DOSEN PENGAMPU :
KELOMPOK 4 :
Megi Putra
Carla Anggi Raphael Veronica
Avini Dinda Lestari
Jumardi Eko
UNIVERSITAS JAMBI
2021
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan- Nya, penulis
tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta
salam tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang syafa’atnya kita
nantikan kelak.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya sehingga makalah “Model Antrian untuk Kapasitas Bandara Internasional Sultan
Hasanuddin Makassar” dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas mata kuliah Operation Research. Penulis menyadari bahwa di dalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Namun berkat usaha dan Doa
serta dukungan dari berbagai pihak untuk penyelesaian mata kuliah Operation
Research ini, semuanya dapat teratasi dan berjalan dengan lancar.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
membantu penelitian ini.Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran, dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah tertulis buat dimasa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang mmbacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan, dan memohon kritik dan saran yang membangun.
i
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1................................................................................................................Latar
belakang................................................................................................1
1.2................................................................................................................Rumusa
n masalah..............................................................................................2
1.3................................................................................................................Tujuan
...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi etnomatematika.......................................................................3
2.2 Sumber-sumber etnomatematika..........................................................4
2.3 Ruang lingkup etnomatematika...........................................................5
2.4 Aktifitas etnomatematika......................................................................7
DAFTARPUSTAKA........................................................................................11
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Etnomatematika mula-mula dipelopori oleh D’Ambrosio pada tahun 1985.
Menurut Gerdes (1996:909) etnomatematika yang dapat didefinisikan sebagai
antropologi budaya matematika dan pendidikan matematika, merupakan sebuah
bidang menarik yang relatif baru, yang terletak antara pertemuan dari matematika dan
antropologi budaya. Etnomatematika adalah suatu kajian yang mempelajari cara
orang pada budaya tertentu dalam memahami, mengartikulasikan serta menggunakan
konsep-konsep dan praktik-praktik yang menggambarkan sesuatu yang matematis.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Barton (1996:196) bahwa “Ethnomathematics
is the field of study which examines the way people from other cultures understand,
articulate and use concepts and practices which are from their culture and which the
researcher describes as mathematical”. Shirley (Hartoyo, 2012:15) berpandangan
bahwa sekarang ini bidang etnomatematika, yaitu matematika yang timbul dan
berkembang dalam masyarakat dan sesuai dengan kebudayaan setempat, merupakan
pusat proses pembelajaran dan metode pengajaran. Matematika itu pada hakekatnya
tumbuh dari keterampilan atau aktivitas lingkungan budaya, sehingga matematika
seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budayanya. Etnomatematika merupakan
representasi kompleks dan dinamis
1.3 tujuan
1.3.1 Mahasiswa mampu memahami sumber-sumber etnomatematika
1.3.2 Mahasiswa mampu memahami ruang lingkup etnomatematika
1.3.3 Mahasiswa mampu meamhami aktifitas etnomatematika
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Barton (1996:196) bahwa “Ethnomathematics
is the field of study which examines the way people from other cultures understand,
articulate and use concepts and practices which are from their culture and which the
researcher describes as mathematical”. Shirley (Hartoyo, 2012:15) berpandangan
bahwa sekarang ini bidang etnomatematika, yaitu matematika yang timbul dan
berkembang dalam masyarakat dan sesuai dengan kebudayaan setempat, merupakan
pusat proses pembelajaran dan metode pengajaran. Matematika itu pada hakekatnya
tumbuh dari keterampilan atau aktivitas lingkungan budaya, sehingga matematika
seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budayanya. Etnomatematika merupakan
representasi kompleks dan dinamis
4
Etnomatematika tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tetapi mahasiswa juga
harus terjun langsung kelapangan untuk melakukan identifikasi kebudayaan setempat
yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar matematika serta implikasinya dalam
pelaksanaan proses pembelajaran Etnomatematika.
5
oleh anggota kelompok budaya yang berbeda dari waktu kewaktu dan generasi hidup
yang berbeda yang berhubungan erat dengan lingkungan historical, sosial, budaya
dan alam mereka sendiri.
Dimensi dalam etnomatematika itu ada 6, yaitu kognitif, konseptual,
edukasional, historical, political, epistemological
a. Kognitif
Dimensi ini berkaitan dengan akuisisi, akumulasi dan penyebaran
pengetahuan matematika lintas generasi.
b. Konseptual
Dimensi ini pengetahuan matematika muncul sebagai respons
langsung terhadap kebutuhan untuk bertahan hidup dan transedensi.
c. Pendidikan
Menggabungkan nilai-nilai kemanusian seperti rasa hormat, toleransi,
penerimaan, kepedulian, martabat integritas dan kedamaian dalam
pengajaran dan pembelajaran matematika untuk memanusiakan dan
menghidupkannya.
d. Historis
Dimensi ini mengarahkan siswa untuk meneliti sifat matematika dalam
hal pemahaman tentang bagaimana pengetahuan matematika dialokasikan
dalam pengalaman individu dan kolektif.
e. Politik
Pada dimensi ini bertujuan untuk mengenali dan menghormati sejarah,
tradisi dan pemikiran matematis yang dikembangkan oleh anggota kelompok
budaya yang berbeda.
f. Epistomologis
Dimensi ini berkaitan dengan sistem pengetahuan, yang merupakan
kesimpulan pengamatan empiris yang dikembangkan untuk memahami,
menjelaskan dan menangani dan mengatasi kenyataan.
6
2.4 Aktifitas EtnoMatematika
1. Aktfitas Membilang
Aktifitas membilang berkaitan dengan pertanyaan “berapabanyak”. Unsur
pembentuk aktifitas membilang seperti medianya batu, daun, atau bahan alam
lainnya. Aktifitas membilang umumnya menunjukkan aktifitas penggunaan dan
pemahaman bilangan ganjil dan genap serta lainnya.
2. Aktifitas Mengukur
Aktifitas mengukur berkaitan dengan pertanyaan “berapa”. Pada
etnomatematika akan sangat sering ditemui alat ukur tradisional seperti potongan
bamboo dan ranting pohon. Namun umumnya masyarakat tradisional
menggunakan tangannya sebagai alat ukur paling praktis dan efektif.
3. Aktifitas Menentukan Lokasi
Banyak konsep dasar geometri yang diawali dengan menentukan lokasi
yang digunakan untuk rute perjalanan, menentukan arah tujuan atau jalan pulang
dengan tepat dan cepat. Penentuan lokasi berfungs iuntuk menentukan titik
daerah tertentu. Umumnya masyarakat tradisional menggunakan batas alam
sebagai batas lahan, penggunaan tanaman tahunan masih sering digunakan
sebagai batas lahan.
4. Aktifitas Membuat Rancang Bangun
Gagasan lain dari Etnomatematika yang bersifat universal dan penting
adalah kegiatan membuat rancang bangun yang telah diterapkan oleh semua
jenis budaya yang ada. Jika kegiatan menentukan letak berhubungan dengan
posisi dan orientasi seseorang didalam lingkungan alam, maka kegiatan
merancang bangun berhubungan dengan semua benda-benda pabrik dan
perkakas yang dihasilkan budaya untuk keperluan rumah tinggal, perdagangan,
perhiasan, peperangan, permainan, dan tujuan keagamaan.
7
5. Aktifitas Bermain
Aktifitas bermain yang dipelajari dalam etnomatematika adalah kegiatan
yang menyenangkan dengan alur yang mempunyai pola tertentu serta
mempunyai alat dan bahan yang mempunyai keterkaitan dengan matematika.
6. Aktifitas Menjelaskan
Membuat penjelasan merupakan kegiatan yang mengangkat pemahaman
manusia yang berkaitan dengan pengalaman yang diperoleh dari lingkungannya
yang berkenaan dengan kepekaan seseorang dalam membaca gejala alam.
Dengan demikian aktifitas lingkungan yang ada senantiasa menggunakan
bilangan. Dalam matematika, penjelasan berkaitan dengan “mengapa” bentuk
geometri itu sama atau simetri, mengapa keberhasilan yang satu merupakan
kunci keberhasilan yang lain, dan beberapa gejala alam di jagad raya ini
mengikuti hukum matematika. Dalam menjawab pertanyaan ini digunakan
simbolisasi, misalnya dengan bukti nyata.
8
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Matematika merupakan mata pelajaran yang sifatnya berkesinambungan,
karena pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia selalu dipelajari mulai dari tingkat
Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi (PT). Menurut Sundayana (2014:2)
matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran yang
mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Matematika merupakan salah satu
bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
berperan dalam menunjangilmu-ilmu sosial dan budaya. Matematika mempunyai
peranan yang penting didasari pada konsep dan proses dalam matematika yang
bersifat logis, tersusun secara sistematis, rasional, dan eksak, yang berkaitan erat
dengan proses berpikir dan pengambilan keputusan. Namun, nampaknya saat ini
pembelajaran matematika belum memperlihatkan hasil yang memuaskan. Hasil ujian
Nasional tahun 2011 / 2012 untuk tingkat SMP menunjukkan bahwa daya serap siswa
pada beberapa materi masih rendah (Rahmawati, 2014).
9
kontekstual yang sangat terkait dengan komunitas budaya, dimana matematika
dipelajari dan diimplementasikan dalam kehidupan.
Sardjiyo dan Pannen (2005: 83-97) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis
budaya merupakan suatu model pendekatan pembelajaran yang telah mengutamakan
aktivitas siswa dengan berbagai ragam latar belakang budaya yang dimiliki,
diintegrasikan dalam proses pembelajaran bidang studi tertentu termasuk matematika.
3.2 Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
11