Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEKONTINUAN SERAGAM
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisa Variabel Real Lanjut

Dosen Pengampu:
Tri Novita Irawati, S.Pd.,M.Pd.

( 190340207100
Ahmad Rofi’i
4)
( 190340207100
Sayyidati Zahro Salsabila
5)
( 190340207103
Shodikin
0)
( 190340207201
Sholihatul Mar’ah 6)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM JEMBER

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ Kekontinuan Seragam ”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Analisa Variabel Real Lanjut.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu,
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesarbesarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Jember, 17 November 2021

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang…….....................…………………….……………….………. 1
B. RumusanMasalah ..................…………..…….……………………….……… 5
C. Tujuan…………...…..................……………………………………………... 5

BAB II PEMBAHASAN
D. Definisi Kekontinuan Seragam ........................................................................ 6
E. Kriteria Kekontinuan tidak Seragam................................................................. 7
F. Teorema Kekontinuan Seragam ...................................................................... 10

G. Definisi Fungsi – fungsi Lipschitz ...................................................................12

1.1 Teorema .....................................................................................................13


1.2 Contoh – contoh .........................................................................................13

H. Teorema Perluasan Kontinu..................................................................15

2.1 Teorema ......................................................................................................15


2.2 Teorema Perluasan Kontinu .......................................................................16

I. Definisi Aproksimasi ..........................................................................................18

3.1 Teorema ......................................................................................................19

3.2 Teorema Aproksimasi Weierstrass .............................................................20

BAB III PENUTUP

J. Kesimpulan .........…………….....…………………………………………….. 21

DAFTAR PUSTAKA ……….………………..…………………..................………. 12

BAB II
PEMBAHASAN
D. Kekontinuan Seragam
Misalkan A⊆R dan f : A → R. Telah dilihat pada Teorema 5.1.3 bahwa pern-

yataan-pernyataan berikut ini ekivalen :

f kontinu pada setiap titik u∈A;


diberikan ε > 0 dan u∈A, terdapat δ(ε,u) > 0 sedemikian sehingga untuk semua x∈A dan |x
– u| < δ(ε,u), maka |f(x) – f(u)| < ε.

Suatu hal kita ingin menekankan disini bahwa, secara umum, δ bergantung pada ε > 0 dan
u∈A. Fakta bahwa δ bergantung pada u adalah suatu refleksi bahwa fungsi f dapat diubah
nilai-nilainya dengan cepat dekat titik-titik tertentu dan dengan lambat dekat dengan nilai-
nilai lain. [Sebagai contoh, pandang f(x) = sin(1/x) untuk x > 0; lihat Gambar 4.1.3.]
Sekarang, sering terjadi bahwa fungsi f sedemikian sehingga δ dapat dipilih tidak
bergantung pada titik u∈A dan hanya bergantung pada ε. Sebagai contoh, jika f(x) = 2x
untuk semua x∈R, maka

|f(x) – f(u)| = 2|x – u|,

dan dengan demikian kita dapat memilih δ(ε,u) = ε/2 untuk semua ε > 0, u∈R (Mengapa?)

Di pihak lain jika kita memandang g(x) = 1/x unuk x∈A {x∈R : x > 0}, maka
u−x
g(x) – g(u) =
ux

Jika u∈A diberikan dan jika kita memilih

(1) δ(ε,u) = inf {½u, ½u2ε},

maka jika x - u < δ(ε,u) kita mempunyai |x – u| < ½u dengan demikian ½u < x < u,

dimana berarti bahwa 1/x < 2/u. Jadi, jika |x – u| < ½u, ketaksamaan (1) menghasilkan

ketaksamaan (2) |g(x) – g(u)| ≤ (2/u2)|x – u|.

Akibatnya, jika \x – u| < δ(ε,u), ketaksamaan (3) dan definisi (2) mengakibatkan

|g(x) – g(u)| < (2/u2)(½u2ε) = ε

Kita telah melihat bahwa pemilihan δ(ε,u) oleh formula (2) “works” dalam pengertian

bahwa pemilihan itu memungkinkan kita untuk memberikan nilai δ yang akan menjamin

bahwa |g(x) – g(u)| < ε apabila |x – u| < δ dan x,u∈A. Kita perhatikan bahwa nilai δ(ε,u)

yang diberikan pada (2) tidak memunculkan satu nilai δ(ε) > 0 yang akan

“work” untuk semua u > 0 secara simultan, karena inf{δ(ε,u) : u > 0} = 0.


GAMBAR 5.4.1 g(x) = 1/x (x > 0)

Suatu tanda bagi pembaca akan mempunyai pengamatan bahwa terdapat pilihan lain yang

dapat dibuat untuk δ. (Sebagai contoh kita juga dapat memilih δ1(ε,u) = inf{ u, u2ε},

sebagaimana pembaca dapat tunjukkan; akan tetapi kita masih mempunyai inf{δ(ε,u) : u >

0} = 0.) Kenyataannya, tidak ada cara pemilihan satu nilai δ yang akan “work” untuk
semua u > 0 untuk fungsi g(x) = 1/x, seperti kita akan lihat. Situasi di atas diperlihatkan

secara grafik dalam Gambar 5.4.1 dan 5.4.2 dimana, untuk lingkungan-ε yang diberikan

sekitar f(2) = ½ dan f(½) = 2, sesuai dengan nilai maksimum dari δ terlihat sangat berbeda.

Seperti u menuju 0, nilai δ yang diperbolehkan menuju 0.

5.4.1 Definisi Misalkan A⊆R dan f : A → R. Kita katakan f kontinu seragam pada A

jika untuk setiap ε > 0 terdapat δ(ε) > 0 sedemikian sehingga jika x,u∈A sebarang bilangan

yang memenuhi |x – u| < δ(ε), maka |f(x) – f(u)| < ε.

Ini jelas bahwa jika f kontinu seragam pada A, maka f kontinu seragam pada setiap titk
dalam A. Akan tetapi, secara umum konversnya tidak berlaku, sebagaimana telah
ditunjukkan oleh fungsi g(x) = 1/x pada himpunan A = {x∈R : x > 0}.

Pengertian di atas berguna untuk memformulasi syarat ekuivalensi untuk mengatakan


bahwa f tidak kontinu seragam pada A. Kita akan memberikan kriteria demikian dalam
hasil berikut, ditinggalkan pembuktiannya seagai latihan bagi pembaca.
E. Kriteria Kekontinuan tidak Seragam Misalkan A⊆R dan f : A → R. Maka
pernyataan-pernyataan berikut ini ekuivalen :

(i) f tidak kontinu seragam pada A;

(ii) Terdapat ε0 > 0 sedemikian sehingga untuk setiap δ > 0 terdapat titiktitik xδ,

uδ dalam A sedemikian sehingga |xδ - uδ| < δ dan |f(xδ) – f(uδ)| ≥ ε0.

(iii) Terdapat ε0 > 0 dan dua barisan (xn) dan (un) dalam A sedemikian sehingga

lim (xn – un) = 0 dan |f(xn) – f(un)| ≥ ε0 untuk semua n∈N.

Kita dapat menggunakan hasil ini untuk menunjukkan bahwa g(x) = 1/x kontinu tidak

seragam pada A = {x∈R : x > 0}. Karena, jika x n = 1/n dan un = 1/(n + 1), maka kita

mempunyai lim (xn – un) = 0, tetapi |g(x) – g(u)| = 1 untuk semua n∈N.

GAMBAR 5.4.1 g(x) = 1/x (x > 0)

Sekarang kita menyajikan suatu hasil penting yang menjamin bahwa suatu
fungsi kontinu pada interval tertutup dan terbatas I adalah kontinu seragam pada I.

5.4.3 Teorema Kekontinuan Seragam Misalkan I suatu interval tutup dan terbatas

dan f : I → R kontinu pada I. Maka f kontinu seragam pada I.

Bukti. Jika f tidak kontinu seragam pada I maka menurut hasil sebelumnya, terdapat ε0 >

0 dan dua barisan (xn) dan (un) dalam A sedemikian sehingga |xn - un| < 1/n dan |f(xn) –
f(un)| > ε0 untuk semua n∈N. Karena I terbatas, barisan (xn) terbatas; menurut Teorema
Bolzano-Weierstrass 3.4.7 terdapat subbarisan ( xn ) dari (xn) yang konvergen ke suatu
k

unsur z. Karena I tertutup, limit z masuk dalam I, menuurt Teorema 3.2.6. Ini jelas bahwa
subbarisan yang bersesuaian (un ) juga konvergen ke z, karena
k

|unk - z| ≤ |unk - xnk | + | xnk – z|.

Sekarang jika f kontinu pada titik z, maka barisan (f(xn)) dan (f(un)) mesti konvergen ke
f(z). Akan tetapi ini tidak mungkin karena

|f(xn) – f(un)| ≥ ε0

untuk semua n∈N. Jadi hipotesis bahwa f tidak kontinu seragam pada interval tutup dan

terbatas I mengakibatkan f tidak kontinu pada suatu titik z∈I. Akibatnya, jika f kontinu
pada setiap titik dalam I, maka f kontinu seragam pada I.

F. Fungsi-fungsi Lipschitz
Jika suatu fungsi kontinu seragam diberikan pada suatu himpunan yang merupakan interval
tidak tertutup dan terbatas, maka kadang-kadang sulit untuk menunjukkan kekontinuan
seragamnya. Akan tetapi, terdapat suatu syarat yang selalu terjadi yang cukup untuk
menjamin kekontinuan secara seragam.

Definisi Misalkan A⊆R dan f : A → R. Jika terdapat suatu konstanta K > 0 sedemikian
sehingga

|f(x) – f(u)| ≤ K|x – u|

untuk semua x,u∈A, maka f dikatakan fungsi Lipschitz (atau memenuhi syarat Lipschitz)
pada A.

Syarat bahwa suatu fungsi f : I → R pada suatu interval I adalah fungsi Lipschitz dapat
diinterpretasi secara geometri sebagai berikut. Jika kita menuliskan

f ( x ) – f ( u)
syaratnya sebagai | | ≤ K , x,u∈I, x ≠ u,
x–u
maka kuantitas dalam nilai mutlak adalah kemiringan segmen garis yang melalui titiktitik
(x,f(x)) dan (u,f(u)). Jadi, suatu fungsi f memenuhi syarat Lipschitz jika dan hanya jika
kemiringan dari semua segmen garis yang menghubungkan dua titik pada

grafik y = f(x) pada I terbatas oleh suatu K.

Teorema Jika f : A → R suatu fungsi Lipschitz, maka f kontinu seragam pada A.

Bukti. Jika syarat Lipschitz dipenuhi dengan konstanta K, maka diberikan ε > 0 sebarang,
kita dapat memilih δ = ε/K. Jika x,u∈A dan memenuhi |x – u| < δ, maka

|f(x) – f(u)| < K(ε/K) = ε

Oleh karena itu, f kontinu seragam pada A.

Contoh-contoh (a) Jika f(x) = x2 pada A = [0,b], dimana b suatu kon-


stanta positif, maka

|f(x) – f(u)| = |x + u||x –u| ≤ 2b|x – u|

untuk semua x,u dalam [0,b]. Jadi f memenuhi syarat Lipschitz dengan konstanta K = 2b
pada A, dan oleh karena itu f kontinu seragam pada A. Tentu saja, karena fkontinu pada A
yang merupakan interval tertutup dan terbatas, ini dapat juga disimpulkan dari Teorema
Kekontinuan Seragam. (Perhatikan bahwa f tidak memenuhi kondisi

Lipschitz pada interval [0,∞).)

(b) Tidak semua fungsi yang kontinu seragam merupakan fungsi Lipschitz. Misalkan
g(x) = √x untuk x dalam interval tertutup dan terbatas I = [0,2]. Karena g kontinu pada I,
maka menurut Teorema Kekontinuan Seragam 5.4.3, g kontinu seragam pada I. Akan
tetapi, tidak terdapat bilaknagn K > 0 sedemikian sehingga \g(x)| ≤ K|x| untuk semua x∈I.
(Mengapa tidak?) Oleh karena itu, g bukan suatu fungsi Lipschitz pada I.
(c) Teorema Kekontinuan Seragam dan Teorema 5.4.5 kadang-kadang dapat
dikombinasikan untuk memperlihatkan kekontinuan seragam dari suatu fungsi pada suatu

himpunan. Kita pandang g(x) =√ x pada himpunan A = [0,∞). Kekontinuan seragam dari g
pada interval I = [0,2] mengikuti Teorema Kekontinuan Seragam seperti dicatat dalam (b).

Jika J = [1,∞), maka jika x dan u dalam J, kita mempunyai

¿
|g(x) – g(u)| = |√ x - √ u| = ¿ x−u∨ √ x+ √ u ¿ ≤ ½|x – u|

Jadi g suatu fungsi Lipschitz pada J dengan konstanta K = ½, dan dari sini menurut

Teorema 5.4.5, g kontinu seragam pada [1,∞). Karena A = I∪J, ini berarti [dengan
pemilihan δ(ε) = inf{1,δI(ε),δJ(ε)}] bahwa g kontinu seragam pada A. Kita tinggalkan
detailnya untuk pembaca.
G.Teorema Perluasan Kontinu
Kita telah melihat fungsi yang kontinu tapi tidak kontinu seragam pada interval buka;
sebagai contoh, fungsi f(x) = 1/x pada interval (0,1). Di pihak lain, dengan Teorema
Kekontinuan Seragam, suatu fungsi yang kontinu pada interval tutup dan terbatas selalu
kontinu seragam. Dengan demikian muncul pertanyaan: Syarat apa yang diperlukan suatu
fungsi untuk kontinu seragam pada suatu interval buka? Jawabannya menampakkan
kekuatan dari kekontinuan seragam, karena akan ditunjukkan bahwa suatu fungsi pada
(a,b) kontinu seragam jika dan hanya jika dapat didefinisikan pada titik-titik ujung untuk
menghasilkan suatu fungsi yang kontinu pada interval tertutup. Pertama=tama kita akan
menunjukkan suatu hasil sebagai teorema berikut.

5.4.7 Teorema Jika f : A → R kontinu seragam pada suatu A⊆R dan jika (xn) barisan
Cauchy dalam A, maka (f(xn)) barisan Cauchy dalam R.

Bukti. Misalkan (xn) barisan Cauchy dalam A, dan ε > 0 diberikan. Pertamatama pilih δ

> 0 sedemikian sehingga jika x,u dalam A memenuhi |x – u| < δ, maka |f(x) – f(u)| < ε.

Karena (xn) barisan Cauchy, maka terdapat H(δ) sedemikian sehingga |xn - xm| < δ untuk

semua n,m > H(δ). Dengan pemilihan δ, ini mengakibatkan bahwa untuk n,m > H(δ), kita

mempunyai |f(xn) – f(xm)| < ε. Oleh karena itu barisan (f(xn)) barisan Cauchy.

Hasil di atas memberikan kita suatu cara alternatif dalam melihat bahwa f(x) = 1/x tidak
kontinu seragam pada (0,1). Kita perhatikan bahwa barisan yang diberikan oleh x n = 1/n
dalam (0,1) merupakan barisan Cauchy, tetapi barisan petanya, dimana f(xn) = n untuk
semua n∈N bukan barusan Cauchy.

5.4.8 Teorema Perluasan Kontinu Suatu fungsi f kontinu seragam pada


interval (a,b) jika dan hanya jika f dapat didefinisikan pada titik-titik ujung a dan b
sedemikian sehingga fungsi perluasannya kontinu pada [a,b].

Bukti. Suatu fungsi yang kontinu seragam pada [a,b] tentu saja kontinu pada
(a,b), dengan demikian kita hanya perlu membuktikan implikasi sebaliknya.
Misalkan f kontinu seragam pada (a,b). Kita akan menunjukkan bagaimana
memperluas f ke a; argumen untuk b dilakukan dengan cara yang sama. Ini dilakukan
dengan menunjukkan bahwa lim f (x) = L ada, dan ini diselesaikan dengan peng-
x→c

gunaan Kriteria Sekuensial untuk limit. Jika (xn) barisan dalam (a,b) dengan lim (xn) = a,
maka barisan ini barisan Cauchy, dan dengan demikian konvergen menurut Teorema 3.5.4.
Jadi lim (f(xn)) = L ada. Jika (un) sebarang barisan lain dalam (a,b) yang konvergen ke a,
maka lim (un - xn) = a – a = 0, dengan demikian oleh kekontinuan seragam dari f kita
mempunyai

Lim (f(un)) = lim (f(un) – f(xn)) + lim (f(xn))


= 0 + L = L.
Karena kita memperoleh nilai L yang sama untuk sebarang barisan yang konvergen ke a,
maka dari Kriteria Sekuensial untuk limit kita menyimoulkan bahwa f mempunyai limit L
pada a. Argumen yang sama digunakan untuk IbI, dengan demikian kita simpulkan bahwa
f mempunyai perluasan kontinu untuk interval [a,b].

Karena lim dari f(x) = sin(1/x) pada 0 tidak ada,


kita menegaskan dari Teorema Perluasan Kontinu bahwa fungsi ini tidak kontinu seragam
pada (0,b] untuk sebarang b > 0. Di pihak lain, karena limxsin(1 x) = 0 ada,
x→0

maka fungsi g(x) = x sin (1/x) kontinu seragam pada (0,b) untuk semua b > 0.

H.Aproksimasi
Dalam banyak aplikasi adalah penting untuk dapat mengaproksimasi fungsi-fungsi kontinu
dengan suatu fungsi yang memiliki sifat-sifat dasar. Meskipun terdapat variasi definisi
yang dapat digunakan untuk membuat kata “aproksimasi” lebih tepat, satu diantaranya
yang sangat alami (dan juga salah satu yang terpenting) adalah memaksa bahwa setiap titik
dari domain yang diberikan, fungsi aproksimasinya akan tidak berbeda dari fungsi yang
diberikan dengan lebih kecil dari kesalahan yang ditentukan.

Definisi Misalkan I⊆R suatu interval dan s : I → R. Maka s dinamakan fungsi tangga
jika s hanya mempunyai sejumlah hingga nilai-nilai yang berbeda, setiap nilai diberikan
pada satu atau lebih interval dalam I.

Sebagai contoh, fungsi s : [-2,4] → R didefinisikan oleh


y

(
[
[
(
[
[ (
( (
[ x

[
[

merupakan fungsi tangga. (Lihat Gambar 5.4.3)

GAMBAR 5.4.3 Grafik y = s(x)


Sekarang kita akan menunjukkan bahwa suatu
fungsi kontinu pada suatu interval tertutup dan terbatas I dapat diaproksimasi secara
sebarang dengan fungsi tangga.

Teorema Misalkan I interval tertutup dan

terbatas. Misalkan pula f : I → R kontinu pada I. Jika ε > 0, maka terdapat suatu fungsi

tangga sε : I → R sedemikian sehingga |f(x) - sε(x)| < ε untuk semua x∈I.

Bukti. Karena fungsi f kontinu seragam (menurut


Teorema Kekontinuan Seragam 5.4.3), maka itu berarti bahwa diberikan ε > 0 terdapat δ(ε)

> 0 sedemikian sehingga jika x,y∈I dan |x – y\ < δ(ε), maka |f(x) – f(y)\ < ε. Misalkan I =

[a,b] dan m∈N cukup besar dengan demikian h = (b – a)/m < δ(ε). Sekarang kita membagi
I = [a,b] ke dalam m interval saling lepas yang panjangnya h; yaitu I1 = [a,a+h], dan Ik =

(a+(k-1)h,a+kh] untuk k = 2, … ,m. Karena panjang setiap subinterval Ik adalah h < δ(ε),

maka selisih antara dua nilai dari f dalam Ik lebih kecil dari ε. Sekarang kita definisikan

(4) sε(x) = f(a + kh) untuk x∈Ik, k = 1, … ,m,

dengan demikian sε adalah konstanta pada setiap interval Ik. (Kenyataannya bahwa nilai

dari sε pada Ik adalah nilai dari f pada titik ujung dari Ik, Lihat Gambar 5.4.4.)

Akibatnya jika x∈Ik, maka

|f(x) - sε(x)| = |f(x) - f(a + kh)| < ε.

Oleh karena itu kita mempunyai | f(x) - sε(x) | < ε untuk semua x∈I .
ε
ε

GAMBAR 5.4.4 Aproksimasi dengan fungsi tangga


Perhatikan bahwa pembuktian dari teorema sebe-
lumnya agak lebih dibandingkan dengan pernyataan dalam teorema. Pada ken-
yataannya kita telah membuktikan pernyataan berikut.

Akibat Misalkan I = [a,b] interval tutup


dan terbatas, dan f : I → R kontinu pada I. Jika ε > 0, maka terdapat bilangan asli m
sedemikian sehingga jika kita membagi I dalam m interval saling lepas Ik yang mempunyai

panjang h = (b – a)/m, maka fungsi tangga sε didefinisikan pada (4) memenuhi |f(x) - sε(x)|

< ε untuk semua x∈I.

Fungsi tangga merupakan fungsi yang memiliki


karakter dasar, akan tetapi tidak kontinu (kecuali dalam kasus trivial). Karena itu sering
diperlukan sekali untuk mengaproksimasi fungsi-fungsi kontinu dengan fungsi kontinu
sederhana, bagaimana kita akan menunjukkan bahwa kita dapat mengaproksimasi fungsi-
fungsi kontinu dengan fungsi linear kontinu piecewise (potong demi potong).

Definisi Misalkan I = [a,b] suatu interval.

Maka suatu fungsi g : I → R dikatakan linear potong demi potong pada I jika I
merupakan gabungan dari sejumlah hingga interval saling lepas I1, … Im, sedemikian
sehingga pembatasan dari g untuk setiap interval Ik merupakan fungsi linear.

Remark. Jelas bahwa agar suatu fungsi linear potong demi


potong g kontinu pada I, segmen garis yang membentuk grafik g bertemu pada titik-titik ujung dari
subinterval yang berdekatan Ik dan Ik + 1k + 1 (k = 1, … , m-1)

Teorema 5.4.13 Misalkan I suatu interval tutup

dan terbatas, dan f : I → R kontinu pada I. Jika ε > 0, maka terdapat suatu fungsi linear

potong-demi-potong kontinu gε : I → R sedemikian sehingga |f(x) - gε(x)| < ε untuk semua

x∈I.
Bukti. Karena fungsi f kontinu seragam pada I =

[a,b] maka itu berarti bahwa diberikan ε > 0 terdapat δ(ε) > 0 sedemikian sehingga jika

x,y∈I dan |x - y| < δ(ε), maka |f(x) – f(y)| < ε. Misalkan m∈N cukup besar dengan

demikian h = (b – a)/m < δ(ε). Sekarang kita membagi I = [a,b] ke dalam m interval saling
lepas yang panjangnya h; yaitu I1 = [a,a + h], dan Ik = (a + (k-1)h,a + kh] untuk k = 2,

… ,m. Pada setiap interval Ik kita definisikan gε fungsi linear yang menghubungkan titik-
titik

(a + (k – 1)h,f(a + (k – 1)h) dan (a + kh,f(a + kh)).


Maka gε fungsi linear potong-demi-potong kontinu pada I. Karena, untuk x∈Ik nilai f(x)

tidak lebih dari ε dari f(a + (k –1)h) dan f(a + kh), ditinggalkan sebagai latihan pembaca

untuk menunjukkan bahwa \f(x) - gε(x)| < ε untuk semua x∈Ik; oleh karena

itu ketaksamaan ini berlaku untuk semua x∈I. (Lihat Gambar 5.4.5.)

GAMBAR 5.4.5 Aproksimasi oleh fungsi linear potong-demi-potong

Kita akan menutup pasal ini dengan mengemu-


kakan teorema penting dari Weierstrass mengenai aproksimasi fungsi-fungsi kontinu
dengan fungsi polinimial. Seperti diharapkan, agar memperoleh suatu aproksimasi tidak
lebih dari suatu ε > 0 yang ditentukan, kita mesti bersedia untuk menggunakan polinomial
sebarang derajat tinggi.

Teorema Aproksimasi Weierstrass

Misalkan I = [a,b] dan misalkan f : I → R kontinu. Jika ε > 0 diberikan, maka terdapat suatu
fungsi polinimial pε sedemikian sehingga |f(x) - pε(x)| < ε untuk semua x∈I. Terdapat
sejumlah pembuktian dari teorema ini.

Sayangnya, semua pembyktiian itu agak berbelit-belit, atau memakai hasil-hasil yang
belum pada pengerjaan kita. Salah satu pembuktian yang paling elementer berdasarkan
pada teorema berikut yang dikemukakan oleh Serge Bernsteîn, untuk fungsi kontinu pada
[0,1]. Diberikan f : [0,1] → R, Bernsteîn mendefinisikan barisan polinomial :

(5)
Fungsi polinomial Bn, yang didefinisikan dalam (5) dinamakan polinomial Bernsteîn ke-n
untuk f; ini adalah suatu polinomial derajat aling tinggi n dan koefisien-

koefisiennya bergantung pada nilai dari fungsi f pada n + 1 titik


1 2 k
0, n , n , ... , n , ... , 1 ,
dan koefisien-koefisien binomial

5.4.15 Teorema Aproksimasi Bernsteîn Misal-

kan f : [0,1] → R fungsi konttinu dan misalkan ε > 0. Terdapat nε∈N sedemikian sehingga

jika n ≥ nε, maka kita mempunyai |f(x) – Bn(x)| < ε untuk semua x∈[0,1].

Bukti. Pembuktian Teorema ini diberikan dalam

Elements of Analysis Real, H. 169-172. Disana ditunjukkan bahwa jika δ(ε) > 0
sedemikian sehingga \f(x) – f(y)| < ε untuk semua x,y∈[0,1] dengan |x – y| < δ(ε), dan jika
M ≥ |f(x)| untuk semua x∈[0,1], maka kita dapat memilih

(5) nε =sup{(δ(ε/2)-4,M2/ε2}.

Menaksir (6) memberikan informasi tentang seberapa besar n yang mesti kita pilih agar Bn

mengaproksimasi f tidak melebihi ε.

Teorema Aproksimasi Weierstrass 5.4.14 dapat


diperoleh dari Teorema Aproksimasi Bernsteîn 5.4.15 dengan suatu pengubahan variabel.

Secara khusus, kita ganti f : [a,b] → R dengan fungsi F : [0,1] → R yang didefinisikan oleh

F(t) = f(a + (b – a)t) untuk t∈[0,1].

Fungsi F dapat diaproksimasi dengan polinmial Bernsteîn untuk F pada interval [0,1], yang
mana selanjutnya menghhasilkan polinomial pada [a,b] yang mengaproksimasi f.
DAFTAR PUSTAKA

Bartle, Robert G. 1992. Introductions to Real Analysis. Second edition. New York :
John Wiley & Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai