Spektrofotometri UV-Vis”
Disusun Oleh
Daftar Isi 1
I. JUDUL 2
IV. PRINSIP 2
IX. PERHITUNGAN 7
A. PEMBUATAN LARUTAN 7
B. RUMUS PERHITUNGAN 9
C. PERHITUNGAN HASIL UJI 12
LAMPIRAN 26
1
I. JUDUL
Validasi Metode Uji Penetapan Krom Heksavalen dalam Air Secara
Spektrofotometri UV-Vis
IV. PRINSIP
V. REAKSI
A. Bahan
1) Aquabidest 6) Aseton (C3H6O)
2) Kalium dikromat (K2Cr2O7) 7) Kertas pH Universal
3) Asam sulfat (H2SO4) 0,2 N 8) Kertas Serap
4) Asam orto fosfat (H3PO4) pekat
5) Larutan difenilkarbazida
(C13H14N4O)
2
B. Alat
1) Spektrofotometer UV-Vis Agilent 8) Corong
2) Labu ukur 50 mL; 100 mL; 250 9) Batang pengaduk
mL 10) Kaca arloji
3) Pipet Volumetrik 10 mL; 50 mL 11) Pipet Tetes
4) Pipet Ukur 5 mL 12) Botol Semprot
5) Buret 25 mL; 50 mL 13) Neraca Analitik
6) Gelas Piala 100 mL; 250 mL; 500 14) Bulb Merah
mL 15) Standar dan Klem
7) Gelas Ukur 100 mL 16) Wadah berskala
3
5) Pembuatan Larutan deret standar Cr (0,0 - 1,0) mg/L
B. Tahap Pengujian
2) Uji Linearitas
4
4) Uji Presisi
5) Uji Akurasi
5
Kriteria Minimum (Syarat Keberterimaan) Validasi Metode Uji Standar Penetapan
Kadar Krom Heksavalen dalam Air secara Spektrofotometri UV-Vis
7x ulangan
50 mL
7x ulangan
50 mL
6
VIII. DATA PENGAMATAN
IX. PERHITUNGAN
A. PEMBUATAN LARUTAN
= 353, 4 𝑚𝑔
= 0, 3534 𝑔
7
3. Pembuatan Larutan Standar Krom Heksavalen 5 mg/L
𝑉1 𝑥 𝐶1 = 𝑉2 𝑥 𝐶2
𝑉1 𝑥 50 𝑝𝑝𝑚 = 100 𝑚𝐿 𝑥5 𝑝𝑝𝑚
𝑉1 = 10 𝑚𝐿
V1 x C 1 = V 2 x C 2 V1 x C1= V 2 x C2 V1 x C1= V 2 x C2
V1 x 5ppm = 50 mL x 0ppm V1 x 5ppm = 50 mLx 0.1ppm V1 x 5ppm = 50 mLx0.2ppm
V1 = 0 mL V1 = 1 mL V1 = 2 mL
V1 x C 1 = V 2 x C 2 V1 x C 1 = V 2 x C 2 V1 x C 1 = V 2 x C 2
V1 x 5ppm = 50mLx0.5ppm V1 x 5ppm = 50mLx0.6ppm V1 x 5ppm = 50mLx0.8ppm
V1 = 5 mL V1 = 6 mL V1 = 8 mL
8
● Pembuatan Krom Heksavalen 0,01 ppm (yang digunakan untuk LDI)
𝑉1 𝑥 𝐶1 = 𝑉2 𝑥 𝐶2
𝑉1 𝑥 0, 5 𝑝𝑝𝑚 = 50 𝑚𝐿 𝑥 0, 01 𝑝𝑝𝑚
𝑉1 = 1 𝑚𝐿
B. RUMUS PERHITUNGAN
𝑛 2
Σ𝑖=1 (𝑥−𝑥)
SB = 𝑛−1
𝑆𝐵
% SBR = 𝑥 100%
𝑥
LD Teoritis = 𝑥 + (3 𝑥 𝑆𝐵)
9
Keterangan :
x = Konsentrasi (mg/L)
2. Presisi
Σ (𝑋−𝑋̅̅)²
SD = 𝑛−1
𝑆𝐷
RSD = 𝑥100%
𝑋̅̅
Keterangan :
SB = Simpangan Baku (mg/L)
x = Konsentrasi (mg/L)
xi = Konsentrasi ke-i (mg/L)
x̅ = Konsentrasi Rata-rata (mg/L)
n = Jumlah Ulangan
3. Akurasi
𝐶2−𝐶1
% 𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = 𝐶3
𝑥 100%
Keterangan :
C1 = Kadar analit sampel sebelum dispike analit standar (mg/L)
C2 = Kadar analit sampel setelah dispike analit standar (mg/L)
C3 = Kadar analit standar spike (mg/L)
10
5. Linearitas
Σ(𝑥𝑖 − 𝑥) (𝑦𝑖 − 𝑦)
𝑟 = 2 2
Σ (𝑥𝑖 − 𝑥) Σ (𝑦𝑖 − 𝑦)
Keterangan :
r = Koefisien Korelasi
xi = Konsentrasi ke-i (mg/L)
yi = Absorbansi ke-i
6. Ketidakpastian
Dilakukan evaluasi estimasi ketidakpastian pengukuran kadar Krom
Heksavalen dalam sampel air terhadap hasil data linearitas, presisi, dan akurasi.
2
𝑆𝑦/𝑥 1 (𝑌𝑜−Ŷ)
µ 𝑅𝑒𝑔𝑟𝑒𝑠𝑖 = 𝑆(𝑥) 𝑝𝑝𝑚 = 𝑏
1 + 𝑛
+ 2 2
𝑏 . Σ(𝑥𝑖−𝑥𝑟)
Keterangan :
xi = Konsentrasi deret standar ke-i
xr = Rata-rata konsentrasi deret standar yang dibuat
xo = Konsentrasi rata-rata analit terukur dalam sampel
yi = Absorbansi standar ke-i (hasil pengukuran)
yc = Absorbansi hasil perhitungan (persamaan kurva kalibrasi)
yo = Absorbansi rata-rata hasil pengukuran sampel
n = Jumlah deret standar yang dibuat
Keterangan :
SD = Standar Deviasi
n = Jumlah Pengulangan
11
c. Ketidakpastian asal Labu Takar (µ Labu Takar )
𝑈 𝐾𝑎𝑙𝑖𝑏𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐿𝑎𝑏𝑢 𝑇𝑎𝑘𝑎𝑟
µ 𝐾𝑎𝑙𝑖𝑏𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐿𝑎𝑏𝑢 𝑇𝑎𝑘𝑎𝑟 = ( )
3
d. Ketidakpastian Gabungan
µ Gabungan Cr (VI) mg/L = x̅ Cr (VI) mg/L
12
D. KETIDAKPASTIAN
1. Skema Kerja
2. Rumus Konsentrasi
𝑦−𝑎
𝐶𝑟 (𝑉𝐼) 𝑚𝑔/𝐿 = 𝑏
Keterangan :
y = Absorbansi (absorbansi)
a = Intersep (Absorbansi)
b = Slope (abs/ppm)
3. Fishbone Ketidakpastian
4. Perhitungan Ketidakpastian
a. Ketidakpastian asal kurva kalibrasi (µ regresi )
2
𝑆𝑦/𝑥 1 (𝑌𝑜−Ŷ)
µ 𝑅𝑒𝑔𝑟𝑒𝑠𝑖 = 𝑆(𝑥) 𝑝𝑝𝑚 = 𝑏
1 + 𝑛
+ 2 2
𝑏 . Σ(𝑥𝑖−𝑥𝑟)
2
Σ(𝑌𝑖−Ŷ)
𝑆𝑦/𝑥 =
(𝑛−2)
0,00001286 𝑎𝑏𝑠
𝑆𝑦/𝑥 = 4
𝑆𝑦/𝑥 = 0, 0017927 𝑎𝑏𝑠
= 0, 002891 𝑝𝑝𝑚
13
● Labu Takar 50 mL
0,0017927 𝑎𝑏𝑠 1 0,0162 𝑎𝑏𝑠
µ 𝑅𝑒𝑔𝑟𝑒𝑠𝑖 = 𝑆(𝑥) 𝑝𝑝𝑚 = 0.78803 𝑎𝑏𝑠/𝑝𝑝𝑚
1+ 6
+ 0.60886809 𝑎𝑏𝑠/𝑝𝑝𝑚 𝑥 0.0621 𝑝𝑝𝑚
= 0, 002902 𝑝𝑝𝑚
● Labu Takar 50 mL
0,0008 𝑝𝑝𝑚
µ 𝑃𝑟𝑒𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑀𝑒𝑡𝑜𝑑𝑒 =
7
0,0008 𝑝𝑝𝑚
µ 𝑃𝑟𝑒𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑀𝑒𝑡𝑜𝑑𝑒 = 2,6458
= 0, 0003 𝑝𝑝𝑚
= 0,0606 mL
2 2
µ 𝐿𝑎𝑏𝑢 𝑇𝑎𝑘𝑎𝑟 = (µ 𝐾𝑎𝑙𝑖𝑏𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐿𝑎𝑏𝑢 𝑇𝑎𝑘𝑎𝑟) + (µ 𝐸𝑓𝑒𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟𝑒)
2 2
= (0, 0577 𝑚𝐿) + (0, 0606 𝑚𝐿)
2
= 0, 0070 𝑚𝐿
= 0,0837 mL
14
● Labu Takar 50 mL
𝑈 𝐾𝑎𝑙𝑖𝑏𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐿𝑎𝑏𝑢 𝑇𝑎𝑘𝑎𝑟
µ 𝐾𝑎𝑙𝑖𝑏𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐿𝑎𝑏𝑢 𝑇𝑎𝑘𝑎𝑟 = ( )
3
0,06 𝑚𝐿
= ( )
3
= 0, 0346 𝑚𝐿
( 𝑉𝑜𝑙 𝐿𝑎𝑏𝑢 𝑇𝑎𝑘𝑎𝑟 𝑥 ∆ 𝑇 (℃) 𝑥 𝐾𝑀𝑉 (/℃)
µ 𝐸𝑓𝑒𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟𝑒 =
3
50 𝑚𝐿 𝑥 (25 −20)℃ 𝑥 0,00021/℃
=
3
= 0,0303 mL
2 2
µ 𝐿𝑎𝑏𝑢 𝑇𝑎𝑘𝑎𝑟 = (µ 𝐾𝑎𝑙𝑖𝑏𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐿𝑎𝑏𝑢 𝑇𝑎𝑘𝑎𝑟) + (µ 𝐸𝑓𝑒𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟𝑒)
2 2
= (0, 0346 𝑚𝐿) + (0, 0303 𝑚𝐿)
2
= 0, 0021 𝑚𝐿
= 0,0460 mL
d. Ketidakpastian Gabungan
e. Ketidakpastian (U)
15
5. Pelaporan
16
a. Scanning Lamda Maksimum
0,6 542
Pada penentuan nilai λ max menggunakan larutan standar 0,6 mg/L didapatkan
nilai panjang gelombang sebesar 542 nm (visible) yang dimana pada panjang
gelombang tersebut dihasilkan serapan/absorban maksimal.
b. Linearitas
Pengujian linearitas dilakukan terhadap sejumlah konsentrasi standar yaitu
(0,0; 0,1; 0,2; 0,5; 0,6; 0,8) mg/L. Adapun persamaan regresi hasil pengujian linearitas
dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
17
Linieritas adalah kemampuan suatu metode analisis untuk mendapatkan hasil
yang proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel pada kisaran yang ada.
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan standar dalam mendeteksi analit
dalam sampel. Parameter hubungan kelinearitasan yang digunakan yaitu koefisien
korelasi (r) dan koefisien determinasi (r) pada analisis regresi linier y = bx + a, b
adalah Slope, a adalah intersep, x adalah konsentrasi analit dan y adalah respon
absorban. Persamaan yang didapatkan pada praktikum ini adalah y = 0,7803x +
0,0007 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 1,0000.
Rerata 0,0085
SD 0,0006
%RSD 7,35
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui nilai LDI Cr-VI sebesar 0,0013 mg/L.
Nilai tersebut menunjukkan konsentrasi analit terendah yang masih dapat dideteksi
18
oleh instrumen dan memberikan respon signifikan dibandingkan blanko, artinya
pengukuran di bawah nilai tersebut merupakan noise alat sehingga tidak dapat
dipercaya sebagai respon dari analit. Respon yang dihasilkan positif, dengan hasil
tidak presisi dan tidak akurasi sesuai syarat keberterimaan.
d. Uji Presisi
Presisi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji
individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur
diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang
homogen. Pada uji presisi dilakukan juga uji robustness dengan menggunakan
pengujian pada 2 labu yaitu labu 100 mL dan 50 mL dengan %RSD sebesar 0,37%
dan 0,59% dimana %RSD yang didapatkan memenuhi (< 5%). Pada uji robustness
dilakukan uji F dimana hasil yang diperoleh F hitung < F tabel (0,38 < 4,82) yang
memberikan hasil tidak berbeda nyata.
SD 0,001 0,001
F Hitung 0,2474
F Tabel 4,28
19
e. Uji Akurasi
Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis
dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan
kembali (Recovery) analit yang ditambahkan. Pada pengujian akurasi, digunakan
sampel dengan penambahan spike standar 0,3 ppm.
Rerata 0,4960 97
SD 0,0011
%RSD 0,2153
Ulangan 50 mg/L
20
7 0,2039 0,3000 0,3885 0,4970 98
Rerata 0,4960 97
SD 0,0026
%RSD 0,5214
Kesimpulan
T Hitung 0,2474
T Tabel 2,1788
f. Uji Limit Deteksi Metode (LDM) pada Sampel Cr-VI dalam Matriks Sampel
LDM merupakan konsentrasi terkecil yang yang masih terdeteksi oleh jalur preparasi
dalam metode yang digunakan. Pada LDM dilakukan pengenceran 10x (perbandingan
LDM teoritis) pada sampel dalam labu 50 mL. Diperoleh respon konsentrasi positif,
namun hasil yang diperoleh masih akurasi dan presisi sehingga tidak memenuhi syarat
keberterimaan (syarat dari LDM adalah respon positif, tidak akurasi dan tidak presisi).
Dengan demikian perlu dilakukan pengenceran untuk mengetahui limit respon dari
metode yang digunakan.
2 0,0162 0,020 99
4 0,0153 0,019 94
Rerata 0,020
SD 0,001
%RSD 3,60
21
XI. KESIMPULAN
22
8. Laporan Hasil 14 Oktober 2022 LT 100 mL - Memenuhi
Uji (X ± U) X ± U = (0,203 ±
0,004) mg/L
LT 50 mL
X ± U = (0,206 ±
0,004) mg/L
Persyaratan :
Metode uji dinyatakan valid jika nilai parameter (1-8) memenuhi syarat (tidak melebihi batas
toleransi)
Pada parameter limit deteksi metode perlu dilakukan pengenceran lagi untuk
mengetahui limit respon terkecil yang masih dapat terdeteksi dari metode (LDM) dari SNI
6989.71:2009.
23
XII. DAFTAR PUSTAKA
BADAN STANDARDISASI NASIONAL. 2009. SNI 6989.71:2009 Air dan air limbah
– Bagian 71: Cara uji krom heksavalen (Vr-VI) dalam contoh uji
secara spektrofotometri. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional
24
LAMPIRAN
b =0,7834
a =-0,0003
R2=1.0000
b =0,7774
a =0,0017
R2=0,9999
25
b =0,7803
a =-0,0007
R2=1.0000
26
Presisi
Akurasi
27
Limit Detection Method
Interpretasi : Masih masuk presisi dan akurasi karena masuk rentang 85 - 115%,
Harus Diencerkan Lagi
Ketidakpastian
Ketidakpastian REGRESI
28
Ketidakpastian Labu Takar
100 mL 50 mL
Ukal labu teori 0.1 0.06
akar 3 1.732050808 1.732050808
Ukal labu hitung 0.057735027 0.034641016
delta T 5 5
koef muai 0.00021 0.00021
Volume labu 100 50
U ET 0.060621778 0.030310889
U labu takar 0.083715789 0.046029882
U gabungan
LT 100 mL LT 50 mL
u regresi 0.0029 0.0029
u PM 0.0005 0.0003
U labu takar 0.0837 0.0460
29