KARYA ILMIAH
JENNY YOLANDA E K
162401014
DEPARTEMEN KIMIA
MEDAN
2019
KARYA ILMIAH
Ahli Madya
JENNY YOLANDA E K
162401014
DEPARTEMEN KIMIA
MEDAN
2019
Dis€fi1iuidi
Medan, Juli 2019
-#'%"r
Dr. MimpinGinting,MS
NIP. 19551013198601 1001
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali
beberapa kutipann dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya
ii
Universitas Sumatera Utara
ANALISIS KADAR KALSIUM PADA PAKAN TERNAK
AYAM PETELUR di PT. MABAR FEED INDONESIA
MENGGUNAKAN METODE KOMPLEKSOMETRI
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian kadar logam kalsium (Ca) pada pakan ternak ayam
petelur dengan menggunakan metode titrasi kompleksometri di laboratorium PT.
Mabar Feed Indonesia. Kadar Ca dapat diukur dengan metode titrasi
kompleksometri menggunakan larutan EDTA dan indikator Murexide pada
pH 12. Dari hasil analisis pada pakan ternak ayam petelur didapat kadar Ca
dengan rata-rata 3,476% yang sesuai dengan kebutuhan ternak dan sesuai dengan
SNI (Standar Nasional Indonesia) yaitu 3,25-4,25%.
iii
Universitas Sumatera Utara
ANALYSIS OF CALCIUM LEVELS IN ANIMAL FEED
LAYING HENS at PT. MABAR FEED INDONESIA
USING COMPLEXOMETRY METHODS
ABSTRACT
iv
Universitas Sumatera Utara
PENGHARGAAN
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas Kasih
Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul
“ANALISIS KADAR KALSIUM (Ca) PADA PAKAN TERNAK AYAM
PETELUR DENGAN METODE TITRASI KOMPLEKSOMETRI” yang
dilaksanakan berdasarkan pengamatan dan perlakuan selama melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan di PT.Mabar Feed Indonesia
Karya ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan pada program studi Diploma-3 kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
v
Universitas Sumatera Utara
Manik yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis
selama melakukan dan menyelesaikan praktek kerja lapangan
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan
dengan segala kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan dari karya ilmiah
ini.
Akhir kata penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi rekan-
rekan mahasiswa/mahasiswi dan pembaca sekaligus untuk menambah
pengetahuan.
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN i
PENGESAHAN ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
PENGHARGAAN v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 2
1.3 Hipotesis 2
1.4 Tujuan 3
1.5 Manfaat 3
vii
Universitas Sumatera Utara
2.4.6 Penentuan Kalsium 17
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan 19
3.1.1 Alat 19
3.1.2 Bahan 20
3.2 Prosedur Kerja 20
3.2.1 Analisis Kadar Abu 20
3.2.2 Analisis Kadar Kalsium 20
3.2.3 Pembuatan Reagen 21
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Halaman
ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Halaman
x
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada ayam ras petelur periode produksi, kebutuhan energi dalam pakan
sama halnya seperti periode pertumbuhan, tingkat kebutuhan energi sulit
ditentukan secara pasti karena ayam mampu untuk menyesuaikan kebutuhannya.
Namun produksi telur yang maksimal tidak akan tercapai bila taraf energi pakan
kurang dari 2.600 kkal/kg. Pada periode produksi, kebutuhan energi digunakan
untuk laju metabolisme basal, aktivitas, dan disimpan dalam bentuk telur. Laju
metabolisme basal diperkirakan membutuhkan 68 kkal per kg berat badan dan
meningkat 0,75 kali setiap kenaikan berat badan. Aktivitas tubuh membutuhkan
50% dari metabolisme basal, sedangkan sebutir telur yang besar memerlukan
90 kkal (Suprijatna,2005).
Kalsium termasuk kelompok mineral makro yang sangat dibutuhkan ayam
petelur untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan menghasilkan produk (telur)
secara normal. Ayam petelur yang sedang berproduksi sangat membutuhkan
kalsium yang akan digunakannya terutama untuk proses transportasi energi dan
pembentukan kerabang telur (shell) (Kartadisastra,1994).
Pembuatan kulit telur membutuhkan persedian cukup ion-ion kalsium ke
kelenjar kulit telur. Disamping itu membutuhkan adanya ion-ion karbonat dalam
jumlah yang cukup dalam cairan kelenjar kulit telur untuk membentuk kalsium
karbonat kulit telur (Anggoredi,1985).
Dari uraian di atas, maka pada penelitian ini ingin diketahui kadar kalsium
yang terdapat dalam pakan ternak baik itu buatan industri kecil maupun industri
besar yang di jual di pasaran secara titrasi menggunakan metode kompleksometri.
1.2 Permasalahan
1. Berapakah kadar kalsium yang terdapat dalam pakan ternak ayam petelur
dengan metode titrasi kompleksometri ?
2. Apakah kadar kalsium yang terdapat dalam pakan ternak ayam petelur
memenuhi baku mutu yang ditetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) ?
1.3 Hipotesis
Pakan ternak pada ayam petelur untuk produk PT. Mabar Feed Indonesia
memenuhi standard persyaratan kualitas pakan ternak yang telah ditetapkan oleh
Standar Nasional indonesia: 8290.5-2016
1.4 Tujuan
1. Untuk mengetahui kadar kalsium yang terdapat dalam pakan ternak ayam
petelur dengan metode titrasi kompleksometri
2. Untuk mengetahui apakah kadar kalsium yang terdapat dalam pakan
ternak ayam petelur memenuhi baku mutu yang ditetapkan Standar
Nasional Indonesia (SNI)
1.5Manfaat
1. Dapat mengetahui kadar kalsium yang terdapat dalam pakan ternak ayam
petelur dengan metode titrasi kompleksometri
2. Dapat mengetahui apakah kadar kalsium yang terdapat dalam pakan ternak
ayam petelur memenuhi baku mutu yang ditetapkan Standar Nasional
Indonesia (SNI)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tabel 2.1 Tabel kandungan nutrisi pada pakan ayam ras petelur
Mangan (%) 70
(Sudarmono,2003)
c. Sumber Vitamin
Bahan baku pakan sumber vitamin ini, umumnya memiliki kandungan
protein yang kurang, tetapi memiliki kandungan vitamin yang tinggi
d. Sumber Mineral
Bahan baku sumber mineral ini, memiliki kandungan protein dan energi
yang memang rendah, akan tetapi kadar mineralnya cukup tinggi, terutama
Ca dan P. Bahan baku pakan yang termasuk dalam kelompok ini adalah
tepung tulang, tepung kerang, dan grit.
e. Pelengkap
Ransum ayam ras petelur pada umumnya selalu ditambahkan dengan bahan
baku pelengkap. Bahan baku pelengkap ini dibuat oleh pabrik, dengan
maksud untuk melengkapi unsur-unsur makanan tertentu yang terkandung
di dalam ransum. Bahan baku pakan yang temasuk dalam kelompok ini
adalah: feed supplement vitamin atau multivitamin, feed supplement
mineral, dan lain sebagainya.
2) Berdasar Bentuk Fisik
Berdasarkan bentuk fisiknya, bahan baku pakan ayam dapat dibedakan
menjadi 3 jenis sebagai berikut.
a. Berbentuk Butiran
Bentuk bahan pakan semacam ini pada umumnya sangat disukai ayam.
Bahan baku pakan yang termasuk dalam jenis ini adalah jagung dan
sorghum.
b. Berbentuk Tepung
Bahan baku pakan ayam bertentuk tepung yang biasa digunakan ialah
tepung ikan, tepung tulang, tepung kerang, tepung rese, tepung daun
lamtoro atau turi, tepung susu, dan dedak atau bekatul.
c. Berbentuk Bungkil
Berbagai bahan baku berbentuk bungkil yang biasa digunakan dalam
komposisi ransum pakan ayam ialah: bungkil kacang kedelai, bungkil
kacang tanah, dan bungkil kelapa.
3) Berdasarkan Asalnya
Bahan baku pakan yang biasa digunakan untuk membuat ransum menurut
asalnya dapat dibedakan menjadi 2 macam yakni, bahan baku asal tumbuh-
tumbuhan dengan hasil ikutannya dan bahan baku asal hewan dengan hasil
ikutannya.
a. Bahan baku asal tumbuh-tumbuhan
Bahan baku pakan asal tumbuh-tumbuhan dengan hasil ikutannya yang
biasa digunakan sebagai komposisi dalam membentuk ransum adalah
jagung kuning, bungil kacang kedelai, dedak
a.1 Jagung Kuning
Jagung kuning adalah bahan baku pakan asal tumbuh-tumbuhan
yang paling banyak digunakan sebagai unsur pembentuk ransum
ternak ayam. Jagung merupakan sumber energi yang cukup tinggi,
mencapai 3360 kcal/kg. Akan tetapi kadar protein jagung rendah
hanya sekitar 9% dan miskin asam amino terutama lysine dan
tryptophan. Oleh karena itu, jika penggunaannya berlebihan maka
kandungan asam amino di dalam ransum akan berkurang.
Pemakaian ideal jagung kuning dalam ransum adalah berkisar
30%- 45%.
a.2 Dedak Halus
Dedak halus terdiri atas pecehan kulit gabah dan kulit beras, tetapi
kulit berasnya lebih banyak dari pada dedak kasar. Bahan ini
memiliki kandungan serat sekitar 20%
a.3 Bungkil Kacang Kedelai
Kacang kedelai tidak pernah digunakan sebagai makanan ternak
dalam keadaan mentah, akan tetapi bahan ini baru dapat dipakai
sesudah dimasak terlebih dahulu dengan cara disangrai atau goreng
tanpa minyak. Bungkil kacang kedelai memiliki kandungan nutrisi
yang cukup bagus, terutama protein dan energinya, yang masing-
masing mencapai 40% - 50% dan 2850 kcal/kg. Sementara, serat
kasarnya relatif rendah yakni 6% sedangkan kandungan Ca dan P
cukup tinggi .
a.4 Sorghum
Sebagai bahan baku pakan pembentuk ransum, sorghum lebih
unggul dari pada dedak dan bungkil kelapa. Bahan baku pakan ini
memiliki kandungan protein yang cukup tinggi mencapai 10%,
sedangkan serat kasarnya rendah yaitu 2,20% dan memberikan
energi yang tinggi yaitu 3040 kcal/kg. Pemakaian ideal dalam
ransum adalah 15%.
a.5 Dedak Padi
Dedak padi banyak digunakan sebagai salah satu unsur pembentuk
ransum ternak ayam karena harganya yang relatif murah dan
kandungan nutrisinya yang cukup tinggi, terutama kandungan
protein dan energinya.
a.6 Bungkil Kelapa
Bungkil kelapa merupakan hasil ikutan dari proses pengolahan
minyak kopra. Bungkil kelapa digunakan sebagai unsur dalam
membentuk ransum ayam karena harganya relatif murah dan
kandungan nutrisinya pun cukup tinggi, terutama protein dan
energinya.
a.7 Bungkil Kacang Tanah
Bungkil kacang tanah merupakan hasil ikutan proses pengolahan
kacang tanah menjadi minyak. Bahan ini digunakan sebagai bahan
penyusun ransum ternak ayam karena protein dan energinya.
b. Bahan baku asal hewan
b.1 Tepung Ikan
Tepung ikan diperoleh dari bahan berupa ikan teri yang terdiri atas
kepala, kerangka, tubuh, dan ekor. Tepung ikan yang berkualitas
baik adalah tepung ikan yang berwarna putih, dengan kandungan
lemak dan garamnya yang rendah, masing-masing 4% dan 6% dan
protein yang tertinggi yakni 60%.
a. Jumlah kalsium pada pakan petelur ditentukan oleh beberapa faktor yaitu:
1) Kecepatan betelur
Semakin cepat laju bertelur, maka kebutuhan kalsium semakin tinggi.
2) Besar ayam
Ayam yang besar mengkonsumsi lebih banyak pakan oleh karena itu
kalsium dalam pakan harus diturunkan untuk memberikan level kalsium
yang sama yang dikonsumsi oleh ayam yang lebih keci. Level kalsium
dalam pakan harus berdasarkan konsumsi pakan dan produksi telur.
3) Umur ayam
Setelah umur 40 minggu, ayam membutuhkan kalsium lebih banyak.
4) Suhu kandang
Pada suhu tinggi ayam mengkonsumsi pakan lebih sedikit, oleh karena itu
kandungan kalsium harus ditingkatkan dalam pakan (Mulyantini,2014).
b. Gejala jika kekurangan kalsium
1) Pertumbuhan terlambat
2) Konsumsi ransum turun
3) Laju metabolik basal tinggi
4) Kepekaan dan aktivitas menurun
5) Osteoporosis
6) Sikap dan cara bercalan abnormal
7) Peka terhadap pedarahan di dalam
8) Suatu kenaikan dalam jumlah urine
9) Daya hidup berkurang kulit telur tipis dan produksi telur menurun
10) Tetanus
11) Nafsu makan buruk (Anggoredi,1985).
2.4 Titrasi Kompleksometri
2.4.1 Teori Titrasi Kompleksometri
Titrasi kompleksometri adalah penetapan kadar zat yang berdasarkan atas
pembentukan senyawa kompleks yang larut, yang berawal dari reaksi antarion
logam/kation (komponen zat uji) dengan zat pembentukan kompleks sebagai ligan
(fintiker). Eriokrom Black T (EBT) merupakan asam lemah tidak stabil dalam air
karena senyawa organik ini merupakan gugus sulfonat yang mudah terdisosiasi
sempurna dalam air dan mempunyai 2 gugus fenol yang terdisosiasi lambat dalam
air (Khopkar,2002).
Metode kompleksometri merupakan metode yang memiliki prinsip
menggunakan titrasi, dimana mineral atau ion logam dapat membentuk komplek
dengan etilendiaminatetra-asetat (EDTA). Contoh penggunaan metode ini adalah
pada penentuan kalsium (Kusuma,2017).
Reaksi–reaksi keseimbangan pembentukan kompleks banyak digunakan
dalam titrimetri. Cara titrimetri ini didasarkan pada kemampuan ion-ion logam
membentuk senyawa kompleks yang mantap dan dapat larut dalam air. Karena itu
cara ini sering disebut titrasi kompleksomtri. Atas dasar ini sejumlah cara titrasi
untuk menentukan kadar ion-ion logam dalam cuplikan telah dikembangkan oleh
para ahli. Pereaksi yang sering digunakan dalam titrasi kompleksometri, yaitu
asam etilendiaminatetra-asetat (EDTA), tetapi sebelum etilendiaminatetra-asetat
(EDTA) diperkenalkan dalam pemeriksaan kimia cara titrasi yang didasarkan
pada pembentukan kompleks sangat terbatas pemakaiannya. Satu-satunya ligan
yang lazim dipakai pada masa lalu dalam pemeriksaan kimia adalah ion sianida,
CN-, karena sifatnya yang dapat membentuk kompleks yang mantap dengan ion
perak dan ion nikel (Rivai,1995).
Kelebihan titrasi kompleksometri adalah etilendiaminatetra-asetat (EDTA)
stabil, mudah larut dan menunjukkan komposisi kimiawi yang tertentu.
Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH misal pada
magnesium, krom, kalsium dapat di titrasi pada pH 11. Etilen diamin asetat
(EDTA) sebagai garam natrium sediri merupakan standar primer sehingga tidak
perlu standarisasi lebih lanjut. Kompleks yang mudah larut dalam air ditemukan.
Kesetabilan kompleks logam EDTA dapat diubah mengubah pH dan adanya zat-
zat pengompleks lain. Maka tetapan kestabilan kompleks EDTA akan berbeda
dari nilai yang dicatat pada suatu pH tertentu. Larutan air EDTA akan memiliki
nilai yang berbeda dari nilai yang telah dicatat. Kondisi baru ini dinamakan
tetapan kestabilan nampak atau tetapan kestabilan menurut kondisi ( Sodiq,2005).
Bahan-bahan pengkelat tertentu yang mengandung baik oksigen maupun
nitrogen secara umum efektif dalam membentuk kompleks-kompleks yang stabil
dengan berbagai macam logam. Dari sekian banyak yang palinga banyak adalah
OH
OH
3. Titrasi Substitusi
Cara ini dilakukan bila ion logam tersebut tidak memberikan titik akhir
yang jelas apabila dititrasi secara langsung atau dengan titrasi kembali.
Atau juga jika ion logam tersebut membentuk kompleks dengan dinatrium
edetat lebih stabil daripada logam lain seperti magnesium dan kalsium.
Kalsium, timbal dan raksa dapat ditetapkan dengan cara ini dengan
indicator hitam eriokrom dengan hasil yang memuaskan.
4. Titrasi Tidak Langsung
Cara titrasi tidak langsung (indirect titration) dapat digunakan untuk
menentukan kadar ion-ion seperti anion yang tidak bereaksi dengan
pengkelat. Sebagai contoh barbiturate tidak bereaksi dengan EDTA, akan
tetapi secara kuantitatif dapat diendapkan dengan ion merkuri dalam
keadaan basa sebagai ion kompleks 1:1. Setelah pengendapan kelebihan
Hg(II), kompleks dipindahkan dengan cara penyaringan dan dilarutkan
kembali dalam larutan baku EDTA berlebihan. Larutan baku Zn(II) dapat
digunakan untuk menitrasi kelebihan EDTA ini menggunakan indicator
yang sesuai untuk mendeteksi titik akhir.
5. Titrasi Alkalimetri
Larutan logam yang diendapkan dengan metode ini sebelum titrasi harus
dalam suasana netral terhadap indicator yang digunakan. Penetapan titik
akhir titrasi menggunakan indicator asam-basa atau secara potensiometri.
Dalam Farmakope Indonesia, titirasi kompleksometri digunakan untuk
menentukan kadar : bismuth subkarbonat, kalsium karbonat, kalsium
klorida, dan sediaan injeksinya; kalsium glukonat, kalsium hidrogen
fosfat, kalsium hidroksida dan larutan topical kalsium hidroksida; kalsium
laktat dan sediaan tabletnya; kalsium pantotenat; kalsium sulfat;
magnesium karbonat; magnesium stearat; magnesium sulfat, mangan
sulfat; zink klorida; dan zink sulfat (Rohman,2007).
H
H
O N N O
C O O C
C C
HN C C NH
C N C
O -
O N H4
+
Beberapa ion logam yang membentuk kompleks yang sangat mantap dengan
EDTA dapat dititrasi dalam larutan yang bersifat asam, meskipun ada ion-ion
logam lain yang tidak membentuk kompleks yang mantap dengan EDTA. Titrasi
ini dapat dilakukan lantaran koefisien L(H) mempunyai pengaruh yang persis
sama pada ion logam tak peduli kemantapan kompleksnya. Ion kalsium sangat
baik dititrasi pada pH 12 karena daerah kesetaraannya cukup panjang. Sedangkan
pH 5 karena berkurangnya kemantapan kompleks Ca-EDTA, interaksi indikator
tidak dapat diamati (Rivai,1995).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Untuk mengetahui kadar kalsium (Ca) yang terdapat pada pakan ternak
maka diperlukan tahap penimbangan, setelah itu pengabuan, setelah itu dilakukan
analisis kadar kalsium
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan antara lain:
Neraca analitik
Gelas Erlenmeyer
Gelas ukur
Beaker glass 10 ml
Pipet volume 10 ml
Spatula
Bola karet
Kertas saring whatman No. 41
Tissue gulung
Cawan porselen
Oven 105C
Tanur600C
Ladu ukur 500 ml
Botol aquadest
Statif
Klem
Buret 25 ml
Desikator
Gelas Elemeyer 250 ml
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan antara lain :
Sampel L-18
HCl pekat
Aguadest
Aguadest panas
NaOH 4N
Indikator Murexide
Larutan standar EDTA 0,0100N
BAB IV
Tabel 4.1 kandungan kalsim pada pakan ternak ayam petelur yang
dilakuakan dua kali percobaan pada lima tanggal yang berbeda di
PT.Mabar Feed Indonesia
% Kalsium
Rata-rata 3,476
4.2 Perhitungan
1. Tanggal 10-01-2019
olume
erat ampel
2. Tanggal 17-01-2019
olume
erat ampel
3. Tanggal 24-01-2019
olume
erat ampel
4. Tanggal 01-02-2019
olume
erat ampel
5. Tanggal 07-02-2019
olume
erat ampel
Rata-rata % Ca =
= 3,476%
4.3 Pembahasan
Semua bahan makan yang diperlukan bagi ternak dinamakan dengan
pakan yang sumbernya dari pertanian dan perikanan yang juga merupakan sumber
pangan. Kandungan zat-zat gizi/nutrisi yang terdapat pada pakan tidak sama atau
berbeda menurut jenis dan penggunaannya.
Mineral kalsium merupakan unsur nutrisi yang sangat diperlukan dalam
proses fisiologis ternak sehingga hewan dalam kelompok ini merupakan unsur
nutrisi yang jika kekurangan dapat menyebabkan kelainan proses fisiologi yang
disebut defisiensi meneral yang sangat merugikan peternak antara lain
pertumbuhan menjadi terlambat, konsumsi ransum menjadi menurun, laju
metabolik basal tinggi, kepekaan dan aktivitas menurun, osteoporosis, sikap dan
cara berjalan abnormal, peka terhadap pendarahan didalam, suatu kenaikan
didalam jumlah urin, daya hidup berkurang, kulit telur menipis, dan produksi telur
menurun.
Untuk mengawasi masalah itu perlu ada kontrol yang tepat untuk
mengatur kandungan unsur nutrisi yang terdapat pada ternak sesuai dengan
kebutuhan ternak dan sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia) untuk
pakan ternak.
Dari hasil analisis kandungan kalsium pada pakan ternak ayam petelur
tersebut telah sesuai dengan kebutuhan ternak dan sesuai dengan SNI (Standar
Nasional Indonesia) untuk ternak dan hasil kandungan mineral kalsium tersebut
dapat disimpulakan jenis pakan yang dianalisa tersebut mempunyai kualitas yang
baik karena telah memenuhi salah satu persyaratan kualitas bahan pakan ternak
yang baik.
Pada analisa Ca digunakan larutan NaOH 4 N, yang bertujuan untuk
membuat pH ≥ menjadi 12 yang bertujuan untuk mengendapkan seluruh Mg yang
dapat bereaksi dengan EDTA, dan indikator yang cocok dengan pH ini adalah
indikator murexide. Besar kadar kalsium yang diperoleh telah sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan oleh SNI 8290.5-2016. SNI kadar kalsium pada
pakan ayam petelur adalah 3,25% - 4,25% sedangakan hasil yang diperoleh dari
sampel L-18 dari tanggal 10/01/2019, 17/01/2019, 24/01/2019, 01/02/2019, dan
07/02/2019 adalah 3,476. Ini menunjukkan bahwa pakan ternak ayam petelur
tersebut telah sesuai dengan ketentuan SNI 8290.5-2016.
H H
O N N O
C O O C
C C
Ca2+
HN
C
C
N
C
C
NH +
O O- N H4 +
Indikator Murexide
H H H
O N N O O H
O O N N O
C C C O O
C C C C
C
HN
C
C
N
C
C
NH HN
C
C C NH
+ 2NH4+
N C
O Ca O
Merah Muda
Ca2+-Murexide
O Ca O
Ca2+- Murexide
O H2 O
HO C C CH 2 C OH
+ HO C H2 C
N CH 2 C H2 N
CH 2 C OH
O O
EDTA
H H
O O O N N O
H2 O O C
HO C C CH 2 C C C C
HO C H2 C
N CH 2 C H2 N
CH 2 C
Ca
+ HN C C NH
O O C N C
O O - NH 4+
2
Ungu
2+
Ca - EDTA Indikator Murexide
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan karya ilmiah yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa
kesimpulan yang tertulis sebagai berikut :
1. Dari hasil analisi kandungan kalsium pada pakan ternak ayam petelur
dengan menggunakan metode titrasi kompleksometri yaitu sebesar 3,476%.
2. Dari hasil analisis kandungan kalsium pada pakan ternak ayam petelur,
dapat disimpulkan bahwa sesuai dengan SNI (Standarrd Nasional
Indonesia) yaitu 3,25-4,25% jenis layer dan telah sesuai dengan kebutuhan
ternak untuk menghasilkan kualitas yang terbaik.
5.2 Saran
1. Bagi peternak ayam sebaiknya menggunakan pakan ternak yang sesuai
dengan kebutuhan ternak dan telah lulus uji laboratorium kandungan
nutrisinya dan sesuai dengan SNI untuk pakan ternak
2. Diharapkan pada perusahaan yang memproduksi pakan ternak terus
mencari alternatif lain untuk meningkatkan unsur nutrisi pada pakan
khususnya nutrisi mineral kalsium.
3. Bagi perusahaan agar standar kalsium pada pakan ayam petelur dapat
dipertahankan
4. Saat bekerja di dalam laboratorium hendaknya menggunakan peralatan
keselamatan laboratorium untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja.
DAFTRA PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pakan Ayam Ras Petelur Masa Produksi (Layer) SNI 8290.5-2016
No. Parameter Satuan Persyaratan
1. Kadar Air % Maks. 13,0
2. Protein Kasar % Min. 16,5
3. Asam Amino Total:
- Lisin % Min. 0,80
- Metionin % Min. 0,40
- Metionin + Sistin % Min. 0,67
- Triptofan % Min. 0,18
- Treonin % Min. 0,55
4. Lemak Kasar % Min. 3,0
5. Serat Kasar % Maks. 7,0
6. Abu % Maks. 14,0
7. Kalsium (Ca) % 3,25 – 4,25
8. Fosfor
- Total % Min. 0,45
- Tersedia % Min. 0,55
9. Energi Metabolis Kkal/kg Min. 2700
10. Aflaktosin Total ppb Maks. 50