Anda di halaman 1dari 23

1 SISTEM BILANGAN REAL

Bilangan real sudah dikenal dengan baik sejak masih di sekolah menengah, bahkan sejak
dari sekolah dasar. Namun untuk memulai mempelajari materi pada BAB ini anggaplah
diri kita belum tahu apa-apa tentang bilangan real. Kita akan mempelajari bagaimana
sistem bilangan real itu dibangun.
Pertama-tama kita hanya diberikan suatu himpunan bilangan tetapi belum tahu anggotanya seperti apa, belum aturan yang berlaku di dalamnya. Kemudian kedalam himpunan
ini diberikan dua operasi binair, penjumlahan (+) dan perkalian (). Dengan dua operasi ini disusun beberapa aksioma. Dua aksioma penting adalah keujudan elemen 0 dan
elemen 1. Inilah anggota bilangan real pertama yang kita ketahui. Selanjutnya dengan
aksioma-aksioma ini didenisikan anggota-anggota lainnya, seperti bilangan asli, bilangan bulat, bilangan rasional dan bilangan irrasional. Juga didenisikan sifat-sifat yang
mengatur hubungan antar anggota, seperti sifat urutan, sifat jarak, sifat kelengkapan
dan sifat kepadatan.

1.1 Sifat aljabar bilangan real


Bilangan real dipandang sebagai suatu himpunan, seterusnya dilambangkan dengan R.
Selanjutnya, didenisikan dua operasi binair '+' dan '' masing-masing disebut operasi
penjumlahan dan operasi perkalian. Kedua operasi binair ini diterapkan pada R dan
memenuhi sifat-sifat sebagai berikut:
(A1) a + b = b + a untuk setiap a, b R, yaitu komutatif terhadap penjumlahan.
(A2) (a + b) + c = a + (b + a) untuk setiap a, b, c R, yaitu asosiatif terhadap
penjumlahan.
(A3) Terdapat elemen 0 R sehingga a + 0 = 0 + a = a untuk setiap a R. Elemen 0
ini disebut elemen nol.
(A4) Untuk setiap a R selalu terdapat (a) R sehingga a + (a) = (a) + a = 0.
Elemen (a) ini disebut negatif dari a.
(M1) a b = b a untuk setiap a, b R, yaitu komutatif terhadap perkalian.
(M2) (a b) c = a (b c) untuk setiap a, b, c R, yaitu asosiatif terhadap perkalian.
(M3) Terdapat elemen 1 R sehingga a 1 = 1 a = a untuk setiap a R. Elemen 1 ini
disebut elemen satuan.

1 SISTEM BILANGAN REAL

(M4) Untuk setiap a R, a 6= 0 selalu terdapat (1/a) R sehingga a(1/a) = (1/a)a =


1. Elemen (1/a) ini disebut kebalikan dari a.
(D) a (b + c) = (a b) + (a c) dan (b + c) a = (b a) + (c a) untuk setiap a, b, c R.
Sifat ini disebut distributif perkalian terhadap penjumlahan.
Diperhatikan bahwa ada 4 sifat yang berkaitan dengan operasi penjumlahan yaitu A1,
A2, A3 dan A4 (notasi A untuk Adisi, atau penjumlahan), 4 sifat yang berkaitan dengan
perkalian yaitu M1, M2, M3 dan M4 (M untuk Multiplikasi, atau perkalian) dan 1 sifat
yang menggabungkan keduanya yaitu D (D untuk Distributif). Kesembilan sifat ini
disebut sifat aljabar atau aksioma bilangan real.
Sampai saat ini belum didenisikan bilangan negatif dan operasi pengurangan. Notasi
(a) dianggap satu elemen didalam R. Begitu juga elemen kebalikan (1/a) dianggap
satu elemen dan operasi pembagian belum didenisikan. Berikut diberikan beberapa
teorema sederhana yang diturunkan langsung dari sifat-sifat aljabar ini.

Teorema 1.1. Jika a bilangan real sebarang maka persamaan a + x = b mempunyai


penyelesaian tunggal, yaitu x = (a) + b.

Bukti.

Pertama ditunjukkan eksistensi penyelesaiannya.


a+x
(a) + (a + x)
((a) + a) + x
0+x
x

=
=
=
=
=

b (diketahui)
(a) + b
(a) + b (A2)
(a) + b (A4)
(a) + b (A3)

Selanjutnya ditunjukkan bahwa penyelesaian ini adalah tunggal. Misalkan x1


penyelesaian lainnya maka dipenuhi a + x1 = b. Jadi diperoleh hubungan a + x1 =
a + x. Berdasarkan langkah sebelumnya diperoleh x1 = (a) + (a + x). Dengan
menggunakan (A2) kemudian (A4) maka diperoleh x1 = x sehingga disimpulkan
penyelesaiannya tunggal. 

Exercise 1. Buktikan jika a bilangan real tidak nol maka persamaan ax = b mempunyai
penyelesaian tunggal, yaitu x = (1/b).

Teorema 1.2. Bila a suatu elemen pada R maka berlaku pernyataan berikut.
1. a 0 = 0 ,
2. (1) a = a,
3. (a) = a,
4. (1) (1) = 1.

1 SISTEM BILANGAN REAL

1) Berdasarkan (M3) kita mempunyai a 1 = a. Selanjutnya kedua ruas ini


ditambahkan a, diperoleh

Bukti.

a+a0 =
=
=
=

a1+a0
a (1 + 0) [menggunakan D]
a 1 [menggunakan A3]
a [menggunakan M3]

Selanjutnya dengan menggunakan Teorema 1.1 dengan menganggap x sebagai a 0


diperoleh
a 0 = (a) + a = 0.
2)

Dari (M3) kita mempunyai a = 1 a. Tambahkan pada kedua ruas dengan


(1) a, diperoleh
a + (1) a =
=
=
=

1 a + (1) a
(1 + (1)) a [menggunakan D]
0 a [menggunakan A4]
0 [menggunakan bagian i, setelah menerapkan (A1)]

Selanjutnya dengan menggunakan Teorema 1.1 dan menganggap x sebagai


(1) a, kemudian menggunakan (A3) diperoleh
(1) a = (a) + 0 = a.

Exercise 2. Lanjutkan pembuktian Teorema 1.2 yang belum selesai.


Teorema 1.2 (1) mengatakan bahwa bilangan apapun jika dikalikan dengan nol maka
hasilnya nol. Fakta ini merupakan teorema yang kebenarannya dapat dibuktikan, bukan
suatu kesepakatan atau aksioma. Begitu juga dengan fakta lainnya pada teorema ini.

Teorema 1.3. Misalkan a, b, c elemen pada R. Maka pernyataan berikut berlaku


1. Jika a 6= 0 maka 1/a 6= 0 dan 1/(1/a) = a,
2. Jika a b = a c dan a 6= 0 maka b = c,
3. Jika a b = 0 maka berlaku salah satu: a = 0 atau b = 0.
1) Karena a 6= 0 maka menurut (M4) selalu ada 1/a R. Andaikan 1/a = 0
maka diperoleh

Bukti.

1 = a (1/a) = a 0 = 0.

Hasil ini berlawanan atau kontradiksi dengan (M3). Jadi pengandaian ini salah,
dan haruslah 1/a 6= 0. Selanjutnya karena 1/a 6= 0 dan karena (1/a) a = 1 maka

1 SISTEM BILANGAN REAL

dengan Latihan 1 dengan memandang a sebagai x maka diperoleh a = 1/(1/a). 2)


Kedua ruas pada a b = a c dikalikan dengan (1/a) disertai dengan menggunakan
(M2), diperoleh
((1/a) a) b = ((1/a) a) c
1 b = 1 c [menggunakan M4]
b = c [menggunakan M3]

Exercise 3. Buktikan pernyataan 3 pada Teorema 1.3.

Beberapa operasi lainnya pada R


Sejauh ini hanya ada dua operasi pada bilangan real. Melalui dua operasi ini diturunkan
bebedapa operasi lainnya yang didenisikan sebagai berikut :
1. Operasi pengurangan. Bila a, b R maka notasi ab dibaca a dikurang dengan
b dan didenisikan oleh
a b := a + (b).

2. Operasi pembagian. Bila a, b R, b 6= 0 maka notasi a/b atau


dengan b dan didenisikan oleh

a
b

dibaca a dibagi

a/b := a (1/b).

3. Operasi pangkat. Bila a R maka notasi a2 dibaca a dipangkatkan dengan


dua atau a kuadarat dan didenisikan sebagai a2 := a a. Secara umum untuk n
bilangan asli, an adalah a dipangkatkan dengan n didenisikan oleh
an := a
| a a{z a} .
sebanyak n faktor

Untuk a 6= 0, notasi a1 dimaksudkan untuk 1/a dan notasi an untuk (1/a)n .

Beberapa himpunan bagian penting pada R


1. Bilangan asli. Himpunan bilangan asli dilambangkan dengan N dipandang sebagai himpunan bagian R dan n N didenisikan sebagai
n := |1 + 1 + 1{z+ + 1} .
sebanyak n suku

1 SISTEM BILANGAN REAL


R
Q

himpunan bilangan rasional

R\Q

Misal: -3/4, -1, 0, 2, 1/2, 4/5.

himpunan bilangan
irrasional

Z: himpunan bilangan bulat


{ . . . ,-2, -1, 0, 1, 2, . . . }

Misal:
2,

N: himpunan bilangan asli

{1, 2, 3, . . . }

Gambar 1.1: Struktur bilangan real


2. Bilangan bulat. Himpunan bilangan bulat dilambangkan dengan Z dan keanggotannya dapat didenisikan sebagai berikut :
Z := {n : n N} N {0}

dengan n := (1) + (1) + (1) + + (1).


|

{z

sebanyak n suku

3. Bilangan rasional dan irrasional. Himpunan bilangan rasional dilambangkan


dengan Q adalah elemen bilangan real yang dapat ditulis dalam bentuk pecahan.
Jadi,


Q :=

b
: a, b Z, a 6= 0 .
a

Bilangan real selain bilangan rasional disebut bilangan irrasional dan himpunan
bilangan irrasional ini biasa dilambangkan dengan R \ Q.
Notasi ":=" berarti "didenisikan oleh" (dened by ). Penggunaan notasi ini lebih tepat
daripada menggunakan "=" karena tanda sama dengan seharusnya digunakan untuk
menyatakan kesamaan kedua ruas.
Struktur bilangan real diberikan pada Gambar 1.1.

Teorema 1.4. Tidak ada bilangan rasional r sehingga r2 = 2.


Proof. Andai ada bilangan rasional yang kuadratnya sama dengan dua. Untuk itu dapat
ditulis r = mn dengan m dan n tidak mempunyai faktor persekutuan selain 1. Diperoleh
m2
r = 2 = 2 m2 = 2n2 ,
n
2

berarti m2 bilangan genap. Karena itu m juga genap (lihat latihan berikut!). Karena m
genap maka dapat ditulis m = 2p. Substitusi m ini ke kesamaan sebelumnya, diperoleh
(2p)2 = 2n2 4p2 = 2n2 n2 = 2p2 .

1 SISTEM BILANGAN REAL

Ini berarti n2 bilangan genap, akibatnya n juga bilangan genap. Berangkat dari pengandaian tadi diperoleh dua pernyataan berikut
a. m dan n tidak mempunyai faktor persekutuan selain 1, berarti m dan n tidak
mungkin keduanya genap.
b. m dan n bilangan genap.
Kedua pernyataan ini bertentangan (kontradiksi), sehingga pengandaian harus diingkari.
Kesimpulannya Teorema terbukti.

Beberapa soal yang dipecahkan


Contoh 1.1. Buktikan bahwa jika z R bilangan irrasioanl dan r 6= 0 bilangan rasional

maka r + z dan rz bilangan irrasional.


Penyelesaian.

Dibuktikan dengan kontradiksi. Andai r + z rasional, maka dapat ditulis


r+z =

p
m
dan r = , m, n, p, q Z, n, q 6= 0.
n
q

Dari sini diperoleh


z=

mq np
m p
=
,
n
q
nq

yaitu z rasional, sebab mq np, nq Z, nq 6= 0. Kontradiksi dengan z irrasional.


Jadi pengandaian r + z rasional salah, dan haruslah r + z irrasional. Dengan
argumen yang sama dapat dibuktikan sisanya.

Contoh 1.2. Buktikan bahwa jika a, b R maka


1. (a + b) = (a) + (b)
2. (a) (b) = a b
3. 1/(a) = (1/a), a 6= 0
4. (a/b) = (a)/b, b 6= 0.
Bukti.

1). Dengan menggunakan Teorema 1.2(2) dan sifat distributif diperoleh


(a + b) = (1) (a + b)
= (1) a + (1) b
= (a) + (b).

1 SISTEM BILANGAN REAL

2). Diperhatikan penjabaran berikut, coba justikasi setiap langkah yang diberikan
(a) (b) =
=
=
=
=
=

((1) a) ((1) b)
(a (1)) ((1) b)
a ((1) ((1) b))
a (((1) (1)) b)
a (1 b)
ab

Exercise 4. Kerjakan bagian 3 dan 4 pada Contoh 1.1.


Contoh 1.3. Bila bilangan real a memenuhi a a = a maka salah satunya berlaku:

a = 0 atau a = 1.
Bukti.

Diketahui a a = a. Coba lengkapi justikasi untuk tiap-tiap langkah berikut.


a a + (a) = a + (a)
a a + (1) (a) = 0
(a + (1)) a = 0.

Dengan menggunakan Teorema 1.3(iii) diperoleh a + (1) = 0 atau a = 0. Lanjutkan langkah untuk menyimpulkan a = 1 dari a + (1) = 0.

Contoh 1.4. Bila a 6= 0 dan b 6= 0, buktikan 1/(ab) = (1/a) (1/b).


Karena a 6= 0 dan b 6= 0 maka ab 6= 0 sehingga berdasarkan Teorema 1.3 (i)
diperoleh

Bukti.

1
= ab
(1/ab)
1
(1/b) = a (b (1/b))
(1/ab)
1
(1/b) = a
(1/ab)
1
((1/b) (1/a)) = a (1/a)
(1/ab)
1
((1/b) (1/a)) = 1.
(1/ab)

Dari baris terakhir dapat disimpulkan (1/a) (1/b) =


1
merupakan elemen kebalikan dari (1/a) (1/b).
(1/ab)

1
(1/(1/ab))

= 1/(ab) karena

1 SISTEM BILANGAN REAL

1.2 Sifat urutan bilangan real


Urutan pada bilangan real merujuk pada hubungan ketidaksamaan antara dua bilangan
real. Sebelum didenisikan urutan terlebih dulu didenisikan bilangan positif.

Denisi 1.1. Pada R terdapat himpunan bagian takkosong P dengan sifat-sifat berikut
1. Jika a, b P maka a + b P.
2. Jika a, b P maka a b P.
Himpunan P ini selanjutnya disebut himpunan bilangan positif.
Selanjutnya diturunkan sifat trikotomi pada bilangan real, yaitu bila a R sebarang
maka tepat satu pernyataan berikut dipenuhi, yaitu
a P, atau a = 0, atau a P.

Selanjutnya himpunan bilangan negatif didenisikan sebagai himpunan


{a : a P} .

Jadi himpunan bilangan real terbagi atas tiga himpunan saling asing yaitu bilangan
positif, bilangan negatif dan nol. Selanjutnya urutan pada bilangan real didenisikan
sebagai berikut

Denisi 1.2. Berikut ini denisi ketidaksamaan antara elemen-elemen pada R :


1. Bilangan a P disebut bilangan positif dan ditulis a > 0. Notasi a 0 berarti
a P {0}, dan a disebut bilangan taknegatif.
2. Bilangan a P sehingga a P disebut bilangan negatif, ditulis a < 0. Notasi
a 0 berarti a P {0}, dan a disebut bilangan takpositif.
3. Bilangan real a dikatakan lebih besar dari b, ditulis a > b jika hanya jika a b P
Notasi a < b < b dimaksudkan berlaku keduanya a < b dan b < c. Bila a b dan b < c,
maka ditulis a b < c.

Teorema 1.5. Misalkan a, b, c tiga bilangan real. Maka pernyataan berikut berlaku
1. Jika a > b dan b > c maka a > c,
2. Tepat satu pernyataan berikut memenuhi : a > b, a = b, a < b.
1)Karena a > b dan b > c maka berdasarkan denisi berlaku a b P, dan
b c P. Dengan sedikit trik diperoleh

Bukti.

a c = (a b) + (b c) P, yakni a > c.

2) Terapkan sifat trikotomi pada a b.

1 SISTEM BILANGAN REAL

Teorema 1.6. Misalkan a, b, c, d bilangan-bilangan real. Maka berlaku


1. Jika a > b maka a + c > b + c.
2. Jika a > b, c > d maka a + c > b + d.
3. Jika a > b dan c > 0 maka ca > cb.
4. Jika a > b dan c < 0 maka ca < cb.
1) Karena diketahui ab P maka (a+c)(b+c) = ab P, yaitu a+c > b+c.
2) Karena diketahui ab P dan cd P maka (a+c)(b+d) = (ab)+(cd)
P, yaitu a + c > b + d.
3) Karena diketahui a b P, c P maka (a b)c = ac bc P, yaitu ac > bc.

Bukti.

Exercise 5. Buktikan bagian 4 pada Teorema 1.5.


Teorema 1.7. Jika a dan b bilangan real dengan a < b maka a < 12 (a + b) < b.
Karena a < b maka 2a = a + a < a + b. Dengan argumen yang sama diperoleh
juga a + b < b + b = 2b. Dengan menggabungkan kedua hasil ini, diperoleh

Bukti.

2a < a + b < 2b a <

a+b
< b. 
2

Exercise 6. Buktikan bahwa jika a > 0 maka 0 < 12 a < a.


Teorema berikut menjamin bahwa suatu bilangan taknegatif yang kurang dari bilangan
positif apapun adalah nol.

Teorema 1.8. Bila a R dengan 0 a <  untuk setiap > 0 maka a = 0.


Bukti dengan kontradiksi. Andaikan a > 0. Berdasarkan Latihan sebelumnya,
berlaku 0 < 21 a < a. Sekarang ambil 0 := 12 a > 0, sehingga berlaku 0 < 0 < a.
Hal ini kontradiksi dengan hipotesis bahwa 0 a <  untuk setiap > 0. Jadi
pengandai salah, dan haruslah a = 0. 

Bukti.

Exercise 7. Bila a, b bilangan real dengan a < b + untuk setiap > 0 maka a b.
Berdasarkan denisi bilangan positif bahwa perkalian dua bilangan positif akan menghasilkan bilangan positif. Tetapi sebaliknya, bila hasil kali dua bilangan real adalah
positif belum tentu kedua bilangan real tadi positif.

Teorema 1.9. Jika ab > 0 maka berlaku salah satu dari dua kemungkinan berikut:
a > 0 dan b > 0 atau a < 0 dan b < 0.

1 SISTEM BILANGAN REAL

Karena ab > 0 maka a 6= 0 dan b 6= 0, sebab jika salah satu diantara a atau b
bernilai nol maka ab = 0. Karena sifat trikotomi kemungkinnya a > 0 atau a < 0.
Untuk a > 0 maka 1/a > 0 dan

Bukti.

b = 1 b = ((1/a)a) b = (1/a) (ab) > 0.


| {z } |{z}
>0

>0

Untuk kasus a < 0, diperoleh a > 0 atau 1/(a) > 0 sehingga diperoleh
0 < (1/(a))(ab) = (1/a)(ab) = ((1/a) a) b = 1 b = b.

Karena b > 0 maka disimpulkan b < 0.

Exercise 8. Buktikan bahwa jika ab < 0 maka berlaku salah satu dari dua kemungkinan
berikut:

a > 0 dan b < 0 atau a < 0 dan b > 0.

Kedua hasil yang baru saja diberikan mengatakan bahwa jika hasil kali dua bilangan
positif maka kedua bilangan itu bertanda sama. Sebaliknya, jika hasil kali kedua bilangan
negatif maka kedua bilangan itu berlainan tanda.

Beberapa ketidaksamaan penting pada R


Teorema 1.10. Misalkan a 0 dan b 0. Maka pernyataan-pernyataan berikut adalah
equivalen:

1. a < b
2. a2 < b2
3.

Bukti.

a<

b.

Untuk a = 0 diperoleh pernyataan


b > 0 b2 > 0

b > 0.

Fakta ini mudah dibuktikan sendiri. Sekarang diasumsikan a > 0 dan b > 0, yaitu
a + b > 0. (1) (2): Diketahui a < b, atau a b < 0. Jadi diperoleh
a2 b2 = (a b) (a + b) < 0
| {z } | {z }
<0

>0

(2) (1): Diketahui a2 b2 = (a b) (a + b) < 0. Karena diketahui pula a+b > 0


| {z } | {z }
<0

>0

maka haruslah a b < 0, atau a < b. (i) (iii): Sebelumnya sudah dibuktikan
bahwa jika x, y > 0 maka
x < y x2 < y 2 .

10

1 SISTEM BILANGAN REAL

Pada bagian
2ini diambil x = a dan y =
dan b = b) maka diperoleh

b sehingga x, y > 0. Karena a = ( a)2

a < b ( a)2 = a < b = ( b)2 .

Jadi lengkaplah bukti ini karena telah ditunjukkan berlakunya equivalensi


(3) (1) (2).

Teorema 1.11. [Rata-rata


berlaku

aritmatika-geometri]

Bila a dan b bilangan positif maka

1
ab (a + b).
2

(RAG)

Bila a = b maka relasi pada (RAG)menjadi kesamaan.


Sekarang diasumsikan

a 6= b. Karena a > 0 dan b > 0 maka a > 0 dan b > 0. Diperhatikan bahwa

Bukti.

0 6= a b = ( a b) ( a + b) .
| {z }
>0

Jadi ( a b) 6= 0, dan selanjutnya dikuadratkan diperoleh

1
0 < ( a b)2 = a 2 ab + b ab > (a + b).
2

Rata-rata aritmatika (RA) dari dua bilangan


real a dan b adalah a+b
, sedangkan rata2

rata geometri (RG) dari a dan b adalah ab. Biasanya dalam kehidupan sehari-hari,
rata-rata aritmatika lebih sering digunakan daripada rata-rata geometri. Secara umum
dua macam rata-rata ini didenisikan sebagai berikut: Misalkan diketahui bilangan real
atau data a1 , a2 , , an maka
n

dengan notasi
berlaku bahwa

1X
RA =
ak , RG =
n k=1
Q

untuk penjumlahan dan

n
Y

!1/n
ak

k=1

untuk perkalian suku-suku. Masih tetap

RG RA.

Teorema 1.12 (Ketidaksamaan Bernoulli). Jika x > 1 maka untuk setiap n N


berlaku

(1 + x)n 1 + nx.

(KB)

Dibuktikan dengan induksi matematika. Untuk n = 1 kedua ruas pada (KB)


menjadi kesamaan. Diasumsikan berlaku untuk n = k , yaitu berlaku (1 + x)k
1 + kx. Untuk n = k + 1, diperoleh

Bukti.

(1 + x)k+1

(1 + x)k 1 + kx [ diketahui ]
= (1 + x)k (1 + x) (1 + kx)(1 + x)
= 1 + (k + 1)x + kx2
1 + (k + 1)x.

11

1 SISTEM BILANGAN REAL

Jadi berlaku untuk n = k + 1. Perhatikan pada baris kedua kedua ruas dikalikan
dengan (1 + x) suatu bilangan positif karena x > 1.


Teorema 1.13 (Ketidaksamaan Cauchy). Misalkan a1 , a2 , an dan b1 , b2 , , bn


bilangan real maka berlaku

n
X

!2

ak b k

k=1

Bukti.

n
X

n
X

a2k

k=1

!
b2k

k=1

Didenisikan fungsi F : R R dengan


F (t) :=

n
X

(ak tbk )2 .

k=1

Jelas F fungsi taknegatif, karena itu diperoleh


F (t) =
=

n
X

a2k 2tak bk + t2 b2k

k=1
n
X

!
b2k

t2 2

k=1

n
X

!
ak b k

n
X

t+

!
a2k

0.

k=1

k=1

Jadi F merupakan fungsi kuadrat denit tak negatif, sehingga diskriminannya pun
tak negatif, yaitu
4

n
X

!2
ak b k

k=1

n
X

!
b2k

k=1

n
X

!
a2k

0.

k=1

Akhirnya dengan memindahkan ruas pada ketidaksamaan ini terbuktilah bahwa


n
X

!2
ak b k

k=1

n
X

!
a2k

k=1

n
X

!
b2k

k=1

Soal-soal yang dipecahkan


1. Diketahui a, b R.Buktikan a2 + b2 = 0 a = 0 dan b = 0.
2. Bila 0 a < b, buktikan a2 ab < b2 . Tunjukkan bahwa a2 < ab < b2 tidak
selalu berlaku.

ab < b dan 1b < a1 .



2
4. Buktikan untuk setiap a, b R berlaku 12 (a + b) 21 (a2 + b2 ).

3. Buktikan jika 0 < a < b maka berlaku a <

12

1 SISTEM BILANGAN REAL

5. Buktikan kebenaran pernyataan berikut


a) 0 < c < 1 0 < c2 < c < 1
b) c > 1 1 < c < c2 .
6. Bila untuk sebarang a, b R berlaku a b + untuk setiap > 0 maka a b.
7. Temukan himpunan penyelesaian yang memenuhi pertidaksamaan berikut
a) x2 > 3x + 4
b) 1 < x2 < 4
c)
d)

1
x
1
x

<x
< x2 .

1.3 Nilai mutlak dan jarak pada R


Pada sifat urutan bilangan real baru diketahui urutan lebih besar antara dua bilangan
real, tetapi belum diketahui pengertian jarak antara dua bilangan real. Jarak atau secara
umum disebut metrik pada bilangan real ini ditentukan melalui nilai mutlak.

Denisi 1.3. Nilai mutlak suatu bilangan real a, ditulis dengan |a| didenisikan sebagai:
bila a > 0,
bila a = 0,
bila a < 0.

a
|a| := 0

Sebagai contoh, |3| = 3, |0| = 0, dan | 1| = 1. Dengan kata lain, nilai multak bilangan
real bersifat dikotomi, yaitu nol atau positif. Diperhatikan tiga cabang pada denisi
nilai mutlak dapat disederhanakan menjadi
(
|a| :=

bila a 0,
bila a < 0.

a
a

Teorema berikut menyajikan sifat-sifat dasar nilai mutlak.

Teorema 1.14. Misalkan a, b, c bilangan-bilangan real. Maka berlaku pernyataan berikut


1. |a| = 0 bila hanya bila a = 0
2. | a| = |a|
3. |ab| = |a||b|
4. untuk c 0, |a| c bila hanya bila c a c.

13

1 SISTEM BILANGAN REAL

5. |a| a |a|.
1)(=): langsung dari denisi. (=): dibuktikan melalui kontraposisinya, yaitu
jika a 6= 0 maka |a| =
6 0, juga langsung dari denisi.

Bukti.

2) Jika a = 0 maka diperoleh |a| = |0| = 0 = | 0| = | a|. Jika a > 0 maka


a < 0 sehingga diperoleh |a| = a = (a) = | a|. Jika a < 0 maka a > 0
sehingga diperoleh |a| = a = |a|.
3) Bila minimal salah satu dari a atau b bernilai nol maka kedua ruas bernilai
nol. Bila keduanya tidak ada yang nol, ada 4 kemungkinan untuk nilai a, b yang
perlu diselidiki yaitu a > 0, b > 0 atau a > 0, b < 0 atau a < 0, b > 0 atau
a < 0, b < 0. Untuk a > 0, b < 0 maka ab < 0, |a| = a, |b| = b sehingga berlaku
|ab| = (ab) = (a)(b) = |a||b|. Untuk kemungkinan lainnya silahkan dicoba
sendiri sebagai latihan.
4) (=): karena |a| c maka a c dan a c atau a c, digabungkan
diperoleh c a c. (=): bila c a c maka kita mmepunyai a c dan
c a, atau a < c. Karena |a| bernilai |a| atau | a| maka disimpulkan |a| < c.
5) Dengan mengambil c := |a| 0 pada bagian (4) maka |a| |a| adalah pernyataan yang benar. Implikasinya adalah |a| c |a|. Cara lain adalah dengan
menggunakan kenyataan bahwa |a| a berlaku untuk setiap a R. Karena
a R maka |a| = | a| a, atau |a| a. Setelah digabungkan diperoleh
|a| c |a|.

Denisi 1.4. Jarak (metrik) antara dua bilangan real a dan b didenisikan sebagai
d(a, b) := |a b|.

Bila b = 0 maka d(a, 0) = |a| dipandang sebagai jarak a terhadap titik asal 0.
Interpretasi sederhana bilangan real dapat disajikan dalam garis bilangan. Gambar
berikut adalah garis bilangan dan ilustrasi jarak antara 3 dan 2.
-4

-3

-2

-1

| -3 - 2 | = 5

Gambar 1.2: Garis bilangan dan jarak antara dua bilangan real
Teorema berikut berkaitan dengan sifat dasar nilai mutlak dan sangat sering digunakan
dalam analisis.

14

1 SISTEM BILANGAN REAL

Teorema 1.15. (Ketidaksamaan segitiga) Untuk sebarang bilangan real a dan b berlaku
|a + b| |a| + |b|.

(KS)

Dari Teorema 1.14(5) kita mempunyai |a| < a < |a| dan |b| < b < |b|.
Dengan menjumlahkan dua ketidaksamaan ini diperoleh

Bukti.

(|a| + |b|) < a + b < (|a| + |b|).

Kemudian, dari bagian (4) dengan menganggap c := (|a| + |b|) maka terbukti
bahwa
|a + b| |a| + |b|. 

Exercise 9. Untuk sebarang bilangan real a dan b, buktikan


1. ||a| |b|| |a b|.
2. |a b| |a| + |b|.

Contoh 1.5. Tentukan semua bilangan real x yang memenuhi |x 1| > |x + 1|.
Diperhatikan titik x = 1 dan x = 1 merupakan titik transisi, yaitu
perbatasan dimana nilai mutlak berubah pola. Untuk x < 1, maka x 1 < 0
dan x + 1 > 0 sehingga |x 1| = (x 1) dan |x + 1| = (x + 1). Subtitusi
kedalam ketidaksamaan diperoleh

Penyelesaian.

(x 1) > (x + 1) 1 > 1

suatu pernyataan yang benar untuk setiap x < 1.


Untuk 1 < x < 1 berlaku |x 1| = (x 1) dan |x + 1| = (x + 1). Subtitusi
kedalam ketidaksamaan diperoleh
(x 1) > (x + 1) 2x >< 0 x < 0.

Untuk x > 1 berlaku |x 1| = x 1 dan |x + 1| = x + 1. Substitusi ke dalam


ketidaksamaan diperoleh
x 1 > x + 1 1 > 1

suatu pernyataan yang salah untuk setiap x > 1.


Dengan menggabungkan ketiga hasil ini diperoleh himpunan penyelesaian untuk
x sebagai berikut
{x : x < 1} {x : x < 0} = {x : x < 0}.

Cara lain adalah dengan menggunakan Teorema 1.10 sebelumnya, yaitu


|x1| > |x+1| (x1)2 > (x+1)2 x2 2x+1 > x2 +2x+1 4x < 0 x < 0.

15

1 SISTEM BILANGAN REAL

Perhatikan Teorema 1.10 memberikan dasar untuk mengkuadartkan kedua ruas ketidaksamaan. Perlu hati-hati syarat yang harus dipenuhi adalah kedua ruas terjamin tidak
bernilai negatif.

Exercise 10. Tentukan semua bilangan real x yang memenuhi |x| + |x + 1| < 2.
Dapat diperiksa bahwa jarak (metrik) seperti diberikan pada Denisi 1.4 memenuhi
sifat-sifat sebagai berikut
1. d(x, y) 0 untuk setiap x, y R.
2. d(x, y) = 0 bila hanya bila x = y .
3. d(x, y) = d(y, x) untuk setiap x, y R.
4. d(x, y) d(x, z) + d(z, y) untuk setiap x, y R.
Sifat 4 ini merupakan generalisasi dari ketidaksamaan segitiga (KS). Himpunan bilangan
real yang dilengkapi dengan metrik d ini disebut ruang metrik. Lebih lanjut, pada
analisis dikenal pula ruang bernorma, ruang Banach, ruang Hilbert dan lain-lain.

Exercise 11. Misalkan S himpunan takkosong, buktikan fungsi d pada S S yang


didenisikan oleh

(
0
d(s, t) :=
1

bila s = t,
bila s =
6 0.

merupakan metrik. Metrik ini disebut metrik diskrit.


Bentuk lain generalisasi dari KS diungkapkan pada teorema berikut.

Teorema 1.16. Untuk sebarang bilangan real a1 , a2 , , an , berlaku


|a1 + a2 + + an | |a1 | + |a2 | + + |an |.

Dapat dibuktikan dengan induksi. Ingat prinsip induksi, jika berlaku untuk dua
bilangan maka akan berlaku untuk sebanyak berhingga bilangan.

Bukti.

Soal-soal yang perlu dipecahkan


1. Jika a, b R, buktikan bahwa |a + b| = |a| + |b| bila hanya bila ab 0.
2. Jika x < z , buktikan bahwa x < y < z bila hanya bila |x y| + |y z| = |x z|.
Interprestasikan fakta ini secara geometris.
3. Jika a < x, y < b, tunjukkan bahwa |x y| < b a. Berikan interpretasi geometrinya.
4. Gambarkan grak fungsi y = |x| + |x 1|.
5. Tentukan semua x yang memenuhi pertidaksamaan berikut

16

1 SISTEM BILANGAN REAL

a) 4 < |x + 2| + |x + 1| < 5
b) |2x 3| < 5 dan |x + 1| > 2 secara bersamaan.
6. Tentukan semua pasangan titik (x, y) dan sketsa grak pada RR yang memenuhi
persamaan berikut
a) |x| = |y|
b) |xy| = 1
c) |x| + |y| = 2
d) |x| |y| = 1.
7. Tentukan semua pasangan titik (x, y) dan sketsa grak pada RR yang memenuhi
pertidaksamaan berikut
a) |x| |y|
b) |xy| 1
c) |x| + |y| 2
d) |x| |y| 1.

1.4 Supremum dan inmum


Ketika kita diberikan himpunan A := [0, 1) maka minimum atau anggota terkecil himpunan ini adalah 0. Pertanyaannya, apakah A mempunyai maksimum? Kalau ada,
berapa nilainya. Perhatikan bahwa 1 bukan nilai maksimum karena ia tidak termuat di
dalam A. Pertanyaan yang sejenis, apakah himpunan B := (0, 1] mempunyai minimum?.
Dengan kata lain, apakah ada bilangan positif terkecil?. Untuk pertanyaan terakhir ini
jawabannya diberikan pada contoh berikut.

Contoh 1.6. Buktikan himpunan B := (0, 1] tidak mempunyai minimum.


Gunakan metoda kontradiksi. Anda B mempunyai minimum, katakanlah nilainya xmin . Maka haruslah memenuhi 0 < xmin < 1. Ambil a := 12 xmin . Maka
berdasarkan teorema yang sudah dibahas sebelumnya berlaku 0 < a < xmin dan
a B . Jadi ada anggaota B yang lebih kecil dari xmin padahal xmin adalah minimum. Fakta ini menghasilkan kontradiksi sehingga pengandaian kita adalah salah.
Kesimpulannya B tidak mempunyai minimum.


Bukti.

Exercise 12. Buktikan himpunan A := [0, 1) tidak mempunyai maksimum.


Diperhatikan bahwa pada 1 bukan maksimum himpunan A := [0, 1) tetapi tidak ada
anggota A yang lebih besar dari 1. Nantinya bilangan 1 seperti ini disebut batas atas
paling kecil atau supremum untuk himpunan A. Sebelumnya diberikan denisi batas
ata dan batas bawah himpunan sebagai berikut.

17

1 SISTEM BILANGAN REAL


S

v1 v2

w1 w2

Gambar 1.3: Ilustrasi batas atas dan batas bawah


Denisi 1.5. Misalkan S suatu himpunan bagian dari R.
1. Bilangan u R dikatakan batas atas S jika s u untuk setiap s S .
2. Bilangan w R dikatakan batas bawah S jika w s untuk setiap s S .
Ilustrasi batas atas dan batas bawah himpunan diberikan Gambar 1.3.
Jadi batas atas atas dan batas bawah tidak tunggal seperti nilai maksimum atau minimum. Kita sebut himpunan batas atas A, ditulis hba(A) untuk menyatakan kumpulan
semua batas atas A. Notasi dan maksud yang sesuai untuk hbb(B).

Contoh 1.7. Diberikan S := [0, 1), maka himpunan batas atas S dan himpunan batas
bawah S adalah

hba(S) = {x R : x 1} dan hbb(S) = {x R : x 0}.


Diperhatikan 0 S dan 0 adalah batas bawah, sedangkan 1
/ S dan 1 batas atas S .

Contoh 1.8. Himpunan bilangan asli N tidak mempunyai batas bawah maupun batas
atas.

Contoh 1.9. Himpunan S := { n1 : n N} mempunyai himpunan batas bawah {x : x

0} dan mempunyai himpunan batas atas {x : x 1}.

Contoh 1.10. Buktikan setiap bilangan real adalah batas atas himpunan kosong .
Argumennya dapat dijelaskan sebagai berikut. Bilangan u R batas atas S
dapat disajikan dalam kalimat logika berikut

Bukti.

s S s < u.

Dalam kasus S himpunan kosong maka pernyataan s S bernilai salah, sehingga


kalimat implikasi s S s < u selalu benar.

Dengan argumen yang sejalan dapat disimpulkan bahwa semua bilangan real juga merupakan batas bawah himpunan kosong.

18

1 SISTEM BILANGAN REAL

Contoh 1.11. Tuliskan denisi p bukan batas atas S .


Penyelesaian.

Perhatikan denisi batas atas dalam kalimat logika berikut


p batas atas S p s untuk setiap s S.

Dengan membuat ingkaran kalimat ini maka diperoleh denisi bukan batas atas
berikut
p bukan batas atas S ada s0 S sehingga p < s0 . 

Exercise 13. Tuliskan denisi d bukan batas bawah S .


Denisi 1.6. Himpunan yang mempunyai batas atas disebut terbatas diatas (bounded
above ), sedangkan himpunan dikatakan terbatas dibawah (bounded below ) jika ia mempunyai batas bawah. Himpunan dikatakan terbatas jika ia terbatas diatas dan terbatas
dibawah.

Contoh 1.12. Himpunan bilangan real R := (, ) tidak terbatas diatas maupun

dibawah. Himpunan S := [1, ) terbatas dibawah. Himpunan E := { n1 : n N}


terbatas.

Denisi 1.7. Misalkan S himpunan bagian dari R.


1. Misalkan S terbatas diatas. Maka batas atas u dikatakan supremum S jika tidak
ada bilangan lain yang lebih kecil dari u yang menjadi batas atas S . Dengan kata
lain u batas atas yang paling kecil.
2. Misalkan S terbatas dibawah. Maka batas bawah w dikatakan inmum dari S
jika tidak ada bilangan lain yang lebih besar dari w yang menjadi batas bawah S .
Dengan kata lain w batas bawah yang paling besar.
Kedua istilah ini ditulis dalam
u = sup(S) dan w = inf(S).
Karakterisasi supremum

Berdasarkan denisi, u = sup(S) dapat dikarakterisasi oleh dua kondisi berikut, yaitu:
1. u s untuk setiap s S ,
2. bila ada v R dengan v < u maka ada s0 S sehingga v < s0 .
Kondisi pertama menyatakan bahwa v haruslah batas atas S dan kondisi kedua menyatakan bahwa batas atas ini haruslah yang terkecil. Artinya bila ada v bilangan lain
yang lebih kecil dari s maka v bukan batas atas S lagi.

Contoh 1.13. Tulisakan karakterisasi w = inf S .


19

1 SISTEM BILANGAN REAL

Gambar 1.4: Ilustrasi supremum dan inmum


Ilustrasi grak supremum dan inmum diberikan pada Gambar 1.4. Berdasarkan denisi dan ilustrasi ini kita dapat membuktikan bahwa supremum atau inmum suatu himpunan adalah tunggal. Berikut teorema mengenai fakta ini.

Teorema 1.17. Supremum suatu himpunan selalu tunggal.


Andaikan u = sup S dan u1 = sup S dengan u 6= u1 . Karena itu ada dua
kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu u < u1 atau u > u1 . Untuk u < u1 berarti
u bukan batas atas S , ini berlawanan dengan u = sup S . Untuk u > u1 berarti
u1 bukan batas atas S , ini bertentangan dengan u1 = sup S . Jadi pengandaian
u 6= u1 salah, seharusnya u = u1


Bukti.

Exercise 14. Buktikan inmum suatu himpunan selalu tunggal.


Berikut adalah kriteria epsilon yang sering digunakan untuk mengetahui suatu batas
atas merupakan supremum atau bukan.

Teorema 1.18. Misalkan u suatu batas atas himpunan S . Maka berlaku pernyataan

berikut

u = sup S > 0, s S sehingga u < s.

(1.1)

Bukti. ():

Ambil > 0 sebarang. Karena diketahui u = sup S maka u bukan


batas atas S , jadi ada s S sehingga u < s.
(): Akan ditunjukkan bahwa u yang memenuhi sebelah kanan (1.1) merupakan
supremum S . Misalkan v sebarang bilangan real dengan v < u. Ambil := uv >
0, maka ada s S sehingga
u = u (u v) = v < s.

Ini berarti v bukan batas atas S , dan berdasarkan karakteristik supremum disimpulkan bahwa u = sup S . 
Fakta pada teorema ini diilustrasikan pada Gambar 1.5.

Exercise 15. Misalkan w suatu batas atas himpunan S . Maka berlaku pernyataan

berikut

w = inf S > 0, s S sehingga w + > s.

20

(1.2)

1 SISTEM BILANGAN REAL


s

Gambar 1.5: Ilustrasi kriteria epsilon untuk supremum


Contoh 1.14. Diperhatikan himpunan S := {x : 0 x < 1}. Maka max S tidak ada,
tetapi sup S = 1, min S = inf S = 0.

Contoh 1.15. Diperhatikan himpunan S := { n1 : n R}. Maka maks S = sup S = 1,


min S tidak ada tetapi inf S = 0.

Hasil ini dapat dibuktikan sebagai berikut. Jika diberikan > 0 sebarang maka
selalu dapat dipilih bilangan asli n0 dengan n0 > 1/. Nah, s = n10 S dan
0 + s > . Berdasarkan kriteria inmum (latihan sebelumnya) maka disimpulkan
0 adaah inmum S . 

Bukti.

Pada pembuktian ini telah digunakan sifat Archimedes sebagai berikut


Setiap > 0 selalu terdapat bilangan asli n sehingga

1
n

< .

Sebagai ilustrasi sifat Archimedes ini, diperhatikan fakta berikut:


= 0.0012

1
1
1
= 833.333 , ambil n = 834 maka berlaku =
< 0.0012 = .

n
834

Setelah mempelajari supremum, maksimum, inmum dan minimum maka jelaslah bahwa
konsep supremum dan inmum lebih luas daripada konsep maksimum dan minimum.
Faktanya, bila suatu himpunan S mempunyai maksimum dan minimum maka
sup S = maks S, inf S = min S.

Sebaliknya tidak semua himpunan mempunyai supremum atau inmum. Himpunan


yang tidak mempunyai batas atas tentu tidak mempunyai supremum, begitu juga himpunan yang tidak terbatas ke bawah tidak mungkin mempunyai inmum. Himpunan
bilangan real R tidak mempunyai supremum maupun inmum. Ingat supremum dan
inmum merupakan bilangan real, sedangkan atau bukan bilangan real.

Sifat supremum dan inmum


Sifat ini dapat disajikan secara sederhana sebagai berikut. Setiap himpunan tak kosong
yang terbatas diatas selalu mempunyai supremum, dan setiap himpunan tak kosong
yang terbatas dibawah selalu mempunyai inmum.

21

1 SISTEM BILANGAN REAL

Sifat supremum ini dikenal juga dengan sifat kelengkapan bilangan real. Dengan sifat
ini terjamin bahwa garis bilangan adalah "padat", artinya tidak ada satupun titik yang
hilang. Sebagai ilustrasi, diperhatikan himpunan terbatas berikut
A := {x > 0 : x2 < 2}.

HimpunanA ini tidak mempunyai maksimum


tetapi A mempunyai supremum, yaitu
sup A = 2. Fakta ini menjamin bahwa 2 yang merupakan bilangan irrasional
benar-benar ada. Pertanyaannya, seberapa banyak bilangan irrasional yang ada. Lebih
"banyak" mana, bilangan rasional atau bilangan irrasional. Nah, berikut ini diberikan
sifat kepadatan bilangan rasional dalam R.

Teorema 1.19. Bila a dan b bilangan real dengan a < b maka terdapat bilangan rasional
r dengan a < r < b.
Bukti.
1
suatu bilangan real positif. Menurut sifat Archimedes terdapat
Diperhatikan bahwa ba
1
. Untuk n ini berlaku
bilangan asli n sehingga n > ba

(*)

nb na > 1.

Sekarang ambil m sebagai bilangan bulat pertama yang lebih besar dari na, dan berlaku
(**)

m 1 na < m.

Dari (*) dan (**) diperoleh


na < m na + 1 < nb.

Bentuk terakhir ini dapat ditulis na < m < nb, dan dengan membagi semua ruas dengan

n, didapat

a<

dan dengan mengambil r :=

m
n

m
<b
n

maka bukti Teorema selesai.

Contoh 1.16. Tentukan 3 buah bilangan rasional diantara 2 dan 23 .


Penyelesaian.

1.
2.
3.
4.

Diketahui a =
d=

1
1,51,4142

2 1, 4142, b = 3/2 = 1, 5

11.6569

Jadi bilangan asli yang yang dapat diambil adalah n = 12, 13, 14, 15, 16.

Untuk n = 12 diperoleh
na

(12)(
2) 16, 9706 maka diambil m = 17. Untuk

n = 13, na (13)( 2) 18, 3848 dan diambil m = 19. Untuk n = 14 maka


na (14)( 2) 19, 7990 dan dimabil m = 20.

19
20
5. Jadi bilangan rasional r = 17
,
,
dan
terletak
diantara
2 dan 3/2.
12 13
14

Exercise 16. Bila a dan b bilangan real dengan a < b maka terdapat bilangan irrasional
z dengan a < z < b.

Exercise 17. Temukan 5 bilangan irrasional yang terletak diantara 1 dan 1.01.
22

1 SISTEM BILANGAN REAL

Soal-soal yang perlu dipecahkan


1. Diberikan himpunan S := {1 n1 : n N}. Hitunglah supremum dan inmum
S . Buktikan kebenaran jawaban yang Anda berikan. (Petunjuk: gunakan kriteria,
karakteristik, atau sifat Archimedes).
2. Pertanyaan yang sama seperti soal nomor 1 tetapi untuk S := { n1 m1 : n N}.
3. Misalkan S himpunan takkosong yang terbatas dibawah. Buktikan
inf S = sup{s : s S}.

4. Misalkan S himpunan terbatas dan S0 himpunan bagian dari S . Buktikan


inf S inf S0 sup S0 sup S.

5. Misalkan S himpunan takkosong yang terbatas diatas. Untuk a R didenisikan


a + S := {a + x : x S}.

Buktikan
sup(a + S) = a + sup S.

6. Misalkan S himpunan takkosong. Untuk a bilangan real tidak nol didenisikan


aS := {as : s S}. Buktikan
(i) Bila a > 0 maka
inf(aS) = a inf S, dan sup(aS) = a sup S.

(ii) Bila a < 0 maka


inf(aS) = a sup S, dan sup(aS) = a inf S.

7. Misalkan A dan B himpunan takkosong dan A + B := {a + b : a A, b B}.


Buktikan bahwa
sup(A + B) = sup A + sup B dan inf(A + B) = inf A + inf B.

8. Misalkan f dan g dua fungsi yang didenisikan pada domain X . Jika rangenya
terbatas, buktikan
(i) sup{f (x) + g(x) : x X} sup{f (x) : x X} + sup{g(x) : x X}.
(ii) inf{f (x) + g(x) : x X} inf{f (x) : x X} + inf{g(x) : x X}.

23

Anda mungkin juga menyukai