Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KIMIA SAWIT

PROSES PENGOLAHAN PKO (PALM KERNEL OIL)

DOSEN PENGAMPU:

M. HARIS EFFENDI Hsb, S.Pd., M.Si., Ph.D.

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2:

1. DESMA LINDA (A1C119075)


2. BINTANG NUGRAHA (A1C119079)
3. PUTRI OKTAVIANI (A1C119082)
4. RISSAFFA JIHAN NINGRUM (190384204002)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang selalu
menyertai penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan tepat
waktu.

Kami sangat bersyukur atas selesainya makalah yang berjudul : “Proses Pengolahan Palm
Kernel Oil (PKO) yakni Minyak Inti atau Biji Sawit”. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada dosen pengampu Bapak Muhammad Haris Effendi, S.Pd., M.Si., Ph.d, serta teman-teman
yang turut membantu selesainya makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Kimia Sawit serta sebagai upaya untuk membantu mahasiswa untuk memahami materi
“Proses Pengolahan Palm Kernel Oil (PKO) yakni Minyak Inti atau Biji Sawit”.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran dari
pembaca sangat dibutuhkan dalam penyempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini
bermanfaat bagi para mahasiswa dan pembaca pada umumnya.

Jambi, November 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I........................................................................................................................................iv
PENDAHULUAN....................................................................................................................iv
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................iv
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................v
1.3 Tujuan...............................................................................................................................v
2.1 Pengertian Buah Sawit......................................................................................................1
2.2 Bagian-Bagian dari Buah Sawit......................................................................................1
2.3 Ciri-Ciri Buah Sawit yang Matang...................................................................................2
2.5 Bahan Pengamanan Bahan Produksi Inti Sawit..............................................................4
2.6 Proses Rangkaian Pengolahan Inti Minyak Sawit...........................................................5
2.7 Proses Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi PKO...........................................................14
2.8 Sifat Fisik dan Sifat Kimia dari PKO.............................................................................20
2.9 Proses Hidrogenasi dari PKO.........................................................................................23
BAB III.....................................................................................................................................24
PENUTUP................................................................................................................................24
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................24
3.2 Saran...............................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan tanaman insudtri yang menghasilkan Tandan Buah Segar ( TBS)
yang dimana jika TBS ini diolah akan menghasilkan minyak yang di sebut sebagai minyak
kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan salah satu kunci perekonomian Indonesia karena
indonesia merupakan mendominasi pasar nabati Dunia. Buah sawit yang Kelapa sawit (Elais
Guinensis Jacg) merupakan tanaman yang cocok tumbuh pada iklim tropis, contohnya seperti
Indonesia yang memiliki iklim tropis. Produktifitas kelapa sawit di Indonesia memiliki potensi
yang tinggi yaitu sebanyak 3.429 ton/ha. Kelapa sawit memiliki beberapa jenis seperti Dura,
Tenera, dan Pisifera. Kelapa sawit dapat diolah menjadi beberapa keluaran seperti Palm Kernel
Oil (KPO) yang diperoleh dari bagian inti sawit. Yang nantinya KPO ini dapat digunakan untuk
digunakan sebagai bahanbaku pembuatan sabun, kosmetik dan deterjen, cenderung bukan
produk produk yang dapat di makan.
Komposisi minyak KPO dan minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak yang sama
yang sering disebut sebagai minyak laurat. Minyak inti kelapa sawit atau KPO diperoleh dari
bagian buah sawit yaitu bijinya dengan cara melakukan ekstraksi pelarut atau dengan cara
pengepresan. PKO dapat menghasilkan oleokimia dasar yang terdiri atas asam lemak dan
gliserol. Secara keseluruhan proses produksi minyak sawit tersebut dapat menghasilkan 73%
olein, 21% stearin, 5 % Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) dan 0.5% buangan. Sementara itu
minyak sawit dapat difraksikan menjadi olein dan plam stearin, minyak inti sawit juga dapat di
proses lebih lanjut menjadi olein inti sawit maupun stearin inti sawit. Minyak inti sawit dalam
keadaan setengah padat pada suhu rata-rata, lebih cenderung jenuh daripada minyak sawit dan
sebanding dengan minyak kelapa. Minyak ini juga sering digunakan dalam memasak maupun
menggoreng komersial karena walaupun begitu dia tetap stabil pada suhu memasak yang tinggi
dan biaya yang dibutuhkan lebih rendah dari minyak lain, sekaligus memungkinkan jangka
simpan yang lebih lama dari pada minyak nabati yang lain.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian buah sawit?
1.2.2 Apa saja bagian-bagian dari buah sawit?
4
1.2.3 Apa saja ciri-ciri buah sawit yang matang?
1.2.4 Apa itu inti sawit?
1.2.5 Bagaimana pengamatan bahan produsi inti sawit?
1.2.6 Bagaimana proses rangkaian pengolahan minyak sawit
1.2.7 Bagaimana proses rangkaian pengolahan inti sawit?
1.2.8 Bagaimana proses pengolahan kelapa sawit menjadi PKO?
1.2.9 Bagaimana sifat fisik dan saifat kimia dari PKO?
1.2.10 Bagaimana proses hidrogenasi dari PKO?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini sebagai berikut:
1.3.1 Dapat mengetahui pengertian buah sawit
1.3.2 Dapat mengetahui bagian-bagian dari buah sawit
1.3.3 Dapat mengetahui ciri-ciri buah sawit yang matang
1.3.4 Dapat mengetahui apa itu inti sawit
1.3.5 Dapat mengetahui bahan produsi inti sawit
1.3.6 Dapat mengetahui proses rangkaian pengolahan minyak sawit
1.3.7 Dapat mengetahui proses rangkaian pengolahan inti sawit
1.3.8 Dapat mengetahui proses pengolahan kelapa sawit menjadi PKO
1.3.9 Dapat mengetahui sifat fisik dan saifat kimia dari PKO
1.3.10 Dapat mengetahui proses hidrogenasi dari PKO

5
vi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Buah Sawit
Kelapa sawit merupakan sumber lemak nabati yang populer karena produksi
atau pengolahan minyak sawit yang tinggi di Negara-negara Asia Tenggara, bahkan
minyak kelapa sawit menjadi komoditas pertanian utama dan unggulan di Indonesia,
disamping minyak Kelapa. Hal itu disebabkan karena beberapa faktor, antara lain 1)
menjadi sumber – pendapatan bagi jutaan keluarga petani, 2)sumber devisa Negara,
3) mulai dari perkebunan, industri pengolahan, sampai dengan pemasaran produknya
menjadi primadona penyedia lapangan kerja, 4) perkebunan dan industri pengolahan
kelapa sawit tersebut mampu memacu pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru, 5)
pendorong tumbuh dan berkembangnya industri pengolahan hilir berbasis
pengolahan CPO di Indonesia misal : mentega, kue/biscuit, gliserin, sabun, dan
detergen.

Buah sawit (Elais Gueenensis Jacq.) banyak dibudi dayakan di perkebunan-


perkebunan, diantaranya adalah jenis Dura, Psifera, dan Tenera. Tenera merupakan
hasil persilangan dari tipe Dura dan Psifera, memiliki kandungan minyak tinggi (22-
23%) dan pokoknya tidak terlalu tinggi tetapi berbuah lebih awal.

2.2 Bagian-Bagian dari Buah Sawit


Bagian buahnya terdiri dari eksokarp (kulit paling luar), mesokarp (serabut,
mirip serabut kelapa), endocarp (tempurung) dan kernel (inti sawit). Pengolahan
bagian serabutnya (endocarp) dengan cara ekstraksi dapat menghasilkan Crude Palm
Oil (CPO), sedangkan pengolahan bagian kernel (inti) dapat menghasilkan Palm
Kernel Oil (PKO). CPO dengan teknologi pengolahan lebih lanjut yaitu fraksinasi
dapat terpisah paling tidak menjadi dua fraksi utama yaitu stearin (pada suhu kamar
berbentuk padat) dan olein (pada suhu kamar berbentuk cair). Pengolahan stearin
lebih lanjut oleh insdustri pengolahan hilir dapat menghasilkan produk-produk sperti
margarin, sabun, lilin, cocoa butter substituen (CBS) semacam pengganti lemak
kakao, vegetables ghee (vanaspati), shoertening dsb.

Sedangkan pengolahan olein umumnya menghasilkan bahan baku untuk


keperluan minyak goreng, meskipun terdapat juga produk-produk lain seperti

1
margarine, shoertening, vegetables ghee (vanaspati), asam lemak, dan gliserol atau
gliserin

2.3 Ciri-Ciri Buah Sawit yang Matang

Tandan kelapa sawit bila sudah mulai matang akan ditandai dengan perikarp
buah berwarna kuning jingga serta sebagian buah terlepas dari tangkainya. Buah
yang baik adalah buah yang cukup umur untuk dipanen karena akan menghasilkan
rendemen yang baik. Hasil panenan sebaiknya segera dibawa untuk pengolahan lebih
lanjut, setelah mengalami sortasi dan penimbangan untuk kemudian diolah menjadi
minyak mentah. Penimbangan bertujuan untuk menghitung rendemen, efesiensi
ekstraksi dan untuk keperluan lainnya.

2.4 Pengertian Inti Sawit

2
Inti sawit merupakan hasil olahan dari biji sawit yang telah dipecah menjadi
cangkang dan inti, cangkang sawit digunakan sebagai bahan bakar ketel uap, arang,
pengeras jalan dan lain-lain. Sedangkan inti sawit diolah kembali menjadi minyak
inti sawit (Palm Kernel Oil). Proses pengolahan inti sawit menjadi minyak inti sawit
tidak terlalu rumit bila dibandingkan dengan proses pengolahan buah sawit. Bentuk
inti sawit bulat padat atau agak gepeng berwarna cokelat hitam. Inti sawit
mengandung lemak,protein, serat dan air. Pada pemakaiannya lemak yang
terkandung didalamnya disebut minyak inti sawit dan ampas atau bungkilnya yang
kaya protein digunakan sebagai bahan makanan ternak. Kadar minyak dalam inti
kering adalah 44 – 53%. (Mangoensoekardjo.S., 2003)

Komponen Jumlah

Minyak 47 – 52

Air 6–8

Protein
7,5 – 9,0
Selulosa

Minyak Inti Sawit (PKO) dan Bungkil Inti Kelapa Sawit (PKM)

Selain minyak sawit mentah (CPO), minyak kelapa sawit dapat dihasilkan
dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit (palm kernel
oil/PKO) dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti kelapa sawit (palm kernel
meal/PKM). Minyak inti sawit memiliki rasa dan bau yang khas. Minyak mentahnya
mudah sekali menjadi tengik bila dibandingkan dengan minyak yang telah
dimurnikan. Titik lebur dari minyak inti sawit adalah berkisar antara 25oC – 30oC.
(Sitinjak K, 1983).

Minyak inti sawit merupakan trigliserida campuran, yang berarti bahwa


gugus asam lemak yang terikat dalam trigliserida – trigliserida yang dikandung
lemak ini jenisnya lebih dari satu. Jenis asam lemaknya meliputi C6 (asam kaproat)
sampai C18 jenuh (asam stearat) dan C18 tak jenuh (asam oleat dan asam linoleat).
3
Bungkil inti kelapa sawit (PKM) adalah inti kelapa sawit yang telah
mengalami proses ekstraksi dan pengeringan. Bungkil inti kelapa sawit dapat
digunakan sebagai makanan ternak. Di Indonesia pabrik yang menghasilkan minyak
inti kelapa sawit dan bungkil inti kelapa sawit adalah pabrik Ekstraksi minyak kelapa
sawit di Belawan – Deli. Minyak inti kelapa sawit dan bungkil inti kelapa sawit
tersebut hampir seluruhnya di ekspor. Pada tahun 1973 jumlah minyak inti kelapa
sawit yang di ekspor adalah 8.009.188 kg dengan nilai ekspor US $ 3.434.986,05
sedangkan bungkil yang diekspor 6.200.068 kg dengan nilai US $ 540.005,05. Pada
tahun 1974 bungkil inti kelapa sawit yang diekspor adalah 17.657.583 kg dengan
nilai ekspor US $1.115.884. Dengan adanya peningkatan nilai ekspor maka
diperlukan standar dan pengawasan mutu minyak inti dan bungkil inti kelapa sawit
untuk memberikan jaminan mutu pada konsumen.

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu adalah air dan kotoran, asam lemak
bebas, bilangan peroksida dan daya pemucatan. Faktor-faktor lain adalah titik cair,
kandungan gliserida padat, refining lose, plasticity dan spreadability, sifat transparan,
kandungan logam berat dan bilangan penyabunan. Semua faktor-faktor ini perlu di
analisis untuk mengetahui mutu minyak inti kelapa sawit. Minyak sawit yang baik,
berkadar asam lemak bebas yang rendah dan berwarna kuning terang serta muda
dipucatkan. Bungkil inti sawit diinginkan berwarna relative terang dan nilai gizi serta
kandungan asam aminonya tidak berubah.

2.5 Bahan Pengamanan Bahan Produksi Inti Sawit


Inti sawit dihasilkan melalui proses pemisahan inti sawit dari tempurungnya
berdasarkan perbedaan berat jenis antara inti sawit dan tempurung. Inti
dipisahkan oleh aliran air yang berputar dalam sebuah tabung atau dapat juga dengan
mengapung biji-biji yang pecah dalam larutan lempung yang mempunyai berat jenis
tertentu. Dalam keadaan tersebut inti sawit akan mengapung dan tempurungnya akan
tenggelam. Proses selanjutnya adalah pencucian inti sawit dan tempurung sampai
bersih.

Untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, maka inti sawit harus


segera dikeringkan dengan suhu 80oC. Setelah kering, inti sawit dapat diolah lebih
lanjut yaitu dengan ekstraksi untuk menghasilkan minyak inti sawit. (Yan
Fauzi,2004).

4
Bahan Baku Seinduk

Yaitu bahan baku inti sawit yang berasal dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
sendiri yang hasil pengolahan biji menjadi inti langsung diangkut ke Pengolahan Inti
Kelapa Sawit (PPIS), hasil minyak yang didapat pun sangat maksimal karena kita
tahu berapa lama waktu sementara sebelum inti diolah. Hanya saja jumlah inti yang
di hasilkan pada pengolahan biji di PKS sangat minim.

Bahan Baku Luar

Yaitu bahan baku inti sawit yang berasal dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
lain, Inti yang dihasilkan pun mengalami proses pengiriman yang cukup lama yang
dapat menimbulkan masalah-masalah pada inti tersebut, dan waktu penimbunan
yang dilakukan pun kita tidak tahu karena PKS di tempat lain menunggu jumlah inti
yang dihasilkan dalam jumlah banyak sebelum dikirim ke pengolahan inti di PPIS.

2.6 Proses Rangkaian Pengolahan Inti Minyak Sawit


Campuran ampas (fiber) dan biji nut yang keluar dari screw press diproses kembali di
stasiun Kernel (inti sawit) untuk menghasilkan :
1. Cangkang (shell) dan fiber yang digunakan sebagai bahan bakar boiler
2. Kernel (inti sawit) sebagai hail produksi yang siap dipasarkan

Pada proses pengolahan di stasiun kernel, biji dan serabut (fiber) masih
menyatu di cake breaker conveyor, kemudian dengan uap panas pada conveyor serabut dan
biji terpisah. Biji yang berat tidak mampu dihisap di depericarper sehingga jatuh ke nut
polishing drum sedangkan serabutnya akan terhisap dan masuk ke fiber cyclone dan
diteruskan ke boiler sebagai bahan bakar boiler.
5
Biji yang jatuh di nut polishing drum akan diayak untuk dipisahkan dari batu-
batu kecil yangdapat merusak ripple mill. Setelah terpisah, biji selanjutnya masuk ke dalam
nut hopper dan kemudian masuk ke ripple mill untuk dipecah. Kemudian cangkang dan
kernel akan dipisah di- LTDS, kemudian kernel yang sudah bersih dan siap dikirim
akan disimpan di Bulk Silo.
1. Cake breaker conveyor (CBC)
Fiber dan cangkang yang berisi inti sawit yang keluar dari press langsung
masuk ke cake breaker conveyor yang terdiri dari satu talang yang mempunyai dinding
rangkap, di tengah talang terdapat As screw yang mempunyai pisau-pisau pemecah
(Screw Blade). Di dalam conveyor, press cake diaduk-aduk sehingga ampas yang lebih
ringan akan muda dipisahkan dari biji. Untuk lebih jelas cake breaker conveyor dapat
di lihat pada gambar berikut.

Cara Kerja Cake Breaker Conveyor:


Ampas dan biji diaduk-aduk hingga gumpalan ampas/serabut dan biji akan terpisah,
sambil dipanaskan dengan steam pada suhu 90ºC - 95ºC. Steam yang dipakai sistem Steam
Jacket.
Tujuan dari pemanasan tersebut adalah untuk mengurangi kadar air dalam biji
dan serabut agar pada pemisahan proses Depricarper lebih mudah. Pemeriksaan dan
pembersihan dilakukan setiap pagi sebelum olah.
Cake breaker conveyor berfungsi untuk :
1. Mengantarkan ampas dan biji dari press ke depericarper
2. Memecahkan gumpalan cake dari stasiun press
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dari cake breaker conveyor (CBC) adalah :
1. kualitas dan kuantitas umpan
2. clearance pedal sebaiknya 6 mm
3. sudut pedal sebaiknya 15-20 0C

6
4. putaran cake breaker conveyor sebaiknya sekitar 75 rpm
5. diameter cake breaker conveyor
6. jumlah pedal

2. Depericarper
Depericarper adalah alat yang disertai kipas penghisap (blower) yang digunakan
untuk menghisap fiber sehingga terpisah dari nut dan membawa fiber untuk menjadi bahan
bakar boiler. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Dari cake breaker conveyor, ampas dan nut masuk ke depericarper, kemudian ampas
(fiber) terhisap ke fiber cylone, sedangkan biji yang lebih berat jatuh ke nut polishing drum.
Dengan demikian, depericarper berfungsi memisahkan fiber dengan nut dan membawa fiber
menjadi bahan bakar boiler. Efektifitas kerja dari depericarper adalah banyaknya fiber yang
terikut pada nu
Proses pemisahan nut dengan fiber bila tidak bersih dapat disebabkan oleh
faktor – factor yaitu:
1. Tidak sempurnanya proses sebelumnya seperti sterilizer dan digester.
2. Ampas press yang tidak cukup kering (lembab)
3. Pengisian umpan yang melebihi kapasitas.
4. Kecepatan hisapan udara yang berkurang antara lain adanya kebocoran ducting.

3. Nut polishing drum


Nut polishing drum adalah suatu drum yang berputar yang mempunyai
plat-plat pembawa yang dipasang miring pada dinding bagian dalam. Di ujung
nut polishing drum terdapat lubang-lubang penyaring sebagai tempat keluarnya
nut yang kemudian ditransfer melalui nut elevator masuk ke bulk silo.
Biji yang telah dipisah dari ampasnya masuk ke dalam nut polishing

7
drum dan putaran drum tersebut biji-biji akan dipolis untuk melepaskan serat-serat
yang masih tinggal pada biji oleh plat-plat yang ada pada dinding dan porosnya.
Kecepatan putaran drum adalah 26-28 rpm. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
gambar berikut

Fungsi dari nut polishing drum adalah :

a. Membersihkan biji dari serabut-serabut yang masih melekat


4. Membawa nut dari depericarper ke nut silo
5. Memisahkan ke nut dari sampah.

4. Nut elevator
Nut elevator berfungsi untuk mengantarkan nut dari nut polishing drum ke nut
silo. Nut elevator dilengkapi dengan timbangan untuk mengangkut nut. Untuk
lebih jelas dapat dilhat pada gambar berikut.

5. Nut Grading Drum


Berfungsi untuk memisahkan nut yang berukuran kecil dan besar agar
diperoleh efisiensi pemecahan nut pada ripple mill, nut yang kecil akan masuk
kedalam nut hopper no 1 nut yang medium akan masuk kedalam nut hopper no 2
dan nut yang besar akan masuk ke nut hopper no 3. Besarnya lubang- lubang oval
pada nut grading drum biasanya untuk ukuran besar (>15mm) medium (13-15 mm)

8
dan ukuran kecil (8-10 mm).

6. Nut Silo
Nut silo berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara nut sebelum diolah pada
ripple mill. Kebersihan dari pada nut silo harus sangat diperhatikan kerana dapat
mempengaruhi terhadap output nut silo agar nut yang diolah sesuai dengan aturan
FIFO (first in first out), nut silo yang digunakan pada PKS rambutan berjumlah 2
buah. Untuklebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

7. Ripple mill
Ripple mill berfungsi untuk memecahkan cangkang dan inti. PKS Rambutan
menggunakan 2 buah ripple mill yang terbagi menjadi 2 line. Ripple mill memecahkan nut
dengan cara menjepit nut diantara ripple dan rotor bar. Untuk lebih jelas kita lihat
pada gambar berikut.

9
Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi pemecahan adalah :
1. Kualitas dan kuantitas umpan
2. Kondisi ripple plate dan rotor bar
3. Jarak antara plate dan rotor
4. Kecepatan putaran ripple mill
Kualitas umpan dipengaruhi oleh :
1. Kekoplakan nut, kalau nut tidak koplak maka banyak yang lengket pada cangkang
2. Jenis buah, dura atau tenera
3. Ukuran nut
4. Kadar air yang terkandung dalam inti
5. Umpan yang terlalu banyak (berlebihan)
6. Umpan terlalu kering
7. Persentase nut pecah pada umpan besar.
Outlet dari ripple mill selanjutnya dibawa oleh cracked mixture conveyor ke LTDS
(Light Tenera Dust Separation).

8. LTDS (Light Tenera Dust Separation)


LTDS berfungsi untuk memisahkan cangkang dan inti serat dan membawa cangkang
untuk bahan bakar boiler. Sistem pemisahan yang dilakukan di sini adalah dengan
menggunakan tenaga blower hisap dust separator dengan adjustment dumper untuk
menentukan kualitas output yang dikehendaki, sehingga cangkang pecah yang
mempunyai luas penampang lebih besar akan terhisap ke atas dan dialirkan ke boiler,
sedangkan inti yang terkutip dipompakan ke kernel silo. Campuran dialirkan ke hydrocylone
untuk melakukan proses pemisahannya. PKS rambutan memiliki 2 LTDS yaitu LTDS I dan
LTDS II yang tersusun secra seri.

10
Faktor-faktor yang mempengaruhi kenerja LTDS adalah :
1. Hisapan (damper, air lock dan blower)
2. Kualitas dan kuantitas umpan
3. Adjustment damper column

9. Hydrocylone
Hydro cylone adalah alat yang digunakan memisahkan inti dengan cangkang yang
masih terdapat cracked mixture. Jumlah ada 1 unit, kapsitas tiap unit 60 m3/jam. Alat ini
terdiri dari :bak air penampung cracked mixture yang terdiri dari beberapa serat

Cracked mixture yang keluar dari kolom pemisah masuk ke dalam bak air sekat
pertama dan dihisap dengan pompa dan tekanan ke dalam tabung pemisah 1 dengan
gaya sentrifugal. Benda-benda yang ringan naik ke bagian atas melalui vortex finder
dan masuk ke dalam dewatering drum inti dimana air tabung melaui konus masuk ke
dalam sekat II, dari sekat II cangkang yang masih becampur dengan inti yang dipompa
dihisap dan ditekan ke tabung pemisah ke II. Inti yang naik ke atas melalui vortex vinder
11
dan dikembalikan ke dalam bak air pekat I, sedangkan cangkang melalui konus masuk
dewatering drum cangkang untuk dibuang airnya.dengan bantuan pompa dari sekat III
cangkang yang masih mengadung sebagian kecil inti hisap.

10. Dry Kernel (sistem kering)


Fungsi dari dry kernel adalah fungsi sistem kering. Faktor – faktor yang
mempengaruhi kinerja dari dry kernel adalah :
1. Kualitas dan kuantitas umpan
2. Strainer
3. Kondisi blower/fan

11. Kernel silo


Kernel silo berfungsi untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam inti
produksi. Pengeringan dilakukan dengan cara menghembus udara panas ke steam
heater oleh blower ke dalam nut silo dengan temperatur kernel silo terbagi 3 tingkatan
yaitu 70 0C, 60 0C dan 50 0C. Gambar kernel silo dapat dilhat pada gambar berikut.

Pemasakan dilakukan di dalam kernel silo selama ± 3 jam. Kadar air inti yang terlalu rendah
dapat menyebabkan kadar inti berubah warna. Sebaliknya, jika inti kurang kering maka :
- inti akan menjamur
- Kadar ALB dalam minyak inti tinggi
- Kadar minyak yang diperoleh lebih rendah

12
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dari kernel silo, antara lain :
1. Temperatur
2. Waktu pemasakan
3. Kulitas dan kuantitas
5. Kondisi dan kebersihan heater
6. Suplai steam
7. Kondisi blower atau fan
8. Kebersihan kisi-kisi dalam kernel silo.

12. Bulk Silo


Bulk Silo berfungsi sebagai tempat penyimpanan inti produksi sebelum
dikirim keluar untuk diproduksi dan agar uap air yang terkandung di dalam inti
dapat keluar dan tidak menyebabkan kondisi dalam storage tidak lembab yang
menyebabkan timbulnya jamur pada inti. Inti dari kernel silo diangkut ke bulk
silo dengan menggunakan screw conveyor dan pneumatic conveyor. Gambar dari
bulk silo westel dapat dilihat pada gambar di bawah ni

BAGAN ALIR PENGOLAHAN CPKO

13
2.7 Proses Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi PKO
Palm kernel oil (PKO) adalah minyak yang dihasilkan dari inti buah sawit atau bisa di
sebut juga dengan bijinya. Proses awal yang dilalui untuk membuat KPO hampir sama
dengan proses awal CPO. Pada penngolahan kelapa sawit menjadi KPO setelah di lakukan
pengepresan maka terjadi pemisahan antara minyak sawit dengan kernel, maupun sabut dan
ampas. Biji yang masih tercampur dengan ampas maupun serabut kemudian akan diangkut
menggunakan Cake Breaker Convenyor yang dipanaskan menggunakan uap air agar nantinya
sebagian kandungan air yang masih ada kandungannya akan di perkecil, sehingga Press Cake
akan terurai dan akan memudahkan proses selanjutnya yaitu pemisahan yang akan menuju
Depericarper.
Di Depericaper terjadi proses pemisahan Fibre dengan biji. Pemisahan yang terjadi
karena adanya perbedaan berat maupun gaya isap blower. Biji yang tertampung pada Nut Silo
yang dialiri menggunakan udara panas pada suhu 60-80 oC dengan rentang waktu 18-24 jam
agar nantinya kadar air akan turun pada kisaran 21% hingga 4%. Sebelum biji akan
dimasukkan ke Nut Craker, biji harus di proses dahulu menggunakan Nut Grading Drum agar

14
dapat memisahkan ukuran biji menurut besar maupun kecilnya sesuai dengan fraksi yang
ditentukan. Nut lalu dialirkan ke Nut Craker untuk memecah. Masa dari biji pecah dimasukan
ke dalam Dry Seperator yaitu adalah prosespemisahan antara debu dengan cangkang halus
dan biji utuh dengan cangkang atau inti.
Masa cangkang bercampur inti dialirkan masuk ke dalam Hydro Cyclone untuk
memisahkan anatara inti dengan cangkang yang menggunakan prinsip perbedaan massa. Cara
lain untuk memisahkan inti dengan cangkang dengan menggunakan Hydro Clay Bath adalah
alat pemisah dengan memanfaatkan lumpur maupun tanah liat. Cangkang yang sudah terpisah
kemudian akan di manfaatkan untuk bahan bakar Boiler. Inti tadi akan dialirkan masuk ke
dalam Kerenel Drier untuk proses pengeringan sampai air yang terkandung mencapai 7%
dengan tingkat pengeringan kisaran 50oC, 60oC, dan 70oC dengan kisaran waktu 14 sampai
16 jam. Lalu proses pemisahan kotoran, maka dialirkan melalui Winnowing Kernel atau
Kernel Strage, sebelum di angkut menggunakan truk ke pabrik untuk proses yang
selanjutnya.
Palm Kernel Oil atau PKO adalah dua laurik oil diantara 17 minyak dan lemak
mayor dengan produksi dunia, coconut oil (CNO) menjadi lebih besar sekita 20%
(minyak dunia 2001). Minyak kelapa dan minyak KPO memiliki karakteristik asam
lemak yang hampir sama. Pohon coconut oil adalah Cocus nucifera sedangkan
kelapa sawit menghasilakan Palm oil (PO) dan PKO adalah Eleis Guineensis
(Harley, 1988). Pohon ini secara umum dipercayai sebagai tanaman yang asli
tumbuh di hutam Afrika Timur dan ada banyak bukti bahwa kelapa sawit didapatkan
dari daging buah yang kemungkinan di konsumsi oleh penduduk yang ada di Mesir
pada saat Zaman Pharaohs, kisaran 5000 tahun yang lalu (Raymond, 1961)

Varietas yang paling sering dibudidayakan adalah jenis Hibrida Tenera yang
merupakan hasil persilangan dari varietas Dura dan Isifera yang memiliki potensi
minyak yang lebih banyak. Efisiensi ekonomi kelapa sawit sangat mudah di
perhitungkan. Budidaya kedelai di US contohnya, menghasilkan 0,5 T minyak dan
2T daging. Kita dapat mengurangi daging buah dengan nilai minyak yang setengah,
sehingga total pendapatan petani sama dengan 1,5 T minyak. Di Asia Tenggara,
kelapa sawit menghasilkan sekitar 4T PO, ditambah dengan 0,5 PKO di tambah 0,5T
daging palm kernel (PKM), dengan pendapatan sama dengan minyak.

15
a. Buah Palm

Buah palm umumnya berbentuk oval, dengan panjang di kisaran 3cm dan
sekilas tampak seperti red plum kecil. Daging terluar mesocarp dapat menghasilkan
PO selain cernel, yang di dalamnya terdapat kulit yang keras, menghasilkan PKO.
Dua minyak dari buah yang sama memiliki kandungan asam lemak yang berbeda.
Buah palm tersusun di batang tandan besar yang memiliki kisaran berat 15-25 kg per
tandan, yang sering di sebut dengan Tandan Buah Segar atau TBS yang dapat
tumbuh dan matang secara langsung pada pohon. Sehingga panen dapat diselesaikan
dalam jangka waktu setahun, setiap 10-14 hari sekali.

Biasanya hasil dari sebuah TBS, sekitar 19% PO dan 5,5% kernal (PK) dan
biasanya perbandingan minyak ekstraksi (OER) dan rasio ektraksi kernel (KER). Hal
hal ini adalah tolak ukur yang sangat penting di perkebunan. Di dalam perdagangan,
rasio antar PO dan PKO yang diperoleh buah kisaran 8:1 sebuah fakta yang berguna
bagi pedagang untuk di jadikan sebuah catatan agar mereka dapat mengumpulkan
data yang lebih akurat terkait produktifitas buah di perkebunan.

b. Palm Kernel

16
Setelah di lakukan proses panen, TBS dengan cepat langsung di bawa ke
penggilingan PO dimana TBS disterilkan dengan Steam dan buah terkupas.
Kemudian Buah dipres agar mendapatkan PO dari daging mesocarp. Kulit nya
berstektur keras dan tahan terhadap tekanan. Lalu dipisahkan dari serat, dipecah
bertujuan untuk menghilangkan kulit, lalu dikeringkan hingga air yang terkandung di
bawah 8% untuk mencegah jamur tumbuh.

PK dapat mengandung sekitar 50% minyak (db) kemudian dipecah


menggunakan screw press dengan tujuan menghasilkan PKO dan PKM, PKM yang
dihasilkan pres dapat di ekstrak pelarut untuk medapatkan minyak yang lebih akan
tetapi press ini tidak lagi dapat berjalan secara ekonomi dan menjadi di tinggalkan.
Rata rata hasil yang di peroleh pedagang dari pemecahan PK adalah 45% PKO dan
53% PKM , seimbang dengan proses loss. Pada tahun 2000, produksi PK pada dunia
mencapai titik 6,5 MT dan 84% nya berasal dari asia tenggara dan negara
penyumbang terbesarnya adalah Indonesia dan Malaysia.

c. Palm kernel oil

17
Pada kisaran tahun 2000 sampai 20001, Produksi PKO dunia mencapai 2,9 MT
atau 2,5% dari total minyak dan lemak. Negara produsen terbesar. Dalam kasus palm
kernel , negara besar yang berperan adalah indonesia dan malaysiayang masing
masing menyumbang 78% dan 90%. Produksi minyak pal kernel di dunia bertumbuh
sangat pesat yaitu menjadi 6,2% dan 3,6%, sedangkan produksi CNO tidak
menunjukkan adanya perkembangan.

d. Komposisi secara umum

Secara umum komposisi dan sifat dari asam lemak PKO sangat mirip dengan
CNO. Perbedaan utamanya adalah jika PKO memiliki sedikit kekurangan yaitu pada
rantai asam lemaknya yang lebih pendek, C8 dan lebih rendah, asam lemak jenuh
yang lebih tinggi, dengan tipe IV 18,5 melawan 8,5 untuk CNO. Sebelum dikenalnya
GLC, uju Reichert dan Polenskeuntuk membedakan PKO dan CNO. Uji ini
digunakan untuk mengukur tingkat rantai pendek asam lemak.

Asam lemak mayor pada PKO adalah C12 (asam laurat) sekitar 48%, C14 )
asam miritat) sekitar 16% dan 18:1 (asam oleat) sekitar 15%. Tidak ada asam lemak
lainnya yang lebih dari 10%. Asam lemak jenuh tunggal yang ada dalan jumlah
besar, bergabung dengan asam llemak tak jenuh yang tingkatnya rendah,
memberikan titik leleh minyak tinggi.

18
Disamping triacylglycerols dan FFA, PKO mentah mengandung sekitar 0,8%
unsapoinifiable seperti sterol, tokol, tripena, alkohol, hidrokarbon dan lakton.
Bahkan setelah terhidrogenasi sempurna, titik leleh PKO tidak meningkat banyak
diatas suhu mulut dan fraksinasiyang menghasilkan stearin (PKOs) dengan titik leleh
lebih tajam. Lemak meleleh secara tajam dibawah suhu mulut meninggalkan sensasi
bersih, dingin dan tidak berminyak dilangit- langit mulut, tidak mungkin untuk
minyak non-lauric umum lainnya yang cocok. Lemak kakao adalah satu-satunya
lemak alami dengan sifat yang sama.Metode terbaik dalam menaksir ketajaman
kelelehan lemak adalah uji organoleptik oleh panel terlatih, atau bahkan yang lebih
baik. Tetapi informasi yang didapatkan tidak dapat dikomunikasikan atau disimpan
secara kuantitatif dan sehingga penggunaanya menggunakan kandungan lemak padat
(SFC) pada berbagai suhu. Bahkan metode ini, kurang sederhana dan menghasilkan
metode tunggal.

e. Komposisi asam lemak


Kandungan asam lemak utama dalam minyak inti sawit adalah 48% asam laurat
(C12), 16% asam mieistat (C14) dan 15% asam oleat (C18:1). Kandungan asam lemak
lain biasanya tidak mencapai 10% dan dari asam laurat yang kaya ini memberikan
keunggulan dari minyak kelapa yang hampir mirip komposisinya dengan minyak sawit.
Minyak sawit memiliki titik leleh yang tinggi, yang artinya kekerasan pada suhu kamar
dikombinasikan dengan titik leleh yang rendah. Ini adalah sifat yang sangat
menguntungkan dari asam laurat yang menentukan penggunanya di bidang yang dapat
dimakan dan sebanding dengan harganya yang bisanya akan lebih mahal ketimbang
dengan minyak lain.

Bahkan ketika dilakukan hidrogenisasi penuh, titik lelehnya tidak naik jauh di
atas suhu tinggi dan fraksinasi menghasilkan stearin,yang bahkan titik lelehnya tinggi.
Lemak yang leleh meninggalkan sensasi bersih, dingin dan juga tidak berminyak di
langit langit mulut, dan tidak gatal di tenggorokan, sesnsasi ini tidak akan terdapat di
minyak minyak yang tidak memiliki kandungan asam laurat. Ada alternatif lain seperti
mentega kakao dan fraksi tengah kelapa sawit akan tetapi memiliki harga yang kurang
terjangkau.

Minyak inti sawit memiliki kandungan sekitar 82% asam lemak jenuh, yang jauh
lebih dari minyak cair utama, lalu ada kedelai yang hanya 16% asam lemak jenuh atau

19
minyak bunga matahari yang jenuh 12%. Dilihat dari sudut pandang nutrisi, ini dapat
dikatakan memiliki kekurangan yang cukup besar, tetapi perbandingan sederhana seperti
itu sedikit menyesatkan.minyak laurat hanya digunakan dalam bahan makanan dimana
lemak padat diperlukan dan, ketika minyak cair dihidrogenisasi dengan konsentrasi
dengan konsentrasi yang sama, minyak tersebut tidak hanya membentuk lebih banyak
asam lemah jenuh, tetapi juga asam lemak trans yang penelitian terbaru telah terbukti
bahkan lebih tidak disukai dalam hal profil kolesterol darah daripada yang jenuh.
Pertimbangan yang lain adalah harganya yang tinggi dengan sifat sifat khas, minyak
laurat hanya digunakan jika jelas diperlukan dan hanya mencapai tingkat sederhana
dalam makanan kita.

Karena kesamaan komposisi dan sifat, minyak inti sawit memiliki kegunaan yang
mirip dengan minyak kelapa, baik dibidang makanan maupun non pangan. Namun, ada
beberapa perbedaan kecil yaitu minyak inti sawit lebih cenderung tidak jenuh sehingga
dapat di olah menjadi makanan yang lebih luas sementara minyak kelapa miliki rantai
yang pendek sehingga lebih cocok untuk indutri oleokimia.

Minyak inti sawit dan produk terhidrogenasi dan fraksinya banyak digunakan
baik sendiri atau dalam campuran dengan minyak lain untuk adonan biskuit dan krim
pengisi lapisan gula kue, es krim, krim kocok, imitasi, coklat pengganti dan lapisan
lainnya, margarin, ddl. Minyak laurat (CNO,PKO) sangat diperlukan dalam pembuatan
produk sabun. Sabun yang baik harus mengandung sekirat 15% asam laurat untuk
menyabuni dengan cepat, sedangkan sabun yang dibuat untuk digunakan dalam air laut
didasarkanpada hampir 100% minyak laurat. Minyak laurat juga memberikan kekerasan,
kelarutan dan rasa kualitas pada sabun. Minyak kelapa telah menjadi lemak tradisional
untuk aplikasi ini tetapi, bagaimanapun minyak inti sawit dapat menggantikannya
dengan sempurna dan mungkin dengan bebberapa keuntungan yang tidak terhitung.

Dalam industri oleokimia, minyak inti sawit dalam jumlah yang sangat besar
sekarang digunakan untuk pembuatan asam lemak rantai pendek, alkohol lemak, metil
ester, amina lemak, amida dll, untuk digunakan dalam deterjen, kosmetik dalam produk
lainnya yang tak terhitung banyaknya. Sampai baru-baru ini, produk oleokimia ini secara
tradisional dibuat dari minyak kelapa, tetapi dengan peningkatan pasokan minyak inti
sawit pada tingkat yang lebih cepet dan biasanya dengan keuntungan harga, minyak ini
terus meningkat.

20
2.8 Sifat Fisik dan Sifat Kimia dari PKO
ciri-ciri yang biasanya disebutkan dalam standar nasional dan internasional
dan perdagangan spesifikasi. Ini adalah nilai-nilai yang paling sering digunakan di
laboratorium kontrol kualitas minyak prosesor dan pengguna. Untuk diskusi umum
IV, mp dan SFC, lihat juga di bawah CNO (Bagian 6.2.2.2 untuk 6.2.2.4). Standar
Malaysia untuk PKO (CPKO) mentah, MS80:1987 didasarkan pada hasil survei 1981
yang dilakukan oleh PORIM (sekarang MPOB), yang diuji 118 spesimen dari
berbagai lokasi di seluruh negara. Ini berarti tidak hanya memberikan rata-rata dan
rentang nilai tetapi juga deviasi standar (SD) dan ukuran sampel, yang membuatnya
lebih berguna daripada sebagian besar standar untuk minyak lainnya, yang hanya
memberikan rentang (ukuran ikatan variasi). Rancangan (2001) Codex standar untuk
karakteristik. Ini kurang komprehensif daripada standar Malaysia. Misalnya, tidak
termasuk karakteristik SMP dan SFC yang sangat penting dan memiliki rentang yang
lebih lebar. Rentang sempit menghasilkan produk lebih alami.
Karakteristik seperti viskositas, panas spesifik dan titik didih biasanya tidak
ditentukan, tapi tetap penting secara teori dan teknik serta untuk tujuan manufaktur
makanan. Kebanyakan mereka adalah fungsi berat molekul dan tingkat unsaturation
minyak memberikan beberapa nomornya.
Viskositas adalah sebuah sifat yang sangat penting untuk perhitungan teknik
kimia dan juga dalam operasi menggoreng. Beberapa tes yang berharga untuk
menilai kondisi minyak goreng selama menggunakannya tergantung pada pengukuran
viskositas. Minyak memiliki viskositas yang relatif tinggi dibandingkan dengan
senyawa organik lain karena rantai panjangnya. Salah satu yang membedakan antara
viskositas mutlak atau dinamis (poises) dan Viskositas kinematis (Stoke) yang diukur
oleh alat-alat yang menggunakan efflux, falling ball, rising bubble, dan sebagainya.
Viskositas kinematis sama dengan viskositas dinamis yang dibagi menjadi
massa jenis cairan pada suhu tes. Beberapa instrumen yang banyak digunakan
mengukur Viskositas kinematis dengan menentukan waktu penghabisan fixed volume
cairan melalui lubang dan sering waktu itu sendiri digunakan untuk menunjukkan
viskositas, misalnya, 100 detik Redwood No.1 atau 150 detik Saybolt. Banyak data
dalam literatur perusahaan teknik, spesifikasi produk tabel referensi masih
menggunakan tipe ini.

21
Banyak persamaan telah diajukan untuk menjelaskan perubahan viskositas
minyak dengan suhu, atau untuk memperolehi viskositas dari karakteristik lain, tetapi
pada akhirnya semuanya terlalu rumit untuk digunakan secara praktis. Untuk tujuan
praktisnya, penggunaannya dapat dibuat dari fakta bahwa hubungan linier yang ada
antara logaritma dari viskositas dinamis dan suhu absolut timbal-balik (Swern 1979,
ms. 179), melebihi kisaran suhu yang digunakan dalam pengolahan dan penanganan
minyak dalam industri makanan. Dalam pengalaman kami hubungan ini sangat tidak
baik untuk trigliserida, dan dalam kebanyakan kasus, hubungan linear yang lebih baik
ada antara viskositas logaritma dan suhu Logaritma (0C), yang lebih nyaman/pas.
Dalam keadaan, kecuali untuk kondisi tekanan yang sangat tinggi, minyak dan
lemak berperilaku seperti cairan Newton dan menunjukkan kurangnya perubahan
viskositas dengan suhu daripada minyak mineral. Viskositas minyak dan lemak
meningkat dengan beratnya dan turun dengan unsaturation tetapi efek yang kedua
adalah kecil. Minyak laurat, akrena rantainya lebih pendek, memiliki viskosita syang
ebih rendah daripada minyak utama lainnya, sebaliknya semakin rendah pembentukan
unsaturasi. Kelompok hidroksil dalam molekul, seperti minyak jarak, polimerisasi,
seperti ditiup minyak biji rami, atau menggoreng luas sangat meningkatkan
kekentalan
Kepadatan sangat penting dalam transaksi komersial. Selain eceran, minyak
yang dibeli dan dijual berdasarkan beratnya dan jumlah yang besar diangkut dengan
kapal-kapal, atau disimpan dalam bulking instalasi dan kilang minyak, tergantung
pada volume dan kepadatanpengukuran untuk memperkirakan beratnya. Kepadatan
minyak dan lemak meningkat dengan unsaturasi tapi menurun dengan peningkatan
berat molekul dan hampir linear dengan meningkatnya suhu. Suhu rata-rata koefisien
untuk CNO dan PKO antara 200 dan 600 adalah 7.1 x 104/0C (Cocks dan Van Rede
1966). Contoh untuk beberapa trigliserida sederhana, dikutip oleh Swern (1979, ms.
189) dalam g/ml pada 800C, adalah sebagai berikut Di aplikasi menggoreng terutama
di sektor domestik dan katering, titik asap minyak sering digunakan untuk menilai
titik pembuangannya. Nilai ini terutama tergantung pada kandungan asam lemak
bebas ( FFA ) dan pada titik didih asam lemak. Di 760 mm hg, asam laurat telah
mendidih titik 298.90C dibandingkan dengan 351.50C untuk asam palmitat dan
376.10C untuk asam stearat ( swern tahun 1979, p. 205 ). Unsaturation mengurangi
titik didih.

22
2.9 Proses Hidrogenasi dari PKO
PKO memiliki IV dari sekitar 18 dan dapat terhidrogenasi untuk menghasilkan
berbagai produk kombinasi SMP/IV yang berbeda. Biasanya, ini tersedia dalam langkah SMP
2-30C dan tabel 6.25 menunjukkan ciri-ciri khas tentang produk HPKO dari produsen EU
utama. Stabilitas oksidatif PKO, meskipun baik, tidak sebaik yang diharapkan dari tingkat
unsaturasinya. Hal ini mungkin karena kandungan tocols rendah dan, seperti dalam kasus
CNO. ia menanggapi kuat bahkan tambahan yang sangat kecil dari sintetis antioksidan (BHA,
BHT) dan agen chelating seperti asam sitrat. Stabilitas juga sangat meningkat dengan
hidrogenas

tingkat kecil. Dilihat dari tabel, waktu penyimpanan maksimum yang


direkomendasikan oleh produsen enam kali lebih lama untuk kelas hidrogenasi
daripada untuk minyak unhidrogenasi. Berbagai nilai HPKO biasanya ditawarkan di
bawah nama merek pasar dan dalam banyak kasus, deskripsinya tidak
mengecualikan kehadiran PKOo yang harganya lebih rendah. Efek dari praktek ini
adalah untuk meningkatkan IV dan untuk menurunkan kandungan C12 dan nilai-
nilai SFC di mp yang diberikan; Tapi kecuali ada jumlah besar, efeknya
perbandingan kecil dan hati-hati yang diperlukan untuk mendeteksi itu

23
Minyak Goreng

Ada beberapa statemen keliru bahwa minyak laurat tidak cocok untuk
menggoreng. karena kecenderungannya untuk membusa ketika minyak dari makanan
di goreng berubah menjadi minyak laurat, dan juga karena titik uapnya yag lebih
rendah, dibandingkan dengan. minyak non-laurat. Namun, defisiensi ini hanya terjadi
ketika deep frying dan minyak laurat sangat cocok untuk shallow frying. Pada
operasi ini, lemak dalam pan hanya sedikit milimeter dalamnya dan busanya tidak
jadi masalah. Begitu juga dengan asap tidak menjadi perhatian karena minyak hanya
digunakan sekali dan FFA nya sekitar 0.1%.

Dalam EU, beberapa brand lemak yang sangat sukses untuk shallow frying
berdasarkan CNO lurus. Rupanya lemak padat putih alami dan kecerahannya
memiliki cita rasa (viskositas rendah) yang paling banyak konsumen minta. CNO
alami juga digunakan dalam beberapa brand seperi pop corn yang mengandung
lemak tablet dalam paket yang sama, didesain untuk popping di rumah. PKO dapat
digunakan secara imbang untuk tujuan yang sama tetapi CNO telah menjadi pilihan
lemak tradisional

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah:
1. Kelapa sawit merupakan tumbuhan penting yang telah dikenal oleh banyak masyarakat
sebagai penghasil minyak industri juga bahan bakar.
2. Palm kernel Oil (PKO) adalah minyak yang dihasilkan dari inti sawit. Proses awalnya
sama seperti pengolahan kelapa sawit menjadi CPO. Pada pengolahan kelapa sawit
proses maka terjadi pengepresan pemisahan antara minyak sawit dengan kernel, sabut
dan ampasnya.
3. Pengolahan kelapa sawit menjadi kernel (inti sawit) melalui proses pemisahan brondol
dengan janjang, menjadi PKO setelah Pencacahan dan pelumatan daging,
pengepresan, pemisahan serabut dengan inti cangkang dengan
4. Dalam pemisahan serabut dan inti. pemisahan proses pemurnian dan fraksinasi PKO
metode dan prinsip pengerjaannya sama seperti proses pada palm oil atau CPO.

24
5. PKO dimanfaatkan untuk bahan pembuatan bakery, industry oleokimia, pembuatan
senjata dan warefare, margarine, dll

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwasannya makalah diatas banyak sekali kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman
pada banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah diatas.

DAFTAR PUSTAKA

McCabe, Warren L, dkk.1993.Unit Operatin Of Chemical Engineering. McGraw Hill: New


York

Mustafa Hadi, Muh.Ir. Teknik Berkebun Kelapa Sawit . Penerbit: Adicita Karya
Nusa,Yogyakarta, 2004.

Nag, PK. Power plant engineering, second edition, Penerbit : Mc Graw Hill. 2002.

Syalkhin, P. 1999, Turbin Uap, penerbit Erlangga, Jakarta.

Suyatno, Risza, 1994. Kelapa sawit upaya peningkatan produktivitas, Ikanisius, Yogyakarta.

Wakil, M. M. Steam Power Plant, Jhon Welly dan Son, New York, 1994.

25

Anda mungkin juga menyukai