Bab ini berisi kajian tentang gelanggang, modul dan homomorfisma modul
yang digunakan sebagai penunjang dalam pembahasan pada bab–bab berikutnya,
adapun tujuan utama dalam bab ini yaitu membahas mengenai modul atas
gelanggang. Semua yang dituliskan pada bagian ini dapat ditemukan dalam Misri
(2014), Herstein(1975), Dummit and Foote (2004), Dewi (2010), Joseph (2010) dan
Jodson (2012)
2.1. Gelanggang
Gelanggang merupakan struktur aljabar yang dilengkapi oleh dua operasi
dengan sifat tertentu. Sebelum membahas gelanggang perhatikan definisi berikut :
7
8
Contoh II.1
Himpunan bilangan real ℝ dengan operasi penjumlahan(+) dan operasi
perkalian (∗) yang sudah dikenal membentuk gelanggang.
Bukti. (1)
Ambil 𝑎 ∈ 𝑅. Karena 𝑅 suatu gelanggang, terdapat unsur 𝑎. 0 = 0. 𝑎 = 0 sehingga
𝑎. 0 = 𝑎. (0 + 0) = 𝑎. 0 + 𝑎. 0 . Karena 𝑎. 0 ∈ 𝑅 dan 𝑅 suatu gelanggang terdapat
−(𝑎. 0) ∈ 𝑅, dengan demikian diperoleh
𝑎. 0 = 𝑎. 0 + 𝑎. 0
𝑎. 0 − 𝑎. 0 = 𝑎. 0 + 𝑎. 0 − 𝑎. 0
0 = 𝑎. 0
9
Bukti. (2)
Ambil 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅. Karena 𝑅 suatu gelanggang, terdapat 𝑎. (−𝑏) = −(𝑎. 𝑏) =
(−𝑎). 𝑏 untuk −(𝑎. 𝑏) adalah balikan dari 𝑎. 𝑏. sehingga diperoleh
𝑎. 𝑏 + 𝑎. (−𝑏) = 𝑎. (𝑏 + (−𝑏)
𝑎. 0 = 0
Jadi terbukti −(𝑎. 𝑏) = 𝑎. (−𝑏)
Bukti. (3)
Ambil 𝑎 ∈ 𝑅. Karena 𝑅 suatu gelanggang, terdapat unsur −(−𝑎), karena
−(−𝑎) ∈ 𝑅 dan 𝑅 suatu gelanggang, terdapat 𝑎 ∈ 𝑅, sehingga diperoleh
−(−𝑎) = 𝑎
−(−𝑎) + (−𝑎) = 0
−(−𝑎) + (−𝑎) + 𝑎) = 0 + 𝑎
−(−𝑎) + (−𝑎 + 𝑎) = 𝑎
−(−𝑎) + 0 = 𝑎
−(−𝑎) = 𝑎
Bukti. (4)
Ambil 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅. Karena 𝑅 suatu gelanggang, terdapat −(𝑎 + 𝑏), Karena
−(𝑎 + 𝑏), ∈ 𝑅 dan 𝑅 suatu gelanggang terdapat (−𝑎) + (−𝑏)𝑅, dengan
pembuktian sebagai berikut
−(𝑎 + 𝑏) = (−𝑎) + (−𝑏)
(𝑎 + 𝑏) + (−(𝑎 + 𝑏)) = 0
(−𝑏) + (𝑎 + 𝑏) + (−(𝑎 + 𝑏)) = (−𝑏) + 0
𝑎 + ((−𝑏) + 𝑏) + (−(𝑎 + 𝑏)) = (−𝑏)
−(𝑎 + 𝑏) = (−𝑎) + (−𝑏)
Bukti. (5)
Ambil 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝑅. Karena 𝑅 suatu gelanggang, terdapat 𝑎. (𝑏 − 𝑐) karena
𝑎. (𝑏 − 𝑐) ∈ 𝑅 dan 𝑅 suatu gelanggang terdapat 𝑎. 𝑏 − 𝑎. 𝑐. dari perhitungan
sebagai berikut
𝑎. (𝑏 − 𝑐) = 𝑎. 𝑏 − 𝑎. 𝑐.
𝑎. (𝑏 + (−𝑐)) = 𝑎. 𝑏 + 𝑎. (−𝑐)
𝑎. (𝑏 − 𝑐) = 𝑎. 𝑏 − 𝑎. 𝑐
10
Bukti. (6)
Ambil 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝑅. Karena 𝑅 suatu gelanggang, terdapat (𝑎 − 𝑏). 𝑐. Karena
(𝑎 − 𝑏). 𝑐 ∈ 𝑅 dan 𝑅 suatu gelanggang terdapat 𝑎. 𝑐 = 𝑏. 𝑐. dari perhitungan
berikut
(𝑎 − 𝑏). 𝑐 = 𝑎. 𝑐 − 𝑏. 𝑐
(𝑎 + (−𝑏)). 𝑐 = 𝑎. 𝑐 + (−𝑏). 𝑐
(𝑎 − 𝑏). 𝑐 = 𝑎. 𝑐 − 𝑏. 𝑐
Bukti. (7)
Ambil 𝑎 ∈ 𝑅. Karena 𝑅 suatu gelanggang, terdapat unsur (−1). 𝑎. Karena
(−1). 𝑎 ∈ 𝑅 dan 𝑅 suatu gelanggang, terdapat (−1). 𝑎 = −𝑎 dengan perhitungan
sebagai berikut
(−1). 𝑎 = −𝑎
(−1). 𝑎 = −1. (1. 𝑎)
= −(1.1). 𝑎
= −𝑎(1.1)
= −𝑎
Bukti. (8)
Ambil 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅. Karena 𝑅 suatu gelanggang, terdapat (−𝑎). (−𝑏). Karena
(−𝑎). (−𝑏) ∈ 𝑅 dan 𝑅 suatu gelanggang, terdapat (−𝑎). (−𝑏) = 𝑎. 𝑏 dengan
perhitungan sebgai berikut
(−𝑎). (−𝑏) = 𝑎. 𝑏
(−𝑎). (−𝑏) = (−1). 𝑎. (−1). 𝑏
= (−1). (−1). 𝑎. 𝑏
= 1. 𝑎. 𝑏
= 𝑎. 𝑏
Contoh II.2
Dapat dibuktikan bahwa himpunan 𝐴 yang terdiri dari 2 elemen yaitu { 0, 𝑎 }
dengan operasi yang didefinisikan
0 + 0 = +a = 0
0+a =a+0= a
00 = 0a = a0 = 0
aa = a
merupakan gelanggang. Sebagai contoh nyata 𝑍𝑎 = {0,1} dengan operasi
penjumlahan dan perkalian modulo 2 merupakan himpunan yang mempunyai sifat
tersebut.
Contoh II. 3
Dapat dibuktikan bahwa himpunan 𝐴 yang terdiri dari 2 elemen yaitu { 0, 𝑎 }
dengan operasi yang didefinisikan
0+0=a+a=0
11
0+a =a+0= a
00 = 0a = a0 = aa = 0
Contoh II. 4
Dapat dibuktikan dengan mudah bahwa himpunan bilangan bulat 𝑍, himpunan
bilangan real 𝑅, himpunan bilangan rasional 𝑄 dan himpunan bilangan kompleks 𝐶
merupakan gelanggang terhadap operasi penjumlahan dan perkalian aritmatika.
Contoh II.5
Himpunan 𝑍𝑛 = {0,1,2, … , 𝑛−} merupakan gelanggang.
Bukti:
Untuk membuktikan bahwa 𝑍𝑛 merupakan gelanggang dilakukan dengan cara
menemukan suatu fungi yang menyatakan relasi antara 𝑍𝑛 dengan gelanggang 𝑍.
Bila fungsi yang didapat tersebut mengawetkan operasi tentunya peta dari fungsi
mempunyai sifat-sifat yang sama dengan daerah asal (domain) dari fungsi.
Misalkan 𝑓: 𝑍 → 𝑍𝑛 dengan 𝑓(𝑥) = 𝑟 dan 𝑟 merupakan sisa pembagian bila 𝑥
dibagi 𝑛. Dalam contoh sudah dibuktikan bahwa 𝑓 mengawetkan operasi +. Bila
diambil sebarang 𝑥, 𝑦 dalam 𝑍 maka 𝑥 = 𝑛𝑞1 + 𝑟1 dan 𝑦 = 𝑛𝑞2 + 𝑟2 untuk suatu
𝑞1 , 𝑞2 , 𝑟1 dan 𝑟2 dalam𝑍 sehingga
Akibatnya
𝑥𝑦 = (𝑛𝑞1 𝑞2 + 𝑞1 𝑟2 + 𝑟1 𝑞2 + 𝑞) + 𝑟
𝑓(𝑥𝑦) = 𝑟
dan
𝑓(𝑥)𝑓(𝑦) = 𝑟1 𝑟2
12
𝑓(𝑥𝑦) = 𝑓(𝑥)𝑓(𝑦)
sedangkan operasi itu dibatasi pada 𝑅 berarti: operasi yang sama dengan
pembatasan pada 𝑅 sehingga berbentuk (𝑎 + 0 𝑖)(𝑐 + 0 𝑖) dan didapat
Definisi 2.4
Misalkan 𝑆 himpunan bagian dari 𝐴. Himpunan 𝑆 dinamakan gelanggang bagian
dari 𝐴 jika memenuhi (1) 𝑆 gelanggang (2) Operasi penjumlahan dan perkalian
dari 𝑆 adalah operasi penjumlahan dan perkalian dari 𝐴 yang dibatasi pada 𝑆.
Definisi tersebut tidak efisien untuk mengecek apakah suatu himpunan bagian dari
gelanggang 𝐴 merupakan gelanggang bagian dari 𝐴 sehingga diperlukan teorema
berikut ini:
Teorema 2.5
Diketahui 𝑆 himpunan bagian dari gelanggang 𝐴. Himpunan 𝑆 merupakan
gelanggang bagian dari 𝐴 jika dan hanya jika 𝑆 tertutup terhadap perkalian dan
tertutup terhadap pengurangan.
Bukti:
Akan ditunjukkan bahwa 𝑆 tertutup terhadap pengurangan mengakibatkan 𝑆 grup
bagian dari 𝐴 (terhadap penjumlahan).
13
0 − 𝑦 = 0 + (−𝑦) = −𝑦
𝑥 − (−𝑦) = 𝑥 + (−(𝑦)) = 𝑥 + 𝑦
berada dalam 𝑆. Oleh karena itu 𝑆 tertutup penjumlahan. Berarti 𝑆 grup bagian dari
< 𝐴, +> sehingga 𝑆 juga grup abelian. Karena 𝑆 himpunan bagian dari gelanggang
𝐴 sehingga syarat hukum asosiatif, hukum ditributif kiri dan hukum distributiuf
kanan terpenuhi. Berarti 𝑆 merupakan gelanggang 𝐴 yang dibatasi pada 𝑆. Terbukti
𝑆 gelanggang bagian dari 𝐴.
Contoh II.6
Himpunn bilangan genap 𝐸 membentuk gelanggang bagian dari himpunan bilangan
bulat 𝑍.
Bukti:
𝐸 = {2𝑘|𝑘 ∈ 𝑍} jelas himpunan yang tidak kosong. Tinggal dibuktikan bahwa 𝐸
terutup terhadap operasi perkalian dan pengurangan.
Hasil kali (2𝑚)(2𝑛) = 2(𝑚. 2𝑛) dengan 𝑚. 2𝑛 bilangan bulat sehingga dengan
menggunakan hukum assosiatif perkalian maka hail kalinya masih dalam 𝐸.
Karena (2𝑚) − (2𝑛) = 2(𝑚. 2𝑛) dan 𝑚 − 𝑛 bilangan bulat (𝑍 tertutup terhadap
operasi pengurangan) sehingga dalam 𝐸.
14
Contoh II.7
Bila didefinisikan 𝑄(√2) = {𝑎 + 𝑏√2|𝑎, 𝑏 dalam 𝑄} akan dibuktikan bahwa
Karena 𝑎𝑐 + 2𝑏𝑑, 𝑎𝑑 + 𝑏𝑐, 𝑎 − 𝑐 dan hasil pengurangan tetap dalam 𝑄(√2). Oleh
karena itu 𝑄√2 merupakan gelanggang bagian dari 𝑅. Perlu dicatat bahwa 𝑄(√2)
similar dengan himpunanbilangan kompleks
𝐶 = {𝑎 + 𝑏 𝑖 |𝑎, 𝑏 dalam 𝑅 }
karena bentuk 𝑎 + 𝑏 𝑖 analog dengan bentuk 𝑎 + 𝑏√2 dan dalam hal ini
gelanggang 𝑄(√2) mengandung 𝑄, seperti juga 𝐶 mengandung 𝑅.
Contoh II.8
Diketahui 𝐴 gelanggang dan 𝑏 anggota tertentu dari 𝐴. Jika didefinisikan 𝐴𝑏 = {𝑥
dalam 𝐴 | 𝑏𝑥 = 𝑥𝑏} maka akan dibuktikan 𝐶𝑏 gelanggang bagian dari 𝐴. Himpunan
𝐶𝑏 tidak kosong karena 𝑏 komutatif dengan dirinya sendiri. Misalkan 𝑥, 𝑦 dalam 𝐶.
Karena (𝑥𝑦)𝑏 = 𝑥(𝑦𝑏) = 𝑥(𝑏𝑦) = (𝑥𝑦)𝑏 = (𝑏𝑥)𝑦 = 𝑏(𝑥𝑦) dan juga
(𝑥 − 𝑦)𝑏 = 𝑥𝑏 − 𝑦𝑏 = 𝑏𝑥 − 𝑏𝑦 = 𝑏(𝑥 − 𝑦)
Contoh II.9
0 1
Diketahui 𝑀(2×2) gelanggang dan misalkan elemen tertentu 𝐵 = ( ). Elemen
0 0
𝑥 𝑦 0 1 𝑥 𝑦 𝑥 𝑦 0 1
( ) ∈ 𝐶𝑏 jika dan hanya jika ( )( )=( )( ) atau
𝑧 𝑤 0 0 𝑧 𝑤 𝑧 𝑤 0 0
15
𝑥 𝑦 0 𝑥
( )=( ) yang benar jika dan hanya jika 𝑧 = 0 dan 𝑤 = 𝑥. Hal ini berarti
𝑧 𝑤 0 𝑧
𝑥 𝑦
𝐶𝐵 = {( ) |𝑥, 𝑦 ∈ 𝑅}.
0 𝑥
Contoh II.10
Apabila 𝐴 merupakan gelanggang bagian 𝐵, sedangkan 𝐵 mempunyai elemen
satuan, apakah 𝐴 juga harus mempunyai elemen satuan? Berikan contoh.
Jawab:
Tidak perlu gelanggang bagian 𝐴 mempunyai elemen satuan. Sebagian contoh 𝐴
adalah himpunan bilangan genap yang merupakan gelanggang bagian dari
himpunan bilangan bulat 𝐵. Himpunan 𝐴 mempunyai elemen satuan sedangkan
elemen satuan dalam 𝐵 adalah 1.
2.3 Ideal
Dalam teori grup dikenal grup normal dan analog dengan grup normal,
dalam teori gelanggang didefinisikan ideal dalam suatu gelanggang. Berikut ini
diberikan definisi ideal dari suatu gelanggang.
Contoh II.17
Himpunan {… , −4, −2,0,2,4, … } = 2ℤ ⊂ ℤ adalah ideal dari gelanggang ℤ .
Contoh II.18
Himpunan {… , −6, −3, 0, 3, 6, … } = 3ℤ adalah ideal maksimal dari gelanggang
ℤ.
Beberapa sifat yang ditemui dalam bagian ini semuanya didasarkan pada
sifat-sifat pergandaan dalam gelanggang himpunan bilangan bulat Z dan himpunan
bilangan R. Dalam Z dan R, pergandaan dua anggota tidak nol dalam Z atau R masih
16
tetap anggota tidak nol dalam Z atau R. Tetapi sifat itu tidak ditemui dalam
gelanggang Z6 karena 2 3 = 0 dan dalam 𝑀2𝑥2 berlaku sifat :
1 −2 2 4 0 0
( )( )=( )
1 −2 1 2 0 0
( 𝑟1 + 𝐼) + (𝑟2 + 𝐼) = ( 𝑟1 + 𝑟2 ) + 𝐼
dan
( 𝑟1 + 𝐼) ∗ (𝑟2 + 𝐼) = ( 𝑟1 𝑟2 ) + 𝐼
Bukti:
Pertama akan dibuktikan operasi (+) dan (∗) yang didefinisikan di atas well
defined. Yaitu harus ditunjukkan untuk setiap 𝑎1 + 𝐼, 𝑎2 + 𝐼, 𝑏1 + 𝐼, 𝑏2 +
𝐼 ∈ 𝑅⁄1.
jika
𝑎1 + 𝐼 = 𝑎2 + 𝐼
dan
𝑏1 + 𝐼 = 𝑏2 + 𝐼
maka
( 𝑎1 + 𝐼) + ( 𝑏1 + 𝐼) = ( 𝑎1 + 𝑏1 ) + 𝐼 = ( 𝑎2 + 𝑏2 ) = ( 𝑎2 + 𝐼) + ( 𝑏2 + 𝐼)
serta,
( 𝑎1 + 𝐼) ∗ ( 𝑏1 + 𝐼) = ( 𝑎1 𝑏1 ) + 𝐼 = ( 𝑎2 𝑏2 ) + 𝐼 = ( 𝑎2 + 𝐼) ∗ ( 𝑏2 + 𝐼)
Untuk keperluan diatas terlebih dahulu dibuktikan pernyataan berikut:
2. 𝑎 + 𝑏 = (𝑟1 + 𝐼) + (𝑟2 + 𝐼)
= (𝑟1 + 𝑟2 ) + 𝐼
= (𝑟2 + 𝑟1 ) + 𝐼
= (𝑟2 + 𝐼) + (𝑟1 + 𝐼)
=𝑏+𝑎
3. (𝑎 + 𝑏) + 𝑐 = ((𝑟1 + 𝐼) + (𝑟2 + 𝐼)) + (𝑟3 + 𝐼)
= ((𝑟1 + 𝑟2 ) + 𝐼) + (𝑟3 + 𝐼)
= (𝑟1 + 𝑟2 + 𝑟3 ) + 𝐼 = (𝑟1 + (𝑟2 + 𝑟3 )) + 𝐼
= (𝑟1 + 𝐼) + ((𝑟2 + 𝑟3 ) + 𝐼)
18
𝑒 + 𝑎 = (0𝑅 + 𝐼) + (𝑟1 + 𝐼)
= 𝑟1 + 𝐼
=𝑎
= (𝑟1 + 𝐼) + (0𝑅 + 𝐼)
= 𝑎 + 𝑒.
= (𝑟1 + 𝐼) ∗ ((𝑟2 + 𝑟3 ) + 𝐼)
= ((𝑟1 (𝑟2 + 𝑟3 ) + 𝐼 = ((𝑟1 𝑟2 ) + (𝑟1 𝑟3 )) + 𝐼
= (𝑟1 𝑟2 ) + 𝐼 + (𝑟1 𝑟3 ) + 𝐼 = 𝑎 ∗ 𝑏 + 𝑎 ∗ 𝑐
Definisi 2.8
Diketahui 𝐴 gelanggang dan 𝐼 himpunan bagian tak hampa dari 𝐴. Himpunan 𝐴
dainamakan suatu ideal dari 𝐴 jika :
1) himpunan 𝐼 tertutup dibawah operasi pengurangan.
2) Himpunan 𝐼 mengandung semua hasil kali 𝑥𝑎 dan 𝑎𝑥 dengan 𝑥 dalam 𝐼 dan 𝑎
Sebarang anggota dalam 𝐴.
Berdasarkan syarat (2) maka terlihat bahwa setiap ideal dari suatu gelanggang
merupakan gelanggang bagian.
Definisi 2.9
Diketahui 𝐴 gelanggang komutatif dengan anggota satuan dan 𝑥 anggota tertentu
dari 𝐴, jika didefinisikan (𝑥) = {𝑎𝑥|𝑥 dalam 𝐴} maka (𝑥) ideal dalam 𝐴 dan
dinamakan ideal utama (𝑝𝑟𝑖𝑛𝑐𝑖𝑝𝑎𝑙 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙) yang dibangun oleh 𝑥.
Contoh II.19
Dikaetahui himpunan bilangan 𝑍 merupakan gelanggang komutatif dengan elemen
satuan. Dibentuk (2) = {𝑎. 2|𝑎 ∈ 𝑍} = 2𝑍 yang himpunan gelap merupakan ideal
dalam 𝑍. Secara umum untuk 𝑏 ∈ 𝑍 terdapat (𝑏){ 𝑎𝑏|𝑎 ∈ 𝑍} = 𝑏𝑍 ideal yang
dibangun oleh 𝑏.
Contoh II.20
Diketahui 𝑍6 merupakan gelanggang komutatif dengan elemen satuan terhadap
operasi penjumlahan dan perkalian modulo 6.
Dibentuk (2) = {𝑎. 2|𝑎 ∈ 𝑍6 } = {0, 2, 4} dan berdasarkan definisi tersebut diatas
(2) merupakan ideal dalam 𝑍6 . Ideal-ideal lain dalam 𝑍6 adalah (1) = (3) = (5) =
𝑍6 dan ideal yang dibentuk oleh 3 yaitu (3)= {0, 3}.
Teorema 2.10
(1) Jika 𝐹 lepangan maka hanya {0} dan 𝐹 yang merupakan ideal dalam 𝐹.
(2) Sebaliknya, jika 𝐴 gelanggang komutatif dengan anggota satuan dan hanya
memilik ideal {0} dan 𝐴 maka 𝐴 lapangan.
20
Bukti :
(1) Misalkan 𝐼 ideal dalam 𝐹.
Jika 𝐼 = {0} maka jelas bahwa 𝐼 ideal. Jika 𝐼 ≠ {0} maka 𝐼 mengandung suatu
anggota tidak nol 𝑥. Karena 𝑥 juga dalam 𝐹, terdapat 𝑥 −1 dalam 𝐹 sehingga untuk
sebarang 𝑎 dalam 𝐹 berlaku (𝑎𝑥 −1 )𝑥 = 𝑎(𝑥𝑥 −1 ) = 𝑎𝐼 = 𝑎 dalam 𝐼 (karena 𝐼 ideal
) berarti untuk setiap 𝑎 dalam 𝐹, terdapat 𝑎 juga dalam 𝐼 atau 𝐹 ⊆ 𝐼. Karena 𝐼 ideal
dari 𝐹 , terdapat juga 𝐼 ⊆ 𝐹 sehingga diperoleh 𝐹 = 𝐼
(2) jika 𝑥 sebarang anggota tak nol dalam 𝐴, terdapat (𝑥) ideal yang mengandung
1𝑥 = 𝑥 sehingga (𝑥) ≠ {0}. Karena ideal yang tak nol 𝐴 hanyalah 𝐴, terdapat
(𝑥) = 𝐴. Karena 𝐴 mengandung anggota satuan, terdapat 𝐼 dalam (𝑥) sehingga
terdapat 𝑎 dalam 𝐴 sehingga 𝑎𝑥 = 1. Berarti gelangganga 𝐴 komutatif dengan
anggota satuan dan setiap anggota yang tidak nol mempunyai invers. Terbukti 𝐴
lapangan.
Contoh II.21
Himpunan bilangan real R merupakan lapangan. Dengan menggunakan sifat pada
teorema 1 maka mempunyai ideal {0} dan R. Himpunan bilangan Q mempunyai
sifat tertutup terhadap operasi perkalian dan pengurangan sehingga Q merupakan
gelanggang bagian dalam R. Akan tetapi Q bukanlah ideal dalam R karena Q ≠ R.
Berarti Q merupakan salah santu contoh gelanggang bagian dalam R yang bukan
merupakan ideal. Contoh lain gelanggang bagian yang bukan ideal adalah 𝑍, 𝑛𝑍
dengan 𝑛 bilangan bulat.
Dalam sub bab sebelumnya telah disinggung bahwa daerah integral adalah
gelanggang komutatif dengan anggota satuan dan tidak mempunyai pembagi nol.
Dalam sub bab ini akan dibahas tentang sifat-sifat dasar dari daerah integral
atau
𝑏 = 0𝑅
Contoh II.22
Himpunan bilangan real ℝ adalah gelanggang komutatif yang juga merupakan
daerah integral.
Teorema
(1) Jika 𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐴 dan 𝑎 mempunyai invers maka 𝑎 bukan pembag nol.
(2) Jika 𝐴 lapangan maka 𝐴 daerah integral.
Bukti:
(1) Misalkan 𝑎𝑏 = 0.
Karena 𝑎 mempunyai invers, andaikan mengalikan kedua ruas dengan 𝑎−1
Diperoleh:
𝑎 −1 (𝑎𝑏) = 𝑎−1 0
(𝑎−1 𝑎)𝑏 = 0
1. 𝑏 = 0
𝑏=0
dengan cara yang sama, 𝑏𝑎 = 0 mengakibatkan 𝑏 = 0. Oleh karena itu, 𝑎 bukan
pembagi nol.
2.5 Lapangan
Contoh II.23
Himpunan bilangan rasional ℚ dan himpunan bilangan real ℝ dengan operasi
penjumlahan dan operasi perkalian yang telah dikenal membentuk lapangan.
Definisi 2.13 (Grillet, 2000: 118) definisi sublapangan.
Misalkan 𝐹 suatu lapangan dan ∅ ≠ 𝛵 ⊆ 𝐹. 𝛵 disebut sublapangan dari 𝐹 jika
𝛵 sendiri membentuka lapangan terhdap penjumlahan dan perkalian yang
ada di 𝐹.
Contoh II.24
Himpunan ℚ adalah sublapangan dari lapangan ℝ
22
Bukti :
Untuk menunjukan 𝑅⁄𝑀 lapangan, harus dibuktikan 𝑅⁄𝑀 adalah gelanggang
komutatif dengan elemen satuan serta elemen tak nol di 𝑅⁄𝑀 memiliki invers
terhadap operasi perkalian di 𝑅⁄𝑀.
Apabila (+) dan (*) menyatakan operasi seperti lemma 2.1.6 maka telah dibuktikan
(𝑅⁄𝑀 , +,∗) adalah gelanggang. Selanjutnya akan ditunjukkan 𝑅⁄𝑀
(𝑎 + 𝑀) ∗ (𝑏 + 𝑀) = (𝑎𝑏) + 𝑀 = (𝑏𝑎) + 𝑀 = (𝑏 + 𝑀) ∗ (𝑎 + 𝑀)
Oleh karena itu, tinggal dibuktikan untuk setiap elemen tak nol di 𝑅⁄𝑀 memiliki
invers. Untuk keperluan ini, sebelumnya dibuktikan terlebih dahulu ideal di 𝑅⁄𝑀
hanya {𝑀} 𝑑𝑎𝑛 𝑅⁄𝑀. Untuk membuktikannya dengan andaikan terdapat ideal lain
misakl 𝑁 𝑑𝑖 𝑅⁄𝑀 harus ditunjukkan 𝑁={𝑀} atau 𝑁 = 𝑅⁄𝑀. Ambil sembarang 𝑁
ideal di 𝑅⁄𝑀. Apabila 𝑁 = {𝑀} maka terbukti, oleh karena itu andaikan 𝑁 ≠ {𝑀}.
Ini berarti terdapat elemen 𝑛 = (𝑡0 + 𝑀) ∈ 𝑁 dengan 𝑡0 ∈ 𝑅 tetapi 𝑡0 ∉ 𝑀.
= 𝑓(𝑎) + 𝑓(−𝑏)
= 𝑓(𝑎) + (−𝑓(𝑏)).
𝑓(𝑎𝑟) = (𝑎𝑟) + 𝑀 = (𝑎 + 𝑀) ∗ (𝑟 + 𝑀)
Sekarang kembali ke tujuan awal yaitu membuktikan setiap elemen tak nol di 𝑅⁄𝑀
memiliki invers. Oleh karena itu ambil sebarang 𝑎 = (𝑟 + 𝑀) ∈ 𝑅⁄𝑀 tetapi 𝑎 ≠
𝑀. (perhatikan elemen nol atau elemen netral di 𝑅⁄𝑀 adalah 𝑀. Mudah dibuktikan
bahwa 𝑊 = {𝑎 ∗ 𝑥|𝑥 ∈ 𝑅⁄𝑀} adalah ideal di 𝑅⁄𝑀. Perhatikan pula bahwa.
Contoh II.25
Pada contoh dari elemen 1.2.6 ℤ⁄2ℤ adalah suatu gelanggang. Tetapi karena 2ℤ
adalah ideal maksimal dari ℤ diperoleh ℤ⁄2ℤ merupakan lapangan.
Contoh: II.26
ℤ adalah contoh gelanggang dengan karakteristik 0, sedangkan ℤ2 adalah contoh
gelanggang dengan karakteristik 2.
Lemma 2.18 (Rudolf Lidl, 1994 :16)
jika 𝑅 adalah gelanggang dengan karakteristik 𝑝, 𝑝 bilangan prima, maka untuk
setiap 𝛼, 𝛽 ∈ 𝑅 berlaku (𝛼 + 𝛽)𝑝 = 𝛼 𝑝 + 𝛽 𝑝 .
Bukti:
Berdasarkan binomial Newton didapat
𝑝−1
𝑝
(𝛼 + 𝛽)𝑝 = 𝛼 𝑝 + ∑ ( ) 𝛼 𝑝−𝑖 𝛽 𝑖 + 𝛽 𝑝
𝑖
𝑖=1
𝑝
Perhatikan , ( ) adalah bilangan bulat serta
𝑖
𝑝 𝑝. (𝑝 − 1). (𝑝 − 2) … (𝑝 − 𝑖 + 1)
( )=
𝑖 𝑖. (𝑖 − 1). (𝑖 − 2) … 2.1
Karena 𝑝 bilangan prima dan 1≤ i < 𝑝, mengakibatkan faktor 𝑝 pada
𝑝
pembilang tidak dapat dihilangkan. Dengan kata lain ( ) merupakan
𝑖
𝑝−1 𝑝 𝑝−𝑖 𝑖
kelipatan 𝑝. Hal ini berakibat ∑𝑖=1 ( ) 𝛼 𝛽 merupakan kelipatan 𝑝.
𝑖
𝑝 𝑝−𝑖 𝑖
Karena 𝑝 karakteristik dari 𝑅 diperoleh ∑𝑝−1
𝑖=1 ( 𝑖 ) 𝛼 𝛽 = 0𝑅. Oleh karena
𝑝 𝑝 𝑝
itu, (𝛼 + 𝛽) = 𝛼 + 𝛽 .
25
Contoh: II.27
Di ℤ3 diperoleh, (𝑥 + 1)3 = 𝑥 2 + 3𝑥 2 + 3𝑥 + 1 = 𝑥 3 + 13 .
Teorema 2.19 (Robinson, 2003: 186)
lapangan prima dengan karakteristik 𝑝 ≠ 0 isomorphic dengan ℤ𝑝 .
Definisi 2.20
Diketahui 𝐴 gelanggang dan 𝐼 sebagai ideal dalam 𝐴. Struktur aljabar 𝐴/𝐼
didefinisikan sebagai berikut:
(1) 𝐴/𝐼 = {𝑎 + 𝐼|𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐴}
(2) operasi penjumlahan dalam 𝐴/𝐼 didefinisikan sebagai
(𝑎 + 𝐼) + (𝑏 + 𝐼) = (𝑎 + 𝑏)𝐼
dan operasi perkalian dalam 𝐴/𝐼 didefinisikan sebagai
(𝑎 + 𝐼) + (𝑏 + 𝐼) = 𝑎𝑏 + 𝐼.
Teorema 2.21
Struktur aljabar 𝐴/𝐼 yang didefinisikan diatas merupakan gelanggang.
Definisi 2.22
Diketahui 𝐴 gelanggang komutatif.
(1) Suatu ideal 𝐼 dalam 𝐴 dengan sifat bahwa 𝑎𝑏 dalam 𝐼 berakibat salah satu
dari 𝑎 dalam 𝐼 atau 𝑏 dalam 𝐼 dinamakan ideal prima dalam 𝐴
(2) Suatu ideal {0}⊂ 𝐼 ⊂ 𝐴 sehingga tidak ada ideal sejati dalam 𝐴 yang
mengandung 𝐼 dinamakan ideal maksimal dalam 𝐴.
Teorema 2.23
(1) Jika 𝐴 komutatif dan 𝐼 sebarang ideal dalam 𝐴 maka 𝐴/𝐼 komutatif.
(2) Jika 𝐴 mempunyai anggota satuan 𝐼 dan ideal 𝐼 ≠ 𝐴 maka 𝐴/𝐼 mempunyai
anggota satuan 1 + 𝐴
(3) jika 𝐴 komutatif dan mempunyai anggota satuan dan 𝐼 ideal prima dengan
𝐼 ≠ 𝐴 maka 𝐴/𝐼 daerah integral.
Bukti
Karena 𝐴 gelanggang komutatif dengan anggota satuan, berdasarkan (1) dan (2)
diperoleh 𝐴/𝐼 gelanggang komutatif dengan angota satuan. Selanjutnya akan
dibuktikan bahwa 𝐴/𝐼 tidak mempunyai pembagi nol. Misalkan (𝑎 + 𝐼)(𝑏 + 𝐼) =
0 + 𝐼. Diperoleh 𝑎𝑏 + 𝐼 = 0 + 𝐼 sehingga berakibat 𝑎𝑏 dalam 𝐼. Karena I ideal
prima maka berlaku salah satu 𝑎 dalam 𝐼 atau 𝑏 dalam 𝐼. Hal ini berarti berlaku
salah satu 𝑎 + 𝐼 = 0 + 𝐼 atau 𝑏 + 𝐼 = 0 + 𝐼 terbukti 𝐴/𝐼 daerah integral.
26
Contoh II.28
Diketahui bilangan bulat 𝑍 dan 𝑝 prima. Akan ditentukan sifat-sifat dari gelanggang
faktor 𝑍/(𝑝). Jika 𝑎𝑏 ∈ (𝑝) maka 𝑎𝑏 kelipatan dari 𝑝 dan karena 𝑝 prima terdapat
𝑎 membagi 𝑝 atau 𝑏 membagi 𝑝 sehingga 𝑎 ∈ (𝑝) atau 𝑏 ∈ (𝑝). Akibatnya dengan
teorema 2.23, diperoleh 𝑍/(𝑝) daerah integral.
Contoh II.29
Himpunan 𝑍10 = {0, 1, 2, … , 10} merupakan gelanggang terhadap operasi
penjumlahan dan perkalian modulo 10. Ideal-ideal dalam 𝑍10 adalah
(0) = {0}, (1) = (3) = (7) = (9) = 𝑍10 , (2) = (4) = (6) = (8) =
{0, 2, 4, 6, 8} dan (5) = {0, 5}. Ideal 𝐼 = (2) merupakan ideal maksimal sehingga
terbentuk gelanggang faktor
hal itu berarti 𝑍10 /𝐼 merupakan lapangan yang hanya berisi 2 elemen. Jika diambil
ideal 𝐽 = (5) maka gelanggang fektor yang terbentuk adalah
𝑍10 /𝐽 = {𝐽, 1 + 𝐽, 2 + 𝐽, 3 + 𝐽, 4 + 𝐽}
Untuk setiap 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅.
Didefinisakan juga kernel dari 𝑓 dinotasikan ker(𝑓), yaitu
Contoh II.30
𝑥 0
Didefinisikan pemetaan 𝑓: 𝑅 → 𝑀(2×2) dengan 𝑓(𝑥) = ( )
0 𝑥
𝑥+𝑦 0 𝑥 0 𝑦 0
𝑓(𝑥 + 𝑦) = ( )=( )+( ) = 𝑓(𝑥) + 𝑓(𝑦)
0 𝑥+𝑦 0 𝑥 0 𝑦
𝑥𝑦 0 𝑥 0 𝑦 0
𝑓(𝑥𝑦) = ( )=( )( ) = 𝑓(𝑥)𝑓(𝑦)
0 𝑥𝑦 0 𝑥 0 𝑦
Teorema 2.25
Jika 𝑓: 𝐴 → 𝐵 homomorphisma gelanggang maka 𝑓(𝐴) gelanggang bagian dari 𝐵.
Bukti:
Karena 𝑓(0) = 0′ terdapat paling tidak 𝑓(𝐴) mengandung 𝑓(0) sehingga 𝑓(𝐴)
bukan himpunan kosong. Karena 𝑓 mengawetkan operasi +, terdapat 𝑓
homomorphisma grup dari < 𝐴, +> ke < 𝐵+>. Oleh karena itu 𝑓(𝐴) tertutup di
bawah operasi penjumlahan dan berlaku juga
Terletak dalam 𝑓(𝐴) untuk semua 𝑓(𝑥), 𝑓(𝑦) dalam 𝑓(𝐴). Berarti 𝑓(𝐴) tertutup
terhadap operasi penjumlahan.
28
𝑓(𝑥)𝑓(𝑦) = 𝑓(𝑥𝑦)
untuk semua 𝑓(𝑥), 𝑓(𝑦) dalam 𝑓(𝐴) dan dengan meningkat 𝐴 tertutup terdapat 𝑥𝑦
dalam 𝐴, sehingga 𝑓(𝑥) 𝑓(𝑦) dalam 𝑓(𝐴). Berarti 𝑓(𝐴)tertutup terhadap operasi
perkalian
Teorema 2.26
Diketahui 𝐴 gelanggang dan 𝐵 suatu struktur aljabar dengan dua operasi yaitu
penjumlahan (+) dan perkalian (.)
Jika 𝑓: 𝐴 → 𝐵 mengawetkan kedua operasi maka 𝑓(𝐴) gelanggang yang termuat
dalam struktur aljabar 𝐵.
Teorema 2.27
Diketahui 𝑓: 𝐴 → 𝐵 homomorphisma gelanggang dengan peta 𝑓(𝐴).
(1) Jika 𝐴 komutatif maka 𝑓(𝐴) komutatif
(2) Jika 𝐴 mempunyai anggota satuan 1 dan 𝑓(1) ≠ 0 maka satuan untuk 𝑓(𝐴).
Jika 𝑓(1) = 0 maka 𝑓(𝐴) = {0} gelanggang yang sepele.
(3) Jika 𝐴 daerah integral maka 𝑓(𝐴) tidak perlu daerah integral.
(4) Jika 𝐴 lapangan dan 𝑓(1) ≠ 0 maka 𝑓(𝐴) lapangan.
Bukti:
(1) Jika 𝐴 komutatif maka untuk sebarang 𝑓(𝑥), 𝑓(𝑦) dalam 𝑓(𝐴) berlaku
𝑓(𝑥)𝑓(𝑦) = 𝑓(𝑥𝑦) = 𝑓(𝑦)𝑓(𝑥)
Sehingga 𝑓(𝐴) komutatif.
(2) Jika 𝑓(1) = 0 maka untuk sebarang 𝑓(𝑥), 𝑓(𝑦) dalam 𝑓(𝐴) berlaku
𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑥. 1) = 𝑓(𝑥)𝑓(1) = 𝑓(𝑥)0 = 0
Sehingga 𝑓(𝐴) = {0} dan akibatnya 𝑓(𝐴) tidak mempunyai anggota satuan.
Jika 𝑓(1) ≠ 0 maka
𝑓(1)𝑓(𝑥) = 𝑓(1𝑥) = 𝑓(𝑥)
dan
𝑓(𝑥)𝑓(1) = 𝑓(𝑥1) = 𝑓(𝑥)
sehingga 𝑓(1) merupakan anggota satuan dalam 𝑓(𝐴)
(3) Jika didefinisikan pemetaan 𝑓: 𝑍 → 𝑍6 dengan 𝑛 dalam 𝑍 dipetakan ke sisa
pembagian dari 𝑛 dengan 6, maka 𝑓 homomorphisma yang surjektif sehingga
𝑓(𝑍) = 𝑍6 . Dalam hal ini 𝑍6 bukan daerah integral karena 2.3 = 0 dengan 2,3
dalam 𝑍6 sedangkan 𝑍 daerah integral.
29
Teorema 2.28
Jika 𝑓: 𝐴 → 𝐵 homomorphisma gelanggang dengan inti 𝐾=
{𝑥 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐴|𝑓(𝑥) = 0} 𝐾 ideal dalam 𝐴.
Bukti:
Karena 𝑓(0) = 0, terdapat 0 dalam 𝐾 sehingga 𝐾 tidak kosong.
Hal itu berarti 𝑥 − 𝑦, 𝑎𝑥 dan 𝑥𝑎 dalam 𝐾 sehingga dengan mengingat Definisi 2.24,
𝐾 ideal.
Teorema 2.29
Jika 𝐹 lapangan dan 𝑓: 𝐹 → 𝐵 homomorphisma gelanggang maka berlaku salah
satu
(i) 𝑓 isomorphisma antara 𝐹 dan peta 𝑓, atau
(ii) 𝑓 merupakan homomorphisma sepele yaitu 𝑓(𝑥) = 0 untuk semua 𝑥
Bukti :
Karena ker(𝑓) ⊆ 𝐹 merupakan ideal dari lapangan 𝐹 dengan mengingat teorema
2.29, berlaku salah satu ker(𝑓)={0} atau ker(𝑓)= 𝐹. Jika ker(𝑓)={0} maka 𝑓
injektif dan akibatnya 𝑓 isomorphisma dari 𝐹 ke 𝑓(𝐹)(karena 𝑓 pasti surjektif dari
𝐹 ke 𝑓(𝐹)). Jika ker (𝑓)= 𝐹 maka jelas bahwa untuk setiap 𝑥 dalam 𝐹 berlaku 𝑥 ∈
ker(𝑓) atau 𝑓(𝑥) = 0.
Contoh II.32
Akan dibuktikan bahwa 𝑓: 𝑄(√2) → 𝑄(√2) dengan 𝑓(𝑎 + 𝑏√2) = 𝑎 − 𝑏√2
= (𝑎 + 𝑐) − (𝑏 + 𝑑)√2
= 𝑎 − 𝑏√2 + 𝑐 − 𝑑√2,
= (𝑎 − 𝑏√2)(𝑐 − 𝑑√2),
31
Karena ker (𝑓)≠ 𝑄(√2) sehingga 𝑓 bukan homomorphisma trivial dan 𝑄(√2)
lapangan maka 𝑓isomorphisma dari 𝑄(√2) ke 𝑓𝑄(√2)). Mudah dibuktikan bahwa
Definisi 2.30
Diketahui 𝑓: 𝐴 → 𝐵 sebarang fungsi dan 𝑆 sebarang himpunan bagian dari 𝐵.
Himpunan 𝑓 1 (𝑆) didefinisikan sebagai semua anggota 𝐴 yang dibawa 𝑓
keanggota 𝑆.
𝑓 1 (𝑆) = {𝑥 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐴|𝑓(𝑥)𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑆}
Himpunan 𝑓 1 (𝑆) dinamakan prapeta (invers image) dari 𝑆 dibawah 𝑓.
Teorema 2.31
Diketahui 𝑓: 𝐴 → 𝐵 homomorphisma gelanggang.
(1) Jika 𝑆 ideal dalam 𝑓(𝐴) maka 𝑓 1 (𝑆) ideal dalam 𝐴.
(2) Jika 𝑆 gelanggang bagian dari 𝐵 maka 𝑓 1 (𝑆) gelanggang bagian dari 𝐴.
Bukti:
(1) Jika diambil sebarang 𝑥, 𝑦 dalam 𝑓 1 (𝑆) maka 𝑓(𝑥) = 𝑠 ′ ∈ 𝑆 dan 𝑓(𝑦) = 𝑠 ′′ ∈
𝑆. Akibatnya jika diambil sebarang 𝑥, 𝑦 dalam 𝑓 1 (𝑆) maka 𝑓(𝑥) = 𝑠 ′ ∈ 𝑆 dan
𝑓(𝑥 − 𝑦) = 𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑦) = 𝑠 ′ = 𝑠 ′′ ∈ 𝑆 (karena 𝑆 ideal dalam 𝑓(𝐴)). Berarti
𝑥 − 𝑦 dalam 𝑓 1 (𝑆) . jika diambil sebarang 𝑎 dalam 𝐴 maka
𝑓(𝑎𝑥) = 𝑓(𝑎)𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑎). 𝑠 ′
Dan
𝑓(𝑥𝑎) = 𝑓(𝑥)𝑓(𝑎) = 𝑠 ′ . 𝑓(𝑎)
Dalam 𝑆 karena 𝑓(𝑎) dalam 𝑓(𝐴) dan 𝑆 ideal dalam 𝑓(𝐴). Berarti 𝑎𝑥 dan 𝑥𝑎
dalam 𝑓 1 (𝑆). Terbukti bahwa 𝑓 1 (𝑆) ideal dalam 𝐴.
32
(2) Jika diambil sebarang 𝑥, 𝑦 dalam 𝑓 1 (𝑆) maka 𝑓(𝑥) = 𝑠 ′ ∈ 𝑆 dan 𝑓(𝑦) = 𝑠 ′′ ∈
𝑆. Akibatnya 𝑓(𝑥 − 𝑦) = 𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑦) = 𝑠 ′ − 𝑠 ′′ ∈ 𝑆 ( karena 𝑆 gelanggang
bagian dari 𝐵) dan disamping itu
𝑓(𝑥𝑦) = 𝑓(𝑥)𝑓(𝑦) = 𝑠 ′ . 𝑠 ′′ ∈ 𝑆
Dan
𝑓(𝑦𝑥) = 𝑓(𝑦)𝑓(𝑥) = 𝑠 ′ . 𝑠 ′′ ∈ 𝑆
Contoh II.33
Pemetaan 𝑓: 𝑄(√2) → 𝑄(√2) dengan 𝑓(𝑎 + 𝑏√2) = 𝑎 − 𝑏√2 merupakan
Contoh II.34
Misalkan 𝐹 lapangan dalam mana setiap elemen 𝑥 memenuhi 2. 𝑥 = 𝑥 + 𝑥 = 0.
Himpunan 𝑍2 merupakan salah satu contoh dari lapangan yang mempunyai sifat
tersebut dan demikian juga lapangan dalam contoh ini didefinisikan 𝑓: 𝐹 → 𝐹
dengan 𝑓(𝑥) = 𝑥 2
Bukti:
Pertama, dibuktikan 𝑓 𝑤𝑒𝑙𝑙 𝑑𝑒𝑓𝑖𝑛𝑒𝑑. Untuk itu, ambil sebarang 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅 dengan
𝑎 = 𝑏 akan ditunjukan 𝑓(𝑎) = 𝑓(𝑏). Perhatikan, karena 𝑎 − 𝑏 = 0𝑅 (elemen netral
di 𝑅) dan 𝑀 ideal di 𝑅 berakibat (𝑎 − 𝑏) ∈ 𝑀 sehingga 𝑓(𝑎) = 𝑎 + 𝑀 = 𝑏 + 𝑀 =
𝑓(𝑏). Jadi, 𝑓 𝑤𝑒𝑙𝑙 𝑑𝑒𝑓𝑖𝑛𝑒𝑑.
Untuk membuktikan 𝑓 suatu homomorphisma ambil sebarang 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅. Perhatikan,
𝑓(𝑎 + 𝑏) = (𝑎 + 𝑏) + 𝑀
= (𝑎 + 𝑀) + (𝑏 + 𝑀)
= 𝑓(𝑎) + 𝑓(𝑏),
33
serta
𝑓(𝑎𝑏) = (𝑎𝑏) + 𝑀
= (𝑎 + 𝑀) ∗ (𝑏 + 𝑀)
= 𝑓(𝑎) ∗ 𝑓(𝑏)
Terbukti 𝑓 homomorphisma.
Bukti :
Untuk menunjukan 𝑅⁄𝐼 ≅ 𝐼𝑚(𝑓) berarti harus ditunjukkan terdapat isomorphisma
dari 𝑅⁄𝐼 𝑜𝑛𝑡𝑜 𝐼𝑚(𝑓). Terlebih dahulu dibuktikan bahwa 𝐼 = 𝐾𝑒𝑟(𝑓) ideal dari 𝑅.
Berdasarkan definisi kernel, didapat 𝐼 ⊆ 𝑅 dan karena 𝑓 homomorphisma 𝑓(0𝑅 ) =
0𝑅 , jadi 𝐼 ≠ ∅. Selanjutnya ambil sebarang 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐼 dan sebarang 𝑟 ∈ 𝑅 sehingga
berlaku,
= 𝑓(𝑎) + 𝑓(−𝑏)
= 𝑓(𝑎) + (−𝑓(𝑏))
= 0𝑅 ′ + 0𝑅 ′
= 0𝑅′
Jadi, (𝑎 − 𝑏) ∈ 𝐼.
𝑓(𝑎𝑟) = 𝑓(𝑎) ∗ 𝑓(𝑟) = 0𝑅′ ∗ 0𝑅′ = 0𝑅′ ,
serta berlaku pula
𝑓(𝑟𝑎) = 𝑓(𝑟) ∗ 𝑓(𝑎) = 0𝑅′ ∗ 0𝑅′ = 0𝑅′
Sehingga 𝑎𝑟, 𝑟𝑎 ∈ 𝐼. Oleh karena itu, terbukti 𝐼 ideal dari 𝑅.
Dari lemma 1.2.8 diperoleh, terdapat homomorphisma 𝜑 dari 𝑅 𝑜𝑛𝑡𝑜 𝑅⁄𝐼 yaitu
𝜑(𝑟) = 𝑟 + 1. Selanjutnya didefinisikan pemetaan 𝜏: 𝑅⁄𝐼 → 𝐼𝑚(𝑓) yaitu 𝜏(𝑎) =
34
𝜏(𝜑(𝑟)) = 𝑓(𝑟) untuk setiap 𝑎 ∈ 𝑅⁄𝐼 dan suatu 𝑟 ∈ 𝑅. Akan dibuktikan bahwa 𝜏
adalah isomorphisma dari 𝑅⁄𝐼 𝑜𝑛𝑡𝑜 𝐼𝑚(𝑓).
Pertama, dibuktikan bahwa pemetaan 𝜏 𝑤𝑒𝑙𝑙 𝑑𝑒𝑓𝑖𝑛𝑒𝑑. Untuk itu ambil sebarang
𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅⁄𝐼 dengan 𝑎 = 𝑏. Karena 𝜑 surjektif, berarti 𝑎 = 𝜑(𝑟1 ) dan 𝑏 = 𝜑(𝑟2 )
untuk suatu 𝑟1 , 𝑟2 ∈ 𝑅. Sehingga
𝑟1 + 1 = 𝜑(𝑟1 ) = 𝜑(𝑟2 ) = 𝑟2 + 1
berakibat (𝑟1 − 𝑟2 ) ∈ 𝐼 atau 𝑟1 − 𝑟2 = 𝑖 ⟺ 𝑟1 = 𝑖 + 𝑟2 untuk setiap 𝑖 ∈ 𝐼. Oleh
karena itu diperoleh,
𝑓(𝑟1 ) = 𝑓(𝑖 + 𝑟2 ) = 𝑓(𝑖) + 𝑓(𝑟2 ) = 0𝑅′ + 𝑓(𝑟2 ) = 𝑓(𝑟2 )
jadi,
terbukti 𝜏 surjektif.
Oleh karena itu, 𝜏 adalah isomorphisma dari 𝑅⁄𝐼 𝑜𝑛𝑡𝑜 𝐼𝑚(𝑓) yang berarti
𝑅⁄ ≅ 𝐼𝑚(𝑓).
𝐼
2.8 Modul
Dalam kajian modul tidak terlepas dari struktur grup dan gelanggang.
Dalam hal ini grupnya adalah grup komutatif dan gelanggang dengan unsur
kesatuan.
Contoh II.34
1) Diberikan gelanggang R yang didefinisiikan dengan
Rn = ⏟
𝑅 ×. . .× 𝑅 = {(r1, r2 , ... , rn)|r ∈ Rn, i = 1,2, ... , n}
𝑛 𝑘𝑎𝑙𝑖
untuk setiap r ∈ Rn, i = 1,2 ... , n adalah modul atas gelanggang R, pada Rn
didefinisikan operasi penjumlahan dengan
(r1 ,r2 , ..., rn) + (s1, s2, ..., sn) = (r1 + s1, r2 + s2 , ..., rn + sn)
untuk setiap (r1, r2 , ... , rn) + (s1, s2, ..., sn) ∈ Rn
(1) Akan ditunjukkan bahwa Rn adalah grup komutatif terhadap operasi
penjumlahan memenuhi :
(a) Untuk setiap (r1, r2 , ... , rn), (s1, s2, ..., sn) ∈ Rn, i= 1,2 ..., n,
36
(r1 ,r2 , ..., rn) + (s1, s2, ..., sn) = (r1, r2 , ... , rn) + (s1, s2, ..., sn) ∈ Rn
Jadi Rn tertutup pada operasi penjumlahan.
(b) Untuk setiap (r1, r2 , ... , rn), (s1, s2, ..., sn) (t1, t2, ..., tn) ∈ Rn, i= 1,2 ..., n,
[(r1 ,r2 , ..., rn) + (s1, s2, ..., sn)] + (t1, t2, ..., tn) = (r1 + s1, r2 + s2 , ..., rn + sn) + (t1, t2,
..., tn)
= (r1 ,r2 , ..., rn) + [(s1, s2, ..., sn) + (t1, t2, ..., tn)] ∈ Rn
(c) Untuk setiap (r1, r2 , ... , rn), (s1, s2, ..., sn) ∈ Rn, i= 1,2 ..., n,
(r1, r2 , ... , rn) + (0,0, ..., 0) = (r1 + 0, r2 + 0, ... , rn + 0) = (r1, r2 , ... , rn) ∈ Rn.
(d) Untuk setiap (r1, r2 , ... , rn), (s1, s2, ..., sn) ∈ Rn, i= 1,2 ..., n, invers dari (r1, r2 , ... ,
rn) adalah (-r1, -r2 , ... , -rn).
(r1, r2 , ... , rn) + (-r1, -r2 , ... , -rn) = (r1 - r1, r2 -r2 , ... , rn -rn).
= (0,0,...0) ∈ Rn
(e) Komutatif
Untuk setiap (r1, r2 , ... , rn), (s1, s2, ..., sn) ∈ Rn, i= 1,2 ..., n,
(r1 ,r2 , ..., rn) + (s1, s2, ..., sn) = (r1 + s1, r2 + s2 , ..., rn + sn)
(2) Untuk setiap 𝜆 ∈ 𝑅, (r1 ,r2 , ..., rn) ∈ 𝑅 n, didefinisikan perkalian skalar
𝜆 (r1 ,r2 , ..., rn) = (𝜆r1 , 𝜆r2 , ..., 𝜆rn) ∈ 𝑅 n
akan ditunjukkan perkalian skalar memenuhi aksioma modul,
𝜆 (r1 ,r2 , ..., rn) = (𝜆r1 , 𝜆r2 , ..., 𝜆rn) ∈ 𝑅 n.
(i) (𝜆 + 𝜇) (r1 ,r2 , ..., rn) = 𝜆 (r1 ,r2 , ..., rn) + 𝜇 (r1 ,r2 , ..., rn), untuk semua
(r1 ,r2 , ..., rn) ∈ 𝑅 n, 𝜆, 𝜇 ∈ 𝑅,
(𝜆 + 𝜇) (r1 ,r2 , ..., rn) = ((𝜆 + 𝜇)r1 , (𝜆 + 𝜇)r2 , ..., (𝜆 + 𝜇)rn)
(iv) 1(r1 ,r2 , ..., rn) = (r1 ,r2 , ..., rn) untuk semua (r1 ,r2 , ..., rn) ∈ 𝑅 n dimana 1 adalah
𝑟11 ⋯ 𝑟1𝑛
= ( ⋮ ⋱ ⋮ ) ∈ 𝑀𝑛 (𝑅)
𝑟𝑛1 ⋯ 𝑟𝑛𝑛
Jadi 𝑀𝑛 (𝑅) adalah modul atas gelanggang 𝑅.
Dalam aljabar abstrak, Modul merupakan dua himpunan (grup abel dan
ring) yang memiliki suatu operasi biner. Dengan demikian, modul atas lapangan
adalah bentuk umum dari ruang vektor dimana operasi penjumlahan dipenuhi oleh
grup abel dan perkalian antara grup abel dengan skalar dari lapangan. Layaknya
struktur aljabar, modul memiliki submodul yang didasari dari himpunan bagian
yang didasari dari himpunan bagian dari modul yang tertutup pada operasi biner
yang sama.
𝑅×𝑀 →𝑀
41
yang memenuhi aksioma berikut (ditulis (𝑎, 𝑚) untuk perkalian skalar dari 𝑚 ∈ 𝑀
oleh 𝑎 ∈ 𝑅). Dalam aksioma ini, 𝑎, 𝑏 adalah elemen dari 𝑅 dan 𝑚, 𝑛 adalah elemen
dari 𝑀.
𝑎(𝑚 + 𝑛) = 𝑎𝑚 + 𝑎𝑛;
(𝑎 + 𝑏)𝑛 = 𝑎𝑚 + 𝑏𝑚;
(𝑎𝑏)𝑚 = 𝑎(𝑏𝑚);
1𝑚 = 𝑚.
Contoh II.35
Grup abel 𝑅 𝑛 = 𝑅 × … × 𝑅 sebanyak 𝑛 pengulangan adalah 𝑅-modul Kiri dengan
∴ untuk semua 𝑚1 , 𝑚2 ∈ 𝑀,
𝑓(𝑎𝑚) = 𝑎𝑓(𝑚)
∴ untuk semua 𝑚 ∈ 𝑀.
Jika 𝑀 = 𝑁, maka 𝐻𝑜𝑚𝑅 (𝑀, 𝑁) dinotasikan dengan 𝐸𝑛𝑑𝑅 (𝑀). Elemen dari
𝐸𝑛𝑑𝑅 (𝑀) disebut endomorfisma. Jika 𝑓 ∈ 𝐸𝑛𝑑𝑅 (𝑀) dapat diinverskan, maka
disebut Automorfisma dari 𝑀. Grup dari semua Automorfisma 𝑀 dari 𝑅-Modul
dinotasikan dengan 𝐴𝑢𝑡𝑅 (𝑀) jika 𝑓: 𝐻𝑜𝑚𝑅 (𝑀, 𝑁) mak dapat didefinisikan
42
𝐾𝑒𝑟(𝑓) ⊆ 𝑀 dan 𝐼𝑚(𝑓) ⊆ 𝑁 sebagai karnel dan image dari 𝑓 yang berlaku pada
homomorfisma grup abelian.
Contoh II.36
ℝ = himpunan bilangan real. Fungsi 𝜑: ℝ → ℝ adalah 𝜑(𝑥) = 2𝑥, untuk setiap 𝑥 ∈
ℝ, merupakan homomorphisma.
= {𝑎 ∈ 𝑅|𝑎𝑚 = 0, ∀𝑚 ∈ 𝑀}.
Contoh II.37
Grup abel 𝑅 𝑛 = 𝑅 × … × 𝑅 sebanyak 𝑛 pengulangan adalah 𝑅-ModulKiri dengan
𝑎(𝑎1 , … , 𝑎𝑛 ) = (𝑎𝑎1 , … , 𝑎𝑎𝑛 )
Contoh II.38
Setiap ring dapat dipandang sebagai modul atas dirinya sendiri. Submodal dari 𝑅
adalah ideal dari 𝑅.
Contoh II.39
Ring 𝑅 dengan ideal 𝐼 dapat memiliki ring kuesien 𝑅/𝐼. Karena ring dapat dilihat
sebagai modul atas dirinya sendiri, dengan demikian 𝑅/𝐼 adalah modul kuosien.
Perlu diketahui bahwa setiap subgrup normal 𝐾 ⊲ 𝐺 adalah kernel dari suatu
homomorfisma yang akan digunakan dalam pemahaman Teorema Isomorfisma
Modul.
Bukti:
Didefiniskan pemetaan natural 𝜋: 𝐺 → 𝐺/𝐾 dengan 𝜋(𝑎) = 𝑎𝐾. Dapat dituliskan
𝜋(𝑎)𝜋(𝑏) = 𝜋(𝑎𝑏); dengan demikian 𝜋 adalah homomorfisma (surjektif). Karena
𝐾 adalah elemen identitasdi 𝐺/𝐾.
𝐾𝑒𝑟(𝜋) = {𝑎 ∈ 𝐺|𝜋(𝑎) = 𝐾}
= {𝑎 ∈ 𝐺|𝑎𝐾 = 𝐾} = 𝐾,
Jadi, terbukti bahwa setiap subgrup normal 𝐾 ⊲ 𝐺 adalah kernel dari suatu
homomorfisma.
Contoh II.40
ℤ-Modul ℤ5 adalah modul sederhana karena ℤ5 , tidak memiliki subgrup selain {0}
dan ℤ5 itu sendiri. Jadi ℤ-Modul ℤ5 adalah modul sederhana.
𝑅-Modul 𝑀 kiri disebut siklik jika dapat dibangun oleh satu elemen yaitu 𝑀 =
〈𝑥〉 = 𝑅𝑥 = 𝑅𝑥 = {𝑟𝑥|𝑟𝜖𝑅} untuk suatu 𝑥 ∈ 𝑀. Demikian pula, 𝑅-Modul 𝑁 kanan
disebut siklik jika 𝑁 = 𝑦𝑅 untuk suatu 𝑦 ∈ 𝑁
Contoh II.41
ℤ-Modul ℤ3 adalah modul siklik karena dapat dibangun oleh 1 ∈ ℤ-Modul ℤ3 .
Kemudian, definisi dari sifat modul sederhana berikutnya length, sebelum dikaji
tentang length perlu diketahui kajian terkait chain submodul sebagai dasar
penentuan length suatu modul, berikut definisi chain dan length. Jika 𝑅 adalah
44
gelanggang (tidak haus komutatif) dan 𝑀 adalah 𝑅-Modul, maka chain dari
submodal 𝑀 sehingga terbentuk seperti berikut:
〈0〉 = 𝑀0 ⊂ 𝑀1 ⊂ 𝑀2 ⊂ ⋯ ⊂ 𝑀𝑛 = 𝑀
Contoh II.42
ℤ-Modul ℤ5 memiliki submodul ℤ5 dan {0} sehingga dapat dibentuk chain atau
rantai sebagai berikut 〈0〉 ⊊ ℤ5 .
Diberikan 𝑀 adalah modul (kanan atau kiri) atas gelanggang 𝑅. Diberikan bentuk
chain submodal sebagai berikut 𝑁0 ⊂ 𝑁1 ⊂ 𝑁2 ⊂ ⋯ ⊂ 𝑁𝑛 maka dapat dikatakan
bahwa 𝑛 adalah length dari chain. Length dari M setiap chain. Jika tidak ada
panjang terbesarnya, maka dapat dikatakan bahwa M memiliki length tak terbatas.
Contoh II.43
ℤ-Modul ℤ5 memiliki submodul ℤ5 dan {0} sehingga dapat dibentuk chain atau
rantai sebgai berikut 〈0〉 ⊊ ℤ5 . Jika dimisalkan submodal tersebut sebagai notasi
𝑁𝑛 , 𝑛 ∈ 𝑁 submodal dari ℤ-Modul ℤ5 , maka sepadan dengan bentuk 𝑁0 = 〈0〉 ⊂
ℤ5 = 𝑁1 sehingga di dapatkan 𝑛 terbesar bernilai 1. Jadi, length ℤ-Modul ℤ5 adalah
1.
Contoh II.44
ℤ-Modul ℤ5 memiliki submodul ℤ5 dan {0} sehingga ℤ5 = ℤ5 ⊕ {0} mengartikan
ℤ5 tidak memiliki nontrivial submodul.
berikut ini adalah definisi pada isilah tersebut. Suatu ring 𝑅 disebut gelanggang
sederhana jika 𝑅 2 = 𝑅𝑅 ≠ 0 dan 𝑅 tidak memiliki ideal sejati.
Contoh II.45
Setiap ring divisi adalah gelanggang sederhana dan 𝐷-Modul sederhana.
Ideal kiri 𝐼 dari 𝑅 adalah ideal regular atau ideal modular jika terdapat 𝑒𝜖𝑅
sehingga berlaku 𝑟 − 𝑟𝑒 ∈ 𝐼 untuk semua 𝑟 ∈ 𝑅. Dengan sifat yang sama pada ideal
kanan yaitu dengan sisi yang sebaliknya, maka disebut ideal kanan regular.
Contoh II.46
1) Diberikan R gelanggang 𝑅 2 = {(𝑥, 𝑦)|𝑥, 𝑦 ∈ 𝑅}.
Didefinisikan : 𝑅 2 → 𝑅, 𝜑(𝑥, 𝑦) = 𝑥.
Akan ditunjukkan bahwa 𝜑 homomorfisma untuk setiap 𝑥1 , 𝑥2 , 𝑦1 , 𝑦2 ∈ 𝑅 2 dan
𝑟, 𝜆 ∈ 𝑅 diperoleh :
a) 𝜑((𝑥1 , 𝑦1 ) + (𝑥2 , 𝑦2 ))
= 𝜑((𝑥1 + 𝑦1 ), (𝑥2 + 𝑦2 ))
= 𝑥1 + 𝑦1
= 𝜑(𝑥1 ) + 𝜑(𝑦1 ).
b) 𝜑(𝜆(𝑥1 , 𝑦1 ))
46
c) = 𝜑(𝜆𝑥1 , 𝜆𝑦1 )
= 𝜆𝑥1
= 𝜆𝜑(𝑥1 )
Jadi 𝜑 homomorfisma
𝜑(𝑅 2 ) = 𝐼𝑚(𝜑) = 𝑅,
2) Diberikan modul 𝑅 2 dan ℂ atas R dimana R himpunan semua bilangan ril dan
ℂ himpunan semua bilangan komplek.
𝜑(𝑥1 , 𝑥2 ) = 𝑥1 + 𝑖𝑥2 ,
𝜑(𝑦1 , 𝑦2 ) = 𝑦1 + 𝑖𝑦2
Akan ditunjukan bahwa 𝜑 homomorfisma
a. 𝜑((𝑥1 , 𝑥2 ) + (𝑦1 , 𝑦2 )) = 𝜑 (𝑥1 + 𝑦1 , 𝑥2 + 𝑦2 )
= (𝑥1 + 𝑦1 ) + 𝑖(𝑥2 + 𝑦2 )
= 𝑥1 + 𝑖𝑥2 + 𝑦1 + 𝑖𝑦2
= 𝜑(𝑥1 , 𝑥2 ) + (𝑦1 , 𝑦2 )
b. 𝜑(𝑟(𝑥1 , 𝑥2 )) = 𝜑(𝑟𝑥1 , 𝑟𝑥2 )
= 𝑟𝑥1 + 𝑖𝑟𝑥2
= 𝑟(𝑥1 + 𝑖𝑥2 )
= 𝑟𝜑 (𝑥1 , 𝑥2 ).
Jadi 𝜑 homomorfisma.
a) 𝜑 injektif
𝜑 (𝑥1 , 𝑥2 ) = 𝜑 (𝑦1 , 𝑦2 )
𝑥1 + 𝑖𝑥2 = 𝑦1 + 𝑖𝑦2 ,
47
Jadi 𝜑 bijektif,
sehingga diperoleh 𝑅 2 ≅ ℂ.
Teorema 2.36
Diberikan M,N dan L modul atas gelanggang R.
Bukti:
1) (⟹) 𝜑: 𝑀 ⟶ 𝑁 homomorfisma modul atas gelanggang R
𝜑(𝑟𝑥 + 𝑦) = 𝜑𝑟(𝑥) + 𝜑(𝑦)
= 𝑟𝜑(𝑥) + 𝜑(𝑦)
(⟸) 𝜑(𝑟𝑥 + 𝑦) = 𝜑𝑟(𝑥) + 𝜑(𝑦), untuk setiap 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑀, 𝑟 ∈ 𝑅.
Akan ditunjukkan 𝜑 homomorfisma
48
Jadi 𝜑 homomorfisma.
a) Diambil sembarang 𝑚1 , 𝑚2 ∈ 𝑀,
(𝜑 + 𝜓)(𝑚1 + 𝑚2 ) = 𝜑(𝑚1 + 𝑚2 ) + 𝜓(𝑚1 + 𝑚2 )
= 𝜑(𝑚1 ) + 𝜑(𝑚2 ) + 𝜓(𝑚1 ) + 𝜓(𝑚2 )
= 𝜑(𝑚1 ) + 𝜓(𝑚1 ) + 𝜑(𝑚2 ) + 𝜓(𝑚2 )
= (𝜑 + 𝜓)(𝑚1 ) + (𝜑 + 𝜓)(𝑚2 )
b) Diambil sembarang 𝑚 ∈ 𝑀, 𝑟 ∈ 𝑅,
(𝜑 + 𝜓)(𝑟𝑚) = 𝜑(𝑟𝑚) + 𝜓(𝑟𝑚)
= 𝑟𝜑(𝑚) + 𝑟𝜓(𝑚)
= 𝑟(𝜑(𝑚) + 𝜓(𝑚))
= 𝑟((𝜑 + 𝜓)(𝑚)).
Jadi 𝜑 + 𝜓 ∈ 𝐻𝑜𝑚𝑅 (𝑀, 𝑁).
(ii) Assosiatif
Didefinisikan
(𝜑 + 𝜓) + 𝜃 = 𝜑 + (𝜓 + 𝜃).
ambil sembarang 𝑚 ∈ 𝑀, ntuk setiap 𝜑, 𝜓, 𝜃 ∈ 𝐻𝑜𝑚𝑅 (𝑀, 𝑁),
49
= 𝜑(𝑚) + 0
= 𝜑(𝑚)
= 0 + 𝜑(𝑚)
50
= 𝜑(𝑚)
Jadi, 𝜑 + 𝛼 = 𝛼 + 𝜑 = 𝜑
(iv) Invers
= 𝑟(𝜑(𝑚1 ) + 𝜑(𝑚2 ))
= 𝑟 𝜑(𝑚1 ) + 𝑟 𝜑(𝑚2 )
= (𝑟𝜑)(𝑚1 ) + (𝑟𝜑)(𝑚2)
b. (𝑟𝜑)(𝑠𝑚) = 𝑟(𝜑(𝑠𝑚)
= 𝑟(𝑠(𝜑(𝑚)
= (𝑟𝑠)𝜑(𝑚)
= (𝑠𝑟)𝜑(𝑚) (karena R komutatif)
= 𝑠(𝑟 𝜑(𝑚))
= 𝑠(𝑟𝜑)(𝑚)
Jadi, 𝜑 ∈ 𝐻𝑜𝑚𝑅 (𝑀, 𝑁), 𝑟 ∈ 𝑅
= 𝜑 (𝜓(𝜃(𝑚)))
= 𝜑((𝜓 ° 𝜃)(𝑚))
= (𝜑 ° (𝜓 ° 𝜃))(𝑚)
karena 𝑚 ∈ 𝑀, ((𝜑 ° 𝜓) ° 𝜃)(𝑚) = (𝜑 ° (𝜓 ° 𝜃))(𝑚), sehingga
(𝜑 ° 𝜓) ° 𝜃 = 𝜑 ° (𝜓 ° 𝜃)
c) Mempunyai elemen identitas
akan ditunjukan 𝜑 ° 𝜋 = 𝜋 = 𝜋 ° 𝜑
didefinisikan (𝑚) = 𝑚, untuk setiap 𝑚 ∈ 𝑀,
(𝜑 ° 𝜋)(𝑚) = 𝜑(𝜋(𝑚)) = 𝜑(𝑚)
(𝜋 ° 𝜑)(𝑚) = 𝜋(𝜑(𝑚)) = 𝜑(𝑚)
53
d) Distributif
Ambil sembarang 𝜑, 𝜓, 𝜃 ∈ 𝐻𝑜𝑚𝑅 (𝑀, 𝑀), 𝑚 ∈ 𝑀,
((𝜑 ° 𝜓) + 𝜃)(𝑚) = (𝜑(𝜓 + 𝜃))(𝑚)
= 𝜑(𝜓(𝑚) + 𝜃(𝑚))
= (𝜑 ° 𝜓)(𝑚) + (𝜑 ° 𝜃)(𝑚)
= ((𝜑 ° 𝜓) + (𝜑 ° 𝜃))(𝑚)
Jadi, (𝜑 ° 𝜓) + 𝜃 = ((𝜑 ° 𝜓) + (𝜑 ° 𝜃))
Jadi 𝐻𝑜𝑚𝑅 (𝑀, 𝑀, +, ° ) gelanggang dengan elemen satuan