Anda di halaman 1dari 77

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Metode yang dilakukan pada penelitian ini ialah metode kuantitatif.

Metode kuantitatif merupakan observasi ilmiah yang tersusun terhadap

komponen- komponen dan kejadian serta hubungannya. Data yang dimanfaatkan

pada penelitian ini ialah data primer, yaitu data yang didapatkan langsung dari

sumber data. Sumber dari data primer tersebut adalah dengan menyebarkan

kuesioner secara langsung yang akan dijawab atau diisi oleh responden yang telah

memenuhi syarat atau kriteria yang telah dicantumkan.

Pendekatan kuantitatif artinya, metode penelitian yang berlandaskan pada

filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,

pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

kuantitatif/ statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah di tetapkan

( Sugiyono, 2019:16-17).

3.2 Objek dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Cimahi yang

berlokasi di Jalan Jendral H.Amir Machmud No. 574, Padasuka, Kecamatan

Cimahi Tengah, Kota Cimahi Jawa Barat 40526. Alasan peneliti melakukan

penelitian ini agar bisa mengetahui secara langsung bagaimana kualitas pelayanan
perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Kota Cimahi . Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2022 - Juli 2022.

3.3 Definisi Operasional dan Variabel Penelitian

Jenis variabel yang digunakan pada riset ini ialah variabel independen dan

variabel dependen. Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang

memicu akibat dikarenakan adanya variabel bebas. Dalam penelitian yang

menjadi variabel dependen adalah kepatuhan wajib pajak. Sedangkan variabel

independen atau variabel eksogen adalah variabel yang menjadi sebab munculnya

variabel endogen atau variabel dependen. Variabel independen yang digunakan

dalam penelitian ini terdiri bukti fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan,

empati .Variabel pada penelitian ini adalah

Tabel 3.1

Operasional Variabel X

Variabel Dimensi Indikator Skala Likert

Kualitas Reliability 1. Memberikan 1,2,3,4,5

Pelayanan (Kehandalan) informasi secara

Pajak lengkap dan jelas.

2. Cepat dan tangkap

dalam menghadapi

masalah

3. Layanan yang

diberikan sesuai
dengan yang

dijanjikan

Responsiveness 1. Melayani wajib 1,2,3,4,5

( Daya pajak

Tanggap ) dengan baik

2. Kemauan untuk

membantu

pelanggan

3. Kesiapan untuk

menanggapi

permintaan

pelanggan

Assurance 1. Berpenampilan 1,2,3,4,5

( Jaminan) sopan secara

konsisten

tuntutan tugas

2. Menjaga

kerahasiaan

wajib pajak

3. Karyawan yang

memiliki

pengetahuan untuk

menjawab
pertanyaan

pelanggan

Empathy 1. Perhatian khusus 1,2,3,4,5

(Empati) yang diberikan

kepada wajib pajak

2. Memiliki karyawan

yang mengerti

kebutuhan

pelanggan

3. Memahami apa yang

pelanggan inginkan.

Tangible 1. Perlengkapan 1,2,3,4,5

(Bukti Fisik) kualitas

pelayanan

2. Memiliki karyawan

yang berpenampilan

rapih dan professional

3. Memiliki materi

visual yang menarik

terkait

dengan layanan
Tabel 3.2

Operasional Variabel Y

Variabel Dimensi Indikator Skala Likert

Kriteria

Kepatuhan wajib kepatuhan Wajib

pajak Pajak meliputi:

1. Patuh a.Wajib Pajak 1,2,3,4,5

terhadap melaporkan

kewajiban SPT dengan

intern tepat waktu

b.Kepatuhan 1,2,3,4,5

wajib pajak

dalam

membayar

pajak

2. Kepatuhan a.Wajib pajak 1,2,3,4,5

wajib pajak yang terdaftar


dalam dikantor

mendaftarkan pelayanan

diri. pajak

b.Wajib pajak 1,2,3,4,5

yang telah

mendaftar dan

mempunyai

nomor pokok

wajib pajak

(NPWP)

3.Kepatuhan a.Wajib Pajak 1,2,3,4,5

dalam aktif

pelaporan dan menghitung

pembayaran pajak

tunggakan. berdasarkan

sistem self

assestment

b.Wajib Pajak 1,2,3,4,5

tidak

memiliki

tunggakan

pajak

atau melunasi
pajak terutang

4.Kepatuhan a. Mengisi 1,2,3,4,5

untuk SPT

menyetorkan dengan lengkap

kembali Surat

Pemberitahuan dan benar

. sesuai

dengan

besarnya

pajak terutang

yang

sebenarnya

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi menurut Sugiyono (2015:117) adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang tetapi juga obyek dan benda-benda

alam yang lain. Jumlah populasi yang akan diambil adalah 877. Sampel menurut

Sugiyono (2015:118) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

populasi tersebut. Bila populasi yang akan diambil oleh penulis adalah populasi

dalam jumlah besar dan penulis tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada

populasi, maka penulis bisa menggunakan sampel yang diambil dari populasi
tersebut, tetapi sampel yang diambil dari populasi harus bisa mewakili populasi.

Teknik yang dimanfaatkan untuk mengumpulkan sampel ialah teknik purposive

sampling, yakni menghasilkan sesuatu atau menjadikan seseorang sebagai sampel

dikarenakan mempunyai informasi yang di butuhkan untuk penelitian. Metode

untuk pengambilan sampelnya menggunakan metode purposive sampling ialah

pendekatan menentukan sampel berdasar tolak ukur secara khusus yang telah

ditetapkan. Sampel pada penelitian ini ialah wajib pajak orang pribadi dan wajib

pajak di Kelurahan Cibeber RT 01 RW 03 Kecamatan Cimahi Selatan di tahun

2020. Maka tidak semua wajib pajak ini menjadi objek dalam penelitian ini

karena jumlahnya sangat besar dan guna efisien waktu dan biaya, maka dalam

menentukan sampel dapat dilakukan dengan menggunakan rumus perhitungan

sampel menurut Rumus Slovin (Sugiyono,2011:37) sebagai berikut:

N
n=
1+ Ne ²

877
=
1+ 877 x(10)²

877
=
9,77

= 89,7

= 90 responden ( Di bulatkan)

Keterangan :

: ukuran sampel/ jumlah responden

: ukuran populasi

E : kelonggaran ketidak telitian atau derajat toleransi


Dalam penelitian ini sampel minimal yang digunakan sebanyak 90 sampel

dan total sampel yang digunakan dalam penelitian ini 90 sampel. Dengan

memiliki kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.3

Data responden berdasarkan jenis pekerjaan wajib pajak

NO JABATAN JUMLAH

Pegawai Pajak KPP


3.5 Cimahi

1. Pelaksana 18 Teknik

2. Fungsional Penyuluh 2

3. Kasuki 1

4. Account Representative 11

5. Kepala Seksi Pengawasan 1

6. Sekretaris 1

7. Jurusita Pajak Negara 1

8. Kepala Seksi Pengawasan 1

Masyarakat Wajib Pajak

1. Guru 3

2. Pegawai Negeri Sipil 9

3. Pensiunan 6

4. Pedagang 6

5. Lainnya 30

TOTAL 90
Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan melalui prosedur yang sistematis

dan secara efisien dapat dilakukan untuk memperoleh data yang akurat dan

realistis. Adapun prosedur yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan

Pengambilan data diperoleh dengan membaca dan mempelajari literatur yang

ada kaitanya dan mampu mendukung penelitian ini.

2. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila

di bandingkan dengan teknik lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau

wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi

tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Teknik

pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan

dengan perilaku manusia,proses kerja,gejala-gejala alam dan bila responden

yang di amati tidak terlalu besar.

3. Kuesioner

Menurut Sugiyono (2012:162) kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis

kepada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data

yang efisien jika penulis tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa

yang tidak bisa diharapkan dari responden.

Data dalam penelitian ini di peroleh dari data primer melalui metode survei

menggunakan media angket (kuisioner). Sejumlah pertanyaan diajukan kepada


responden diminta untuk menjawab sesuai pendapat mereka. Dalam mengukur

pendapat responden digunakanlah Skala Likert 5 angka yaitu mulai angka 5 untuk

pendapat Sangat Setuju (SS), angka 4 untuk pendapat Setuju (S), angka 3 untuk

pendapat Kurang Setuju (KS), angka 2 untuk pendapat Tidak Setuju (TS) dan

angka 1 untuk Sangat Tidak Setuju (STS).

Pada penelitian ini skala yang digunakan adalah skala ordinal. Skala ini

berfungsi sebagai penilaian informasi pada jawaban yang ada. Instrumen

pengukur pada penelitian ini yang sesuai dengan skala ordinal ialah skala Likert.

Sugiyono (2017) menjelaskan bahwa “Skala Likert merupakan alat yang

dimanfaatkan untuk menilai perilaku, opini, dan pemikiran seseorang atau

komunitas masyarakat mengenai suatu peristiwa atau kejadian sosial“. Berikut

skala pengukuran yang digunakan oleh peneliti:

Tabel 3.4

Penilaian Skala Likert

No. Pernyataan Skor

1 Sangat Tidak Setuju(STS) 1

2 Tidak Setuju(TS) 2

3 Netral(N) 3

4 Setuju(S) 4
3.6 Pengolahan
5 Sangat Setuju(SS) 5
Data dan

Pengukuran Data
Kegiatan dalam pengolahan data adalah mengelompokkan data

berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel

dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan

perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk

menguji hipotesis yang telah dilakukan.

3.6.1 Pengolahan dan Pengukuran Data

Pengolahan dan pengukuran data dimaksudkan agar data yang telah

terkumpul dapat memberikan makna yang berguna untuk pemecahan masalah

penelitian. Pengolahan dan pengukuran data yang telah terkumpul melalui

penyebaran kuesioner atau angket dilakukan berdasarkan langkah-langkah sebagai

berikut :

1. Menyeleksi kuesioner atau angket

Langkah ini bertujuan untuk mengetahui kuesioner atau angket yang

telah diisi oleh responden sudah sesuai dengan pedoman yang telah

ditetapkan dan kuesioner atau angket terkumpul sudah lengkap yang

berarti tidak ada lembaran yang rusak atau hilang.

2. Membuat tabulasi

Langkah ini bertujuan untuk melakukan penginputan data ke dalam tabel

sehingga dapat dihitung jumlahnya dan dilakukan pemberian skor

kepada masing-masing jawaban yang dipilih oleh responden dengan

menggunakan pedoman pemberian skor sebagai berikut :

Tabel 3.5

Skor Alternatif Jawaban Pernyataan


Skor atau Bobot Nilai

Alternatif Jawaban Pernyataan Pernyataan

Positif ( + ) Negatif ( - )

Sangat Setuju 5 1

Setuju 4 2

Ragu-Ragu 3 3

Tidak Setuju 2 4

Sangat Tidak Setuju 1 5

Sumber : Sugiyono, 2019 : 146

1. Membuat perhitungan persentase

Langkah ini bertujuan untuk menganalisis jawaban responden dengan

melakukan penyajian data melalui tabel dan perhitungan persentase. Adapun

langkah-langkah yang dilakukan sebelum menghitung persentase adalah

sebagai berikut :

a. Menyusun setiap jawaban

b. Menghitung frekuensi setiap jawaban

c. Menghitung persentase setiap jawaban dengan rumus sebagai berikut :

f
P= x 100 %
n

Keterangan :

P = Persentase

f = Frekuensi jawaban

n = Jumlah responden

100% = Bilangan tetap


Menentukan tingkat kriteria setiap jawaban sesuai tabel kriteria sebagai berikut :

Tabel 3.6

Tingkat kriteria setiap jawaban

No. Persentase Kriteria

1 80% - 100% Sangat Baik

2 60% - 80% Baik

3 40% - 60% Cukup Baik

4 20% - 40% Kurang Baik

5 0% - 20% Tidak Baik

Sumber : Diolah Oleh Penulis, 2020

3.7 Metode dan Teknik Analisis

Metode analisis yang digunakan yaitu kuesioner, yang kemudian

digunakan untuk mengukur tingkat pelayanan perpajakan terhadap kepatuhan

wajib pajak. Berikut teknik analisis yang digunakan sebagai berikut:

3.7.1 Uji Instrumen

1. Uji Validitas

Ghozali (2016) menyimpulkan bahwa“uji validitas dimanfaatkan untuk

menilaivalid atau tidak validnya suatu angket”. Kuesioner tersebut dapat

dinyatakan valid jika pertanyaan dalam angket dapat menyatakan sesuatu yang

dapat diukur. Butir pertanyaan pada kuesioner dapat dikatakan valid jika

factorloading >0,70.
2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas ialah perangkat pengukuran suatu kuesioner sebagai

parameter darivariabel. Uji reliabilitas dimanfaatkan untuk mengetahui dampak

dari pengukuranterhadap setiap butir pertanyaan apakah konsisten atau tidak

apabila melakukan 2 atau lebih pengukuran terhadap perangkat alat ukur yang

sama (Ghozali, 2016). Butir pertanyaan pada kuesioner dapat dikatakan reliable

(handal) apabila Cronbach’s Alpha> 0,60.

3. Analisis Koefisien Korelasi Pearson Product Moment

Analisis korelasi (r) adalah analisis yang mempelajari derajat kekuatan

hubungan antara variabel yang satu dengan yang lainnya, yang diketahui dengan

rumus koefisien korelasi pearson product moment sebagai berikut :

nƩXY −( ƩX )( ƩY )
r=
√¿¿¿

Keterangan :

r = Koefisien korelasi

n = Jumlah responden

X = Variabel bebas

Y = Variabel terikat

Untuk menentukan kuat atau lemahnya koefisien korelasi, maka dapat

mengikuti interprestasi sebagai berikut :

Tabel 3.7

Pedoman Interpretasi Validitas Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 - 0,199 Sangat rendah


0,20 - 0,399 Rendah

0,40 - 0,599 Sedang

0,60 - 0,799 Kuat

0,80 - 1,000 Sangat Kuat

(Sumber : Sugiyono, 2019 : 246)

3.7.2 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji normalitas berfungsi untuk mengukur variabel dependen dan variabel

independen berdistribusi normal atau tidak normal. Tidak hanya itu, uji normalitas

juga mampu untuk melihat dalam model regresi, nilai residualnya juga mengikuti

berdistribusi normal. Instrumen yang dipakai untuk mengukur distribusi normal

ialah Kolmogorov-Smirnov Test, dan pada umumnya dimanfaatkan untuk menguji

apakah data tersebut berdistribusi tertentu. Data yang dinyatakan berdistribusi

normal yaitu apabila nilai probabilitas> 0,05.

2. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan suatu situasi dimana adanya korelasi


sempurna antara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas yang lainnya

(Danang Sunyoto, 2010: 97). Uji multikolinearitas digunakan untuk mendeteksi

ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi, yakni dengan melihat

dari nilai tolerance, dan lawannya yaitu Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cut

off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai

tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Langkah- langkah dalam uji

multikolinearitas yaitu:

1. Dengan menggunakan nilai tolerance

a. Apabila nilai tolerance ≤ 0,10, maka terjadi multikolinearitas

b. Apabila nilai tolerance ≥0,10, maka tidak terjadi

multikolinearitas

2. Dengan menggunakan nilai Variance Inflation Factor (VIF)

a. Apabila nilai VIF ≤ 10, maka tidak terjadi multikolinearitas

b. Apabila nilai VIF ≥ 10, maka terjadi multikolinearitas

3.7.3 Uji Hipotesis

1. Analisis Regresi Berganda

Model regresi yang dipakai untuk mengkaji hubungan pengaruh2 atau

lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat adalah analisis regresi

berganda (Algifari, 2016). Pada penelitian ini, variabel independen yang

digunakan ada 4, sehingga persamaan regresi bergandanya adalah:

Y= α+ β1K+ β2DT+ β3J+ β4 E+ β5 BF +e

Keterangan:

Y = KepatuhanWajib Pajak
α = Konstanta

β1=Koefisien regresi keandalan

β2 = Koefisien regresi daya tanggap

β3 = Koefisien regresi jaminan

β4=Koefisien regresi empati

β5 = Koefisien regresi bukti fisik

e = random error

K = Variabel Keandalan

DT = Variabel Daya Tanggap

J = Variabel Jaminan

E = Variabel Empati

BF= Variabel Bukti Fisik

2. Uji t (Uji Parsial)

Uji memiliki tujuan untuk pengujian hipotesis mengenai pengaruh

variabel eksogen terhadap variabel endogen. Tingkat signifikan yang dipakai

untuk mengukur pengaruh setiap variabel independen pada penelitian ini secara

parsialadalah 5%. Jika tingkat signifikan < 0,05 dan thitung> ttabel, sehingga H1

didukungdan H0 tidak didukung, sehingga memiliki arti variabel eksogen secara

parsial berpengaruh terhadap variabel endogen.

3. Uji F

Uji F pada umumnya dimanfaatkan untuk memperlihatkan apakah

seluruh variabel eksogen yang dimasukkan pada model penelitian mempunyai


pengaruh bersama-sama terhadap variabel endogen (Ghozali, 2011). Tingkat

signifikan yang dipakai untuk mengukur pengaruh setiap variabel bebas pada

penelitian ini secara simultan yaitu 5%, dengan menggunakan cara menguji

nilai F.

H0 = Semua nilai koefisien regresi dalam model regresi bernilai 0.

HA = Paling tidak terdapat satu nilai koefisien regresi dalam model

regresi bernilai tidak samadengan 0.

H0 tidak didukung apabila nilai probabilitas < 0,05 dan akan didukung

jika nilai probabilitas>0,05.

4. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi (R2) memiliki manfaat guna menghitung

penguasaanmodel dalam menjabarkan variasi pada variabel dependen, hal ini

telah dijelaskan oleh Ghozali(2016). Semakin rendah nilai R2 atau mendekati 0,

maka ukuran pada variabel-variabel bebas pada penjabaran variabel dependen

tidak memiliki pengaruh. Sedangkan semakin besar nilai R2 atau mendekati 1,

sehingga variabel-variabel bebas pada penjabaran variabel dependen memiliki

pengaruh.

Tabel 3.8

JADWAL PENELITIAN

Tahun 2021

No Uraian Kegiatan Juni Juli Okt Nov Ags Septe

t
1 Observasi Awal

2 Pengajuan Judul

3 Penyusunan Proposal

4 Bimbingan dan Revisi Proposal

5 Seminar UP

6 Revisi Seminar UP

7 Pengumpulan data

8 Analisis Data

9 Bimbingan Skripsi

10 Ujian Sidang Skripsi

11 Revisi Ujian Sidang Skripsi

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian

1. Sejarah Singkat KPP Pratama Cimahi

Kantor Pajak sudah ada sejak kemerdekaan Indonesia dan bernama

“Kantor Inspeksi Keuangan Bandung” untuk wilayah Jawa Barat, tetapi dalam

perkembangannya terbagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok Cooperative dan

kelompok Non Cooperative akibat dari Agresi Militer Belanda I. Kelompok

Cooperative bekerjasama dengan Belanda dan berkedudukan di Jalan Asia Afrika,

sedangkan kelompok Non Cooperative lebih memihak ke Republik Indonesia dan

pindah ke Tasikmalaya.

Pada agresi Belanda II bubarlah Kantor Inspeksi Keuangan yang berada di

Tasikmalaya dan yang masih aktif adalah kelompok Cooperative. Pada tahun

1965 Kantor Inspeksi Keuangan berubah nama menjadi “Inspeksi Pajak

Bandung”. Berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Pajak, berada di

lingkungan Departemen Keuangan.

Pada tanggal 1 Januari 1980 Inspeksi Pajak Bandung dibagi menjadi dua

wilayah kerja, yaitu Kantor Inspeksi Pajak Bandung Barat, di jalan Soekarno

Hatta No. 216 Bandung dan Kantor Inspeksi Pajak Bandung Timur, di jalan Kiara

Condong No. 327 Bandung.

Berdasarkan Surat Menteri Keuangan Republik Indonesia No.

48/KMK.01/88 tanggal 19 Januari 1988, telah diresmikan di Bandung sebuah

Kantor Inspeksi Pajak lagi yaitu “Kantor Inspeksi Pajak Bandung Tengah” yang

bertempat di Jalan Purnawarman No.21.


Dengan adanya Surat Menteri Keuangan Republik Indonesia tersebut

Kantor Inspeksi Bandung menjadi 3 (tiga), yaitu merupakan salah satu dari 72

Kantor Inspeksi pajak di Indonesia yang masuk dalam wilayah VII DJP Jawa

Barat. Pada tanggal 26 Maret 1988 berdasarkan Surat Menteri Keuangan

No.26/UU/01/89 nama Kantor Inspeksi Bandung Tengah berubah menjadi

“Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tengah” terhitung mulai tanggal 1 April 1989.

Tahun 1989 istilah Kantor Inspeksi Pajak diganti menjadi Kantor Pelayanan

Pajak, walaupun struktur organisasinya masih belum berdasarkan fungsi.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.276/KMK/1989

terhitung mulai 1 April 1989, seluruh kantor Inspeksi Pajak di Indonesia diubah

namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak, di Bandung sendiri terbentuk Kantor

Pelayanan Pajak diantaranya Kantor Pelayanan Pajak Bandung Barat yang

beralamat di Jl. Soekarno Hatta, Kantor Pelayanan Pajak Bandung Timur yang

beralamat di Jl. Ibrahim Adjie No. 37, Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tengah

yang beralamat di Jl. Purnawarman No. 21, dan Kantor Pelayanan Pajak Bandung

Cimahi yang beralamat di Jl. Raya Barat Cimahi.

Modernisasi perpajakan dilakukan dengan berdasar kepada Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 12/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana diubah dengan Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 55/OMK.01/2007.

Peraturan tersebut menjelaskan mengenai pembentukan KPP baru yaitu

diantaranya KPP Pratama dimana KPP, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan

Bangunan (KPPBB), serta Kantor Pemeriksaan dan penyelidikan yang semula


memiliki kantor yang terpisah, dilebur menjadi satu dan memiliki fungsi

penyuluhan, pelayanan, pemeriksaan, dan penagihan. Selain itu, dijelaskan pula

mengenai pemecahan KPP Cimahi ke dalam 3 wilayah sehingga menjadi KPP

Pratama Majalaya, KPP Pratama Soreang, dan KPP Pratama Cimahi. KPP

Pratama Cimahi terletak di Jalan H. Amir Machmud No. 574, kotak pos 112

Cimahi 40526 dengan nomor telepon 022-6654646.

Peraturan terbaru yang mengatur terkait Organisasi dan Tata Kerja Instansi

Vertikal diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

184/PMK.01/2020 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor

210/PMK.01/2017 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat

Jenderal Pajak.

2. Wilayah Kerja KPP Pratama Cimahi

Wilayah Kerja KPP Pratama Cimahi meliputi seluruh Kecamatan dan

Desa/Kelurahan yang ada di Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat.

Visi dan Misi

KPP Pratama Cimahi mempunyai visi dan misi diantaranya :

1. Visi

Visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi mengacu pada visi Direktorat

Jenderal Pajak yaitu: “Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan

sistem administrasi perpajakan yang modern, efektif, efisien dan dipercaya

masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.” Menjadikan KPP

Pratama Cimahi menjadi pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan sistem


dan manajemen perpajakan kelas dunia, yang dipercaya dan dibanggakan

masyarakat.

2. Misi

a. Menghimpun penerimaan pajak Negara berdasarkan Undang-undang

Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang

efektif dan efisien.

b. Mendukung kebijakan Pemerintah dalam mengatasi permasalahan eknomi

bangsa dengan kebijakan yang minimizing distortioni.

c. Mendukung proses demokrayisasi bangsa.

d. Senantiasa memperbaharui diri, selararas dengan aspirasi masyarakat dan

teknokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir. Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Cimahi menempati gedung sendiri yang terletak di Jalan Jenderal

H. Amir Machmud No.574 Cimahi, terdiri dari 4 (empat) lantai masing-masing

lantai ditempati oleh :

Lantai I : 1. Ruang Tempat Pelayanan Terpadu

2. Ruang Kerja Seksi Pelayanan

3. Ruang Kerja Seksi Pengolah Data dan Informasi

Lantai II : 1. Ruang Kerja Kepala Kantor

2. Ruang Rapat Kepala Kantor

3. Ruang Kerja Sub Bagian Umum

4. Ruang Aula

5. Ruang Dokter
Lantai III : 1. Ruang Kerja Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

2. Ruang Kerja Seksi Pengawasan dan Konsultasi II

3. Ruang Kerja Seksi Pengawasan dan Konsultasi III

4. Ruang Kerja Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV

Lantai IV : 1. Ruang Kerja Seksi Penagihan

2. Ruang Kerja SeksiEkstensifikasi Perpajakan

3. Ruang Kerja Seksi Pemeriksaan

4. Ruang Kerja Kelompok Fungsional Pemeriksa

Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi adalah merupakan suatu hal yang penting di KPP Pratama

Cimahi, karena dengan adanya struktur dapat terlihat dengan jelas tanggung jawab

seseorang pemangku jabatan di KPP Pratama Cimahi, sehingga dengan adanya

tangung jawab yang jelas diharapkan dapat terciptanya kelancaran kerja sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan di KPP Pratama Cimahi. Struktur organisasi

dibuat sebagai landasan agar masing-masing elemen didalam sebuah perusahaan

dapat berperan sesuai dengan fungsi dan posisinya masing-masing. Struktur

organisasi juga mencerminkan adanya keteraturan kinerja pegawai atau karyawan

dimana satu sama lain saling berhubungan, dengan tujuan untuk menciptakan

kondisi kerja yang terencana, terarah, dan teratur.

Struktur Organisasi KPP Pratama Cimahi


Kantor Pelayanan pajak
Pratama

Sub Bagian Seksi Pelayanan Seksi Penagihan Seksi Seksi Seksi Pengawasan
Umum Ektensifikasi Pengawasan dan dan Konsultasi IV
Perpajakan Konsultasi II

Seksi Seksi Pemeriksa Kelompok Jabatan Seksi Pengawasan Seksi Pengawasan


Pengolahan Data Fungsional dan Konsultasi I dan Konsultasi III
dan Informasi

Sumber : KPP Pratama Cimahi

Gambar 4.1

Struktur Organisasi KPP Pratama Cimahi

4.2 Uraian Tugas

KPP Pratama Sumedang terdiri atas unit kerja. Adapun tugas pokok dari

setiap unit kerja yang ada di KPP Pratama Cimahi adalah sebagai berikut :

1. Kepala KPP Pratama

Orang yang mengepalai KPP Pratama dan bertanggung jawab

atas kegiatan pada KPP Pratama.

2. Sub Bagian Umum

Membantu Kepala KPP Pratama dalam mengurus urusan rumah tangga

KPP Pratama seperti administrasi, surat menyurat, gaji pegawai, dan

lainnya. Sub Bagian Umum terdiri dari :


a. Kepegawaian.

b. Keuangan.

c. Tata Usaha.

d. Rumah Tangga.

3. Seksi Pengolahan Data Informasi

Merupakan jantung dari KPP Pratama karena merupakan pusat perekaman

data dari SPT yang disampaikan Wajib Pajak.

4. Seksi Pelayanan

Merupakan ujung tombak KPP Pratama yang bertugas untuk melayni

Wajib Pajak. Tugas Seksi Pelayanan antara lain :

a. Menerbitkan produk hukum.

b. Administrasi dan penyimpanan berkas.

c. Penyuluhan perpajakan.

d. Penerimaan SPT dan surat-surat permohonan Wajib Pajak.

e. Penerbitan NPWP / NPPKP.

f. Menjawab konfirmasi.

g.

5. Seksi Ekstensifikasi

Tugas Seksi Ekstensifikasi antara lain :

a. Pengamatan potensi perpajakan.

b. Pendataan subjek dan objek pajak.

c. Penilaian objek pajak.

d. Penguasaan wilayah.
e. Pendataan monografi fiskal.

f. Ekstensifikasi wajib pajak.

6. Seksi Penagihan

Bertugas untuk melakukan penagihan terhadap Wajib Pajak atas

tunggakan pajaknya. Selain itu juga bertugas untuk melaksanakan

penagihan aktif. Tugas Seksi Penagihan antara lain :

a. Penata usahaan piutang pajak.

b. Proses permohonan penundaan dan angsuran tunggakan pajak.

c. Penagihan aktif.

7. Seksi Pemeriksaan

Tugas Seksi Pemeriksaan antara lain :

a. Penyusunan rencana pemeriksaan.

b. Pengawasan aturan pemeriksaan.

c. Penerbitan dan penyaluran SP3.

d. Administrasi pemeriksaan pajak.

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) I, II, III, IV

Terdiri atas para Account Repesentatives (AR) yang ditugaskan pada

wilayah-wilayah tertentu. Account Repesentatives ini bertugas untuk mengawasi

kewajiban Wajib Pajak, melayani penyelesaian hak Wajib Pajak dan sebagai

tempat konsultasi Wajib Pajak. Jadi Account Repesentatives ini bertugas untuk

menjembatani atau mediator antara Wajib Pajak dan KPP (Kantor Pelayanan

Pajak).
Tugas Seksi Pengawasan dan Konsultasi antara lain :

a. Bimbingan atau himbauan terhadap Wajib Pajak.

b. Konsultasi teknis perpajakan.

c. Pengawasan perpajakan.

d. Analisis kepatuhan.

e. Rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi.

f. Penyusunan profile Wajib Pajak.

4.3. Aspek Kegiatan Perusahaan

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi mempunyai tugas melaksanakan

kegiatan operasional pelayanan-pelayanan di bidang Pelayanan Perpajakan

dibidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak

Penjualan Barang Mewah (PPnBM) dan Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL)

dalam daerah wewenangnya berdasarkan kebijaksanaan teknis yang ditetapkan

Direktur Jenderal Pajak. Dalam menyelenggarakan tugasnya, Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Cimahi mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Melakukan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian

informasi perpajakan.

2. Melakukan urusan tata usaha Wajib Pajak.

3. Melakukan penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan

Masa, serta memantau dan menyusun Laporan Pembayaran Masa PPh,

PPN, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL).

4. Melakukan urusan tata usaha penerimaan, penagihan, penyelesaian,

keberatan, dan restitusi PPh, PPN, dan PTLL.


5. Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga KPP (Kantor

Pelayanan Pajak) Pratama Cimahi.

6. Verifikasi dan penerapan sanksi perpajakan.

7. Pengurusan pemberian Surat Ketetapan Pajak.

8. Penyuluhan dan pelayanan konsultasi perpajakan.


4.4. Analisis Deskriptif Data Responden

Dalam penelitian ini, karaketeristik responden akan dikaji berdasarkan:

jenis kelamin, pekerjaan, dan pendidikan yang diajukan pada responden wajib

pajak, sementara untuk kuesioner wajib pajak yaitu jenis kelamin, jabatan, dan

pendidikan. Selanjutnya berdasarkan hasil pengolahan data yang bersumber dari

responden sebanyak 90 responden yang terbagi ke dalam dua kelompok

(responden wajib pajak sebanyak 54 orang dan respondenpegawai pajak sebanyak

36) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Cimahi diperoleh karakteristik

sebagaimana tergambarkan pada Tabel berikut :

Tabel 4.2

Karakteristik Responden

Uraian Frekuensi Persentase

Hasil Kuesioner Wajib Pajak

Jenis Kelamin :

Laki – laki 28 52%

Perempuan 26 48%

Total 54 100%

Pekerjaan :

Pedagang 6 11%

Pensiunan 6 11%

PNS 9 17%

Guru 3 6%

Lainnya 30 56%
Uraian Frekuensi Persentase

Total 54 100%

Pendidikan :

S1 5 9%

S2 3 6%

SMA/SMK 30 56%

Lainnya 16 30%

Total 54

Hasil Kuesioner Pegawai Pajak

Jenis Kelamin :

Laki-laki 25 69%

Perempuan 11 31%

Total 36 100%

Jabatan :

Pelaksana 18 50%

Fungsional penyuluh 2 6%

Kasuki 1 3%

Account Representative 11 31%

Kepala Seksi Pengawasan 1 3%

Sekretaris 1 3%

Jurusita Pajak Negara 1 3%

Kepala Seksi Pengawasan 1 3%

Total 36 100%
Uraian Frekuensi Persentase

Pendidikan :

D1 12 33%

D3 7 19%

D4 1 3%

S1 12 33%

S2 4 11%

Total 36 100%

Sumber: Hasil Olah Peneliti, 2022

Berdasarkan hasil penelitian sesuai dengan tabel 4.1 dapat dijelaskan

bahwa dari responden kelompok wajib pajak sebanyak 28 orang atau 52% terdiri

dari responden laki-laki dan sebanyak 26 orang atau 48% terdiri dari responden

perempuan, dengan demikian responden kelompok waib pajak didominasi oleh

responden laki-laki. Sementara dari responden kelompok pegawai pajak sebanyak

25 orang atau 69% terdiri dari responden laki-laki dan sebanyak 11 orang atau

31% terdiri dari responden perempuan, dengan demikian responden kelompok

pengawai pajak didominasi oleh responden laki-laki

Berdasarkan pekerjaan responden pada kelompok wajib pajak dapat

dijelaskan bahwa masing-masing sebanyak 6 orang orang atau 11% adalah

responden yang bekerja sebagai pedagang dan pensiunan, sebanyak 9 orang atau

17% adalah responden yang bekerja sebagai PNS, sebanyak 3 orang atau 6%

adalah responden yang bekerja sebagai guru, dan sebanyak 30 orang atau 56%

responden yang bekerja di luar profesi yang disebut (lainnya).


Berdasarkan jabatan responden pada kelompok pegawai pajak dapat

dijelaskan bahwa masing-masing hanya 1 orang orang atau 3% adalah responden

yang menjabat sebagai Kepala Seksi Pengawasan, Sekretaris, Jurusita Pajak

Negara, Kepala Seksi Pengawasan, dan Kasuki. Semntara sebanyak 2 orang atau

6% menjabat sebagai Fungsional Penyuluh, dan sebanyak 11 orang atau 31%

adalah responden yang menjabat sebagai Account Representative. Hasil ini

menjelaskan bahwa responden pada kelompok pegawai pajak di dominasi oleh

responden yang menjabat Account Representative.

Kemudian karakteristik responden selanjutnya adalah mengenai tingkat

pendidikan responden, pada kelompok responden wajib pajak dapat dijelaskan

bahwa pendidikan terakhir SMA/SMK sebanyak 30 orang atau 56%, kemudian

responden dengan pendidikan terakhir sarjana (S1) sebanyak 5 orang atau 9%,

responden dengan pendidikan terakhir pasca sarjana (S2) sebanyak 3 orang atau

6%, dan sebanyak 16 orang atau 30% berpendidikan terakhir lainnya daripada

pendidikan yang disebutkan. Sementara untuk responden kelompok pegawai

pajak dapat diketahui bahwa pendidikan terakhir D1 sebanyak 12 orang atau 33%,

kemudian responden dengan pendidikan terakhir D3 sebanyak 7 orang atau 19%,

responden dengan pendidikan terakhir D4 hanya 1 orang atau 3%, kemudian

responden dengan pendidikan terakhir sarjana (S1) sebanyak 12 orang atau 33%,

dan responden dengan pendidikan terakhir pasca sarjana (S2) sebanyak 4 orang

atau 11%
4.5 Analisis Deskriptif

Dalam penelitan ini, variabel independen adalah variabel keandalan yang

terbagi menjadi 4 indikator, daya tanggap yang terbagi menjadi 4 indikator,

jaminan yang terbagi menjadi 3 indikator, empati yang terbagi menjadi 2

indikator, dan bukti fisik yang terbagi atas 3 indikator. Selanjutnya, terdapat

variabel dependen yaitu kepatuhan wajib pajak yang terbagi atas 9 indikator.

Untuk menganalisis variabel tersebut diambil dari skor rata-rata setiap indikator

pada setiap variabel yang mencerminkan persepsi responden pada setiap variabel

yang sedang diteliti.

Penilaian responden terhadap variabel ini diukur dengan skor paling

rendah adalah 1 untuk jawaban ”sangat tidak setuju” dan skor paling tinggi adalah

5 untuk jawaban ”sangat setuju”. Berikut nilai rata-rata variabel untuk

mendeskripsikan jawaban responden.

4.5.1 Keandalan

Berikut disajikan tabel distribusi frekuensi variabel keandalan berdasarkan

data dari hasil pengumpulan dan pengolahan data yang dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Variabel Keandalan


Skala Kuisioner Sko Persentas
Skor
No r e
Pernyataan ST T aktua
. N S SS idea Skor
S S l
l aktual

Petugas pajak f 0 2 9 36 43 90

cepat tanggap

dalam

membantu Sangat
1 2, 10, 40, 47, 4,29
menyelesaika % 0,0 100 Baik
2 0 0 8
n persoalan

yang dihadapi

wajib pajak

Semua wajib f 0 0 8 14 68 90

pajak dilayani

dengan baik Sangat


2 0, 15, 75, 4,62
dan sesuai % 0,0 8,9 100 Baik
0 6 6
dengan

kebutuhannya

3 Wajib pajak f 0 0 9 15 66 90 4,58 Sangat

memberikan % 0,0 0, 10, 16, 73, 100 Baik

informasi 0 0 7 3

yang

dibutuhkan
Skala Kuisioner Skor Sko Persentas
No
Pernyataan ST T aktua r e
. N S SS
S S l idea Skor

l aktual

secara

lengkap jelas
Petugas pajak f 0 0 10 31 49 90

memberikan
Sangat
4 kemudahan 0, 11, 34, 54, 4,38
% 0,0 100 Baik
dalam 0 1 4 4

pelayanan

Skor Rata-rata Variabel 4,47 Sangat

Baik

Sumber: Hasil Olah Peneliti, 2022

Berdasarkan tabel 4.2 tanggapan responden yang diperoleh dari 4

pernyataan di atas mengenai keandalan, dapat diketahui bahwa rata-rata skor

paling tinggi yakni sebesar 4,62 dan termasuk dalam kategori sangat baik, yakni

penyataan “Semua wajib pajak dilayani dengan baik dan sesuai dengan

kebutuhannya”, dan rata-rata skor paling rendah yakni sebesar 4,29 dan termasuk

dalam kategori sangat baik, yakni pernyataan “Petugas pajak cepat tanggap dalam

membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi wajib pajak”. Sedangkan

diperoleh rata-rata dari variabel keandalan yakni sebesar 4,47 dan termasuk dalam

kategori sangat baik. Hasil ini mengindikasikan bahwa mayoritas responden


menilai bahwa adanya keandalan yang sangat baik di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Kota Cimahi.

4.5.2 Daya Tanggap

Berikut disajikan tabel distribusi frekuensi variabel daya tanggap

berdasarkan data dari hasil pengumpulan dan pengolahan data yang dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Variabel Daya Tanggap

Skala Kuisioner Sko Persentas


Skor
No r e
Pernyataan ST T aktua
. N S SS idea Skor
S S l
l aktual

Solusi yang f 0 0 3 26 61 90

diberikan atas

keluhan wajib

pajak telah Sangat


1 0, 28, 67, 4,59
dipenuhi % 0,0 3,3 100 Baik
0 9 8
kebutuhannya

oleh petugas

pajak

2 Wajib pajak f 0 0 12 29 49 90 4,36 Sangat

terlihat puas % 0,0 0, 13, 32, 54, 100 Baik

terhadap 0 3 2 4
Skala Kuisioner Skor Sko Persentas
No
Pernyataan ST T aktua r e
. N S SS
S S l idea Skor

l aktual

aparat pajak

yang cepat

dan tanggap

dalam
Petugas pajak f 0 0 15 36 39 90

menguasai

peraturan

perpajakan
Sangat
3 dengan baik 0, 16, 40, 43, 4,22
% 0,0 100 Baik
untuk 0 7 0 3

menyelesaika

pekerjaannya

4 Petugas pajak f 0 0 7 60 23 90 4,13 Baik

memakai % 0,0 0, 7,8 66, 25, 100

pakaian 0 7 6

dengan rapi
Skala Kuisioner Skor Sko Persentas
No
Pernyataan ST T aktua r e
. N S SS
S S l idea Skor

l aktual

sesuai dengan

aturan kantor
Sangat
Skor Rata-rata Variabel 4,33
Baik

Sumber: Hasil Olah Peneliti, 2022

Berdasarkan tabel 4.3 tanggapan responden yang diperoleh dari 4

pernyataan di atas mengenai daya tanggap, dapat diketahui bahwa rata-rata skor

paling tinggi yakni sebesar 4,59 dan termasuk dalam kategori sangat baik, yakni

pertanyaan “Solusi yang diberikan atas keluhan wajib pajak telah dipenuhi

kebutuhannya oleh petugas pajak”, dan rata-rata skor paling rendah yakni sebesar

4,13 dan termasuk dalam kategori baik, yakni pertanyaan “Petugas pajak memakai

pakaian dengan rapi sesuai dengan aturan kantor pajak”. Sedangkan diperoleh

rata-rata dari variabel daya tanggap yakni sebesar 4,33 dan termasuk dalam

kategori sangat baik. Hasil ini mengindikasikan bahwa mayoritas responden

menunjukkan adanya daya tanggap yang sangat baik di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Kota Cimahi.

4.5.3 Jaminan
Berikut disajikan tabel distribusi frekuensi variabel jaminan berdasarkan

data dari hasil pengumpulan dan pengolahan data yang dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Variabel Jaminan

Skala Kuisioner Sko Persentas


Skor
No r e
Pernyataan ST T aktua
. N S SS idea Skor
S S l
l aktual

Aparat pajak f 0 1 10 56 23 90

menjaga

kerahasiaan
1 1, 11, 62, 25, 4,08 Baik
informasi dan % 0,0 100
1 1 2 6
data wajib

pajak.

Petugas pajak f 0 1 13 35 41 90

sudah bekerja

secara

profesional Sangat
2 1, 14, 38, 45, 4,24
untuk % 0,0 100 Baik
1 4 9 6
meningkatkan

kepercayaan

wajib pajak
Skala Kuisioner Skor Sko Persentas
No
Pernyataan ST T aktua r e
. N S SS
S S l idea Skor

Petugas pajak f 0 2 7 26 55 90 l aktual

selalu

menindaklanju
Sangat
3 ti pengaduan 2, 28, 61, 4,44
% 0,0 7,8 100 Baik
dari 2 9 1

masyarakat

dengan cepat

Sangat
Skor Rata-rata Variabel 4,25
Baik

Sumber: Hasil Olah Peneliti, 2022

Berdasarkan tabel 4.4 tanggapan responden yang diperoleh dari 3

pernyataan di atas mengenai jaminan, dapat diketahui bahwa rata-rata skor paling

tinggi yakni sebesar 4,44 dan termasuk dalam kategori sangat baik, yakni

pertanyaan “Petugas pajak selalu menindaklanjuti pengaduan dari masyarakat

dengan cepat”, dan rata-rata skor paling rendah yakni sebesar 4,08 dan termasuk

dalam kategori baik, yakni pertanyaan “Aparat pajak menjaga kerahasiaan

informasi dan data wajib pajak”. Sedangkan diperoleh rata-rata dari variabel

jaminan yakni sebesar 4,25 dan termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil ini

mengindikasikan bahwa mayoritas responden menunjukkan bahwa adanya

jaminan yang sangat baik di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Cimahi.
4.5.4 Empati

Berikut disajikan tabel distribusi frekuensi variabel empati berdasarkan

data dari hasil pengumpulan dan pengolahan data yang dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Variabel Empati

Skala Kuisioner Persentase


No Skor Skor
Pernyataan Skor
. STS TS N S SS aktual ideal
aktual

Petugas f 0 0 14 35 41 90

pajak

memberikan

sanksi
Sangat
1 terhadap 15, 45, 4,25
% 0,0 0,0 38,9 100 Baik
wajib pajak 6 6

yang telat

membayar

pajak

2 Petugas f 0 1 17 35 37 90 4,15 Baik

pajak % 0,0 1,1 18, 38,9 41, 100

memberikan 9 1

perhatian

khusus
No Skala Kuisioner Skor Skor Persentase
Pernyataan
. STS TS N S SS aktual ideal Skor

aktual

terhadap

masalah

yang

dialami

wajib pajak Sangat


Skor Rata-rata Variabel 4,20
Baik

Sumber: Hasil Olah Peneliti, 2022

Berdasarkan tabel 4.5 tanggapan responden yang diperoleh dari 2

pernyataan di atas mengenai empati, dapat diketahui bahwa rata-rata skor paling

tinggi yakni sebesar 4,25 dan termasuk dalam kategori sangat baik, yakni

pertanyaan “Petugas pajak memberikan sanksi terhadap wajib pajak yang telat

membayar pajak”, dan rata-rata skor paling rendah yakni sebesar 4,15 dan

termasuk dalam kategori baik, yakni pertanyaan “Petugas pajak memberikan

perhatian khusus terhadap masalah yang dialami wajib pajak terkait pembayaran

pajak”. Sedangkan diperoleh rata-rata dari variabel empati yakni sebesar 4,20 dan

termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil ini mengindikasikan bahwa mayoritas
responden menunjukkan bahwa adanya empati yang sangat baik di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Kota Cimahi.

4.5.5 Bukti Fisik

Berikut disajikan tabel distribusi frekuensi variabel bukti fisik berdasarkan

data dari hasil pengumpulan dan pengolahan data yang dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Variabel Bukti Fisik

Skala Kuisioner Sko Persentas


Skor
No r e
Pernyataan ST T aktua
. N S SS idea Skor
S S l
l aktual

Aparat pajak f 0 0 12 36 42 90

berpenampila

n sopan dan
Sangat
1 berbusana 0, 13, 40, 46, 4,29
% 0,0 100 Baik
sesuai 0 3 0 7

tuntunan

tugas

2 Fasilitas f 0 1 12 31 46 90 4,31 Sangat

sarana dan % 0,0 1, 13, 34, 51, 100 Baik

prasarana 1 3 4 1
Skala Kuisioner Skor Sko Persentas
No
Pernyataan ST T aktua r e
. N S SS
S S l idea Skor

l aktual

yang di

kantor KPP
Petugas pajak f 0 2 21 31 36 90

selalu

memberikan
3 2, 23, 34, 40, 4,08 Baik
sosialisasi % 0,0 100
2 3 4 0
terhadap

wajib pajak

Sangat
Skor Rata-rata Variabel 4,22
Baik

Sumber: Hasil Olah Peneliti, 2022

Berdasarkan tabel 4.6 tanggapan responden yang diperoleh dari 3

pernyataan di atas mengenai bukti fisik, dapat diketahui bahwa rata-rata skor

paling tinggi yakni sebesar 4,31 dan termasuk dalam kategori sangat baik, yakni

pertanyaan “Fasilitas sarana dan prasarana yang di kantor KPP memadai”, dan

rata-rata skor paling rendah yakni sebesar 4,08 dan termasuk dalam kategori baik,

yakni pertanyaan “Petugas pajak selalu memberikan sosialisasi terhadap wajib

pajak”. Sedangkan diperoleh rata-rata dari variabel bukti fisik yakni sebesar 4,22

dan termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil ini mengindikasikan bahwa
mayoritas responden menunjukkan bukti fisik yang sangat baik di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Kota Cimahi.

4.5.6 Kepatuhan Wajib Pajak

Berikut disajikan tabel distribusi frekuensi variabel kepatuhan wajib pajak

berdasarkan data dari hasil pengumpulan dan pengolahan data yang dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Variabel Kepatuhan Wajib Pajak

Skala Kuisioner Sko Persenta


Skor
No r se
Pernyataan ST T aktu
. N S SS idea Skor
S S al
l aktual

Wajib pajak f 0 2 19 23 46 90

mendaftarkan diri

sebagai wajib
Sangat
1 pajak secara 2, 21, 25, 51, 4,21
% 0,0 100 Baik
sukarela ke 2 1 6 1

Kantor Pelayanan

Pajak

2 Wajib pajak f 0 2 14 29 45 90 4,25 Sangat

mengisi SPT % 0,0 2, 15, 32, 50, 100 Baik

sesuai dengan 2 6 2 0

ketentuan

perundangundang
Skala Kuisioner Skor Sko Persenta
No
Pernyataan ST T aktu r se
. N S SS
S S al idea Skor

l aktual

an dan

melaporkannya

denganpajak
Wajib tepat f 0 2 12 27 49 90

menyampaikan

SPT ke kantor
Sangat
3 pajak tepat waktu 2, 13, 30, 54, 4,32
% 0,0 100 Baik
sebelum batas 2 3 0 4

akhir

penyampaian SPT

Wajib pajak f 0 0 10 32 48 90

selalu memiliki
Sangat
4 tunggakan pajak 0, 11, 35, 53, 4,37
% 0,0 100 Baik
terutang setiap 0 1 6 3

tahunnya

5 Dengan adanya f 0 0 9 33 48 90 4,38 Sangat

pengawasan yang % 0,0 0, 10, 36, 53, 100 Baik

dilakukan oleh 0 0 7 3

KPP akan
Skala Kuisioner Skor Sko Persenta
No
Pernyataan ST T aktu r se
. N S SS
S S al idea Skor

l aktual

meningkatkan

kepatuhan wajib

pajak dalam
Adanya bunga f 0 0 9 36 45 90

dalam tunggakan
Sangat
6 pajak akan 0, 10, 40, 50, 4,35
% 0,0 100 Baik
menambah beban 0 0 0 0

pajak

Teknologi f 0 0 7 34 49 90

informasi

mempermudah

pelaporan SPT

sehingga Sangat
7 0, 37, 54, 4,42
mendorong wajib % 0,0 7,8 100 Baik
0 8 4
pajak untuk

melapor sebelum

batas waktu

berakhir

8 Pemeriksaan f 0 0 17 32 41 90 4,22 Sangat


Skala Kuisioner Skor Sko Persenta
No
Pernyataan ST T aktu r se
. N S SS
S S al idea Skor

pajak dapat l aktual

mempermudah
0, 18, 35, 45,
wajib pajak untuk % 0,0 100 Baik
0 9 6 6
membayar tepat

waktu

Wajib pajak f 0 0 13 33 44 90

bersedia

membayar Sangat
9 0, 14, 36, 48, 4,30
kewajiban pajak % 0,0 100 Baik
0 4 7 9
serta tunggakan

pajaknya

Sangat
Skor Rata-rata Variabel 4,31
Baik

Sumber: Hasil Olah Peneliti, 2022

Berdasarkan tabel 4.7 tanggapan responden yang diperoleh dari 9

pernyataan di atas mengenai kepatuhan wajib pajak, dapat diketahui bahwa rata-

rata skor paling tinggi yakni sebesar 4,42 dan termasuk dalam kategori sangat

baik, yakni pertanyaan “Teknologi informasi mempermudah pelaporan SPT

sehingga mendorong wajib pajak untuk melapor sebelum batas waktu berakhir”,

dan rata-rata skor paling rendah yakni sebesar 4,21 dan termasuk dalam kategori
sangat baik, yakni pertanyaan “Wajib pajak mendaftarkan diri sebagai wajib pajak

secara sukarela ke Kantor Pelayanan Pajak”. Sedangkan diperoleh rata-rata dari

variabel kepatuhan wajib pajak yakni sebesar 4,31 dan termasuk dalam kategori

sangat baik. Hasil ini mengindikasikan bahwa mayoritas responden menunjukkan

memiliki kepatuhan wajib pajak yang sangat baik di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Kota Cimahi.

4.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

4.6.1 Hasil Uji Validitas

Uji Validitas dilakukan untuk menguji apakah pernyataan dalam kuesioner

dapat dijadikan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan

suatu instrumen. Valid yang berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur. Kriteria yang digunakan pada penelitian

ini adalah apabila hasil dari nilai r-hitung > r-tabel maka valid. Hasil uji validitas

data dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Instrumen

Ite rhitung Keterang


rtabel
m X1 X2 X3 X4 X5 Y an

0,64 0,74 0,43 0,52 0,72 0,63 0,20


1 Valid
5 4 0 7 0 3 7

0,71 0,66 0,59 0,52 0,73 0,76 0,20


2 Valid
5 7 9 7 0 2 7

3 0,68 0,59 0,62 - 0,64 0,83 0,20 Valid


3 8 1 6 0 7

0,73 0,46 0,77 0,20


4 - - Valid
2 3 - 1 7

0,62 0,20
5 - - - - - Valid
2 7

0,73 0,20
6 - - - - - Valid
2 7

0,50 0,20
7 - - - - - Valid
5 7

0,52 0,20
8 - - - - - Valid
3 7

0,55 0,20
9 - - - - - Valid
3 7

Sumber: Data diolah dengan SPSS 26,0, 2022

Dari tabel 4.8 di atas, diperoleh data yang menyatakan bahwa seluruh

pernyataan valid, karena nilai korelasi (r-hitung) di atas nilai r-tabel sebesar 0,080

yang di peroleh dari corrected item-total correlation dengan level of significant

5% dan df=n-2 dengan n sebanyak 90 responden. Nilai korelasi berkisar 0,430

sampai 0,830 lebih besar dari nilai rtabel sebesar 0,207, sehingga seluruh

pernyataan pada penelitian ini dapat dikatakan valid dan data dapat digunakan

dalam penelitian ini. Pada variabel keandalan terdapat 4 item yang valid, variabel

daya tanggap terdapat 4 item yang valid, variabel jaminan terdapat 3 item yang

valid, variabel empati terdapat 2 item yang dinyatakan valid, variabel bukti fisik
terdapat 3 item yang dinyatakan valid, dan kepatuhan wajib pajak terdapat 9 item

yang dinyatakan valid.

4.6.2 Hasil Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas digunakan untuk menguji apakah suatu instrumen dalam

penelitian dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data serta

untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten. Uji Reiabilitas

digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat ukur yang

digunakan tetap konsisten dan dapat diandalkan jika pengukuran tersebut diulang.

Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap

pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Tabel 4.9

Uji Reliabilitas

Variabel Koefisien Reliabilitas Nilai Kritis Keterangan

Keandalan 0,851 0,600 Reliabel

Daya Tanggap 0,795 0,600 Reliabel

Jaminan 0,724 0,600 Reliabel

Empati 0,689 0,600 Reliabel

Bukti Fisik 0,833 0,600 Reliabel

Kepatuhan Wajib
0,895 0,600 Reliabel
Pajak

Sumber: Data diolah dengan SPSS 26,0, 2022

Hasil dari tabel 4.9 di atas memperlihatkan Cronbach’s Alpha masing-

masing bernilai 0,851, 0,795, 0,724, 0,689, 0,833, dan 0,895. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,600, berarti semua

pernyataan yang berhubungan dengan variabel-variabel keandalan, daya tanggap,

jaminan, empaty, bukti fisik, dan kepatuhan wajib pajak dinyatakan reliabel.

Adapun berikut ini adalah hubungan antara validasi dengan reabilitas.

Grafik Korealasi Validasi vs Reabilitas


1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Series1 Series8 Series15

4.6.3 Hasil Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pembentukan model regresi, sebelumnya dilakukan

pengujian asumsi terlebih dahulu supaya model yang terbentuk memberikan

estimasi yang BLUE (best linear unbiased estimator). Pengujian asumsi ini terdiri

atas tiga pengujian, yakni uji normalitas, uji heteroskedastisitas dan uji

multikolinearitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui penyebaran data yang

dianalisis. Uji normalitas ini dimaksudkan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi yang normal.

Dalam penelitian ini, uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji one

sample kolmogrov-smirnov test, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan


SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) 26.0 for windows. Output uji

normalitas ini dapat dilihat sebagai berikut:

 Asymp. Sig > 0,05, maka data berdistribusi normal

 Asymp. Sig < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal

Berdasarkan hasil pengujian normalitas dalam penelitian ini dapat terlihat

pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.10

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 90

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 2.50052375

Most Extreme Absolute .056

Differences Positive .053

Negative -.056

Test Statistic .056

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.


c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Sumber: Data diolah dengan SPSS 26,0, 2022

Berdasarkan tabel 4.10 hasil Kolmogorov-Smirnov Test menunjukan nilai

probabilitas tidak signifikan pada 0,05 (0,200 > 0,05) maka hipotesis nol diterima

yang berarti data residual terdistribusi normal.

2. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah keadaan dimana pada model regresi ditemukan

adanya korelasi yang sempurna atau mendekati sempurna antar variabel

independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam

model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya, yaitu variance

inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas

manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Dalam pengertian

sederhana setiap variabel bebas menjadi variabel terikat dan diregres terhadap

variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang

terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai

tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF =

1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cut-off yang

umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF di atas 10.

Berikut ini hasil output uji multikolinearitas:

Tabel 4.11

Hasil Uji Multikolinearitas


Coefficientsa

Collinearity Statistics

Model Tolerance VIF

1 Keandalan .351 2.852

Daya Tanggap .306 3.268

Jaminan .325 3.078

Empati .304 3.290

Bukti Fisik .398 2.510

a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak

Sumber: Data diolah dengan SPSS 26,0, 2022

Berdasarkan tabel 4.11 hasil di atas menunjukkan bahwa nilai VIF

masing-masing variabel bebas jauh di bawah 10, yakni keandalan = 2,852, daya

tanggap = 3,268, jaminan = 3,078, empati = 3,290, dan bukti fisik = 2,510. Nilai

tolerance berada di atas 0,10, yaitu variabel keandalan = 0,351, daya tanggap =

0,306, jaminan = 0,325, empati = 0,304, dan bukti fisik = 0,398. Maka dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas antar variabel bebas dalam

model regresi.

3. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah

model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke

pengamatan lain. Berikut disajikan data hasil uji heteroskedastisitas metode uji
Scatter Plot dengan menggunakan bantuan aplikasi program SPSS 26.0 for

Windows:

Gambar 4.2

Scatterplot Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan grafik hasil penelitian di atas terlihat bahwa distribusi data

tidak membentuk pola-pola tertentu, serta tersebar di atas dan di bawah angka 0

pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi ini tidak terdapat

gejala heteroskedastisitas. Dengan kata lain, model regresi telah memenuhi asumsi

homoskedastisitas.

4.7 Pengujian Hipotesis

Persamaan regresi linear yang akan dibentuk sesuai dengan bab

sebelumnya, dimana pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai persamaan regresi

linear berganda, uji hipotesis (uji t dan uji f) dan koefisien determinasi.

4.7.1 Hasil Regresi


Hasil output pengolahan data untuk model regresi linear berganda adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.12

Hasil Regresi Linear Bergada

Coefficientsa

Unstandardized Standardized

Coefficients Coefficients t Sig.

Model B Std. Error Beta

1 (Constant) 3.467 2.497 1.389 .169

Keandalan .406 .202 .188 2.007 .048

Daya Tanggap .502 .244 .207 2.061 .042

Jaminan .586 .280 .204 2.094 .039

Empati .767 .376 .206 2.043 .044

Bukti Fisik .435 .216 .177 2.014 .047

a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak

Sumber: Data diolah dengan SPSS 26,0, 2022

Berdasarkan hasil di atas, maka diperoleh data persamaan regresi linear

berganda sebagai berkikut:

Y = a + β1X1 + β2 X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5

Y =3,467+ 0,406X1 + 0,502X2 + 0,586X3 + 0,767X4 + 0,435X5

Dari persamaan regresi di atas maka dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Konstanta (a)
Nilai konstanta (a) sebesar 3,467 artinya apabila variabel independent dalam

penelitian ini yaitu keandalan, daya tanggap, jaminan, empati, dan bukti fisik

bernilai 0, maka diperoleh kepatuhan wajib pajak (Y) sebesar 3,467.

2) Nilai koefisien regresi variabel keandalan diperoleh sebesar 0,406 nilai X1

yang positif menunjukan adanya hubungan yang searah antara variabel

kepatuhan wajib pajak dengan keandalan, yang artinya jika keandalan

mengalami kenaikan sebesar 1 satuan maka kepatuhan wajib pajak akan

meningkat sebesar 0,406 dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya

tetap.

3) Nilai koefisien regresi variabel daya tanggap sebesar 0,502 nilai X2 yang

positif menunjukan adanya hubungan yang searah antara variabel kepatuhan

wajib pajak dengan daya tanggap, yang artinya jika daya tanggap mengalami

kenaikan sebesar 1 satuan maka kepatuhan wajib pajak akan meningkat

sebesar 0,502 dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya tetap.

4) Nilai koefisien regresi variabel jaminan sebesar 0,586 nilai X3 yang positif

menunjukan adanya hubungan yang searah antara variabel kepatuhan wajib

pajak dengan jaminan, yang artinya jika jaminan mengalami kenaikan sebesar

1 satuan maka kepatuhan wajib pajak akan meningkat sebesar 0,586 dengan

asumsi bahwa variabel independen lainnya tetap.

5) Nilai koefisien regresi variabel empati diperoleh sebesar 0,767 nilai X4 yang

positif menunjukan adanya hubungan yang searah antara variabel kepatuhan

wajib pajak dengan empati, yang artinya jika empati mengalami kenaikan
sebesar 1 satuan maka kepatuhan wajib pajak akan meningkat sebesar 0,767

dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya tetap.

6) Nilai koefisien regresi variabel bukti fisik sebesar 0,435 nilai X5 yang positif

menunjukan adanya hubungan yang searah antara variabel kepatuhan wajib

pajak dengan bukti fisik, yang artinya jika bukti fisik mengalami kenaikan

ssebesar 1 satuan maka kepatuhan wajib pajak akan meningkat sebesar 0,435

dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya tetap.

4.7.2 Uji Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel

independen yang digunakan dalam penelitian ini terhadap variabel dependen.

Dengan tingkat signisikansi pada penelitian ini yaitu 0.05. Dasar pengambilan

keputusan pada uji parsial ini adalah sebagai berikut:

1) Berdasarkan nilai t hitung dan t tabel

 Jika nilai t hitung > nilai t tabel maka variabel independen

berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen.

 Jika nilai t hitung < nilai t tabel maka variabel independen tidak

berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen.

2) Berdasarkan nilai signifikansi pada output SPSS

 Jika nilai signifikan < 0.05 maka variabel independen berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

 Jika nilai signifikan > 0.05 maka variabel independen tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen


Berdasarkan Tabel 4.12 hasil uji pengaruh secara parsial dengan t tabel

sebesar 1,989, pengujian variabel independen dengan variabel dependen adalah

sebagai berikut:

1) Pengaruh Keandalan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Dari perhitungan analisis regresi linear berganda untuk variabel keandalan,

diperoleh nilai thitung sebesar 2,007 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001.

Karena thitung > ttabel (2,007 > 1,989) dan nilai signifikansi < tingkat

signifikan (0,048 < 0,05). maka dapat disimpulkan bahwa keandalan

berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dengan arah

hubungan positif pada tingkat signifikan 0,05 (5%) atau dengan kata lain,

variabel keandalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan

wajib pajak pada taraf keyakinan 95%.

2) Pengaruh Daya Tanggap Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Dari perhitungan analisis regresi linear untuk variabel daya tanggap,

diperoleh nilai thitung sebesar 2,061 dengan signifikansi sebesar 0,042.

Karena thitung > ttabel (2,061 > 1,989) dan nilai signifikansi < tingkat

signifikan (0,042 < 0,05). Maka kesimpulannya adalah daya tanggap

berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dengan arah

hubungan positif pada tingkat signifikan 0,05 (5%) atau dengan kata lain,

variabel daya tanggap berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak pada taraf keyakinan 95%.

3) Pengaruh Jaminan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak


Dari perhitungan analisis regresi linear untuk variabel jaminan, diperoleh

nilai thitung sebesar 2,094 dengan signifikansi sebesar 0,039. Karena thitung >

ttabel (2,094 > 1,989) dan nilai signifikansi < tingkat signifikan (0,039 <

0,05). Maka kesimpulannya adalah jaminan berpengaruh signifikan

terhadap kepatuhan wajib pajak dengan arah hubungan yang positif pada

tingkat signifikan 0,05 (5%) atau dengan kata lain, variabel jaminan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada

taraf keyakinan 95%.

4) Pengaruh Empati Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Dari perhitungan analisis regresi linear berganda untuk variabel empati,

diperoleh nilai thitung sebesar 2,043 dengan nilai signifikansi sebesar 0,044.

Karena thitung > ttabel (2,043 > 1,989) dan nilai signifikansi < tingkat

signifikan (0,044 < 0,05). maka dapat disimpulkan bahwa empati

berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dengan arah

hubungan positif pada tingkat signifikan 0,05 (5%) atau dengan kata lain,

variabel empati berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan

wajib pajak pada taraf keyakinan 95%.

5) Pengaruh Bukti Fisik Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Dari perhitungan analisis regresi linear untuk variabel bukti fisik,

diperoleh nilai thitung sebesar 2,014 dengan signifikansi sebesar 0,047.

Karena thitung > ttabel (2,014 > 1,989) dan nilai signifikansi < tingkat

signifikan (0,047 < 0,05). Maka kesimpulannya adalah bukti fisik


berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dengan arah

hubungan yang positif pada tingkat signifikan 0,05 (5%) atau dengan kata

lain, variabel bukti fisik berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak pada taraf keyakinan 95%.

4.7.3 Uji Simultan (Uji F)

Uji F atau koefisien regresi secara bersama-sama digunakan untuk

mengetahui apakah bersama-sama variabel independen (Keandalan, Daya

Tanggap, Jaminan, Empati, dan Bukti Fisik) secara simultan berpengaruh

terhadap variabel dependen (Kepatuhan Wajib Pajak). Pengujian ini dilakukan

dengan melihat signifikansi (F hitung). Apabila signifikansi (F hitung) lebih kecil

dari tingkat signifikan (alpha) 0,05 maka variabel indepnden berpengaruh secara

simultan terhadap variabel dependen. Sebaliknya apabila signifikansi (F hitung)

lebih besar dari tingkat signifikan 0,05 maka variabel independen tidak

berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Berikut ini output uji

simultan F:

Tabel 4.13

Hasil Uji Simultan (Uji F)

ANOVAa

Sum of Mean

Model Squares df Square F Sig.

1 Regression 1588.639 5 317.728 47.960 .000b

Residual 556.483 84 6.625


Total 2145.122 89

a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak

b. Predictors: (Constant), Bukti Fisik, Daya Tanggap,

Keandalan, Jaminan, Empati

Sumber: Data diolah dengan SPSS 26,0, 2022

Berdasarkan tabel 4.13 hasil uji simultan dengan Ftabel sebesar 2,323

diperoleh nilai Fhitung sebesar 47,960 dan nilai Prob (F-Statistic) sebesar 0,000.

Karena nilai Fhitung > Ftabel (47,960 > 2,323) dan nilai signifikansi < tingkat

signifikan (0,000 < 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa keandalan, daya

tanggap, jaminan, empati, dan bukti fisik secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap kepatuhan wajib pajak.

4.7.4 R-Square (Koefisien Determinasi)

Koefisien determinasi menjelaskan variasi pengaruh variabel-variabel

independen terhadap dependennya, atau dapat pula dikatakan sebagai proporsi

pengaruh seluruh variabel independen terhadap variabel dependen. Berikut ini

output uji koefisien determinasi:

Tabel 4.14

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of

Model R R Square Square the Estimate


1 .861a .741 .725 2.57387

a. Predictors: (Constant), Bukti Fisik, Daya Tanggap,

Keandalan, Jaminan, Empati

b. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak

Sumber: Data diolah dengan SPSS 26,0, 2022

Dari tabel 4.14 di atas koefisien determinasi dapat dilihat pada R-Square

yaitu sebesar 0,741 atau 74,1% artinya bahwa variabel keandalan, daya tanggap,

jaminan, empati, dan bukti fisik secara simultan mampu memberikan penjelasan

pada variabel kepatuhan wajib pajak sebesar 74,1% sedangkan sisanya sebesar

25,9% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hasil

koefisien determinasi sebesar 74,1% artinya tingkat hubungan keandalan, daya

tanggap, jaminan, empati, dan bukti fisik terhadap kepatuhan wajib pajak kuat.

4.8 Pembahasan

1) Pengaruh Keandalan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Dari hasil penelitian ini diperoleh signifikan keandalan berdasarkan uji t

diperoleh sebesar 0,001. Karena thitung > ttabel (2,007 > 1,989) dan nilai

signifikansi < tingkat signifikan (0,048 < 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa

keandalan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dengan arah

hubungan positif pada tingkat signifikan 0,05 (5%) atau dengan kata lain,

variabel keandalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib

pajak pada taraf keyakinan 95%.


Nilai koefisien determinasi sederhana (R²) sebesar 0,741 atau 74,1% artinya

bahwa variabel keandalan, daya tanggap, jaminan, empati, dan bukti fisik secara

simultan mampu memberikan penjelasan pada variabel kepatuhan wajib pajak

sebesar 74,1% sedangkan sisanya sebesar 25,9% dijelaskan oleh faktor lain yang

tidak diteliti dalam penelitian ini. Hasil koefisien determinasi sebesar 74,1%

artinya tingkat hubungan keandalan, daya tanggap, jaminan, empati, dan bukti

fisik terhadap kepatuhan wajib pajak kuat.

Nilai konstan sebesar 0,406 nilai X1 yang positif menunjukan adanya

hubungan yang searah antara variabel kepatuhan wajib pajak dengan keandalan,

yang artinya jika keandalan mengalami kenaikan sebesar 1 satuan maka

kepatuhan wajib pajak akan meningkat sebesar 0,406 dengan asumsi bahwa

variabel independen lainnya tetap.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Parasuraman et

al (1988) dalam Yeyen Rumi Nuroctaviani (2012) yang menunjukkan bahwa

kualitas pelayanan pajak (keandalan) berpengaruh secara signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak. Kemampuan keandalan untuk memberikan jasa seperti

yang dijanjikan dengan akurat dan terpercaya sesuai yang diharapkan pelanggan

yang tercermin dari ketepatan waktu, layanan yang sama untuk semua orang dan

tanpa kesalahan.

2) Pengaruh Daya Tanggap Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Dari hasil penelitian ini diperoleh signifikan daya tanggap berdasarkan uji t

diperoleh sebesar 0,042. Karena thitung > ttabel (2,061 > 1,989) dan nilai signifikansi

< tingkat signifikan (0,042 < 0,05). Maka kesimpulannya adalah daya tanggap
berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dengan arah hubungan

positif pada tingkat signifikan 0,05 (5%) atau dengan kata lain, variabel daya

tanggap berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada

taraf keyakinan 95%.

Nilai koefisien determinasi sederhana (R²) sebesar 0,741 atau 74,1% artinya

bahwa variabel keandalan, daya tanggap, jaminan, empati, dan bukti fisik secara

simultan mampu memberikan penjelasan pada variabel kepatuhan wajib pajak

sebesar 74,1% sedangkan sisanya sebesar 25,9% dijelaskan oleh faktor lain yang

tidak diteliti dalam penelitian ini. Hasil koefisien determinasi sebesar 74,1%

artinya tingkat hubungan keandalan, daya tanggap, jaminan, empati, dan bukti

fisik terhadap kepatuhan wajib pajak kuat.

Nilai konstan sebesar 0,502 nilai X2 yang positif menunjukan adanya

hubungan yang searah antara variabel kepatuhan wajib pajak dengan daya

tanggap, yang artinya jika daya tanggap mengalami kenaikan sebesar 1 satuan

maka kepatuhan wajib pajak akan meningkat sebesar 0,502 dengan asumsi

bahwa variabel independen lainnya tetap.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh

Parasuraman et al (1988) dalam Yeyen Rumi Nuroctaviani (2012) yang

menunjukkan bahwa daya tanggap berpengaruh secara signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak. adalah kemampuan untuk membantu dan memberikan

pelayanan yang sebaik mungkin kepada pengguna. Dimensi ini menekankan pada

perhatian, kecepatan, dan ketepatan dalam menghadapi permintaan, pertanyaan,

complaindan masalah dari pengguna layanan. Daya tanggap dikomunikasikan


pada konsumen melalui waktu tunggu untuk dilayani, jawaban dari pertanyaan

yang mereka ajukan atau perhatian mereka terhadap masalah-masalah yang ada,

juga meliputi fleksibilitas dan kemampuan untuk melayani kebutuhan pelanggan.

3) Pengaruh Jaminan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Dari hasil penelitian ini diperoleh signifikan Jaminan berdasarkan uji t

diperoleh sebesar 0,039. Karena thitung > ttabel (2,094 > 1,989) dan nilai signifikansi

< tingkat signifikan (0,039 < 0,05). Maka kesimpulannya adalah jaminan

berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dengan arah hubungan

yang positif pada tingkat signifikan 0,05 (5%) atau dengan kata lain, variabel

jaminan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada

taraf keyakinan 95%.

Nilai koefisien determinasi sederhana (R²) sebesar 0,741 atau 74,1% artinya

bahwa variabel keandalan, daya tanggap, jaminan, empati, dan bukti fisik secara

simultan mampu memberikan penjelasan pada variabel kepatuhan wajib pajak

sebesar 74,1% sedangkan sisanya sebesar 25,9% dijelaskan oleh faktor lain yang

tidak diteliti dalam penelitian ini. Hasil koefisien determinasi sebesar 74,1%

artinya tingkat hubungan keandalan, daya tanggap, jaminan, empati, dan bukti

fisik terhadap kepatuhan wajib pajak kuat.

Nilai konstan sebesar 0,586 nilai X3 yang positif menunjukan adanya

hubungan yang searah antara variabel kepatuhan wajib pajak dengan jaminan,

yang artinya jika jaminan mengalami kenaikan sebesar 1 satuan maka kepatuhan

wajib pajak akan meningkat sebesar 0,586 dengan asumsi bahwa variabel

independen lainnya tetap.


Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh

Parasuraman et al (1988) dalam Yeyen Rumi Nuroctaviani (2012) yang

menunjukkan bahwa jaminan berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan

wajib pajak. Pengetahuan karyawan dan kesopanan/keramahannya, kemampuan

perusahaan serta karyawannya untuk menumbuhkan rasa percaya pelanggan

kepada perusahaan, yang mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan

sifat dapatdipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya risiko atau keragu-

raguan.

4) Pengaruh Empati Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Dari hasil penelitian ini diperoleh signifikan empati berdasarkan uji t

diperoleh sebesar 0,044. Karena thitung > ttabel (2,043 > 1,989) dan nilai signifikansi

< tingkat signifikan (0,044 < 0,05). maka dapat disimpulkan bahwa empati

berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dengan arah hubungan

positif pada tingkat signifikan 0,05 (5%) atau dengan kata lain, variabel empati

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada taraf

keyakinan 95%.

Nilai koefisien determinasi sederhana (R²) sebesar 0,741 atau 74,1% artinya

bahwa variabel keandalan, daya tanggap, jaminan, empati, dan bukti fisik secara

simultan mampu memberikan penjelasan pada variabel kepatuhan wajib pajak

sebesar 74,1% sedangkan sisanya sebesar 25,9% dijelaskan oleh faktor lain yang

tidak diteliti dalam penelitian ini. Hasil koefisien determinasi sebesar 74,1%
artinya tingkat hubungan keandalan, daya tanggap, jaminan, empati, dan bukti

fisik terhadap kepatuhan wajib pajak kuat.

Nilai konstan sebesar 0,767 nilai X4 yang positif menunjukan adanya

hubungan yang searah antara variabel kepatuhan wajib pajak dengan empati, yang

artinya jika empati mengalami kenaikan sebesar 1 satuan maka kepatuhan wajib

pajak akan meningkat sebesar 0,767 dengan asumsi bahwa variabel independen

lainnya tetap.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh

Parasuraman et al (1988) dalam Yeyen Rumi Nuroctaviani (2012) yang

menunjukkan bahwa empati berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan

wajib pajak. Perhatian tulus, caring(kepedulian), yang diberikan kepada

pelanggan yang meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi

yang baik,perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan pelanggan.Pelanggan

ingin perusahaan memahami mereka dan sangat penting bagi perusahaan mereka.

5) Pengaruh Bukti Fisik Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Dari hasil penelitian ini diperoleh signifikan bukti fisik berdasarkan uji t

diperoleh sebesar 0,047. Karena thitung > ttabel (2,014 > 1,989) dan nilai signifikansi

< tingkat signifikan (0,047 < 0,05). Maka kesimpulannya adalah bukti fisik

berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dengan arah hubungan

yang positif pada tingkat signifikan 0,05 (5%) atau dengan kata lain, variabel

bukti fisik berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak

pada taraf keyakinan 95%.


Nilai koefisien determinasi sederhana (R²) sebesar 0,741 atau 74,1% artinya

bahwa variabel keandalan, daya tanggap, jaminan, empati, dan bukti fisik secara

simultan mampu memberikan penjelasan pada variabel kepatuhan wajib pajak

sebesar 74,1% sedangkan sisanya sebesar 25,9% dijelaskan oleh faktor lain yang

tidak diteliti dalam penelitian ini. Hasil koefisien determinasi sebesar 74,1%

artinya tingkat hubungan keandalan, daya tanggap, jaminan, empati, dan bukti

fisik terhadap kepatuhan wajib pajak kuat.

Nilai konstan sebesar sebesar 0,435 nilai X5 yang positif menunjukan adanya

hubungan yang searah antara variabel kepatuhan wajib pajak dengan bukti fisik,

yang artinya jika bukti fisik mengalami kenaikan ssebesar 1 satuan maka

kepatuhan wajib pajak akan meningkat sebesar 0,435 dengan asumsi bahwa

variabel independen lainnya tetap.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh Parasuraman

et al (1988) dalam Yeyen Rumi Nuroctaviani (2012) yang menunjukkan bahwa

bukti fisik berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Bukti

langsung, didefinisikan sebagai penampilan fasilitas fisik, peralatan, personal,

danalat komunikasi. Semua peralatan tersebut mewakili pelayanan secara fisik

atau memberikan image pelayanan yang akan digunakan oleh penguna untuk

mengevaluasi kualitas.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti

yang tersaji pada Bab V mengenai “Pengaruh Kualitas Pelayanan Perpajakan

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota

Cimahi”, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis variabel keandalan memiliki

pengaruh yang positif serta signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak

di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Cimahi. Hasil ini

mengindikasikan bahwa semakin baik keandalan maka semakin baik

pula kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota

Cimahi.

2. Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis variabel daya tanggap

memiliki pengaruh yang positif serta signifikan terhadap kepatuhan

wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Cimahi. Hasil

ini mengindikasikan bahwa semakin baik daya tanggap maka semakin

baik pula kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Kota Cimahi.

3. Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis variabel jaminan memiliki

pengaruh yang positif serta signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak

di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Cimahi. Hasil ini

mengindikasikan bahwa semakin baik jaminan maka semakin baik

41
42

pula kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota

Cimahi.

4. Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis variabel empati memiliki

pengaruh yang positif serta signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak

di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Cimahi. Hasil ini

mengindikasikan bahwa semakin baik empati maka semakin baik pula

kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota

Cimahi.

5. Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis variabel bukti fisik memiliki

pengaruh yang positif serta signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak

di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Cimahi. Hasil ini

mengindikasikan bahwa semakin baik bukti fisik maka semakin baik

pula kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota

Cimahi.

6. Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis secara simultan variabel

kualitas pelayanan (keandalan, daya tanggap, jaminan, empati dan

bukti fisik) memiliki pengaruh yang positif serta signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota

Cimahi. Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin baik kualitas

pelayanan (keandalan, daya tanggap, jaminan, empati dan bukti fisik)

maka semakin baik pula kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Kota Cimahi.

5.2 Saran
43

Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat diusulkan saran yang

diharapkan akan bermanfaat bagi penelitian selanjutnya:

1. Bagi Instansi Pajak

a) Instansi pajak sebagai instansi pemungut pajak dari wajib pajak harus

terus meningkatkan kualitas pelayanan pajak, baik yang berupa

peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) maupun fasilitas lainnya,

sehingga dapat mendorong wajib pajak untuk patuh dalam

melaksanakan kewajiban perpajakannya.

b) Meningkatnya kualitas pelayanan yang ada di KPP Pratama Cimahi

khususnya bagi pihak wajib pajak akan merasa puas atas pelayanan

yang diberikan aparat pajak juga dapat menyebabkan wajib pajak patuh

dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

c) KPP Pratama Cimahi Mengenai penerapan e-filling seharusnya

memiliki inisiatif untuk memberikan informasi dengan cara sosialisasi

langsung kepada wajib pajak tentang penerapan e-filling karena wajib

pajak orang pribadi masih banyak yang belum mengetahui keberadaan

tentang e-filling dan cara penggunaan e-filling.

d) Sanksi perpajakan harus ditingkatkan untuk disosialisasikan dengan

baik kepada wajib pajak agar wajib pajak dapat memahami hal-hal yang

berkaitan dengan pelaksanaan sanksi perpajakan serta penyebab-

penyebab dikenakannya suatu sanksi perpajakan terhadap wajib

pajak.Pemahaman wajib pajak tentang peraturan perpajakan mengenai

tarif pajak dan ketentuan-ketentuan perpajakan yang berlaku di


44

Indonesia dirasa masih kurang, sehingga perlu adanya sosialisasi karena

sebagian masyarakat belum memahami perarturan perpajakan.

e) Biaya kepatuhan wajib pajak mempunyai kontribusi cukup dominan

terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi oleh karena itu

diharapkan pemerintah dapat membuat kebijakan yang memberikan

kemudahan dan keuntungan bagi wajib pajak orang pribadi sehingga

tidak perlu mengeluarkan biaya kepatuhan yang besar dan kepatuhan

wajib pajak orang pribadi akan meningkat.

2. Bagi Wajib Pajak

Wajib pajak hendaknya dapat lebih meningkatkan kepatuhannya dalam

memenuhi kewajiban pajaknya, meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman terhadap peraturan perpajakan, sehingga wajib pajak dapat

berlaku jujur dalam melaporkan pajaknya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a) Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan kajian di

bidang yang sama dapat menambah variabel independen maupun

dependen yang memiliki kemungkinan pengaruh terhadap hubungan

kualitas pelayanan pajak dan kepatuhan wajib pajak atau dapat

menggunakan variabel-variabel yang tidak digunakan dalam penelitian

ini, sehingga dapat ditemukan variabel baru yang akan meningkatkan

kepatuhan wajib pajak.


45

b) Peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah sampel

sehingga penelitian dapat digeneralisasikan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai