4. 1 Hasil Pengamatan
yaitu Free Faty Acid (FFA), Moisture dan Impurities (M dan I), DOBI, Colour,
Perokside Value (PV), dan Iodine Value (IV). RBDPO merupakan hasil dari
proses pemurnian untuk penjernihan dan penghilangan bau dari CPO. Berikut
4.2 Pembahasan
kualitas minyak sawit setelah mengalami proses pemurnian dapat dilihat dari
berbagai parameter, diantaranya yaitu nilai Free Faty Acid (FFA), Moisture dan
Impurities (M dan I), DOBI, Colour, Perokside Value (PV), dan Iodine Value
(IV).
32
Asam lemak bebas atau Free Faty Acid (FFA) adalah adalah asam lemak
yang berada sebagai asam bebas yang tidak terikat sebagai trigliserida
(Ketaren, 2005). Tingginya kadar FFA dalam minyak sawit dapat memperkecil
kesehatan tubuh karena dapat membentuk senyawa asam lemak trans, senyawa
melalui destilasi bertingkat pada tahap deodorisasi. Pada tahap deodorisai ini
terjadi penguapan cairan dan zat-zat yang mudah menguap, di mana yang
diuapkan adalah asam lemak bebas dan senyawa-senyawa penyebab bau yang
lebih mudah menguap serta produk oksidasi, seperti aldehid dan keton yang masih
ada dalam minyak. Bila senyawa diatas tidak diuapkan maka akan timbul bau
yang tidak sedap dan rasa yang tidak enak pada minyak. Setelah pemisahan terjadi
antara FFA dan minyak maka, minyak hasil proses deodorization ini disebut
peningkatan kualitas sebelum dan sesudah proses pemurnian minyak sawit yang
dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 2 maka diketahui, penurunan nilai FFA yang
setelah dilakukan proses pemurnian. Selain itu jika bandingkan dengan standar
prusahaan, nilai FFA pada RBDPO yaitu maksimal 0,1%. Dimana artinya untuk
33
kadar FFA RBDPO harus di bawah atau sama dengan 0,1%. hasil pengujian
RBDPO yang didapatkan bahwa nilai FFA berada bawah batas maksimum standar
diproduksi perusahaan telah memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Jika
FFA masih tingi atau masih di atas standar maksimum, maka minyak akan di
campur dengan miyak yang nilai FFA nya rendah, atau dilakukan proses
deodorisasi yang lebih lama, untuk memenuhi standar yang telah ditetapkan.
impurities. Moisture yaitu banyaknya kandungan air yang terdapat dalam sampel.
Moisture dapat mempengaruhi mutu minyak, semakin tinggi kadar air maka
semakin rendah mutu minyak dan sebaliknya Semakin rendah kadar airnya maka
ketahanan minyak serta kualitas minyak semakin bagus. Adayan kandungan air
kotoran yang terdaapat dalam sampel. Impurities Sama halnya seperti moisture,
semakin rendah kadar kotorannya maka kualitas minyak sawit semakain bagus.
kotoran, logam-logam, dan getah atau lendir yang terdiri phospatida, protein,
residu, karbohidrat, air, dan resin akan dipisahkan tanpa mengurangi asam lemak
kimia seperti asam phospat (H3PO4) yang bertujuan untuk mengikat getah yang
pada CPO. Getah yang terikat akan menggumpal dan mengendap dan akan
Kadar air sangat menentukan kualitas dari minyak. Kadar air berperan
semakin cepat. Kerusakan minyak dapat dipercepat oleh adanya air, protein,
karbohidrat dan bahan lain. Tingginya kadar air tersebut dapat mempercepat
Kotoran yang tidak larut dalam minyak terdiri dari biji atau partikel
jaringan, lendir dan getah, serat-serat yng berasal dari kulit, abu, atau mineral
yang terdiri dari Fe, Cu, Mg, dan Ca, serta air dalam jumlah kecil. Kotoran ini
yang dilakukan. Berdasarkan data hasil pengamatan sebelum dan sesudah proses
pemurnian yang dapat dilihat pada Tabel 2 maka diketahui penurunan nilai M dan
minyak sawit setelah dilakukan proses pemurnian. Selain itu jika dibandingkan
dengan standar perusahaan maka untuk analisa uji M dan I pada produk RBDPO
yaitu maksimum 0,1% yang dapat diihat pada Tabel 3. Dimana artinya untuk
kadar M dan I minyak sawit harus di bawah atau sama dengan 0,1%. Sedangkan
memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Dengan kata lain minyak sawit
yang diproduksi kualitasnya sangat bagus dikarenakan nilai M dan I nya sangat
kecil.
pemucatan yang dapat terjadi pada minyak CPO (bahan baku) yang merupakan
rasio kandungan karoten dan produk oksidasi sekunder pada CPO atau merupakan
nilai yang menyatakan tingkat kemudahan pemucatan CPO. Semakin tinggi nilai
DOBI maka CPO akan semakin bagus dan semakin mudah dipucatkan. Hal ini
dikarenakan dalam CPO terdapat senyawa karoten yang mana jika nilai DOBI
tinggi menandakan senyawa karoten semakin banyak dan jumlah senyawa yang
sudah teroksidasi semakin sedikit dan warna akan semakin mudah tereduksi.
yang tinggi.
DOBI merupakan salah satu parameter mutu CPO untuk mengukur tingkat
2013). Selain itu nilai DOBI dapat memprediksi baik buruknya penanganan buah
tidak mencukupi untuk mengidentifikasi kualitas CPO yang baik sedangkan dalam
analisis DOBI dapat memberikan indikasi yang lebih baik serta memberikan
Dari hasil analisa bahan baku yang akan di proses di PT LDC Indonesia
terhadap nilai DOBI dapat dilihat dalam Tabel 2 bahwa di dapatkan nilai diatas
minimal nilai standar yang ditetapkan oleh perusahaan, sehingga CPO yang telah
Warna minyak sawit ditentukan oleh adanya pigmen karoten yang larut
dalam minyak, sebab asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna (Ketaren,
2005). Warna merah pekat yang muncul pada CPO diakibatkan oleh kandungan
komponen utama (sekitar 90% dari total karotenoid) (Ooi et al., 1996).
Semua struktur trans dapat diubah menjadi isomer cis. Isomerisasi cis-trans
37
karotenoid cis yang berbeda dengan karotenoid trans. Rantai poliene yang
berperan sebagai antioksidan, disisi lain justru membuat karotenoid menjadi tidak
stabil. Strukturnya mudah rusak dengan adanya serangan radikal bebas seperti
molekul oksigen tunggal dan senyawa lain yang reaktif. Panas, sinar dan asam
prooksidan logam dan oksidasi dengan lemak tidak jenuh, disisi lain memacu
warna dalam proses pemurnian ini sangat penting sehingga sangat perlu
diperhatikan perbahan warna dari CPO yang orange hingga menjdi RBDPO yang
warna terjadai ketika proses bleaching dan deodorisasi. Penurunan warna pada
saat proses bleaching terjadi karena adanya penambahan bleaching earth (BE),
dan warna akan terserap oleh BE. Penurunan warna pada proses bleaching hanya
sedikit karena didalam CPO masih mengandung getah, senyawa pengotor seperti
penambahan BE, warna pada CPO tidak seluruhnya terserap, karena BE bersifat
non polar sedangkan getah, dan pengotor lainya bersifat non polar. Oleh karna itu
tetapi terlebih dahulu menyerap yang bersifat non polar, artinya BE akan
menyerap telebih dahulu menyerap getah, dan pengotor lainnya yng bersifat non
38
dibawah maksimum standar yang telah ditetapkan yaitu terjadi pada saat proses
deodorisasi.
Dari hasil data pengamatan sebelum dan sesudah proses pemurnian yang
dapat dilihat pada Tabel 2 maka diketahui penurunan nilai warna yang
setelah dilakukan proses pemurnian. Selain itu jika bandingkan dengan standar
prusahaan, nilai warna pada RBDPO yaitu maksimal 3 red. Dimana artinya untuk
nilai warna RBDPO harus di bawah atau sama dengan 3 red . Hasil pengujian
RBDPO yang didapatkan bahwa nilai warna berada pada bawah batas maksimum
standar perusahaan yaitu berada dikisaran 2,6 red, sehingga didapatkan bahwa
minyak sawit yang diproduksi perusahaan telah memenuhi standar mutu yang
telah ditetapkan.
minyak tak jenuh yang disebabkan oleh oksigen. Semakin kecil nilai PV maka
semakin baik kualitas minyak tersebut dan sebaliknya semakin besar nilai PV
maka semakin buruk kualitas minyak tersebut (menandakan minyak sudah rusak).
Peroksida pada dasarnya adalah indikator kerusakan minyak, semakin tinggi nilai
peroksida maka minyak akan semakin mudah rusak. Oleh karena itu ini adalah
yang terbentuk pada tahap awal reaksi oksidasi lemak. Bilangan peroksida yang
pada angka yang lebih rendah bukan selalu berarti menunjukkan kondisi oksidasi
yang masih dini. Angka peroksida rendah bisa disebabkan laju pembentukan
senyawa lain, mengingat kadar peroksida cepat mengalami degradasi dan bereaksi
pada Tabel 2. Penurunan nilai peroksida yang terkandung dalam minyak sawit
peroksida pada RBDPO yaitu maksimal 1,0 meq/kg dimana artinya untuk
bilangan peroksida RBDPO harus di bawah atau sama dengan 1,0 meq/kg. Hasil
pengujian RBDPO yang didapatkan yaitu 0,0 meq/kg, sehingga minyak sawit
yang diproduksi perusahaan telah memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.
Iodine Value (IV) atau sering disebut dengan bilangan iod merupakan
iod tinggi berarti menunjukan ketidakjenuhan suatu minyak atau lemak yang
tinggi, begitu pula dengan bilangan iod yang rendah berarti menunjukan
40
ketidakjenuhan suatu minyak atau lemak yang rendah pula. Banyaknya iodium
yang diikat menunjukan banyaknya ikatan rangkap dimana asam lemak tidak
Adanya ikatan rangkap pada asam lemak tidak jenuh akan memudahkan
terjadinya oksidasi di udara atau jika ada air dan dipanaskan (Sahidi, 2005).
(Free Fatty Acid), kadar air, peroksida, dan impurities. Proses pemurnian tidak
bisa merubah karakteristik asam lemak dalam minyak. Berubahnya nilai Iodin
Value (IV) hanya terjadi pada tahap fractionation. Perubahan nilai IV dapat dilihat
pada fisik minyak, minyak dengan kandungan IV tingi akan lebih cair dan jernih
dapat dilihat pada Tabel 2 standar produk RBDPO PT LDC Indonesia. Hasil data
pengamatan nili IV RBDPO maka berada pada standar perusahaan yaitu 50-55