NIM : 190301180
EFEKTIFKAH KENAIKAN HARGA KELAPA SAWIT DI MATA PETANI MAUPUN RAKYAT BIASA
Pendahuluan
Indonesia adalah negara dengan kepulauan terbesar di dunia yaitu 17.508 pulau yang
dihuni lebih dari 360 suku bangsa. Hal ini membuat Indonesia kaya akan keragaman budaya
dan tradisi serta memiliki pemandangan alam yang sangat indah dan juga kekayaan alam yang
berlimpah. Terletak di garis khatulistiwa membuatnya cenderung mendapatkan sinar matahari
sepanjang tahun dengan melimpah. Hal ini lah yang membuat Indonesia memiliki iklim
tropis dengan suhu cenderung normal. Dengan iklim tropis atau suhu hangat membuat
Indonesia menjadi salah satu negara dengan sejuta hasil bumi yang melimpah ruah salah
satunya pada bidang pertanian yaitu kelapa sawit.
Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) bukan lah tanaman asli negara Indonesia. Kelapa
sawit (Elaeis guinensis Jack) merupakan tumbuhan tropis yang diperkirakan berasal dari
Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan di hutan belantara negara tersebut.
Kelapa sawit diperkenalkan ke Indonesia pada 1848. Saat itu, di Kebun Raya Bogor
kedatangan empat bibit berasal dari Bourbon atau Mauritius dan Amsterdam. Selanjutnya,
pada 1858, Sekretaris Kantor Kolonial Belanda di Hindia Belanda mengajak Pemerintah
Negara Belanda untuk menanam kelapa sawit di Indonesia.
Sebanyak 146 lot benih kelapa sawit didistribusikan ke Jawa dan Madura, Sumatra,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara. Distribusi kelapa sawit pun semakin
meluas dan menjangkau ke beberapa daerah. Di Jawa tepatnya di Banyumas dan Palembang,
mulai dibangun lahan untuk penanaman kelapa sawit. Penelitian pun dilakukan dan ternyata
tanaman ini tumbuh subur di wilayah Indonesia. Akhirnya pada 1864, penanaman kelapa
sawit mulai merambah ke sejumlah daerah yang lebih luas.
Kelapa sawit Indonesia telah berkembang menjadi bagian yang paling penting di
dunia. Dalam hal produksi minyak sawit, Indonesia saat ini menjadi nomor satu dan telah
mengalahkan Malaysia. Dari 64 juta ton produksi sawit dunia, Indonesia menyumbang lebih
dari setengahnya yaitu 35 juta ton. Indonesia menyumbang 54 persen dari produksi minyak
sawit dunia.
Industri kelapa sawit telah berkontribusi untuk mengentaskan kemiskinan dan
penciptaan lapangan kerja bagi sekitar 16 juta pekerja. Sehingga industri sawit merupakan
sektor strategis yang perlu dikawal oleh seluruh komponen masyarakat Indonesia saat ini.
Saat banyak sektor ekonomi terdampak akibat pandemi Covid-19 industri sawit menjadi satu
dari sedikit industri nasional yang tidak terkena dampak pandemi Covid-19.
Data Gapki (2020) menyatakan bahwa ekspor minyak kelapa sawit Indonesia
mencapai 34 juta ton. Produk olahan CPO sebesar 21,10 juta ton merupakan sumber ekspor
terbesar diikuti CPO sebesar 7,17 juta ton, dan oleokimia sebesar 3,87 juta ton. Periode awal
2021, ekspor minyak kelapa sawit Indonesia tercatat sebesar 13,75 juta ton dengan produk
olahan CPO berkontribusi dengan capaian sebesar 10,16 juta ton, produk oleokimia sebesar
1,66 juta ton, dan CPO sebesar 1,33 juta ton. Pada bulan juli, ekspor minyak sawit mengalami
kenaikan 716 ribu ton menjadi 2,74 juta ton dengan kenaikan ekspor terbesar pada olahan
CPO sebanyak 548 ribu ton menjadi 2,11 juta ton, minyak sawit mentah (CPO) mengalami
kenaikan dari 104 ribu ton menjadi 151 ribu ton.
Saat ini kelapa sawit sudah dapat untuk banyak produk tidak hanya sebagai minyak
goreng. Kelapa sawit sudah diolah sebagai campuran bahan bakar; pembuatan berbagai
makanan seperti mentega, selai biscuit dan produk makanan lainnya; pembuatan kosmetik
seperti lotion, sabun sampo; bahan baku pembuatan cat, pakan hewan (ampas buah sawit),
dan masih banyak lagi manfaat sawit lainnya.
Salah satu provinsi penghasil sawit terbesar di Indonesia adalah provinsi Riau.
Berdasarkan data produksi kelapa sawit oleh direktorat Jenderal Perkebunan tercatat bahwa
pada 2021 hasil produksi kelapa sawit riau sebesar 10.270.149 ton. Dimana pada 2021 hasil
produksi sawit di Indonesia ialah 49.710.345, dengan demikian dapat dikatakan riau
menyumbang sebesar 20,65% produksi sawit di Indonesia.
Biodesel
Semakin meningkatnya konsumsi minyak solar yang berasal dari sumber energi fosil
atau sumber energi yang tak terbarukan, dan semakin terbatasnya cadangan minyak, telah
menyebabkan peningkatan impor minyak solar yang makin meningkat setiap tahunnya. Oleh
karena itu untuk meningkatkan ketahanan energi nasional sebagai salah satu negara tropis
yang memiliki berbagai jenis tanaman, Indonesia perlu memanfaatkan sumber energi
terbarukan biomasa yang ada sebagai pengganti minyak. Disamping itu, semakin
meningkatnya harga minyak mentah dunia ikut mendorong pemanfaatan energi alternatif
sebagai pengganti bahan bakar minyak karena secara ekonomi akan makin layak.
Tingginya harga minyak mentah dunia yang diikuti harga BBM termasuk minyak
solar, mengakibatkan beban pemerintah dalam penyediaan minyak solar dalam negeri
semakin berat. Untuk itu perlu dicari bahan bakar alternatif pengganti minyak solar tersebut.
Biodiesel merupakan pilihan sebagai sumber bahan bakar alternatif pengganti minyak solar
terutama untuk sektor transportasi.
Biodiesel merupakan bahan bakar teroksigenasi (oxigenaled fuel), berbahan baku
minyak nabati atau temak hewani yang diperoleh melalui reaksi esterifikasi asam lemak dan
trans esterifikasi trigliserida. Sebagai bahan bakar nabati, biodiesel dapat dibuat dari bahan
baku minyak kelapa sawit, minyak jarak pagar, dan minyak kedelai. Namun berdasarkan
kuantitas dan pengembangan produksi, pembuatan biodieset dengan bahan baku minyak
ketapasawit lebih potensial karena infrastruktur dan suprastruktunya sudah tersedia di
Indonesia di samping produktivitas biodiesel dari minyak kelapa sawit jauh lebih baik
dibandingkan dengan minyak jarak dan kedelai. Sebagai sumber minyak nabati yang paling
produktif, 1 hektare tanaman kelapa sawit mampu menghasilkan 3,5 ton minyak nabati.
Indonesia mulai mewajibkan campuran 30% bahan bakar hayati dalam bensin pada
Januari yang lalu. Pada Januari yang lalu Indonesia mulai mewajibkan campuran 30% bahan
bakar hayati dalam bensin. Rencana ini diwujudkan untuk meningkatkan jumlah penggunaan
biodisel. Kebijakan ini akan meningkatkan permintaan akan sawit, ekspor pertanian nomor
satu bagi Indonesia. Pemerintah telah mencanangkan program tersebut sebagai cara untuk
menurunkan impor bahan bakar fosil dan emosi gas rumah kaca.
Bulan Juli, Pertamina telah memproduksi biodiesel gelombang pertama yang
sepenuhnya terbuat dari sawit. Dinamakan D100, ini merupakan bagian dari strategi Indonesia
untuk mempromosikan biodisel yang diklaim sebagai bahan bakar ramah lingkungan.
https://ekonomi.bisnis.com/read/20211006/44/1451027/jadi-bahan-bakar-alternatif-begini-
cara-pembuatan-biodiesel.
https://gapki.id/riset-kelapa-sawit
https://katadata.co.id/timrisetdanpublikasi/berita/5e9a4e6105c28/kelapa-sawit-
sebagaipenopang-perekonomian-nasional
https://www.google.com/search?
q=produksi+sawit+riau+terbaru&rlz=1C1PRUI_enID941ID941&oq=produksi+sawit+ria
u+terbaru&aqs=chrome..69i57j0i22i30l2.10898j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8#
https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/minyak-sawit/item166?