PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dibukanya beberapa areal baru perkebunan kelapa sawit oleh Perusahan Perkebunan
Swasta Nasional (PBSN), Perkebunan Negara, dan Perkebunan Rakyat, membawa imflikasi
baru, mulai dari persediaan lahan, perbaikan infrastruktur , dampak lingkungan, sehingga
penyediaan sumber daya manusia.
Perkembangan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang pesat pada tahun 1969.
Pada saat itu luar areal perkebunan kelapa sawit adalah 119.500 ha dengan totak produksi
minyak mentah (CPO dan KPO ) 189.000 ton per tahun. Diperkirakan produksi minyak sawit
Indonesia akan mencapai 9,9 juta ton pada tahun 2005. Tetapi disayangkan pertambahan luas
areal tidak dibarengi dengan peningkatan produktifitas yang optimal dan masih jauh dibawah
standar.
Didaerah-daerah di Riau Areal perkebunan kelapa sawit yang diusahakan oleh rakyat
secara pribadi makin bertambah. Seperti di daerah Desa Pulau Aro Teluk Kuantan Riau sudah
berkembang sejak tahun 2004 dengan dibentukkan kelompok tani perkebunan kelapa sawit
dengan anggota sebanyak 42 Orang dengan luas lahan lebih kurang 87 ha. perkebunan ini
pada saat ini tidak semuanya berhasil . Hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain Kurangnya pengetahuan tentang teknik budidaya tanaman kelapa sawit baik
tentang bibit yang baik cara perawatan dan lain sebagainya.
1
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisaan ini adalah:
2
BAB II
PEMBAHASAN
Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah berumur 2,5 tahun dan proses
pemasakan buah berkisar 5 - 6 bulan setelah terjadinya penyerbukan. Buah kelapa sawit dapat
dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari
5 pohon kelapa sawit rata-rata terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan buah matang
panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari
10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau
lebih.Hasil terpenting dari tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit yang dari ekstraksi
daging buah (pericarp). Hasil lain yang tidak kalah penting adalah minyak inti sawit atau
kernel yang juga diperoleh dengan cara ekstraksi.
Pertama tandan buah diletakkan di piringan Buah yang lepas di satukan dan
dipisahkan dari tandan. Kemudian tandan buah dibawa ke Tempat Pengumpulan Buah (TPH)
dengan truk tanpa ditunda. Di TPH tandan diatur berbaris 5 atau 10. Buah kelapa sawit harus
segera diangkut ke pabrik untuk segera diolah. Penyimpanan menyebabkan kadar asam lemak
bebas tinggi. Pengolahan dilakukan paling lambat 8 jam setelah panen.
Di pabrik buah akan direbus, dimasukkan ke mesin pelpas buah, dilumatkan didalam
digester, dipres dengan mesin untuk mengeluarkan minyak dan dimurnikan. Sisa pengepresan
berupa ampas dikeringkan untuk memisahkan biji dan sabut. Biji dikeringkan dan dipecahkan
agar inti (kernel) terpisah dari cangkangnya.
1. Perebusan (sterilisasi) TBS
3
2. Periontokan buah
3. Pelumatan buah
Proses pelumatan buah adalah dengan memotong dan mencacah buah di dalam steam
jacket yang dilengkapi dengan pisau berputar. Suhu didalam steam jacket sekitar 85-90oC.
Minyak kelapa sawit yang dihasilkan dari mesin ekstraksi minyak sawit umumnya
masih mengandung kotoran berupa tempurung, serabut dan air ekitar 40-45% air. Untuk itu
perlu dilakukan pemurnian minyak kelapa sawit. Presentase minyak sawit yang dihasilkan
dalam oproses pemurnian sekitar 21%. Proses pemurnian minyak kelap sawit terdiri dari
beberapa tahapan yaitu
prinsip dari proses pemurnian minyak di dalam tangki pemisah adalah melakukan
pemisahan bahan berdasarkan berat jenis bahan sehingga campuran minyak kasar dapat
terpisah dari air.
4
b. Sentrifugasi minyak
dalam tahap ini minyak dimurnikan dari berbagai macam kotoran yang lebih halus
lagi. Hasil akhir dari proses sentrifugasi ini adalah minyak dengan kadar kotoran kurang
dari0,01%
c. Pengeringan hampa
Dalam tahap ini kadar air diturunkan sampai 0,1%. Proses penngeringan hampa
dilakukan dalam kondisi suhu 95oC dan tekanan-75cmHg.
Proses pemurnian didalam tangki lumpur bertujuan untuk memisahkan minyak dari
lumpur.
e. Strainer
f. Precleaner
g. Sentrifugasi lumpur
Dalam tahap ini minyak dimurnikan kembali dari air dan kotoran. Prinsip yang
digunakan adalah dengan memisahkan bahan berdasarkan berat jenis masing-masing bahan.
Tahap ini hampir sama dengan sentrifugasi lumpur, hanya putaran sentrifugasi lebih
cepat.
i. Pengeringan minyak
Dalam proses pengeringan minyak, kadar air yang terkandung di dalam minyak
diturunkan. Proses ini berlangsung dalam tekanan -75mmHg dan suhu 95oC
5
6. Pemisahan biji dengan Serabut (Depeicarping)
Ampas buah yang masih mengandung serabut dan biji diaduk dan dipananskan
sampai keduanya terpisah. Selanjutnya dilakukan pemisahan secara pneumatic. Serabut
selanjutnya di bawa ke boiler, sedangkan biji disalurkan ke dalam nit cleaning atau polishing
drum . Tujuannya agar biji bersih dan seragam.
Setelah dipisahkan dari serabut, selanjutya biji dikeringkan dalam silo dengan suhu
56oC selama 12-16 jam. Kadar air biji diturunkan sampai 16%. Proses pengeringan
menyebabkan inti sawit menyusut sehingga mudah untuk dipisahkan. Untuk memisahkan inti
sawit dari tempurungnya digunakan alat hydrocyclone separator.Setelah terpisah dari
tempurungnya inti sawit selanjutnya dicuci sampai bersih. Proses slanjutnya inti dikeringkan
sehingga kadar airnya tinggal 7,5%. Proses pengeringan dilakukan dalam suhu di atas 90oC.
Standar Produksi
Standar produksi ini meliputi : klasifikasi dan standar mutu,, car pengujian,
pengambilan sampel, dan cara pengemasan.
Standar mutu
Standar mutu kelapa sawit di Indonesia tercantum di dalam Standar Produksi SP N10
1975
Klasifikasi
Inti sawit digolongkan dalam satu jenis mutu dengan nama “ Sumatra Palm Kernel”.
Adapun syarat mutu inti kelapa sawit adalah sebagai berikut:
6
Produksi minyak kelapa sawit sebagai bahan pangan memilki dua aspek kualitas.
Aspek pertama berhubungan dengan kadar dan kualitas asam lemak, kelembaban dan kadar
kotoran. Aspek kedua berhubungan dengan rasa, aroma dan kejernihan serta kemurnian
produk.
Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan menghasilkan rendeman minyak 22,1-
22,2%(tertinggi) dan kadar asam lemak bebas 1,2-1,7% (terendah).
Pengambilan contoh
Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung dengan
maksimum 30 karung tiap partai barang, kemudian tiap karung diambil contoh maksimum 1
Kg. contoh-contoh tersebut diaduk/dicampur dan dari campuran tersebut di ambil 1 kg untuk
dianalisa.
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang telah
berpengalaman dan dilatih terlabih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badan
hukum.
Pengemasan
a) Cara pengemasan : inti kelapa sawit dikemas dalam karung goni kuat, bersih, kering dan
kuat dengan berat bersih 50-80kg dan dijahit menyilang pada ujung karungnya atau dikapal
kan secara “bulk”.
b) Pemberian merek: nama barang jenis mutu, identitas penjual, produce of Indonesia,
berat bersih, nomor karung, identitas pembeli, pelabuhan/negara tujuan.
7
B. Pemasaran dari Produk Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan minyak nabati yang penting, di samping kelapa, kacang-
kacangan, jagung, bunga matahari, dan sebagainya. Komoditas kelapa sawit merupakan
komoditas perdagangan yang menjanjikan. Minyak kelapa sawit mampu menghasilkan
berbagai hasil industri hilir yang dibutuhkan manusia, seperti minyak goreng, mentega,
sabun, kosmetik, dan lain sebagainya.
Minyak kelapa sawit yang mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh dalam
proses selanjutnya akan menghasilkan fraksi olein, stearin, danfatty acid. Olein dipergunakan
untuk pembuatan minyak goreng, stearindigunakan untuk pembuatan mentega,
sedangkan fatty acid dalam pengembangannya dapat digunakan sebagai bahan dasar
oleokimia.
Perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh rakyat yang hasil produksinya terbatas,
penjualan sulit dilakukan apabila ingin menjualnya langsung ke industri pengolah. Oleh
karena itu, petani harus menjualnya melalui pedagang tingkat desa atau melalui KUD,
kemudian berlanjut ke pedagang besar hingga ke industri pengolah. Penjangnya rantai
pemasaran hasil perkebunan rakyat ini menyebabkan tingkat keuntungan yang diperoleh para
petani relatif kecil.
Secara historis pertumbuhan produksi minyak sawit dunia selama dua dasawarsa
terakhir ini mengalami kenaikan sekitar 7,3% pertahun. Perkembangan minyak sawit dunia
ini sangat dipengaruhi oleh produksi minyak sawit dari negara Malaysia dan Indonesia yang
memberikan kontribusi sebesar 80% dari produksi dunia.
8
Berdasarkan data Oil Word diperkirakan produksi CPO lima tahun ke depan akan
meningkat tapi lebih kecil dibandingkan dengan konsumsi masyarakat dunia. Tingkat
produksi CPO dunia masih dikuasai oleh Malaysia dengan pengusaan 50% market dunia,
sedangkan Indonesia berada pada tingkat kedua dengan 30% penguasaan market dunia. Saat
ini Indonesia dan Malaysia merupakan produsen utama CPO dunia dengan menguasai lebih
dari 80% pangsa pasar.
Namun, sepertinya ramalan itu bakal meleset. Sebab, pada 2004 saja volume produksi
CPO Indonesia sudah mencapai 11,5 juta ton. Itu sebabnya banyak kalangan optimis volume
produksi CPO Indonesia bakal segera mengalahkan Malaysia, terlebih jika melihat luas lahan
di Malaysia yang kian terbatas, sementara di Indonesia masih begitu luas.
Produksi minyak sawit (CPO) di dalam negeri diserap oleh industri pangan terutama industri
minyak goreng dan industri non pangan seperti industri kosmetik dan farmasi. Namun,
potensi pasar paling besar adalah industri minyak goreng.
Produk adalah objek yang sangat vital yang sangat mempengaruhi keberhasilan dalam
mendatangkan keuntungan atau laba yang akan tetap menjaga operasional dan kesehatan
suatu perusahaan. Dengan melalui produk, produsen dapat memanjakan konsumen. Karena
dari produk akan dapat diketahui, seberapa besar kepuasan dan kebutuhan akan produk itu
sendiri dalam kehidupan konsumen. Sedangkan produk itu sendiri memilki sifat dan
karakteristik yang amat beragam, dan suatu produk yang potensial adalah suatu produk yang
sering diburu konsumen, bahkan tidak perlu melakukan promosi dalam manjemen
9
pemasaran. Berikut beberapa hal karakterisitik dari produk yang berupa jasa yang mungkin
harus Anda ketahui dalam menetapkan strategi pemasaran:
1. Produk jasa adalah produk yang dipasarkan di pasaran yang memiliki sifat yang tidak
berwujud. Karena biasanya produk jasa adalah tidak bisa dilihat, namun dapat
dirasakan. Selain itu, produk jasa juga tidak bisa diraba, dicium namun bisa sangat
dirasakan manfaatnya dalam menunjang aktivitas konsumen.
2. Produk jasa yang ditawarkan ke konsumen sifatnya tidak bisa dipisahkan dari perihal
faktor yang mendukung dari terciptanya produk berupa jasa itu sendiri. Sebagai
contoh produk dari jasa penginapan yang ditawarkan dari suatu wisma, maka produk
jasa itu sendiri tidak akan bisa dipisahkan dari bangunan wisma itu sendiri, tempat
produk jasa itu dipasarkan.
3. Produk jasa juga memiliki sifat yang dinamis yang mengikuti perkembangan pola
hidup konsumen yang menjadi target pemasaran. Karena mengikuti tuntutan update
dari strategi pemasaran itu sendiri, maka produk jasa yang ditawarkan juga akan
mengalami perubahan untuk menunjang pemasaran dengan hasil yang maksimal yang
akan didapatkan oleh perusahaan. Perubahan dari produk jasa ini akan menciptakan
persaingan usaha baik dari segi kualitas maupun dari segi harga. Sebagai contoh harga
penginapan dari suatu wisma akan berbeda tarifnya dengan jasa produk yang
ditawarkan oleh hotel dengan kelas berbintang.
4. Produk jasa biasanya memilki dan bersaing dengan berpacunya waktu, sehingga
memiliki daya tahan tertentu. Dalam hal ini dapat juga dibilang produk jasa tidak
dapat disimpan, oleh karena itu manfaatnya biasanya hanya dapat dirasakan pada saat
melakukan transaksi pembelian dari produk jasa itu sendiri.
minyak yang berasal dari kelapa sawit ada dua macam yaitu daging buah (mesocrap)
yang dikeluarkan melalui perebusan dan pemerasan (pressan) dan dikenal sebagai minyak
sawit kasar atau Crude Palm Oil (CPO), dan inti sawit yang dikenal sebagai minyak inti
sawit atau Palm Kernel Oil (PKO). Kedua jenis minyak sawit ini dapat diolah menjadi
berbagai jenis produk lain, baik produk yang siap pakai maupun diproses kembali. Minyak
sawit dapat dipergunakan untuk produk turunan non pangan, yang melalui proses pengolahan
terlebih dahulu. Minyak sawit kasar atau CPO dapat diuraikan untuk produksi minyak sawit
padat (RBD Stearin) dan minyak sawit cair (RBD Olein). RBD Olein biasanya digunakan
sebagai bahan baku pembuatan minyak goreng, sedangkan RBD Stearin digunakan sebagai
10
bahan baku pembuatan margarine dan shortening, bahan baku industri sabun dan detergent.
Pemisahan CPO dan PKO dapat menghasilkan oleokimia dasar yang terdiri dari asam lemak
dan gliserol.
Sabun merupakan salah satu produk turunan dari kelapa sawit yang diolah dari
minyak sawit dan inti sawit sebagai bahan bakunya. Umumnya untuk menghasilkan produk
sabun yang ideal jarang menggunakan bahan baku dari satu jenis minyak. Komposisi
campuran tersebut bervariasi tergantung pada jenis dan kualitas sabun yang diinginkan.
Kriteria yang dapat dilihat dalam memproduksi sabun adalah ratio asam lemah jenuh dan
tidak jenuh, agar diperoleh produk sabun dengan kualitas yang dihendaki seperti stabilitas,
kekerasan dan sifat detergensi. Sabun merupakan alat pembersih yang digunakan untuk
mencuci dan membersihkan yang bekerja dengan bantuan air.
11
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Bagian yang paling utama untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya. Bagian
daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku
minyak goreng. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah
kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga dapat diolah menjadi
bahan baku minyak alkohol, sabun, lilin, dan industri kosmetika. Sisa pengolahan buah sawit
sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi
kompos. Tandan kosong dapat dimanfaatkan untuk mulsa tanaman kelapa sawit, sebagai
bahan baku pembuatan pulp dan pelarut organik, dan tempurung kelapa sawit dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan pembuatan arang aktif.
B.SARAN
Kepada masyarakat disarankan untuk memilih bibit yang baik dan unggul sebelum
menanam. Karena bibit adalah hal yang paling menentukan tingginya hasil produksi
nantinya. Sedangkan lingkungan dan pemeliharaan hanya faktor pendukung. Kepada seluruh
masyarakat sebaiknya menggunakan minyak sawit karena mengandung kolesterol yang
rendah dibandingkan dengan minyak nabati lainnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Dudung Muhidin, 1999, Agroindustri Papain dan Pektin, Penerbit Penebar Swadaya.
Herman. 2008. Pemerintah Diminta Kembangkan Industri Hilir CPO, Medan, Sumatera
Utara, Medan Bisnis.
Khairani, Ana. 2007. Analisis Prioritas Strategi Bauran Pemasaran VCO (Virgin Coconut
Oil) di PT Bogor Agro Lestari, Bogor, Jawa Barat, Skripsi. Program Sarjana Ekstensi
Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian.
Muchtar Lutfi, Prof. DR., Et. Al, 1984, Buku Panduan Penulisan Makalah dan Skripsi, PKIP
UNRI Pekanbaru.
13