Anda di halaman 1dari 6

NAMA : IVANA CAROLYN GULTOM

NIM : 190301180

KELAS :Manajemen Agribisnis Ilmu Tanah 2018

EFEKTIFKAH KENAIKAN HARGA KELAPA SAWIT DI MATA PETANI MAUPUN RAKYAT BIASA

Pendahuluan
Indonesia adalah negara dengan kepulauan terbesar di dunia yaitu 17.508 pulau yang
dihuni lebih dari 360 suku bangsa. Hal ini membuat Indonesia kaya akan keragaman budaya
dan tradisi serta memiliki pemandangan alam yang sangat indah dan juga kekayaan alam yang
berlimpah. Terletak di garis khatulistiwa membuatnya cenderung mendapatkan sinar matahari
sepanjang tahun dengan melimpah. Hal ini lah yang membuat Indonesia memiliki iklim
tropis dengan suhu cenderung normal. Dengan iklim tropis atau suhu hangat membuat
Indonesia menjadi salah satu negara dengan sejuta hasil bumi yang melimpah ruah salah
satunya pada bidang pertanian yaitu kelapa sawit.
Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) bukan lah tanaman asli negara Indonesia. Kelapa
sawit (Elaeis guinensis Jack) merupakan tumbuhan tropis yang diperkirakan berasal dari
Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan di hutan belantara negara tersebut.
Kelapa sawit diperkenalkan ke Indonesia pada 1848. Saat itu, di Kebun Raya Bogor
kedatangan empat bibit berasal dari Bourbon atau Mauritius dan Amsterdam. Selanjutnya,
pada 1858, Sekretaris Kantor Kolonial Belanda di Hindia Belanda mengajak Pemerintah
Negara Belanda untuk menanam kelapa sawit di Indonesia.
Sebanyak 146 lot benih kelapa sawit didistribusikan ke Jawa dan Madura, Sumatra,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara. Distribusi kelapa sawit pun semakin
meluas dan menjangkau ke beberapa daerah. Di Jawa tepatnya di Banyumas dan Palembang,
mulai dibangun lahan untuk penanaman kelapa sawit. Penelitian pun dilakukan dan ternyata
tanaman ini tumbuh subur di wilayah Indonesia. Akhirnya pada 1864, penanaman kelapa
sawit mulai merambah ke sejumlah daerah yang lebih luas.
Kelapa sawit Indonesia telah berkembang menjadi bagian yang paling penting di
dunia. Dalam hal produksi minyak sawit, Indonesia saat ini menjadi nomor satu dan telah
mengalahkan Malaysia. Dari 64 juta ton produksi sawit dunia, Indonesia menyumbang lebih
dari setengahnya yaitu 35 juta ton. Indonesia menyumbang 54 persen dari produksi minyak
sawit dunia.
Industri kelapa sawit telah berkontribusi untuk mengentaskan kemiskinan dan
penciptaan lapangan kerja bagi sekitar 16 juta pekerja. Sehingga industri sawit merupakan
sektor strategis yang perlu dikawal oleh seluruh komponen masyarakat Indonesia saat ini.
Saat banyak sektor ekonomi terdampak akibat pandemi Covid-19 industri sawit menjadi satu
dari sedikit industri nasional yang tidak terkena dampak pandemi Covid-19.
Data Gapki (2020) menyatakan bahwa ekspor minyak kelapa sawit Indonesia
mencapai 34 juta ton. Produk olahan CPO sebesar 21,10 juta ton merupakan sumber ekspor
terbesar diikuti CPO sebesar 7,17 juta ton, dan oleokimia sebesar 3,87 juta ton. Periode awal
2021, ekspor minyak kelapa sawit Indonesia tercatat sebesar 13,75 juta ton dengan produk
olahan CPO berkontribusi dengan capaian sebesar 10,16 juta ton, produk oleokimia sebesar
1,66 juta ton, dan CPO sebesar 1,33 juta ton. Pada bulan juli, ekspor minyak sawit mengalami
kenaikan 716 ribu ton menjadi 2,74 juta ton dengan kenaikan ekspor terbesar pada olahan
CPO sebanyak 548 ribu ton menjadi 2,11 juta ton, minyak sawit mentah (CPO) mengalami
kenaikan dari 104 ribu ton menjadi 151 ribu ton.
Saat ini kelapa sawit sudah dapat untuk banyak produk tidak hanya sebagai minyak
goreng. Kelapa sawit sudah diolah sebagai campuran bahan bakar; pembuatan berbagai
makanan seperti mentega, selai biscuit dan produk makanan lainnya; pembuatan kosmetik
seperti lotion, sabun sampo; bahan baku pembuatan cat, pakan hewan (ampas buah sawit),
dan masih banyak lagi manfaat sawit lainnya.

Salah satu provinsi penghasil sawit terbesar di Indonesia adalah provinsi Riau.
Berdasarkan data produksi kelapa sawit oleh direktorat Jenderal Perkebunan tercatat bahwa
pada 2021 hasil produksi kelapa sawit riau sebesar 10.270.149 ton. Dimana pada 2021 hasil
produksi sawit di Indonesia ialah 49.710.345, dengan demikian dapat dikatakan riau
menyumbang sebesar 20,65% produksi sawit di Indonesia.

Proses Pengolahan Buah Kelapa Sawit Menjadi CPO


Proses pengolahan industri kelapa sawit sampai menjadi minyak kelapa sawit (CPO)
terdiri dari beberapa tahapan yang dimulai dari jembatan timbang, penyortiran buah sawit,
prosen perebusan buah sawit (sterilizer), proses penebah (Threser Process), digester, press,
prosses pemurnian minyak (Clarification Station) dimana hasil CPO akan masuk ke stasiun
klarifiksi.
Di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit, jembatan timbang yang dipakai menggunakan
sistem komputer untuk mengukur berat (tonase) semua Truk Pengangkut Tandan Buah Sawit
(TBS) baik dari Perkebunan Sawit Swasta, perkebunan rakyat (plasma) dan perkebunan
pemerintah (PTPN). Jembatan Timbang adalah salahsatu tahapan awal dalam proses
pembuatan kelapa sawit menjadi CPO.
Buah kelapa sawit yang masuk ke Pabrik Kelapa Sawit, kualitas & kematangannya
harus diperiksa dengan baik. Proses pemeriksaan buah sawit ini sering disebut sortir buah.
Jenis buah yang masuk ke Pabrik Sawit pada umumnya jenis Tenera atau jenis Dura. Kriteria
matang panen merupakan faktor yang sangat penting dalam pemeriksaan kualitas buah sawit
di stasiun penerimaan buah.
Lori buah yang telah diisi Tandan Buah Segar dimasukan ke dalam sterilizer dengan
memakai capstan. Tujuan perebusan : Mengurangi peningkatan asam lemak bebas
(ALB/FFA), Mempermudah proses pelepasam buah sawit pada thresher, Menurunkan kadar
air buah sawit, Melunakkan daging buah sawit, sehingga daging buah sawit mudah lepas dari
biji (nut) (Sugiarto et al., 2020).
Threser (Bantingan) Fungsi dari Thresing adalah untuk melepaskan buah sawit dari
janjangannya (tandan sawit) dengan cara mengangkat dan membantingnya serta mendorong
janjang kosong (tandan kosong sawit) ke empty bunch conveyor (konveyor tandan kosong
sawit) (Sugiarto et al., 2020).
Di dalam digester tersebut buah atau berondolan yang sudah terisi penuh, akan diputar
atau diaduk dengan menggunakan pisau pengaduk (stirring arm) yang terpasang pada bagian
poros II, sedangkan pisau bagian dasar sebagai pelempar atau mengeluarkan buah sawit dari
digester ke screw press. Fungsi dari Mesin Screw Press dalam proses produksi kelapa sawit
adalah untuk memeras berondolan buah sawit yang telah dicincang, dilumat di digester untuk
mendapatkan minyak kasar (Sugiarto et al., 2020).
a. Sand Trap Tank ( Tangki Pemisah Pasir), Setelah melewati proses Screw Press
(masih banyak proses produksi di pabrik kelapa sawit yang akan dijelaskan dalam artikel lain)
maka didapatlah minyak kasar / Crude Oil dan ampas press yang terdiri dari fiber. Kemudian
Crude Palm Oil masuk ke stasiun klarifikasi dimana proses pengolahannya sebagai berikut :
Setelah di press (salah satu proses pabrik sawit) maka Crude Palm Oil yang
mengandung air, minyak, lumpur masuk ke Sand Trap Tank. Fungsi dari Sand Trap Tank
adalah untuk menampung pasir/manangkap pasir yang ada. Temperatur pada sand trap
mencapai 95°C.
b. Vibro Separator/Vibrating Screen(Ayakan Getar) Fungsi dari Vibro Separator
adalah untuk menyaring Crude Oil dari serabut – serabut (fiber) yang dapat mengganggu
proses pemisahan minyak. Sistem kerja mesin penyaringan itu sendiri dengan sistem getaran –
getaran (simetris) , dan pada Vibro kontrol perlu penyetelan pada bantul yang di ikat pada
elektromotor supaya Getaran berkurang dan pemisahan lebih efektif.
c. Continuous Settling Tank (CST)/Vertical Clarifier Tank (VCT) Fungsi dari
Continuous Settling Tank (CST atau sering disebut juga Clarification Settling Tank) adalah
untuk memisahkan minyak, air dan kotoran (Non Oily Solid / NOS) secara gravitasi. Dimana
minyak dengan berat jenis yang lebih kecil dari 1 akan berada pada lapisan atas dan air
dengan berat jenis = 1 akan berada pada lapisan tengah sedangkan Non Oily Solid (NOS )
dengan berat jenis lebih besar dari 1 akan berada pada lapisan bawah.
d. Oil Tank Fungsi dari Oil Tank adalah sebagai tempat sementara Oil sebelum diolah
oleh Purifier. Proses Pemanasan dilakukan dengan menggunakan Steam Coil (koil pemanas)
untuk mendapatkan temperatur yang diinginkan yakni 95° C. Kapasitas Oil Tank bermacam
macam tergantung kapasitas PKS.
e. Oil Purifier (Pemurni Minyak) Fungsi dari Oil Purifier (pemurni minyak) adalah
untuk mengurangi kadar air dalam minyak sawit dengan prinsip kerja sentrifugal. Pada saat
alat ini dilakukan proses diperlukan temperatur suhu sekitar 95°C.
f. Vacuum Dryer Fungsi dari Vacuum Dryer dalam proses produksi kelapa sawit
menjadi cpo adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak produksi. Cara kerjanya
sendiri adalah minyak disimpan dalam bejana melalui nozzle/ Nozel. Suatu jalur re-sirkulasi
dihubungkan dengan suatu pengapung didalam bejana supaya jikalau ketinggian permukaan
minyak menurun pengapung akan membuka dan men-sirkulasi minyak kedalam bejana
(Sugiarto et al., 2020).

Produksi Minyak Sawit Indonesia


Minyak sawit merupakan minyak yang paling banyak dikonsumsi dan diproduksi di
dunia. Minyak sawit termasuk minyak yang murah, mudah diproduksi dan sangat stabil ini
digunakan untuk berbagai variasi makanan, kosmetik, produk kebersihan, dan juga bisa
digunakan sebagai sumber biofuel atau biodiesel. Kebanyakan minyak sawit diproduksi di
Asia, Afrika dan Amerika Selatan karena pohon kelapa sawit membutuhkan suhu hangat,
sinar matahari, dan curah hujan tinggi untuk memaksimalkan produksinya.
Industri perkebunan dan pengolahan sawit adalah industri kunci bagi perekonomian
Indonesia: ekspor minyak kelapa sawit adalah penghasil devisa yang penting dan industri ini
memberikan kesempatan kerja bagi jutaan orang Indonesia. Dalam hal pertanian, minyak
sawit merupakan industri terpenting di Indonesia yang menyumbang di antara 1,5 - 2,5 persen
terhadap total produk domestik bruto (PDB).
Sampai hari ini, minyak kelapa sawit masih menjadi salah satu komoditas andalan
Indonesia dan penyumbang devisa terbesar. Kontribusi devisa minyak sawit tak kalah dari
batu bara (US$ 18,9 miliar atau setara Rp 265 triliun pada 2018– data BPS). Tiga terbesar
negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia adalah India (6,71 juta ton), Uni Eropa (4,78
juta ton), dan Tiongkok (4,41 juta ton).
Pada tahun 2011 Indoesia mendorong hilirisasi minyak sawit dalam negeri melalui 3
jalur, yaitu jalur hilirisasi industri oleofood, jalur hilirisasi industri oleokimia dan jalur
hilirisasi biofuel. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah dan mengurangi
ketergantungan Indonesia pada pasar CPO dunia. Jalur hilirisasi biofuel juga berfungsi untuk
mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor dan mengurangi emisi dari BBM fosil.
Selain penggunaan minyak sawit mentah dan olahan di dalam negeri, Indonesia juga
mengekspor minyak sawit olahan serta mentah (produk turunan CPO) yang berdampak pada
kenaikan devisa dan menentukan neraca perdagangan khususnya sektor non migas maupun
perekonomian secara keseluruhan. (Sipayung, 2017).
Umumnya hasil CPO ditransfer ke pabrik pengolahan untuk diproses menjadi minyak
nabati (minyak goreng, krim dan margarin), bahan oleokimia (digunakan dalam deterjen dan
pelumas), biodiesel (bahan bakar) dan asam laurat (digunakan dalam kosmetik dan sabun).
Selain CPO, 'cake' yakni Bungkil Inti Sawit (BIS) yang terdiri dari campuran serat
mesocarp dan cangkang yang tertinggal di mesin pemerasan dimasukkan ke alat depericarper,
yang memisahkan serat mesocarp dan biji. Serat mesocarp digunakan sebagai biofuel atau
bahan bakar hayati di boiler pabrik kelapa sawit, yang menghasilkan uap yang menggerakkan
turbin untuk memberi daya pada pabrik.Biji kelapa sawit yang tersisa, juga dikenal sebagai
inti sawit atau kernel, dipecahkan dan dipisahkan cangkangnya. Cangkang diambil untuk
dijual sebagai bahan bakar hayati, sementara kernel mengalami penghancuran lebih lanjut
untuk menghasilkan minyak inti sawit (PKO) dan Palm Kernel Expeller (PKE). Minyak inti
sawit mentah (CPKO) juga mengalami proses pemurnian sebelum digunakan dalam
pembuatan produk makanan seperti krim non-susu dan es krim, sedangkan sisa produksi dari
bungkil inti sawit (PKE) umumnya digunakan untuk membuat pakan ternak.

Biodesel
Semakin meningkatnya konsumsi minyak solar yang berasal dari sumber energi fosil
atau sumber energi yang tak terbarukan, dan semakin terbatasnya cadangan minyak, telah
menyebabkan peningkatan impor minyak solar yang makin meningkat setiap tahunnya. Oleh
karena itu untuk meningkatkan ketahanan energi nasional sebagai salah satu negara tropis
yang memiliki berbagai jenis tanaman, Indonesia perlu memanfaatkan sumber energi
terbarukan biomasa yang ada sebagai pengganti minyak. Disamping itu, semakin
meningkatnya harga minyak mentah dunia ikut mendorong pemanfaatan energi alternatif
sebagai pengganti bahan bakar minyak karena secara ekonomi akan makin layak.
Tingginya harga minyak mentah dunia yang diikuti harga BBM termasuk minyak
solar, mengakibatkan beban pemerintah dalam penyediaan minyak solar dalam negeri
semakin berat. Untuk itu perlu dicari bahan bakar alternatif pengganti minyak solar tersebut.
Biodiesel merupakan pilihan sebagai sumber bahan bakar alternatif pengganti minyak solar
terutama untuk sektor transportasi.
Biodiesel merupakan bahan bakar teroksigenasi (oxigenaled fuel), berbahan baku
minyak nabati atau temak hewani yang diperoleh melalui reaksi esterifikasi asam lemak dan
trans esterifikasi trigliserida. Sebagai bahan bakar nabati, biodiesel dapat dibuat dari bahan
baku minyak kelapa sawit, minyak jarak pagar, dan minyak kedelai. Namun berdasarkan
kuantitas dan pengembangan produksi, pembuatan biodieset dengan bahan baku minyak
ketapasawit lebih potensial karena infrastruktur dan suprastruktunya sudah tersedia di
Indonesia di samping produktivitas biodiesel dari minyak kelapa sawit jauh lebih baik
dibandingkan dengan minyak jarak dan kedelai. Sebagai sumber minyak nabati yang paling
produktif, 1 hektare tanaman kelapa sawit mampu menghasilkan 3,5 ton minyak nabati.
Indonesia mulai mewajibkan campuran 30% bahan bakar hayati dalam bensin pada
Januari yang lalu. Pada Januari yang lalu Indonesia mulai mewajibkan campuran 30% bahan
bakar hayati dalam bensin. Rencana ini diwujudkan untuk meningkatkan jumlah penggunaan
biodisel. Kebijakan ini akan meningkatkan permintaan akan sawit, ekspor pertanian nomor
satu bagi Indonesia. Pemerintah telah mencanangkan program tersebut sebagai cara untuk
menurunkan impor bahan bakar fosil dan emosi gas rumah kaca.
Bulan Juli, Pertamina telah memproduksi biodiesel gelombang pertama yang
sepenuhnya terbuat dari sawit. Dinamakan D100, ini merupakan bagian dari strategi Indonesia
untuk mempromosikan biodisel yang diklaim sebagai bahan bakar ramah lingkungan.

Kampanye Hitam Kelapa Sawit


Terbentuknya RSPO terjadi pada tahun 2004, berawal dari tuntutan pasar konsumen
Eropa yang menginginkan produknya bersumber dari bahan baku yang dalam produksinya
tidak ada unsur pelanggaran HAM serta adanya kritikan dan protes para aktivis internasional
terhadap dampak negatif dari pembangunan perkebunan kelapa sawit secara besar besaran.
Ada pula alasan lain yakni karena adanya sebuah kelompok kerja yang meminta adanya
sebuah kriteria untuk produksi kelapa sawit roundtable (RSPO). Maka dari itu dibentuklah
sebuah standar mengenai kepala sawit yang berkesinambungan yang biasa disebut Principles
& Criteria (P&C) .
“European Parliament:Report on Oil and Deforestation” merupakan resolusi berisikan
anjuran terhadap terhadap negara anggota Uni Eropa yang diterbitkan oleh Parlemen Eropa.
Resolusi tersebut berisikan mengenai komitmen negara Uni Eropa untuk menjaga lingkungan
serta melakukan aksi untuk mengurangi deforestasi yang terjadi diseluruh dunia. Isi dari
resolusi tersebut antara lain: 1. Parlemen Eropa meminta negara anggotanya untuk
memperhatikan bahwa penggunaan minyak kelapa sawit menguasai sepertiga penggunaan
minyak nabati dunia. 2. Parlemen Eropa menganjurkan untuk menggunakan lemak dan
minyak kedelai produksi Eropa. 3. Parlemen Eropa menganjurkan agar setiap produk yang
mengandung minyak nabati, terutama minyak sawit untuk diberi label pada kemasannya. 4.
Parlemen Eropa menganjurkan negara untuk terus mengawasi penggunaan minyak nabati
pada makanan yang mengandung lemak/minyak nabati. Hal tersebut didasarkan pada asumsi
bahwa minyak sawit dapat menyebabkan masalah Kesehatan (Suprayogo, 2011).
Akibat dari kampanye hitam ini maka di keluarkan Indonesian Sustainable Palm Oil
(ISPO) sebagai pedoman industri kelapa sawit untuk mendorong industri kelapa sawit
sekaligus memenuhi kewajiban atas tunutan pasar internasional. “Dikeluarkannya resolusi
Eropa tersebut mengindikasikan adanya perang dagang karena pada prakteknya terdapat
upaya pergeseran penggunaan sumber minyak nabati dari minyak kelapa sawit menjadi RSO
dan SFO yang merupakan minyak produksi kawasan Eropa” (GAPKI).
DAFTAR PUSTAKA
Sugiarto, M. J., Vito A. N., Reginae E. Y. B. 2020. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi
CPO (Crude Palm Oil) di PT. REA KALTIM PLATATIONS, Kutai Kartanegara.
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Surabaya.
Suprayogo. 2011. Kampanye Negatif Kelapa Sawit Indonesia. Ditjen PEN. Jakarta

https://ekonomi.bisnis.com/read/20211006/44/1451027/jadi-bahan-bakar-alternatif-begini-
cara-pembuatan-biodiesel.

https://gapki.id/riset-kelapa-sawit

https://katadata.co.id/timrisetdanpublikasi/berita/5e9a4e6105c28/kelapa-sawit-
sebagaipenopang-perekonomian-nasional

https://www.google.com/search?
q=produksi+sawit+riau+terbaru&rlz=1C1PRUI_enID941ID941&oq=produksi+sawit+ria
u+terbaru&aqs=chrome..69i57j0i22i30l2.10898j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8#
https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/minyak-sawit/item166?

Anda mungkin juga menyukai