Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN

Enviromental Health Laboratory

Pemeriksaan Logam Berat (Merkuri, Pb, Sianida) Pada


Makanan

OLEH:

Ivan Tedy Aryani

191313251364

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN LINGKUNGAN

STIKES WIDYAGAMA HUSADA

MALANG

2021
Lembar Persetujuan

Laporan

Environmental Health Laboratory

Pemeriksaan Logam Berat (Merkuri, Pb, Sianida) Pada Makanan

Disusun Oleh :

Ivan Tedy Aryani

NIM : 1913.13251.364

Malang, Desember 2021

Mengetahui untuk diuji

(Beni Hari Susantoi. S.KL.,M.KL)

NDP: 2016.275
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Logam berat umumnya didefinisikan sebagai logam dengan densitas,

berat atom, atau nomor atom tinggi. Kriteria yang digunakan, dan jika

metaloid disertakan, bervariasi tergantung pada penulis dan konteksnya.

Dalam metalurgi, misalnya, logam berat dapat didefinisikan berdasarkan

kerapatan, sedangkan pada fisika, kriteria pembeda adalah nomor atom,

sementara kimiawan kemungkinan akan lebih memperhatikan sifat kimia

zatnya. Definisi yang lebih spesifik telah dipublikasikan, namun tidak satu

pun yang diterima secara luas. Definisi yang disurvei dalam artikel ini

mencakup 96 dari 118 unsur kimia yang diketahui; hanya raksa, timbal dan

bismut yang memenuhi semua kriteria. Terlepas dari kurang kesepakatnya

ini, istilah tersebut (jamak atau tunggal) banyak digunakan dalam sains.

Densitas lebih dari 5 g/cm3 kadang-kadang dikutip sebagai kriteria yang

umum digunakan dalam batang tubuh artikel ini.Logam yang paling awal

dikenal—logam biasa seperti besi, tembaga, dan timah, dan logam mulia

seperti perak, emas, dan platina—adalah logam berat. Sejak tahun 1809 dan

seterusnya, ditemukan logam ringan, seperti magnesium, aluminium, dan

titanium, dan juga logam berat yang kurang terkenal termasuk galium, talium,

dan hafnium. (Handayanto,2017).

Merkuri (Hg) adalah satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu

ruang tertentu. Merkuribaik logam maupun metil merkuri (CH3Hg+), biasanya

masuk tubuh manusia lewat pencernaan. Namun bila dalam bentuk logam,

biasanya sebagian besar bisa dieksresikan. Sisanya akan menumpuk di

ginjal dan sistem saraf, yang suatu saat akan mengganggu bila
akumulasinya makin banyak. Merkuri dalam bentuk logam tidak begitu

berbahaya, karena hanya 15% yang bisa terserap tubuh manusia. Merkuri

termasuk bahan teratogenik. Metil merkuri didistribusikan ke seluruh jaringan

terutama di darah dan otak. Efek toksisitas merkuri terutama pada Susunan

Saraf Pusat (SSP) dan ginjal, dimana merkuri terakumulasi yang dapat

menyebabkan kerusakan SSP dan ginjal, antara lain tremor, kehilangan daya

ingat (Depkes, 2006). Merkuri banyak dipergunakan pada Indonesia.

(Albasar, 2017).

Pencemaran logam berat Pb terhadap alam lingkungan merupakan

suatu proses yang erat hubungannya dengan penggunaan bahan tersebut

oleh manusia. Pencemaran lingkungan oleh logam berat dapat terjadi jika

industri maupun masyarakat yang menggunakan logam tersebut tidak

memperhatikan keselamatan lingkungan, terutama saat membuang

limbahnya. Logam-logam tertentu dalam konsentrasi tinggi akan sangat

berbahaya bila ditemukan di dalam lingkungan (air, tanah, dan udara).

Keadaan ini menjadi sangat berbahaya bagi manusia atau masyarakat yang

mengkonsumsi ikan hasil tangkapan di perairan atau sungai yang tercemar

logam berat tersebut. Sebagaimana kondisi sungai bedadung yang melintasi

kota Jember pada musim kemarau yang tercemar dan ikannya dimanfaatkan

untuk konsumsi. Untuk itu perlu diketahui jenis-jenis ikan yang bernilai

ekonomi yang dikonsumsi masyarakat. (Munandar, 2016).

Menurut penilitan (Bariatik, 2017). dilakukan di ruang laboratorium

Balai Riset dan Standarisasi Industri Surabaya pada ikan bader (Barbonymus

gonionotus) yang di rendam dengan filtrat jeruk nipis (Citrus aurantifolia)

yangdi jual di Pasar Legi Kota Jombang didapatkan hasil pada ke-2 sampel

ikan bader (Barbonymus gonionotus) memiliki kadar timbal (Pb) yang

berbeda-beda. Kadar timbal (Pb) yang terendah terdapat pada sampel ikan
bader (Barbonymus gonionotus) pada kode sampel 1 dan 2 dengan

konsentrasi 75% yaitu <0.023 mg/Kg. Pada pemeriksaan ini kadar timbal

(Pb) pada seluruh sampel dikatakan bahwa memenuhi syarat Depkes RI,

sehingga masih aman untuk dikomsumsi karena banyaknya timbal (Pb) yang

dikomsumsi perharinya yaitu 2,0 mg/kg. hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa kadartimbal (Pb) ikan bader (Barbonymus gonionotus) dengan

perendaman filtrat jeruk nipis (Citrus aurantifolia) menurun.Seluruh sampel

masih memenuhi syarat Depkes RI sehingga aman di konsumsi. Dari sampel

air beras secara keseluruhan, dapat dilihat bahwa konsentrasi total merkuri

yang terukur dalam semua sampel beras dengan kulit memiliki nilai yang

lebih besar daripada sampel beras tanpa kulit. Menurut (Rahman et al.

2012), dalam pengukuran kandungan total merkuri terdapat rata-rata

kandungan metil merkuri berkisar antara 18% sampai 40% dari kandungan

total merkuri yang ada. Merkuri mengalami transformasi menjadi metil

merkuri (MeHg) dan terbioakumulasi di dalam bulir beras yang

mengakibatkan bagian bulir beras menjadi bagian dengan tingkat akumulasi

MeHg tertinggi apabila dibandingkan dengan jaringan padi lainnya (Qiu et al,

2011). Menurut studi yang dilakukan oleh Qiu et al. (2011), sebagian besar

MeHg dalam gabah terakumulasi dalam bulir beras yang sudah dipoles,

kemudian dedak padi, dan yang terkecil adalah pada sekam atau kulit

dengan nilai 52%, 35,7%, dan 12.3% dari total MeH.

Menurut Pitoi, (2015), Sianida bebas adalah penentu ketoksikan

senyawa sianida yang dapat didefinisikan sebagai bentuk molekul (HCN) dan

ion (CN¬) dari sianida yang dibebaskan melalui proses pelarutan dan

disosiasi senyawa sianida dan adalah senyawa yang mengandung gugus

siano (CN) yang dikenal sebagai racun yang mudah terbakar dan
mempunyai berat molekul 27,06. Jika terhirup dapat menyebabkan pingsan

dan bahkan kematian.

Menurut penilitian dari (Sudiyono, 2010). Dari hasil pengamatan

didapat kadar air 0.321 ± 0.078%, kadar protein antara 11,824 ± 6,073% dan

kadar HCN (sianida) berkisar antara 18,360 ± 14,710 ppm atau mg/kg. Tidak

terdapat interaksi lama perendaman dan konsentrasi natrium bikarbonat

pada kadar air, protein dan HCN. Terdapat perbedaan nyata pada faktor

konsentrasi Na2HCO3 terhadap protein.

Berdasarkan pernyataan di atas perlu melakukan pemeriksaan logam

berat yaitu merkuri (air beras), Pb (ikan pindang), Sianida (tempe) pada

makanan, karena bahan makanan setiap harinya selalu dikonsumsi oleh

manusia, mudah di temui dan merupakan kebutuhan pokok manusia jadi bisa

di gunakan untuk sampel tersebut, Selain itu juga karena jurnal mudah untuk

di temui.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui pemeriksaan logam berat pada makanan dan minuman yaitu

Merkuri (air beras), Pb (ikan pindang), dan Sianida (tempe).

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui prosedur pemeriksaan logam berat pada makanan dan

minuman yaitu Merkuri (air beras), Pb (ikan pindang), dan Sianida

(tempe).

2. Mengetahui kandungan dari logam berat pada makanan dan minuman

seperti Merkuri (air beras), Pb (ikan pindang), dan Sianida (tempe).

3. Mengetahui konsentrasi kandungan dari logam berat pada makanan

seperti Merkuri (air beras), Pb (ikan pindang), dan Sianida (tempe).


BAB II

METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat

2.1.1 Pengambilan Sampel beras

Hari,tanggal : Selasa, 28 Desember 2021

Waktu : 09.00 WIB

Tempat : Pasar Jeru, Tumpang

2.1.2 Pengambilan sampel ikan pindang

Hari,tanggal : Selasa, 28 Desember 2021

Waktu : 09.00 WIB

Tempat : Pasar Jeru, Tumpang

2.1.3 Pengambilan sampel tempe

Hari,tanggal : Selasa, 28 Desember 2021

Waktu : 09.00 WIB

Tempat : Pasar Jeru, Tumpang

2.1.4 Waktu dan Tempat Praktikum

1. Praktikum dilaksanankan pada Selasa, 28 Desember 2021 pukul

10.00 WIB – selesai di Laboratorium Terpadu Lantai 2 Kampus A

STIKES Widyagama Husada Malang.


2. Praktikum dilaksanakan oleh kelompok 3 dengan anggota yaitu

Faidatul Utami, Andi Jansen Milenanto,Esa Dahil Helsinky , Cahya

Ananta Lariksa, Ericson Ekaputra Sapuranga, Muhamad Fitrah

Wahyudi, Ivan Tedy aryani.

2.2 Alat dan Bahan

2.2.1 Alat Dan Bahan Untuk Uji Merkuri

A. Alat

1. 1 buah spatula

2. 1 Buah tabung reaksi 10 ml

3. 1 Buah mortar dan pastle

4. 1 buah beaker glass (100 ml)

5. 1 buah timbangan digital

6. buah gelas ukur (100 ml)

B. Bahan

1. Tisu

2. Masker

3. Handscon

4. Aquadest 50 ml

5. Alumunium

6. Sampel uji : Beras

7. Reagent : botol pereaksi uji merkuri 1, botol pereaksi uji merkuri 2, dan

kertas uji merkuri

2.2.2 Alat dan Bahan Uji Plumbum

A. Alat
1. 1 buah spatula

2. 1 Buah tabung reaksi 10 ml

3. 1 Buah mortar dan pastle

4. 1 buah beaker glass (100 ml)

5. 1 buah timbangan digital

6. 1 buah gelas ukur (100 ml)

B. Bahan

1. Masker

2. Handscond

3. Plumbum tes strip

4. Alumunium oil

5. Aquadest 50 ml

6. Sampel uji : Ikan

7. Reagent : Reagent Pb-1

2.2.3 Alat dan Bahan Uji Sianida

A. Alat

1. 1 buah spatula

2. 1 Buah tabung reaksi 10 ml

3. 1 Buah mortar dan pastle

4. 1 buah beaker glass (100 ml)

5. 1 buah timbangan digital

6. 1 buah gelas ukur (100 ml)

B. Bahan

1. Alumunium oil

2. Aquadest 50 ml

3. Masker

4. Handscoon
5. Tisu

6. Sampel uji : Tempe

7. Reagent : reagen CN-1, reagen CN-2,

2.3 Preparasi Sampel

1. Menentukan sampel terlebih dahulu

2. Melakukan pengambilan sampel (air beras, ikan pindang, dan tempe)

secara acak di pasar desa Jeru kecamatan Tumpang

2.4 Prosedur Praktikum

2.4.1 Prosedur Praktikum Merkuri

1. Menimbang masing-masing sampel sebanyak 25 gram

2. Menghaluskan sampel menggunakan Mortar dan pestle

3. Memasukkan sampel ke dalam beaker glass, kemudian menambahkan

aquadest sebanyak 50 ml

4. Mengaduk sampel dan mendiamkan hingga larut

5. Mengambil sampel sebanyak 5 ml menggunakan suntikan plastik dan

memindahkan ke dalam tabung reaksi, mengambil sampel sebanyak

dua kali . yang pertama digunakan sebagai sampel dan yang lain

digunakan sebagai kontrol

6. Memasukkan sampel yang sudah larut dengan aquadest dalam tabung

reaksi sebanyak 5 ml.

7. Menambahkan 3 tetes reagent 1 “ merkuri ”, lalu mengaduk hingga

homogen
8. Menambahkan 3 tetes reagent 2 “ merkuri ”, lalu mengaduk hingga

homogen

9. Menyiapkan “mercury Paper (Kertas merkuri)” meneteskan sampel

pada perlakuan “ 3 “ pada permukaannya 1 – 2 tetes dan mendiamkan

beberapa saat, dapat juga dingin-anginkan.

10. Jika sampel mengandung merkuri akan terbentuk perubahan warna

menjadi keunguan.

11. Membandingan dengan deret standart warna merkuri untuk mengetahui

kandungan merkuri pada sample.

2.4.2 Prosedur Praktikum Plumbum

1. Menimbang masing-masing sampel sebanyak 25 gram

2. Menghaluskan sampel menggunakan Mortar dan pestle

3. Memasukkan sampel ke dalam beaker glass, kemudian menambahkan

aquadest sebanyak 50 ml

4. Mengaduk sampel dan mendiamkan hingga larut

5. Mengambil sampel sebanyak 5 ml menggunakan suntikan plastik dan

memindahkan ke dalam tabung reaksi, mengambil sampel sebanyak

dua kali . yang pertama digunakan sebagai sampel dan yang lain

digunakan sebagai kontrol

6. Memasukkan sampel ke dalam tabung uji masing-masing sebanyak 5 ml

7. Menambahkan 5 tetes reagen Pb-1 Kemudian diaduk hingga rata.

8. Memasukkan test strip ke dalam tabung reaksi selama 1 detik, lalu

didiamkan beberapa menit

9. Membandingkan test strip dengan komprator warna

10. Mendokumentasikan hasil uji.

2.4.3 Prosedur Praktikum Sianida


1. Menimbang masing-masing sampel sebanyak 25 gram

2. Menghaluskan sampel menggunakan Mortar dan pestle

3. Memasukkan sampel ke dalam beaker glass, kemudian menambahkan

aquadest sebanyak 50 ml

4. Mengaduk sampel dan mendiamkan hingga larut

5. Mengambil sampel sebanyak 5 ml menggunakan suntikan plastik dan

memindahkan ke dalam tabung reaksi, mengambil sampel sebanyak

dua kali . yang pertama digunakan sebagai sampel dan yang lain

digunakan sebagai kontrol

6. Memasukkan sampel ke dalam tabung uji masing-masing sebanyak 5 ml

7. Menambahkan 1 microspoon reagent Sianida, lalu mengaduk hingga

homogen

8. Menambahkan 5 tetes reagen Sianida Kemudian diaduk hingga rata.

9. Memasukkan test strip ke dalam tabung reaksi selama 1 detik, lalu

didiamkan beberapa menit

10. Membandingkan test strip dengan komprator warna

11. Mendokumentasikan hasil uji


BAB III

HASIL PRAKTIKUM

3.1 Data Hasil Pemeriksaan

3.1.1 Tabel 1 Hasil Pemeriksaan Logam Berat Makanan

No Pemeriksaan Hasil Keterangan


50 mg/l Ada kandungan merkuri
1 Air Beras pada air beras

2 Ikan Pindang 0 mg/l Tidak ada kandungan Pb pada


ikan pindang

3 Tempe 0 mg/l Tidak ada kandungan sianida


pada tempe

Berdasarkan tabel 1, telah diperoleh hasil pemeriksaan kandungan logam

berat pada makanan dengan menggunakan 3 sampel yaitu air beras, ikan

pindang dan tempe. Pada sampel air beras digukanan sebagai indikator adanya

kandungan logam berat jenis merkuri, dan di dapatkan hasil 50 mg/l yang berarti

terdapat adanya kandungan merkuri. Pada sampel ikan pindang digukanan

sebagai indikator adanya kandungan logam berat jenis Pb, dan di dapatkan hasil

0 mg/l yang berarti tidak terdapat adanya kandungan Pb. Pada sampel Tempe

digukanan sebagai indikator adanya kandungan logam berat jenis Sianida, dan di

dapatkan hasil 0 mg/l yang berarti tidak terdapat adanya kandungan sianida.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Analisis Prosedur

Pada praktikum pemeriksaan kandungan logam berat pada makanan yang

telah dilakukan di kampus A STIKES Widyagama Husada Malang. Alat-alat yang

perlu dipersiapkan antara lain beaker glass, mortar dan alu, spatula, timbangan

digital, pipet, tabung reaksi, tabung tutup ulir dan dan gelas ukur. Sedangkan

untuk bahan yang harus di siapkan adalah sampel yang akan di uji yaitu air

beras, ikan pindang, dan tempe. Dan bahan lain yaang dipersiapkan adalah

reagen merkuri 1 dan 2, Reagent Pb-1, reagen CN-1, reagen CN-2.

4.1.1 Prosedur pemeriksaan Merkuri

1. Prosedur pemeriksaan Merkuri Sebelum melakukan praktikum

pemeriksaan kandungan logam berat merkuri, siapkan dahulu alat dan

bahan. Sampel yang digunakan dalam pemeriksaan merkuri adalah air

beras. Mengambil beras dan dimasukan kedalam beaker glass dengan air

biarkan selama 10 menit. Fungsi beaker glass adalah adalah sebuah

wadah penampung yang digunakan untuk mengaduk, mencampur, dan

memanaskan cairan yang biasanya digunakan dalam laboratorium. Fungsi

sampel air beras yang sudah cair tidak perlu dilakukan perlakuan awal.

2. Menyiapkan tabung reaksi dan masukkan 5 ml sampel serta tambahkan

reagent “mercury – 1 “ sebanyak 3 tetes di aduk hingga merata, Fungsi

reagen dari larutan baku yaitu digunakan sebagai larutan pembanding

merkuri (Hg).

3. Setelah homogen tambahkan reagent “mercury – 2 “ sebanyak 3 tetes di

aduk hingga merata. Fungsi reagen dari larutan baku yaitu digunakan

sebagai larutan pembanding merkuri (Hg).


4. Jika sampel mengandung mekuri, kertas mercury akan terjadi perubahan

warna menjadi biru keunguan semakin tinggi konsentrasi mercury semakin

pekat warna birunya. Bandingan dengan deret standart warna / Color Chart

Merkuri untuk mengetahui kandungan Merkuri pada sampel. Fungsi

kertas merkuri adalah untuk mengetahui di dalamnya ada kandungan

merkuri atau tidak dengan perubahan warna.

4.1.2 Prosedur pemeriksaan Timbal (Pb)

1. Pada pemeriksaan kandungan timbal pada makanan digunakan sampel

ikan pindang. memotong sampel menjadi bagian-bagian kecil (dicacah) /

dilumatkan menggunakan mortar & pestle. Fungsi mortar dan pestle

adalah fungsi dari Mortar dan Pestle adalah alat yang digunakan untuk

menghancurkan suatu bahan atau sample seperti daun, akar, seedling,

biji, dan lain-lain, untuk tujuan isolasi DNA, RNA, atau

protein. Mortar adalah bagian wadahnya, sedangkan pestle adalah

bagian batang yang dipegang.

2. Setelah sampel halus kemudian timbang, fungsi timbangan adalah untuk

mengukur masa benda, sebanyak 25 gr dan tambahkan aquades

sebanyak 50 ml lalu aduk sampai homogen. Untuk sampel minuman yang

sudah cair tidak perlu dilakukan perlakuan awal. fungsi dari aquades

adalah Akuades merupakan air hasil penyulingan yang bebas dari zat-zat

pengotor sehingga bersifat murni dalam laboratorium. Akuades berwarna

bening, tidak berbau, dan tidak memiliki rasa. Akuades biasa digunakan

untuk membersihkan alat- alat laboratorium dari zat pengotor

menggunakan spatula mengambil bahan dan mengaduk larutan supaya

tercampur sampai homogen.


3. Setelah sampel homogen saring terlebih dahulu agar terpisah dari bagian

kasarnya. Pindahkan larutan yang telah di saring ke dalam tabung reaksi

sebanyak 5 ml.

4. Teteskan 3 reagent pada sampel yang akan diuji. Aduk beberapa kali dan

diamkan selama 1 menit agar bereaksi. Fungsi reagen dari larutan baku

yaitu digunakan sebagai larutan pembanding Pb.

5. Perlahan tekan test strips kepermukaan sample agar terendam pada zone

reaksi. Setelah 1 menit, bandingkan bahan bereaksi dengan skala warna.

Fungsi test strips adalah untuk mengetahui kandungan dari Pb ada atau

tidak dengan perubahan warna.

4.1.3 Prosedur pemeriksaan Sianida

1. Pada pemeriksaan kandungan sianida sampel yang di gunakan adalah

tempe. Sebelum melakukan praktikum pemeriksaan kandungan logam

berat sianida Siapkan dahulu alat dan bahan. memotong sampel menjadi

bagian-bagian kecil (dicacah) / dilumatkan menggunakan mortar & pestle.

Fungsi dari Mortar dan Pestle adalah alat yang digunakan untuk

menghancurkan suatu bahan atau sample seperti daun, akar, seedling,

biji, dan lain-lain, untuk tujuan isolasi DNA, RNA, atau

protein. Mortar adalah bagian wadahnya, sedangkan pestle adalah

bagian batang yang dipegang.

2. Timbang terlebih dahulu sampel tempe yang telah halus sebanyak 25 gr.

3. Masukkan sample ke dalam tabung uji dengan menggunakan pipet dan

tambahkan aquades sebanyak 50 ml.

4. Pindahkan larutan yang telah disaring ke dalam tabung reaksi sebanyak 5

ml. Tambahkan 1 microspoon yang terdapat pada tutup botol reagen CN-

1, lalu kocok sampai semua reagen terlarut. Tambahkan sebanyak 3 tetes

CN-2 tutup tabung lalu dikocok hingga homogen. Ambil tes strip dan
masukkan ke dalam tabung dan dan diamkan selama 1 menit.

Bandingkan tes strip tersebut dengan chart warna. Fungsi reagen dari

larutan baku yaitu digunakan sebagai larutan pembanding sianidia fungsi

test trip adalah untuk mengetahui kandungan dari sianida ada atau tidak

dengan perubahan warna.

1.2 Analisis Hasil

Dalam praktikum ini, ada tiga pemeriksaan logam berat pada makanan

yang digunakan yaitu merkuri (air beras), Pd (ikan pindang), dan sianida (tempe).

tiga sampel tersebut dilakukan pengukuran pada hari Selasa, 28 Desember 2021

pukul 10.00 sampai 11.30 di kampus A Stikes Widyagama Husada Malang. Dari

hasil pemerikaan logam berat pada makanan ada sampel air beras digukanan

sebagai indikator adanya kandungan logam berat jenis merkuri, dan di dapatkan

hasil 50 mg/l yang berarti terdapat adanya kandungan merkuri. Pada sampel ikan

pindang digukanan sebagai indikator adanya kandungan logam berat jenis Pb,

dan di dapatkan hasil 0 mg/l yang berarti tidak terdapat adanya kandungan Pb.

Pada sampel Tempe digukanan sebagai indikator adanya kandungan logam

berat jenis sianida, dan di dapatkan hasil 0 mg/l yang berarti tidak terdapat

adanya kandungan sianida.

1.2.1 Merkuri

Dari hasil pemerikaan logam berat pada makanan ada sampel air beras

digukanan sebagai indikator adanya kandungan logam berat jenis merkuri, dan di

dapatkan hasil 50 mg/l yang berarti terdapat adanya kandungan merkuri. Logam

berat merupakan istilah yang digunakan untuk unsur-unsur transisi yang

mempunyai massa jenis atom lebih besar dari 5 g/cm3. Menurut Kementerian

Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1990), sifat toksisitas logam

berat dapat dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu bersifat toksik tinggi yang terdiri
dari unsur-unsur mercury (Hg), cadmium (Cd), timbal (Pb), tembaga (Cu) dan

seng (Zn), bersifat toksik sedang terdiri dari unsur-unsur krom (Cr), nikel (Ni), dan

kobalt (Co), dan yang bersifat toksik rendah terdiri atas unsur mangan (Mn) dan

besi (Fe) (Syahfitri, 2011).

Menurut hasil penelitian (Sillia, et al 2021) menunjukkan bahwa

kandungan logam berat merkuri pada beras di beberapa desa yang menjadi

objek penelitian memiliki kandungan merkuri yang bervariasi. Kadar merkuri

pada sampel beras dari Desa Parbulu mencapai 0,024 mg/kg, Desa

Debowae mencapai 0,007 mg/kg, dan Desa Waenetat mencapai 0,027

mg/kg, sementara kandungan merkuri pada beras di desa Gemba Kecamatan

Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) sebagai sampel kontrol adalah

0,002 mk/kg. Meskipun masih berada di bawah ambang batas, namun

keberadaan logam berat merkuri di dalam beras hasil panen petani pada

beberapa Desa yang menjadi objek dalam penelitian ini perlu diperhatikan

dan diwaspadai karena merkuri adalah unsur kimia yang sangat beracun

toksik dan sangat berbahayabagi manusia dan lingkungan.

Merkuri merupakan salah satu logam berat yang berbahaya dan dapat

terjadi secara alamiah di lingkungan, sebagai hasil dari perombakan mineral di

alam melalui proses cuaca/iklim, dari angin dan air. Senyawa merkuri dapat

ditemukan di udara, tanah dan air dekat tempat-tempat kotor dan berbahaya.

Merkuri dapat berikatan dengan senyawa lain seperti klorin, sulfur atau oksigen

membentuk senyawa atau garam merkuri anorganik. Kebanyakan senyawa

merkuri anorganik berupa serbuk atau larutan berwarna putih kecuali untuk

merkuri sulfida (dikenal sebagai sinabar) yang berwarna merah dan berubah

menjadi hitam apabila terkena cahaya. Umumnya merkuri ditemukan di alam

dalam bentuk merkuri metalik, merkuri sulfida, merkuri klorida dan metil merkuri.

Merkuri pada air beras di dapatkan hasil 50 mg/l yang berarti terdapat adanya
kandungan merkuri. Secara alamiah merkuri terjadi dalam beberapa bentuk di

lingkungan/alam. Biasanya ditemukan/berada pada ikan laut atau kekerangan

secara alamiah ± 0,1 mg/kg. Dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui

penyerapan udara yang mengandung bau/uap metalik merkuri, atau saat

mengkonsumsi pangan yang tercemar merkuri. Saat manusia menghirup uap

merkuri, 80% merkuri akan langsung masuk ke dalam darah dari paru-paru dan

dengan cepat menyebar ke organ tubuh lainnya termasuk otak dan ginjal.

Menghirup merkuri organik dapat mempengaruhi otak dan fungsi lainnya, dan

akan menyebabkan bermacam-macam gejala seperti mudah marah, suka

gemetar, kehilangan sensasi, kesulitan daya ingat, otak yang tidak terorganisir,

dan lain-lain. Apabila kontak dengan kulit, dapat menyebabkan alergi dan reaksi

yang terjadi tergantung daya tahan tubuh seseorang. Data dari Balai Besar

Sumber Daya Lahan Pertanian menunjukkan bahwa kandungan merkuri dalam

beras rata-rata 0,20 mg/kg. Masuknya bahan pencemar dalam lingkungan

merupakan hamburan yang sangat cepat, akan tetapi masuknya bahan

pencemar dalam tubuh organisme harus melewati membran sel dan kemudian

masuk ke dalam ruang sel, membran sel memegang peranan yang sangat

penting dalam mengatur pergerakan bahan pencemar atau bahan kimia

sehubungan dengan 25 derajat kepekatan bahan pencemar dan sisi pembatas

membran berdasarkan urutan fungsí sel. Mekanisme masuknya bahan pencemar

ini dapat terjadi secara difusi pasif, filtrasi, pengangkutan aktif, difusi aktif dan

pinositosis.Tingkat bahaya suatu zat kimia berupa logam berat dalam tubuh

(xenobiotik) adalah kemungkinan dapat menimbulkan kerusakan atau dapat

menyebabkan efek gangguan kesehatan merugikan atau bahkan dapat

menyebabkan kematian, meskipun hal ini sangat tergantung dengan toksisitas,

dosis, lama pemaparan dan respon individu (Asih, 2019).


Merkuri pada air beras di dapatkan hasil 50 mg/l yang berarti terdapat

adanya kandungan merkuri pada sampel beras baik dari daerah yang menjadi

objek penelitian maupun kontrol masih berada di bawah ambang batas

maksimum cemaran logam berat dalam pangan yang ditetapkan oleh SNI

7387:2009 yaitu 0,2 mg/kg untuk beras. Sedangkan batas maksimum cemaran

logam berat dalam makanan, sesuai dengan SK Dirjen POM

No.03725/B/SK/VII/89. Meskipun masih berada di bawah ambang batas, namun

keberadaan logam berat merkuri di dalam beras hasil panen petani pada

beberapa desa yang menjadi objek dalam penelitian ini perlu diperhatikan dan

diwaspadai karena merkuri adalah unsur kimia sangat beracun (toksik) karena

dapat bercampur dengan enzim di dalam tubuh manusia sehingga menyebabkan

hilangnya kemampuan enzim untuk bertindak sebagai katalisator untuk fungsi

tubuh yang penting (Midrat, dkk 2013).

Bioakumulasi merupakan pengambilan atau akumulasi suatu bahan kimia

di dalam tubuh mahluk hidup. Pencemaran logam berat di perairan dapat

menyebabkan biota yang hidup di dalamnya menjadi tercemar pula. Hal ini dapat

terjadi karena biota dapat mengakumulasikan residu logam berat melalui rantai

makanannya yang akan menyebabkan keracunan dan akhirnya membahayakan

kesehatan manusia bila mengkonsumsinya. akumulasi terjadi karena adanya

proses absorbsi logam berat yang masuk ke dalam tubuh melalui saluran

pernapasan dan saluran pencernaan. Proses ini semakin lama menyebabkan

peningkatan logam berat dalam jaringan tubuh organisme perairan dan dapat

menyebabkan kematian organisme tersebut (Triana dkk, 2012).

Banyaknya aktivitas penambangan emas di sepanjang sungai Mandor

sangat memungkinkan perairan tersebut tercemar oleh logam berat terutama

merkuri sehingga mengakibatkan turunnya kualitas air sungai. Merkuri dan

turunannya sangat beracun, sehingga kehadirannya di lingkungan perairan dapat


mengakibatkan kerugian pada manusia karena sifatnya yang mudah larut dan

terikat dalam jaringan tubuh organisme air. Selain itu pencemaran perairan oleh

merkuri mempunyai pengaruh terhadap ekosistem setempat yang disebabkan

oleh sifatnya yang stabil dalam sendimen, kelarutannya yang rendah dalam air

dan kemudahannya diserap dan terkumpul dalam jaringan tubuh organisme air,

baik melalui proses bioakumulasi maupun biomagnifikasi (Triana dkk, 2012).

Upaya pengendalian merkuri pada air beras. Pemberian bahan organik

berupa jerami kompos dikombinasikan dengan pencucian air bebas ion dapat

menurunkan kandungan logam berat merkuri dalam beras sampai di bawah

ambang batas yang disarankan Dirjen POM sebesar 0,05 ppm = 50 ppb.

Pemberian jerami kompos dengan pencucian air 1 atau 2 liter setiap tiga hari

maupun tanpa pencucian, dapat menekan kandungan logam berat merkuri (Hg)

dalam beras sampai 14, 23 dan 25 ppb. Pemberian bahan organik

dikombinasikan dengan pencucian dapat menurunkan kandungan logam berat

merkuri (Hg) dalam tanah sampai 84%, meskipun belum sampai di bawah batas

ambang yang dianjurkan. Pengelolaan tanah tercemar logam berat merkuri (Hg),

dianjurkan diberikan bahan organik yang cukup, dikombinasikan dengan

pencucian, dan ditanami komoditas yang akan diambil bijinya (beras atau

gabah), tidak disarankan untuk mengkonsumsi hijauan atau biomasnya

(Purwadinata, dkk 2013).

1.2.2 Pb

Timbal atau Pb disebut juga plumbum atau timah hitam adalah unsur kimia

dengan lambang Pb dan nomor atom 82. Unsur ini merupakan logam berat

dengan massa jenis yang lebih tinggi daripada banyak bahan yang ditemui

sehari-hari, Menurut penilitian dari, (Mirawati, et al 2016). Logam berat Pb

banyak digunakan dalam industri, seperti industri produksi baterai, amunisi,


pelapis kabel, pipa, pewarna dan campuran dalam pembuatan pelapis keramik,

serta bahan bakar.

Pada sampel ikan pindang digukanan sebagai indikator adanya kandungan

logam berat jenis Pb, dan di dapatkan hasil 0 mg/l yang berarti tidak terdapat

adanya kandungan sianida, Kemungkinan besar bahwa sampel kelompok kami

tidak terdapat kandungan Pb karena bahan logam berat tersebut masih tidak

terkontaminasi Pb.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Zulfikar di Kelurahan Barombong,

Kota Makassar, konsentrasi timbal (Pb) pada air laut sebesar 0,516 mg/l dan

pada ikan baronang berkisar 1,023-1,761 mg/kg. Sedangkan di kelurahan Tallo

konsentrasi timbal (Pb) pada air laut sebesar 0,395 mg/l dan pada ikan baronang

berkisar 0,967-1,754 mg/kg. Setelah dibandingkan dengan standar kualitas air

berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun

2004 Tentang Baku Mutu Air Laut, dimana baku mutu timbal (Pb) dalam air laut

adalah 0,05 mg/l, dan untuk ikan berdasarkan SNI7387-2009 tentang Batas

Maksimum Cemaran Logam Berat Dalam Pangan, batas maksimum cemaran

timbal (Pb) pada ikan dan hasil olahannya yaitu 0,3 mg/kg., ternyata keduanya

telah melebihi nilai ambang batas yangtelah ditentukan yaitu 0,05 mg/L untuk air

dan 0,3 ppm untuk ikan

Menurut penilitian dari (Izzati, 2020). Proses masuknya Pb dalam tubuh

ikan yakni melalui bagian pertama berupa insang kerana proses difusi dengan air

yang selanjutnya disebarkan ke seluruh tubuh melalui darah dan timbunan Pb

terdapat pada daging ikan. Penelitian menunjukkan bahwa kadar timbal pada

ikan pindang salem yang diperoleh dari pasar Johar sebesar 0,0633 ± 0,00577

mg/kg.

Ada 2 mekanrsme masuk logam berat ke dalam tubuh mahluk hidup, yartu

melalur proses penyerapan dan melalut ranlai makanan Banyak pengaruh


negatif yang ditimbulkan apabila logam berat berada dalam konsentrasr trnggl

dalam lubuh, misal menghambat lalu fotosintesis. merubah bentuk se],

memperkeql ukuran sel, menghambat lalu pertumbuhan, dan yang palLng fatal

adalah menyebabkan kematian. Berdasarkan pada hasil penelltlan yang

dilakukan, kandungan logam berat dalam tubuh mahluk hidup ditentukan oleh

konsentrasi logam beral terlarut dalam air dan oleh kandungan agen pengikat

logam berat dalam tubuh mahluk hldup tersebut. Kandungan karbohidrat protein,

dan lemak menjadi agen yang berperan penting dalam proses pengrkalan logam

berat. (Puspasari, R. 2017).

Bagi pasien yang mengalami keracunan timbal dengan kadar rendah,

penanganan dapat dilakukan dengan menghindari paparan timbal, seperti

menghindari lingkungan yang berisiko tinggi terkontaminasi timbal dan

membuang barang yang menjadi sumber kontaminasi. Tindakan ini cukup untuk

mengurangi kadar timbal dalam darah.Bagi pasien yang menderita keracunan

timbal dengan kadar tinggi, dokter akan memberikan terapi berupa:

Mengonsumsi karbon aktif dapat mengikat timbal di dalam saluran pencernaan

untuk dikeluarkan bersama dengan urine.Pengobatan ini dilakukan untuk

mengikat timbal dalam darah dengan memberi obat calcium disodium

ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA). Obat ini diberikan dalam bentuk

suntikan ke pembuluh darah.

Akumulasi melalui proses biologi (bioakumulasi) terjadi melalui proses

makan memakan sehingga akumulasi logam berat dalam jaringan tubuh

organisme dapat terjadi pada setiap tingkatan. bahwa pemindahan logam berat

dalamtubuh organisme dapat dipengaruhi kebiasaan organisme dalam cara

memakan makanannya. Dalam lingkungan perairanyang tercemar, kesukaan

terhadap bahanmakanan atau kebiasaan makan sangat penting disebabkan


adanya penambahan logam berat dalam sedimen, partikulat dadetritus. (Zainuri,

S. 2018).

Racun timbal dapat merusak fungsi organ dan sistem tubuh manusia,

terutama anak-anak. Timbal dapat masuk ke dalam tubuh jika terserap melalui

kulit, tertelan, atau terhirup. Tidak ada batas aman untuk kadar timbal dalam

tubuh, bahkan kadar timbal yang rendah tetap dapat menyebabkan gangguan

kesehatan (Handyani, 2017).

Menurut Harahap (2019), salah satu upaya untuk mengurangi pencemaran

Timbal (Pb) di udara adalah dengan mengurangi emisi gas buang yang

mengandung Timbal (Pb), yang meliputi;

1) Tidak makan, tidak minum, tidak merokok dikawasan yang tercemar

Timbal (Pb);

2) Menyediakan fasilitas ruang makan yang terpisah dari lokasi

pencemaran Timbal (Pb);

3) Tempat penyimpanan makanan atau minuman tertutup sehingga

tidak kontak dengan debu atau asap Timbal (Pb);

4) Mengurangi emisi gas buang yang mengandung Timbal (Pb), baik

dari kendaraan bermotor maupun industri;

5) Bagi para pekerja yang kontak dengan Timbal (Pb) sebaiknya

mereka menggunakan peralatan standar keamanan dan keselamatan

kerja.

1.2.3 Sianida
Definisi sianida adalah Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung

gugus siano C≡N, dengan atom karbon terikat-tiga ke atom nitrogen, Senyawa

sianida adalah senyawa kimia yang bersifat toksik dan merupakan jenis racun

yang paling cepat aktif dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian

dalam waktu beberapa menit. (Arisanti, et al. 2018).

Pada sampel Tempe digukanan sebagai indikator adanya kandungan

logam berat jenis Sianida, dan di dapatkan hasil 0 mg/l yang berarti tidak

terdapat adanya kandungan sianida.

Menurut hasil penelitian (Agustina, 2015) yang telah dilakukan dapat

diketahui bahwa perbandingan proporsi kedelai dan koro kratok putih sangat

berpengaruh nyata terhadap sifat fungsional dan zat anti nutrisi tempe berbahan

baku kedelai dan koro kratok putih. Tempe berbahan baku kedelai dan koro

kratok putih memiliki aktivitas antioksidan berkisar antara 15,20 – 34,46%. Total

polifenol berkisar antara 0,17 – 0,36 mg/g. Kadar asam sianida (HCN) berkisar

antara 0,14 – 0,63 mg/100g. Kandungan asam fifat berkisar antara 3,84 – 5,73

mg/g. Dan protein terlarut berkisar antara 44,34 – 60,02 mg/g. Untuk mengatasi

ketergantungan polifenol dan antioksidan sehingga bisa dikembangkan sebagai

pangan konvensional. Akan tetapi, koro kratok juga mengandung asam sianida

(HCN) dan asam fitat. Salah satu cara untuk mengolah koro menjadi tempe.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui karakteristik fungsional dan zat

antinutrisi tempe dengan perlakuan perbandingan komposisi kedelai (Glycine

max(L.) Merill) dan koro kratok (Phaseolus lunatus L.) putih.

Mekanisme sianida masuk ke dalam tubuh Sianida bersifat sangat letal

karena dapat berdifusi dengan cepat pada jaringan dan berikatan dengan organ

target dalam beberapa detik. Sianida dapat berikatan dan menginaktifkan

beberapa enzim, terutama yang mengandung besi dalam bentuk Ferri (Fe3+)

dan kobalt. Kombinasi kimia yang dihasilkan mengakibatkan hilangnya integritas


struktural dan efektivitas enzim. Sianida dapat menyebabkan terjadinya hipoksia

intraseluler melalui ikatan yang bersifat ireversibel dengan cytochrome oxidase

a3 di dalam mitokondria. Cytochrome oxidase a3 berperan penting dalam

mereduksi oksigen menjadi air melalui proses oksidasi fosforilasi. Ikatan sianida

dengan ion ferri pada cytochrome oxidase a3 akan mengakibatkan terjadinya

hambatan pada enzim terminal dalam rantai respirasi, rantai transport elektron

dan proses osksidasi forforilasi. Fosforilasi oksidatif merupakan suatu proses

dimana oksigen digunakan untuk produksi adenosine triphosphate (Cahyawati,

2017).

bioakumulasi dan biomagnifikasi berdasarkan nilai Kow-nya dan sebagian

besar metabolit dikeluarkan melalui urin dalam bentuk thiosianat, SCN- (60-

80%), 2-aminothiazoline-4-carboxylic acid (ATCA) atau 2-iminothiazolidine-4-

carboxylic acid, ITCA (15%), serta gas HCN dan CO2. Biomarker organisme

yang terpapar sianida yaitu kandungan CN- , SCN- , ATCA atau ITCA pada urin

dan darah; perubahan histopatologis di limpa, hepato-renal dan ginjal; penurunan

aktivitas enzim katalase pada jaringan hati, insang, otak, dan otot ikan;

perubahan aktivitas laktat dehydrogenase (LDH) dan suksinat dehydrogenase

(SDH), tingkah laku, laju respirasi, dan metabolit (asam piruvat dan asam laktat).

Keracunan senyawa sianida, sianogen klorida, dan senyawa lain yang

dapat membebaskan sianida (10 kali dosis maksimal) melalui mulut dan inhalasi

akan menyebabkan koma dengan segera, konvulsi, dan kematian dalam waktu 1

sampai 15 menit. Dengan dosis mendekati dosis maksimal, keracunan melalui

mulut, inhalasi, atau absorpsi melalui kulit akan menyebabkan kepala pening,

pernafasan cepat, muntah, peradangan, sakit kepala, mengantuk, tekanan darah

turun dan koma. Kematian pada waktu konvulsi terjadi dalam waktu 4 jam jika

keracunan disebabkan oleh semua turunan sianida, kecuali natrium nitroprusid

yang mengakibatkan kematian dalam waktu 12 jam setelah keracunan. (Sartono,


2001) Keracunan akrilonitril melalui inhalasi menyebabkan mual, muntah, diare,

badan lemah, sakit kepala, dan ikterus. Sedangkan kontaminasi pada kulit,

menyebabkan nekrolisis epidermis. Keracunan kalsium sianamid melalui mulut,

menyebabkan kulit dan selaput lendir meradang, sakit kepala dan tekanan darah

turun. Gejala yang timbul akan diperkuat oleh penggunaan etanol, setelah

keracunan kalsium sianamid (Vernanda, 2019).

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Pada prosedur praktikum pemeriksaan logam berat (merkuri, Pb, sianida),

prosedur kerja praktikum tidak sesuai pada buku pedoman.

2. Pada pemeriksaan logam berat makanan pada sampel air beras

kandungan merkuri pada sampel kontrol 0 mg/L dan pada sampel uji 50

mg/L.

3. Pada pemeriksaan logam berat makanan pada sampel ikan pindang

kandungan timbal (Pb) pada sampel uji dan sampel kontrol 0 mg/L.

4. Pada pemeriksaan logam berat makanan pada sampel tempe kandungan

sianida (CN) pada sampepl uji dan sampel kontrol 0 mg/L.

5.2 Saran
1. Para Mahasiswa pada praktikum pemeriksaan logam berat, dalam hal

memilih sampel uji lebih baik untuk hasil praktikum yang lebih maksimal

2. Pemerintah dan BPOM harus melakukan pengawasan yang ketat dalam

pengawasan terhadap bahan makanan pokok seperti beras, pengolahan

bahan makanan ikan dan tempe.

3. Bagi masyarakat perlu ditingkatkan pengetahuan untuk mengetahui

bahan makanan yang mengandung logam berat.

DAFTAR PUSTAKA

Handayanto, (2017). Fitoremediasi dan phytomining logam berat pencemar

tanah. Universitas Brawijaya Press.

Munandar, (2016). Keanekaragaman ikan yang bernilai ekonomi dan kandungan

logam berat Pb dan Cd pada Ikan Sapu-Sapu di Sungai Bedadung Jember.

In Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science,

Enviromental, and Learning (Vol. 13, No. 1, pp. 717-722).

Albasar, (2017). Pajanan Merkuri (Hg) Pada Masyarakat Di Kelurahan Poboya

Kota Palu Sulawesi Tengah. Jurnal. Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Universitas Hasanuddin.

Pitoi, (2015). Sianida klasifikasi, toksisitas, degradasi, analisis (Studi Pustaka)."

Jurnal MIPA 4.1 (2015): 1-4.


Istiqomah, (2018). Gambaran Tingkat Kecerahan Dan Kadar Asam Sianida

Tepung Rebung Bambu Ampel (Bambusa vulgaris) Yang Direndam

Berdasarkan Variasi Konsentrasi Larutan Natrium Metabilsufit (Doctoral

dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 19/M-DAG/PER/3/2014 Tahun 2014

Madeali, W. B. (2019). ANALISIS KUALITAS PRODUKSI TEMPE DENGAN

METODE SEVEN TOOLS DI UD MAJU JAYA. JITMI (Jurnal Ilmiah Teknik

dan Manajemen Industri), 2(1), 74-80.

Nur, I. (2019). Penyakit ikan. Deepublish.

Bariatik, B. (2017). Penetapan Kadar Timbal (Pb) pada Ikan Bader (Barbonymus

Gonionotus) dengan Perendaman Filtrat Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)

(Studi di Pasar Legi Kota Jombang) (Doctoral dissertation, STIKES Insan

Cendekia Medika Jombang).

Rahman, et al (2012). Development of A Method For Specification Of Mercury In

Environmental Sample Analysis. The Malaysian Journal of Analytical

Sciences, Vol 16 No 2, 194 –201.

Sudiyono, (2010). Penggunaan Na2hco3 untuk Mengurangi Kandungan Asam

Sianida (Hcn) Koro Benguk pada Pembuatan Koro Benguk Goreng. Agrika:

Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, 4(1), 23244.

Syahfitri, W., Damastuti, E., & Kurniawati, S. (2011). Penentuan Logam Berat Cr,

Co, Zn, dan Hg Pada Beras dan Kedelai dari Wilayah Kota Bandung.

In Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir (pp. 213-219).


Indonesia, S. N. (2009). Batas maksimum cemaran logam berat dalam

pangan. SNI, 7387(2009), 29.

Mirdat, Patádungan Y.S, Isrun. (2013). Status Logam Berat Merkuri (Hg) Dalam

Tanah Pada Kawasan Pengolahan Tambang Emas di Kelurahan Poboya,

Kota Palu. e-J. Agrotekbis 1 (2) : 127-134.

Purwadinata, P., & Sutrisno, N. (2013). Rehabilitasi lahan pertanian tercemar

limbah industri (Hg dan Pb) dalam mendukung pembangunan pertanian

ramah lingkungan. In Prosiding Seminar Nasional Matematika, Sains, dan

Teknologi (Vol. 4, pp. 72-81).

Gustantin A, S. (2015). KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA, DAN ORGANOLEPTIK

SUSU BERBAHAN BAKU KEDELAI (Glycine max (L.) Merill.) DAN KORO

KRATOK (Phaseolus lunatus L.) PUTIH DENGAN PENAMBAHAN

CARBOXY METHYL CELLULOSE.

Mirawati, et al (2016). Kandungan logam berat timbal (Pb) pada air, sedimen,

dan kerang hijau (Perna viridis) di Perairan Trimulyo dan Mangunharjo

Semarang. Buletin Oseanografi Marina, 5(2), 121-126.

IZZATI, O. A. (2020). STUDI KANDUNGAN LOGAM TIMBAL (Pb) DAN

MIKROBA PADA IKAN LAYANG (Decapterus sp.) SEGAR DAN PINDANG

DI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN SEBAGAI

SUMBER BELAJAR BIOLOGI (Doctoral dissertation, Universitas

Muhammadiyah Malang).

Puspasari, R. (2017). Logam dalam ekosistem perairan. BAWAL Widya Riset

Perikanan Tangkap, 1(2), 43-47.


Zainuri, S. (2018). Kadar Logam Berat Pb Pada Ikan Beronang (Siganus sp),

Lamun, Sedimen dan Air di Wilayah Pesisir Kota Bontang-Kalimantan

Timur. Jurnal Kelautan: Indonesian Journal of Marine Science and

Technology, 4(2), 102-118.

Handayani, C., & Zulhidayati, R. (2017). Validasi Metode Analisa Kadar Timbal

(Pb) dalam Rambut Karyawan SPBU di Indarung. Chempublish Journal,

ISSN, 2503588.

Cahyawati, P. N. (2017). Keracunan Akut Sianida. WICAKSANA: Jurnal

Lingkungan dan Pembangunan, 1(1), 80-87.

Vernanda. 2019. Analisa Sianida Pada Ubi Racun (Manihot Glaziovii) Pada

Pemeriksaan Langsung Perendaman 2 Jam 4 Jam Dan 8 Jam. Karya Tulis

Ilmiah. Program Studi Analis Kesehatan. Politeknik Kesehatan Kemenkes

RI Medan.

Muyassaroh, 2018. Uji Toksisitas Sodium Sianida (NaCN) Pada Beberapa

Spesies Ikan Air Tawar: REVIEW (The Toxicity Test of Sodium Cyanide

(NaCN) to Some Species of Freshwater Fish: A Review). Jurnal Manusia

dan Lingkungan, 25(1), 1-6.

Asih, A, Y, P. 2019. Analisa Kadar Cu (Cuprum) Pada Udang Di Pasar

Tradisional Surabaya Berdasarkan Fisik Udang. Fakultas Kesehatan.

Universitas Nahdlatul Ulama. Surabaya.

Triana, L., dkk. 2012. Analysis of Mercury Heavy Metal Pollution In Water And

Shrimp In Mandor River in Mandor District of Landak Regency. Jurnal

Kesehatan Lingkungan Indonesia 11(2): 144-152.


Harahap, W, R, D. 2019. Analisa Kadar Timbal (Pb) Pada Gorengan Yang

Disajikan Menggunakan Penutup Dan Tidak Menggunakan Penutup Di

Padangsidimpuan Utara Tahun 2018. Skripsi. Program Studi S1

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas

Sumatera Utara.

LAMPIRAN

A. Uji Merkuri pada Beras

Gambar 1 Menyiapkan beras yang Gambar 2 Mengambil air

sudah di rendam. rendaman beras menggunakan


pipet.

Gambar 3 Menambah Larutan MC Gambar 4 Menambahkan larutan

1 sebanyak 3 tetes lalu di MC 2 sebanyak 3 tetes lalu di

homogenkan. homogenkan

Gambar 5 larutan pereaksi dan Gambar 6 Mengambil pipet dan


kontrol digunakan untuk di teteskan di test strip
perbandingan

Gambar 7 Bandingkan di

Komporator warna Merkuri,


A. Uji Pb Pada Ikan Pindang

Gambar 1 Cacah dan timbang Gambar 2 Masukkan ke beaker

ikan pindang sampai halus glass.

sebanyak 25 gr.

Gambar 3 Siapkan Aquades Gambar 4 Aduk sampel hingga

sebanyak 50 ml dan campur homogen

sampel.

Gambar 5 Ambil sampel Gambar 6 Tuangkan reagen asam

sebanyak 5 ml ke dalam tabung cuka sebanyak 3-5 tetes

tutup ulir sebanyak 2 kali.


Gambar 7 larutan pereaksi dan Gambar 8 masukkan test strip dan

Control digunakan untuk tunggu beberapa saat.

perbandingan

Gambar 9 Bandingkan di

Comparator disk Pb.

A. Uji Sianida pada Tempe

Gambar 1 Cacah tempe Gambar 2 Timbang sebanyak 25

menggunakan mortal dan pestle. gr.


Gambar 3 menyiapkan Aquades
Gambar 4 Mencampur sampel dan
sebanyak 50 ml di beaker glass.
Aquades aduk hingga homogen.

Gambar 5 Mengambil sampel Gambar 6 Mengambil 1


sebanyak 5 ml. mikrospoon pada reagen CN 1

Gambar 7 Menuangkan reagent Gambar 8 Larutan Pereaksi dan

CN 2 sebanyak 3 tetes lalu control digunkan untuk

homogenkan. perbandingan.
Gambar 9 Masukkan Test strip Gambar 10 Bandingkan di

pada sampel lalu tunggu Komparator warna Sianida.

beberapa saat.

Anda mungkin juga menyukai