Anda di halaman 1dari 12

ANALISA KARBOHIDRAT PADA SAMPEL TEPUNG BERAS

(ROSE BRAND) METODE LUFF SCHOORL

A. Tujuan

Untuk menentukan kadar karbohidrat pada sampel tepung beras.

B. Dasar teori

Karbohidrat adlah polihidroksil-aldehida atau polihidroksil-keton, atau senyawa


yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis. Karohidrat sendiri terdiri atas
karbon, hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat memiliki gugus fungsi dalam tubuh makhluk
hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa ), cadangan makanan (misalnya
pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa
pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur).

Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula
sederhana yang disebur monosakarida, misalnya glukosa, fruktosa, dan galaktosa.
Banyak karbohidrat merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang terangkai
menjadi rantai yang paling panjang serta dapat pula bercabang-cabang, disebut
polisakarida, misalnya pati, kitin, dan selulosa. Selain monosakarida dan polisakarida,
terdapt pula disakarida (rankaian dua sakarida) dan oligosakarida (rangkaian beberapa
sakarida).

Luff schoorl merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam
penentuan kadar karbohidrat secara kimiawi. Meotode luff schoorl adalah metode yang
berdasarkan pada proses reduksi dari persyaratan luff schoorl oleh gula-gula pereduksi
(semua monosakarida, laktosa, dan maltosa). Hidrolisis karbohidrat menjadi
monosakarida yang dapat mereduksi Cu2+ menjadi Cu+.

Reaksi yang terjadi dalam metode luff schoorl :

Gula reduksi Luff Schoorl

Cu2+ + 4I- CH2I2I2


I2 + 2NaS2 2NaI + Na2S4O2

Amilum atau pati adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air,
berwujud bubuk, putih, tawar, dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang
dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyebabkan kelebihan glukosa dalam jangka panjang.
(Wikipedia)

Tepung beras adalah tepung yang dibuat dari beras yang ditumbuk atau digiling.
Tepung beras tidak sama dengan pati beras yang dibuat dengan merendam beras dalam
larutan alkali. Tepung beras dapat dijadikan pengganti dari tepung gandum bagi penderita
intoleransi gluten karena tepung beras tidak mengandung gluten. Berikut merupakan
cuplikan fakta nutrisi pada tepung beras per 100gramnya:
- Kalori (kcal) 365 - Vitamin
- Lipid 1,4 gr Vitamin A
Lemak jenuh 0,4 gr Kalsium 10 mg
Lemak tak jenuh ganda 0,4 gr Vitamin D
Lemak tak jenuh tunggal 0,4 gr Vitamin B12 0 mg
- Kolesterol 0 mg Vitamin C 0mg
- Natrium 0 gr Zat Besi 0,4 mg
- Kalium 76 gr Vitamin B6 0,4 gr
- Jumlah karbohidrat 80 gr Magnesium 35 mg
- Serat pangan 2,4 gr
- Gula 0.1 gr
- Protein 6 gr

C. Alat dan Bahan


Alat: Bahan:
a. Neraca Analitik a. Larutan luff Schrool
b. Labu ukur b. HCl 3%
c. Pipet Volume c. NaOH 40%
d. Corong d. Aquadest
e. Erlenmeyer e. KI 5%
f. Kaki tiga f. Na2S2O3.5H2O 0,1 N
g. Kawat kasa g. CH3COOH
h. Buret h. Larutan Amilum 1%
i. Kaca arloji i. H2SO4 2 N
j. Beaker glass j. H2SO4 25%
k. Ball pipet k. KIO3 0,1 N
l. Botol reagen l. C6H8O7
m. Ember m. Sampel
n. Pipet tetes
o. Kertas label
p. Batang pengaduk (spatula)

D. Prosedur Kerja
1. Pembuatan KIO3 0,1 N
N=M.V
0,1= M . 6
0,1
𝑀 = 6 = 0,016 𝑁
𝑔𝑟 1000
𝑀 = 𝑚𝑟 × 𝑚𝑙

𝑔𝑟 1000
0,016 = 214 × 500
3,424
𝑔𝑟 = = 1,78 𝑔𝑟𝑎𝑚
2

 Timbang 1,78 KIO3


 Masukkan dalam Labu ukur 500 ml
 Tambahkan aquadest sampai tanda batas
 Homogenkan
 Masukkan dalam reagen dan beri label
2. Pembuatan KI 5%
V1 x N1 = V2 x N2
20 . V1 = 5 . 100 ml
500
𝑣1 = = 25 𝑚𝑙
20
 Ambil larutan KI 20% sebanyak 25ml
 Masukkan dalam Labu ukur 100 ml
 Tambahkan aquadest sampai tanda batas
 Homogenkan
 Masukkan dalam reagen dan beri label

3. Pembuatan luff Schrool


 Timbang 25 gr Cu So45H2O larutkan dalam 100ml Aquadest
 Timbang 50 gr Asam Sitrat larutkan dalam 50ml aquadest
 Timbang 143,8 gr Na2CO3 larutkan dalam 300-400 ml air suling yang
dididihkan
 Larutan Asam Sitrat dituang dalam Larutan Soda sambil dikocok hati-hati
 Tambahkan larutan CuSO4
 Setelah dingin, tambah Aquadest sampai 1 Liter
 Bila terjadi kekeruhan, diamkan kemudian saring
 Masukkan dalam reagen dan beri label
4. Pembuatan NaOH 40%
40
× 100%
100
= 40 gram
 Timbang 40 gr NaOH
 Masukkan dalam Labu ukur 100ml
 Tambahkan aquadest sampai tanda batas
 Homogenkan
 Masukkan dalam reagen dan beri label
5. Pembuatan Na2S2O3.5H2O 0,1 N
 Timbang 24,8 gr Natrium Tiosulfat
 Tuang dalam bau ukur 1000ml
 Tambahkan aquadest sampai tanda batas
 Homogenkan
 Masukkan dalam reagen dan beri label
6. Pembuatan HCl 3%
V1 x N1 = V2 x N2
37,5 . V1 = 3 . 500 ml
1500
𝑣1 = = 40 𝑚𝑙
37,5
 Ambil larutan HCl pekat sebanyak 40 ml dengan hati-hati
 Masukkan dalam labu ukur 500 ml yang sudah berisi aquades ± 5 ml
 Tambahkan aquadest hingga tanda batas
 Homogenkan
 Masukkan dalam reagen dan beri label
7. Pembuatan H2SO4 2N
V1 x N1 = V2 x N2
36 . V1 = 2 . 100 ml
200
𝑣1 = = 5,6 𝑚𝑙
36

 Ambil larutan Asam Sulfat pekat sebanyak 5,6 ml


 Larutkan dalam labu ukur 50 ml
 Tambahkan aquadest hingga tanda batas
 Homogenkan
 Masukkan dalam reagen dan beri label
8. Pembuatan H2SO4 25%
V1 x N1 = V2 x N2
97 . V1 = 25 . 500 ml
12500
𝑣1 = = 129 𝑚𝑙
97
 Ambil 129 mL H2SO4 dari larutan induk H2SO4
 Taruh di labu ukur 500 mL
 Tambahkan Aquades sampai tanda batas
 Kocok sampai homogen
 Taruh di botol Reagen dan beri label

9. Pembuatan Sampel Tepung Beras


 Timbang 5 gr contoh dan dimasukkan kedalam erlenmeyer
 Tambahkan 200ml larutan HCl 3% dan panaskan
 Setelah dingin, dinetralkan dengan NaOH 40% (periksa dengan kertas
lakmus) ), lebih baik bila suasana larutan agak asam yang di atur dengan
menambahkan sedikit asam asetat
 Kemudian larutan di pindahkan kedalam labu ukur 500 ml dan tambahkan
aquadest sampai tanda batas
 Masukkan dalam reagen dan beri label
10. Pembuatan Amilum
 Timbang 1 gr Amilum, dimasukkan dalam beaker glass
 Tambahkan aquades sebanyak 100 ml
 Panasakan hingga mendidih
 Dinginkan, amilum siap digunakan
 Prosedur Kerja
a. Standarisasi Na2S2O3 dengan KIO3 0,1 N
 Ambil 20 ml KIO3 0,1N + 5 ml KI 20% + 2 ml H2SO4 2N
 Titrasi sampai TAT (kuning muda)
 Tambahkan 3 tetes amilum (biru)
 Lanjutkan titrasi sampai warna biru hilang
 Lanjutkan duplo
b. Titrasi sampel tepung beras
 Ambil 10 ml sampel + 25 ml luff schrool + 15 ml aquadest, lalu panaskan
sampai mendidih
 Dinginkan
 Setelah dingin, tambahkan 15 ml KI 20% + 25 ml H2SO4 25% pelan-pelan
 Amati perubahan warna
 Titrasi dengan Na2S2O3
 Setelah itu tambahkan 3 tetes amilum menjelang TAT
 Lakukan duplo
c. Titrasi Blanko
 Buat blanko, dengan 25ml aquadest + 25ml luff schrool, lalu panaskan sampai
mendidih
 Dinginkan
 Setelah dingin, tambahkan 15 ml KI 20% + 25 ml H2SO4 25% pelan-pelan
 Amati perubahan warna
 Titrasi dengan Na2S2O3
 Setelah itu tambahkan 3 tetes amilum menjelang TAT
d. Catat hasil yang telah di dapat dan lakukan perhitungan

E. Perhitungan
Standarisasi Na2S2O3 dengan KIO3
V1 x N1 = V2 x N2
7,55 x N1= 20 x 0,1
N1 = 2 : 7,55
= 0,26 N
Angka tabel=Selisih titrasi blangko & sampel
= 24 – 19,85 = 4,15 → (4 + 0,15)
mg = 9,7 + (2,5 x 0,15)
= 9,7 + 0,375
= 10,08
𝑎𝑡 𝑋 𝐹𝑝
Kadar Pati (%) = x 0,90 x 100%
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
10,08 x 50
= 5000 x 0,90 x 100%
= 0,101 x 0,90 x 100%
= 9,09%

F. Data Pengamatan

Standarisasi Na2S2O3 dengan KIO3


V KIO3 = 20 mL
Titrasi I Na2S2O3 (V) = 7,4 mL
Titasi II Na2S2O3 (V) = 7,7 mL
V rata-rata Na2S2O3 = 7,55 mL

Titrasi sampel(tepung beras) dan blangko


V sampel = 10 mL
V blangko = 20 mL
Titrasi blangko dengan Na2S2O3 = 24 mL
Titrasi I sampel dengan Na2S2O3 = 20 mL
Titasi II sampel dengan Na2S2O3 = 19,7 mL
V rata-rata titrasi sampel dengan Na2S2O3 = 19,85 mL
G. Pembahasan

Pada praktikum kuantitatif ini kami melakukan analisa penetapan kadar


karbohidrat atau pati, dengan tujuan untuk mengetahui kadar karbohidrat pada sampel
tepung beras merk Rose Brand. Praktikum penetapan kadar karbohidrat atau pati kami
lakukan dengan menggunakan metode luff schoorl. Metode ini menggunakan reagen luff
yang mengandung Tembaga Sitrat (CuO) sebagai oksidator bagi pereduksi hasil hidrolisis
pati dalam keadaan asam.

Langkah pertama yang akan dilakukan dalam praktikum ini adalah standarisasi
Na2S2O3 dengan KIO3 0,1 N. Tujuan dilakukannya standarisasi adalah untuk mengetahui
konsentrasi Na2S2O3 dengan larutan standar primer (KIO3). Titrasi ini dilakukan sampai
terjadi perubahan warna yaitu kuning muda. Kemudian tambahkan 3 tetes amilum sampai
terjadi perubahan warna menjadi biru. Lalu larutan tersebut dititrasi kembali dengan
Na2S2O3 sampai warna biru hilang, lakukan secara duplo. Perubahan warna yang terjadi
pada saat standarisasi Natrium Tiosulfat adalah kuning kemerahan → kuning muda + 3
tetes amilum → biru dengan endapan hitam → bening.

Langkah kedua, sampel berupa tepung beras ditimbang sebanyak 5g. Sampel yang
telah ditimbang lalu dituang ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan HCl 3% sebanyak
200 ml. proses penambahan HCl 3% bertujuan untuk menghidrolisis pati dalam tepung
tersebut dengan memecah ikatan glikosidik di dalamnya sehingga terbentuk molekul pati
yang lebih pendek. Serta bertujuan untuk menghidrolisis karbohidrat, polimer karbohidrat
sulit untuk bereaksi sehingga dengan penambahan asam polimer akan terpecah menjadi
monomer-monomer yang akan lebih mudah untuk bereaksi dengan senyawa lain. Setelah
ditambahkan HCl 3%, campuran sampel dan HCl 3% dipanaskan dengan lampu spirtus.
Hal ini dilakukan agar jumlah komponen tidak berkurang karena air dan asam dalam
sampel tidak menguap (di refluks). Setelah dipanaskan, tunggu larutan tersebut sampai
dingin. Kemudian, sampel dalam Erlenmeyer dinetralkan dengan larutan NaOH 40% .
Pemilihan NaOH 40% didasarkan pada penggunaan H2SO4 25% yang merupakan asam
kuat pada tahapan sebelumnya. Maka dari itu, NaOH 40% sebagai basa kuat yang dipilih
sebagai penetral. Untuk mengetahui apakah larutan tersebut mencapai netral maka
diperlukan uji kualitatif dengan menggunakan kertas lakmus. Setelah larutan nertal
kemudian ditambahkan CH3COOH atau asam lemah, penambahan asam asetat ini
dimaksudkan agar larutan dalam suasana sedikit asam. Setelah itu, larutan dipindahkan
ke dalam labu ukur 500ml dan diencerkan dengan menambahkan aquadest sampai tanda
tera. Lalu kocok sampai homogen.

Langkah ketiga mengambil 10ml sampel dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.


Kemudian ditambahkan 25 ml larutan luff schoorl dan 15 ml aquades. Lalu panaskan
dengan lampu spirtus. Hal ini dimaksudkan agar proses reduksi berjalan sempurna,dan
Cu dapat tereduksi dalam waktu kurang lebih 10 menit. Agar tidak terjadi pengendapan
seluruh Cu2+ yang tereduksi menjadi Cu+ sehingga tidak ada kelebihan Cu2+ yang dititrasi
maka larutan harus mendidih atau diusahakan mendidih dalam waktu 3 menit. Campuran
tersebut kemudian didinginkan dalam bak yang berisi air. Agar pendidnginan
berlangsung cepat, maka pendinginan dengan air perlu dilakukan. Setelah campuran
tersebut dingin, kemudian ditambahkan 15 ml KI 5% dan 25ml H2SO4 25% dengan hati-
hati. Penambahan larutan-larutan ini akan menimbulkan reaksi antara kuprioksida
menjadi CuSO4 dengan H2SO4, dan CuSO4 tersebut bereaksi dengan KI. Pereaksi
tersebut ditandai dengan timbulnya buih (gelembung-gelembung kecil pada permukaan
larutan) dan warna larutan menjad coklat.penambahan KI 5% dan H2SO4 25% sebahagi
senyawa yang akan membebaskan iodium dalam larutan. Kelebihan iodium pada larutan
sedikit asam perlu dititrasi dengan larutan tiosulfat (Na2S2O3) sehingga jumlah iodium
yang terikat sama dengan jumlah oksidatornya. Larutan tersebut dititrisai cepat dengan
larutan Na2S2O3 0,1N. Titrasi cepat dilakukan untuk menghindari penguapan KI. Dan
indikatornya menggunakan larutan kanji (amilum) untuk mengetahui apakah masih
terjadi proses reduksi atau tidak. Penambahan indicator amilum dilakukan setelah
campuran mendekati titik akhir maka hal ini dilakukan karena apabila dilakukan pada
awal titrasi maka amilum dapat membungkus ion dan mengakibatkan warna pada titik
akhir titrasi menjadi tidak terlihat tajam. Perubahan warna yang terjadi pada saat titrasi
sampel dengan Natrium Tiosulfat adalah Biru → Hijau → Coklat bata → Coklat susu + 3
tetes amilum → kuning dengan endapan putih.

Langkah terakhir dilakukannya titrasi blanko dengan larutan Na2S2O3 0,1N.


Larutan blanko berisi 25ml aquades dan 25ml luff schoorl, kemudian dipanaskan sampai
mendidih. Setelah dingin, tambahkan 15ml KI 5% dan 25ml H2SO4 25% secara perlahan-
lahan. Warna larutan menjadi coklat kekuningan. Larutan tersebut dititrasi dengan larutan
Na2S2O3 0,1N. indikatot yang digunakan adalah amilum. Penambahan indicator amilum
dilakkan setelah campuran mencapai titik akhir titrasi.tujuan dari larutan blanko ini
adalah untuk melihat perbedaan wujud pada blanko dan sampel. Perubahan warna yang
terjadi saat titrasi blanko adalah Biru → Hijau → Coklat jamu + 3 tetes amilum → Putih.

Banyaknya larutan tiosulfat untuk menitrasi sampel merupakan indikator yang


sama dalam menentukan jumlah Cu2+ yang tersisa.

Dapat diketahui bahwa tepung beras merk Rose Brand memiliki kadar pati
sebesar 9,09%. Jika dibandingkan dengan literature dimana menyatakan bahwa
kandungan pati sebesar 51,42%, perbedaan yang cukup signifikan. Perbedaan dengan
literatue ini dikarenakan kurangnya ketelitian dari praktikum dalam mengukur dan
menitrasi. Hal ini juga disebabkan karena kurangnya ketelitian dalam menggunakan
praktikum. Pengolahan yang terlalu lama dan rumit menghasilkan tepung yang memiliki
kadar pati yang tidak terlalu tinggi.

Adapun hambatan atau keslahan-kesalahan yang kami hadapi dalam


melaksanakan praktikum ini diantaranya yang pertama, kami kehabisan amilum dan
waktu praktikium telah habis. Yang kedua pada proses percobaan trial and error kami
mendapatkan larutan yang sudah dibuat tidak bisa dipergunakan karena terlalu lama
didiamkan (kadaluarsa). Yang ketiga terjadinya kesalahan dalam pembuatan bahan dari
komposisinya ataupun pengambilan bahan dasar larutannya. Sehingga terjadi peristiwa
larutan KIO3 ditambah KIO3, dan tidak menghasilkan warna. Yang seharusnya adalah
KIO3 ditambah KI dan terjadi perubahan warna.

H. Kesimpulan
1. Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud
bubuk putih, tawar, dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan
oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis)
dalam jangka panjang.
2. Kadar pati dari suatu bahan pangan dapat diketahui dengan menggunakan metode luff
schoorl. Prinsip dari penetapan kadar pati dengan metode luff schoorl adalah gula
pereduksi dapat mereduksi Cu2+ menjadi Cu+. Kemudian sisa Cu2+ yang tidak
tereduksi dititer secara iodometrik. Jumlah Cu2+ asli ditentukan dalam suatu
percobaan blanko dan dari penetapannya dapat ditentukan jumlah gula dalam suatu
bahan pangan yang dianalisis. Oleh karena itu, dilakukannya analisis kadar pati untuk
mengetahui kadar pai dari suatu bahan pangan.
3. Kadar karbohidrat yang didapatkan dalam sampel tepung beras merk rose brand
sebesar 9,09%.

I. Saran

Dalam praktikum ini seharusnya lebih berhati-hati dan lebih teliti agar tidak
terjadi kesalahan sehingga hasil yang didapatkan benar-benar akurat. Dan sebaiknya
sebelum melakukan praktikum kita harus menyiapkan bahan maupun alat yang akan kita
gunakan saat praktikum agar praktik dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang
kita inginkan.

J. Daftar Pustaka
 https://id.m.wikipedia.org>wiki
 https://www.asaaaggg.com>2016/10
 https://www.slideshare.net>hbasry3
 http://akuuhmona.blogspot.com/2011/05/penetapan-kadar-pati_html?m=1

Anda mungkin juga menyukai