Anda di halaman 1dari 10

K.

4-8
DASAR KOMUNIKASI

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Ir. Sugiyanto, MS.

Disusun oleh :

Nadya Iklesia Margaretha

(225040107111199)

Agribisnis/K

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2022

1
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER……………………………………………………………………….1

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………. 2

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………...3

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………5

a. Deskripsi dan Kandungan Kelapa Sawit di Bidang Industri………………… 5


b. Potensi Pengolahan Komoditas Kelapa Sawit……………………………….. 6
c. Aspek Sosial dan Budaya dari Pengolahan Komoditas Kelapa Sawit…….. 7
d. Pengolahan Komoditas Kelapa Sawit Menjadi Produk Industri……………. 8

KESIMPULAN……………………………………………………………………………. 10

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...10

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya sampaikan ke hadiran Allah Yang Maha Esa karena berkat-
Nya, makalah ini dapat selesai sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini, saya
membahas tentang “Analisis Aspek Sosial dan Budaya Masyarakat dari Industri
Kelapa Sawit”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen untuk
memperdalam pemahaman tentang budidaya tanaman industry yang saat ini sedang
dipelajari dalam perkuliahan.

Akhirnya saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu saya dalam pembuatan makalah ini.

Malang, 31 Oktober 2022

Penyusun

Nadya Iklesia Margaretha

3
ANALISIS ASPEK SOSIAL DAN BUDAYA DARI PEMANFAATAN
DAN PENGOLAHAN KOMODITAS INDUSTRI KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.)

I. PENDAHULUAN

Asal tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) secara belum pasti diketahui.
Namun, ada dugaan kuat tanaman ini berasal dari dua tempat, yaitu Amerika Selatan
dan Afrika (Guenia). Spesies Elaeis melanococca atau Elaies oleivera diduga berasal
dari Amerika Selatan dan spesies Elaeis guineensis berasal dari Afrika (Guenia).

Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan unggulan dan utama Indonesia.


Tanaman yang produk utamanya terdiri dari minyak sawit (CPO) dan minyak inti
sawit (KPO) ini memiliki nilai ekonomis tinggi dan menjadi salah satu penyumbang
devisa negara yang terbesar dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya.
Hingga saat ini kelapa sawit telah diusahakan dalam bentuk perkebunan dan pabrik
pengolahan kelapa sawit hingga menjadi minyak dan produk turunannya.

Gambar 1. dan 2. Jenis buah kelapa sawit

Industri pada dasarnya memegang peranan penting dalam perekonomian nasional,


namun perlu diperhatikan konsekuensi yang mungkin timbul akibat perkembangan
industry tersebut. Keberadaan perkebunan kelapa sawit dalam bidang ekonomi
memiliki peranan penting, yakni sebagai bagian dari usaha (firms) perkebunan
kelapa sawit merupakan organisasi produksi yang menciptakan pendapatan (income
generating); berbasis pada sumberdaya baik sumber daya alam, sumber daya
manusia dan lain-lain; dan perkebunan kelapa sawit dengan investasi yang relative
besar untuk ukura perekonomian pedesaan akan cukup efektif menarik
perkembangan sektor-sektor ekonomi lainnya.

Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan
Aceh, yang luasnya mencapai 5.123 ha. Indonesia mulai mengekspor minyak sawit
pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara-negara Eropa, kemudian tahun 1923

4
mulai ekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton. Pertumbuhan kelapa sawit
khususnya setelah menghasilkan minyak sawit (CPO) tersebut berkembang pusat-
pusat pemukiman, perkantoran, pasar, dan lain-lain sedemikian rupa sehingga
secara keselurugan menjadi suatu agropolitan (kota-kota baru pertanian).

Saat ini kelapa sawit telah menjadi salah satu komoditas perkebunan yang berperan
sangat penting dalam penerimaan devisa negara, penyerapan tenaga kerja, serta
pengembangan perekonomian rakyat dan daerah. Pesatnya perkembangan kelapa
sawit di Indonesia didukung oleh kondisi pedoagroklimatnya yang memang sangat
sesuai untuk tanaman kelapa sawit, dan hal ini menjadi salah satu keunggulan
komparatif Indonesia di industri kelapa sawit. Kelapa sawit juga memiliki keunggulan
produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan sumber minyak nabati lainnya.
Kelapa sawit dapat menghasilkan minyak sekitar 7 ton/ha, sedangkan kedelai
menghasilkan minyak sebesar 3 ton/ha. Di samping itu, kelapa sawit juga memiliki
biaya produksi yang lebih rendah dan ramah lingkungan.

II. Tinjauan Pustaka


a. Deskripsi dan Kandungan Kelapa Sawit di Bidang Industri
Buah kelapa sawit merupakan buah yang kaya dengan minyak. Dalam tandan
buah sawit yang dipanen, terdiri dari kulit dan tandan (29%), biji atau inti sawit
(11%), dan daging buah (60%). Hal ini merupakan karakteristik unik dan unggul
dari buah kelapa sawit jika dibandingkan dengan jenis tanaman penghasil minyak
lainnya, karena kelapa sawit bisa menghasilkan dua jenis minyak dari buah yang
sama. Proses pengepresan daging buah sawit akan menghasilkan minyak sawit
kasar (Crude Palm Oil, CPO) dan inti sawit akan menghasilkan minyak inti sawit
kasar (Crude Palm Kernel Oil, CPKO).

Gambar 3. Buah kelapa sawit akan menghasilkan dua jenis minyak yang
berbeda yaitu CPO dan CPKO

Kedua jenis minyak ini; CPO dan CPKO bisa diproses dan diolah menjadi aneka
jenis produk turunannya. CPO dan CPKO mempunyai karakteristik kimia, fisik
dan gizi unik yang berbeda. CPO kaya dengan asam palmitat (C16) sedangkan

5
CPKO kaya dengan asam laurat (C12) dan asam miristat (C14). Pada
prakteknya, dibandingkan CPKO, CPO lebih banyak diproses lanjut menjadi
minyak goreng, yang sering disebut sebagai minyak sawit.

Minyak sawit mempunyai komposisi asam lemak jenuh dan tidak jenuh dengan
proporsi yang seimbang. Komposisi asam lemak minyak sawit terdiri dari sekitar
40% asam oleat (asam lemak tidak jenuh tunggal), 10% asam linoleat (asam
lemak tidak jenuh ganda), 44% asam palmitat (asam lemak jenuh) dan 4,5%
asam stearar (asam lemah jenuh). Jadi, secara umum minyak sawit mempunyai
komposisi asam lemak jenuh dan tidak jenuh dengan proporsi yang seimbang.

Gambar 4. Komposisi asam lemak pada minyak sawit


Kelapa sawit merupakan salah satu tumbuhan industri yang sangat penting,
dikarenakan oleh kemampuannya yang tinggi untuk menghasilkan minyak nabati
yang banyak dibutuhkan berbagai sektor indutri. Perkebunan kelapa sawit di
Indonesia merupakan yang terluas di dunia. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai
pengekspor utama minyak kelapa sawit mentah (CPO : Crude Palm Oil) dan
berbagai olahan lainnya.

Minyak sawit tidak mengandung asam lemak trans. Komposisi asam lemak
minyak sawit menyebabkan minyak sawit bersifat semi solid, dengan titik leleh
berkisar antara 33˚C sampai 39˚C. Karakter leleh yang demikian ini
menyebabkan minyak sawit bisa digunakan untuk berbagai formulasi dalam
bentuk alaminya; tanpa perlu proses hidrogenasi. Proses hidrogenasi untuk
tujuan meningkatkan kepadatan suatu minyak juga menyebabkan terjadinya
perubahan konfigurasi asam lemak tak jenuh dari cis ke trans.
b. Potensi Pengolahan Komoditas Kelapa Sawit
Saat ini, minyak sawit merupakan sakah satu dari 17 jenis minyak makan yang
diperdagangankan secara global dengan standar mutu dan keamanan pangan
diatur dan diakui oleh CODEX. Karena itulah maka di pasar dunia, minyak sawit
bisa ditemukan sebagai ingredient pada berbagai produk yang dipakai luas oleh
konsumen global. Karena itu juga maka kelapa sawit sering didengungkan
sebagai komoditas unggulan nasional.

6
Gambar 5. Total produksi minyak sawit dunia yang mencapai 43 juta metric ton

Minyak sawit pada kelapa sawit mempunyai potensi aplikasi yang sangat luas.
Penggunaan minyak kelapa sawit kasar atau crude palm oil (CPO) sebagai
bahan baku pembuatan produk olahan diantaranya yaitu industri pangan,
mengalami peningkatan sekitar 500000-650000 ton/tahun seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk di Indonesia. Konsumsi CPO dalam negeri
sebagian besar digunakan untuk industri minyak goreng, sebagai konsumen
utama CPO di Indonesia.

Minyak sawit banyak digunakan dalam berbagai aplikasi pada berbagai produk
yang sangat luas dan beragam; baik produk pangan, maupun produk non-
pangan. Dalam bidang pangan, minyak sawit banyak digunakan sebagai minyak
goreng, shortening, margarin, vanaspati, cocoa butter substitutes, dan berbagai
ingridien pangan lainnya. Distribusi penggunaan CPO tahun 2010 tercatat untuk
kepentingan ekspor 4.84 juta ton (30.25%), minyak goreng 9.705 juta ton
(60.65%), margarine dan shortening 0.695 juta ton (4.34%), serta oleochemical
0.761 juta ton (4.76%). Secara umum, penggunaan kelapa sawit secara khusus
pada bagian minyak sawit pada berbagai produk semakin meningkat.

c. Aspek Sosial dan Budaya dari Pengolahan Komoditas Kelapa Sawit


Keberadaan pengolah komoditas kelapa sawit telah menciptakan perubahan
sosial budaya, adapun perubahan yang terjadi antara lain :
 perubahan adat istiadat, termasuk budaya, bahasa, dan sopan santun
 perubahan rasa gotong royong/tolong menolong/ikatan solidaritas
masyarakat
 interakasi intra dan antar kelompok masyarakat
 perubahan pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat
 perubahan etos kerja
 perkembangan organisasi social
 perubahan struktur penduduk
 perubahan mata pencaharian

7
 munculnya masalah social

Perubahan sosial budaya seperti yang dijelaskan di atas, disebabkan karena


faktor ekternal (dari luar desa) yaitu terkait dengan keberadaan perusahan
pengolah kelapa sawit. Dalam hal faktor ekternal, dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu faktor eksternal positif dan faktor eksternal negatif. Faktor ekternal
positif, hal ini terkait dengan aspek ekonomi. Keberadaan perkebunan kelapa
sawit menyebabkan perekonomian masyarakat meningkat, ditandai dengan
kondisi daya beli masyarakat yang semakin membaik.

Selain itu, keberadaan perkebunan atau pengolah komoditas kelapa sawit ini juga
membuat integrasi masyarakat semakin baik. Masyarakat yang sebelumnya
terkotak-kotak kini mulai bercampur-baur tidak hanya dilingkungan perkebunan,
kondisi keharmonisan masyarakat terbawa hingga dalam kehidupan masyarakat
umum. Faktor eksternal negatif, keberadaan perkebunan kelapa sawit membuat
jalan desa semakin rusak padahal jalan tersebut menjadi akses masyarakat.Fakta
yang terjadi sekarang ini, masyarakat adat yang tinggal disekitar lokasi
perkebunan kelapa sawit seringkali terabaikan hak-nya sebagai manusia oleh
perlakuan pengusaha perkebunan.

Berdirinya perusahaan perkebunan kelapa sawit berdampak terhadap


perekonomian nasional maupun perekonomian masyarakat local. Pendapatan
Asli Daerah (PAD) akan meningkat, diperoleh dari pajak perusahaan dan pabrik.
Perubahan ekonomi juga dirasakan dengan tumbuhnya pusat-pusat ekonomi dan
maraknya bisnis lainnya, seperti perumahan. Pembangunan perkebunan kelapa
sawit juga berdampak terhadap perubahan social masyarakat.Tingkat pendidikan
dan kesehatan masyarakat lokal menjadi lebih baik, angka putus sekolah
berkurang dan asupan gizi bagi anak-anak dapat dipenuhi. Namun, selain sisi
positif bagi sosial ekonomi masyarakat, pembangunan perkebunan kelapa sawit
dan pertanian juga memiliki dampak negatif. Perubahan itu tampak pada mulai
hilangnya marwah institusi lokal (lembaga adat) masyarakat lokal. Masyarakat
lebih berpikir pragmatis dan hedonis, tata cara hidup tidak lagi merujuk pada tata
aturan adat budaya setempat.

d. Pengolahan Komoditas Kelapa Sawit Menjadi Produk Industri


Pengembangan produk kelapa sawit diperoleh dari produk utama, yaitu minyak
kelapa sawit dan minyak inti sawit, serta produk sampingan yang berasal dari
limbah. Beberapa produk yang dihasilkan dari pengembangan minyak sawit
diantaranya adalah minyak goreng,produk-produk oleokimia, seperti fatty acid,
fatty alkohol, glycerine, metalic soap, stearic acid, methyl ester, dan stearin.
Perkembangan industri oleokimia dasar merangsang pertumbuhan industri
barang konsumen seperti deterjen, sabun, dan kosmetika.

8
Gambar 6. Pengolahan kelapa sawit (minyak
sawit) menjadi beberapa produk pangan

Kelapa sawit mempunyai potensi unggul untuk diaplikasikan pada produk


pangan. Produk pangan yang diformulasikan dengan menggunakan minyak sawit
mempunyai keawetan yang lebih baik, karena minyak sawit sangat stabil
terhadap proses ketengikan dan kerusakan oksidatif lainnya. Karena alasan itu
maka minyak sawit merupakan minyak goreng terbaik.

Minyak sawit baik digunakan untuk membuat vanaspati atau vegetable ghee,
yang mengandung 100% lemak nabati; bisa digunakan untuk substitusi mentega
susu dan mentega coklat. Kandungan asam palmitat pada minyak sawit sangat
baik untuk proses aerasi campuran lemak/gula; misalnya pada proses baking.
Minyak sawit juga banyak dipakai untuk produksi krim biscuit; terutama karena
kandungan padatan dan titik lelehnya yang cukup tinggi.

Minyak sawit pada kelapa sawit berpotensi untuk dijadikan bahan mentah untuk
produksi lemak special yang bernilai ekonomi tinggi. Lemak special adalah suatu
jenis lemak yang mempunyai fungsionalitas khusus, sehingga memiliki potensi
aplikasi yang khusus pula. Utamanya, aplikasi lemak special ini adalah untuk
formulasi produk coklat, permen coklat, produk bakteri, es krim, dan lain-lain.
Produk-produk yang dapat dihasilkan dari minyak sawit sangat luas dengan
intensitas modal dan teknologi yang bervariasi. Produksi CPO Indonesia yang
diolah di dalam negeri sebagian besar masih dalam bentuk produk antara seperti
RBD palm oil, stearin dan olein, yang nilai tambahnya tidak begitu besar dan baru
sebagian kecil.

9
KESIMPULAN

Perkebunan besar sering dibangun dengan lebih mengutamakan manajemen


agrobisnis yang bertujuan memaksimalisasikan keuntungan dan kurang
memperhitungkan aspek sosial budaya dalamperencanaan dan implementasi usaha
perkebunan besar. Namun dasar yang kokoh bagi terciptanya pembangunan
perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan adalah mengutamakan kesejahteraan
petani plasma dan mengawal proses transformasi perekonomian yang memihak
warga masyarakat.

Keberadaan sebuah industri besar diperdesaan tidak hanya menimbulkan


perubahan dalam aspek ekonomi, namun juga aspek sosial budaya ditengah
masyarakat. Dalam perkembangan sebuah industri seringkali pihak pemerintah,
swasta, maupun masyarakat hanya mementingkan aspek ekonominya saja dengan
tidak memperhitungkan perubahan aspek sosial budaya masyarakat, padahal
perubahan dalam aspek sosial budaya akan menentukan perkembangan sebuah
desa dimasa yang akan dating.

DAFTAR PUSTAKA

AHMAD, S. dan MOHD. ARIFF OMAR. 1998. Research and development on


livestock and tree crops integration dalam Proc. National Seminar on
Livestock and Crop Integration in Oil Palm: “Towards Sustainability”.
A. DARUS, M.T. DOLMAT dan S. ISMAIL (eds). 12-14 May 1998, Johor-
Malaysia.

Sulistianawati, 2010, Strategi Dan Kelayakan Pengembangan Usaha Perkebunan


Kelapa Sawit Pola Kemitraan PT. Anugerah Tani Bersama Dengan
Masyarakat (Kasus Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Banyuasin,
Sumatera Selatan), Tesis, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Aditjondro, G. J. (2003). Korban-Korban Pembangunan (Tilikan Terhadap Beberapa


Kasus Perusakan Lingkungan di Tanah Air). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hadi, S. P. (2005). Aspek Sosial AMDAL: Sejarah, Teori, dan Metode. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.

Ann Laura Stoler, 2005, Kapitalisme dan Konfrontasi di Sabuk Perkebunan Sumatra,
1870-1979. Yogyakarta: KARSA.

Fauzi, Yan, dkk, 2002, Kelapa Sawit: Budi Daya, Pemanfaatan Hasil & Limbah,
Analisis Usaha & Pemasaran. Depok: Penerbar Semangat.

Melwita, E., Fatmawaty, & Oktaviani. (2014). Ekstraksi Minyak Biji Kapuk dengan
Metode Sokletasi. J. Tek. Kim., 1(20), 20–27

10

Anda mungkin juga menyukai