Anda di halaman 1dari 15

Pengolahan Crude Palm Oil (CPO) Pada Pabrik Kelapa Sawit

PAPER

Dosen Penanggung Jawab:


Adrian Hilman Lubis, S.TP., M.Sc.

Oleh:

Nabila Nurul Nafisa


(180305039)

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
ABSTRAK

CPO atau Crude Palm Oil adalah minyak kelapa sawit yang dihasilkan
dari daging buah sawit. Proses dalam mengolah bahan baku hingga menghasilkan
CPO dilakukan di pabrik kelapa sawit. Industri kelapa sawit diketahui berperan
penting dalam menghasilkan devisa dan lapangan kerja di Indonesia, dengan
catatan dari Gapki (gabungan pengusahan kelapa sawit) pada tahun 2020 tercatat
produksi CPO dari bulan januari sampai april mencapai 15,03 juta ton. Tujuan
dari penulisan paper ini adalah untuk mengetahui dan memahami proses
pengolahan CPO di pabrik kelapa sawit. Metode yang digunakan dalam
pembelajaran ini adalah membaca jurnal, paper, atau artikel tentang pengolahan
minyak kelapa sawit sebagai sumber referensi dan video pengolahan CPO di
pabrik kelapa sawit melalui youtube sebagai sumber pembelajaran. Hasil yang
diperoleh adalah Proses pengolahan CPO di pabrik kelapa sawit (PKS) dibagi
menjadi beberapa stasiun pengolahan yaitu loading ramp, sterilizer, threshing,
pressing, klarifikasi, dan penyimpanan. Proses awal yang dilakukan adalah
dengan mengolah tandan buah segar (TBS) yang merupakan bahan baku dari
CPO. Pertama TBS ditimbang dan di grading, kemudian direbus di stasiun
sterilisasi, dipisahkan buah dari tandan yang direbus, lalu dilakukan pengempaan,
dan terakhir dilakukan pemurnian minyak di stasiun klarifikasi hingga didapatkan
hasil CPO yang murni sesuai dengan standar SNI-01-2901-2006.

Kata Kunci : Crude Palm Oil (CPO), Kelapa sawit, Minyak sawit, Pabrik kelapa
sawit, Tandan buah segar.

PENDAHULUAN
Tanaman kelapa sawit menghasilkan tandan buah sawit yang kemudian
diolah menjadi dua produk utama yaitu CPO atau Crude Palm Oil yang diekstrak
dari daging buah atau mesocarp dan PKO atau Palm Kernel Oil yang berasal dari
inti buah kelapa sawit [2]. CPO adalah minyak nabati edible yang memiliki kadar
sterol relatif rendah dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. CPO
mengandung kadar sterol sebesar 360-620 ppm dan kadar kolesterol sebesar
0,001% atau sekitar 10 ppm [3]. Selain itu minyak kelapa sawit tersusun oleh
komponen yaitu trigliserida 95,62%, asam lemak bebas 4,00%, air 0,20%,
phosphatida 0,07%, karoten 0,03% dan aldehid 0,07% [5]. Minyak sawit mentah
secara alami berawarna merah, hal ini dikarenakan minyak sawit memiliki
kandungan ß karoten yang tinggi,berbeda dengan minyak inti kelapa sawit yang
berwarna lebih terang, dikarenakan didalamnya tidak mengandung beta karoten,
dan umumnya minyak sawit diolah menjadi bahan baku industri pangan
sedangkan minyak inti sawit diolah menjadi bahan baku industri kosmetika[2].
Tandan buah segar (TBS) sangat mudah mengalami penurunan mutu, oleh sebab
itu perlu perlakuan pengolahan yang dilakukan dengan segera, tujuan dari pabrik
kelapa sawit adalah untuk memaksimalkan dalam pengutipan minyak, menekan
kehilangan minyak, serta menekan terjadinya kenaikan asam lemak bebas (ALB),
tingkat terjadinya kehilangan minyak selama proses pengolahan minyak sawit
dapat terjadi di setiap proses di pabrik, sehingga untuk menguranginya, proses
pengolahan harus sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan
mengontrol tiap tahap selama proses berlangsung [1]. CPO yang dihasilkan juga
harus sesuai standar mutu yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Indonesia
yang dimuat didalam SNI-01-2901-2006, yang sudah ditetapkan kadar ALB, air,
serta kadar kotoran maksimum yang terkandung didalam CPO yaitu 0,5%. Oleh
karena itu pengolahan CPO harus dilakukan dengan baik dan benar untuk
menghasilkan mutu CPO yang berkualitas tinggi [2].
Tujuan dari penulisan paper ini ada untuk mempelajari, mengetahui, dan
memahami bagaimana proses pengolahan minyak sawit atau CPO di dalam pabrik
kelapa sawit, melalui metode pembelajaran menggunakan sumber referensi dari
artikel, jurnal, paper, dan video youtube yang membahas tentang pengolahan CPO
di pabrik kelapa sawit.

METODE
Metode yang digunakan didalam penulisan paper ini adalah membaca
sumber-sumber referensi dari artikel, jurnal, dan paper, serta menonton video
youtube yang membahas mengenai proses dalam pengolahan CPO di pabrik
kelapa sawit.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Proses pengolahan minyak sawit atau crude palm oil dapat dilihat pada
diagram alir berikut.

Tandan buah segar

Loading ramp

Sterilizer

Thresser

Digester

Screw press

klarifikasi

CPO storage tank

Diagram alir pengolahan CPO

Pembahasan
Tandan buah segar sebelum memasuki loading ramp terlebih dahulu
ditimbang yang dilakukan di jebatan timbang. Setelah ditimbang kemudian
dilakukan sortasi atau pemilihan buah yang bertujuan untuk mengetahui mutu
buah yang diterima oleh pabrik dan memberikan penilaian mutu hasil panen.
Tandan buah segar yang bermutu baik adalah bersih, tidak mengandung sampah
pasir dan tanah. Cara mencapai hal tersebut dengan melakukan pengambilan
sampel secara acak sebanyak 5% sampai 10% dari total kendaraan yang
mengangkut buah sawit ke pabrik [1]. Tandan kosong, buah busuk, buah mentah
akan dikembalikan dan tidak diproses lebih lanjut, oleh sebab itu proses grading
buah sangat penting karena berpengaruh dengan mutu dari minyak yang
dihasilkan dan rendemen yang diperoleh.

Gambar 1. Jembatan Timbang

Loading Ramp
Loading ramp merupakan proses yang dilakukan setelah penyortiran buah.
Loading ramp berfungsi sebagai tempat penimbunan TBS sementara agar
memudahkan pencurahan TBS kedalam lori. Terdapat kisi-kisi yang berfungsi
untuk memisahkan kotoran yang terikut atau menempel di TBS. TBS yang
dieterima oleh pabrik maksimum 24 jam setelah dipanen dan paling lama diterima
di loading ramp pada pukul 12.00 keesokan harinya. Loading ramp memiliki pintu
dengan jumlah 12 pintu yang membuka dan menutup dengan bantuan pompa
hidrolik bertekanan tinggi. Pompa hidrolik akan memudahkan proses pengisian
kedalam lori. Lori adalah sebuah mangkok besar yang fungsinya untuk menjadi
wadah TBS saat akan direbus di sterilizer, dengan kapasitas sebesar 2,5 ton [1].

Gambar 2. Lori
Lori yang sudah diisi akan ditransfer menuju tempat perbeusan menggunakan
transfer carriage yang berbentuk rel dan digerakkan menggunakan pompa
hidrolik. Kapasitas muat transfer carriage adalah 3 lori.
Sterilizer
Tahap ini merupakan proses perebusan yang bertujuan untuk mematikan
enzim, memudahkan pelepasan brondolan dari tandan, mengurangin kadar air
dalam buah, melunakkan mesocarp sehingga memudahkan saat proses pelumatan
dan pengepressan, memudahkan pelepasan kernel dari cangkangnya,
menghentikan perkembangan ALB, meminimalkan biji pecah, dan
menyempurnakan proses pengolahan sawit. Kondisi yang lembab dengan suhu
yang tinggi saat proses perebusan akan menonaktifkan enzim lipase dan
lipoksidase, sehingga proses hidrolisis minyak menjadi asam lemak bebas dan
proses oksidasi dapat berhenti [4]. Media pemanas yang digunakan adalah steam
dari BVP atau black pressure veseel dengan tekananan 2,8-3 bar. Proses lama
waktu perebusan tergantung kondisi buah yaitu sekitar 75 menit- 95menit.
Perebusan dilakukan dengan sistem 3 peak yaitu 3 puncak tekanan. Puncak
pertama tekanan sampai 1,5
Kg/cm2, puncak kedua tekanan sampai 2,0 Kg/cm2 dan puncak ketiga tekanan
sampai 2,8 –3,0 Kg/cm2. Tahap – tahap perebusannya adalah sebagai berikut :
1. Steam dimasukkan kedalam tekanan 1,5 kg/cm2, kemudian steam
dibuang habis sampai mencapai tekanan 0.
2. Steam dimasukkan kedalam tekanan 2,0 kg/cm2, kemudian steam
dibuang habis melalui pipa kondesat sampai mencapai tekanan 0.
3. Steam dimasukkan kedalam tekanan 2,8-3,0 kg/cm2, kemudian ditahan
selama kurang lebih 40-50 menit, dan kemudian air dibuang melalui
pipa kondesat.
Gambar 3. Sterilizer

Tekanan serta waktu selama perebusan sangat menetukan kualitas dan rendemen
minyak yang nanti dihasilkan. Apabila tekanan terlalu tinggi dan waktu perebusan
terlalu lama maka dapat membuat minyak terlalu tua dan losses perebusan
meningkat. Namun apabila tekananan saat perebusan kurang dapat membuat buah
kurang masak, pelumatan tidak sepmurna, dan fiber yang menjadi lebih besar
sehingga membuat proses pembakaran diboiller menjadi tidak efektif.
Thresser
Setelah TBS masak saat perebusan, kemudian TBS diangkut ke dalam
thresser atau sasiun bantingan. Lori diangkat menggunakan hoisting crane yang
memiliki daya angkat 5 ton menuju thresser, kemudian lori dibalikkan diatas
hopper thresser, lalu buah sawit digeser menuju kedalam thresser dengan
menggunakan alat auto feeder sebagai proses perontokan atau dipisahkan antara
berondolan dengan tandannya. TBS dibanting menggunakan putaran sehingga
brondolan lepas dari tandannya dan jatuh menuju conveyor dan elevator
(didistribusikan ke digister), sedangkan tandan kosong akan keluar melewati pintu
thresser menuju empty bunch. TBS hasil perebusan terpisah menjadi 2 bagian
yaitu MPD atau material passing to digister dan tandan kosong, MPD akan
dibawa menuju stasiun pengempaan yang terdiri dari daging buah 50%-62%, biji
26%, partenocarp abnormal maksimal 5%, partenocarp normal maksimal 7,5%,
dan kelopak buah maksimal 6%.
Hoisting crane

Thresser

Gambar 4. Thresser

Thresser berbentuk silinder dengan diameter 2 m dan berkisi-kisi dengan jarak 3


cm yang bergerak memutar, dengan kecepatan putaran drum 22-24 rpm.
Digister
Digister merupakan bagian stasiun pengempaan ( Pressing ), digister
adalah tangki berbentuk silinder tegak yang memiliki pisau-pisau pengaduk yang
memiliki kecepatan putaran 25-26 rpm dengan 3 unit, kapasitas 12,5-15 ton
TBS/jam untuk 2 unit dan 15-18 ton TBS/jam untuk 1 unit. Didalam tangki ini
brondolan dicacah, antara daging buah dan biji terlepas sampai menjadi bentuk
seperti bubur, untuk memudahkan saat proses pengepresan. Untuk memudahkan
proses pelumatan, digister diinject steam dengan suhu 90-95ºC, karena pada suhu
ini minyak telah mencair dan masih dalam bentuk emulsi pecah menjadi minyak.

Digister

Screw press

Gambar 5. Digister dan screw press


Screw Press
Setelah brondolan sudah lumat, masuk ke dalam screw press. Screw press
adalah tempat untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dengan fibre dan
nut/biji. Didalam screw press brondolan diperas hingga menghasilkan crude oil.
Proses pengepressan dibantu oleh alat untuk menekan hidrolik yang bernama
power pack, power pack adalah pompa bertekanan tinggi untuk menggerakkan
hidrolik. Screw press berbentuk silinder yang berlubang-lubang dan terdapat dua
buah ulir (screw) yang saling bergerak berlawan arah. Pada tahap ini dilakukan
proses penyemprotan air panas, tujuannya agar minyak yang dihasilkan tidak
terlalu kental (terjadi penurunan viskositas) dan untuk mencegah lubang-lubang
silinder menjadi tersumbat, dengan suhu air panas sekitar 90-95 ºC sebanyak
maksimal 7% dari jumlah TBS yang diolah. Kapasitas dari mesin press adalah 15
ton/jam
Tekanan dari mesin press harus cukup, apabila tekanan terlalu tinggi maka
membuat inti pecah , oleh karena itu tekanan diatur sekitar 50 kg/cm2 dan dapat
membuat screw press menjadi mudah rusak. Namun apabila tekanan terlalu
rendah maka menyebabkan oil losses di ampas menjadi tinggi. Hasil crude oil
kemudian jatuh melalui lubang-lubang silinder dan ditampung didalam crude oil
pipe. Lalu minyak dialirkan menuju STT/ sand trap tank untuk pengendapan,
sedangkan untuk ampas dan biji akan keluar dan jatuh kedalam cake breaker
conveyor.

Gambar 6. Screw press


Gambar 7. Power Pack
Klarifikasi
Stasiun klarifikasi atau stasiun pemurnian adalah bagian terakhir dalam
proses pengolahan CPO. Pada stasiun ini minyak yang dihasilkan dari scew press
akan dipisahkan dari zat-zat pengotornya, agar minyak memenuhi standar
sehingga dilakukan pemurnian. Pada stasiun ini dibagi beberapa tahap yaitu
pengendapan, sentrifugasi, dan penguapan. Terdapat beberapa alat unit
pengolahan untuk memurnikan minyak yaitu :
A. Sand Trap Tank (STT)
Didalam alat ini minyak ditampung dan diendapkan untuk menghilangkan
partikel yang tidak diinginkan yang memiliki densitas tinggi, seperti pasir. Alat ini
berkerja dengan cara grafitasi, pasir yang berukuran besar akan mengendap dan
dikeluarkan melalui blow down. Sedangkan minyak akan mengalir menuju vibro
double deck. STT merupakan sebuah bejana dengan bentuk silinder tegak, dengan
temperatur suhu 90-95 ºC.

Gambar 8. Sand Trap Tank


B. Vibro Double Deck
Alat ini berfungsi sebagai pemisahan padatan yang masih tersisa sedikit di dalam
minyak berupa pasir, serabut, tanah, dan kotoran lain yang tidak dapat diendapkan
di STT. Alat ini berupa ayakan dengan dua tingkat, dengan tingkat pertama
berukuran 30 mesh dan tingkat kedua berukuran 40 mesh, kemudian minyak
dialirkan menuju crude palm oil tank.

Gambar 9. Vibro Double Deck

C. Crude Oil Tank (Cot)


Didalam alat ini minyak ditampung sementara. Minyak dipanaskan dengan steam
melalui pipa pemanas dengan suhu yang dipertahankan yaitu 90-95 ºC. Didalam
tangki ini perbandingan minyak, air, kotoran (NOS) adalah 50:42:8.

Gambar 10. Crude Oil Tank


D. Continous Settling Tank (Cst)
Alat ini berfungsi untuk mengendapkan lumpur (sudge) berdarkan perbedaan
berat jenis. Proses pengendapan dilakukan dengan sentrifusi dan pengadukan.
Didalam sini suhu dipertahankan sebesar 86-90 ºC. proses pengadukan 3-5 RPM
untuk mempermudah naiknya emulsi minyak menuju dadasar tangki. Minyak
pada bagian atas CST dikutip dengan bantuan skimmer dan dibawa menuju oil
tank, sedangkan sludge (yang masih mengandung minyak) dialirkan secara
underflow menuju sludge vibrating screen sebelum masuk ke sludge oil tank.
Sludge dan pasir yang mengendap didasar CST diblowdown dan dibawa ke
sludge drain tank.

Gambar 11. Continous Settling Tank (CST)


E. Oil Tank
Minyak dari CST menuju ke oil tank untuk ditampung sementara waktu, sebelum
dialirkan ke oil purifier, minyak ini mengandung air dan kotoran ringan. Oil tank
dilengkapi pipa coil pemanas sehingga terjadi pemanasan (75-80°C) dengan
tujuan untuk mengurangi kadar air, memudahkan pemisahan minyak dengan air
dan kotoran ringan.
F. Oil Purifier
Di dalam purifier dilakukan pemurnian untuk mengurangi kadar kotoran dan
kadar air yang terdapat pada minyak berdasarkan perbedaan densitas dengan
menggunakan gaya sentrifugal, dan kecepatan perputarannya 7500 rpm. Kotoran
yang memiliki densitas besar berada pada bagian luar (dinding bowl), sedangkan
minyak yang mempunyai densitas lebih kecil bergerak menuju keluar melalui
sudu
-sudu untuk dialirkan ke vacuum drier. Kotoran yang melekat pada dinding di
blowdown dan dibuang ke saluran pembuangan untuk dibawa menuju Fat Pit.
G. Vacuum Drier
Didalam alat ini minyak dikurangi kadar airnya sesuai dengan mutu standar yaitu
hingga 0,15%. Di sini minyak disemprot dengan menggunakan nozzle sehingga
campuran minyak dan air tersebut akan pecah, minyak yang memiliki tekanan uap
lebih rendah dari air akan turun ke bawah dan kemudian dipompakan ke storage
tank.
H. Storage Tank
alat yang menjadi tempat penampungan sementara dengan dipertahankan suhu 45-
55°C dengan sistem pemanasan coil, agar minyak tidak membeku
I. Sludge Tank
alat ini menampung sludge yang masih mengandung minyak 8-14%. Sludge
dipanaskan (80-90oC) dengan menggunakan uap yang dialirkan melalui coil
pemanas. Untuk mempercepat pengendapan lumpur. Sludge yang masih
mengandung minyak disaring dengan saringan 40 mesh.
J. Sludge Drain Tank
Di dalam sludge drain tank minyak mengalir tenang dan dibiarkan overflow untuk
mengalir dan ditampung pada reclaimed tank, kemudian dipompakan kembali
menuju CST agar dimurnikan kembali, sedangkan kotoran dan air yang tersisa
akan dialirkan menuju fat pit.
K. Fat Pit
Alat ini sebagai tempat sebelum sludge dibuang ke limbah, tujuannya agar minyak
yang masih terbawa dapat terpisah kembali. Di Fat Pit diinjeksikan uap agar
terjadi proses pemanasan, tujuannya untuk mempermudah proses pemisahan
minyak dengan kotoran. Minyak yang ada pada permukaan dibiarkan overflow,
kemudian minyak ditampung pada sebuah yang ada di pinggiran kolam fat pit,
dan kemudian minyak dipompakan kembali ke sludge drain tank.
L. Storage Tank
Didalam sini adalah hasil minyak dari vacuum dryer, dan disimpan pada suhu 45-
55°C. Minyak inilah yang dihasilkan dari daging buah yang disebut dengan Crude
Palm Oil (CPO) yang setiap harinya akan dilakukan pengujian mutu.
KESIMPULAN
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang dapat
menghasilkan minyak nabati, yang diperoleh dari Tandan Buah Segar.Pengolahan
dari Tandan buah segar akan diperoleh produk utama berupa CPO (Crude Palm
Oil) dari daging buah sawit, dan PKO (Palm Kernel Oil) dari inti sawit. CPO
dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri minyak goreng, mentega, dan
sabun. Proses pengolahan tanaman kelapa sawit hingga menjadi minyak kelapa
sawit atau CPO dilakukan didalam pabrik kelapa sawit, tujuan dari pabrik kelapa
sawit adalah untuk mengolah TBS menjadi minyak sehingga lebih mudah diolah
oleh pabrik industri pangan lainnya, dan mudah dikonsumsi oleh konsumen, serta
untuk meminimalisir kenaikan asam lemak bebas yang signifikan.
Proses pengolahan TBS hingga menjadi produk CPO dilakukan dengan
beberapa tahapan yaitu penimbangan di jembatan timbang, penyortiran buah,
stasiun sterilizer tempat perebusan, stasiun thresser tempat pemisahan, stasiun
screw press tempat pengepressan TBS, stasiun klarifikasi tempat untuk
memurnikan minyak dari kotoran hingga benar-benar bersih, dan terakhir storage
tank, dimana minya CPO disimpan sebelum diolah menjadi produk pangan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Andria. Proses pengolahan kelapa sawit di PTP Nusantara VII (persero) unit
usaha rejosari kecamatan Natar kabupaten Lampung Selatan. [skripsi].
Lampung: Universitas Bengkulu; 2013.

2. Maimun T, Arahman N, Arifah F, dan Rahayu P. Penghambatan peningkatan


kadar asam lemak bebas (Free fatty acid) pada buah Kelapa sawit dengan
menggunakan asap cair. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia.
2017 Aug 28;9(2):44-49.

3. Maulidna, Mawarni T. Perhitungan perolehan crude palm oil (CPO) pada


proses pemurnian di stasiun klarifikasi pabrik kelapa sawit (PKS) PTPN II
Pagar Merbau. Regional Development Industry & Health Science, Technology
and Art of Life. 2019;2(1):85.

4. Melsefrida, Siswardjono S, dan Ismanto SD. Pengaruh waktu steaming


terhadap kehilangan minyak kelapa sawit pada air kondensat dengan sistem
tiga puncak (triple peak). [Skripsi]. Padang: Universitas Andalas; 2016.
5. Putri DO, Mardawati E, dan Putri SH. Perbandingan metode degumming cpo
(crude palm oil) Terhadap karakteristik lesitin yang dihasilkan. Jurnal Industri
Pertanian. 2019;1(5):88-94.

6. Tahapan dan proses pengolahan kelapa sawit menjadi minyak (CPO)/ PPKS.
2019, https://youtu.be/TUb4gYPIyAQ ( diakses tanggal 13 desember 2020).

Anda mungkin juga menyukai