yang menjadi dasar untuk bertahan hidup dan
terus memiliki eksistensi.
3. Dimensi pendidikan
Pada dimensi pendidikan, etnomatematika menggabungkan prinsip
pengetahuan dan perilaku akademis dengan nilai-nilai kemanusiaan seperti
rasa hormat, toleransi, penerimaan, kepedulian, martabat, integritas, dan
kedamaian untuk memanusiakannya dan membawany a ke dalam konteks
kehidupan sehari-hari.
4. Dimensi epistemologis
Dimensi ini berkaitan dengan sistem pengetahuan yang merupakan
kumpulan pengamatan empiris dikembangkan untuk memahami,
menjelaskan, dan menangani realitas.
5. Dimensi sejarah
Hubungan antara sejarah dan matematika merupakan fakta yang harus
dimengerti oleh siswa. Dimensi ini mengarahkan siswa untuk meneliti sifat
matematika dalam hal pemahaman tentang bagaimana pengetahuan
matematika itu diarahkan dalam struktur pengalaman mereka.
6. Dimensi politik

7
Dimensi politik bertujuan untuk mengenali dan menghormati sejarah,
tradisi, dan pemikiran matematika yang dikembangkan oleh anggota
kelompok budaya indigenous. Pengakuan dan penghormatan terhadap akar
sosiokultural ini tidak menyiratkan penolakan terhadap akar budaya orang
lain, tetapi memperkuatnya melalui dialog dalam dinamika budaya. Hal
tersebut juga bertujuan untuk mengembangkan tindakan politik yang
membimbing siswa dalam proses transisi dari subordinasi ke otonomi yang
lebih luas tentang hak - hak mereka sebagai warga negara.

C. Manfaat Etnomatematika
Pada dasarnya, matematika tidak terlepas dari budaya lokal karena di
dalam suatu budaya tak jarang memuat konsep-konsep matematika, yang
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari secara turun-temurun, baik dalam
bidang perdagangan, pertanian, dan lain-lain. Inilah yang melatar-belakangi
lahirnya ethnomathematics. Pendekatan pembelajaran yang berbasis pada
budaya atau ethnomatematics setidaknya memberikan keuntungan, diantaranya
sebagai jembatan latar belakang pengetahuan siswa dengan pembelajaran
matematika formal (Dahlan & Permatasari, 2018). Hal itu selaras dengan
temuan (Supriyadi, 2012) bahwa implementasi etnomatematika dapat
mengurangi keabstrakan siswa dalam mempelajari matematika, karena anak-
anak Indonesia seringkali menggunakan bahasa ibunya atau bahasa yang
berkembang didaerah ia tinggal. Hal ini menjadi kesulitan tersendiri untuk para
guru menjelaskan konsep matematika menggunakan bahasa matematika yang
cukup abstrak. Dengan menggunakan inovasi pembelajaran matematika
berbasis budaya atau ethnomatematics diharapkan mampu membantu para guru
untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Kegunaan dan manfaat Ethnomathematics telah dirasakan oleh anak-


anak suatu kelompok masyarakat di Afrika. Peneliti Ethnomathematics yaitu
Maffei dan Favilli, membuat sebuah unit desain didaktis beserta media
pembelajarannya (dalam bentuk software komputer) untuk memperkenalkan
konsep Greatest Common Divisor (Faktor Persekutuan Terbesar atau FPB)
yang terdapat pada sona‟ (budaya orang Afrika, menggambar di pasir). FPB
terlalu sering diperkenalkan oleh para guru dengan cara-cara yang algoritmik

8
dan teknikal. Kebanyakan siswa kesulitan untuk mendapat makna dan manfaat
dari konsep ini, sehingga mereka menjadi tidak berminat dan minim perhatian
pada konsep FPB [14]. Pada proposal desain didaktis tersebut, tahap demi
tahap para siswa diberikan kesempatan untuk mendekati dan mengkonstruksi
konsep FPB, baik secara individu maupun secara kolaboratif, para siswa juga
diberikan kesempatan untuk menghubungkan aspek-aspek geometri dengan
notasi aritmatik. Peran guru adalah untuk memediasi interaksi yang terjadi
antar siswa dan membimbing mereka untuk menginstitusionalisai ide (konsep)
matematis yang ada secara bertahap, hingga di akhir proses para siswa
mendapatkan gagasan tentang FPB. Sona sebenarnya dilakukan oleh orang-
orang yang bercerita (dalam suatu acara adat Afrika) dan proses penggambaran
pada pasir dilakukan si pencerita agar deskripsi tentang cerita yang sedang
diceritakan menjadi lebih atraktif. Kegiatan budaya itu tanpa mereka sadari
mengandung unsur matematika yang berguna dalam pembelajaran dan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam materi FPB (Ulum, dkk,
2013) .

Ethnomathematics perlu diterapkan dalam pembelajaran karena


memiliki beberapa kegunaan sebagai berikut: 1) mengasah kepekaan peserta
didik; 2) menanamkan rasa kepedulian dalam diri peserta didik; 3) menggali
konsep matematika yang melekat dalam suatu budaya; dan 4) mengaitkan
konsep matematika dengan budaya lokal sehingga peserta didik dapat lebih
menghargai budaya bangsanya (Kusuma, 2019).

9
BAB III
KESIMPULAN

Tokoh pertama kali yang memperkenalkan ethnomatematics adalah


D’Ambrosio, seorang matematikawan dari Brasil pada tahun 1977. Secara
bahasa ethnomatematics berawalan kata “ethno” yang berarti sesuatu yang
sangat luas dan mengacu pada konteks sosial budaya, termasuk bahasa, jargon,
kode perilaku, mitos, dan simbol. Kata dasar “mathema” berarti menjelaskan,
mengetahui, memahami, dan melakukan kegiatan seperti pengkodean,
mengukur, mengklasifikasi, menyimpulkan, dan pemodelan. Dan kata “tics”
berasal dari kata techne yang berarti teknik, cara-cara, atau mode.

Pebelajaran Matematika Berbasis Etnomatematika (PMBE) dapat


mengembangkan sikap-sikap mental positif pada siswa antara lain: (1)
Menghargai Mutu: Sikap mental menghargai ketelitian dan kecermatan; (2)
Rasional: Sikap mental mementingkan cara berpikir yang logis; (3) Disiplin:
sikap mental menaati aturan atau kesepakatan bersama yang sudah dibuat serta
meghargai waktu; (4) Ulet dan Tabah: sikap mental sabar dan gigih dalam
menghadapai kesulitan serta tidak suka mencari jalan pintas; (5) Demokratis:
sikap mental tidak feodal, saling menghargai; (6) Kreatif: sikap mental selalu
mencari cara lain dan pembaharuan serta menghargai keberagaman.

Ethnomathematics perlu diterapkan dalam pembelajaran karena


memiliki beberapa kegunaan sebagai berikut: 1) mengasah kepekaan peserta
didik; 2) menanamkan rasa kepedulian dalam diri peserta didik; 3) menggali
konsep matematika yang melekat dalam suatu budaya; dan 4) mengaitkan
konsep matematika dengan budaya lokal sehingga peserta didik dapat lebih
menghargai budaya bangsanya (Kusuma, 2019).

10
DAFTAR PUSTAKA

Abi, M. Alfonsa. (2016). Integrasi Etnomatematika Dalam Kurikulum


Matematika Sekolah. Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia, Vol. 1 (1),
1-6.
Dahlan, J. A., & Permatasari, R. (2018). PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
BERBASIS, 2(1), 133–150.
Dominikus, W. S., 2019. PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS
ETNOMATEMATIKA (PMBE). Makalah Disampaikan Dalam Seminar
Nasional Pendidikan Matematika di Universitas Nusa Cendana, pada
tanggal 21 Juni 2019.
Fajriyah, Euis. 2018. “Peran Etnomatematika Terkait Konsep Matematika Dalam
Mendukung Literasi.” PRISMA: Prosiding Seminar Nasional Matematika 1:
114–19. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/.
François, K. (2010). The Role of Ethnomathematics Within Mathematics
Education. In Proceedings of CERME 6, January 28th-February 1st 2009,
Lyon France (pp. 1517–1526). INRP.
Hardiarti, Sylviyani. 2017. “Etnomatematika : Aplikasi Bangun Datar.” Aksioma
8(2): 99–110.
Kusuma, D. A. (2019). Penerapan Ethnomathematics dan Hypnoteaching pada
Mata Kuliah Matematika Kimia. JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan
Matematika), Vol 3 No. (2), 165.
Mawaddah, Sukma. 2017. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis Dengan
Pendektan Etnomatematika. Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan
Pengembang Pendidikan Indonesia dengan Tema “Membangun Generasi
Berkarakter Melalui Pembelajaran Inovatif”. Aula Handayani IKIP
Mataram 14 Oktober 2017. ISSN 2598-1978.
Nursyahida, A. S. U. N. K. R. G. M. dan S. (2004). Study Ethnomathematics
Sebagai Solusi Alternatif Pengembangan, (March).
Owens, K. (2010). Papua New Guinea Indigenous Knowledges about
Mathematical Concepts. Journal of Mathematics & Culture. 20–50.
Rosa, M., & Orey, D. C. (2016). State of the Art in Ethnomathematics. In ICME-
13 Topical Surveys (pp. 11–37).
Supriadi. (2014). Mengembangkan kemampuan dan disposisi pemodelan serta
berpikir kreatif matematik mahasiswa PGSD melalui Pembelajaran
Kontekstual berbasis Etnomatematika.
Wahyuni, Astri, Ayu Aji, Wedaring Tias, and Budiman Sani. 2013. “Peran
Etnomatematika Dalam Membangun Karakter Bangsa:” Penguatan Peran
Matematika dan Pendidikan Matematika untuk Indonesia yang Lebih Baik
(1): 111–18.

11
12

Anda mungkin juga menyukai