Anda di halaman 1dari 19

FILSAFAT MATEMATIKA

Temuan Matematika Zaman Modern

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Matematika


Dosen Pengampu: Yanuar Hery Murtianto, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :
Yunita Diyah Rahmawati (14310219)

Kelas : 5F

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN MATEMATIKA,
ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2017
A. Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini, matematika begitu banyak digunakan dalam
kegiatan sehari-hari umat manusia. Begitu banyak rumus-rumus, simbol-
simbol hingga teorema yang kita gunakan dalam matematika yang tanpa kita
sadar bahwa orang-orang sebelum kitalah yang menemukan dan
menciptakannya. Dari banyak bidang, begitu banyak ilmuwan atau ahli ilmu
pengetahuan yang terkenal dari daerah barat atau Eropa. Pada
kenyataannya, bangsa Eropa pun pernah mengalami zaman kegelapan dalam
ilmu pengetahuan yakni pada abad ke 5 sampai abad ke 1.
Sejarah pemikiran para filosuf oleh dunia Barat telah dibagi menjadi
tiga periode, yaitu pertama, zaman kuno yang terbagi dua periode, yaitu
zaman pra-Socrates dan pasca-Socrates, di mana pada zaman ini terdapat
kemajuan manusia. Kedua, zaman pertengahan, yakni zaman di mana alam
pikiran dikungkung atau didominasi oleh Gereja. Zaman ini telah menunjukkan
kemunduran pemikiran manusia, kebebasan pemikiran sangat terbatas,
perkembangan sains amat sulit dan perkembangan filsafat tersendat-sendat.
Ketiga, zaman modern, yakni zaman sesudah abad pertengahan berakhir
hingga sekarang. Namun batas yang jelas tentang kapan abad pertengahan
berakhir sulit ditentukan. Begitupun juga dengan zaman modern itu sendiri,
masih terbagi-bagi lagi, yakni zaman Renaissance (14-17 M), zaman modern
(17-19 M) dan zaman kontemporer (abad 20 dst). Jadi yang dimaksud zaman
modern pada makalah ini adalah zaman modern pada abad 17-19 M yang
membicarakan tentang penemuan dalam matematika pada zaman modern.
Makalah ini menjabarkan dan membuka cakrawala kita tentang
matematika pada zaman modern. Sesungguhnya pada masa inilah
matematika sangat berkembang pesat. Jika kita familiar dengan nama Pascal,
Newton dan yang lainnya, mereka lahir pada zaman ini dan ahli matematika di
zaman ini. Karya-karya mereka begitu luar biasa hingga sangat dihargai dari
zaman dahulu sampai sekarang.
Dari latar belakang tersebut maka peneliti ingin mengetahui tentang
penemuan dalam matematika pada zaman modern.

B. Matematika Zaman Modern


Pada Zaman Modern ( Abad 17 19 M), ditandai dengan berbagai
penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada
zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak Zaman Renaissance.
Seperti Rene Descartes, tokoh yang terkenal sebagai bapak filsafat modern.
Rene Descartes juga seorang ahli ilmu pasti. Penemuannya dalam ilmu pasti
adalah sistem koordinat. Selain itu pada zaman ini ada juga filsuf-filsuf lain
misalnya: Isaac Newton (1643 1727) dan Leibniz (1646 1716) (Nia, 2013).
Zaman modern sangat dinanti-nantikan oleh banyak pemikir manakala
mereka mengingat zaman kuno ketika peradaban begitu bebas, pemikiran
tidak dikekang oleh tekanan-tekanan di luar dirinya. Kondisi semacam itulah
yang hendak dihidupkan kembali pada zaman modern. Kebebasan berpikir
sebagai periode yang dilawankan dengan periode abad pertengahan (Afid,
2013).
Zaman modern ini sebenarnya sudah terintis mulai dari abad 15 M.
Tetapi, indikator yang nyata terlihat jelas pada abad 17 M dan berlangsung
hingga abad 20 M. Hal ini ditandai dengan ditandai dengan adanya
penemuan-penemuan dalam bidang ilmiah. Menurut Slamet Iman Sontoso,
dalam buku yang disusun oleh Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM (2001:79) ada
tiga sumber pokok yang menyebabkan berkembangnya ilmu pengetahuan di
Eropa dengan pesat, yaitu hubungan antara kerajaan Islam di Semenanjung
Liberia dengan negara Perancis, terjadinya Perang Salib dari tahun 1100-
1300, dan jatuhnya Istambul ke tangan Turki pada tahun 1453. Ilmuwan pada
zaman ini membuat penemuan dalam bidang ilmiah. Eropa yang merupakan
basis perkembangan ilmu melahirkan ilmuwan yang populer. Zaman modern
di tandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan
ilmu pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah di rintis sejak
zaman Renaissance. Tokoh yang terkenal sebagai bapak filsafat modern
adalah Rene Descartes. Penemuannya dalam ilmu pasti adalah system
koordinat yang terdiri atas dua garis lurus X Dan Y dalam bidang datar. Isaac
Newton dengan temuannya teori grafitasi, dll (Afid, 2013).

Menurut (Marsigit, 2015 : 95) ontology matematika berusaha memahami


keseluruhan dan kenyataan matematika, yaitu segala matematika yang
mengada.
Epistemologi matematika berusaha menjelaskan tentang pengetahuan dalam
matematika. Matematika kemudian dipandang sebagai suatu ide yang ada di
dalam pikiran kita. Sehingga keberadaan yang sebenarnya dari matematika
bersifat lebih abstrak
Aksiologi matematika sendiri terdiri dari etika yang membahas aspek
kebenaran, tanggungjawab dan peran matematika dalam kehidupan, dan
estetika yang membahas mengenai keindahan matematika dan implikasinya
pada kehidupan yang bisa mempengaruhi aspek-aspek lain terutama seni dan
budaya dalam kehidupan. Jadi, jika ditinjau dari aspek aksiologi, matematika
seperti ilmu-ilmu yang lain, yang sangat banyak memberikan kontribusi
perubahan bagi kehidupan umat manusia di jagat raya nan fana ini. Segala
sesuatu ilmu di dunia ini tidak bisa lepas dari pengaruh matematika.

C. Temuan Matematika Zaman Modern


1. Kalkulus
Kalkulus adalah sebuah studi yang rumit yang memungkinkan
pergerakan dan perubahan-perubahan lainnya yang bisa diukur dengan
cara menetapkan kerangka-nya pada satu waktu. Untuk melakukan hal
ini, konsep-konsep yang sederhana seperti tingkatan perubahan dan
fungsi-fungsinya diikutsertakan. Misalnya, kalkulus digunakan untuk grafik
percepatan di mana tingkat perubahan dalam bentuk kecepatan yang
tarjadi pada satu periode waktu. Kalkulus juga digunakan untuk mencari
nilai-nilai maksimum dari sebuah rumus atau fungsi, luas daerah di bawah
kurva, atau volume dari sebuah ukuran tertentu. Kalkulus sekarang ini
merupakan alat yang penting pada semua bidang ilmu pengetahuan, sama
halnya seperti pada bidang-bidang teknik. Para insinyur, misalnya,
memerlukan kalkulus untuk menentukan daya dan kekuatan struktur-
struktur gedung dan mesin, dan para ahli ekonomi menggunakan kalkulus
untuk menganalisis tingkat perubahan dalam daya beli pasar (Wahyudin
dan Sudrajat, 2003: 12).
Sir Isaac Newton
Sir Isaac Newton (1642-1727) adalah seorang matematikawan
sekaligus fisikawan. Newton dilahirkan di Woolsthorpe, tahun. Ia masuk ke
Universitas Cambridge pada tahun 1661, dan dipilih menjadi mahasiswa
beasiswa tingkat doktoral pada 1667. Newton meninggal dunia tahun
1727, dikebumikan di Westminster Abbey, sebuah pemakaman bagi orang-
orang terhormat di Inggris ( Hart, 1978) dalam Hardi (2016: 154). Newton
adalah ilmuan pertama yang memperolah penghormatan seperti itu. Ia
dianggap sebagai bapak fisika klasik (Hardi, 2016: 154).
Sewaktu masih sekolah, Newton adalah murid biasa, tidak menonjol.
Baru pada tahun 1665, ia membuktikan semangat dan keberaniannya
dengan memperlihatkan kejeniusannya dibidang matematika.
Sumbangannya dibidang matematika khususnya adalah pemecahan pada
masalah kontemporer dalam geometri analitik untuk menggambar garis
singgung kurva ( diferensial) dan mendefinisikan luas daerah yang dibatasi
oleh suatu kurva (integral) ( Hall, 1998) dalam Hardi (2016: 154).
Disamping itu, Newton juga mengungkap metode umum untuk
menyelesikan masalah lengkungan, mencakup metode diferensial dan
metode kebalikan dari diferensial yaitu integral. Hasil kerja Newton ini
seperti diferensial dan integralnya Leibniz (Hardi, 2016: 154).
Newton melakukan kajian matematika murni hampir tak diketahui
siapapun. Selama dua atau tiga tahun, Newton menyiapkan karyanya
Philosophiae Naturalis Principia Mathematica (Mathematical Principles of
Natural Philosophy), tetapi sampai tahun 1687 belum dipublikasikan (Hall,
1998) dalam Hardi (2016: 154). Tahun 1704 ia mempublikasikan karyanya
berjudul Optics. Ia menyusun metode diferensial tahun 1666 dan diketahui
matematikawan lain tahun 1668. Sementara itu pada tahun 1675, di Paris,
Leibniz secara independen menyusun ide pertamanya tentang kalkulus
diferensial, mendahului gagasan Newton pada tahun 1677. Newton sudah
menguraikan beberapa hasil studi matematikanya kepada Leibniz, tetapi
tidak termasuk metodenya tentang diferensial. Pada tahun 1684, Leibniz
mempublikasikan makalah pertamanya tentang kalkulus dan sebuah
kelompok kecil matematikawan menerima dan menggunakan idenya. Pada
tahun 1690, teman-teman Newton memproklamasikan prioritas dari
metode Newton tentang diferensial. Pendukung Leibniz menegaskan
bahwa ia telah mengkomunikasikan metode diferensialnya kepada
Newton, meskipun Leibniz tidak mengklaim apa pun. Pengikut Newton
kemudian menegaskan bahwa Leibniz pernah melihat paper Newton
selama mengunjungi London pada tahun 1676. Kenyataannya, Leibniz
tidak memberi catatan apa pun pada materi diferensial (Hall, 1998) dalam
Hardi (2016: 155). Sejarah menunjukkan bahwa Leibniz maupun Newton
diakui sebagai matematikawan besar sepanjang sejarah matematika.
Besarnya kontribusi Newton terhadap matematika juga ditunjukkan oleh
sebagian ahli matematika yang menyatakan bahwa era atau abad
matematika sampai abad le-20 dapat dibagi atas empat zaman, yaitu
Babilonia, zaman Yunani, zaman Newton, dan zaman sekarang (Bell,
1986) dalam Hardi (2016: 155).
Sebagai ilmuan, Newton tampak lebih terkenal daripada Leibniz.
Sumbangan Newton kepada dunia ilmu pengetahuan tidak hanya
matematika, tetapi juga bidang fisika dengan Hukum Newton. Newton
menyajikan sains dengan bahasa matematia teoritis. Publikasinya yang
berjudul Philosophiae Naturalis Principia Mathematica mungkin merupakan
satu-satunya publikasi ilmiah yang paling penting sepanjang waktu
(Rooney, 2013) dalam Hardi (2016: 155). Dalam buku ini, ia menerapkan
hukum gerak dan gravitasi untuk alam dan membuktikan adanya tarikan
gravitasi antara benda-benda astronomis (Hardi, 2016: 154-155)
Gottfried Wilhem von Leibniz
Gottfried Wilhem von Leibniz (1646-1716) digolongkan sebagai
matematikawan dan filsuf. Ia dikenal menguasai semua keterampilan dan
sebagai seorang yang jenius sejak usia 15 tahun (Bell,1986) dalam Hardi
(2016: 161). Pada usia 19 tahun ia sudah mengikuti kuliah tingkat doktoral
(Rooney, 2013) dalam Hardi (2016: 161). Ia belajar secara mandiri sejak
anak0anak. Ketika ditolak untuk mengikuti kuliah dikotanya, ia pindah ke
Paris dan tidak kembali. Karya-karya Leibniz banyak ditulis dalam bahasa
Perancis atau Latin. Ia mengembangkan prinsip dari mesin Pascal ke
dalam mesin hitung yang sangat fungsional dan dapat untuk membantu
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian (Rooney, 2013
dalam Hardi (2016: 161). Hasil pengembangan ini dipresentasikan di
London (Hardi, 2016: 161).
Kalau Newton dikenal sebagai matematikawan dan saintis, Leibniz
dikenal sebagai matematikawan sekaligus pakar di banyak bidang seperti
hukum, agama, sejarah, logika, metafisika, dsb. Dalam hal penerapan
penalaran matematika terhadap fenomena dunia secara fisiki, Newton
mengimajinasikan sesuatu dan dengan melihat ukurannya secara
matematis, sedangkan Leibniz melihatnya dengan kalkulus dan analisis
kombinatorial (Bell,1986) dalam Hardi (2016: 162). Bagi Leibniz, kalkulus
digunakan untuk menangani gejala ontinu, sedangkan analisis
kombinatorik untuk menangani gejala diskrit. Dalam hal pengembangan
kalkulus, notasi kalkulus yang digunakan oleh Leibniz (dx/dy) lebih banyak
digunakan. Walaupun secara jelas sudah diketahui secara umum banwa
Leibniz memperoleh ide kalkulus sebagian dari membaca karya Newton,
akan tetapi sumbangannya terhadap kalkulus juga sangat signifikan, dan
oleh karena itu ia tetap layak untuk disebut sebagai father of the calculus
(Devlin, 2002) dalam Hardi (2016: 162).
2. Koordinat Kartesius
Kegunaan aljabar dalam geometri sekarang menjadi bagian dari sains,
teknologi, dan analisis data. Konsep aljabar geometris diawali sejak tahun
300 S.M., ketika Euclide menggunakan bentuk tersebut untuk
membuktikan hal-hal yang ada dalam bukunya, Elements. Meskipun
begitu, langkah terbesar telah diambil oleh Descartes dan Fermet, pada
pertengahan abad ke-17. Dengan metode-metode mereka, sebuah titik
bisa diwakili oleh sepasang bilangan yang merupakan jarak-jarak dari
masing-masing sumbu. Koordinat Kartesius, dinamakan begitu setelah
Descartes, menggunakan dua buah sumbu yang berpotongan tegak lurus
di titik asal O. Pada saat menulis koordinat-koordinat seperti (4,5),
bilangan yang pertama yaitu 4 horizontal (x), dan bilangan yang kedua,
yaitu 5 menunjukkan jarak pada sumbu vertikal (y). Persamaan-
persamaan dapat digunakan sebagai bentuk bidangnya; jika sebuah
persamaan memiliki dua variabel, maka bentuknya dua dimensi; jika
memiliki tiga variabel, maka bentuknya tiga dimensi. Koordinat Kartesius
dapat digunakan untuk menganalisis kurva; misalnya, dalam grafik
kecepatan/ waktu. Luas daerah di bawah kurva menunjukkan jarak yang
ditempuh dalam bentuk tertentu, dan gradiennya pada titik tertentu
menunjukkan percepatannya. Koordinat Kartesius juga dapat membantu
memecahkan persamaan-persamaan simultan; titik-titik di mana garis-
garisnya berpotongan merupakan grafik dari penyelesaian persamaan itu
(Wahyudin dan Sudrajat, 2003: 22).
Rene Descartes (1596-1650)
Menemukan dalam ilmu pasti ialah sistem koordinat yang terdiri atas dua
garis lurus X dan Y dalam bidang datar. Garis X letaknya horizontal dan
disebut axis atau sumbu X, sedangkan haris Y letaknya tegak lurus pada
sumbu X. Karena sistem tersebut didasarkan pada dua garis lurus yang
berpotongan tegak lurus, maka sistem koordinat itu dinamakan orthogonal
coordinate system. Kedudukan tiap titik dalam bidang tersebut
diproyeksikan dengan garis-garis lurus pada sumbu X dan sumbu Y.
Dengan demikian kedudukan tiap titik potong kedua sumbu menyusuri
sumbu-sumbu tadi. Pentingnya sistem yang dikemukakan oleh Descartes
ini terletak pada hubungan yang diciptakannya antara ilmu ukur bidang
datar dengan aljabar. Tiap titik dapat dinyatakan dengan dua koordinat Xi
dan Yi. Panjang garis dapat dinyatakan serupa dengan hukum pythagoras
mengenai Hypothenusa. Penemuan Descartes ini dinaman Analytic
Geometri (Surajiyo, 2010: 87).
3. Segitiga Pascal
Blaise Pascal (1623-1662) seoran Perancis yang merupakan keajaiban
dalam dunia matematika. Segitiga aritmetika yang ditunjukkan disin telah
dikenal selama 600 tahun, tetapi Pascal menemukan bahwa banyak dari
sifat-sifat segitiga dihubungkan dengan barisan-barisan dan deret-derer
yang istemewa (Wahyudin dan Sudrajat, 2003: 62).
4. Topologi
Pada abad ke-19, seorang matematikawan berkebangsaan Perancis
yaitu Jules Henri Poincare (1854-1912) mengkaji bangun-bangun dengan
cara yang sama sekali baru. Di dalam studinya, permukaan-permukaan
kini dapat disimpangkan, tetapi tidak dengan cara dilubangi atau ditambal,
jadi tanpa kehilangan bentuk dasarnya. Dengan begitu, suatu segitiga
(bangun yang tidak mempunyai lubang) memiliki bentuk dasar yang sama
seperti segitiga atau pot bunga; tiap bangun itu bisa dibuat dengan
membentuk kembali suatu bangun. Demikian juga, sebuah cangkir yang
ada pegangannya (bangun dengan satu lubang) mempunyai bentuk yang
sama seperti donat yang berlubang ditengah (Wahyudin dan Sudrajat,
2003: 154).
Disiplin ilmu ini, dikenal sebagai topologi, sekarang diterapkan dalam
banyak bidang di luar matematika, misalnya untuk menguraikan benang-
benang DNA yang rumit atau untuk merancang sirkuit chip silikon
(Wahyudin dan Sudrajat, 2003: 154).
5. Geometri Hiperbolik
Topologi dapat digunakan untuk menghubungkan geometri Euclidean
pada wujud-wujud geometrik yang baru. Pada 150 tahun terakhir, para
matematikawan seperti Nicolai Lobachevsky, Janos Bolyai (1802-1860),
dan Gorg Riemann (1826-1866) sudah mengembangkan fakta yang
diasumsi dalam geometri Euclidean. Sistem mereka ini disebut geometri
non-Euclidean yang merupkan matematika untuk ruang-ruang yang
tampak ganjil di mana permukaan-permukaan yang paling sederhananya
adalah melengkung, bukannya, bukannya datar. Pada abad ke-20, para
ahli fisika telah memanfaatkan sistem-sistem ini untuk memahami sifat-
sifat ruang, khususnya ruang tidak beraturan yang menimbulkan Lubang-
Lubang Hitam (Black Holes) (Wahyudin dan Sudrajat, 2003: 154-155).
6. Geometri Non-Euclid
Gauss (1776-1855), seorang matematikawan berkebangsaan Jerman,
menemukan bilangan kompleks (misalnya, akar kuadrat dari bilangan
negatif) dan menyumbang sains serta statistika. Kerjanya yang paling
revolusioner berkenaan dengan geometri non-Euclid. Di dalam geometri
Euclid yang ada sejak dahulu, yang berkenaan dengan benda-benda pada
bidang-bidang atau ruang biasa, garis-garis yang sejajar tidak akan pernah
bertemu. Tidak demikian halnya, di dalam geometri non-Euclid, garis-garis
sejajar dapat bertemu bahkan berpotongan (Wahyudin dan Sudrajat, 2003:
174).
7. Diagram Venn
Kita telah memiliki sebuah pegangan intuitif tentang prinsip-prinsip
logika. Dalam hal ini kita memiliki premis bahwa himpunan orang-orang
Indonesia adalah himpunan bagian dari himpunan orang-orang Asia, dan
himpunan yang anggotanya Ahmad dan Hassan adalah himpunan bagian
dari himpunan bagian dari himpunan orang-orang indonesia, maka dapat
disimpulkan bahwa himpunan yang anggotanya Ahmad dan Hassan
adalah himpunan bagian dari himpunan orang-orang Asia. Hubungan
rangkaian logika dari himpunan bagian seperti di atas dapat digambarkan
dengan memakai diagram himpunan. Diagram himpunan tersebut
dinamakan diagram Venn, sebagai penghargaan yang diberikan kepada
penemunya yaitu John Venn (1834-1923) seorang ahli matematika (logika)
dari Inggris (Wahyudin dan Sudrajat, 2003: 180-181).
8. Aljabar Boole
Para matematikawan seringkali menggunakan logika untuk menarik
kesimpulan-kesimpulan dari premis-premis yang lebih komplek yang tidak
dapat diselesaikan dengan intuisi. Suatu kesimpulan bisa dideduksi lebih
mudah dengan menggunakan diagram Venn. Sebab, hubungan antara dua
atau lebih himpunan-himpunan (Wahyudin dan Sudrajat, 2003: 181).
Sebuah bentuk khusus dari aljabar telah ditemukan untuk membantu
para ahli matematika yang bekerja dengan pengambilan kesimpulan yang
benar-benar komplek dan rumit. Bentuk khusus dari aljabar itu disebut
Aljabar Boole, yang diambil dari nama penemunya George Boole (1815-
1864). Dengan menggunakan sistem ini, para matematikawan tidak hanya
dapat menuliskan ide-ide logis, tetapi juga dapat menganalisanya dengan
menggunakan cara-cara yang berbeda. Aljabar Boole dapat juga
digunakan untuk mengetahui apa yang terjadi pada saat sejumlah fungsi-
fungsi logika digunakan. Misalnya, kita bayangkan dua buah himpunan P

P
dan Q, dengan adalah himpunan semua ikan, dan Q adalah

himpunan semua hewan yang bisa berenang. Salah satu fungsi terdapat
dalam logika adalah NOT yang dalam bahasa Indonesia dipadankan
dengan kata bukan atau tidak. Misalnya, NOT P yang seringkali ditulis

P
dengan berarti himpunan yang anggotanya bukan ikan. Fungsi

lainnya yang terdapat dalam logika adalah AND yng padanannya dalam

bahasa Indonesia adalah DAN. Sebagai contoh, P dan Q adalah


P
himpunan ikan dan hewan yang bisa berenang. Sedangkan, DAN Q

adalah himpunan benda-benda yang bukan ikan tetapi merupakan hewan-


hewan yang bisa berenang (Wahyudin dan Sudrajat, 2003: 181-182).
9. Teori Relativitas
Albert Einstein (1879-1955) adalah seorang ahli fisika Amerika
kelahiran Jerman yang mengembangkan teori relativitas. Dengan teori ini
muncul pemikiran bahwa massa dan energi adalah sebanding yang
2
ditunjukkan dengan persamaan yang terkenal: E=mc . Ia menunjukkan

bahwa massa dari suatu benda meningkat pada saat kecepatannya


meningkat, meskipun tidak ada satupun benda yang dapat melaju lebih
cepat dari kecepatan cahaya karena massanya menjadi tak hingga
(Wahyudin dan Sudrajat, 2003: 276).
10. Probabilitas
Meskipun hampir tidak satupun yang pasti mengenai masa depan kita,
ahli-ahli statistika dapat mengestimasi kemungkinan dari kejadian-kejadian
tertentu yang akan terjadi dengan menggunakan probabilitas (Wahyudin
dan Sudrajat, 2003: 284).
Banyak dari para ahli matematika yang pertama kali mengembangkan
teori probabilitas sebenarnya orang-orang yang senang berjudi. Mereka
berharap bahwa pemahaman mengenai probabilitas dapat meningkatkan
peluang mereka untuk memenangkan permainan yang mereka lakukan.
Salah seorang penjudi, Girolamo Cardano, juga merupakan seorang
profesor dalam bidang matematika. Cardano menghitung probabilitas dari
pelemparan dadu tertentu dan probabilitas dari penarikan kartu As dari
sekotak kartu. Ia memperlihatkan hasil kerjanya dalam bukunya yang
berjudul Ludo Aelae (Book of Games of Chance). Dalam buku ini, ia tidak
hanya membicarakan kemungkinan untuk memenangkan permainan saja
tetapi juga menyarankan cara-cara menarik untuk bermain curang.
Misalnya, ia menjelaskan bagaimana caranya untuk meningkatkan
peluang penarikan kartu tertentu dari sebuah kotak kartu dengan cara
menggosoknya dengan sabun (Wahyudin dan Sudrajat, 2003: 284).
Seorang ahli matematika Perancis, Blaise Pascal (1623-1662) juga
tertarik mengenai masalah probabilitas ini, ia bekerja sama dengan teman
ahli matematika Perancis lainnya Pierre de Fermat untuk mengembangkan
teori yang lengkap mengenai probabilitas. Meskipun teori yang mereka
buat hanya berhubungan dengan kejadian-kejadian yang paling sering
muncul, Pascal juga tertarik mengenai probabilitas dari kejadian-kejadian
yang jarang muncul. Terutama, ia berharap dapat mencari tahu probabilitas
dari kejadian-kejadian yang mungkin terjadi dan membuat sebuah teori
khusus mengenai probabilitas dari kejadian-kejadian semacam ini.
Sekarang kita menggunakan probabilitas yang Pascal kembangkan untuk
mempelajari keajaiban-keajaiban yang jarang muncul dari berbagai
macam kejadian, seperti kecelakaan, kerusakan mesin, dan kerusakan
akibat cuaca yang buruk (Wahyudin dan Sudrajat, 2003: 284-285).
11. Geometri Riemann
Georg Friedrich Bernhard Riemann (1826-1866), seorang
matematikawan Jerman yang kontribusinya yang terkenal adalah
mengkreasi aksioma kesejajaran yang berbeda dengan aksiomanya
Euclides. Ia memperluas geometri hiperbola yang bekerja dengan
permukaan yang lekukannya tidak seragam (Rooney, 2013). Kalau
geometri hiperbolik mengganti aksioma kesejajaran Euclides yang
menyatakan bahwa Hanya ada satu garis sejajar terhadap suatu garis
tertentu yang melalui suatu titik yang tidak terletak pada garis tertentu itu
dengan Ada paling tidak dua garis sejajar sengan suatu garis tertentu
yang melalui suatu titik tertentu yang di luar garis tertentu tersebut, maka
Riemann mengganti dengan Tidak ada garis sejajar (Prenowittz dan
Jordan, 1978). Pengembangan Riemann menghasilkan Geometri
Riemann atau geometri eliptik, yang ikut menentukan terhadap Teori
Relativitas Einstein (Gray, 2014). Riemann memberi banyak kontribusi
terhadap matematika, sehingga namanya dikaitkan dengan beberapa
unsur dalam matematika, seperti integral Riemann, manipol Riemann,
teorema pemetaan Riemann, problem Riemann-Hilbert, teorema Riemann-
Roch, persamaan Cauchy-Rieman, dsb (Hardi, 2016: 159).
12. Irisan Dedekind
Julius Wilhelm Richard Dedekind (1831-1916) adalah seorang
matematikawan Jerman yang juga murid Gauss. Ia memberi kontribusi
kepada matematia dalam aljabar abstrak, teori bilangan, dan landasan
pada analisis real. Dalam analisis real dikenal istilah irisan Dedekind
(Dedekind cut). Dalam matematika, sebuah irisan Dedekind adalah sebuah
partisi dari himpunan bilangan rasional ke dalam dua bagian yang tidak
kosong sebut S1 dan S2, sehingga elemen-elemen S1 lebih kecil dari
semua elemen S2 dan S1 tidak memuat elemen terbesar (Courant and
Robbins, 1996) dalam Hardi (2016: 159). Jika ada bilangan rasional
terkecil di S2 (sebut d), maka irisan itu berkorespondensi dengan bilangan
rasional d. S1 memuat semua bilangan rasional yang lebih kecil dari d dan
semua bilangan yang lebih besar dari d termuat di S 2. Suatu irisan irasional
q meletakkan bilangan irasional q tidak di S 1 maupun S2. Dalam Continuity
and Irrational Numbers, Section IV, Dedekind menyatakan bahwa
Whenever, then, we have to do with a cut produced by no rational
number, we create a new irrational number, wich we regard as
completely defined by this cut ... . From now on, therefore, to every
definite cut there corresponds a definite rational or irrational number ...
Secara umum, suatu irisan Dedekind adalah suatu partisi dari himpunan
terurut secara total (totally ordered set) ke dalam dua bagian yang tidak
kosong (sebut S1 dan S2), sedemikian hingga S1 tertutup menurun (untuk

semua a di S1, berlaku jika xa maka x berada di S1), S2 tertutup

mengatas, dan a tidak memiliki anggota besar (Hardi, 2016: 159-160).


13. Geometri Fraktal
Mandelbrot (lahir tahun 1924), seorang matematikawan Amerika,
mengembangkan sebuah cabang matematika yang dinamakan geometri
fraktal, yang telah membantu para matematikawan untuk menganalisis
ketidakteraturan dalam berbagai sistem. Ia memulai peneltianya pada saat
menyelesaikan permasalahan di perusahaan komputer IBM. Subjek-subjek
penelitiannya mulai dari fluktuasi di pasar saham sampai kepada masalah-
masalah linguistik dan kumpulan-kumpulan galaksi (Wahyudin dan
Sudrajat, 2003: 197).
Mandelbrot menyadari bahwa semua permasalahan tersebut
berhubungan satu sama lain. Mereka menunjukkan pola-pola perubahan
yang acak, tetapi pada saat pola-pola tersebut berubah menjadi elemen-
elemen yang lebih kecil, variasinya tetap dengan pola yang sama. Pada
tahun 1975 ia menerbitkan buku The Fractal Geometry of Nature, sebuah
buku yang penuh dengan grafik komputer yang indah yang
mengilustrasikan prinsip-prinsip geometri fraktal dalam bentuk visual.
Mandelbrot set, sebuah pola yang dibuat dengan cara memasukkan
sebuah persamaan ke dalam komputer secara berulang-ulang, berasal
dari namanya (Wahyudin dan Sudrajat, 2003: 197).

D. Implementasi untuk pendidikan matematika


Banyak manfaat yang dapat diambil dari mengenal penemuan matematika
dan tokohnya dalam pembelajaran.
Di bawah ini beberapa manfaat yang berkaitan dengan temuan matematika
pada zaman modern di sekolah yang dapat diambil, yaitu:
1. Meningkatkan motivasi dalam belajar.
2. Meningkatkan aspek humanistis matematika.
3. Mengubah persepsi siswa terhadap matematika ke arah yang positif.
4. Siswa mendapatkan kesenangan/kepercayaan diri dengan memastikan
bahwa mereka bukan satu-satunya yang dihadapkan dengan masalah
matematika.
5. Mengurangi kesan bahwa matematika itu menakutkan.
6. Dengan menyelami sejarah membantu menopang ketertarikan dan
kegembiraan siswa.
7. Dengan membandingkan terhadap teknik-teknik kuno, dapat memberikan
nilai lebih pada teknik modern.
8. Membantu menjelaskan peranan matematika dalam masyarakat.
9. Memberikan kesempatan untuk bekerja lintas kurikulum dengan guru lain
atau subjek lain.
10. Membantu mengembangkan pendekatan yang multikultural.

Memanfaatkan Sejarah Matematika di Sekolah


Sesungguhnya sangat banyak cara yang dapat ditempuh sesuai dengan
tujuan apa yang kita inginkan. Furinghetti (1997) menyarankan suatu
taksonomi penggunaan sejarah matematika dalam pembelajaran, sbb:

1. Menginformasikan sejarah untuk mengubah image siswa tentang


matematika

Ini artinya guru dapat menggunakan sejarah matematika yang bernilai


positif, seperti semangat para matematikawan dan kisah hidupnya yang
menarik, kegunaan matematika di berbagai bidang ilmu, serta persoalan-
persoalan yang menarik dari sejarah matematika, semisal tentang teka-teki
dan permainan.

Tentang kisah hidup matematikawan memang agak jarang di buku-buku


resmi, tetapi tidak berarti tidak tersedia di pasaran. Guru pun dapat
mengakses internet untuk memperoleh informasi tsb. dengan cepat,
mudah, dan gratis.

Beberapa yang dapat disebutkan antara lain: Descartes (1596-1650),


Blaise Pascal (16231662), Newton (16421727), Euler (17071783),
Gauss (17771855).

2. Menggunakan sejarah matematika sebagai sumber masalah/soal

Banyak masalah matematika dari sejarah yang dapat menjadi sumber


pembelajaran atau pelengkap pembelajaran. Contohnya cara penyelesaian
yang diberikan para matematikawan, dan soal-soal dari matematikawan.
Beberapa sumber dapat disebutkan: saringan erastotenes untuk
menemukan bilangan prima, sejarah Lou-Shu dari Cina dalam bentuk
bujursangkar ajaib untuk melatih keterampilan berhitung dan penalaran,
sejarah tentang ukuran dan ketelitian bangunan piramida di Mesir,
penemuan pecahan desimal oleh al-Kasyi, penggunaan Batang Napier
dalam konsep perhitungan (perkalian), penggunaan sifat bilangan 9 dari
al-Khowarizmi, bukti teorema Pythagoras dalam segitiga secara
geometris, metode Fang Ceng di Cina yang ekuivalen dengan metode
Gauss-Jordan, determinan dari Seki Kowa, penemuan bilangan Pi oleh
Archimedes, Tsu Chung Chih, Ramanujan, dan lainnya, serta masih
banyak lagi topik sejarah lainnya.

3. Menggunakan sejarah matematika sebagai aktivitas tambahan,

Aktivitas tambahan dari sejarah matematika perlu dicoba untuk menambah


kegairahan anak dalam belajar matematika, mulai dari yang sederhana
semisal melukis atau mencetak poster matematikawan, gambar-gambar
matematis dari sejarah matematika, hingga kegiatan eksplorasi dan
eksperimen semacam mencoba teknik berhitung dari Brahmagupta, dan
lain-lain.

4. Menggunakan sejarah matematika sebagai pendekatan alternatif


mengenalkan konsep matematika

Masalah-masalah berupa soal dari sejarah matematika dapat menjadi


pendekatan alternatif pembelajaran konsep matematika (problem based
learning). Contohnya, penggunaan soal yang memuat penggunaan FPB
dan KPK dari sejarah matematika sebagai sumber pembelajaran tentang
FPB dan KPK. Dapat pula kronologis konsep matematika dalam sejarah
menjadi alur dalam penyampaian konsep matematika di kelas, contohnya
dalam sejarah matematika orang mulai mengenal bilangan asli, lalu
bilangan pecahan positif, lalu bilangan negatif dan nol, baru kemudian
bilangan irasional. Dengan demikian, pembelajaran bilangan dapat dimulai
dari pengenalan bilangan asli, lalu pecahan positif, bilangan nol (atau
cacah), lalu bilangan negatif (atau bulat), dan kemudian baru pengenalan
bilangan irasional. Tetapi tentu hal ini membutuhkan penyesuaian dalam
hal penyajian materi.

Sementara Siu Man-Keung (1997) menyatakan terdapat empat level


penggunaan contoh ilustrasi dalam sejarah matematika dalam pembelajaran
di kelas yaitu:

1. Anecdotes (cerita yang menyenangkan),


2. Broad Outline (garis besar yang penting),
3. Content (materi yang detail), dan
4. Development of mathematical ideas (pengembangan gagasan
matematika).
Terlihat bahwa dua level yang pertama merupakan level yang cocok untuk
pembelajaran di SD, SMP, maupun SMA. Bagaimana cara pemanfaatannya,
tentu tidak jauh berbeda dari yang telah dipaparkan di atas. Hanya saja untuk
dua level yang terakhir, perlu kehati-hatian dalam menerapkan di sekolah,
karena pemanfaatan sejarah matematika pada dua level terakhir tersebut
menuntut kecermatan dan pemikiran yang lebih tajam yang cocok untuk
sekolah menengah lanjutan (SMP) atau umum (SMA).

E. Kesimpulan
Abad ke-17 merupakan awal matematika modern dimana para
matematikawan Eropa mulai berani muncul setelah era kegelapan dalam ilmu
pengetahuan pada beberapa sebelumnya. Di masa ini para ahli matematika
membuat karya-karya yang berpengaruh dan tak ternilai harganya. Beberapa
temuan matematika beserta penemunya:
1. Kalkulus: Sir Isaac Newton (1642-1727) dan Gottfried Wilhem von Leibniz
(1646-1716)
2. Koordinat Kartesius: Rene Descartes (1596-1650)
3. Segitiga Pascal: Blaise Pascal (1623-1662)
4. Topologi: Jules Henri Poincare (1854-1912)
5. Geometri Hiperbolik: Nicolai Lobachevsky, Janos Bolyai (1802-1860), dan
Gorg Riemann (1826-1866)
6. Geometri Non-Euclid: Gauss (1776-1855)
7. Diagram Venn: John Venn (1834-1923)
8. Aljabar Boole: George Boole (1815-1864)
9. Teori Relativitas: Albert Einstein (1879-1955)
10. Probabilitas: Blaise Pascal (1623-1662)
11. Geometri Riemann: Georg Friedrich Bernhard Riemann (1826-1866)
12. Irisan Dedekind: Julius Wilhelm Richard Dedekind (1831-1916)
13. Geometri Fraktal: Mandelbrot (lahir tahun 1924)

Daftar Pustaka

Burhanuddin, Afid. 2012. Sejarah Perkembangan Ilmu pada Masa Modern [Online].
Tersedia: https://afidburhanuddin.files.wordpress.com/2012/05/sejarah-
perkembangan-ilmu-pada-masa-modern_gesah_oke.pdf. Diakses 10 Januari
2017, pukul 17:19.

Kurniati, Nia. 2013. Perkembangan Ilmu Pengetahuan [Online]. Tersedia:


https://niakurniati021.wordpress.com/courses/filsafat-ilmu/jurnal/. Diakses 10
Januari pukul 15:39.

Suyitno, Hardi. 2016. Pengantar Fislafat Matematika. Yogyakarta: Magnum.

Surajiyo. 2010. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia: Suatu Pengantar.


Jakarta: Bumi Aksara.

Wahyudin dan Sudrajat. 2003. Ensiklopedi Matematika dan Peradaban Manusia.


Jakarta: Tarity Samudra Berlian.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai