Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

MANAJEMEN MUTU MINYAK KELAPA SAWIT

Oleh

ANDRIAN DJAMALU

G052191003

SEKOLAH PASCASARJANA

JURUSAN TEKNIK AGROINDUSTRI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kelapa Sawit (Elais quinensis) merupakan komoditas yang penting karena

kebutuhan akan minyak goreng dan derivatnya di dalam negeri terus meningkat

sejalan dengan meningkatnya standar ekonomi masyarakat. Minyak kelapa

sawit merupakan sumber devisa negara yang sangat potensial karena tidak

semua negara dapat memproduksinya. Kelapa sawit hanya dapat tumbuh dan

berproduksi dengan baik pada kawasan beriklim tropis seperti di Indonesia dan

termasuk daerah Riau merupakan sangat potensial untuk tanaman kelapa sawit.

Dibukanya beberapa areal baru perkebunan kelapa sawit oleh Perusahan

Perkebunan Swasta Nasional (PBSN), Perkebunan Negara, dan Perkebunan

Rakyat, membawa imflikasi baru, mulai dari persediaan lahan, perbaikan

infrastruktur , dampak lingkungan, sehingga penyediaan sumber daya manusia.

Perkembangan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang pesat pada

tahun 1969. Pada saat itu luar areal perkebunan kelapa sawit adalah 119.500 ha

dengan total produksi minyak mentah (CPO dan KPO ) 189.000 ton per tahun.

Diperkirakan produksi minyak sawit Indonesia akan mencapai 9,9 juta ton pada

2
tahun 2005. Tetapi disayangkan pertambahan luas areal tidak dibarengi dengan

peningkatan produktifitas yang optimal dan masih jauh dibawah standar.

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas andalan Indonesia dimana

saat ini Indonesia menjadi negara penghasil kelapa sawit terbesar kedua setelah

Malaysia. Dengan melihat usaha-usaha yang dilakukan baik pemerintah maupun

perusahaan swasta yang melakukan ekstensifikasi pertanian. Indonesia

diprediksi menjadi negara penghasil CPO utama dunia tahun 2010. Habitat

aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di

daerah tropis. Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0 – 500 m dari

permukaan laut dengan kelembaban 80% – 90%. Tingginya dapat mencapai 24

meter. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil. 2000 – 2500 mm

setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan

saat kemarau. Pola curah hujan tahunan mempengaruhi perilaku pembungaan

dan produksi buah sawit. Minyak kelapa sawit dapat diolah menjadi berbagai

macam produk turunannya yang memiliki nilai tambah yang jauh lebih tinggi.

Guna mendukung pengembangan industri kelapa sawit dan produk-produk

turunannya, diperlukan integritas yang tinggi terutama antara daerah penghasil

bahan baku, industri pengolah dan daerah pemasaran. Industri minyak kelapa

sawil merupakan industri yang terpadu, dimana beberapa pemegang

kepentingan saling berkait. Keterkaitan dibagi dalam dua kelompok yaitu

3
kelompok daerah penghasil bahan baku TBS dan daerah produsen atau pemasar

produk turunan minyak kelapa sawit.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Bagaimana proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO ?

1.2.2 Apa sajakah mesin dan peralatan yang digunakan serta fungsinya

dalam pengolahan CPO ?

1.2.3 Apakah produk turunan dari minyak kelapa sawit ?

1.3 TUJUAN

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO dan produk


lain sebagai turunannya
2. Mengetahui prinsip kerja alat dan mesin yang digunakan dalam
pengolahan kelapa sawit
3. Memberi informasi kepada pembaca mengenai pengolahan kelapa sawit

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Proses Pengolahan Buah Kelapa Sawit Menjadi CPO

Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah berumur 2,5 tahun dan

proses pemasakan buah berkisar 5 - 6 bulan setelah terjadinya penyerbukan.

Buah kelapa sawit dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan,

sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon kelapa sawit rata-rata

terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan buah matang panen adalah

sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari

10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg

atau lebih.Hasil terpenting dari tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit yang

dari ekstraksi daging buah (pericarp). Hasil lain yang tidak kalah penting adalah

minyak inti sawit atau kernel yang juga diperoleh dengan cara ekstraksi.

Pertama tandan buah diletakkan di piringan Buah yang lepas di satukan

dan dipisahkan dari tandan. Kemudian tandan buah dibawa ke Tempat

Pengumpulan Buah (TPH) dengan truk tanpa ditunda. Di TPH tandan diatur

berbaris 5 atau 10. Buah kelapa sawit harus segera diangkut ke pabrik untuk

segera diolah. Penyimpanan menyebabkan kadar asam lemak bebas tinggi.

Pengolahan dilakukan paling lambat 8 jam setelah panen.

5
Di pabrik buah akan direbus, dimasukkan ke mesin pelpas buah,

dilumatkan didalam digester, dipres dengan mesin untuk mengeluarkan minyak

dan dimurnikan. Sisa pengepresan berupa ampas dikeringkan untuk

memisahkan biji dan sabut. Biji dikeringkan dan dipecahkan agar inti

(kernel) terpisah dari cangkangnya. Tahapan dari pengolahan buah kelapa sawit

adalah sebagai berikut:

PKS pada umumnya mengolah bahan baku berupa Tandan Buah Segar

(TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit

(Kernel). Proses pengolahan kelapa kelapa sawit sampai menjadi minyak sawit

(CPO) terdiri dari beberapa tahapan yaitu:

1. Jembatan Timbang, sebagian besar sekarang menggunakan sel-sel beban,

dimana tekanan dikarenakan beban menyebabkan variasi pada sistem

listrik yang diukur. Pada Pabrik Kelapa Sawit jembatan timbang yang

dipakai menggunakan sistem komputer untuk meliputi berat. Prinsip

kerja dari jembatan timbang yaitu truk yang melewati jembatan timbang

berhenti 5 menit, kemudian dicatat berat truk awal sebelum TBS

dibongkar dan sortir, kemudian setelah dibongkar truk kembali

ditimbang, selisih berat awal dan akhir adalah berat TBS yang diterima

dipabrik.

6
2. Penyortiran, Kualitas buah yang diterima pabrik harus diperiksa tingkat

kematangannya. Jenis buah yang masuk ke PKS pada umumnya jenis

Tenera dan jenis Dura. Kriteria matang panen merupakan faktor penting

dalam pemeriksaan kualitas buah distasiun penerimaan TBS (Tandan

Buah Segar). Pematangan buah mempengaruhi terhadap rendamen

minyak dan ALB (Asam Lemak Buah) yang dapat dilihat pada tabel

berikut :

Kematangan buah Rendamen minyak (%) Kadar ALB (%)

Buah mentah 14 – 18 1,6 – 2,8

Setengah matang 19 – 25 1,7 – 3,3

Buah matang 24 – 30 1,8 – 4,4

Buah lewat matang 28 – 31 3,8 – 6,1

Selanjutnya pengolahan dilakukan dengan mesin di dalam pabrik sebagai

berikut :

1.Perebusan

Tandan buah segar setelah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam

lori atau boiler rebusan yang terbuat dari plat baja berlubang-lubang (cage) dan

langsung dimasukkan ke dalam sterilizer yaitu bejana perebusan yang

menggunakan uap air yang bertekanan antara 2.2 sampai 3.0 Kg/cm2. Proses

perebusan ini dimaksudkan untuk mematikan enzim-enzim yang dapat

7
menurunkan kuaiitas minyak. Disamping itu, juga dimaksudkan agar buah

mudah lepas dari tandannya dan memudahkan pemisahan cangkang dan inti

dengan keluarnya air dari biji. Proses ini biasanya berlangsung selama 90 menit

dengan menggunakan uap air yang berkekuatan antara 280 sampai 290 Kg/ton

TBS. Dengan proses ini dapat dihasilkan kondensat yang mengandung 0.5%

minyak ikutan pada temperatur tinggi. Kondensat ini kemudian dimasukkan ke

dalam Fat Pit. Tandan buah yang sudah direbus dimasukan ke dalam Threser

dengan menggunakan Hoisting Crane.

Proses perebusan ini dimaksudkan untuk mematikan enzim-enzim yang dapat

menurunkan kualitas minyak CPO. Disamping itu, juga dimaksudkan agar buah sawit

mudah lepas dari tandannya (berondolan) dan memudahkan pemisahan daging buah

sawit dari cangkang dan inti

Tujuan perebusan:

a) Mengurangi peningkatan asam lemak bebas.

b) Mempermudah proses pembrodolan pada threser.

c) Menurunkan kadar air.

d) Melunakan daging buah, sehingga daging buah mudah lepas dari biji.

Tandan buah yang sudah selesai direbus dimasukan ke dalam Threser,

yang berfungsi untuk memisahkan antara berondolan sawit dengan janjangan /

8
tandan nya, dengan menggunakan Hoisting Crane atau Fruit Elevator (hal ini

tergantung pada design yang digunakan oleh Pabrik).

2. Perontokan Buah dari Tandan

Pada tahapan ini, buah yang masih melekat pada tandannya akan

dipisahkan dengan menggunakan prinsip bantingan sehingga buah tersebut

terlepas kemudian ditampung dan dibawa oleh Fit Conveyor ke Digester.

Tujuannya untuk memisahkan brondolan (fruilet) dari tangkai tandan. Alat yang

digunakan disebut thresher dengan drum berputar (rotari drum thresher). Hasil

stripping tidak selalu 100%, artinya masih ada brondolan yang melekat pada

tangkai tandan, hal ini yang disebut dengan USB (Unstripped Bunch). Untuk

mengatasi hal ini, maka dipakai sistem “Double Threshing”. Sisitem ini bekerja

dengan cara janjang kosong/EFB (Empty Fruit Bunch) dan USB yang keluar dari

thresher pertama, tidak langsung dibuang, tetapi masuk ke threser kedua yang

selanjutnya EFB dibawa ketempat pembakaran (incinerator) dan dimanfaatkan

sebagai produk samping.

Selanjutnya Empty Fruit Bunch dibawa ketempat pembakaran

(incinerator) dan dapat dimanfaatkan sebagai produk sampingan, sebagai pupuk

misal nya.

9
3. Pengolahan Minyak dari Daging Buah

Brondolan buah (buah

lepas) yang dibawa oleh Fruit

Conveyor dimasukkan ke dalam

Digester atau peralatan

pengaduk. Di dalam alat ini

dimaksudkan supaya buah

terlepas dari biji. Dalam proses

pengadukan (Digester) ini

digunakan uap air yang temperaturnya selalu dijaga agar stabil antara 80° –

90°C.

Fungsi Digester:

1. Melumatkan daging buah.

2. Memisahkan daging buah dengan biji.

3. Mempersiapkan Feeding Press.

4. Mempermudah proses di Press.

5. Membantu menaikkan Temperatur pada Screw Press.

10
Setelah massa buah dari proses pengadukan selesai kemudian dimasukkan ke

dalam alat pengepresan (Scew Press) agar minyak keluar dari biji dan

fibre.Untuk proses pengepresan ini perlu tambahan panas sekitar 10% s/d 15%

terhadap kapasitas pengepresan. Dari pengepresan tersebut akan diperoleh

minyak kasar dan ampas serta biji.Sebelum minyak kasar tersebut ditampung

pada Crude Oil Tank, harus dilakukan pemisahan kandungan pasirnya pada Sand

Trap yang kemudian dilakukan penyaringan (Vibrating Screen). Sedangkan

ampas dan biji yang masih mengandung minyak (oil sludge) dikirim ke

pemisahan ampas dan biji (Depericarper). Dalam proses penyaringan minyak

kasar tersebut perlu ditambahkan air panas untuk melancarkan penyaringan

minyak tersebut. Minyak kasar (Crude Oil) kemudian dipompakan ke dalam

Decenter guna memisahkan Solid dan Liquid. Pada fase cair yang berupa minyak,

air dan masa janis ringan ditampung pada Countnuous Settling Tank, minyak

dialirkan ke oil tank dan pada fase berat (sludge) yang terdiri dari air dan

padatan terlarut ditampung ke dalam Sludge Tank yang kemudian dialirkan ke

Sludge Separator untuk memisahkan minyaknya.

4. Proses Pemurnian Minyak

Minyak dari oil tank kemudian dialirkan ke dalam Oil Purifer untuk

memisahkan kotoran/solid yang mengandung kadar air. Selanjutnya dialirkan

11
ke Vacuum Drier untuk memisahkan air sampai pada batas standard. Kemudian

melalui Sarvo Balance, maka minyak sawit dipompakan ke tangki timbun (Oil

Storage Tank).

2.2 Mesin dan peralatan Pengolahan pada Pabrik Kelapa Sawit

2.2.1 Boiler
Dalam pabrik kelapa sawit Ketel uap (Boiler) merupakan jantung dari

sebuah pabrik kelapa sawit. Dimana, ketel uap ini lah yang menjadi sumber

tenaga dan sumber uap yang akan dipakai untuk mengolah kelapa sawit.

Ketel uap merupakan suatu alat konversi energi yang merubah Air

menjadi Uap dengan cara pemanasan dan panas yang dibutuhkan air untuk

penguapan diperoleh dari pembakaran bahan bakar pada ruang bakar ketel uap.

Uap (energi kalor) yang dihasilkan ketel uap dapat digunakan pada

semua peralatan yang membutuhkan uap di pabrik kelapa sawit, terutama

turbin. Turbin disini adalah turbin uap dimana sumber penggerak generatornya

adalah uap yang dihasilkan dari ketel uap. selain turbin alat lain di pabrik kelapa

sawit yang membutuhkan uap seperti di sterilizer (Alat untuk memasak TBS)

dan distasiun pemurnian minyak (Klarifikasi). oleh karena itu kualitas uap yang

dihasilkan harus sesuai dengan kebutuhan yang ada dipabrik kelapa sawit

tersebut. karena jika tidak akan mengganggu proses pengolahan dipabrik kelapa

sawit.

12
Boiler atau ketel uap yang digunakan di pabrik kelapa sawit biasanya

adalah boiler dengan kapasitas uap 20.000 Kg uap/jam dan dengan tekanan 20

kg/cm2. dimana dibutuhkan 2 unit boiler untuk pabrik kelapa sawit dengan

kapasitas olah 45 ton TBS/jam.

Sebagian besar ketel uap yang digunakan pada pabrik kelapa sawit

adalah ketel uap yang menghasilkan uap superheated, dimana uap ini digunakan

pertama kali untuk memutar turbin sebagai pembangkit tenaga listrik kemudian

sisa uap dari pembangkit tersebut digunakan sebagai pemanasan TBS pada

sterilizer.

Menurut jenisnya ketel uap terbagi menjadi 2 bagian yaitu : ketel pipa air dan

ketel pipa api. ketel yang digunakan pada pabrik kelapa sawit adalah ketel pipa

air. maksudnya adalah air berada didalam pipa dipanaskan oleh api yang berada

diluar pipa air.

Untuk menghitung kapasitau uapa pada ketel uap yang dibutuhkan adalah

dengan: kebutuhan uap pada pabrik kelapa sawit adalah 0.6 ton uap/ton TBS

Jadi, untuk pabrik 45 ton membutuhkan boiler = 45 ton x 0.6 = 27 ton uap/jam.

Maka dari itu dibutuhkan 2 unit ketel uap dengan kapasita uap 20 ton uap/jam

pada masing-masing ketel uap. Biasanya bolier yang digunakan di pabrik kelapa

sawit memiliki spesifikasi sebagai berikut:

1. Kapasita Uap : 20 Ton/jam

13
2. Temperatur Uap : 280 C

3. Tekanan Uap : 20 kg/cm2

4. Temperatur air umpan : 90 C

5. Effisiensi Ketel Uap : 75 %

6. Pemakaian bahan bakar : 75% serabut dan 25% cangkang.

2.2.2 Sterilizer

Tahap pengolahan TBS yang pertama adalah proses perebusan atau

sterilisasi yang dilakukan dalam bejana bertekanan (steriliser) dengan

menggunakan uap air jenuh (saturated steam). Penggunaan uap jenuh

memungkinkan terjadinya proses hidrolisa/penguapan terhadap air di dalam

buah, jika menggunakan uap kering akan dapat menyebabkan kulit buah hangus

sehingga menghambat penguapan air dalam daging buah dan dapat juga

mempersulit proses pengempaan. Oleh karena itu, pengontrolan kualitas steam

yang dijadikan sebagai sumber panas perebusan menjadi sangat penting agar

diperoleh hasil perebusan yang sempurna. Proses perebusan TBS dilakukan

dengan tujuan sebagai berikut :

1. Menghentikan aktifitas enzim lipase yang dapat menjadi katalisator dalam

pembentukan trigliserida dan kemudian memecahnya untuk menjadi Asam

Lemak Bebas (ALB). Aktivitas enzim akan berhenti jika diberikan suhu

14
minimum 50oC, pada proses perebusan temperatur di dalam steriliser

mencapai 120oC dengan tekanan 2,8 bar.

2. Melepaskan buah dari spiklet melalui cara hidrolisa hemiselulosa dan pektin

yang terdapat di pangkal buah, dengan demikian akan mempermudahkan

brondolan lepas dari tandannya pada saat proses penebahan dan juga akan

mempermudah proses ekstraksi pengutipan minyak dan inti sawit.

3. Melunakkan daging buah sehingga mudah diaduk dan memudahkan

pemisahan minyak dan cake ketika dikempa.

4. Pengurangan kadar air dalam buah dan inti, sehingga memudahkan

pemisahan partikel–partikel minyak dari pericarp dan serat-serat dari biji

selama pengadukan ataupun saat proses pemisahan serat dengan biji serta

pengeringan inti (dehidrasi) di dalam notten akan mempermudah lepasnya

(lekang) inti dari cangkang saat poses pemecahan biji.

5. Memecah emulsi di dalam pericarp dengan pemanasan yang mampu

menyusup sampai ke dalam daging buah sehingga memudahkan pemisahan

minyak dan air pada CST.

2.2.3 Digester

Fungsi dari digester adalah : a) Untuk melepaskan daging buah dari nut

(biji ) b) Untuk melumatkan buah agar efisien dalam proses pengempaannya c)

Untuk menaikkan temperature buah d) Untuk melepaskan sel-sel minyak dari

15
sel daging buah e) Untuk mengalirkan sebagian minyak yang terbentuk di

digester sehingga mengurangi volume pengempaan . Digester merupakan

sebuah tabung silinder vertical yang didalam nya dipasang pisau-pisau

pengaduk. Dalam digester terdapat beberapa tingkat pisau yang terikat pada

poros dan di gerakkan oleh motor listrik. Pisau bagian atas digunakan untuk

mencacah/melumat borondolan, dan pisau bagian bawah (Stirring arm bottom)

digunakan untuk mendorong massa keluar dari ketel adukan menuju screw

press Untuk memudahkan pencacahan/pelumatan diperlukan panas 90-95oC,

yang menggunakan tekanan uap langsung sebesar 3 kg/cm2. Faktor-Faktor yang

mempengaruhi pengadukan, yaitu : a) Kematangan buah yang direbus, jika buah

mentah maka daging buah sulit dilepas dari nut dan sulit dilumat. b) Volume

digester minimal ¾ penuh c) Waktu pengadukan pada digester yang baik adalah

±20 menit. d) Temperature yang terlalu rendah dapat mengakibatkan minyak

sulit dipress karena kekentalan minyak rendah.

2.2.4 Screw Press

Screw press adalah alat yang digunakan untuk memisahkan minyak kasar

dari daging buah dan biji. Alat ini terbuat dari sebuah tabung berlubang-lubang

yang di dalamnya terdapat dua buah screw yang pada ujungnya terdapat konus

yang dapat maju mundur secara hidrolis. Massa yang keluar dari ketel adukan

melalui feed screw (sebagian minyak keluar) masuk ke dalam main screw lalu

16
ditampung dalam talang minyak oil gutter. Untuk mempermudah pemisahan

dan pengaliran minyak pada feed screw dilakukan injeksi uap pada digester dan

penambahan air panas pada temperatur 90-95oC. Ampas akan diolah untuk

mendapatkan inti (kernel). Pelumatan pada screw press memakai air pengencer

yang berfungsi untuk mempermudah pemerasan minyak pada fibre, hal ini

dilakukan untuk menghindari terjadinya pengentalan (emulsi). Hal – hal yang

perlu diperhatikan dalam pengempaan : 1) Pada pengempaan dilakukan injeksi

uap dan air panas pada temperature 90-95oC. 2) Penekanan harus dilakukan

berangsur – angsur dari tekanan rendah ke tekanan tinggi ±40 bar. Tekanan

kempa yang terlalu tinggi menyebabkan : 1) Jumlah biji pecah bertambah 2)

Jumlah serat – serat halus yang terikut minyak bertambah sehingga mempersulit

prosess selanjutnya. Tekanan kempa yang rendah menyebabkan : 1) Cake basah,

kerugian minyak pada ampas dan biji tinggi. 2) Pemisahan biji dan ampas tidak

sempurna. 3) Ampas menjadi basah, sehingga tidak dapat digunakan sebagai

bahan baku ketel uap. 4) Jumlah air pengencer, air pengencer yang terlalu

berlebihan dapat mempengaruhi kandungan air cake yang tinggi, sehingga

pemecahan cake akan lebih sulit pada CBC (Cake Breaker Conveyor) 5)

Pemberian air dilakukakn dengan cara menyiram cake dalam pressan dari atas

bagian tengah atau di chute screw press.

17
2.2.5 Saringan Bergetar (Vibrating Screen)

Saringan Bergetar digunakan untuk memisahkan benda-benda padat

yang terikut minyak kasar. Benda-benda yang berupa ampas yang disaring pada

saringan ini dikembalikan ke

bottom cross conveyor untuk

diproses kembali. Cairan

minyak ditampung dalam

tangki minyak kasar (Crude Oil

Tank / Bak RO). Saringan getar

terdiri dari 2 tingkat saringan

dengan luas permukaan masing-masing 2 M2. Tingkat atas memakai kawat

saringan mesh 30 sedangkan tingkat bawah memakai mesh 40. Untuk

memudahkan penyaringan maka pada waktu penyaringan masa minyak

diencerkan dengan air panas yang bersuhu ± 60°C. Hal – hal yang perlu

diperhatikan : 1) Pengenceran dengan air diatur sehingga cairan dalam tangki

mempinyai perbandingan 1 bagian minyak dan 2 bagian lumpur ( sludge ). 2)

Jumlah getaran ayakan 1400 – 3000 getaran / menit.

2.2.6 Pengeringan Minyak (vacum dryer)

Vacum dryer adalah alat yang berfungsi untuk memisahkan air dari

minyak dengan cara penguapan dalam kondisi hampa udara. Hasil yang

18
diharapkan dari proses ini adalah minyak dengan kadar air 0,1 – 0,15% dan

kadar kotoran 0,013 – 0,015%. Melalui tangki apung (float tank) inilah yang

mengatur jumlah minyak, pertama minyak dialirkan ke vacum drayer. Minyak

terhisap kedalam tabung melalui pemercikan (nozzle) karena adanya hampa

udara dan minyak terpencar kedalam tabung hampa. Uap air dari tabung hampa

terhisap oleh ejector 1, masuk kedalam kondensor 1, sisa uap kondensor 1

terhisap oleh ejector 2, masuk kedalam kondensor 2, sisa uap terakhir dihisap

oleh ejector 3 dan dibuang ke atmosper atau udara. Air yang terbentuk dalam

kondensor 1 dan 2 langsung dibuang. Minyak ditampung di Tangki Minyak

produksi (oil transfer tank )dan selanjutnya dipompakan ketangki timbun

2.3 Produk Turunan Kelapa Sawit

1. Produk turunan CPO.

Produk turunan CPO selain minyak goreng kelapa sawit, dapat dihasilkan

margarine, shortening, Vanaspati (Vegetable ghee), Ice creams, Bakery Fats,

Instans Noodle, Sabun dan Detergent, Cocoa Butter Extender, Chocolate dan

Coatings, Specialty Fats, Dry Soap Mixes, Sugar Confectionary, Biskuit Cream

Fats, Filled Milk, Lubrication, Textiles Oils dan Bio Diesel. Khusus untuk

biodiesel, permintaan akan produk ini pada beberapa tahun mendatang akan

semakin meningkat, terutama dengan diterapkannya kebijaksanaan di beberapa

negara Eropa dan Jepang untuk menggunakan renewable energy.

19
2. Produk Turunan Minyak Inti Sawit

Produk turunan minyak inti sawit dapat dihasilkan Shortening, Cocoa

Butter Substitute, Specialty Fats, Ice Cream, Coffee Whitener/Cream, Sugar

Confectionary, Biscuit Cream Fats, Filled Mild, Imitation Cream, Sabun,

Detergent, Shampoo dan Kosmetik.

3. Produk Turunan Oleochemicals kelapa sawit

Dari produk turunan minyak kelapa sawit dalam bentuk oleochemical

dapat dihasilkan Methyl Esters, Plastic, Textile Processing, Metal Processing,

Lubricants, Emulsifiers, Detergent, Glicerine, Cosmetic, Explosives,

Pharmaceutical Products dan Food Protective Coatings.

4. Produk Turunan dari Limbah Kelapa Sawit

Dalam produksi pengolahan kelapa sawit menjadi minyak kelapa

sawit,tentunya melalui berbagai proses industri skala besar. Pada proses

industri pengolahan kelapa sawit tersebut,selain menghasilkan minyak kelapa

sawit nantinya juga akan dihasilkan berbagai limbah buangan, baik itu yang

berupa limbah cair ataupun limbah padat. Dalam perkembangannya kedua jenis

limbah kelapa sawit tersebut dapat dimanfaatkan menjadi hasil produksi

sampingan kelapa sawit yang memiliki nilai ekonomis yang cukup menjanjikan.

4.1 Limbah cair kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar

alternatif berupa biogas. Hal ini dikarenakan limbah cair kelapa sawit

20
memiliki kandungan gas methan dan karbon dioksida yang merupakan

bahan baku utama pembuatan biogas. Potensi produsi dari pemanfaatan

limbah cair kelapa sawit menjadi biogas ini sendiri mencapai 1075 juta

meter kubik. Jumlah ini setara dengan 516.000 ton gas LPG, 559 juta liter

solar, 666.5 juta liter minyak tanah, dan 5052.5 MWh listrik. Selain itu

pembuatan biogas dari limbah minyak kelapa sawit memiliki beberapa

keunggulan, antara lain menghindari pencemaran limbah terhadap air

tanah dan sungai, Transfer Pricing karena penggunaan biogas berbahan

baku limbah minyak kelapa sawit ini akan menekan pokok produksi

minyak kelapa sawit, memperoleh mekanisme pembangunan yang baik

dan bersih, dan dapat di bangun terintegrasi dengan pabrik minyak

kelapa sawit karena berfungsi sebagai pengolah limbah.

4.1 Limbah padat kelapa sawit terdiri dari tandan kosong kelapa sawit,

serat, cangkang, batang, dan pelepah. Dari berbagai limbah padat

tersebut, hampir semuanya dapat diolah kembali menjadi hasil produksi

yang memiliki nilai ekonomis. Tandan kosong kelapa sawit pada

awalnya biasa digunakan sebagai kompos namun sejalan dengan

penelitian yang dilakukan, tandan kosong kelapa sawit dapat pula

dimanfaatkan menjadi bahan bakar generator listrik. Serat kelapa sawit

dapat menjadi bahan selulosa yang dapat diolah menjadi kertas.

Cangkang kelapa sawit dapat diolah menjadi beberapa produk yang

21
bernilai ekonomis tinggi, yaitu karbon aktif, fenol, asap cair, tepung

tempurung dan briket arang. Batang kelapa sawit dapat dimanfaatkan

menjadi bahan bangunan dan furnitur,serta dapat menjadi sumber

biomassa. Pelepah kelapa sawit dapat digunakan sebagai pakan ternak

yang memiliki kandungan nutrisi yang baik.

5. Tabel Produk Turunan Kelapa sawit dan Mesin Pengolahnya

No. Produk Mesin dan alat Kegunaan

1. Biodiesel Fermentor Sebagai tempat fermentasi minyak atau

limbah minyak kelapa sawit.

Untuk menyuling atau memurnikan

Destilator biodiesel dari bahan baku atau kotoran.

2. PKO Cake breaker Mengangkut biji yag masih tercampur

(Pump conveyor dengan ampas

kernel oil) Nut silo Menampung dan menurunkan kadar air

Nut grading biji

drum Memisahkan biji berdasarkan ukuran

Nut craker yang sesuai fraksi

Dry separator Memecah biji

Hydro cyclon Memisaahkan debu dengan cangkang

Kernel drier halus

22
Memisahkan cangkang dengan

inti/kernel

Mengeringkan kernel

3. Pakan Crusher atau Penyacah pelepah kelapa sawit menjadi


ternak hidrolyc mills lebih halus
Mengaktivasi pakan ternak dengan
Fermentor mikroorganisme setelah ditambah
molase
4. Buah Dodos / egrek Memotong /memanen buah kelapa sawit
kelapa dari pohon
sawit Kereta sorong Mengangkut buah kelapa sawit dari
kebun ketempat penimbangan

23
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa proses

pengolahan kelapa sawit untuk dijadikan minyak kelapa sawit (CPO) melalui

beberapa tahapan yaitu penimbangan, sortasi, perebusan, pengepressan,

pemurnian dan penyimpanan. Selain itu minyak kelapa sawit juga dapat diolah

menjadi produk turunan yang juga bernilai ekonomis tinggi diantaranya sabun,

PKO, pakan ternak, dan produk tekstil.

3.2 SARAN

Penanganan pasca panen buah kelapa sawit sebaiknya harus dilakukan

dengan baik dengan menghindari terjadinya kerusakan seperti benturan yang

mengakibatkan buah sawit memar karena hal ini dapat memacu kerja enzim dan

reaksi pembentukan asam lemak bebas sehingga nantinya akan mengurangi

kualitas CPO yang dihasilkan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Fauziyan, dkk. 2012. Kelapa Sawit. Jakarta : Penebar Swadaya

Pardamaen, Marulia. 2011. Sukses Membuka Kebun dan PKS. Jakarta : Penebar
Swadaya

Pasaribu,N. 2004. Minyak Buah Kelapa Sawit. Medan : USU press

Susilawati. 1997. Pengolahan Minyak Kelapa


Sawit.http://www.saskiani.blogspot.com [diakses pada 16
November 2019]

Suryani. 2012. Produk Turunan Kelapa Sawit. http://www.ainira.blogspot.com


[diakses pada 16 November 2019]

Syarel. 2012. Pengolahan CPO menjadi PKO.


http://syerelmediapembelajaran.wordpress.com/2012/08/15/t
ugas-alat- -proses-pengolahan-crude-palm-oil-cpo/[diakses
pada 16 November 2019]

25

Anda mungkin juga menyukai