Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN DAN TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pendahuluan
1.1.1 Latar Belakang
Pabrik kelapa sawit merupakan salah satu industri hasil pertanian yang
terpenting di Indonesia. Kelahiran perkebunan kelapa sawit di Indonesia di rintis
oleh Andrian Hallet (seorang Belgia yang telah belajar tentang kelapa sawit di
Afrika) pada tahun 1911. Andrian Hallet mengusahakan perkebunan kelapa
sawitnya di sungai Liput (Aceh) dan di pulau Radja (Asahan). Sejak itu Indonesia
dikenal sebagai produsen kelapa sawit. Pada saat itu, luas perkebunan kelapa
sawit di Indonesia telah mencapai 170.000 ha. Walaupun kelapa sawit bukan
tanaman asli tetapi produk olahannya yaitu berupa minyak kelapa sawit telah
menjadi salah satu komoditi perkebunan yang handal.
Hasil dari pada pengolahan kelapa sawit selanjutnya dapat dipergunakan
dalam berbagai bidang terutama industri makanan, kosmetik, sabun, cat, bahkan
akhir-akhir ini sedang digalakkan penggunaannya dari minyak kelapa sawit
sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar alternatif. Produksi minyak kelapa
sawit dan konsumsi minyak nabati menunjukkan peningkatan, sehingga untuk
menghadapi persaingan pasar bebas perlu dikaji dan dikembangkan kualitas dan
kuantitas dari minyak kelapa sawit.
Komoditi minyak sawit merupakan salah satu dari 13 jenis minyak nabati
dunia dan menurut Oil Word (1995), secara keseluruhan produksi dan konsumsi
minyak nabati dunia pada abad 21 perlu dikaji dan dikembangkan upaya
peningkatan efisiensi pada setiap sub sistem agribisnis, pengolahan Tandan Buah
Segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) yang
merupakan salah satu sub sistem agribisnis yang sangat menentukan kemampuan
daya saing pemasaran minyak dan kernel sawit. Produksi kelapa sawit dan
konsumsi minyak nabati menunjukkan peningkatan, sehingga untuk menghadapi
persaingan pasar bebas perlu dikaji dan dikembangkan kualitas dan kuantitas dari
minyak kelapa sawit. Kebijakan pemerintah dalam hal pembangunan perkebunan

1
menggunakan pembangunan Perkebunan Rakyat atau Perkebunan Inti Rakyat
(PIR) sehingga didukung dan ditunjang oleh perkebunan besar.

1.1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu minyak kelapa sawit?
2. Apa manfaat dari minya kelapa sawit?
3. Bagaimana proses pengolahan minyak kelapa sawit menjadi cpo?
4. Bagaimana proses pengolahan limbah minyak kelapa sawit?

1.1.3 Tujuan Masalah


Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk menjelaskan keseluruhan
dari rumusan masalah yang telah di buat di atas dan juga menjelaskan skema
proses pengolahan kelapa sawit pada pabrik kelapa sawit.

1.2 Tinjauan Pustaka


1.2.1 Pengertian Kelapa Sawit
Bagian yang paling utama untuk diolah dari kelapa sawit adalah
buahnya. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang
diolah menjadi bahan baku minyak goreng. Kelebihan minyak nabati dari sawit
adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten
tinggi. Minyak sawit juga dimanfaatkan sebagai bahan baku minyak alkohol,
sabun, lilin, dan industri kosmetika.

Gambar 1.1 Kelapa Sawit


Dalam perekonomian Indonesia, kelapa sawit (dalam hal ini minyaknya)
mempunyai peran yang cukup strategis, karena minyak sawit merupakan bahan
baku utama minyak goreng, sehingga pasokan yang berkelanjutan ikut menjaga
kestabilan harga dari minyak goreng tersebut. Ini penting sebab minyak goreng

2
merupakan salah satu dari 9 bahan pokok kebutuhan masyarakat sehinga harganya
harus terjangkau oleh seluruh lapisan masarakat.

1.2.2 Bahan Baku CPO


Bahan baku minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) adalah
berasal dari serabut (buah) kelapa sawit dengan tandan buah yang segar.
Pengolahan kelapa sawit dimulai dengan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit
sampai terbentuk menjadi kelapa sawit.

Gambar 1.2 Bagian Kelapa Sawit


Dalam memperoleh buah kelapa sawit dengan Tandan Buah Segar
ada beberapa tahap yang dapat dilakukan, antaranya :
1. Penyediaan benih
Sumber benih yang baik dapat diperoleh dari balaai-balai penelitian kelapa
sawit, dalam penyediaan benih kelapa sawit balai-balai penelitian mempunyai
kebun induk yang baik dan terjamin dengan pohon induk tipe delidura dan tipe
pisifera terpilih.
2. Pengecambahan benih kelapa sawit
a. Tangkai tandan buah dilepaskan dari spikeletnya.
b. Tandan buah diperam selama tiga hari dan sekali-kali disiram air.
c. Untuk mengecambahkan benih dilakukan perendaman terlebih dahulu.
d. Setelah bening direndam, benih diangkat dan dikeringkan.
e. Selanjutnya benih disimpang dikantong plastik berukuran 65 cm yang
dapat muat sekitar 500-700 benih.
f. Benih diperiksa setiap 3 hari sekali dengan membuka kantong plastik dan
disemprot dengan air.

3
g. Setelah melewati masa 80 hari benih akan mengeluarkan tunas
kecambahnya dan siap dipindah ke pesemaian perkecambahan.

3. Pembibitan kelapa sawit


Lokasi atau area untuk pelaksanaan pembibitan dengan persyaratan harus
datar dan rata, dekat dengan sumber air, dan letaknya sedapat mungkin ditengah-
tengah areal yang akan ditanami dan mudah diawasi. Lahan pembibitan harus
diratakan dan dibersihkan dari segala macam gulma dan dilengkapi dengan
instalasi penyiraman.

Gambar 1.3 Palm Oil dan Palm Kernel Oil


1.2.3 Asam-Asam Lemak Penyusun Minyak/Lemak
Asam-asam lemak penyusun minyak/lemak terdiri atas:
1. Asam Lemak Jenuh (Saturated Fatty Acid / SFA)
2. Tidak mengandung ikatan rangkap, dan secara umum penyusun lemak
berasal dari sumber hewani
3. Asam Lemak tak Jenuh (Unsaturated Fatty Acid / UFA)
4. Mengandung ikatan rangkap, secara umum penyusun lemak berasal dari
sumber nabati dan terdiri atas
5. Mono - Unsaturated Fatty Acid / MUFA
6. Poly - Unsaturated Fatty Acid / PUFA

1.2.4 Manfaat Bagi Kesehatan


1. Penurun panas pada bayi dan anak
Parut 3 buah bawang merah lalu beri perasan jeruk nipis, lalu campur
dengan 1 sendok makan minyak kelapa dan aduk hingga merata. Oleskan
pada kepala bagian ubun-ubun bayi atau anak yang demam.

4
2. Masuk angin dan pegal-pegal
Sebagai bahan untuk kerikan (kerokan-bahasa Jawa), minyak dioleskan
pada bagian badan di punggung untuk selanjutnya dikerik. Cara
pengobatan ini biasanya untuk membantu menyembuhkan masuk angin.
3. Menghilangkan varises pada kaki
Oleskan minyak pada bagian yang terdapat varises,lalu gosok
berulangulang dengan sendok hingga kulit terlihat kemerah-merahan.
Lakukanlah setiap pagi dan sore hari sampai varises itu hilang.

1.2.5 Bibit Kelapa Sawit Unggul


Bibit kelapa sawit unggul adalah bibit yang diperoleh dari sumber tanaman
induk yang memiliki sifat-sifat unggul seperti tahan serangan hama dan penyakit,
produktivitasnya tinggi, serta memiliki pertumbuhan yang serempak. Bibit kelapa
sawit unggul dapat diperoleh melalui teknik pembibitan tanaman yang sesuai
prosedur dengan menggunakan bahan tanam (benih) yang sumbernya jelas.

Gambar 1.4 Bibit Kelapa Sawit Unggul


Untuk memperoleh bibit kelapa sawit unggul,benih kelapa sawit unggul
biasanya menunjukkan beberapa ciri-ciri yang cukup signifkan diantaranya :

1. Warna calon akar (radikula) berwarna agak kekuning-kuningan,


sedangkan calon batang dan daun (flumula) berwarna keputih-putihan.
2. Radikula lebih panjang dibandingkan plumula.
3. radikula dan plumula tumbuh lurus dan saling berlawanan arah.
4. Panjang radikula maksimum 5 cm, sedangkan panjang plumula 3 cm.

5
BAB II
URAIAN PROSES

2.1 Proses Pengolahan Kelapa Sawit


Dalam proses pengolahan kelapa sawit dibagi atas beberapa tahap, yang
dilakukan pada masing-masing stasiun. Stasiun-stasiun pada proses pengolahan
kelapa yaitu sebagai berikut:

2.1.1 Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reception Station)


Tandan Buah Segar (TBS) yang berasal dari kebun-kebun diangkut ke
pabrik dengan menggunakan truk pengangkut untuk diolah. Pengangkutan
secepatnya dilakukan setelah pemetikan (diterima di pabrik maksimum 24 jam
setelah panen). Hal ini bertujuan untuk mencegah kenaikan kadar Asam Lemak
Bebas (ALB) karena keterlambatan pemprosesan. Adapun cara untuk mengurangi
kadar asam jika asamnya tinggi adalah dengan cara melakukan pencampuran
antara buah lama dengan buah baru, dengan perbandingan buah baru yang akan
dicampur harus lebih banyak daripada buah yang lama.
a. Jembatan Timbangan
Tahap awal yaitu pemanenan kelapa sawit yang sudah matang yang di
tandai dengan memiliki kriteria fraksi I, II, III. Dimana proses pengolahan dimulai
dari pertimbangan buah dengan tujuan untuk mengetahui jumlah TBS yang akan
diolah, untuk mengetahui rendemen minyak dan inti serta berat tandan rata-rata.
Dari penimbangan juga diketahui berapa jumlah produksi TBS yang dicapai dari
setiap afdeling.Jenis timbangan yang digunakan adalah Merk Every buatan
Asembling Indonesia yang berkapasitas 60 ton dengan menggunakan sistem
komputer.

Gambar 2.1 Jembatan Timbangan

6
b. Penimbangan dan Pemindahan Buah
Setelah dilakukan penimbangan, TBS yang dibawa truk pengangkut
kemudian dipindahkan ke loading ramp. Pada loading ramp ini dilakukan sortasi
buah, yang bertujuan untuk mengetahui kriteria panen, nilai afdeling dan IPB
(Indeks Pengutipan Brondolan) pada masing-masing kebun.

Gambar 2.2 Loading Ramp Area


Sortasi dilakukan terhadap setiap afdeling dengan menentukan satu truk
yang dianggap mewakili kebun asal. Sortasi TBS dilakukan berdasarkan kriteria
panen yang dibagi berdasarkan fraksi buahnya. Fraksi yang diinginkan pada
proses pengolahan adalah fraksi I,II,III sedangkan fraksi-fraksi yang lain
diharapkan sedikit mungkin masuk dalam proses pengolahan.
Fruit Loading Ramp terdiri dari 14 hopper (2 line) penyimpanan untuk
penimbunan TBS dengan sudut kemiringan 120 (dua belas derajat). Loading ramp
ini dilengkapi dengan pintu loading yang bekerja dengan sistem hidrolik, dimana
setiap pintu dipasang pengatur untuk memindahkan TBS kedalam lori-lori
perebusan.

Gambar 2.3 Fruit Cages


TBS dari loading ramp ini kemudian dimasukkan kedalam lori-lori yaitu
tempat meletakkan buah kelapa sawit perebusan yang berkapasitas 3,3,-3,5 ton
TBS pada setiap lorinya. TBS dimasukkan kedalam lori dengan membuka pintu
loading yang diatur dengan sistem hidrolik. 8 lori yang berisi penuh dengan TBS

7
dimasukkan kedalam Sterilizer, dengan menggunakan copstand yang berfungsi
untuk menarik lori masuk dan keluar dari Sterilizer.

Gambar 2.4 Horizontal Sterilizer


Adapun kriteria panen dan syarat mutu tandan buah segar (TBS) dapat dilihat
pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Kriteria Panen dan Syarat Mutu TBS
N Jumlah
Kematangan Fraksi keteranagan
o Brondolan
1. Mentah 00 Tidak ada, buah Sangat mentah
berwarna hitam
0 1-12,5% buah Mentah
luar membrondol
2. Matang I 12,5% buah luar Kurang
II membrondol Matang
III 25-50% buah
luar membrondol Matang I
50-76% buah
luar membrondol
Matang II
3. Lewat Matang IV 75-100% buah
V luar membrondol Lewat Matang
Buah dalam juga I
membrondol, Lewat Matang
ada buah yang II
membusuk
Sumber : Pusat Penelitian Merihat, 1982

8
2.1.2 Stasiun Perebusan (Sterilizing Station)
Sterilizing adalah proses perebusan dalam bejana yang disebut dengan
sterilizer. Setelah lori dimasukkan dalam sterilizer, dimana setiap sterilizer (ada 4
unit). Tiap unit berkapasitas 8 lori, pintu sterilizer ditutup rapat. Proses perebusan
dilakukan selama 90-120 menit dan sebagai media pemanasnya dipakai uap dari
turbin yang bertekanan 2,8-3 kg/cm3.
Adapun dilakukan perebusan bertujuan antara lain :
1. Mematikan aktifitas enzim
2. Menurunkan kadar air
3. Memudahkan perontokan (thressing)
4. Melunakkan daging buah

Untuk mendapatkan hasil terbaik, maka perlu diperhatikan cara perebusan.


Metode perebusan yang digunakan oleh PT. Perkebunan Nusantara 1 Cot Girek
adalah dengan sistem tiga puncak (tripple peak). Adapun prinsip tripple peak
adalah tiga pemasukan uap ke dalam sterilizer dan tiga kali pembuangan uap
(blow down).
Metode perebusan dengan menggunakan sistem tripple peak adalah
sebagai berikut :
1. Uap masuk dilakukan daerasi selama 5 menit
2. Uap dimasukan selama 15 menit dan tekanan naik sampai 1,6 kg/cm²
3. Uap dan kondensat dibuang selama 1 menit dan tekanan turun sampai 0,2
kg/cm²
4. Uap dimasukan selama 15 menit dan tekanan naik sampai 2,3 kg/cm²
5. Uap dan kondensat dibuang selama 1 menit dan tekanan turun sampai 0,4
kg/cm²
6. Uap dimasukan kembali selama 20 menit dan tekanan naik menjadi 3
kg/cm²
7. Uap dipertahankan selama 45 menit

9
8. Uap dan kondensat dibuang sampai habis selama 8 menit sampai tekanan
turun menjadi 0 kg/cm²
Untuk memperoleh mutu minyak yang baik, maka di dalam proses perebusan
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Lamanya Waktu Perebusan
Lama dari waktu perebusan akan mempengaruhi hasil dan efisiensi dari
pabrik itu sendiri. Jika waktu perebusan tidak cukup maka akan dapat
menyebabkan kerugian, diantaranya buah menjadi kurang masak. Akibat
lainnya yang ditimbulkan adalah sebagian berondolan tidak terlepas dari
tandannya dan akan menyebabkan kehilangan minyak. Selain itu, waktu
perebusan yang tidak cukup akan menyebabkan kerugian pelumutan di dalam
digester tidak sempurna. Buah yang tidak sempurna pada waktu perebusan
akan menyebabkan pericrap sukar lepas dari biji dan tempurung kelapa sawit
sukar pecah, sehingga losses minyak pada ampas dari biji akan meningkat.
2. Tekanan Steam
Apabila tekanan uap yang diberikan tidak cukup maka akan menyebabkan
proses perebusan yang dilakukan menjadi lama sehingga mempengaruhi
kondisi buah perebusan.
3. Pelepasan Steam
Uap air yang terkondensasi pada proses perebusan akan berada di dasar
sterillizer, air ini akan menyerap panas yang diberikan sehingga jumlah air
dalam sterillizer akan semakin bertambah dan jika dibuang akan merendam
buah dalam lori sehingga mengakibatkan sebagian besar minyak akan tercuci
dari buah.
4. Memudahkan Penguraian Serabut pada Biji
Perebusan yang tidak sempurna dapat menimbulkan kesulitan pelepasan
serabut dari biji dalam Polishing Drum yang menyebabkan pemecahan biji
lebih sulit dalam Ripple Mill.
5. Memisahkan Antara Inti dan Cangkang

10
Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air pada biji hingga 15
% yang menyebabkan inti susut dan cangkang biji tetap sehingga inti akan
lepas dari cangkang.

2.1.3 Stasiun Penebah (Thereshing Station)


Lori-lori yang berisi buah yang telah direbus dikeluarkan dari dalam
sterrillizer dengan menggunakan copstand menuju ke stasiun penebah dengan
menggunakan alat pengangkat hosting crame. Pada stasiun ini buah dipipil untuk
menghasilkan brondolan dan tandan kosong (tankos). Pada stasiun ini terdapat
beberapa alat beserta fungsinya masing-masing, yaitu :
a. Hopper, sebagai penampung buah hasil rebusan
b. Automatic bunch feeder, untuk mengatur meluncurnya buah agar tidak masuk
sekaligus ke drum berputar
c. Drum berputar/ drum bunch thresher, tempat perontokan buah dari tandan
d. Fruit Conveyer yang berfungsi untuk membawa brondolan yang telah rontok
ke Elevator
e. Fruit Elevator yang berfungsi membawa ke atas buah masuk ke dalam
digester.
f. Empty Buch Conveyer yang berfungsi membawa tandan kosong yang keluar
dari drum tresher yang telah bersih dari fruit.

Gambar 2.5 Rotary Thresser Drum


Lori-lori diangkat dengan menggunakan hosting crane, yang berbeda
angkut 5 ton dan dikendalikan oleh operator, kemudian dituangkan ke dalam
hopper, selanjutnya lori diturunkan untuk ditarik kembali ke loading ramp.
Buah di dalam hopper jatuh melalui automatic bunch feeder ke dalam
drum berputar yang berbentuk silinder. Drum ini dilengkapi dengan sudut-sudut

11
yang menunjang sepanjang drum. Dengan bantuan sudut-sudut ini, buah terangkat
dan jatuh terbanting sehingga brondolan buah terlepas dari tandannya. Prinsip
kerjanya adalah dengan adanya gaya sentrifugal akibat putaran drum. Tandan
yang masuk akan melekat pada dinding drum yang berputar, kemudian jatuh
karena adanya gaya gravitasi. Kapasitas drum ini adalah 30 ton TBS/jam.
Bantingan yang dilakukan secara berulang-ulang akan menyebabkan brondolan
terlepas dari tandannya dan melalui celah-celah drum jatuh ke bagian bawah drum
yaitu ke bottom cross conveyor, sedangkan tandan kosong terlempar keluar dan
jatuh ke empty bunch conveyor dan dibawa ke incerator untuk dibakar.
Brondolan yang terlepas dalam bottom cross conveyor diangkat ke fruit
elevator ke top cross conveyor yang kemudian diteruskan ke fruit distribution
conveyor untuk dibagikan dalam tiap-tiap digester. Di dalam proses perontokan
buah, terkadang dijumpai brondolan yang tidak lepas dari tandannya, hal ini
disebabkan TBS terlalu mentah sehingga tidak masuk pada proses perebusan,
terutama jika susunan brondolan sangat rapat dan padat sehingga uap tidak dapat
mencapai kebagian dalam tandan.

2.1.4 Stasiun Pengempaan (Pressing Station)


Stasiun pengempaan adalah suatu pengambilan minyak dari pericrap
(daging buah), dilakukan dengan melumat dan mengempa. Pelumatan dilakukan
dalam digester, sedangkan pengempaan dilakukan dalam kempa ulir (screw
press).
a. Pelumatan (Digester)
Tujuan pelumatan adalah agar daging buah terlepas dari biji dan
menghancurkan sel-sel yang mengandung minyak sehingga minyak ini dapat
diperas pada proses pengempaan. Pelumatan dilakukan dalam digester yang
berbentuk silinder, di sini terdapat 4 unit digester, masing-masing berkapasitas 3,2
ton/jam.
Di dalam digester dipasang pengaduk yang berputar pada sumbunya
sehingga diharapkan sebagian besar daging buah terlepas dari bijinya. Pada

12
pengadukan dilakukan pemanasan untuk memudahkan pelumatan buah dengan
menggunakan air panas bersuhu sekitar 90-95 0C.

Gambar 2.6 Digester dan Screw Press

Hal-hal yang harus diperhatikan selama pelumatan adalah sebagai berikut :


1. Ketel pelumat harus selalu penuh, agar tekanan yang ditimbulkan dapat
mempertinggi gaya gesekan untuk memperoleh hasil yang sempurna.
2. Minyak yang terbentuk pada proses pelumatan harus dikeluarkan, karena
bila minyak dan air tersebut tidak dikeluarkan maka akan dapat bertindak
sebagai bahan pelumas sehingga gaya gesekan akan berkurang.

b. Pengempaan (Pressing)
Masa hasil proses pengadukan dari digester masuk ke dalam ulir yang
bertujuan untuk meremas daging buah sehingga dihasilkan minyak kasar (crude
oil). tekanan kempa diatur oleh konus yang berada pada bagian ujung pengempa
dan dapat digerakkan maju mundur secara hidrolisis, di sini terdapat 8 unit screw
press yang berkapasitas 12 - 15 ton/ jam dengan tekanan 30-40 kg/cm2.
Pada proses pengempaan dilakukan penyemprotan dengan air panas agar
minyak kasar yang keluar tidak terlalu kental (diturunkan viskositasnya) supaya
pori-pori silinder tidak tersumbat. Penyemprotan air dilakukan melalui suatu pipa
berlubang yang dipasang pada screw press.

13
Gambar 2.7 Pressing
Tekanan kempa sangat berpengaruh pada proses ini, karena tekanan
kempa yang terlalu tinggi dapat menyebabkan inti pecah (hancur), kerugian inti
bertambah dan menpercepat terjadi keausan pada material screw press.
Sebaliknya jika tekanan kempa terlalu rendah akan mengakibatkan kerugian
(losses) minyak pada ampas press dan biji akan bertambah.
Hasil pengempresan adalah minyak kasar (Crude Oil) yang keluar dari
pori-pori silinder press, dan melalui oil gutter akan menuju ke desanding device
untuk awal pengendapan crude oil. Hasil lain adalah ampas kempa (terdiri dari
biji, serat dan ampas), yang akan dipecah-pecah untuk memudahkan pemisahan
pada dipericarper dengan menggunakan Cake Breaker Conveyor (CBC).
1. Tangki Pemisah Pasir (Desanding Device/Sand Trup Tank)
Minyak hasil pengempaan pada screw press merupakan minyak mentah
yang masih banyak mengandung kotoran-kotoran. Desanding device adalah
sebuah bejana yang berbentuk silinder (2 unit), untuk mendapatkan partikel-
partikel yang mempunyai densitas tinggi. Minyak yang masing mengandung serat
dan sedikit kotoran berada pada bagian atas, kemudian dipompakan ke ayakan
getar, sedangkan kotoran dan lumpur berada bagian bawah bejana, dialirkan ke fat
pit.

Gambar 2.8 Sand Trup Tank


2. Ayakan Getar (Vibrating Screen)
Vibrating screen adalah suatu alat ayakan yang terdiri dari dua lapisan
screen dengan ukuran masing-masing 20 mesh untuk top screen dan 30 mesh
untuk Bottom Screen, yang digetarkan dengan kecepatan 1500 rpm. Proses
penyaringan memakai vibrating screen bertujuan untuk memisahkan Non Oil
Solid (NOS) yang berukuran besar seperti serabut, pasir, tanah dan kotoran-

14
kotoran lain yang terbawa dari desanding device. NOS yang tertahan pada
ayakan akan dikembalikan ke degester melalui Refuse Fruit Conveyer,
sedangkan minyak turun ke dalam ke bak Crude Oil Tank.

c. Tangki Penampung (Crude Oil Tank)


Minyak yang keluar dari vibrating screen dialirkan ke crude oil tank untuk
ditampung sementara sebelum dipompakan ke stasiun pemurnian. Pada crude oil
tank ini minyak dipanaskan dengan steam, yang menggunakan sistem pipa
pemanas. Suhu dipertahankan antara 90-95 oC, dari sini minyak dipompakan ke
CST (Continous Settling Tank).

Gambar 2.10 Crude Oil Tank

2.1.5 Stasiun Pemurnian Minyak (Oil Purifier Station)


Minyak kelapa sawit kasar yang berasal dari stasiun pengempaan masih
banyak mengandung kotoran-kotoran yang berasal dari daging buah seperti
lumpur, air dan lain-lain, keadaan ini menyebabkan minyak mudah mengalami
penurunan mutu sehingga sulit dalam pemasaran. Untuk mendapatkan minyak
yang memenuhi standar maka perlu dilakukan pemurnian terhadap minyak
tersebut. Pada stasiun ini terdiri dari beberapa unit alat pengolahan untuk
memurnikan minyak produksi.
a. CST (Continous Settling Tank)

15
Dari crude oil tank, minyak dipompakan ke CST untuk mengendapkan
lumpur,pasir,dengan berat jenisnya dan waktu pengendapannya,maka minyak
yang mempunyai densitasnya lebih ringan,aka akan terapung kepermukaan tangki.
Melalui bantuan skimmer (corong) yang bisa di set naik turun,minyak
masuk kedalamnya melalui pure oil tank,sedangkan sludge yang densitasnya lebih
berat keluar melalui under flow masuk ke sludge tank.
b. Pure Oil Tank
Minyak dari CST menuju ke oil tank untuk ditampung sementara waktu,
sebelum dialirkan ke oil purifier. Dalam pure oil tank juga terjadi pemanasan (90-
95 oC) dengan tujuan untuk mengurangi kadar air pada proses selanjutnya. Di
dalam oil purifier dilakukan pemurnian berdasarkan atas perbedaan dengan
menggunakan gaya sentrifugal, dengan kecepatan putarannya 7500 rpm.
Kotoran dan air yang memiliki densitas yang besar akan berada pada
bagian yang luar (dinding bowl), sedangkan minyak yang mempunyai densitas
yang lebih kecil bergerak ke arah poros dan keluar melalui sudut-sudut untuk
dialirkan ke vacum dryer. Kotoran dan air yang melekat pada dinding di-blow
down ke seluruh pembuangan untuk di bawa ke fat pit.

Gambar 2.11 Pure Oil Tank


c. Vacum Drayer
Minyak yang keluar dari oil purifier masing mengandung air, maka untuk
mengurangi kadar air tersebut minyak dipompakan ke vacum dryer. Disini
minyak disemprot dengan menggunakan nozzle sehingga campuran minyak dan
air tersebut akan pecah. Hal ini mempermudah pemisahan air dalam minyak,
dimana minyak yang memiliki tekanan uap lebih tinggi dari air akan turun ke
bawah dan kemudian di pompakan ke storage tank.

16
Gambar 2.12 Vaccum Dryer
d. Sludge Tank
Sludge yang masih mengandung minyak diendapkan kembali dan
dipanaskan dengan suhu 80-90 oC dengan menggunakan uap yang dialirkan
melalui coil pemanas sehingga densitas minyak menjadi lebih mudah dan lumpur
halus yang melekat pada minyak akan terlepas dan mengendap pada dasar tangki.
Lumpur yang mengendap di blow down tiap selang waktu tertentu.
Kemudian dialirkan ke fat pit melalui saluran-saluran pembuangan, sedangkan
lumpur yang masih mengandung minyak dialirkan ke self cleaning strainer yang
merupakan saringan berbentuk silinder dan berlubang halus. Dengan adanya
perputaran proses, timbul gaya sentrifugal dan minyak akan berada pada bagian
tengah dan dihisap oleh pompa menuju balancing tank.
Dari balancing tank ini minyak (yang masih mengandung lumpur halus)
dibagi aturannya ke sludge separator dan low speed berjalan konstan.

Gambar 2.13 Sludge Tank


e. Sludge Separator
Pada sludge separator ini terjadi 2 fase pemisahan minyak kasar dan
sludge (mengandung air). Pada bagian ini banyak di pisahkan dari NOS
berdasarkan perbedaan densitas oleh gaya sentrifugal dengan kecepatan putaran
± 7500 rpm, serta dilakukan juga penambahan air pemanas dari hot water tank

17
untuk mempermudahkan pemisahan minyak dengan sludge. Minyak yang
mempunyai densitas lebih kecil akan menuju poros dan terdorong keluar melalui
sudut-sudut (paring disk), dan dialirkan kembali ke CST. Sedangkan sludge
(mengandung air) yang mempunyai densitas lebih besar akan terdorong ke
bagian dinding bowl dan keluar melalui nozzle, kemudian sludge keluar melalui
saluran pembuangan menuju fat pit.
f. Decanter
Pada Decanter terjadi pemisahan tiga fase yaitu minyak, air dan padatan
(Solid). Decanter bekerja berdasarkan gaya sentrifugal terdiri dari 2 bagian, yaitu
bagian yang diam (Caning) dan bagian yang berputar merupakan tabung (Bowl)
dengan putaran 3.500 rpm dan di dalamnya terdapat ulir (Screw Conveyor)
dengan putaran sedikit lebih lambat dari putaran tabung. Akibat gaya sentrifugal
padatan bergerak ke dinding Bowl dan didorong oleh Screw di bawah. Padatan
yang berbentuk lumpuir dibuang, sedangkan cairan bergerak berlawanan arah
dengan padatan akan terjadi pemisahan lebih lanjut akibat gaya sentrifugal. Cairan
dengan densitas lebih kecil yakni minyak akan menuju poros dan dialirkan
kembali ke CST, sedangkan air kotornya dialirkan kesaluran pembuangan menuju
Fat Pit.
g. Fat Pit
Fat pit merupakan kolam untuk penampung air limbah yang masih
terdapat minyak. Disini diinjeksikan uap sebagai pemanas untuk mempermudah
proses pemisahan minyak dengan kotoran stage. Selanjutnya minyak yang ada
pada permukaan dibiarkan melimpah (dengan cara penyemprotan dengan air oleh
operator), dan ditampung pada sebuah bak pada pinggiran kolam fat pit, dan
kemudian dipompa ke CST untuk proses permurnian kembali. Minyak yang sudah
melewati vacum dryer dipompakan ke strorage tank. Minyak yang dihasilkan dari
daging buah inti disebut juga Crude Palm Oil (CPO).
h. Storage Tank
Minyak yang dikeringkan dari air dengan vacum dryer, kemudian
dipompakan ke storange tank (tangki timbun), dengan suhu simpan 45-60oC.
Setiap hari dilakukan pengujian mutu minyak sawit. Minyak yang dihasilkan

18
dari daging buah ini berupa minyak kasar atau disebut juga Crude Palm Oil
(CPO).

Gambar 2.14 Storage Tank

2.1.6 Stasiun Pengolahan Biji Sawit (Kernel Plant Station)


Tujuan dari pengolahan inti adalah untuk memisahkan inti (kernel) dari
cangkanya untuk mempersiapkan akan diolah di pabrik pengolahan inti sawit.
Pengolahan inti pada dasarnya adalah sebagai berikut:
1. Pemisahan serabut dari biji (Cake Braker Conveyor)
2. Pemeraman biji
3. Pemisahan inti dari cangkangnya
4. Pengeringan
a. Cake Braker Conveyor (CBC)
Ampas kempa dari screw press yang terdiri dari serat dan biji yang masih
menggumpal masuk ke CBC. CBC merupakan suatu talang yang terdiri dari
pedal-pedal yang berputar pada poros dan dilengkapi dengan steam jacket untuk
mengalirkan steam sebagai media pengering dengan temperatur sekitar 90-95 oC.
CBC berfungsi untuk mengeringkan dan memecahkan gumpalan-gumpalan
ampas kempa (untuk mempermudah pemisahan biji dan serat) dan membawanya
ke depericarper.

Gambar 2.15 Cake Braker Conveyor (CBC)

19
1. Depericarper
Depericarper adalah alat untuk memisahkan ampas dan biji serta
memisahkan biji dari sisa-sia serabut yang masih melekat pada biji. Alat ini terdiri
dari separating colom dan polishing drum. Ampas dan biji dari CBC masuk ke
separating column. Disini fraksi ringan yang berupa fibre cyclonel dan melalui air
lock masuk dan ditampung dalam sheel bin sebagai bahan bakar pada boiler.

Sedangkan fraksi berat seperti biji utuh, biji pecah, inti utuh dari pecah
turun ke bawah masuk ke polishing drum.

Gambar 2.16 Depericarper


Polishing drum berputar dengan kecepatan 26 rpm, dilengkapi dengan
plat-plat besi berbentuk cincin. Akibat dari perputaran ini terjadi gesekan yang
megakibatkan serabut terkikis dan terlepas dari biji bersamaan fraksi kecil lainnya
jatuh melalui lubang cincin ke nut elevator dan diperam di nut silo dan akan
dipecahkan menggunakan mesin ripple mill.

Gambar 2.17 Polishing Drum

20
2. Nut Silo
Adapun fungsi dari alat ini sebagai tempat penerimaan biji. Hal ini
dilakukan untuk mengurangi kadar air sehingga lebih mudah dipecahkan dan inti
lekang dari cangkangnya. Nut silo juga berfungsi untuk menurunkan pengaruh
pectin (yang berfungsi sebagai lem pelekat) yang terdapat antara cangkang dan
inti.
Nut silo dalam tiga tingkatan suhu (udara panas) yang berbeda, yaitu
berturut-turut dari atas ke bawah adalah 70 oC, 60oC, dan 50oC. Lamanya proses
pemeraman akan keluar secara teratur sedikit demi sedikit ke ripple mill
(pemecahan biji) yang diatur oleh nut shocking grate yang terletak dibagian nut
silo.

3. Rippel Mill
Biji dari nut silo masuk ke rippel mill untuk dipecahkan sehingga inti
terpisah dari cangkangnya. Biji yang masuk melalui rotor akan mengalami gaya
sentrifugal. Sehingga biji keluar dari motor dan terbanting dengan kuat yang
menyebabkan inti pecah. Kecepatan putarannya 900 rpm. Di sini terdapat 4 unit
ripple mill dengan kapasitas setiap unit 4-6 ton/jam. Setelah dipecahkan, inti
yang masih bercampur dengan kotoran-kotoran dibawa ke Cracked Mixture
Separating Column melalui Cracked Mixture Conveyor dan Cracked Mixture
Elevator. Campuran ini terkadang mengandung kotoran berupa pasir yang
tertinggal saat pembawaan.

Gambar 2.18 Ripple Mill

21
4. Cracked Mixture Separating Column
Pada bagian ini akan terjadi pemisahan dimana fraksi-fraksi yang lebih
ringan akan diserap oleh Separating Column Fan (LTDS I). Fraksi-fraksi ringan
yang dihisap terdiri dari cangkang dan serabut masuk ke Shell Bin melalui Fibre
Conveyor. Fraksi yang berat turun ke bawah dan masuk ke screened particle
drum dan sebelumnya disortir terlebih dahulu fraksi besar yang terdiri batu-
batuan di vibrating grade. Biji utuh hasil pemisahan pada vibrating grade dan
screened particle drum dikembalikan ke ripple mill untuk dipecahkan kembali.
Inti dan sebagian cangkang yang terpisahkan, dipisahkan kembali pada dust
separating column air lock kedua. Inti dari hasil pemisahan ini dibawa ke kernel
silo melalui kernel conveyor, kernel elevator, dan kernel distribution conveyor.
Cangkang hasil hisapan dust conveyor air lock dibawa ke shall bin dan akan
bercampur dengan serabut dari Fibre Cyclone sebagai bahan bakar Boiler.

5. Claybath
Claybath adalah alat pemisah inti, inti pecah dengan cangkang. Proses
pemisahan ini secara basah dengan memanfaatkan berat jenis dari bahan yang
dipisahkan dengan larutan koloid yang mempunyai berat jenis diantara kedua
bahan tersebut. Bagian yang ringan akan mengapung dan bagian yang berat akan
tenggelam. Inti yang merupakan fraksi ringan akan dibawa ke kernel silo untuk
disimpang dengan suhu tertentu.

Gambar 2.19 Claybath


6. Kernel Silo
Inti yang masih mengandung air, perlu dikeringkan sampai kadar air 7%.
Inti yang berasal dari pemisahan inti yang melalui kernal distribution conveyor
didistribusikan kedalam dua unit kernel silo untuk dilakukan proses
pengeringan. Pada kernel silo ini, inti akan dikeringkan dengan menggunakan

22
udara panas dari boiler merupakan hasil pengontakan dengan steam.
Pengeringan dilakukan pada temperatur 60-90oC selama 6-8 jam. Inti kelapa
sawit yang telah dikeringkan dalam kernel silo keluar melalui bagian bawah dan
ditiup oleh winning fan untuk memisahkan sisa-sisa cangkang, sedangkan inti
masuk ke kernel bagian bin. Dari sini inti ditampung dalam karung untuk
disimpan dalam gudang sebagai stock pengiriman, sedangkan cangkan yang
terpisahkan dibawa ke shell bin sebagai bahan bakar boiler.

2.2 UTILITAS
Penyediaan utilitas merupakan suatu syarat yang sangat penting dalam
suatu pabrik. Pengolahan kelapa sawit merupakan suatu proses untuk
menghasilkan minyak kelapa sawit yang melalui tahap perebusan, pemipilan,
pelumatan, pengempaan, pemisahan, pengeringan dan penimbunan. Dengan
demikian akan diperoleh suatu produk akhir yaitu minyak kelapa sawit. Pada
proses pengolahan minyak kelapa sawit di Cot Girek terdapat 4 unit utilitas yaitu
sebagai berikut :
1. Pengolahan air (water treatment)
2. Pembangkit tenaga (power plant)
3. Laboratorium
4. Pengolahan limbah

2.2.1 Pengolahan Air (Water Treatment)


Air pada pabrik kelapa sawit PKS Cot Girek berasal dari Dam 5 yang
berjarak ± 1,8 km dari lokasi pabrik. Air merupakan kebutuhan yang sangat
penting karena air ini akan diolah untuk menghasilkan steam yang dibutuhkan
dalam pengolahan dan pengoperasian pabrik. Air yang dihasilkan dari pengolahan
ini harus memenuhi standar air umpan boiler.

2.2.2 Kolam Penampungan (Waterbase)

23
Air dari Dam dipompakan ke dalam kolam penampungan. Pada kolam ini
terjadi pengendapan (lumpur dan kotoran) secara alami. Dari kolam ini air
dipompakan ka clarifier tank.

2.2.3 Tangki Pengendap (Clarifier Tank)


Clarifier tank ini dilengkapi dengan sekat-sekat untuk membantu proses
pengendapan. Ke dalam clarifier di injeksikan bahan kimia yang berupa soda ash
dan tawas. Soda ash berfungsi sebagai pengatur pH yakni berkisar antara 6-7,
sedangkan tawas berfungsi menggumpalkan kotoran dalam air sehingga
mengendap dalam dasar tangki. Air pada bagian atas dialirkan kebagian reservoir
tank yang berfungsi untuk menampung air sebelum dialirkan ke sand filter.

2.2.4 Penyaring Pasir (Sand Filter)


Air dari reservoir tank dipompakan ke sand filter. Air ini masih
mengandung padatan tersuspensi, sehingga dalam sand filter air disaring melalui
pasir-pasir halus. Partikel akan bertambah pada permukaan pasir dan air mengalir
melalui bagian bawah dan dipompakan ke water tower. Pada water tower
pertama, air yang telah bersih dialirkan ke komplek perumahan, sedangkan pada
tower kedua airnya agak keruh, maka akan dialirkan untuk keperluan pengolahan
air umpan boiler, keperluan domestik, keperluan proses dan sebagainya.

2.2.5 Tangki Penukar Kation dan Anion


Untuk air boiler, air yang digunakan berasal dari water tower dipompakan
ke tangki kation. Kation tank ini berisi resin kation yang bersifat asam. Adapun
fungsi tangki kation adalah menghilangkan atau mengurangi alkalinitas dari
garam-garam alkali dan mengurangi zat-zat padatan terlarut yang menyebabkan
kerak pada ketel. Pada proses ini terjadi pertukaran ion antara kation-kation Ca2+,
Mg2+ dan ion lain dalam air dengan kation H dalam resin. Pada suatu saat resin ini
akan jenuh, maka untuk meregenerasi atau mengaktifkan kembali resin harus
diinjeksikan kelarutan asam sulfat (H2SO4) kedalam tangki selama 24 jam.

24
Gambar 2.21 Tanki Anion dan Kation
Fungsi tangki penukar anion adalah menyerap asam-asam H2SO4, H2CO3,
HCL, H2SIO3 yang terbentuk pada tangki penukar kation yang menyebabkan pH
menjadi tinggi,menghilangkan sebagian besar atau semua garam-garam mineral
sehingga air yang dihasilkan hampir tidak mengandung garam mineral. Pada suatu
saat resin anion ini akan jenuh, maka untuk meregenerasi kembali resin tersebut
ke dalam tangki diinjeksikan larutan NaOH.

2.2.6 Degasifier Tank


Air umpan boiler setelah melewati tangki penukar kation, maka iar
tersebut dialirkan ke degasifier tank yang bertujuan untuk menghilangkan gas
CO2. Kemudian air tersebut dialirkan ke tangki anion.

2.2.7 Feed Water Tank


Air yang berasal dari tangki anion dikumpulkan dalam feed water tank
dipanaskan dengan menggunakan steam hingga temperatur 80 oC. Pemanasan
bertujuan untuk mempermudah pelepasan gas pada deaerator.

2.2.8 Deaerator
Deaerasi bertujuan untuk menghilangkan gas-gas CO2 dan O2 yang terlarut
dalam air yang dapat mengakibatkan korosi dan menimbulkan kerak pada pipa
boiler. Penghilangan gas-gas tersebut dilakukan dengan cara pemanasan dengan
menggunakan steam yang diinjeksikan langsung ke dalam air yang berlawanan
arah dengan aliran air. Temperatur di dalam tangki dijaga kosntan, temmperatur
air sekitar 80-90 oC. Air yang keluar dari deaerator sebelum masuk ke boiler

25
diberikan bahan kimia yang berguna untuk menurunkan pH, mencegah terjadinya
korosi dan pembentukan kerak pada ketel.

Gambar 2.22 Thermal Deaerator Platform

2.2.9 Pembangkit Tenaga (Power Plant)


Pembangkit tenaga adalah tenaga penggerak yang digerakkan oleh turbin
uap boiler, turbin dan pressure vessel.

2.2.10 Boiler
Untuk mendapatan uap dan tenaga listrik yang digunakan dalam proses
pengolahan, maka air yang berasal dari tangki aerator di proses dalam boiler.
Bahan bakar yang digunakan berasal dari pengolahan kelapa sawit berupa serabut
(fibre) dan cangkang.

Gambar 2.23 Boiler


2.2.11 Turbin Uap
Uap yang dihasilkan oleh boiler digunakan untuk menggerakkan sudut-
sudut turbin dan untuk menggerakkan generator yang porosnya dikopel dengan
roda gigi. Dengan demikian akan menghasilkan tenaga listrik yang akan
digunakan untuk menggerakkan motor-motor dalam proses pengolahan.

26
Gambar 2.24 Steam Turbin.
2.2.12 Mesin Diesel
Pada pabrik kelapa sawit Cot Girek memiliki dua unit mesin diesel dengan
kapasitas masing-masing 250 KVA untuk dua unit dan satu unit lagi dengan
kapasitas 287,5 KVA. Mesin diesel dengan kapasitas 250 kVA selalu
dioperasikan pada saat yang sama untuk memenuhi kebutuhan beban di pabrik
dan perumahan. Sedangkan diesel dengan kapasitas 287,5 KVA dioperasikan
hanya pada waktu tertentu.

2.2.13 Back Pressure Vessel (BPV)


Sisa uap yang dihasilkan oleh turbin dikumpulkan dalam suatu intalasi
yang disebut BPV. Uap ini akan digunakan untuk proses pengolahan pada alat –
alat yang memerlukan uap,seperti pada proses perebusan,pelumatam dan
pemanasan.

Gambar 2.25 Back Pressure Vessel (BPV)

2.2.14 Laboratorium
Laboratorium berfungsi untuk untuk mengontrol kualitas produksi dan
jalannya proses produksi. Pada laboratorium pabrik minyak kelapa sawit Cot
Girek ini, yang diperiksa adalah sebagai berikut :
a. Mutu air

27
b. Mutu buah
c. Kerugian (losses) dalam proses pengolahan
d. Mutu produksi
Air yang dianalisa adalah air baku, air pengolahan dan air pemanas.
Analisa yang digunakan untuk melihat untuk melihat mutu air adalah sebagai
berikut :
a. pH
b. Kesadahan
c. Analisa TDS (Total Dissolved Solid)
d. Kadar silika
e. Alkalinitas
Untuk melihat mutu kelapa sawit, maka dilakukan analisa dengan cara
sortasi. Selama berlangsungnya proses pengolahan terjadi losses minyak.
Besarnya persentasi losses ini tidak boleh melebihi standar yang telah ditetapkan.
Analisa losses ini dilakukan (sampel yang diambil) pada :
1. Analisa losses pada Crude Palm Oil (CPO) adalah sebagai berikut:
a. Air rebusan
b. Tandan kosong
c. Ampas press
d. Nutten
e. Sludge separator
f. Fat pit
g. Cangkang
h. Fibre cyclone
2. Analisa losses pada inti Kelapa Sawit (IKS) adalah sebagai berikut:
a. Fibre Cyclone
b. Light Tenera Dry Separation I (LTDS I)
c. Light Tenera Dry Separation II (LTDS II)
d. Clay Bath
Produk akhir dari pabrik berupa Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit
(kernel) akan dianalisa, yaitu terhadap :

28
a. ALB (Asam Lemak Bebas)
b. Kadar kotoran
c. Kadar air.
2.3 Pengolahan Limbah
Kelapa sawit yang diolah pada pabrik PKS Cot Girek menghasilkan 2
jenis limbah yaitu limbah cair dan limbah padat.

2.3.1 Limbah Cair


Limbah cair yang ada terlebih dahulu dinetralkan sebelum dibuang ke
sungai agar memenuhi standar yang ada. Limbah cair ini mengandung senyawa
organik yang dapat mengalami degradasi dengan adanya bakteri pengurai.
Limbah yang mengandung senyawa organik diolah dalam kondisi anaerobc dan
aerobic.

2.3.2 Fat Pit


Limbah cair yang masih mengandung minyak dikumpulkan dalam kolam
fat pit untuk dikutip minyaknya, prinsip pemisahan disini berdasarkan perbedaan
densitas,dimana minyak akan naik ke atas lalu dipompakan kembali ke crude oil
tank. Limbah yang tersisa pada bagian bawah fat pit mempunyai temperatur 60-
70°C. Air limbah segar yang keluar dari pabrik didinginkan pada colling tower
(residu). Pendingin air limbah dengan colling tower dibantu dengan bak
pendingin, alat ini mampu menurunkan suhu dari 70°C menjadi 40°C.

2.3.3 Netralising Pond


Limbah yang masih mengandung asam tidak sesuai untuk pertumbuhan
mikroba, karena itu perlu dinetralkan dengan penambahan bahan–bahan kimia.
Penambahan ini bertujuan untuk mencairkan air limbah yang bergunak untuk
memudahkan pengolahan lebihn lanjut. Pada kolam ini juga dilakukan
pembiakan bakteri pada awal pengoperasian yang memerlukan kondisi- kondisi
sebagai berikut :
1. PH netral

29
2. Nutrisi yang cukup
3. Kedalaman kolam 5-6 meter
4. Ukuran kolam di upayakan dapat menampung air limbah

2.3.4 Limbah Padat


Limbah padat yang terdapat pada pabrik pengolahan kelapa sawit berupa
tandan kosong, cangkang, abu bakaran tangkos, dan fiber (ampas pressan).
Tandan kosong terkadang masih mengandung buah yang tidak lepas pada saat
perontokan. Tandan kosong yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pupuk pada
tanaman kelapa sawit, sedangkan tandan kelapa sawit yang telah dibakar berguna
sebagai pembersih sisa-sisa minyak pada peralatan
Serabut yang merupakan hasil pemisahan dari fiber cyclone mempunyai
kandungan cangkang dan inti kelapa sawit yang terikut dapat dipergunakan untuk
bahan bakar boiler. Kualitas asap pembakaran pada dapur ketel uap dipengaruhi
oleh jumlah komposisi serat tersebut. Serabut dan cangkang dapat digunakan
sebagai bahan bakar boiler.

30
Gambar Pohon Industri Kelapa Sawit

31
BAB III
TUGAS KHUSUS

Dalam pabrik kelapa sawit ketel uap (boiler) merupakan jantung dari
sebuah pabrik kelapa sawit. Dimana ketel uap inilah yang menjadi sumber tenaga
dan sumber uap yang akan dipakai untuk mengolah kelapa sawit. Ketel uap
merupakan suatu alat konversi energi yang merubah air menjadi uap dengan cara
pemanasan dan panas yang dibutuhkan air untuk penguapan diperoleh dari
pembakaran bahan bakar pada ruang bakar ketel uap. Uap (energi kalor) yang
dihasilkan ketel uap dapat digunakan pada semua peralatan yang membutuhkan
uap di pabrik kelapa sawit, terutama turbin. Turbin di sini adalah turbin uap
dimana sumber penggerak generatornya adalah uap yang dihasilkan dari ketel uap.
Selain turbin alat lain di pabrik kelapa sawit yang membutuhkan uap seperti di
sterilizer (alat untuk memasak TBS) dan distasiun pemurnian minyak (klarifikasi).
Oleh karena itu kualitas uap yang dihasilkan harus sesuai dengan kebutuhan yang
ada di pabrik kelapa sawit tersebut. Karena jika tidak akan mengganggu proses
pengolahan di pabrik kelapa sawit.

Gambar 3.1 Boiler

3.1 Bahan Bakar Ketel Uap


Agar kualitas uap yang dihasilkan dari ketel uap sesuai dengan yang
diinginkan/dibutuhkan maka dibutuhkan sejumlah panas untuk menguapkan air

32
tersebut, dimana panas tersebut diperoleh dari pembakaran bahan bakar di ruang
bakar ketel. Untuk mendapatkan pembakaran yang sempurna didalam ketel maka
diperlukan beberapa syarat, yaitu:
a. Perbandingan pemakaian bahan bakar harus sesuai (cangkang dan serabut)
b. Udara yang dipakai harus mencukupi
c. Waktu yang diperlukan untutk proses pembakaran harus cukup.
d. Panas yang cukup untuk memulai pembakaran
e. Kerapatan yang cukup untuk merambatkan nyala api
Dalam hal ini bahan bakar yang digunakan adalah serabut dan cangkang,
Adapaun alasan mengapa digunakan serabut dan cangkang sebagai bahan bakar
adalah :
a. Bahan bakar cangkang dan serabut cukup tersedia dan mudah diperoleh dipabrik.
b. Cangkang dan serabut merupakan limbah dari pabrik kelapa sawit apabila tidak
digunakan.
c. Nilai kalor bahan bakar cangkang dan serabut memenuhi persyaratan untuk
menghasilkan panas yang dibutuhkan.
d. Sisa pembakaran bahan bakar dapat digunakan serbagai pupuk untuk tanaman
kelapa sawit.
e. Harga lebih ekonomis.
Cangkang adalah sejenis bahan bakar padat yang berwarna hitam
berbentuk seperti batok kelapa dan agak bulat, terdapat pada bagian dalam pada
buah kelapa sawit yang diselubungi oleh serabut. Pada bahan bakar cangkang ini
terdapat berbagai unsur kimia antara lain : Karbon (C), Hidrogen (H2), Nitrogen
(N2), Oksigen (O2) dan Abu. Dimana unsur kimia yang terkandung pada cangkang
mempunyai persentase (%) yang berbeda jumlahnya, bahan bakar cangkang ini
setelah mengalami proses pembakaran akan berubah menjadi arang, kemudian
arang tersebut dengan adanya udara pada dapur akan terbang sebagai ukuran
partikel kecil yang dinamakan peatikel pijar.
Apabila pemakaian cangkang ini terlalu banyak dari serabut akan
menghambat proses pembakaran akibat penumpukan arang dan nyala api kurang

33
sempurna, dan jika cangkang digunakan sedikit, panas yang dihasilkan akan
rendah.karena cangkang apabila dibakar akan mengeluarkan panas yang besar.
Serabut adalah bahan bakar padat yang bebentuk seperti rambut, apabila
telah mengalami proses pengolahan berwarna coklat muda, serabut ini terdapat
dibagian kedua dari buah kelapa sawit setelah kulit buah kelapa sawit.didalam
serabut dan daging buah sawitlah minyak CPO terkandung. Panas yang dihasilkan
serabut jumlahnya lebih kecil dari yang dihasilkan oleh cangkang, oleh karena itu
perbandingan lebih besar serabut dari pada cangkang. Di samping serabut lebih
cepat habis menjadi abu apabila dibakar, pemakaian serabut yang berlebihan akan
berdampak buruk pada proses pembakaran karena dapat menghambat proses
perambatan panas pada pipa water wall, akibat abu hasil pembakaran beterbangan
dalam ruang dapur dan menutupi pipa water wall, di samping mempersulit
pembuangan dari pintu ekspansion door (pintu keluar untuk abu dan arang) akibat
terjadinya penumpukan yang berlebihan.
Tabel di bawah ini menunjukkan komposisi unsur yang ada pada serabut
dan cangkang.
Tabel.1. Komposisi Bahan Bakar
Nama Unsur Serabut Cangkang
Carbon (C) 40,15 61,34
Hidrogen (H2) 4,25 3,25
Oksigen (O2) 30,12 31,16
Nitrogen (N2) 22,29 2,45
Abu (A) 3,19 1,8

3.2 Bagian-Bagian Utama Boiler pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS)


1. Ruang Bakar (Dapur/Furnace)
Sebagai tempat pembakaran bahan bakar (fibre dan cangkang) untuk
menghasilkan gas panas. Yang memiliki lantai (fire gratee) berupa susunan roster
yang dibuka tutup dengan pneumatic atau model fixed grate mempunyai lubang-
lubang (deashing nozzle) untuk tempat lewatnya udara pembakaran dari Forced

34
Draft Fan (FD Fan). Lubang tidak boleh tumpat agar pembakaran dapat sempurna
yang dilengkapi “firing door” pada bagian depan yang berfungsi untuk :
a. Mengatur proses pembakaran.
b. Pengeluaran abu, gumpalan kerak sisa-sisa pembakaran.
c. Jalan masuk untuk inspeksi dan perawatan.
Ruang bakar dikelilingi oleh tube-tube air (water wall) yang akan
menyerap panas untuk produksi steam.
2. Drum Atas (Upper Drum)
Fungsi dari drum atas :
a. Menampung air umpan untuk didistribusikan ke pipa air pembangkit steam.
b. Menampung uap dari pipa pembangkit dan setelah uap dan titik air dipisahkan
pada drum selanjutnya uap dialirkan ke header uap untuk didistribusikan ke
turbin.
Material drum biasanya terbuat dari low carbon steel dengan campuran (chrome,
vanadium, molybdenum) untuk menghindari elongation yang berlebihan.

3. Header Air Umpan


Merupakan bejana baja berbentuk silinder dipasang disekeliling dapur dan
dibawah fire grade pada dinding depan boiler. Berfungsi untuk menampung air
umpan dan selanjutnya didistribusikan ke pipa air pembangkit uap (water wall).
Header dilengkapi dengan Hand Hole untuk inspeksi dan perawatan dan pipa
drain untuk pembersihan kotoran-kotoran yang terakumulasi di header – “Blow
Down”.
4. Header Uap
Header uap berfungsi sebagai penampung uap dari pipa air pembangkit
uap dan selanjutnya mendistribusikan ke drum uap (drum atas). Biasanya
berbentuk bejana silinder, tetapi ada juga yang berbentuk persegi empat.
5. Tube Air Pembangkit Uap (Generating Bank)
Generating bank berfungsi mengubah air menjadi uap dengan pemanasan
gas panas dari dapur/furnace. Tube air pembangkit uap dipasang di sekeliling
ruang dapur (water wall) dan di atas ruang dapur. Untuk menambah kapasitas uap,

35
tube air pembangkit uap ini juga dipasang di bagian sebelah belakang dapur.
Susunan pemasangan tube di desain untuk dapat menerima panas semaksimal
mungkin.
6. Pipa Air Turun (Downcomer Pipe)
Adapun fungsi dari pipa air turun (downcomer pipe) yaitu untuk
mengalirkan umpan boiler dari :
a. Drum atas ke header (mechmar boiler)
b. Drum atas ke drum bawah (takuma boiler)
c. Drum bawah ke header (takuma boiler)
Pipa ini tidak mendapatkan pemanasan dari gas panas.
7. Tube Superheater
Berfungsi untuk menaikkan temperatur uap kering (satured steam) sampai

temperatur uap superheat (280o C – 300o C). Tube superheater berisi uap yang
berasal dari drum atas lalu dipanaskan gas panas dan selanjutnya didistribusikan
ke header uap untuk seterusnya digunakan oleh turbin. Biasanya berbelok-belok
yang mana ujung awal dihubungkan dengan uap drum atas sedang ujungnya
berhubungan dengan header steam. Material pipa yang digunakan yaitu low
carbon steel dengan campuran molybdenum.
8. Multicyclone Dust Collector
Berfungsi untuk menangkap abu yang terbawa gas panas agar tidak
langsung terbuang ke udara. Terdiri dari susunan cone yang akan menangkap abu
berdasarkan prinsip gaya sentrifugal dimana abu yang lebih berat akan jatuh ke
bawah dan gas panas akan dibuang ke cerobong. Abu yang ditangkap akan turun
ke hopper dan penurunan ke bak penampung diatur oleh rotary valve.
9. Cerobong Asap (Chimney)
Berfungsi untuk membuang gas sisa pembakaran dan menurunkan

temperatur gas panas dari dapur (1000oC) tersebut sebelum dibuang ke udara (250

– 300oC).

36
10. Ekonomiser
11. Berfungsi untuk menaikkan temperatur air umpan dengan memanfaatkan sisa gas
panas yang dialirkan melaui exchanger dan air umpan boiler dialirkan melalui
peralatan ini.

Keuntungannya :
a. Meningkatkan efisiensi boiler.
b. Mengurangi tegangan pada boiler pada saat air umpan dimasukkan (mengurangi
perbedaan temperatur air umpan dengan air pada drum boiler).
c. Pemakaian bahan bakar yang lebih efisien.

12. Pemanas Udara (Air Heater)


Berfungsi untuk menaikkan temperatur pembakaran pada dapur boiler.
Sisa gas panas dari ekonomiser kemudian dilakukan lagi melalui heat exchanger
(penukar panas) yang dipasangkan pada ducting Force Draft Fan (FD Fan) untuk
menaikkan temperatur udara pembakaran yang dihembuskan pada dapur.
13. Insulasi/Refractory
Berfungsi untuk mengurangi panas yang hilang yang disebabkan tingginya

temperatur pada dapur boiler (± 1200oC) serta menjaga keamanan lingkungan dan
efisiensi boiler. Material refractory yang biasa digunakan yaitu Castable/Ramable
digunakan diantara pipa dan dikunci.
14. Peralatan Pemisah Air dan Uap
Berfungsi untuk memisahkan butir-butir air yang masih terbawa oleh uap
saat memasuki drum bagian atas yang terletak pada bagian dalam drum. Ada
beberapa tipe yang umum digunakan :
a. Dry Pipe: Uap masuk secara tangensial, karena air lebih berat dari uap, pemisahan
terjadi oleh gaya sentrifugal.
b. Chevron Drier: Saat steam masuk, air yang terikut akan mengenai plate beralur
dan mengalir ke bawah.

37
c. Cyclone Separator: Uap dimasukkan ke beberapa cyclone secara tangensial
sehingga akibat kecepatan aliran air terpisah disebabkan oleh gaya sentrifugal.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Bahan baku minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) adalah
berasal dari serabut (buah) kelapa sawit dengan tandan buah yang segar.
2. Stasiun-stasiun pada proses pengolahan kelapa sawit antara lain:
- Stasiun penerimaan buah (Fruit Reception Station)
- Stasiun perebusan (Sterilizing Station)
- Stasiun penebah (Treshing Station)
- Stasiun kempa (Pressing Station)
- Stasiun pemurnian minyak (Clarification Station)
- Stasiun pengolahan biji (Nut Plant Station)
- Pembangkit tenaga (Power Plant)
3. Pengangkutan secepatnya dilakukan setelah pemetikan (diterima di pabrik
maksimum 24 jam setelah panen). Hal ini bertujuan untuk mencegah kenaikan
kadar Asam Lemak Bebas (ALB) karena keterlambatan pemprosesan.
4. Standar kualitas CPO yaitu Free Fatty Acid (FFA) <3% hasil dari proses
perebusan, kadar air <0,3% hasil dari proses vacuum drier, <0,03 hasil dari proses
pemurnian.
5. Hasil dari pada pengolahan kelapa sawit selanjutnya dapat dipergunakan
dalam berbagai bidang terutama industri makanan, kosmetik, sabun, cat, bahkan
akhir-akhir ini sedang digalakkan penggunaannya dari minyak kelapa sawit
sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar alternatif.

38
DAFTAR PUSTAKA

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta:


Universitas Indonesia
Ketaren, S. 2005. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta:
Universitas Indonesia
Mustafa, Hadi. 2004. Berkebun Kelapa Sawit. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa
Suyatno, Riza. 1994. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Yogyakarta:
Ikanisius

39

Anda mungkin juga menyukai