Anda di halaman 1dari 51

Nama : NUR ATIKA ARSYAD

NPM : 2191000210023

Prodi : Pendidkan Matematika 2019 A

Tugas : UAS Kalkulus Peubah Banyak ( Rangkuman )


RANGKUMAN

SISTEM KOORDINAT (KELOMPOK 1)

Sistem koordinat adalah suatu sistem yang menggunakan satu atau lebih bilangan,atau sistem
koordinat adalah suatu cara atau metode untuk menentukan letak suatu titik dalam grafik

Ada beberapa macam sistem koordinat:

a. Sistem koordinat cartesius


Koordinat kartesius sering disebut dengan koordinat persegi. Koordinat cartesius digunakan
untuk menentukan tiap tititk dalam bidang dengan menggunakan dua bilangan yang biasa di
sebut koordinat x dan koordinat y dari titik tersebut. Untuk mendeskripsikan suatu titik
tertentu dalam sistem koordinat dua dimensi, nilai x di tulis absis, lalu di ikuti dengan nilai y
di tlulis ordinat.

Suatu titik P dapat dinyatakan sebagai pasangan berurut


P(x,y)

X : jarak titik A terhadap sumbu-y


Y : jarak titik A terhadap sumbu-x

Sistem koordinat cartesius dibawa terdapaat empat titik yang di tandai :


(2,3) titik hijau, (-3,1) titik merah, (-1.5,-2.5) titik biru, dan (0,0) titik asal
yang berwarna ungu.
Sistem koordinat cartesian 3 dimensi dan berpusat di 0 dan memiliki sumbu x, y, dan z.

b. Koordinat kutub
Sistem koordinat polar (sistem koordinat kutub) dalam matematika adalah suatu sistem
koordinat 2-dimensi di mana setiap titik pada bidang ditentukan dengan jarak dari suatu titik
yang telah ditetapkan dan suatu sudut dari suatu arah yang telah ditetapkan.
Suatu titik A dapat dinyatakansebagai pasangan berurut A(r,α) r : jarak
titik A terhadap titik asal O (0,0) α : besar sudut antara sumbu-x (x
positif) terhadap garis OA

c. Hubungan koordinat cartesius dan koordinat kutub

Cos α =

Sin α =

1. Jika diketahui koordinat kutub (r,α) :


Maka : x = r. cos α
Y = r. Sin α
2. Jika diketahui koordinat cartesius (x,y) :
Maka : r = 𝑥 + 𝑦
Tan α =

Contoh soal :
1. Diketahui koordinat cartesius dengan titik A (4,4 ) Tentukan jarak
dan tan α!

Penyelesaian :
Titik A (4,4√3 )

r=
r=
r=
r= 8 tan α
tan α = tan α
=√3

α = 60

Jadi Titik A (4,4√3 ) adalah A (8,60

2. Diketahui koordinat kutub dengan titik A(12,150 ).tentukan nilai x dan y!


Penyelesaian :
Titik A(12,150 )
𝑥 = 𝑟. cos 𝛼
= 12. 𝑐𝑜𝑠150
= 12. −𝑐𝑜𝑠30

𝑥 = −6√3

𝑦 = 𝑟. sin 𝛼
= 12. sin 150
= 12. sin 30 = 12.
𝑦=6

d. Sistem Koordinat Bola


Sistem koordinat bola adalah sistem koordinat untuk ruang tiga dimensi dimana suatu posisi suatu titik
ditentukan oleh tiga angka dari jarak radial titik tersebut dari titik asal tetap dan nilai sudut kutub
tersebut yang diukur dari arah puncak yang tetap dan ketika sudut azimut tersebut dari hasil proyeksi
ortogonal pada bidang referensi yang melewati asal dan ortogonal untuk zenit.
Sistem koordinat bola (r,𝜃, 𝜑)
Keterangan : r: jarak radial
θ :sudut (theta) ϕ : azimuthal
(phi)

d. Sistem koordinat tabung


Dalam koordinat tabung terdapat tiga titik koordinat yaitu P (r,θ,Z) Maka di
peroleh:
𝑥+ 𝑦= 𝑟
X= r cos θ
Y=r sin θ
Z=z
d. Sistem koordinat geografi
Yaitu digunakan untuk menunjukan suatu titik dibumi berdasarkan garis lintang dan garir bujur. Garis
litang yaitu garis horizontal yang mengukur sudut antara suatu titik dengan garis katulistiwa.garis
bujur yaitu garis fertikal yang mengukur sudut antara suatu titik dengan titik nol
FUNGSI PEUBAH BANYAK (KELOMPOK 2)

I. Definisi funngsi peubah banyak

Fungsi dapat berbentuk fungsi eksplisit dan fungsi implisit. Fungsi eksplisit dinyatakan dalam
bentuk 𝑦 = 𝑓(𝑥). Sedangkan fungsi implisit dinyatakan dalam bentuk 𝑓(𝑥, 𝑦) = 0.

Contoh : Fungsi 2𝑦 − 𝑥 = 8 merupakan bentuk implisit, juga dapat dituliskan menjadi 𝑦 = 𝑥 +8

sebagai 2 bentuK eksplisit. Berbeda dengan fungsi eksplisit yang secara langsung dapat diubah menjadi

fungsi implisit. Fungsi implisit tidak semuanya dapat diubah menjadi fungsi eksplisit. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa “Setiap fungsi eksplisit dapat diubah menjadi fungsi implisit. Akan tetapi ada fungsi

implisit yang tidak dapat diubah menjadi fungsi eksplisit.”

Adapun, fungsi 2𝑦 − 𝑥 = 8 merupakan fungsi sederhana yang hanya terdiri dari satu variabel terikat dan
satu variabel bebas. Lantas apa yang dimaksud dengan fungsi peubah banyak?

Perhatikan fungsi di bawah ini?

𝑓(𝑥, 𝑦) = 3𝑥 + 2𝑦

𝑓(𝑥, 𝑦) = 𝑥2 + 𝑦²

Jika dimisalkan 𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦) maka kedua fungsi diatas dapat dinyatakan sebagai

𝑧 = 3𝑥 + 2𝑦

𝑧 = 𝑥2 + 𝑦²

Kedua fungsi tersebut merupakan contoh fungsi peubah banyak. Perhatikan bahwa fungsi tersebut
memetakan (𝑥, 𝑦) pada tepat satu 𝑧. Jadi setiap (𝑥, 𝑦) akan dipasangkan pada tepat satu 𝑧. Jadi dapat
didefinisikan,
Fungsi dua peubah 𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦) merupakan fungsi yang memetakan setiap (𝑥, 𝑦) pada tepat satu 𝑧,
dimana peubah 𝑥 dan 𝑦 merupakan peubah bebas sedangkan 𝑧 merupakan peubah terikat. Demikian
pula dengan fungsi tiga peubah, misalnya 𝑥, 𝑦, dan 𝑧.

Selanjutnya dapat didefinisikan fungsi empat peubah, bahkan fungsi 𝑛 peubah dengan memperhatikan
banyak peubah bebas dalam fungsi tersebut.

Sebagai contoh dari fungsi dua/tiga peubah sebagai berikut:

1. Fungsi dua peubah

𝑓 merupakan fungsi dari 2 variabel(peubah) 𝑥 dan dan 𝑦

𝑓(𝑥, 𝑦) = 𝑥 + 𝑦 𝑥, 𝑦; 𝑓(𝑥, 𝑦) ∈ ℝ
2. Fungsi tiga peubah

Volume silinder (𝑉) sebagai fungsi dari jari-jari(𝑟) dan tinggi(ℎ)

- 𝑉 = 𝜋𝑟1ℎ - 𝑓(𝑥, 𝑦, 𝑧) = 2𝑥 + 𝑦 − 𝑧 𝑥, 𝑦; 𝑓(𝑥, 𝑦) ∈ ℝ

II. Grafik

Sebelum membahas grafik dari fungsi dua peubah atau lebih terlebih dahulu akan dibahas
domain dan range dari fungsi tersebut. Jika tidak dinyatakan secara khusus maka fungsi didefinisikan
pada himpunan bilangan real. Sehingga fungsi bernilai real dari dua peubah real merupakan fungsi yang
memasangkan setiap pasangan terurut (𝑥, 𝑦) pada daerah asal fungsi dengan bilangan real tunggal 𝑓(𝑥,
𝑦). Sebagai contoh:

1. 𝑓(𝑥, 𝑦) = 6 − 2𝑥 − 3𝑦
Domain fungsi adalah {(𝑥, 𝑦) ∣ −∞ < 𝑥 < ∞, −∞ < 𝑦 < ∞}, yang berarti bahwa fungsi tersebut
terdefinisi pada semua pasangan bilangan real (𝑥, 𝑦). Grafik domain fungsi ditunjukkan pada
gambar di bawah ini.

1 . 𝑓(𝑥, 𝑦) = 𝑥√𝑦
Domain fungsi adalah {(𝑥, 𝑦) ∣ −∞ < 𝑥 < ∞, 𝑦 ≥ 0}Grafik domain fungsi ditunjukkan
pada gambar di bawah ini.
Untuk menggambarkan grafik fungsi peubah banyak dapat dilakukan dengan menentukan titik potong
grafik pada masing-masing sumbu pada sistem koordinat kartesius. Contohnya jika diketahui 𝑧 = 6 − 2𝑥
− 3𝑦 maka grafik dapat digambarkan sebagai berikut.

- Jika 𝑥 = 0, 𝑦 = 0 maka 𝑧 = 6sehingga titik potong grafik pada sumbu-𝑧 adalah (0,0,6)

- Jika 𝑥 = 0,𝑧 = 0 maka 𝑦 = 2 sehingga titik potong grafik pada sumbu-𝑦 adalah (0,2,0)

- Jika 𝑦 = 0,𝑧 = 0 maka 𝑥 = 3 sehingga titik potong grafik pada sumbu-𝑥 adalah (3,0,0)

Jadi diperoleh grafik fungsi 𝑧 = 6 − 2𝑥 − 3𝑦 yang berupa bidang seperti pada gambar di bawah ini:

(Untuk grafik fungsi yang lebih rumit, dapat digunakan grafik computer)
TURUNAN PARSIAL FUNGSI PEUBAH BANYAK (KELOMPOK 3)

 TURUNAN PARSIAL FUNGSI PEUBAH BANYAK

Ada dua macam dari turunan parsial fungsi peubah banyak, yaitu :

a. Turunan Parsial Fungsi Dua Peubah


b. Turunan Parsial Fungsi Tiga Peubah

Penjelasan

a. Turunan Parsial Fungsi Dua Peubah


Misalkan 𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦) fungsi dua peubah dengan peubah bebas 𝑥 dan 𝑦. Turunan parsial pertama
fungsi 𝑧 dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Turunan parsial pertama fungsi 𝑧 terhadap 𝑥 dinotasikan dengan didefinisikan


sebagai

2. Turunan parsial pertama fungsi 𝑧 terhadap 𝑦 dinotasikan dengan didefenisikan sebagai

Contoh

𝜕𝑧 𝜕𝑧 1.
Diketahui 𝑧 = −2𝑥 + 3𝑦. Tentukan dan
Jawab :
b. Turunan Parsial Fungsi Tiga Peubah
Turunan parsial fungsi tiga peubah sama halnya dengan fungsi dua peubah—yang membedakan
adalah jika fungsi dua peubah adalah 𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦) maka untuk fungsi tiga peubah adalah dimisalkan
𝑤 = 𝑓(𝑥, 𝑦, 𝑧). Turunan parsial dari fungsi 𝑤 dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1. Turunan parsial pertama fungsi 𝑤 terhadap 𝑥 dinotasikan dengan


didefinisikan sebagai

2. Turunan parsial pertama fungsi 𝑤 terhadap 𝑦 dinotasikan dengan didefenisikan sebagai


3. Turunan parsial pertama fungsi 𝑤 terhadap 𝑧 dinotasikan dengan didefenisikan sebagai

Menentukan turunan parsial bisa juga menggunakan cara sederhana sebagai berikut,

 Untuk turunan parsial fungsi dua peubah dimana 𝒛 = 𝒇(𝒙, 𝒚). Maka

1. Turunan parsial pertama fungsi 𝑧 terhadap 𝑥 yaitu dimana 𝑥 berubah-ubah dan


𝑦 adalah konstan.

2. Turunan parsial pertama fungsi 𝑧 terhadap 𝑦 yaitu dimana 𝑦 berubah-ubah dan 𝑥


adalah konstan.
 Untuk turunan parsial fungsi tiga peubah dimana 𝒘 = 𝒇(𝒙, 𝒚, 𝒛). Maka
𝜕𝑤

1. Turunan parsial pertama fungsi 𝑤 terhadap 𝑥 yaitu dimana 𝑥 berubah-ubah dan


𝜕𝑥

𝑦 𝑑𝑎𝑛 𝑧 adalah konstan.

𝜕𝑤

2. Turunan parsial pertama fungsi 𝑤 terhadap 𝑦 yaitu dimana 𝑦 berubah-ubah dan


𝜕𝑦

𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝑧 adalah konstan.

3. Turunan parsial pertama fungsi 𝑤 terhadap 𝑧 yaitu dimana 𝑧 berubah-ubah dan


𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝑦 adalah konstan.

Contoh

𝜕𝑧 𝜕𝑧 1.
Diketahui 𝑧 = −2𝑥 + 3𝑦. Tentukan
dan
Jawab :

diperoleh dari turunan −2𝑥 dengan 𝑥 berubah-ubah dan 0


diperoleh dari turunan 3𝑦 dengan 𝑦 dianggap konstan)

diperoleh dari turunan −2𝑥 dengan 𝑥 dianggap konstan dan

3 diperoleh dari turunan 3𝑦 dengan 𝑦 berubah-ubah)

2. Diketahui 𝑧 = sin 2𝑥 + cos 3𝑦. Tentukan


Jawab :

( diperoleh dari turunan sin 2𝑥 dan 𝑦 dianggap konstan)

(diperoleh dari turunan cos 3𝑦 dan 𝑥 dianggap konstan)

𝜕𝑧 𝜕𝑧
3. Diketahui 𝑧 = 𝑥2𝑦3. Tentukan dan

Jawab :

( diperoleh dari turunan 𝑥2 dan 𝑦 dianggap konstan)

(diperoleh dari turunan 𝑦3. dan 𝑥 dianggap konstan) 4.

𝜕𝑧 𝜕𝑧
Diketahui 𝑧 = 𝑥2 sin 3𝑦. Tentukan dan

𝜕𝑥 𝜕𝑦 Jawab :

Anggap 𝑧 = 𝑥2 sin 3𝑦 sebagai 𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦)𝑔(𝑥, 𝑦) = 𝑥2 sin 3𝑦 sehingga

𝑓(𝑥, 𝑦) = 𝑥2 diperoleh dan

𝑔(𝑥, 𝑦) = sin 3𝑦 diperoleh dan

diperoleh
Contoh dari nomor 4 merupakan Turunan Parsial Tingkat tinggi

Penjelasan :

Turunan parsial tingkat tinggi dapat diturunkan dari turunan parsial tingkat pertama.

 Untuk turunan parsial fungsi dua peubah adalah sebagai berikut,

Turunan parsial pertama terhadap 𝑥 adalah

Turunan parsial pertama terhadap 𝑦 adalah

Maka turunan parsial kedua dari 𝑧 ada empat jenis turunan yaitu

didefinisikan sebagai didefinisikan sebagai

didefinisikan sebagai

didefinisikan sebagai

Berdasarkan definisi di atas maka diperoleh dengan

menurunkan lagi terhadap 𝑥 atau ) diperoleh dengan menurunkan lagi

terhadap 𝑦 atau ) diperoleh dengan menurunkan lagi terhadap 𝑥 atau

) diperoleh dengan menurunkan lagi terhadap 𝑥 atau )


 Untuk turunan parsial fungsi tiga peubah adalah sebagai berikut,

Maka turunan parsial kedua dari 𝑤 yaitu

 Turunan total fungsi peubah banyak

Misalkan fungsi differentiable, dimana x dan y merupakan


fungsi satu peubah t yang differentiable. Maka f(x,y) merupakan satu peubah sedemikian sehingga

Perhatikan bahwa x=x(t) dan y=y(t) dapat diturunkan terhadap t yaitu masing-masing
sehingga diperoleh turunan total adalah

Perbedaan antara Keduanya merupakan turunan dari fungsi z tetapi merupakan


turunan fungsi z terhadap t dimana merupakan fungsi satu peubah t Sedangkan

masing-masing merupakan turunan parsial fungsi z masing-masing terhadap x


dan y dimana merupakan fungsi dua peubah yaitu dan

Dalam kasus lain, misalkan fungsi differentiable. Misalkan juga dan


dimana x dan y merupakan fungsi dua peubah r dan s yang differentiable

sehingga dapat ditentukan sehingga turunan total total

adalah

 Untuk turunan total untuk fungsi tiga peubah dapat diperoleh sebagai berikut.

Turunan total adalah

Turunan total adalah


DIFERENSIAL TOTAL DARI FUNGSI PEUBAH BANYAK (Kelompok 4)

Ingat kembali konsep differensial pada fungsi satu variabel 𝑦 = 𝑓(𝑥) suatu differensial 𝑑𝑥
terhadap variabel bebas didefinisikan sebagai :

𝑑𝑦 = 𝑓′(𝑥)𝑑𝑥

Misalkan 𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦) merupakan fungsi dua peubah. Turunan parsial 𝑧 terhadap 𝑥 adalah :

𝜕𝑧 𝜕𝑓(𝑥, 𝑦)
=
𝜕𝑥 𝜕𝑥

Sedangkan turunan parsial 𝑧 terhadap 𝑦 adalah :

𝜕𝑧 𝜕𝑓(𝑥, 𝑦)
=
𝜕𝑦 𝜕𝑦

Perhatikan bahwa 𝑑𝑧 = 𝜕𝑧
𝑑𝑥 = 𝜕𝑓 (𝑥,𝑦)
𝑑𝑥 dan 𝑑𝑧 = 𝜕𝑧
𝑑𝑦 = 𝜕𝑓 (𝑥,𝑦)
𝑑𝑦 . Sehingga
jumlah
𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑦

differensialnya adalah :

𝜕𝑓(𝑥, 𝑦) 𝜕𝑓(𝑥, 𝑦)
𝑑𝑥 + 𝑑𝑦 𝜕𝑥
𝑑𝑦

Jadi, differensial total dari fungsi dua peubah adalah :

𝜕𝑓(𝑥, 𝑦) 𝜕𝑓(𝑥, 𝑦)
𝑑𝑧 = 𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑥
𝑑𝑦

Contoh differensial total dari fungsi dua peubah :

1. 𝑧 = 𝑥3𝑦 + 𝑥2𝑦2 + 𝑥𝑦3

Ditanya : Tentukan fungsi dari 𝑑𝑧 Penyelesaian :


𝜕𝑧
= 3𝑥2𝑦 + 2𝑥𝑦2 + 𝑦3 (Diturunkan 𝑥 nya saja )
𝜕𝑥

𝜕𝑧3
+ 2𝑥2𝑦 + 3𝑥𝑦2 ( Diturunkan 𝑦 nya saja )
=𝑥
𝜕𝑦

𝜕𝑧 𝜕𝑧
𝑑𝑧 = 𝑑𝑥 + 𝑑𝑦
𝜕𝑥 𝜕𝑦
𝑑𝑧 = (3𝑥 𝑦 + 2𝑥𝑦2 + 𝑦3)𝑑𝑥 + (𝑥3 + 2𝑥2𝑦 + 3𝑥𝑦2)𝑑𝑦
2

2. Tentukan luas persegi panjang yang mempunyai panjang 35,02 cm dan lebar 24,98 cm.
Dekati dengan diferensial total !
Diketahui : Panjang = 35,02
Lebar = 24,98
Dimisalkan : Panjang (𝑥)
Lebar (𝑦)
Luas (L)
Ditanya : Luas pendekatannya Penyelesaian :
Luas Persegi Panjang = 𝑝 × 𝑙
𝐿 = 𝑥𝑦
𝜕𝐿
=𝑦 ( diturunkan 𝑥 nya saja )
𝜕𝑥
𝜕𝐿
=𝑥 ( diturunkan 𝑦 nya saja )
𝜕𝑦
𝜕𝐿 𝜕𝐿
𝑑𝐿 = 𝑑𝑥 + 𝑑𝑦
𝜕𝑥 𝜕𝑦
𝑑𝐿 = 𝑦𝑑𝑥 + 𝑥𝑑𝑦

𝑥 = 35 𝑐𝑚 , 𝑑𝑥 = 0,02 𝑐𝑚 , 𝑦 = 24 𝑐𝑚 , 𝑑𝑦 = 0,98 𝑐𝑚
𝐿 = 𝑥𝑦
𝐿 = 35 𝑐𝑚 × 24 𝑐𝑚
𝐿 = 840 𝑐𝑚2
𝑑𝐿 = 𝑦𝑑𝑥 + 𝑥𝑑𝑦

𝑑𝐿 = 24 𝑐𝑚 (0,02 𝑐𝑚) + 35 𝑐𝑚 (0,98)


𝑑𝐿 = 0,48 𝑐𝑚2 + 34,3 𝑐𝑚2
𝑑𝐿 = 34,78 𝑐𝑚2

Luas Pendekatannya = 𝐿 + 𝑑𝐿
= 840 𝑐𝑚2 + 34,78 𝑐𝑚2
= 874,78 𝑐𝑚2

Dengan cara yang sama seperti diferensial total dari fungsi dua peubah, maka dapat diperoleh
differensial total dari fungsi tiga peubah 𝑤 = 𝑓(𝑥, 𝑦, 𝑧) adalah

𝜕𝑓(𝑥, 𝑦, 𝑧) 𝜕𝑓(𝑥, 𝑦, 𝑧) 𝜕𝑓(𝑥, 𝑦, 𝑧)


𝑑𝑤 = 𝑑𝑥 + 𝑑𝑦 + 𝑑𝑧 𝜕𝑥 𝜕𝑦
𝜕𝑧

Contoh :

Diketahui 𝑤 = 𝑥2𝑦𝑧3 + 𝑥𝑦𝑧 + 𝑥3𝑦2𝑧

Ditanya : Tentukan fungsi dari 𝑑𝑤 Penyelesaian :

𝜕𝑤
= 2𝑥𝑦𝑧3 + 𝑦𝑧 + 3𝑥2𝑦2𝑧 ( diturunkan 𝑥 nya saja )
𝜕𝑥

𝜕𝑤 2
𝑧3 + 𝑥𝑧 + 2𝑥3𝑦𝑧 ( diturunkan 𝑦 nya saja )
= 𝑥𝜕𝑦
𝜕𝑤 2
𝑦𝑧2 + 𝑥𝑦 + 𝑥3𝑦2 ( diturunkan 𝑧 nya saja ) = 3𝑥
𝜕𝑧 𝜕𝑤 𝜕𝑤 𝜕𝑤

𝑑𝑤 = 𝑑𝑥 + 𝑑𝑦 + 𝑑𝑧
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧

𝑑𝑤 = (2𝑥𝑦𝑧3 + 𝑦𝑧 + 3𝑥2𝑦2𝑧)𝑑𝑥 + (𝑥2𝑧3 + 𝑥𝑧 + 2𝑥3𝑦𝑧)𝑑𝑦 + (3𝑥2𝑦𝑧2 + 𝑥𝑦 + 𝑥3𝑦2)𝑑𝑧


ATURAN RANTAI PADA TURUNAN DARI FUNGSI PEUBAH BANYAK

( Kelompok 5)

 ATURAN RANTAI PADA TURUNAN DARI FUNGSI PEUBAH BANYAK 1. Definisi Aturan
Rantai

Aturan rantai adalah aturan untuk mencari turunan fungsi komposisi. Misal𝐹 (𝑥)
= (2𝑥 + 1)5, amati bahwa F berupa fungsi komposisi. Aturan rantai untuk fungsi-fungsi
komposisi satu variable ialah sebagai berikut.
Jika 𝑦 = 𝑓(𝑥(𝑡)) dengan f dan x merupakan fungsi yang terdefinisi dan dapat
diturunkan, maka dalam notasi Leibniz dapat ditulis.
𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑥
= .
𝑑𝑡 𝑑𝑥 𝑑𝑡 Atau dalam notasi
aksennya ialah:
(𝑓 ◦ 𝑔)′(𝑥) = 𝑓′(𝑔(𝑥))𝑔′(𝑥) Contoh:
1) Jika 𝑦 = (2𝑥2 − 4𝑥 + 1)60, carilah 𝐷𝑥𝑦! (𝐷𝑥𝑦 adalah differensial dari y atau𝐹′(𝑥)
dari 𝐹(𝑥).
Penyelesaian:
 Kita pikirkan 𝑦 sebagai pangkat ke-60 suatu fungsi x, yaitu 𝑦 = 𝑢60 dan 𝑢
= 2𝑥2 − 4 + 1
 Fungsi sebelah luar 𝑓(𝑥) = 𝑢60 dan fungsi sebelah dalam adalah 𝑢 = 𝑔(𝑥)
= 2𝑥2 − 4 + 1
𝐷𝑥𝑦 = 𝐷𝑥𝑓(𝑔(𝑥))
= 𝑓(𝑢). 𝑔(𝑢)
= (60𝑢59)(4𝑥 − 4) = 60(2𝑥2 − 4𝑥 + 1)59(4𝑥 − 4)

2) Jika 𝑦 = carilah 𝐷𝑥𝑦!


Penyelesaian:
Misal: 𝑢 = 2𝑥5 − 7

=𝑢
1
𝑦=𝑢 3 −3

𝐷𝑥𝑦 = 𝐷𝑥𝑓(𝑔(𝑥))
= 𝑓(𝑢). 𝑔(𝑢)
= (−3𝑢−4)(10𝑥4) = −𝑢43 . 10𝑥4

−30𝑥4
=
(25 − 7)4

Aturan Rantai Untuk Fungsi Dua Variabel


Menurut Varberg, dkk (2007:265) ada dua versi aturan rantai untuk fungsi dua
variable.
Versi Pertama, jika 𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦) dengan x dan y adalah fungsi t, maka masuk akal untuk
menanyakan 𝑑𝑧, dan seharusnya ada rumus
𝑑𝑡
untuknya.

Teorema A | Aturan Rantai


Misalkan 𝑥 = 𝑥(𝑡) dan 𝑦 = 𝑦(𝑡) terdiferensiasikan di t dan misalkan
𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦) terdeferensiasikan di (𝑥(𝑡), 𝑦(𝑡)). Maka 𝑧=
𝑓(𝑥(𝑡), 𝑦(𝑡)) dapat dideferensiasikan di t dan
𝑑𝑧 𝜕𝑧 𝑑𝑥 𝜕𝑧 𝑑𝑦
= +
𝑑𝑡 𝜕𝑥 𝑑𝑡 𝜕𝑦 𝑑𝑡 Contoh: 1) Misalkan 𝑧 = 𝑥4𝑦, dengan 𝑥 =
2𝑡 dan 𝑦 = 𝑡3. Carilah 𝑑𝑥 !
𝑑𝑡
Penyelesaian:
𝑑𝑧 𝜕𝑧 𝑑𝑥 𝜕𝑧 𝑑𝑦
= +
𝑑𝑡 𝜕𝑥 𝑑𝑡 𝜕𝑦 𝑑𝑡
= 4𝑥3𝑦(2) + 𝑥4(3𝑡2)
= 8𝑥3𝑦 + 𝑥4(3𝑡2)
= 8(2𝑡)3(𝑡3) + (2𝑡)43(𝑡3)2
= 8(8𝑡)3𝑡3 + 16𝑡4(3𝑡6)
= 64𝑡6 + 48𝑡10 2) Misalkan 𝑤 = 𝑥2𝑦3, dengan 𝑥 = 𝑡3 dan 𝑦 = 𝑡2. Carilah 𝑑𝑤
!
𝑑𝑡
Penyelesaian:
𝑑𝑤 𝜕𝑤 𝑑𝑥 𝜕𝑤 𝑑𝑦
= +
𝑑𝑡 𝜕𝑥 𝑑𝑡 𝜕𝑦 𝑑𝑡
= (2𝑥𝑦 )(3𝑡 ) + (3𝑥2𝑦2)(2𝑡)
3 2

= 6𝑥𝑦3𝑡2 + 6𝑥2𝑦2𝑡

= 6𝑡3(𝑡2)3𝑡2 + 6(𝑡3)2(𝑡2)2𝑡
= 6𝑡11 + 6𝑡11
= 12𝑡11

versi kedua misalkan bahwa 𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦) dengan 𝑥 = 𝑥(𝑠, 𝑡) dan 𝑦 = 𝑦(𝑠, 𝑡),maka masuk akal

untuk menyatakan 𝜕𝑧 dan 𝜕𝑧.


𝜕𝑠 𝜕𝑡

Teorema B ∣Aturan Rantai

Misalkan 𝑥 = 𝑥(𝑠, 𝑡) dan 𝑦 = 𝑦(𝑠, 𝑡) mempunyai turunan-turunan parsial pertama di (𝑠,


𝑡) dan misalkan 𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦) terdeferensiasikan di
(𝑥(𝑠, 𝑡), 𝑦(𝑠, 𝑡)). Maka 𝑧 = 𝑓(𝑥(𝑠, 𝑡), 𝑦(𝑠, 𝑡) mempunyai turunan-turunan parsial pertama yang
diberikan oleh:

1. 𝜕𝑧 = 𝜕𝑧 𝜕𝑥 + 𝜕𝑧 𝜕𝑦
𝜕𝑠 𝜕𝑥 𝜕𝑠 𝜕𝑦 𝜕𝑡

2. 𝜕𝑧 = 𝜕𝑧 𝜕𝑥 + 𝜕𝑧 𝜕𝑦
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑡 𝜕𝑦 𝜕𝑡 Contoh:

1. Jika 𝑧 = 3𝑥2 − 𝑦2 dengan 𝑥 = 2𝑠 + 7𝑡 dan 𝑦 = 5𝑠𝑡. Carilah 𝜕𝑧 ,dan


𝜕𝑡
nyatakan dalam bentuk s dan t!
Penyelesaian:

𝜕𝑧 = 𝜕𝑧 𝜕𝑥 + 𝜕𝑧 𝜕𝑦
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑡 𝜕𝑦 𝜕𝑡

= (6𝑥)(7) + (−2𝑦)(5𝑠)

= 42(2𝑠 + 7𝑡) − 10𝑠𝑡(5𝑠)

= 84𝑠 + 294𝑡 − 50𝑠2

2. Tentukan 𝜕𝑧 dan 𝜕𝑧 jika 𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦) = 𝑥𝑒𝑦 dengan 𝑥 = 2𝑠 − 𝑡 dan


𝜕𝑠 𝜕𝑡 𝑦 = 2𝑠 + 𝑡!

Penyelesaian:
a. 𝜕𝑧 = 𝜕𝑧 𝜕𝑥 + 𝜕𝑧 𝜕𝑦
𝜕𝑠 𝜕𝑥 𝜕𝑠 𝜕𝑦 𝜕𝑠

= 𝑒𝑦(2) + 𝑥𝑒𝑦(2)
= 2𝑒𝑦(1 + 𝑥)
= 2𝑒2𝑠+𝑡(2𝑠 − 𝑡 + 1)

b. 𝜕𝑧 = 𝜕𝑧 𝜕𝑥 + 𝜕𝑧 𝜕𝑦
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑡 𝜕𝑦 𝜕𝑡

= 𝑒𝑦(−1) + 𝑥𝑒𝑦(1)
= 𝑒𝑦(𝑥 − 1)
= 𝑒2𝑠+𝑡(2𝑠 − 𝑡 − 1)

Aturan Rantai Untuk Fungsi Tiga Variable


Jika 𝑥 = 𝑥(𝑡), 𝑦 = 𝑦(𝑡), dan 𝑧 = 𝑧(𝑡) fungsi diferensial yang di 𝑡, dan 𝑤 =
𝑓(𝑥, 𝑦, 𝑧 diferensial di titik (𝑥(𝑡), 𝑦(𝑡), 𝑧(𝑡), maka 𝑤 = 𝑓(𝑥(𝑡), 𝑦(𝑡), 𝑧(𝑡)) diferensial di 𝑡 dan
𝑑𝑤 𝜕𝑤 𝑑𝑥 𝜕𝑤 𝑑𝑦 𝜕𝑤 𝑑𝑧
= + +
𝑑𝑡 𝜕𝑥 𝑑𝑡 𝜕𝑦 𝑑𝑡 𝜕𝑧 𝑑𝑡 Contoh:
1. Jika 𝑤 = 𝑥2 + 𝑦2 + 𝑧2 + 𝑥𝑦, dengan 𝑥 = 𝑠𝑡, 𝑦 = 𝑠 − 𝑡, dan 𝑧 = 𝑠 +
2𝑡, carilah 𝜕𝑤 !
𝜕𝑡
Penyelesaian:
𝑑𝑤 𝜕𝑤 𝑑𝑥 𝜕𝑤 𝑑𝑦 𝜕𝑤 𝑑𝑧
= + +
𝑑𝑡 𝜕𝑥 𝑎𝑡 𝜕𝑦 𝑎𝑡 𝜕𝑧 𝑑𝑡

= (2𝑥 + 𝑦)(𝑠) + (2𝑦 + 𝑥)(−1) + (2𝑧)(2)


= (2𝑠𝑡 + 𝑠 − 𝑡)(𝑠) + (2𝑠 − 2𝑡 + 𝑠𝑡)(−1) + (2𝑠 + 4𝑡)2
= 2𝑠2𝑡 + 𝑠2 − 2𝑠𝑡 + 2𝑠 + 10𝑡
INTEGRAL LIPAT DUA DARI FUGSI PEUBAH BANYAK (Kelompok 6 )

 Integral lipat dua

1) Definisi integral lipat dua


Misalkan z = f (x,y) terdefinisi padaa R merupakan suatu persegi panjang tertutup , yaitu : R :
{ (x,y) : a ≤ x ≤ b, c ≤ y ≤ d }

Keterangan gambar diatas :


1. Bentuk partisipan [a,b] dan [c,d] menjadi n bagian
2. Pilih (𝑥̅𝑘,̅𝑦𝑘) pada setiap sub interval pada [𝑥𝑖, 𝑥𝑖−1] dan [𝑦𝑖, 𝑦𝑖−1]
3. Bentuk jumlah Riemann
𝑛 𝑛

∑ ∑ 𝑓(𝑥̅𝑘,̅𝑦𝑘) ∆ 𝐴𝑘
𝑖=1 𝑖=1

4. Jika 𝑛 → ∞(|𝑃| → 0)diperoleh limit jumlah Riemann


𝑛 𝑛

lim ∑ ∑ 𝑓(𝑥̅𝑘,̅𝑦𝑘) ∆𝐴𝑘


𝑛→∞
𝑖−1 𝑖−1

Jika limit ada, maka z = f (x,y) terintegralkan Riemann pada R, ditulis


𝑛 𝑛

∬ 𝑓(𝑥̅𝑘,̅𝑦𝑘) dA = lim ∑ ∑ 𝑓(𝑥̅𝑘,̅𝑦𝑘) ∆𝐴𝑘


𝑛→∞
𝑅 𝑖−1 𝑖−1

• Definisi integral lipat dua:


Misalkan 𝑓 suatu fungsi dua peubah yang terdefinisi pada suatu persegi panjang
tertutup R. Jika (𝑥̅𝑘,̅𝑦𝑘) ∆𝐴𝑘 ada , kita katakan 𝑓 dapat
|𝑃|→0

diintegralkan pada R. Lebuh lanjut ∬𝑅 𝑓(𝑥, 𝑦) dA = ∬𝑅 𝑓(𝑥, 𝑦) dxdy yang disebut


integral lipat dua 𝑓 pada R diberikan oleh: 𝑛 ∬ 𝑓(𝑥, 𝑦)dA = lim ∑ 𝑓(𝑥̅𝑘,̅𝑦𝑘) ∆𝐴𝑘
|𝑃|→0 𝑅 𝑖−1 atau

𝑅 |p 𝑖

• Arti geometri integral lipat dua


Jika z = f (x,y) kontinu, z = f (x,y) pada pesegi anang R, maka

𝑅 dA menyatakan volume benda padat yang terletak dibawah permuakan z


= f (x,y) dan diatas R.
2) Menghitung integral lipat dua
Jika 𝑓 pada R, maka voume dapat dihitung dengan metode sejajar yaitu: I.
Sejajar bisan XOZ

Diperoleh:
𝑑 𝑑 𝑏 𝑑
𝑏

𝑑𝑥𝑑𝑦
𝑅 𝐶 𝐶 𝑎 𝐶𝑎

Maka:
𝑑𝑏
𝑑𝑥𝑑𝑦
𝑅 𝐶𝑎

II. Sejajar bidang YOZ

Diperoleh:

𝑑 𝑑 𝑏 𝑑𝑏

𝑑𝑦𝑑𝑥
𝑅 𝐶 𝐶 𝑎 𝐶𝑎

Maka:
𝑑𝑏

𝑑𝑦𝑑𝑥
𝑅 𝐶𝑎

Contoh soal :
Hitung integral lipat dua berikut ini

dA
R

Dimana R : { (x,y) : 0 x 6, 0 y 4 } Jawab:

dydx

dx
dx

dx

3) Sifat Integral Lipat Dua

Misalkan f(x,y) dan g(x,y) terdefinisi di persegipanjang R

1. 𝑅 𝑘 𝑓(𝑥, 𝑦)dA =𝑘 𝑅 dA

2. 𝑅 = 𝑅 𝑅 𝑑𝐴

3.Jika R=𝑅1+𝑅2 , Maka

= 𝑅= 𝑅 𝑅 𝑑𝐴

2. Jika f(x,y ) g(x,y), maka


∬𝑅 𝑓(𝑥, 𝑦)𝑑𝐴 ≤ ∬𝑅 𝑔(𝑥, 𝑦)𝑑𝐴

4) Integral Lipat Dua atas Daerah Sembarang Ada


dua tipe:
• Tipe I
D={(x,y)|a≤x≤b, p(x)≤y≤q(x)}

Integral lipat dua pada daerah D dapat dihitung sebagai berikut:


𝑏 𝑞(𝑥)
∬ 𝑓(𝑥, 𝑦)𝑑𝐴 = ∫ ∫ 𝑓(𝑥, 𝑦)𝑑𝑦 𝑑𝑥
𝐷 𝑎 𝑝(𝑥)

• Tipe ll
D ={(x,y)|r(y)≤x≤ s(y), c≤y≤d}

Integral lipat dua pada daerah D dapat dihitung sebagai berikut:


𝑑 𝑠(𝑦)

∬ 𝑓(𝑥, 𝑦)𝑑𝐴 = ∫ ∫ 𝑓(𝑥, 𝑦)𝑑𝑦 𝑑𝑥


𝐷 𝑐 𝑟(𝑦)

Aturan Integrasi
• Urutan pengintegralan dalam integral lipat dua tergantung dari bentuk D (daerah
integrasi).
• Dalam perhitungannya,kadangkala kita perlu merubah urutan pengintegralan.
Hal ini dapat disebabkan dengan perubahan urutan perintegralan akan
memudahkan dalam proses integrasinya.
• Oleh karena itu,langkah pertama kita harus dapat menggambarkan daerah
integrasi, selanjutnya kita dapat merubah urutan integrasi dengan mengacu pada
sketsa daerahintegrasi yang sama

Contoh soal:
Hitung ∬R (2y ex)dA, R dibatasi x=y2, y = 1, sumbu y
F(x,y)=(2y ex), jadi y dibatasi oleh tiga kurva,
Penyelesaian:

R = {(x,y)|0 ≤ 𝑥 ≤ 𝑦2, 0 ≤y≤1} Maka:


1 𝑦2

∬ 𝑓(2y ex)𝑑𝐴 = ∫ ∫ 𝑓(2y ex)𝑑𝑥 𝑑𝑦


𝑅

𝑦𝑒
𝑥
| 𝑑𝑦

𝑑𝑦

= 𝑒 − 1 − 1 = 𝑒 – 2vvv

5) integral lipat dua dalam koordinat polar a) Koordinat Polar


B) Persegi Panjang Dalam Koordinat Polar
Definisi :
Diberikan fungsi dalam koordinat kartesius 𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦), ditentukan sebuah persegi
panjang 𝑅 sedemikian hingga 𝑓(𝑥, 𝑦) kontinu dan non-negatif. Persegi panjang ini
biasanya berbentuk :
𝑅 = {(𝑥, 𝑦) ∶ 𝑎 ≤ 𝑥 ≤ 𝑏; 𝑐 ≤ 𝑦 ≤ 𝑑}
Dalam koordinat polar persegi panjang tersebut dapat berbentuk
𝑅 = {(𝑟, 𝜃) ∶ 𝑎 ≤ 𝑟 ≤ 𝑏; 𝛼 ≤ 𝜃 ≤ 𝛽}
dengan 𝛼 ≥ 0; 𝛽 − 𝛼 ≤ 2𝜋

C) Volume Dalam Koordinat Polar


Fungsi dalam koordinat kartesius 𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦) dapat dirubah bentuk menjadi fungsi
koordinat polar yaitu 𝑓(𝑥, 𝑦) = 𝑓(𝑟 cos 𝜃, 𝑟 sin 𝜃) = 𝐹(𝑟, 𝜃).
Volume benda pejal diatas persegi panjang R dan dibawah permukaan kurva bidang
ditentukan dengan

𝑉 = ∬ 𝑓(𝑥, 𝑦)𝑑𝐴
𝑅

Dalam koordinat polar volume tersebut dapat dirubah menjadi bentuk

𝑉 = ∬ 𝐹(𝑟, 𝜃)𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝜃

D) Hubungan Volume Dalam Koordinat Kartesius dan Polar

Definisi :
𝑓(𝑥, 𝑦) = 𝑓(𝑟 cos 𝜃 , 𝑟 sin 𝜃) = 𝐹(𝑟, 𝜃)
Sehingga diperoleh

𝑉=∬ 𝐹(𝑟, 𝜃)𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝜃 = ∬ 𝑓(𝑟 cos 𝜃 , 𝑟 sin 𝜃)𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝜃


𝑅 𝑅

𝑉=∬ 𝑓(𝑥, 𝑦)𝑑𝐴 = ∬ 𝑓(𝑟 cos 𝜃 , 𝑟 sin 𝜃)𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝜃


𝑅 𝑅

E) Contoh
Tentukan volume benda pejal di atas persegi panjang
𝜋
𝑥2+𝑦^2
!
𝑅 dibawah permukaan 𝑧 = 𝑒
Jawab :
Karena dalam koordinat polar berlaku 𝑥2 + 𝑦2 = 𝑟2 maka :

𝑉 = ∬ 𝑓(𝑥, 𝑦) 𝑑𝐴
𝑅

𝑑𝐴

𝑟 𝑑𝑟] 𝑑𝜃

𝑑𝜃

𝑑𝜃

𝜋
=
9
− 𝑒)
(𝑒
8
Integral Lipat Tiga (Kelompok 7)

A. Definisi Integral Lipat Tiga


Kita dapat mendefinisikan integral lipat tiga untuk tiga variable. Integral lipat tiga (triple
integrals) merupakan integral biasa atau tunggal yang hasilnya diintegralkan kemudian
diintegralkan kembali (lakukan iterasi integral sebanyak tiga kali).

Misalkan f(x,y,z) adalah fungsi kontinu pada daerah tiga dimensi R. Definisi integral lipat dua
dikembangkan dalam cara yang jelas untuk mendapatkan definisi dari integral lipat tiga

dV.

Jika f(x,y,z) = 1, maka dv dapat diintepretasikan sebagai ukuran volume daerah


R.

Pertama-tama menangani kasus paling sederhana dimana f didefinisikan pada kotak


segiempat.

Langkah pertama adalah membagi B menjadi kotak-kotak bagian. Dengan membagi selang

[a,b] menjadi l selangbagian [xi-1,xi] berlebar sama , membagi [c,d] menjadi m selangbagian

berlebar sama dan membagi [r,s] menjadi n selangbagian berlebar sama . Bidang-bidang
yang melalui titik ujung selangbagian-selangbagian ini yang sejajar terhadap bidang-bidang
koordinat kotak B menjadi lmn kotak bagian
Bijk = [xi-1, xi] x [yj-1, y1] x [zk-1, zk]

Masing-masing kotak bagian mempunyai volume .


Kemudian kita bentuk jumlah Riemann rangkap tiga

2
Dengan titik empel (xijk, yijk, zijk) terletak pada Bijk.
Berdasarkan analogi dengan definisi integral lipat dua, kita definisikan integral lipat tiga sebagai
limit dari jumlah Riemann rangkap tiga dalam.

3 Definisi integral lipat tiga dari f pada kotak B adalah

Intergral lipat tiga selalu ada jika f konyinu. Jika memilih sampel sebarang titik di dalam
kotakbagian sebagai titik (x, y, z) akan diperoleh ekspresi yang kelihatan lebih sederhana untuk
integral lipat tiga:
Sama seperti integral lipat dua,metode praktis untuk perhitungan integral lipat tiga adalah
menyatakan sebagai integral berulang sebagai berikut.

4. Teorema Fubini untuk Integral Lipat Tiga jika f kontinu pada kotak
B = [a, b ] x [ c, d] x [r, s], maka

Integral berulang pada ruas kanan Teorema Fubini bermakna bahwa pertama
mengintegralkan terhadap x (dengan mempertahankan y dan z tetap), kemudian integralkan
terhadap y (dengan mempertahankan z tetap), dan akhirnya integralkan terhadap z. Terdapat lima
kemungkinan urutan lain yang dapat dilakukan dalam mengintegralkan, semuanya memberikan
nilai sama. Misalnya, jika kita integralkan terhadap y, kemudiain z, dan kemudian x, kita
mempunyai

B. Koordinat Tabung

Koordinat silinder dari titik P adalah ( ), dengan r, , z diperlihatkan dalam gambar 1.


Andaikan E adalah daerah jenis 1 yang proyeksinya D pada bidang-xy digambarkan dengan mudah
dalam koordinat polar (lihat gambar 2).
Khususnya, andaikan bahwa kontinu dan

Dengan D diberikan dalan koordinat polar oleh

Kita mengetahui dari persamaan 16.7.6 bahwa

Tetapi kita juga mengetahui bagaimana menghitung integral Lipat-dua dalam koordinat polar.
Nyatanya dengan menggabungkan persamaan 1 dengan persamaan 16.4.3, kita peroleh

Rumus 2 adalah rumus untuk penintegralan lipat-tiga dalam koordinat silinder. Rumus ini
mengatakan bahwa kita mengalihkan integral lipat-tiga dari koordinat siku-siku ke

koordinat silinder dengan menuliskan membiarkan z apa


adanya, dengan menggunakan

limit-limit pengintegralan yang sesuai untuk z, r, dan , serta dengan menggantikan dV oleh r dz dr d .
(gambar 3 memperlihatkan bagaimana menghafalkan ini) adalah menguntungkan untuk
menggunakan rumus ini ketika E adalah daerah pejal yang secara mudah dideskripsikan dalam

koordinat silinder, dan terutama ketika fungsi melibatkan expresi

C. Koordinat Bola
Kita telah mempelajari bahwa persamaan-persamaan

menghubung kan koordinat bola dengan koordinat Cartesius.


Perhatikan gambar berikut ini !

Gambar diatas memperlihatkan elemen volume di dalam koordinat bola atau yang disebut
juga baji bola (spherical wedge). Dapat dilihat bahwa volume dari baji yang diarsir adalah
di mana adalah sebuah titik yang dipilih secara tepat didalam baji.

Pembentukan partisi dari sebuah benda padat dengan menggunakan sebuah kisi bola,
membentuk jumlah yang tepat, dan mengambil suatu limit yang akan menghasilkan sebuah

integral berulang dimana digantikan

oleh .

Contoh :

Tentukan massa bola padat jika kerapatan sebanding dengan

jaraknya dari pusat.

Penyelesaian :
Pusatkan bola tersebut dititik asal dan misalkan jari-jarinya sebesar

. Kerapatan deinyatakan dengan Jadi, massa ini dapat dinyatakan


dengan
Hitung dengan adalah bola satuan :

Penyelesaiaan :

Karena perbatasan adalah bola, kita gunakan koordinay bola :

Sebagai tambahan, koordinat bola adalah tepat karena

Jadi,
APLIKASI INTEGRAL LIPAT DALAM BERBAGAI MASALAH
(Kelompok 8)

A. Penerapan Integral Lipat Dua


Selain untuk menentukan luas bidang dan volume ruang dari fungsi dua variabel, integral
lipat dua, juga memiliki banyak manfaat dan aplikasinya di berbagai bidang. Penerapan lain
dari integral lipat dua antara lain adalah menghitung massa, pusat massa, momen inersia dari
benda solid/padat yang memiliki densitas dalam fungsi dua variabel.

 Massa
Masa suatu benda adalah banyaknya materi/partikel zat yang terkandung dalam
suatu benda. Dalam suatu benda, banyaknya materi tersebut ditentukan oleh kerapatan
(densitas/density) benda.

Densitas tersebut dapat dinyatakan dalam fungsi dua variabel misalnya terdapat

benda pejal dengan densitas

Maka, massa benda tersebut dapat diperoleh dengan :

Keterangan : M = Massa
Contoh Soal :

Terdapat sebuah lamina dengan densitas yang dibatasi oleh sumbu , garis

dan kurva Tentukanlah massa lamina tersebut !

Jawab :

Langkah 1

Menggambarkan grafik daerah yang membatasi lamina tersebut.

Sehingga, diperoleh :

Batas ini adalah batas daerah S yang akan digunakan pada integral lipat dua.

Langkah 2

Dengan demikian, massa lamina adalah :


Jadi massa dari lamina adalah 153,6

 Penerapan Pada Pusat Massa


Pusat massa suatu benda (centroid) adalah koordinat (x,y) yang menunjukkan
posisi/kedudukan zat yang menjadi pusat dari suatu benda.

Misalnya terdapat benda dengan Adapun pusat massa benda tersebut, densitas
. dapat dinyatakan sbb :

Pusat massa tersebut dapat ditentukan dari :

Contoh Soal :

Tentukan pusat massa dari lamina yang memiliki kerapatan dibatasi oleh

sumbu garis , dan kurva .

Penyelesaian :
Maka,

 Penerapan Pada Momen Inersia


Momen inarsia adalah kecenderungan suatu benda untuk berotasi pada porosnya.
Poros benda tersebut dapat terhadap sumbu x, sumbu y, dan sumbu z.

Momen inersia (juga disebut sebagai momen kedua) dari suatu lamina/benda.
Momen inersia suatu benda dapat ditentukan sebai berikut :
Contoh Soal :

Terdapat sebuah lamina dengan kerapatan yang dibatasi oleh sumbu ,

garis dan kurva Tentukanlah momen inersia benda terhadap

sumbu x, sumbu y, dan sumbu z !

Penyelesaian :

• Terhadap sumbu x

• Terhadap sumbu y
• Terhadap sumbu z

 Penerapan Integral Lipat Tiga

Integral lipat tiga juga dapat digunakan untuk menentukan massa, pusat massa,
dan momen inersia dari suatu benda padat/solid yang memiliki densitas dalam fungsi tiga
variabel.

 Massa dan Pusat Massa


Pada benda solid/padat yang memiliki
densitas , maka massa benda
tersebut dapat ditentukan dengan :

Penentuan Pusat Massanya adalah :

Dengan :
 Momen Inersia
Pada benda solid/padat yang memiliki densitas maka akan dapat
detentukan momen inersianya sebagai berikut :

• Terhadap sumbu yaitu,

• Terhadap sumbu yaitu,

• Terhadap sumbu yaitu,

Contoh :

Tentuknlah pusat massa benda solid yang dibatasi silinder parabolik dan
bidang dan dimana memiliki densitas konstan.

Penyelesaian :

Grafik benda solid proyeksi daerah ke bidang


Diperoleh definisi daerah , yaitu

Karena densitas konstan, maka

Dari

Diperoleh,

Menentukan Pusat Massa,


Sedangkan

Sehingga, akan diperoleh :

Anda mungkin juga menyukai