Anda di halaman 1dari 28

PARAMETER DAN PROSES

PEMBUATAN MINYAK GORENG DI


INDUSTRI

NAMA KELOMPOK 2 :
X KI 3

1. NINDI PUTRI PRATIWI (07)


2. PUTRI OCTAVIA EKA M. (13)
3. RADINIA FITRAH NURAINI (14)
4. RIZKI ARJUN FARLIA (19)
5. SELVIA FANI MARIANA P. (24)
6. SRI SETYONINGSIH (27)
7. ZUHROTUN NISA’ (36)
KELAPA SAWIT
Kelapa sawit merupakan tumbuhan pohon. Bunga dan buahnya berupa
tandan dan bercabang banyak. Memilki buah kecil dan apabila matang, akan
berwarna merah kehitaman. Untuk daging buahnya padat serta mengandung
minyak. Minyak kelapa sawit ini digunakan sebagai minyak goreng.
Pengolahan Kelapa sawit merupakan suatu proses pengolahan yang
menghasilkan minyak kelapa sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh ialah
minyak sawit, inti sawit, sabut, cangkang dan tandan kosong. Pabrik kelapa sawit
(PKS) dalam konteks industri kelapa sawit di Indonesia dipahami sebagai unit
ekstraksi crude palm oil (CPO) dan inti sawit dari tandan buah segar (TBS)
kelapa sawit. PKS tersusun atas unit-unit proses yang memanfaatkan kombinasi
perlakuan mekanis, fisik, dan kimia.
Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sawit adalah proses
ekstraksi CPO secara mekanis dari tandan buah segar kelapa sawit (TBS)
yang diikuti dengan proses pemurnian.
PARAMETER PEMBUATAN MINYAK
GORENG
Parameter penting produksi seperti efisiensi ekstraksi, rendemen,
kualitas produk sangat penting perananya dalam menjamin daya saing
industri perkebunan kelapa sawit di banding minyak nabati lainnya. Perlu
diketahui bahwa kualitas hasil minyak CPO yang diperoleh sangat
dipengaruhi oleh kondisi buah (TBS) yang diolah dalam pabrik.
Sedangkan proses pengolahan dalam pabrik hanya berfungsi menekan
kehilangan dalam pengolahannya, sehingga kualitas CPO yang dihasilkan
tidak semata-mata tergantung dari TBS yang masuk ke dalam pabrik.
1. FFA (Free Fatty Acid)
FFA atau Free Fatty Acid adalah group dari asam organik yang terdapat
dalam minyak sawit. FFA di dalam minyak sawit, sebagian besar palmitat, stearat
dan oleat. Kandungan palmitat lebih banyak didalam minyak sawit sehingga Berat
molekulnya digunakan dalam perhitungan (25,6). FFA terbentuk akibat adanya air
dan katalis melalui reaksi hidrolisa, ini reaksinya:

Minyak (Trigliserida) + Air ——> FFA + Gloserol

Ada 2 dasar hidrolisis katalis didalam minyak sawit :


 hidrolisis enzimatik. Lemak aktif memecahkan enzim, sebagian besar lipoid
yang ada didalam buah sawit. Aktifitasnya menghasilkan formasi FFA dipercepat
bila mesocarp buah sawit pecah atau memar.
 hidrolisis katalis secara spontan. Reaksi ini dipengaruhi oleh kandungan FFA
yang ada didalam buah sawit dan telah berkembang yang berhubungan dengan
suhu dan waktu. Free fatty acid (asam lemak bebas) dalam minyak produksi
adalah untuk menilai kadar asam lemak bebas dalam minyak dengan melarutkan
lemak tersebut dalam pelarut organik yang sesuai dan menetralisasikan larutan
tersebut dengan alkali menggunakan indikator phenolpthalein. Nilai FFA dalam
CPO tidak lebih dari 3%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi FFA adalah :
 Tingkat kematangan buah sawit
 Memperpanjang penanganan buah dari waktu panen hingga waktu proses
 Keterlambatan atau penundaan antara panen dan proses
2. Moisture content.
Penentuan kadar air pada minyak produksi adalah untuk
menilai kandungan zat menguap dalam minyak, yaitu jumlah
zat/bahan yang menguap pada suhu 103 deg C, termasuk di
dalamnya air serta dinyatakan sebagai berkurangnya berat apabila
sampel dipanaskan pada suhu 103 deg C. NIlai moisture content
pada CPO tidak lebih dari 0,3%.

3. Impurities content
Kadar kotoran pada minyak produksi adalah untuk menilai
kadar kotoran dalam minyak yang berupa zat yang tidak larut dalam
pelarut organik yang telah ditentukan, kemudian disaring dengan
media penyaring dan dicuci dengan pelarut tersebut, dikeringkan
lalu ditimbang. Niali dirt content pada CPO tidak lebih dari 0,03%.
4. Peroxide value
Peroksida ialah hasil oksidasi pertama yang nontransient dan
terbentuk karena bertambahnya radikal aktif molekul oksigen
pada gugus metilen aktif pada rantai asam lemak yang terdapat
dalam minyak. Peroxide value adalah untuk menentukan derajat
kerusakan pada minyak atau lemak. Proses pembentukan
peroksida dapat dipercepat oleh adanya cahaya, suasana asam,
kelembaban udara dan katalis (logam Fe,Co, Mn, Ni dan Cr).
Peroksida juga dapat mempercepat proses tmbulnya bau tengik
dan flavor yang tidak dikehendaki dalam bahan pangan. Peroxide
value pada minyak produksi untuk menilai bilangan Peroxide
dalam minyak dengan cara titrasi ion yodida bebas dengan
sodium thiosulfat.Nilai peroxide value pada CPO tidak lebih dari 1
meq/kgl.
5. DOBI
Dobi adalah indeks daya pemucatan merupakan rasio
kandungan karoten dan produk oksidasi sekunder pada CPO. Nilai
Dobi yang rendah mengindikasikan meningkatnya kandungan produk
oksidasi sekunder (produk oksidasi dari karotenoid yang dapat terjadi
dari efek rantai asam lemak teroksidasi). Nilai Dobi diukur dengan alat
spektrofotometer UV-Visible, kandungan karotene diukur pada
absorbens 446 nm sedangkan produk oksidasi sekunder pada
absorbens 269 nm. Nilai Dobi yang baik harus lebih dari 2,5.

6. ß Carotene
Senyawa karotene adalah suatu senyawa yang larut
didalam lemak, berwarna kuning sampai merah di dalam CPO,
sangat dipengaruhi oleh kematangan buah. β-Carotene pada
proses refinery sengaja dihilangkan untuk memperolah minyak
goreng yang jernih juga menghindari terjadinya degradasi β-
carotene oleh panas, padahal β-carotene merupakan pro-vitamin A
dan juga sebagai antioksidan alami. Spesifikasi > 500 ppm.
7. Iodine value
Iodine Value adalah suatu besaran untuk mengukur derajat
ketidak jenuhan dalam asam lemak. Ini dinyatakan dengan jumlah
gram iodine yang diserap oleh 100 g lemak. Bilangan iodine
tergantung pada jumlah asam lemak tidak jenuh dalam minyak.
Lemak yang akan diperiksa dilarutkan dalam iso oktan kemudian
ditambahkan larutan Iodine berlebih, sisa iodine yang tidak bereaksi
dititrasi dengan Na. thiosulfat. Spesifikasi > 50.
PROSES PEMBUATAN MINYAK GORENG
1. LOADING RAMP
Setelah buah disortir pihak sortasi, buah dimasukkan
kedalam ramp cage yang berada diatas rel lori. Ramp cage mempunyai
30 pintu yang dibuka tutup dengan sistem hidrolik, terdiri dari
2 line sebelah kiri dan kanan. Pada saat pintu dibuka lori yang berada
dibawah cage akan terisi dengan TBS. Setelah terisi, lori ditarik dengan
capstand ke transfer carriage, dimana transfer carriage dapat memuat 3
lori yang masing – masing mempunyai berat rata-rata 3,3 – 3,5 ton.
Dengan transfer carriage lori diarahkan ke rel sterilizer yang diinginkan.
Kemudian diserikan sebanyak 12 lori untuk dimasukan kedalam sterilizer.
Pemasukan lori ke dalam sterilizer menggunakan loader.

2. STERILIZER
Sterilisasi adalah proses perebusan dalam suatu bejana yang
disebut dengansterilizer. Adapun fungsi dari perebusan adalah sebagai
berikut:
1. Mematikan enzyme.
2. Memudahkan lepasnya brondolan dari tandan.
3. Mengurangi kadar air dalam buah.
4. Melunakkan mesocarp sehingga memudahkan proses pelumatan
dan pengepressan.
5. Memudahkan lepasnya kernel dari cangkangnya.
Proses perebusan dilakukan selama 85 -95 menit. Untuk media
pemanas dipakai steam dari BVP (Back Pressure Vessel) yang
bertekanan 2,8-3 bar. Perebusan dilakukan dengan sistem 3 peak ( tiga
puncak tekanan). Puncak pertama tekanan sampai 1,5 Kg/cm2, puncak
kedua tekanan sampai 2,0 Kg/cm2 dan puncak ketiga tekanan sampai
2,8 – 3,0 Kg/cm2.
Berikut proses perebusan sistem tiga peak :
1. Deaeration dilakukan 2 menit, dimana posisi condensate terbuka.
2. Memasukkan uap untuk peak pertama yang dicapai dalam waktu 10
menit. Biasanya tekanan mencapai 1,2 bar.
3. Uap dan kondensat dibuang sampai tekanan menjadi 0 bar dalam
waktu 5 menit.
4. Uap dimasukkan selama 15 menit untuk mencapai tekanan 2 bar.
5. Uap kondensat dibuang lagi selama 3 menit.
6. Kemudian steam dimasukkan lagi untuk mencapai peak ke-3 dalam
waktu 15 – 20 menit.
7. Setalah peak ketiga tercapai maka dilakukan penahanan selama 40
– 50 menit.
8. Uap kondensat dibuang selama 5 – 7 menit sampai tekanan 0
3. THRESSER
Setelah perebusan TBS yang telah masak diangkut
ke thresser dengan mengggunakan hoisting crane yang mempunyai
daya angkat 5 ton. Lori diangkat dan dibalikkan
diatas hopper thresser (auto feeder).
Pada stasiun ini tandan buah segar yang telah direbus siap
untuk dipisahkan antara berondolan dan tandannya. Sebelum masuk
kedalam thresser TBS yang telah direbus diatur pemasukannya
dengan menggunakan auto feeder. Dengan menggunakan putaran
TBS dibanting sehingga berondolan lepas dari tandannya dan jatuh
ke conveyordan elevator untuk didistribusikan ke rethresser untuk
pembantingan kedua kalinya.Thresser mempunyai kecepatan
putaran 22 – 25 rpm. Pada bagian dalam thresser, dipasang batang-
batang besi perantara sehingga membentuk kisi-kisi yang
memungkinkan berondolan keluar dari thresser. Untuk tandan
kosong sendiri didistribusikan dengan empty bunch conveyor untuk
didistribusikan ke penampunganempty bunch.
4. STASIUN PRESS
Berondolan yang keluar dari thresser jatuh ke conveyor, kemudian diangkut
dengan fruit elevator ke top cross conveyor yang mendistribusikan berondolan
kedistributing conveyor untuk dimasukkan dalam tiap-tiap digester. Digester adalah
tangki silinder tegak yang dilengkapi pisau-pisau pengaduk dengan kecepatan putaran
25-26 rpm, sehingga brondolan dapat dicacah di dalam tangki ini. Bila tiap-
tiap digester telah terisi penuh maka brondolan menuju ke conveyor recycling,
diteruskan ke elevator untuk dikembalikan ke digester. Tujuan pelumatan adalah agar
daging buah terlepas dari bijisehingga mudah di-press. Untuk memudahkan pelumatan
buah, pada digester di-injectsteam bersuhu sekitar 90 – 95 °C.
Berondolan yang telah lumat masuk ke dalam screw press untuk diperas
sehingga dihasilkan minyak (crude oil). Pada proses ini dilakukan penyemprotan air
panas agar minyak yang keluar tidak terlalu kental (penurunan viscositas) supaya pori-
pori silinder tidak tersumbat, sehingga kerja screw press tidak terlalu berat.
Penyemprotan air dilakukan melalui nozzle-nozzle pada pipa berlubang yang dipasang
pada screw press. Kapasitas mesin press adalah 15 ton per jam.
Tekanan mesin press harus diatur, karena bila tekanan terlalu tinggi dapat
menyebabkan inti pecah dan screw press mudah aus. Sebaliknya, jika tekanan
mesin press terlalu rendah maka oil losses di ampas tinggi.
Minyak hasil mesin press kemudian menuju ke sand trap tank untuk
pengendapan. Hasil lain adalah ampas (terdiri dari biji dan fiber), yang akan
dipisahkan dengan menggunakan cake breaker conveyor (CBC).
5. STASIUN PEMURNIAN
Minyak yang berasal dari stasiun press masih banyak
mengandung kotoran-kotoran yang berasal dari daging buah
seperti lumpur, air dan lain-lain. Untuk mendapatkan minyak
yang memenuhi standar, maka perlu dilakukan pemurnian
terhadap minyak tersebut. Pada stasiun ini terdiri dari beberapa
unit alat pengolah untuk memurnikan minyak produksi, yang
meliputi : Sand Trap Tank, Vibrating Screen, Crude Oil
Tank, Continous Settling Tank (CST), Oil Tank, Purifier,
Vacum Dryer, Sludge Oil Tank, Sludge Vibrating
Screen, Sludge Centrifuge, Fat Pit, dan Storage Tank.
bertujuan untuk memisahkan padatan, seperti : serabut, pasir,
tanah dan kotoran-kotoran lain yang masih terbawa dari sand trap
tank. Vibrating yang digunakan adalah double deck vibrating
screen, dimana screen pertama berukuran 30mesh dan screen kedua
40 mesh. Padatan yang tertahan pada ayakan akan dikembalikan
ke digester melalui conveyor, sedangkan minyak dipompakan
ke crude oil tank.
a. Sand Trap Tank
Minyak hasil mesin press merupakan minyak mentah yang masih banyak
mengandung kotoran-kotoran. Minyak tersebut masuk ke sand trap tank untuk
mengendapkan partikel-partikel yang mempunyai densitas tinggi. Sand trap
tankadalah sebuah bejana yang berbentuk silinder tegak.
b. Vibrating Screen
Minyak bagian atas dari sand trap tank yang masih mengandung serat dan
sedikit kotoran dialirkan ke ayakan getar (vibrating screen). Proses penyaringan
memakaivibrating screen b
c. Crude Oil Tank (COT)
Minyak yang keluar dari vibrating screen dialirkan ke crude oil
tank untuk ditampung sementara. Pada crude oil tank ini minyak
dipanaskan dengan steammelalui sistem pipa pemanas, dan suhu
dipertahankan 90-95°C. Dari sini minyak dipompakan ke CST
(Continuous Settling Tank).
d. Continous Settling Tank (CST)
Minyak dari COT dipompakan ke CST dimana sebelumnya
dilewatkan ke buffer tankagar aliran minyak masuk ke CST tidak terlalu
kencang. CST bertujuan untuk mengendapkan lumpur (sudge)
berdasarkan perbedaan berat jenisnya. Di CST suhu dipertahankan 86-
90 oC. Minyak pada bagian atas CST dikutip dengan
bantuanskimmer menuju oil tank, sedangkan sludge (yang masih
mengandung minyak) pada bagian bawah dialirkan secara underflow
ke sludge vibrating screen sebelum kesludge oil tank. Sludge dan pasir
yang mengendap didasar CST di-blowdown untuk dibawa ke sludge
drain tank .
e. Oil Tank
Minyak dari CST menuju ke oil tank untuk ditampung sementara
waktu, sebelum dialirkan ke oil purifier. Dalam oil tank juga terjadi
pemanasan (75-80°C) dengan tujuan untuk mengurangi kadar air.
f. Purifier
Di dalam purifier dilakukan pemurnian untuk mengurangi kadar
kotoran dan kadar air yang terdapat pada minyak berdasarkan atas
perbedaan densitas dengan menggunakan gaya sentrifugal, dengan
kecepatan perputarannya 7500 rpm. Kotoran dan air yang memiliki
densitas yang besar akan berada pada bagian yang luar (dinding bowl),
sedangkan minyak yang mempunyai densitas lebih kecil bergerak ke
arah poros dan keluar melalui sudu-sudu untuk dialirkan ke vacuum
drier. Kotoran dan air yang melekat pada dinding di-blowdown ke
saluran pembuangan untuk dibawa ke Fat Pit.
g. Vacuum Drier
Minyak yang keluar dari purifier masih mengandung air, maka
untuk mengurangi kadar air tersebut, minyak dipompakan ke vacuum
drier. Di sini minyak disemprot dengan menggunakan nozzle sehingga
campuran minyak dan air tersebut akan pecah. Hal ini akan
mempermudah pemisahan air dalam minyak, dimana minyak yang
memiliki tekanan uap lebih rendah dari air akan turun ke bawah dan
kemudian dipompakan ke storage tank.
h. Sludge Tank
Untuk overflow dari tangki ini di alirkan ke drain tank sedangkan under flownya
dialirkan ke vibrating screen dan brush strainer atau langsung ke bak transit untuk
dipompakan ke sand cyclone. Untuk mempercepat pengendapan lumpur, sludge dipanaskan
(80-90oC) dengan menggunakan uap yang dialirkan melalui coil pemanas. Sehingga
densitas minyak menjadi lebih rendah dan lumpur halus yang melekat pada minyak akan
terlepas dan mengendap pada dasar tangki.
Dari sand cyclone atau brush strainer sludge dialirkan ke balance tank sebagai umpan untuk
decanter atau sludge centrifuge.

i. Sludge centrifuge
Sludge centrifuge untuk mengolah sludge. Sludge Centrifuge adalah alat yang
digunakan untuk memisahkan minyak yang masih terkandung di dalam sludge, dengan cara
pemisahan berdasarkan gaya sentrifugal. Didalam sludge centrifuge ini terdapat bowl yang
berputar 1450 rpm, bowl ini berbentuk bintang yang diujungnya terdapat nozzle dengan
diameter lubang tertentu dan nozzle ini dapat diganti sesuai keinginan.
Prinsip kerjanya adalah nozzle separator berputar dengan gaya centifugal dimana
pemisahannya, fraksi berat ( lumpur, kotoran ) terlempar ke dinding bowl dan fraksi ringan
(air dan minyak) akan ketengah. Minyak yang mempunyai densitas lebih kecil akan menuju
poros dan terdorong keluar melalui sudu-sudu (paring disk), dan ditampung di reclaimed
tank sebelum dipompakan oleh reclaimed oil pump untuk alirkan kembali ke CST.
Sedangkan sludge (mengandung air) yang mempuyai densitas lebih besar akan terdorong ke
bagian dinding bowl dan keluar melalui nozzle, kemudian sludge keluar melalui saluran
pembuangan menuju fat pit.
j. Sludge drain tank
Lapisan bawah dari CST, dan sludge tank pada selang waktu tertentu
didrain menuju sludge drain tank. Di sludge drain tank minyak mengalir tenang
dan dibiarkan overflow untuk mengalir dan ditampung pada reclaimed tank, dan
kemudian dipompakan kembali ke CST untuk kemudian dimurnikan lagi.
Sedangkan kotoran dan air dialirkan menuju fat pit.
k. Fat Pit
Sebelum sludge di buang ke kolam pengolahan limbah, terlebih dahulu
ditampung di fat pit dengan maksud agar minyak yang masih terbawa dapat
terpisah kembali. Di Fat Pit diinjeksikan uap sebagai pemanas untuk
mempermudah proses pemisahan minyak dengan kotoran. Minyak yang ada pada
permukaan dibiarkan melimpah (overflow). Selanjutnya minyak ditampung pada
sebuah bak pada pinggiran kolam fat pit, dan kemudian dipompakan kembali ke
sludge drain tank.
l. Storage Tank
Minyak dari vacuum dryer, kemudian dipompakan ke storage tank
(tangki timbun), pada suhu simpan 45-55°C. Setiap hari dilakukan pengujian
mutu. Minyak yang dihasilkan dari daging buah berupa minyak yang disebut
Crude Palm Oil (CPO).
6. STASIUN KERNEL
Pada stasiun ini dilakukan aktifitas pemisahan serabut dari nut,
pemisahan inti dari cangkangnya dan juga pengeringan inti. Peralatan yang
digunakan di stasiun ini , diantaranya : Cake Breaker Conveyor (CBC),
Depericarper, Nut Silo, Ripple Mill, Claybath, dan Kernel Silo.

a. Cake Breaker Conveyor (CBC)


Ampas dari screw press yang terdiri dari fiber dan nut yang masih menggumpal
masuk ke CBC. CBC merupakan suatu screw conveyor namun screwnya dipasang palt
persegi sebagai pelempar fiber dan nut. CBC berfungsi untuk mengurai gumpalan fiber
dengan nut dan membawanya ke depericarper.
b. Depericarper
Depericarper adalah alat untuk memisahkan fiber dengan nut. Fiber dan nut dari
CBC masuk ke separating column. Disini fraksi ringan yang berupa fiber dihisap
dengan fibre cyclone dan di tampung dalam hopper sebagai bahan bakar pada boiler.
Sedangkan fraksi berat berupa nut turun ke bawah masuk ke polishing drum.
c. Nut Polishing Drum
Nut polishing drum berupa drum berlubang-lubang yang berrputar.
Akibat dari perputaran ini terjadi gesekan yang mengakibatkan serabut yang
masih menempel pada nut terkikis dan terpisah dari nut. Nut jatuh, selanjutnya nut
diangkut oleh nut conveyor dan destoner (second depericarper) untuk
memisahkan batu dan benda – benda yang lebih berat dari nut seperti besi. Nut
yang terbawa ke atas jatuh kembali di dalam air lock dan di tampung oleh nut
elevator untuk dibawa ke dalam nut silo.
d. Nut Silo
Fungsi dari alat ini sebagai tempat penampungan nut, hal ini dilakukan
untuk mengurangi kadar air sehingga lebih mudah dipecah dan inti lekang dari
cangkangnya.
e. Ripple Mill
Biji dari nut silo masuk ke ripple mill untuk dipecah sehingga inti
terpisah dari cangkang. Biji yang masuk melalui rotor akan mengalami gaya
sentrifugal sehingga biji keluar dari rotor dan terbanting dengan kuat yang
menyebabkan cangkang pecah. Setelah dipecahkan inti yang masih bercampur
dengan kotoran-kotoran di bawa ke kernel grading drum.
f. Kernel Grading Drum
Pada kernel grading drum ini di saring antara nut,shell dan kotoran dengan
nut yang belum terpecahkan. Untuk nut shell dan kotoran lolos dari saringan
dibawa ke LTDS. Sementara untuk nut atau yang tertahan dikembalikan ke nut
conveyor.
g. Light Tenera Dry Separator (LTDS)
Pada bagian ini akan terjadi pemisahan dimana fraksi-fraksi yang lebih
ringan akan dihisap oleh LTDS cyclone. Fraksi-fraksi yang ringan di hisap yang
terdiri dari cangkang dan serabut akan di bawa ke shell hopper melalui fibre and
shell conveyor. Inti dan sebagian cangkang yang belum terpisahkan, dipisahkan lagi
pada clay bath.
h. Clay Bath
Clay bath adalah alat pemisahan Inti dengan cangkang. Proses pemisahan
ini secara basah yang menggunakan larutan CaCO3 dan air dengan ukuran partikel
CaCO3 lolos mesh 400. Clay bath berfungsi sebagai larutan pemisah antara kernel
dan cangkang berdasarkan berat jenis. Berat jenis Kernel basah = 1,07 dan berat
jenis cangkang = 1,15 – 1,20, maka untuk memisah kernel dan cangkang tersebut
dibuat larutan dengan berat jenis = 1,12. Bagian yang ringan akan mengapung dan
bagian yang berat akan tenggelam. Inti yang merupakan fraksi ringan akan dibawa
ke kernel silo untuk disimpan dengan suhu tertentu.
i. Kernel Silo
Inti yang masih mengandung air, perlu dikeringkan sampai kadar air 7%.
Inti yang berasal dari pemisahan di clay bath melalui top wet kernel conveyor
didistribusikan ke dalam unit kernel silo untuk dilakukan proses pengeringan. Pada
kernel silo ini inti akan dikeringkan dengan menggunakan udara panas dari steam
heater yang dihembuskan oleh Fan kernel silo ke dalam kernel silo. Pengeringan
dilakukan pada temperatur 60-80°C selama 4-8 jam. Kernel yang telah dikeringkan
ini dibawa ke kernel bulk silo melalui dry kernel transport fan.
 Untuk memperjelas alur proses pengolahan minyak goreng dapat dilihat pada
Pengolahan CPO menjadi Minyak Goreng sebagai berikut :

a. Proses Degumming
Proses degumming bertujuan untuk menghilangkan zat-zat yang terlarut atau zat-
zat yang bersifat koloidal, seperti resin, gum, protein dan fosfatida dalam minyak mentah.
Pada prinsipnya proses degumming ini adalah proses pembentukan dan pengikatan flok-flok
dari zat-zat terlarut dan zat-zat yang bersifat koloidal dalam minyak mentah, sehingga flok-
flok yang terbentuk cukup besar untuk bisa dipisahkan dari minyak. Proses degumming yang
paling banyak digunakan adalah proses degumming dengan menggunakan asam. Pengaruh
yang ditimbulkan oleh asam tersebut adalah menggumpalkan dan mengendapkan zat-zat
seperti protein, fosfatida, gum dan resin yang terdapat dalam minyak mentah.

b. Proses Netralisasi
Proses netralisasi atau deasidifikasi pada pemurnian minyak mentah bertujuan
untuk menghilangkan asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak mentah. Asam lemak
bebas (FFA) dapat menimbulkan bau yang tengik. Proses netralisasi yang paling sering
digunakan dalam industri kimia adalah proses netralisasi dengan soda kostik, dengan prinsip
reaksi penyabunan antara asam lemak bebas dengan larutan soda kostik, yang reaksi
penyabunannya sebagai berikut :
R----COOH + NaOH R-COONa + H2O
c. Proses Bleaching
Proses bleaching (pemucatan) dimaksudkan untuk mengurangi atau
menghilangkan zat-zat warna (pigmen) dalam minyak mentah, baik yang terlarut
ataupun yang terdispersi. Warna minyak mentah dapat berasal dari warna bawaan
minyak ataupun warna yang timbul pada proses pengolahan CPO menjadi minyak
goreng. Pigmen yang biasa terdapat di dalam suatu minyak mentah ialah carotenoid
yang berwarna merah atau kuning, chlorophillida dan phaephytin yang berwarna
hijau.
Disamping menyerap zat warna, absorben juga dapat menyerap zat yang
memiliki sifat koloidal lainnya seperti gum dan resin. Absorben yang paling banyak
digunakan dalam proses bleaching minyak dan lemak adalah tanah pemucat
(bleaching erath) dan arang (carbon). Arang sangat efektif dalam penghilangan
pigmen warna merah, hijau dan biru.
d. Proses Deodorisasi
Proses deodorisasi bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa
dan bau yang tidak dikehendaki dalam minyak untuk makanan. Senyawa-senyawa
yang menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak tersebut biasanya berupa senyawa
karbohidrat tak jenuh, asam lemak bebas dengan berat molekul rendah, senyawa-
senyawa aldehid dan keton serta senyawa-senyawa yang mempunyai volatilitas
tinggi lainnya. Kadar senyawa-senyawa tersebut di atas, walaupun cukup kecil
telah cukup untuk memberikan rasa dan bau yang tidak enak, kadarnya antara 0,001
– 0,1 %.
Proses deodorisasi sangat dipengaruhi oleh faktor tekanan, temperatur dan
waktu, yang kesemuanya harus disesuaikan dengan jenis minyak mentah yang
diolah dan sistim proses yang digunakan. Temperatur operasi dijaga agar tidak
sampai menyebabkan turut terdistilasinya gliserida. Tekanan diusahakan serendah
mungkin agar minyak terlindung dari oksidasi oleh udara dan mengurangi jumlah
pemakaian uap. Pada sistem batch ini, tekanan operasi sekitar 3 torr dan temperatur
240 oC.
e. Proses Fraksionasi
Proses fraksionasi terdiri atas kristalisasi suatu fraksi yang menjadi padat
pada temperatur tertentu dan disusul dengan pemisahan kedua fraksi itu. Fraksi
yang menjadi kristal adalah stearin dan yang tetap cair adalah olein.Beberapa
proses fraksionasi yang sering digunakan yaitu :
· Fraksionasi kering (fraksionasi tanpa pelarut).
· Fraksionasi basah (fraksionasi dengan pelarut).
SKEMA PROSES PEMUATAN MINYAK GORENG

Anda mungkin juga menyukai