Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kelapa Sawit merupakan komoditas yang penting karena kebutuhan akan minyak


goreng dan derivatnya di dalam negeri terus meningkat sejalan dengan meningkatnya standar
ekonomi masyarakat. Minyak kelapa sawit merupakan sumber devisa negara yang sangat
potensial karena tidak semua negara dapat memproduksinya. Kelapa sawit hanya dapat
tumbuh dan berproduksi dengan baik pada kawasan beriklim tropis seperti di Indonesia dan
termasuk daerah Riau merupakan sangat potensial untuk tanaman kelapa sawit.

Dibukanya beberapa areal baru perkebunan kelapa sawit oleh Perusahan Perkebunan
Swasta Nasional (PBSN), Perkebunan Negara, dan Perkebunan Rakyat, membawa imflikasi
baru, mulai dari persediaan lahan, perbaikan infrastruktur , dampak lingkungan, sehingga
penyediaan sumber daya manusia.

Perkembangan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang pesat pada tahun 1969.
Pada saat itu luar areal perkebunan kelapa sawit adalah 119.500 ha dengan totak produksi
minyak mentah (CPO dan KPO ) 189.000 ton per tahun. Diperkirakan produksi minyak sawit
Indonesia akan mencapai 9,9 juta ton pada tahun 2005. Tetapi disayangkan pertambahan luas
areal tidak dibarengi dengan peningkatan produktifitas yang optimal dan masih jauh dibawah
standar.

Didaerah-daerah di Riau Areal perkebunan kelapa sawit yang diusahakan oleh rakyat
secara pribadi makin bertambah. Seperti di daerah Desa Pulau Aro Teluk Kuantan Riau sudah
berkembang sejak tahun 2004 dengan dibentukkan kelompok tani perkebunan kelapa sawit
dengan anggota sebanyak 42 Orang dengan luas lahan lebih kurang 87 ha. perkebunan ini
pada saat ini tidak semuanya berhasil . Hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain Kurangnya pengetahuan tentang teknik budidaya tanaman kelapa sawit baik
tentang bibit yang baik cara perawatan dan lain sebagainya.

1
B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah :

1. Bagaimana cara penanganan pasca panen kelapa sawit ?

2. Bagaimana cara pemasaran kelapa sawit ?

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisaan ini adalah:

1.      untuk mengetahui penanganan pascapanen

2.      untuk mengetahui pemasaran produk kelapa sawit.

                                                                                                             

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pascapanen Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah berumur 2,5 tahun dan proses
pemasakan buah berkisar 5 - 6 bulan setelah terjadinya penyerbukan. Buah kelapa sawit dapat
dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari
5 pohon kelapa sawit rata-rata terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan buah matang
panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari
10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau
lebih.Hasil terpenting dari tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit yang dari ekstraksi
daging buah (pericarp). Hasil lain yang tidak kalah penting adalah minyak inti sawit atau
kernel yang juga diperoleh dengan cara ekstraksi.

Pertama tandan buah diletakkan di piringan Buah yang lepas di satukan dan
dipisahkan dari tandan. Kemudian tandan buah dibawa ke Tempat Pengumpulan Buah (TPH)
dengan truk tanpa ditunda. Di TPH tandan diatur berbaris 5 atau 10. Buah kelapa sawit harus
segera diangkut ke pabrik untuk segera diolah. Penyimpanan menyebabkan kadar asam lemak
bebas tinggi. Pengolahan dilakukan paling lambat 8 jam setelah panen.

Di pabrik buah akan direbus, dimasukkan ke mesin pelpas buah, dilumatkan didalam
digester, dipres dengan mesin untuk mengeluarkan minyak dan dimurnikan. Sisa pengepresan
berupa ampas dikeringkan untuk memisahkan biji dan sabut. Biji dikeringkan dan dipecahkan
agar inti (kernel) terpisah dari cangkangnya.

Tahapan dari pengolahan buah kelapa sawit adalah sebagai berikut:

1. Perebusan (sterilisasi) TBS

TBS yang masuk kedalam pabrik selanjutnya direbus di dalam sterilizaer. Buah


direbus dengan tekanan 2,5-3 atm dan suhu 130oC selama 50-60 menit. Tujuan perebusan
TBS adalah,menonaktifkan enzim lipase yang dapat menstimulir pembekuan freefatty
acid,membekukan protein globulin sehingga minyak mudah dipisahkan dari
air,mempermudah perontokan buah,melunakkan buah sehuingga  mudah diekstraksi

3
2. Periontokan buah

Dalam tahap ini buah selanjutnya dipisahkan dengan menggunakan mesin tresher.


Tandan kosong disalurkan ke temapat pembakaran  atau digunakan sebagai bahan pupuk
organic. Sedangkan buah yang telah dirontokkan selanjutnya dibawa kemesin pelumatan.
Selama proses perontokan buah, minyakl dan kernel yang terbuang sekitar 0,03%

3. Pelumatan  buah

Proses pelumatan buah adalah dengan memotong dan mencacah buah di dalam steam
jacket yang dilengkapi dengan pisau berputar. Suhu didalam steam jacket sekitar 85-90oC.

Tujuan dari pelumatan buah adalah menurunkan kekentalan minyak,membebaskan


sel-sel yang mengandungb minyak dari serat buah,menghancurkan dinding sel buah sampai
terbentuk pulp

4. Pengempaan (ekstraksi minyak sawit)

Proses pengempaanb bertujuan untuk membantu mengeluarkan minyak dan


melarutkan sisa-sisa minyak yang terdapat didalam ampas. Proses pengempaan  dilakukan
dengan melakukan penekanan dan pemerasan pulp yang dicampur dengan air yang bersuhu
95oC.  Selain itu proses ekstraksi minyak kelapa sawit dapat dilakukan dengan cara
sentrifugasi, bahan pelarut dan tekanan hidrolis.

5. Pemurnian (klarifikasi minyak )

Minyak kelapa sawit yang dihasilkan dari mesin ekstraksi minyak sawit umumnya
masih mengandung kotoran berupa tempurung, serabut dan air ekitar 40-45% air. Untuk itu
perlu dilakukan pemurnian minyak kelapa sawit. Presentase minyak sawit yang dihasilkan
dalam oproses pemurnian sekitar 21%. Proses pemurnian minyak kelap sawit terdiri dari
beberapa tahapan yaitu

a. pemurnian minyak di dalam tangki pemisah (clarification tank)

prinsip dari proses pemurnian minyak di dalam tangki pemisah adalah melakukan
pemisahan bahan berdasarkan berat jenis bahan sehingga campuran  minyak kasar dapat
terpisah dari air.

4
b. Sentrifugasi minyak

dalam tahap ini minyak dimurnikan dari berbagai macam kotoran yang lebih halus
lagi. Hasil akhir dari proses sentrifugasi ini adalah minyak dengan kadar kotoran kurang
dari0,01%

c. Pengeringan hampa

Dalam tahap ini kadar air diturunkan sampai 0,1%. Proses penngeringan hampa
dilakukan dalam kondisi suhu 95oC dan tekanan-75cmHg.

d. Pemurnian minyak dengan tangki lumpur

Proses pemurnian didalam tangki lumpur bertujuan untuk memisahkan minyak dari
lumpur.

e. Strainer                                                     

Dalam tahap ini minyak dimurnikan dari sampah halus.

f. Precleaner

Proses precleaner bertujuan untuk memisahkan pasir pasir harus dari sludge..

g. Sentrifugasi lumpur

Dalam tahap ini minyak dimurnikan kembali dari air dan kotoran. Prinsip yang
digunakan adalah dengan memisahkan bahan berdasarkan berat jenis masing-masing bahan.

h. Setrifugasi pemurnian minyak

Tahap ini hampir sama dengan sentrifugasi lumpur, hanya putaran sentrifugasi lebih
cepat.

i. Pengeringan minyak

Dalam proses pengeringan minyak, kadar air yang terkandung di dalam minyak
diturunkan. Proses ini berlangsung dalam tekanan -75mmHg dan suhu 95oC

5
6. Pemisahan biji dengan Serabut (Depeicarping)

Ampas buah yang masih mengandung serabut dan biji diaduk dan dipananskan
sampai keduanya terpisah. Selanjutnya dilakukan pemisahan secara pneumatic. Serabut
selanjutnya di bawa ke boiler, sedangkan biji disalurkan ke dalam nit cleaning atau polishing
drum . Tujuannya agar biji bersih dan seragam.

7. Pengeringaan dan pemisahan inti sawit

Setelah dipisahkan dari serabut, selanjutya biji dikeringkan dalam silo dengan suhu
56oC selama 12-16 jam. Kadar air biji diturunkan sampai 16%. Proses pengeringan
menyebabkan inti sawit menyusut sehingga mudah untuk dipisahkan. Untuk memisahkan inti
sawit dari tempurungnya digunakan alat hydrocyclone separator.Setelah terpisah dari
tempurungnya inti sawit selanjutnya dicuci sampai bersih. Proses slanjutnya inti dikeringkan
sehingga kadar airnya tinggal 7,5%. Proses pengeringan dilakukan dalam suhu di atas 90oC.

Standar Produksi

Standar produksi ini meliputi : klasifikasi dan standar mutu,, car pengujian,
pengambilan sampel, dan cara pengemasan.

Standar mutu

Standar mutu kelapa sawit di Indonesia tercantum di dalam Standar Produksi SP N10
1975

Klasifikasi

Inti sawit digolongkan dalam satu jenis mutu dengan nama “ Sumatra Palm Kernel”.
Adapun syarat mutu inti kelapa sawit adalah sebagai berikut:

Kadar minyak minimum (%) : 48; cara pengujian SP-SMP-13-1975

Kadar air maksimum(%): 8,5 ; cara pengujian SP-SMP-7-1975

Kontaminasi maksimum(%): 4,0 ; cara pengujian SP-SMP-31-1975

Kadar inti pecah maksimum(%): 15 ; cara pengujian SP-SMP-31-1975

6
Produksi minyak kelapa sawit sebagai bahan pangan memilki dua aspek kualitas.
Aspek pertama berhubungan dengan kadar dan kualitas asam lemak, kelembaban dan kadar
kotoran. Aspek kedua berhubungan dengan rasa, aroma dan  kejernihan serta kemurnian
produk.

Kelapa sawit dengan mutu prima (SQ, Special Qualiti) seperti yang dihasilkan


Malaiyia mengandung asam lemak (FFA:Free Fatty Acid) tidak lebih dari 2% pada saat
pengapalan, kualitas standard minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih 5% FFA.

Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan menghasilkan rendeman minyak 22,1-
22,2%(tertinggi) dan kadar asam lemak bebas 1,2-1,7% (terendah).

Pengambilan contoh

Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung dengan
maksimum 30 karung tiap partai barang, kemudian tiap karung diambil contoh maksimum 1
Kg. contoh-contoh tersebut diaduk/dicampur dan dari campuran tersebut di ambil 1 kg untuk
dianalisa.

Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang telah
berpengalaman dan dilatih terlabih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badan
hukum.

Pengemasan

a) Cara pengemasan : inti kelapa sawit dikemas dalam karung goni kuat, bersih, kering dan
kuat dengan berat bersih 50-80kg dan dijahit menyilang pada ujung karungnya atau dikapal
kan secara “bulk”.

b)     Pemberian merek: nama barang jenis mutu, identitas penjual, produce of Indonesia, 
berat bersih, nomor karung, identitas pembeli, pelabuhan/negara tujuan.

7
B. Pemasaran dari Produk Kelapa Sawit

Kelapa sawit merupakan minyak nabati yang penting, di samping kelapa, kacang-
kacangan, jagung, bunga matahari, dan sebagainya. Komoditas kelapa sawit merupakan
komoditas perdagangan yang menjanjikan. Minyak kelapa sawit mampu menghasilkan
berbagai hasil industri hilir yang dibutuhkan manusia, seperti minyak goreng, mentega,
sabun, kosmetik, dan lain sebagainya.

Minyak kelapa sawit yang mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh dalam
proses selanjutnya akan menghasilkan fraksi olein, stearin, danfatty acid. Olein dipergunakan
untuk pembuatan minyak goreng, stearindigunakan untuk pembuatan mentega,
sedangkan fatty acid dalam pengembangannya dapat digunakan sebagai bahan dasar
oleokimia.

Tanaman kelapa sawit merupakan komoditi yang sangat menguntungkan, sehingga


perluasan areal sangat maju pesat. Industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia terus
mengalami peningkatan. Sejumlah pabrik dengan kapasitas produksi minyak sawit CPO
(Crude Palm Oil) tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Pemasaran produk kelapa
sawit pada perkebunan besar negara dilakukan secara bersama melalui kantor pemasaran
yang sudah ditunjuk bersama, sedangkan untuk perkebunan besar swasta, pemasaran
dilakukan oleh masing-masing perusahaan. Pada umumnya perusahaan besar, baik negara
maupun swasta menjual produk kelapa sawit dalam bentuk olahan, yaitu minyak sawit
mentah (CPO) dan minyak inti sawit (PKO). Penjualan langsung kepada eksportir ataupun ke
pedagang atau industri dalam negeri.

Perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh rakyat yang hasil produksinya terbatas,
penjualan sulit dilakukan apabila ingin menjualnya langsung ke industri pengolah. Oleh
karena itu, petani harus menjualnya melalui pedagang tingkat desa atau melalui KUD,
kemudian berlanjut ke pedagang besar hingga ke industri pengolah. Penjangnya rantai
pemasaran hasil perkebunan rakyat ini menyebabkan tingkat keuntungan yang diperoleh para
petani relatif kecil.

  Secara historis pertumbuhan produksi minyak sawit dunia selama dua dasawarsa
terakhir ini mengalami kenaikan sekitar 7,3% pertahun. Perkembangan minyak sawit dunia
ini sangat dipengaruhi oleh produksi minyak sawit dari negara Malaysia dan Indonesia yang
memberikan kontribusi sebesar 80% dari produksi dunia.

8
Berdasarkan data Oil Word diperkirakan produksi CPO lima tahun ke depan akan
meningkat tapi lebih kecil dibandingkan dengan konsumsi masyarakat dunia. Tingkat
produksi CPO dunia masih dikuasai oleh Malaysia dengan pengusaan 50% market dunia,
sedangkan Indonesia berada pada tingkat kedua dengan 30% penguasaan market dunia. Saat
ini Indonesia dan Malaysia merupakan produsen utama CPO dunia dengan menguasai lebih
dari 80% pangsa pasar.

Negara-negara produsen lainnya, seperti Nigeria, Kolombia, Thailand, Papua Nugini,


dan bahkan Pantai Gading, boleh dibilang hanya menjadi pelengkap. Malaysia menempati
peringkat teratas dengan volume produksi pada 2003 mencapai 13,35 juta ton. Sementara
Indonesia masih 9,75 juta ton. Menurut ramalan Oil World, volume produksi CPO Indonesia
pada 2010 bakal mencapai 12 juta ton.

Namun, sepertinya ramalan itu bakal meleset. Sebab, pada 2004 saja volume produksi
CPO Indonesia sudah mencapai 11,5 juta ton. Itu sebabnya banyak kalangan optimis volume
produksi CPO Indonesia bakal segera mengalahkan Malaysia, terlebih jika melihat luas lahan
di Malaysia yang kian terbatas, sementara di Indonesia masih begitu luas.
Produksi minyak sawit (CPO) di dalam negeri diserap oleh industri pangan terutama industri
minyak goreng dan industri non pangan seperti industri kosmetik dan farmasi. Namun,
potensi pasar paling besar adalah industri minyak goreng.

Potensi tersebut terlihat dari semakin bertambahnya jumlah penduduk yang


berimplikasi pada pertambahan kebutuhan pangan terutama minyak goreng. Sampai tahun
1997 produksi minyak goreng Indonesia baru mencapai 3,1 juta ton dengan kontribusi
minyak goreng sawit 2,3 juta ton (74 %). Kebutuhan untuk memproduksi minyak goreng
sawit sebesar itu memerlukan 3,3 juta ton minyak sawit.

Produk dari kelapa sawit

Produk adalah objek yang sangat vital yang sangat mempengaruhi keberhasilan dalam
mendatangkan keuntungan atau laba yang akan tetap menjaga operasional dan kesehatan
suatu perusahaan. Dengan melalui produk, produsen dapat memanjakan konsumen. Karena
dari produk akan dapat diketahui, seberapa besar kepuasan dan kebutuhan akan produk itu
sendiri dalam kehidupan konsumen. Sedangkan produk itu sendiri memilki sifat dan
karakteristik yang amat beragam, dan suatu produk yang potensial adalah suatu produk yang
sering diburu konsumen, bahkan tidak perlu melakukan promosi dalam manjemen

9
pemasaran. Berikut beberapa hal karakterisitik dari produk yang berupa jasa yang mungkin
harus Anda ketahui dalam menetapkan strategi pemasaran:

1. Produk jasa adalah produk yang dipasarkan di pasaran yang memiliki sifat yang tidak
berwujud. Karena biasanya produk jasa adalah tidak bisa dilihat, namun dapat
dirasakan. Selain itu, produk jasa juga tidak bisa diraba, dicium namun bisa sangat
dirasakan manfaatnya dalam menunjang aktivitas konsumen.

2. Produk jasa yang ditawarkan ke konsumen sifatnya tidak bisa dipisahkan dari perihal
faktor yang mendukung dari terciptanya produk berupa jasa itu sendiri. Sebagai
contoh produk dari jasa penginapan yang ditawarkan dari suatu wisma, maka produk
jasa itu sendiri tidak akan bisa dipisahkan dari bangunan wisma itu sendiri, tempat
produk jasa itu dipasarkan.

3. Produk jasa juga memiliki sifat yang dinamis yang mengikuti perkembangan pola
hidup konsumen yang menjadi target pemasaran. Karena mengikuti tuntutan update
dari strategi pemasaran itu sendiri, maka produk jasa yang ditawarkan juga akan
mengalami perubahan untuk menunjang pemasaran dengan hasil yang maksimal yang
akan didapatkan oleh perusahaan. Perubahan dari produk jasa ini akan menciptakan
persaingan usaha baik dari segi kualitas maupun dari segi harga. Sebagai contoh harga
penginapan dari suatu wisma akan berbeda tarifnya dengan jasa produk yang
ditawarkan oleh hotel dengan kelas berbintang.

4. Produk jasa biasanya memilki dan bersaing dengan berpacunya waktu, sehingga
memiliki daya tahan tertentu. Dalam hal ini dapat juga dibilang produk jasa tidak
dapat disimpan, oleh karena itu manfaatnya biasanya hanya dapat dirasakan pada saat
melakukan transaksi pembelian dari produk jasa itu sendiri.

minyak yang berasal dari kelapa sawit ada dua macam yaitu daging buah (mesocrap)
yang dikeluarkan melalui perebusan dan pemerasan (pressan) dan dikenal sebagai minyak
sawit kasar atau Crude Palm Oil (CPO), dan inti sawit yang dikenal sebagai minyak inti
sawit atau Palm Kernel Oil (PKO). Kedua jenis minyak sawit ini dapat diolah menjadi
berbagai jenis produk lain, baik produk yang siap pakai maupun diproses kembali. Minyak
sawit dapat dipergunakan untuk produk turunan non pangan, yang melalui proses pengolahan
terlebih dahulu. Minyak sawit kasar atau CPO dapat diuraikan untuk produksi minyak sawit
padat (RBD Stearin) dan minyak sawit cair (RBD Olein). RBD Olein biasanya digunakan
sebagai bahan baku pembuatan minyak goreng, sedangkan RBD Stearin digunakan sebagai

10
bahan baku pembuatan margarine dan shortening, bahan baku industri sabun dan detergent.
Pemisahan CPO dan PKO dapat menghasilkan oleokimia dasar yang terdiri dari asam lemak
dan gliserol.

Minyak dapat dikembangkan menjadi oleokimia sebagai bahan-bahan kimia. Menurut


Lubis (1992), minyak sawit yang mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh dalam
proses lanjutnya akan menghasilkan fraksi Olein, Stearin dan Fatty Acid. Fatty Acid dapat
dikembangkan sebagai bahan dasar oleokimia seperti methylester, fatty alkohol, dan fatty
amines, dari bahan dasar ini dapat dikembangkan lebih luas lagi untuk produksi lain atau
kegunaan lain. Penggunaan Fatty Acid semakin meningkat karena merupakan bahan baku
utama industri fatty alcohol, fatty acid ester, fatty amine, garam-garam metalik dan
sebagainya. Bahan utama dalam pembuatan bahan baku sabun, yang disertai dengan bahan-
bahan lain adalah Refined Bleached Deodorized Palm Stearin (RBDPS), Palm Fatty Acid
Distilled (PFAD), dan Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO).

Sabun merupakan salah satu produk turunan dari kelapa sawit yang diolah dari
minyak sawit dan inti sawit sebagai bahan bakunya. Umumnya untuk menghasilkan produk
sabun yang ideal jarang menggunakan bahan baku dari satu jenis minyak. Komposisi
campuran tersebut bervariasi tergantung pada jenis dan kualitas sabun yang diinginkan.
Kriteria yang dapat dilihat dalam memproduksi sabun adalah ratio asam lemah jenuh dan
tidak jenuh, agar diperoleh produk sabun dengan kualitas yang dihendaki seperti stabilitas,
kekerasan dan sifat detergensi. Sabun merupakan alat pembersih yang digunakan untuk
mencuci dan membersihkan yang bekerja dengan bantuan air.

11
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Bagian yang paling utama untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya. Bagian
daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku
minyak goreng. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah
kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga dapat diolah menjadi
bahan baku minyak alkohol, sabun, lilin, dan industri kosmetika. Sisa pengolahan buah sawit
sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi
kompos. Tandan kosong dapat dimanfaatkan untuk mulsa tanaman kelapa sawit, sebagai
bahan baku pembuatan pulp dan pelarut organik, dan tempurung kelapa sawit dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan pembuatan arang aktif.

B.SARAN

            Kepada masyarakat disarankan untuk memilih bibit yang baik dan unggul sebelum
menanam. Karena bibit adalah hal yang paling menentukan tingginya hasil produksi
nantinya. Sedangkan lingkungan dan pemeliharaan hanya faktor pendukung. Kepada seluruh
masyarakat sebaiknya menggunakan minyak sawit karena mengandung kolesterol yang
rendah dibandingkan dengan minyak nabati lainnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dudung Muhidin, 1999, Agroindustri Papain dan Pektin, Penerbit Penebar Swadaya.

Herman. 2008. Pemerintah Diminta Kembangkan Industri Hilir CPO, Medan, Sumatera
Utara, Medan Bisnis.

Khairani, Ana. 2007. Analisis Prioritas Strategi Bauran Pemasaran VCO (Virgin Coconut
Oil) di PT Bogor Agro Lestari, Bogor, Jawa Barat, Skripsi. Program Sarjana Ekstensi
Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian.

Muchtar Lutfi, Prof. DR., Et. Al, 1984, Buku Panduan Penulisan Makalah dan Skripsi, PKIP
UNRI Pekanbaru.

13

Anda mungkin juga menyukai