Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS CEMARAN LOGAM TIMBAL, TEMBAGA, DAN KADMIUM PADA

TEPUNG TERIGU SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

Rusdi1), Qorirah Nursyasa2), Zulharmita2)


1)
. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang.
Email: Qorirah.ss@gmail.com

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian terhadap kandungan logam timbal (Pb), tembaga (Cu), dan kadmium (Cd)
pada tepung terigu yang beredar di Pasar Raya Kota Padang. Sampel yang digunakan adalah sampel tepung
terigu dengan merek Segitiga Biru (SB), Lencana Merah (LM), dan Cakra Kembar (CK). Tujuan penelitian
adalah untuk analisis cemaran logam Pb, Cu, dan Cd secara kualitatif dan kuantitatif pada tepung terigu dengan
menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom. Hasil penelitian diperoleh kadar logam Pb pada sampel SB
sebesar 0,7058 mg/kg, sampel LM sebesar 0,7527 mg/kg, dan sampel CK sebesar 0,4332 mg/kg. Kadar logam
Cu pada sampel SB sebesar 0,4064 mg/kg, sampel LM sebesar 0,4138 mg/kg, dan sampel CK sebesar 0,4065
mg/kg. Sedangkan kadar logam Cd pada sampel SB sebesar 0,0731 mg/kg, sampel LM sebesar 0,0678 mg/kg,
dan sampel CK sebesar 0,0789 mg/kg. Berdasarkan uji lanjut t dua sampel berpasangan menunjukkan bahwa 3
kelompok tepung terigu Segitiga Biru, Lencana Merah, dan Cakra Kembar mengandung kadar timbal, tembaga,
dan kadmium yang berbeda secara signifikan. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan kadar logam Pb, Cu,
dan Cd pada tepung terigu tidak melewati batas maksimum yang telah ditetapkan.

Kata Kunci: Timbal, Tembaga, Kadmium, Tepung Terigu, Spektrofotometri Serapan Atom

ABSTRACT

A research has been conducted on the content of lead (Pb), copper (Cu) and cadmium (Cd) in wheat
flour circulating in the Pasar Raya City of Padang. The samples used were samples of wheat flour with the
brands of Segitiga Biru (SB), Lencana Merah (LM), and Cakra Kembar (CK). The research objective was to
analyze the contamination of Pb, Cu, and Cd metals qualitatively and quantitatively on wheat flour using
Atomic Absorption Spectrophotometry. The results of the study showed that the Pb metal content in the SB
sample was 0.7058 mg / kg, the LM sample was 0.7527 mg / kg, and the CK sample was 0.4332 mg / kg. The
Cu metal content in the SB sample was 0.4064 mg / kg, the LM sample was 0.4138 mg / kg, and the CK sample
was 0.4065 mg / kg. While the Cd metal content in the SB sample was 0.0731 mg / kg, the LM sample was
0.0678 mg / kg, and the CK sample was 0.0789 mg / kg. Based on the follow-up test, two paired samples
showed that 3 groups of Segitiga Biru flour, Lencana Merah and Cakra Kembar contain significantly different
levels of lead, copper, and cadmium. It’s concluded that the levels of Pb, Cu, and Cd metals in wheat flour do
not exceed the maximum limit that has been set.

Keywords: Lead, Copper, Cadmium, Wheat Flour, Atomic Absorption Spectrophotometry

PENDAHULUAN Australia, Canada, dan Amerika


Tepung terigu merupakan salah (Nugraheni, 2016).
satu bahan makanan yang paling banyak Tepung terigu merupakan tepung
digunakan di Asia termasuk Indonesia. atau bubuk halus yang berasal dari biji
Pada umumnya digunakan sebagai bahan gandum yang mengandung banyak zat
dasar dalam pembuatan mie, roti biskuit, pati, yaitu karbohidrat kompleks yang
berbagai jenis kue dan makanan tradisional tidak larut dalam air. Tepung terigu juga
lainnya (Sediaoetama, 2009). Tingginya mengandung protein dalam bentuk gluten,
penggunaan tepung terigu di Indonesia yang berperan dalam menentukan
mendorong pengusaha untuk memproduksi kekenyalan makanan (Nugraheni, 2016).
tepung terigu dalam berbagai merek. Terdapatnya logam dalam bahan
Tepung terigu adalah suatu jenis tepung pangan kebanyakan merupakan residu
yang terbuat dari biji-bijian yaitu gandum karena metode pengolahan yang tidak
dimana biji-bijian tersebut sampai saat ini baik, penggunaan peralatan logam yang
masih diimpor dari beberapa negara seperti tidak sesuai dengan kondisi bahan,
misalnya keasaman, kesadahan air, dan
1
lain sebagainya, atau karena pencemaran membahayakan kesehatan manusia.
lingkungan yang menyebabkan kehidupan Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor
yang ada menjadi tercemar logam berat. 7837:2009 tentang Batas Maksimum
Berbagai bahan pangan dapat Cemaran Logam Berat dalam Pangan
terkontaminasi atau mengandung logam mendefinisikan logam berat sebagai
berat (Hadiwiyoto, 2014). elemen kimiawi metalik dan metaloida
Logam berat umumnya dapat yang memiliki bobot jenis tinggi yang
terkandung dalam tepung terigu sebagai bersifat racun bagi manusia. Dalam kadar
akibat dari tahapan produksi sehingga rendah, logam berat umumnya sudah dapat
pabrik menggunakan pengikat logam meracuni tumbuhan, hewan, dan manusia
untuk menetralisir cemaran logam berat (Badan Standardisasi Nasional, 2009).
tersebut. Badan Pengawas Obat dan Badan Standar Nasional Indonesia
Makanan (BPOM) Indonesia juga telah (2009) menyatakan bahwa batas
melakukan pengawasan yang ketat maksimum cemaran timbal pada tepung
terhadap batas maksimal cemaran logam terigu adalah 1 mg/kg dan tembaga sebesar
berat dalam tepung terigu sebelum suatu 10 mg/kg. Sedangkan menurut Badan
produk dipasarkan, namun logam ini dapat Standardisasi Nasional (2006), batas
juga mencemari tepung terigu selama maksimum cemaran logam berat dalam
transportasi atau dari kontaminasi pangan yaitu kadmium 0,2 mg/kg. Metode
lingkungan seperti polusi udara atau yang digunakan adalah Spektrofotometri
mungkin juga pada proses produksi Serapan Atom dapat menentukan kadar
(Badan Pengawasan Obat Dan Makanan logam dalam cuplikan yang terdapat pada
Republik Indonesia, 2009). beberapa jenis logam, dengan konsentrasi
Sumber kontaminasi timbal pada yang sangat kecil, pengerjaannya cepat
makanan salah satunya melalui dengan sensitifitas tinggi, selektif dan
pencemaran udara berupa emisi gas sangat spesifik untuk unsur yang akan
buangan kendaraan bermotor. ditentukan (Day & Underwood, 2002).
Diperkirakan hampir 90 % logam timbal Metode ini didasarkan pada prinsip
yang masuk ke dalam tubuh manusia penyerapan cahaya oleh atom. Atom-atom
berasal dari makanan. Kualitas udara yang akan menyerap cahaya pada panjang
buruk di kota-kota besar atau adanya gelombang tertentu, tergantung pada sifat
pencemaran udara merupakan penyebab unsurnya (Gandjar & Rhoman, 2007).
kebanyakan keracunan logam timbal pada Berdasarkan uraian di atas, maka
manusia. Hal ini disebabkan masih perlu diadakan penelitian mengenai
banyaknya digunakan bahan bakar analisis kandungan logam berat Pb, Cu dan
(bensin) kendaraan bermotor yang Cd pada tepung terigu yang dianalisis
mengandung logam timbal, seperti di secara Spektrofotometri Serapan Atom
Indonesia. Pencemaran logam tembaga (SSA).
pada bahan makanan dapat terjadi karena
penggunaan pupuk dan pestisida secara METODE PENELITIAN
berlebihan (Alsuhendra & Ridawati, 2013) Alat dan Bahan
dan pencemaran Kadmium berasal dari A. Alat
debu, pupuk limbah lumpur, pupuk fosfat, Alat yang digunakan dalam analisis
dan pestisida (Widowati et al., 2008). kandungan timbal, tembaga, dan kadmium
Bahan pencemar dapat masuk ke pada tepung terigu adalah Spektrofometri
tubuh manusia melalui organ-organ Serapan Atom (Varians AA 240), lampu
pernapasan maupun pencernaan dan katoda berongga timbal (Varians), lampu
melalui bahan makanan atau minuman. katoda berongga tembaga (Varians), lampu
Oleh karena itu, apabila pencemar tersebut katoda berongga kadmium (Varians), gelas
tidak dikelola secara baik akan ukur (Pyrex), gelas piala (Pyrex),

2
timbangan analitik (deriveri instrumen), cukupkan volume dengan larutan asam
labu ukur (Pyrex), krus porselen, tanur nitrat (HNO3) 0,1 N. Kemudian sampel di
(Carbolite), mortar, pipet tetes, batang ukur dengan alat spektrofotometri serapan
pengaduk, spatel dan kertas Whatman atom.
No.42.
Pembuatan Larutan Standar Timbal
B. Bahan Nitrat (Pb(NO3)2)
Bahan yang digunakan dalam penentuan Ditimbang 0,1599 gram Pb(NO3)2,
kadar logam timbal, tembaga, dan masukkan ke dalam gelas piala 100 mL,
kadmium adalah tepung terigu Segitiga dan dilarutkan dengan lebih kurang 10 mL
Biru, Lencana Merah, dan Cakra Kembar, HNO3, dipanaskan sampai larut, encerkan
timbal (II) nitrat (Pb(NO3)2) (Merck), dengan aquadest sampai volume 10 mL,
tembaga (II) nitrat (Cu(NO3)2 (Merck), panaskan lagi, dan dinginkan. Masukkan
kadmium nitrat (Cd(NO3)2) (Merck), asam larutan ke dalam labu ukur 100 mL,
nitrat (HNO3) (Merck), asam klorida (HCl) encerkan dengan aquadest sampai tanda
pekat (Merck), dan aquadest. batas dan kocok sampai homogen.
Larutan timbal 1000 mg/L dipipet
Cara Kerja sebanyak 10 mL kemudian dimasukkan ke
Pengambilan Sampel dalam labu ukur 100 mL. Kemudian
Sampel yang digunakan berupa diencerkan dengan aquadest sampai tanda
tepung terigu Segitiga Biru, Lencana Merah, batas.
dan Cakra Kembar yang dibeli di Pasar Raya Larutan timbal 100 mg/L dipipet
Kota Padang, tepung terigu diambil secara sebanyak 5 mL, dimasukkan ke dalam labu
acak pada tempat yang berbeda. Masing- ukur 50 mL, kemudian diencerkan dengan
masing diambil sebanyak ± 1 Kg. aquadest sampai tanda batas.
Buat seri konsentrasi larutan timbal
Destruksi kering sampel 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 mg/L dengan cara
Sebelum ditimbang tepung terigu memipet larutan timbal 10 mg/L sebanyak
diayak terlebih dahulu. Kemudian sampel 1; 2; 3; 4; 5 mL, dimasukkan kedalam labu
ditimbang masing-masingnya sebanyak 10 ukur 50 mL, kemudian diencerkan dengan
gram. Setiap sampel ditimbang dan aquadest sampai tanda batas.
ditempatkan dalam sebuah krus porselen
Pembuatan Larutan Standar Tembaga
lalu dipanaskan di atas hot plate pada suhu
Nitrat (Cu(NO3)2)
250 oC sampai sampel menjadi arang atau Ditimbang 0,2908 gram (Cu(NO3)2,
berwarna hitam. Sampel dipindahkan ke masukkan ke dalam gelas piala 100 mL,
Furnace selama 4-8 jam pada suhu 500 oC dan dilarutkan dengan lebih kurang 10 mL
sampai sampel menjadi abu. Kemudian HNO3, dipanaskan sampai larut, encerkan
sampel didinginkan dalam desikator (Loga dengan aquadest sampai volume 10 mL,
& Kambuno, 2014). Sampel hasil destruksi panaskan lagi, dan dinginkan. Masukkan
dalam bentuk abu didinginkan.
larutan ke dalam labu ukur 100 mL,
Selanjutnya abu tersebut dilarutkan dengan encerkan dengan aquadest sampai tanda
5 mL asam klorida (HCl) 6 N ke dalam batas dan kocok sampai homogen.
gelas piala 50 mL dan tambahkan larutan Larutan tembaga 1000 mg/L
asam nitrat (HNO3) 0,1 N sebanyak 10 dipipet sebanyak 10 mL, dimasukkan ke
mL, kemudian dipanaskan kembali di atas dalam labu ukur 100 mL, kemudian
penangas air atau plat pemanas, diaduk diencerkan dengan aquadest sampai tanda
dengan batang pengaduk sampai homogen. batas.
Lalu didinginkan dan saring dengan Larutan tembaga 100 mg/L dipipet
menggunakan kertas saring Whatman no. sebanyak 5 mL, di masukkan ke dalam
42 ke dalam labu ukur 25 mL serta labu ukur 50 mL, kemudian diencerkan

3
dengan aquadest sampai tanda batas dan Spektrofotometer Serapan Atom dan
kocok hingga homogen. terlebih dahulu menolkan absorban dengan
Buat seri konsentrasi larutan larutan blanko.
tembaga 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5 mg/L b. Pengukuran serapan sampel
dengan cara memipet larutan tembaga 10 Sampel yang telah didestruksi
mg/L sebanyak 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5 mL, dapat diukur serapan logamnya. Setiap
dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL, penggantian sampel, absorban dinolkan,
kemudian diencerkan dengan aquadest ukuran absorban larutan sampel pada
sampai tanda batas. panjang gelombang 217,0 nm untuk logam
timbal, 324,7 nm untuk logam tembaga,
Pembuatan Larutan Standar Kadmium
dan 228,8 nm untuk logam kadmium
Nitrat (Cd(NO3)2)
dengan SSA. Data diperoleh pada
Ditimbang 0,2148 gram
pengukuran ini dikalibrasikan dengan
(Cd(NO3)2) masukkan ke dalam gelas
kurva standar sehingga konsentrasi logam
piala 100 mL, larutkan dengan lebih
dalam sampel dapat dihitung.
kurang 10 mL HNO3, panaskan sampai
larut, encerkan dengan aquadest sampai
Analisa Data
volume 10 mL, kemudian panaskan, dan Data yang diperoleh dari
dinginkan. Masukkan larutan ke dalam pengukuran serapan larutan standar dibuat
labu ukur 100 mL, encerkan larutan kurva kalibrasinya. Konsentrasi larutan
dengan aquadest sampai tanda batas dan sampel dihitung berdasarkan kurva
kocok sampai homogen. Larutan kalibrasi larutan standar, sehingga kadar
kadmium 1000 mg/L dipipet sebanyak 10 timbal dapat diketahui dengan
mL, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 memasukkan ke dalam persamaan regresi
mL, kemudian diencerkan dengan linier yaitu (Harmita, 2004) :
aquadest sampai tanda batas.
Larutan kadmium 100 mg/L
dipipet sebanyak 5 mL, dimasukkan ke Y= a + b x
dalam labu ukur 50 mL, kemudian
diencerkan dengan aquadest sampai tanda Dimana :
batas dan kocok hingga homogen. Y = absorban
Buat seri konsentrasi larutan a = tetapan regresi (intersep)
kadmium 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5 mg/L b = koefisien regressi (slope/kemiringan)
dengan cara memipet larutan kadmium 10 x = konsentrasi
mg/L sebanyak 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5 mL,
dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL, Dari persamaan regresi linier, maka
kemudian diencerkan dengan aquadest konsentrasi sampel yang sebenarnya dapat
sampai tanda batas. diketahui dengan menggunakan persamaan
berikut (Uwah et al., 2012) :
Pengukuran serapan deretan larutan
standar dan sampel dengan C sampel × Volume preparat
C (mg/Kg) =
Spektrofotometer Serapan Atom Berat sampel
a. Pengukuran serapan larutan standar
Sederetan larutan standar dengan
konsentrasi masing-masing sampel untuk
larutan standar Pb 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 Batas Deteksi (BD) dan Batas
mg/L, untuk larutan standar Cu dan Cd Kuantitasi (BK) dihitung dengan
0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5 mg/L untuk larutan persamaan regresi yang menggunakan
standar timbal diukur serapannya pada rumus (Harmita, 2004) :
panjang gelombang; (217,0 nm), tembaga
(324,7 nm), kadmium (228,8 nm) dengan
4
√(∑(𝑦−𝑦̅ ′ )2 BK = Batas Kuantitasi
Syx = 𝑛−2 b = Slope/kemiringan

3 𝑆𝑦𝑥 Setelah itu, data hasil penelitian


BD = diolah dengan statistik menggunakan uji t
𝑏
dua sampel berpasangan (Azis, et al.,
10 𝑆𝑦𝑥 2010).
BK =
𝑏
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari pemeriksaan kadar timbal
Dimana: Syx = Simpangan Baku pada tepung terigu Segitiga Biru, Lencana
BD = Batas Deteksi Merah, dan Cakra Kembar didapat hasi

Hubungan Konsentrasi dengan Absorban


Logam Pb
0.05
y = 0,037x + 0,001
0.04
r = 0,999
Absorban

0.03

0.02 Absorban
Linear (Absorban)
0.01

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi (mg/L)

Gambar 1. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Timbal pada Panjang Gelombang Serapan
Maksimum 217,0 nm
Larutan standar timbal dibuat dari persamaan regresi tersebut (Harmita,
pengenceran larutan induk masing-masing 2004).
zat dengan berbagai konsentrasi yaitu 0,2; Kurva kalibrasi untuk timbal
0,4; 0,6; 0,8; 1,0 mg/mL. Selanjutnya ukur adalah y = 0,001 + 0,0373x dengan
serapan sampel dari masing-masing larutan koefisien korelasi (r) = 0,9986. Namun
standar untuk timbal pada panjang hasil konsentrasi sampel dari pengukuran
gelombang 217,0 nm dengan SSA. Fungsi tidak boleh kurang dari batas deteksi (BD)
pembuatan larutan standar disini adalah dan batas kuantitasi (BK) yang diperoleh.
sebagai standar dalam pengukuran yang Batas deteksi (BD) merupakan konsentrasi
nantinya hasilnya akan diplotkan pada terendah yang masih dapat terdeteksi oleh
kurva kalibrasi untuk memperoleh suatu alat. Batas kuantitasi (BK)
persamaan regresi. Konsentrasi larutan merupakan konsentrasi terendah yang
sampel ditentukan dengan menggunakan masih dapat diterima. Batas deteksi (BD)
persamaan regresi dari kurva kalibrasi dan batas kuantitasi (BK) untuk timbal
dengan cara mengkonversikan pada adalah 0,0233 mg/L dan 0,0777 mg/L.

5
Hubungan Konsentrasi dengan Absorban
Logam Cu
0.07
0.06 y = 0,124x + 0,0008
0.05 r = 0,999
Absorban

0.04
0.03 Absorban
0.02 Linear (Absorban)
0.01
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Konsentrasi (mg/L)

Gambar 2. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Tembaga pada Panjang Gelombang Serapan
Maksimum 324,7 nm
Larutan standar tembaga dibuat deteksi (BD) dan batas kuantitasi
dari pengenceran larutan induk masing- (BK) untuk tembaga adalah 0,0055 mg/L
masing zat dengan berbagai konsentrasi dan 0,0185 mg/L.
yaitu 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5 mg/mL.
Selanjutnya ukur serapan sampel dari
masing-masing larutan standar untuk
tembaga pada panjang gelombang 324,7
nm dengan SSA. Kurva kalibrasi untuk
tembaga adalah y = 0,0008 + 0,124x
dengan koefisien korelasi (r) = 1,0. Batas

Hubungan Konsentrasi dengan Absorban


Logam Cd
0.2
y = 0,348x - 0,007
0.15 r = 0,996
Absorban

0.1
Absorban
0.05 Linear (Absorban)

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Konsentrasi (mg/L)

Gambar 3. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Kadmium pada Panjang Gelombang Serapan
Maksimum 228,8 nm

6
Larutan standar kadmium dibuat Perbedaan kadar logam tiap sampel
dari pengenceran larutan induk masing- mungkin disebabkan oleh tingkat
masing zat dengan berbagai konsentrasi pencemaran udara yang cukup tinggi pada
yaitu 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5 mg/mL. masing-masing tempat. Hasil penelitian
Selanjutnya ukur serapan sampel dari menunjukkan bahwa kadar logam timbal,
masing-masing larutan standar untuk tembaga, dan kadmium yang terdapat
kadmium pada panjang gelombang 228,8 dalam setiap sampel tidak ada yang
nm dengan SSA. Kurva kalibrasi untuk melewati batas maksimum yang ditetapkan
kadmium adalah y = 0,347x – 0,007 oleh Badan Standardisasi Nasional yaitu
dengan koefisien korelasi (r) = 0.9994. 1,0 mg/kg untuk timbal, 10 mg/kg untuk
Batas deteksi (BD) dan batas kuantitasi tembaga dan 0,2 mg/kg untuk kadmium.
(BK) untuk kadmium adalah 0,0302 mg/L
dan 0,1008 mg/L.

Tabel I. Hasil Pengukuran Absorban dan Penentuan Kadar Timbal dalam larutan sampel
dengan menggunakan Persamaan Regresi Kurva Kalibrasi

Kadar rata-rata
Kode Sampel Pengulangan Absorban Kadar (mg/kg)
(mg/kg)
1 0,2788 0,6970
SB 2 0,2841 0,7102 0,7058
3 0,2841 0,7102
1 0,3002 0,7505
LM 2 0,3029 0,7572 0,7527
3 0,3002 0,7505
1 0,1742 0,4355
CK 2 0,1715 0,4287 0,4332
3 0,1742 0,4355

Tabel II. Hasil Pengukuran Absorban dan Penentuan Kadar Tembaga dalam larutan sampel
dengan menggunakan Persamaan Regresi Kurva Kalibrasi

Kadar rata-rata
Kode Sampel Pengulangan Absorban Kadar (mg/kg)
(mg/kg)
1 0,1620 0,4050
SB 2 0,1637 0,4092 0,4064
3 0,1620 0,4050
1 0,1637 0,4092
LM 2 0,1661 0,4152 0,4138
3 0,1669 0,4172
1 0,1637 0,4092
CK 2 0,1629 0,4072 0,4065
3 0,1612 0,4030

7
Tabel III. Hasil Pengukuran Absorban dan Penentuan Kadar Kadmium dalam larutan
sampel dengan menggunakan Persamaan Regresi Kurva Kalibrasi

Kadar rata-rata
Kode Sampel Pengulangan Absorban Kadar (mg/kg)
(mg/kg)
1 0,0334 0,0835
SB 2 0,0279 0,0697 0,0731
3 0,0265 0,0662
1 0,0299 0,0747
LM 2 0,0259 0,0647 0,0678
3 0,0256 0,0640
1 0,0340 0,0850
CK 2 0,0305 0,0762 0,0789
3 0,0302 0,0755

Sampel SB : Segitiga Biru


LM : Lencana Merah
CK : Cakra Kembar

Tabel IV. Kesimpulan dan Hasil Data Penelitian Analisa Kandungan Logam Berat Timbal,
Tembaga, dan Kadmium pada tepung terigu Segitiga Biru, Lencana Merah, dan
Cakra Kembar

Pengamatan
Kandungan Logam
Kode
Sampel Timbal (mg/kg) Tembaga (mg/kg) Kadmium (mg/kg)
Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar
Sampel Max. Sampel Max. Sampel Max.
SB 0,7058 0,4064 0,0731
LM 0,7527 1 0,4138 10 0,0678 0,2
CK 0,4332 0,4064 0,0789

KESIMPULAN kelompok tepung terigu yaitu


1. Hasil analisis kualitatif menunjukkan kelompok 1 tepung terigu SB (Segitiga
adanya logam timbal, logam tembaga, Biru), kelompok 2 tepung terigu LM
dan logam kadmium pada semua (Lencana Merah), dan kelompok 3
sampel tepung terigu yang diteliti. tepung terigu CK (Cakra Kembar)
2. Kadar cemaran logam timbal pada dimana kadar logam timbal, tembaga,
tepung terigu dengan sampel SB, LM, dan kadmium pada ketiga tepung
dan CK diperoleh 0,7058 mg/kg, terigu memiliki perbedaan yang
0,7527 mg/kg, dan 0,4332 mg/kg. Pada signifikan.
logam tembaga 0,4064 mg/kg, 0,4138 4. Hasil analisis menggunakan
mg/kg, dan 0,4064 mg/kg. Sedangkan spektrofotometer serapan atom yang
pada logam kadmium diperoleh 0,0731 diperoleh tidak melebihi batas
mg/kg, 0,0678 mg/kg, dan 0,0789 maksimal yang ditetapkan oleh Badan
mg/kg. Standardisasi Nasional.
3. Berdasarkan uji lanjut t dua sampel
berpasangan menunjukkan bahwa 3
8
DAFTAR PUSTAKA Gandjar, I. G. & Rohman, A. (2007).
Kimia farmasi analisis. Yogyakarta:
Alsuhendra & Ridawati. (2013). Bahan Pustaka Pelajar.
toksik dalam makanan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. Hadiwiyoto, S. (2014). Keracunan, Alergi,
dan Intoleran Makanan. Yogyakarta:
Azis, D., Jumadi, O., Wiharto, M. (2010). Gadjah Mada University Press.
Analisa kandungan timbal (Pb) pada
daun tanaman teh (Camelia sinensis Harmita. (2004). Analisis fisikokimia
O.K) dan tanah perkebunan teh yang potensiometri & spektroskopi.
berada dikawasan Puncak Malino. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Jurnal Sainsmat, 1, (1), 13-22.
Loga, M. C. N. A., & Kambuno, N. T.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (2014). Analisis cemaran logam
Republik Indonesia. (2009). Timbal (Pb) dan Tembaga (Cu)
Peraturan Kepala Badan Pengawas dalam tepung terigu dengan metode
Obat dan Makanan Republik Spektrofotometri Serapan Atom.
Indonesia Nomor Journal Ilmu Kesehatan, 12(1), 600-
HK.00.06.1.52.4011 tentang 605.
penetapan batas maksimum cemaran
mikroba dan kimia dalam makanan. Nugraheni, M. (2016). Pengetahuan
Jakarta: Badan Pengawasan Obat Bahan Pangan Nabati. Yogyakarta:
dan Makanan Republik Indonesia. Plantaxia.

Badan Standardisasi National. (2006). SNI Sediaoetama, A. D. (2009). Ilmu Gizi


01-3751-2006. Tepung terigu Untuk Mahasiswa Dan Profesi (Jilid
sebagai bahan makanan. Jakarta: II). Jakarta: Dian Rakyat.
Badan Standardisasi Nasional. Uwah, E. I., Gimba M. S. B., & Gwaski P.
Badan Standardisasi National. (2009). SNI A. (2012). Determination of Zn, Mn,
7387:2009: Batas maksimum Fe, and Cu in Spinach and Lettuce
cemaran logam berat dalam cultivated in Potiskum, Yobe Satet.
pangan. Jakarta : Badan Nigeria: Journal of Agricultural
Standardisasi Nasional. Economics and Development. 1(4),
69-74.
Day, A. R., & Underwood, A. L. (2002).
Analisis kimia kuantitatif (Edisi 6). Widowati, W., Sastiona, A., & Jusuf, R.
Jakarta: Erlangga. (2008). Efek toksisitas logam.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar..

Anda mungkin juga menyukai