Anda di halaman 1dari 25

Tugas Metodologi

Riset

Pengaruh Temperatur dan Waktu Pemanasan


Terhadap Perolehan Minyak Biji Bunga Matahari
Dengan Metode Pengepresan Berulir.

Disusun Oleh :

1. M. Fatikhul izzi (201810120311303)


2. M. Daffa Al Niszar Fikri (201810120311288)
3. Muhammad Rizqi Pratama (201910120311228)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK MESIN

2021
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT., karena atas ridho
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Metodologi Penelitian
dengan baik. Maksud dan tujuan dari penulisan tugas ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Metodologi Penelitian. Penulis merasa bahwa dalam penulisan ini
masih menemui kesulitan dan hambatan, disamping itu juga penulis menyadari
bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kekurangan – kekurangan lainnya.

Atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan
tugas Metodologi penelitian ini. Oleh karena itu, kami selaku penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar – besarnya. Saran dan Kritik yang bersifat membangunn
akan diterima dengan senang hati untuk kesempurnaan penulisan tugas ini dimasa
yang akan datang.

Dengan terselesaikannya makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat


bagi penulis dan bagi para pembaca.

Malang, 28 Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 2

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 3

2.1 Minyak Nabati ............................................................................................ 3

2.2 Biji Bunga Matahari ................................................................................... 3

2.3 Minyak Biji Bunga Matahari ..................................................................... 5

2.4 Proses Pengambilan Minyak ...................................................................... 8

2.5 Screw Press ................................................................................................ 9

BAB 3. METODE PENELITIAN............................................................................ 11

3.1 Proses Pengambilan Minyak .................................................................... 11

3.2 Analisa Minyak yang Dihasilkan .............................................................. 12

3.3 Hasil dan Pembahasan............................................................................... 14

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ....................................................... 20

4.1 Anggaran dan Biaya ................................................................................. 20

4.2 Jadwal Kegiatan ....................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Minyak biji bunga matahari merupakan salah satu minyak nabati yang masih
sangat terbatas perkembangannya di Indonesia. Minyak biji bunga matahari adalah
salah satu bahan alami yang dipergunakan untuk mencegah penyakit kanker. Adapun
manfaat terbesarnya terdapat pada selenium yang digunakan untuk perbaikan DNA,
menjaga kesehatan jantung dan mempercepat penyembuhan luka. Minyak biji bunga
matahari selain merupakan sumber minyak terbaru juga termasuk minyak bukan
untuk kebutuhan pangan manusia, sehingga tidak bersaing dengan kebutuhan
konsumsi manusia, seperti : minyak kelapa sawit, minyak jagung, dan minyak nabati
lainnya.

Bunga matahari sudah lama dikenal masyarakat Indonesia sebagai tanaman


obat dan penghasil minyak. Bunga matahari adalah tumbuhan semusim dari suku
kenikir-kenikiran (Asteraceae) yang populer, baik sebagai tanaman hias maupun
tanaman penghasil minyak. Bunga tumbuhan ini sangat khas: besar, biasanya
berwarna kuning terang, dengan kepala bunga yang besar. Bunga Matahari juga
memiliki perilaku khas, yaitu bunganya selalu menghadap / condong ke
arah matahari atau heliotropisme.

Saat ini minyak biji bunga matahari digunakan sebagai bahan dasar merawat
kulit, mambantu mengatasi kutu air, meningkatkan kesehatan rambut,
menyembuhkan luka, meningkatkan energi, meningkatkan sistem imun,
meningkatkan kesehatan penernaan, menjaga kesehatan jantung, dan berpotensi
mencegah kanker.

1.2. Rumusan Masalah

Pada penelitian ini berisi tentang mendapatkan minyak dari biji bunga
matahari dengan cara pengepresan berulir (screw press) dimana keunggulan mesin
tipe ini adalah karena mudah dioperasikan dan biaya pemeliharaan murah, prosesnya
kontinu sehingga kapasitas produksi lebih besar dibandingkan dengan mesin press
biji bunga matahari tipe hidrolis. Selain itu ekstraksi menggunakan screw press lebih
aman dan mudah digunakan sehingga lebih efisien daripada ekstraksi menggunakan
pelarut.

1
Pada penelitian ini perlakuan pendahuluan yang digunakan berupa variabel
temeratur dan waktu pemanasan yang bertujuan untuk mengurangi kandungan air
dalam biji bunga matahari karena kandungan molekul air didalam biji bunga matahari
dapat menghambat keluarnya minyak pada proses ekstraksi. Biji bunga matahari
disortir dan dibersihkan kemudian dipanaskan dengan variabel temperatur dan waktu.
Analisa yang dilakukan terhadap produk adalah rendemen, yield, densitas, viskositas,
kadar air, kadar asam, dan bilangan penyabunan.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah,

1.3.1. Untuk mengetahui rendemen dan yield minyak biji bunga matahari yang
dihasilkan dari variabel yang telah ditentukan.

1.3.2. Untuk mengetahui sifat fisik minyak biji bunga matahari yang dihasilkan dari
variabel yang ditentukan.

1.3.3. Untuk mengetahui nilai bilangan asam dan bilangan penyabunan minyak biji
bunga matahari yang dihasilkan dari variabel yang telah ditentukan.

1.3.4. Untuk mengetahui variabel optimum dalam pembuatan minyak biji bunga
matahari dengan cara pengepresan berulir (screw press).

1.4. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini dapat diketahui variabel optimal dalam minyak biji
bunga matahari dengan cara pengepresan berulir (screw press) dan juga informasi
data rendemen, yield, densitas, viskositas, kadar air, bilangan asam, dan bilangan
penyabunan minyak yang dihasilkan berdasarkan variabel waktu pemanasan awal dan
ukuran partikel.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Minyak Nabati

Minyak nabati adalah sejenis minyak yang terbuat dari tumbuhan. Digunakan
dalam makanan dan memasak. Beberapa jenis minyak nabati yang biasa digunakan
ialah minyak kelapa sawit, jagung, dan zaitun.

Berdasarkan kegunaannya, minyak nabati terbagi menjadi dua golongan. Pertama,


minyak nabati yang dapat di gunakan dalam industri makanan(odible oils) dan
dikenal dengan nama minyak goreng meliputi minyak kelapa, minyak kelapa sawit,
minyak zaitun, minyak kedelai ,dan sebagainya. Kedua , minyak yang digunakan
dalam industri non makanan (non edile oils). Misalnya minyak kayu putih, minyak
jarak, dan minyak biji karet.

Minyak nabati adalah cairan kental yang di ambil atau di ekstrak dari tumbuh
tumbuhan. Komponen utama penyusun minyak nabati adalah trigliserida asam lemak,
yang mencapai 95%-B. komponen lainnya adalah asam lemak bebas, monogliserida,
digliserida, fosfolipit, vitamin, dan mineral.

Istilah minyak nabati umumnya digunakan pada minyak yang pada


temperature ruangan berfasa cair. Sedangkan minyak nabati yang pada temperature
ruangan berfasa padat disebut lemak nabati. Kebanyakan bagian tubuh tumbuhan
dapat menghasilkan minyak nabati, namun bagian tumbuhan yang umum di ekstrak
minyaknya adalah biji.

Berdasarkan peninggalan dokumen yang ada, penggunaan minyak nabati telah


dimulai sejak 4000 tahun yang lalu. Masyarakat pada saat itu menggunakan batu
untuk menghancurkan biji, lalu dilakukan pendidihan untuk mengekstrak minyaknya.

2.2. Biji bunga matahari

. Bunga matahari merupakan tumbuhan terna semusim yang berasal dari


Amerika Tropik bagian utara (Meksiko), tinggi 3m sampai 5m tergantung
varietasnya. Daun tunggal lebar. Batang biasanya ditumbuhi rambut kasar, tegak,
jarang bercabang. Bunga tersusun majemuk. Terdapat dua tipe bunga: bunga tepi
atau bunga lidah yang membawa satu kelopak besar berwarna kuning cerah dan steril,
dan bunga tabung yang fertil dan menghasilkan biji.

3
Bunga matahari menyukai tanah yang subur dan hangat. Tumbuhan ini
menyukai suasana yang cerah. Mengingat asalnya, tumbuhan ini cocok tumbuh pada
tempat dengan iklim subtropik. Di daerah tropika hasilnya tinggi jika ditanam pada
dataran tinggi. Di daerah beriklim sedang seperti Eropa tumbuhan ini hanya bisa
ditanam pada musim semi hingga musim gugur dan harus dihindari terkena frost.
Kerapatan tanam biasanya 60000 hingga 70000 tanaman per-hektar.

Biji bunga matahari adalah buah dari bunga matahari (Helianthus annuus).
Istilah "biji bunga matahari" sebenarnya adalah kesalahpahaman yang menyangkanya
sebagai bagian biji dalam anatomi buah-nya. Dalam bidang botani, buah tersebut
disebut sebagai cypsela.

Biji bunga matahari lebih sering dimakan sebagai camilan daripada sebagai
bagian dari makanan. Mereka juga dapat digunakan sebagai hiasan atau bahan dalam
berbagai resep. Benih dapat dijual sebagai biji in-shell atau kernel yang dihilangkan
kulitnya. Benih juga dapat tumbuh dan dimakan dalam salad. Dalam cangkang, biji
bunga matahari sangat populer di negara-negara Mediterania, Eropa Timur, dan Asia
di mana mereka dapat dibeli baru dipanggang dan biasanya dikonsumsi sebagai
makanan jalanan, cangkangnya mudah terbuka dengan gigi dan dimuntahkan,
sementara di banyak negara, mereka dapat dibeli dalam kemasan baru dalam berbagai
rasa panggang. Di Amerika Serikat, mereka biasanya dimakan oleh pemain bisbol
sebagai alternatif untuk mengunyah tembakau. Selain di konsumsi manusia, biji
bunga matahari juga digunakan sebagai makanan untuk hewan peliharaan dan burung
liar dalam kotak dan tas kecil.

4
2.3. Minyak Biji Bunga Matahari

Minyak biji bunga matahari adalah minyak non volatil yang dihasilkan dari
biji bunga matahari (Helianthus annuus) yang dikompres. Minyak biji bunga
matahari biasanya digunakan dalam masakan sebagai minyak goreng dan bahan baku
kosmetik. Minyak ini memiliki campuran lemak tak jenuh tunggal dan tak jenuh
ganda dengan konstituen utama asam oleat dan asam linoleat.

Minyak biji bunga matahari menjadi komoditas industri sejak tahun 1835
di Kerajaan Rusia. Produsen minyak biji bunga matahari terbesar saat ini
yaitu Ukraina, Russia, dan Argentina. Kandungan utama minyak biji bunga matahari
yaitu:

● Asam palmitat (jenuh): 4–9%

● Asam stearat (jenuh): 1–7%

● Asam oleat (tak jenuh tunggal omega-9): 14–40%

● Asam linoleat (Tak jenuh ganda omega-6): 48–74%

Jenis minyak biji bunga matahari yang dihasilkan tidak terlepas dari kondisi
genetik bunga dan iklim setempat. Minyak biji bunga matahari diklasifikasikan ke
dalam tiga jenis, yaitu kadar asam oleat tinggi, sedang, dan rendah. Minyak biji
bunga matahari dengan kadar asam stearat tinggi mulai dikembangkan untuk industri
makanan pengganti minyak nabati ter-hidrogenasi.

Minyak biji bunga matahari bersifat cair pada temperatur ruang. Minyak yang
telah dimurnikan akan berwarna jernih dan sedikit kekuningan.

Titik asap
232 °C 450 °F
(setelah dimurnikan)

Titik asap
107 °C 225 °F
(sebelum dimurnikan)

Kepadatan (25 °C) 918.8 kg/m3

Indeks refraktif (25 °C) ≈1.4646

5
Nilai saponifikasi 188-194

Nilai iodin 120-145

Kadar unsaponifiable 1.5-2.0%

Viskositas (25 °C), sebelum 0.4914 kg/(M*


dimurnikan S)

Standar yang ditetapkan dalam menentukan nutrisi dari minyak biji bunga
matahari adalah tanaman bunga matahari yang dikembangkan tanpa melalui rekayasa
genetika (non-GMO). Minyak yang dihasilkan dari tanaman ini mengandung lebih
banyak asam linoleat dibandingkan asam oleat. Strain baru yang mampu
menghasilkan asam oleat tinggi dikembangkan pada akhir abad ke-20. Namun di luar
variasi kandungan asam lemak, nutrisi lainnya seperti vitamin E dan vitamin K tidak
memiliki perbedaan yang signifikan.

Lemak tak
Lemak Lemak Lemak tak
jenuh Titik asap
total jenuh jenuh tunggal
majemuk

Minyak biji 20g (84g in


11g 69g (4g in high 225 °C
bunga 100g high oleic
(11%) oleic variety) (437 °F)
matahari variety)

Minyak 16g 257 °C


100g 23g 58g
kedelai (16%) (495 °F)

Minyak 205 °C
100g 7g (7%) 63g 28g
kanola (401 °F)

14g 190 °C
Minyak zaitun 100g 73g 11g
(14%) (374 °F)

Minyak 15g 230 °C


100g 30g 55g
jagung (15%) (446 °F)

6
Minyak 17g 225 °C
100g 46g 32g
kacang tanah (17%) (437 °F)

Minyak 25g 213 °C


100g 38g 37g
bekatul (25%) (415 °F)

39g 190 °C
Lemak babi 100g 45g 11g
(39%) (374 °F)

52g 200 °C
Suet 94g 32g (34%) 3g (3%)
(55%) (400 °F)

51g 150 °C
Mentega 81g 21g (26%) 3g (4%)
(63%) (302 °F)

86g 177 °C
Minyak kelapa 100g 6g (6%) 2g (2%)
(86%) (351 °F)

Rendahnya titik asap menjadikan minyak biji bunga matahari tidak ideal
untuk menggoreng dengan temperatur tinggi. Namun ideal sebagai pelengkap
masakan yang telah matang atau siap disajikan, misal sebagai salad dressing. Minyak
biji bunga matahari juga dapat dijadikan margarin.

Sebagai bahan baku kosmetik, minyak biji bunga matahari berperan dalam
memperhalus kulit.

2.4 Proses Pengambilan Minyak

Menurut Ketaren (2008), ekstraksi merupakan suatu cara untuk mendapatkan


minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun
cara ekstraksi ini bermacam – macam, yaitu rendering (dry rendering dan wet
rendering), mechanical expression dan solvent extraction.

2.4.1. Rendering

Menurut Ketaren (2008), rendering merupakan suatu cara ekstraksi


minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak

7
dengan kadar air tinggi. Penggunaan panas bertujuan untuk menggumpalkan
protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel tersebut
sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung
didalamnya. Menurut pengerjaannya rendering dibagi dalam dua cara yaitu
wet rendering dan dry rendering. Wet rendering adalah proses rendering
dengan penambahan sejumlah air selama berlangsungnya proses. Sedangkan
dry rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses
berlangsung

2.4.2. Pengepresan mekanis

Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau


lemak, terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan
untuk memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30% -
70%). Pada pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan
sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan
tersebut mencakup pembuatan serpih, perajangan, dan penggilingan serta
tempering atau pemasakan.

Dua cara yang umum dalam pengepresan mekanis yaitu pengepresan


hidrolis (hydraulic pressing) dan pengepresan berulir (screw pressing).

a. Pengepresan Hidrolis (Hydraulic pressing)

Pada cara hydraulic pressing, bahan di pres dengan tekanan


sekitar 2000 lb/in2. Banyaknya minyak atau lemak yang dapat
diekstraksi tergantung dari lamanya pengepresan, tekanan yang
digunakan serta kandungan minyak dalam bahan. Sedangkan
banyaknya minyak yang tersisa pada bungil bervariasi sekitar 4%-6%,
tergantung dari lamanya bungkil ditekan dibawah tekanan hidrolik.
Tahap – tahap yang dilakukan dalam proses pemisahan minyak
dengan cara pengepresan mekanis dapat dilihat pada gambar.

8
b. Pengepresan berulir (screw pressing)

Cara screw pressing memerlukan perlakuan pendahuluan yang


terdiri dari proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan
berlangsung pada temperatur 2400F dengan tekanan sekitar 15-20
ton/inch2. Kadar air minyak atau lemak yang dihasilkan berkisar sekitar
2,5 - 3,5% , sedangkan bungkil yang dihasilkan masih mengandung
minyak sekitar 4-5%. Cara lain untuk mengekstraksi minyak atau lemak
dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak adalah
gabungan dari proses wet rendering dengan pengepresan secara mekanik
atau dengan sentrifusi (Ketaren, 2008).

2.4.3. Pelarut

Proses dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak


dalam pelarut minyak dan lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan
kadar minyak yang rendah yaitu sekitar 1% atau lebih rendah, dan mutu
minyak yang dihasilkan menyerupai hasil dengan cara expeller pressing,
karena sebagian fraksi bukan minyak akan ikut terekstraksi. Pelarut minyak
atau lemak yang biasa dipergunakan dalam proses ekstraksi dengan pelarut
menguap adalah petroleum eter, gasolin karbon disulfida, karbon tetraklorida,
benzene dan n-heksana (KETAREN, 2008).

2.5 Screw Press

Menurut Nurhayati (2014), metode pengepresan berulir merupakan metode


ekstraksi yang lebih maju dan telah diterapkan di industry pengolahan minyak. Cara
ekstraksi ini paling sesuai untuk memisahkan minyak dari bahan yang kadar
minyaknya diatas 10%. Tipe alat pengepres berulir yang digunakan dapat berupa
pengepres berulir tunggal (single screw press) atau pengepres berulir ganda (twin
screw press). Pada pengepresan biji bunga matahari, dengan teknik pengepres berulir
tunggal (single screw press) dihasilkan rendemen sekitar 28-34%, sedangkan dengan
teknik pengepres berulir ganda (twin screw press) dihasilkan rendemen minyak
sekitar 40-45%. Pengepresan dengan pengepresan berulir memiliki beberapa
kelebihan, yaitu :

• Kapasitas produksi menjadi lebih besar karena proses pengepresan


dapat dilakukan secara kontinyu.

• Menghemat waktu proses produksi karena tidak diperlukan perlakuan


pendahuluan, yaitu pengecilan ukuran dan pemasakan/pemanasan.

9
• Rendemen yang dihasilkan lebih tinggi.

Menurut Heruhadi (2008), cara kerja alat ekstraksi biji tipe berulir ini adalah
dengan menerapkan prnsip ulir dimana bahan yang akan dipress ditekan
menggunakan daya dorong dari ulir yang berputar. Bahan yang masuk ke dalam alat
akan terdorong dengan sendirinya ke arah depan, kemudian bahan akan mendapatkan
tekanan setelah berada diujung alat. Semakin bahan menuju ke bagian ujung alat,
tekanan yang dialami bahan akan menjadi semakin besar. Tekanan ini yang akan
menyebabkan kandungan minyak yang terdapat dalam bahan keluar. Minyak kasar
yang keluar dari mesin press dialirkan dan ditampung ke dalam tangki penampung
selama beberapa waktu agar kotoran – kotoran yang terikut di dalamnya mengendap.

10
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Proses Pengambilan Minyak

Biji bunga matahari ditimbang 500 gr sebanyak 12 kali, setelah itu


ditempatkan diatas nampan dan dipanaskan di dalam oven dengan suhu (60, 70, dan
800C) dan waktu (60 dan 90 menit) sesuai variabel. Biji bunga matahari yang telah
dipanaskan tersebut kemudian dipress dengan menggunakan alat screw press dengan
suhu (60, 70, dan 800C) dan kecepatan putar 220 rpm. Minyak biji bunga matahari
yang dihasilkan dilakukan analisa rendemen, yield, densitas, viskositas, kadar air,
kadar asam, dan bilangan penyabunan.

3.2. Analisa Minyak yang Dihasilkan

3.2.1. Analisa Rendemen

Analisa rendemen dihitung dengan membandingkan minyak


keseluruhan yang diperoleh dari proses pressing terhadap berat bahan
yang dimasukkan ke dalam alat screw press. Perhitungan rendemen
dilakukan dengan rumus:

%Yield=𝐴 𝑥 100%
𝐵

Dimana: A= massa minyak hasil penyaringan (gr)

B= massa sampel yang dimasukkan dalam alat (gr)

3.2.2. Analisa Yield

Yield diperoleh dengan menimbang bahan yang akan dimasukkan


kedalam alat screw press. Setelah di press, minyak dipisahkan dengan
kotoran yang terbawa dengan cara disaring, selanjutnya menimbang
hasil penyaringan dan menghitung yield menggunakan rumus
rendemen.

3.2.3. Analisa Bilangan Asam

Bilangan asam ditentukan menggunakan metode menurut


Andarawulan dkk (2011). Minyak biji bunga matahari ditimbang
seanyak 2,5 gram dalam Erlenmeyer 300 ml. Kemudian ditambahkan
150 ml pelarut etanol-dietileter dan indikator PP sebanyak 3 tetes.

11
Selanjutnya, mentitrasi campuran dengan KOH 0,1 N hingga titik
akhir titrasi (merah muda). Nilai bilangan asam dihitung dengan
rumus:
56,1 𝑥 𝑇 𝑥 𝑉
AV=
𝑚

Dimana: AV = Acid value/ bilangan asam g.KOH/g.sampel

T = Normalitas KOH hasil standarisasi (N)

V = Volume KOH yang digunakan untuk titrasi (ml)

m = Jumlah sampel yang digunakan (g) dan

56,1 bobot molekul KOH

3.2.4. Analisa Bilangan Penyabunan

Analisa bilangan penyabunan dilakukan dengan menimbang 4 gram


minyak biji bunga matahari di dalam Erlenmeyer 300 ml dan
menambahkan 50 ml KOH-alkohol 0,5 N dan batu didih. Selanjutnya,
memasang pendingin balik diatas Erlenmeyer dan dipanaskan selama 1
jam kemudian menambahkan indicator PP sebanyak 3 tetes. Campuran
dititrasi dengan HCl 0,5 N hingga titik akhir titrasi (tidak berwarna).
Blanko diperoleh dengan mentitrasi campuran tanpa minyak biji bunga
matahari. Nilai bilangan asam dihhitung dengan rumus:
(𝐴−𝐵)𝑥 𝑁.𝐻𝐶𝑙 𝑥 56,1
Bilangan Penyabunan=
𝐺

Dimana: A = Jumlah ml HCl 0,5 N untuk titrasi blanko

B = Jumlah ml HCl 0,5 N untuk titrasi sampel

G = Bobot sampel minyak (g) dan

56,1 = Setengah dari bobot molekul KOH.

Metode yang dilakukan tersebut mengacu pada Ketaren (2008).

3.2.5. Analisa Kekentalan

Tes kekentalan dilakukan menggunakan metode Ostwald


viskometer. Persamaan yg digunakan:

12
𝑡𝑥.𝑑𝑥
𝜇𝑥 = 𝑥 𝜇𝑜
𝑡𝑜.𝑑𝑜

Dimana: 𝜇𝑥 = Viskositas yang dicari, cp

𝑡𝑥 = Waktu alir fluida cair, s

𝑑𝑥= Densitas fluida cair, gr/ml

𝑡𝑜 = Waktu alir air, s

𝑑𝑜 = Densitas air, gr/ml

𝜇𝑜 = Viskositas air, cp

3.2.5. Analisa Densitas

Pengukuran akan dilakukan pada fomulasi yang dibuat menggunkan


piknometer. Persamaan yang digunakan:
𝑚2 − 𝑚1
ρ=
𝑉

Dimana: m1 = Berat piknometer dan isi (gr)

m2 = Berat piknometer kosong (gr)

V = Volume piknometer (ml)

13
Biji bunga matahari

Variabel suhu 60, 70 dan Pemanasan awal Variabel waktu 60 dan


800C 90 menit

Variabel putaran 220 rpm Pengepresan Variabel suhu 60, 70


dan 800C

Pemisahan

Bungkil biji Minyak biji


bunga matahari bunga matahari

Analisa Produk

3.3. Hasil dan Pembahasan

Biji bunga matahari yang sudah ditimbang sebanyak 500 gr dipanaskan


didalam inkubator dengan suhu 60, 70, dan 800C dengan waktu 60 dan 90 menit. Biji
bunga matahari yang sudah dipanaskan tersebut kemudian di press menggunakan
screw press. Alat screw press sebelumnya harus dipanaskan dahulu hingga mencapai
set point yaitu 60, 70, dan 800C. Setelah alat mencapai set point yang ditentukan
maka mulai nyalakan pemutar ulir dengan kecepatan 220 rpm dan pangkal ulir juga

14
harus dilonggarkan agar bungkil dapat keluar. Setelah itu biji bunga matahari
dimasukkan kedalam alat screw press melalui hopper. Bungkil yang keluar
dimasukkan lagi agar mendapatkan hasil yang maksimal. Prose pengepresan ini
diulang sebanyak 5 kali. Apabila proses pengepresan dilakukan terlalu banyak maka
dampaknya adalah oli yang ada pada penutup ulir akan ikut keluar dan menyebabkan
bungkil menjadi bercamur dengan oli.

Analisa rendemen dilakukan dengan mengukur jumlah output yang keluar


dari alat. Dari 12 kali run yang sudah dilakukan didapat hasil rendemen terbanyak
yaitu pada run 7 dengan perolehan 228,228 gr output atau 45,66% dari total 500 gr
bahan yang masuk ke alat. Namun rendemen yang dihasilkan ini masih berbentuk
slurry sehingga perlu dipisahkan antara ampas yang terikut dan minyak biji bunga
matahari yang dihasilkan. Pemisahan dilakukan dengan cara santrifuge. Walaupun
rendemen tertinggi ada pada run 7 , namun yield yang dihasilkan hanya 11,16%.
Maka sebanyak 202,84 gr adalah ampas yang terikut di dalam output. Sedangkan
yield tertinggi diperoleh pada run 5 yaitu 120,28 gr atauu 24,06% dengan jumlah
rendemen 216,640 gr. Yang baik adalah perolehan rendemen tinggi dan yield juga
tinggi. Namun dari data 12 run tersebut tidak ada yang memiliki rendemen sekaligus
yield yang tinggi. Maka dari segi jumlah rendemen dan yield, yang paling baik adalah
run 5 karena memiliki jumlah minyak yang paling banyak.

Analisa densitas dilakukan dengan menggunakan piknometer ukuran 25 ml.


Nilai densitas yang didapat berkisar dari 0,918 – 0,946 gr/ml. Sedangkan pada syarat
baku mutu yang disebutkan Ketaren (2008) nilai densitas berkisar 0,924 – 0,929
gr/ml. maka run 5 dan 6 tidak memenuhi syarat karena kurang dari 0,924 gr/ml yaitu
0,918 gr/ml. Selain itu, run 1 dan 2 juga tidak memenuhi syarat karena lebih dari
0.929 gr/ml.

Dua belas minyak biji bunga matahari yang dihasilkan memiliki nilai
viskositas pada kisaran 14,33 – 15,92 Cp. Sudik, et al. (2013) menyapaikan bahwa
nilai viskositas minyak biji bunga matahari pada suhu 1000C sebesar 14,86 Cp.
Penelitian dilakukan pada suhu ruangan yaitu 280C maka nilai viskositas akan
menjadi lebih besar karena nilai viskositas berbanding lurus dengan suhu. Namun
nilai viskositas yang didapat tidak bisa disimpulkan apakah memenuhi syarat atau
tidak karena belum adanya syarat baku mutu viskositas pada minyak biji bunga
matahari.

Analisa bilangan asam dan bilangan penyabunan dilakukan duplo atau dua
kali untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan mengetahui tingkat kesalahan
yang tejadi. Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH 0,1 N yang

15
digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak
atau lemak.

Nilai free fatty acid atau bilangan asam yang didapat pada dua belas minyak
biji bunga matahari yang dihasilkan yaitu berkisar dari 10,46 – 28,75 mg KOH/gr
minyak. Ketaren (2008) menyatakan bahwa nilai bilangan asam berkisar antara 6,3 –
8 mg KOH/gr minyak. Menurut Siboro (2010) bilangan asam yang semakin besar
dapat berpegaruh terhadap kualitas minyak. Yaitu senyawa – senyawa asam tersebut
dapat merubah bau dari minyak. Pada proses pembuatan minyak, apabila minyak
yang dihasilkan memiliki angka asam yang tinggi, dapat diatasi dengan cara
penetralan atau adsorbsi dengan adsorbmen tertentu seperti zeolite, bentonit, dll.

Menurut Ketaren (2008) bilangan penyabunan adalah jumlah alkali yang


dibutuhkan untuk menyabunkan sejulah contoh minyak. Bilangan penyabunan
dinyatakan dalam jumlah milligram KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1
gram minyak atau lemak. Besarnya bilangan penyabunan tergantung dari berat
molekul minyak. Minyak yang memiliki berat molekul rendah akan mempunyai
bilangan penyabunan yang tinggi daripada minyak yang memiliki berat molekul yang
lebih tinggi.

Dari dua belas minyak biji bunga matahari yang dihasilkan didapat nilai
bilangan penyabunan yang berkisar antara 142,67 – 201,01 mg KOH/gr minyak. Dari
penelitian yang telah dilakukan, didapat run denga nilai rendemen dan yield tertinggi
pada run 5 yaitu suhu 700C dan waktu pemanasan awal 90menit. Namun run 5 ini
nilai bilangan asam dan bilangan penyabunan tidak masuk syarat baku mutu.
Sedangkan minyak yang memiliki warna dan kekeruhan yang baik serta nilai
bilangan asam dan bilangan penyabunan sesuai dengan syarat baku mutu adalah
minyak dengan variabel suhu 600C.

3.3.1. Analisa Rendemen

Pengaruh suhu terhadap rendemen


50

40
Rendemen (%)

30

20

10

0
60 70 80
Suhu (0C)

220 rpm, 60 menit 220 rpm, 90 menit


16
Menurut Arlene et al. (2010) rendemen akan meningkat seiring
dengan meningkatnya suhu karena makin tinggi temperatur, vsikositas
minyak akan turun sehingga minyak lebih mudah keluar dari sel biji.
Pengaruh waktu pemanasan awal berbeda di setiap suhu, pada suhu
600C tidak terlihat perbedaan yang signifikan. Namun pada suhu 700C
waktu yang lebih lama akan mendapatkan jumlah rendemen yang lebih
besar. Sedangkan pada suhu 800C, akan mendapatkan jumlah rendemen
yang lebih sedikit.

3.3.2. Analisa Yield

Pengaruh suhu terhadap yield


30
Yield (%)

20

10

0
60 70 80
Suhu (0C)

220 rpm, 60 menit 220 rom, 90 menit

Perolehan yield tertinggi terdapat pada suhu 700C dan pada waktu
pemanasan awal 90 menit. Namun bila dibandingkan dengan perolehan
rendemen, run tertinggi dengan rendemen tertinggi memiliki yield yang
cenderung rendah. Sedangkan run dengan rendemen kedua tertinggi
memiliki jumlah yield yang paling tinggi. Sehingga perolehan yield dan
rendemen optimum pada suhu 700C dan wakt pemanasan awal 90 menit.

3.3.3. Analisa Densitas

Pengaruh suhu terhadap densitas


0.94
0.935
Densitas (Gr/ml)

0.93
0.925
0.92
0.915
0.91
17
0.905
60 70 80
Suhu (0C)
Dengan menggunakan biji bunga matahari yang utuh maka akan
didapatkan densitas yang menurun seiring dengan naiknya suhu karena
pada suhu yang lebih tinggi air akan mula menguap sehingga massa jenis
minyak pada suhu 600C densitas minyak cenderung sama.

3.3.4. Analisa Viskositas

Pengrauh suhu terhadap viskositas


15.4
15.2
Viskositas (Cp)

15
14.8
14.6
14.4
14.2
60 70 80
Suhu (0C)

220 rpm, 60 menit 220 rpm, 90 menit

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu maka
viskositas akan menurun. Namun penurunannya tidak signifikan
Viskositas tertinggi terdapat pada suhu 600C dan waktu pemanasan 60
menit.

3.3.5. Analisa Bilangan Asam

Pengaruh suhu terhadap bilangan asam


30
(mg KOH/gr minyak)

25
Bilangan Asam

20
15
10
5
0
60 70 80
Suhu (0C)

220 rpm, 60 menit 220 rpm, 90 menit

18
Nilai bilangan asam cenderung naik seiring dengan naiknya
temperatur, kecuali pada run 8 yaitu suhu 800C dan waktu pemanasan
awal 90 menit. Pada run 8 ini nilai bilangan asam turun dengan cukup
signifikan. Naiknya bilangan asam seiring dengan bertambahnya suhu
karena suhu mempengaruhi reaksi hidrolisis pada minyak.

3.3.6. Analisa Bilangan Penyabunan

Pengaruh suhu terhadap bilangan


penyabunan
250
Bilangan Penyabunan
(mg KOH/gr minyak)

200
150
100
50
0
60 70 80
Suhu (0C)

220 rpm, 60 menit 220 rpm, 90 menit

Nilai bilangan penyabunan yang didapat secara umum masuk range


syarat baku mutu minyak biji bunga matahari. Namun ada 4 run yang
nilainya dibawah standar yaitu pada run 2, 4, 6 , dan 7. Dari gambar
dapat dilihat nilai bilangan penyabunan tidak memiliki kecendrungan
data

19
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya

Tabel 4.1 Ringkasan anggaran biaya Penelitian

No. Jenis Pengeluaran Biaya (Rp.)


1. Peralatan penunjang 1.600.000
2. Bahan habis pakai 1.245.000
3. Kebutuhan lain-lain 1.350.000

Jumlah 4.195.000

4.2 Jadwal Kegiatan

Tabel 4.2 Jadwal kegiatan

No. Kegiatan Bulan ke- Bulan ke- Bulan ke-


1 2 3

1. Studi Pustaka
2. Persiapan Bahan dan Alat
3. Penelitian
4. Analisa Hasil dan Data
5. Pembuatan Laporan

20
DAFTAR PUSTAKA

Andarawulan, N., Kusnandar, F., Herawati, D. 2011. Analisis Pangan. Dian Rakyat.
Jakarta/

Arleme et al. 2010. Pengaruh Temperatur dan Ukuran Biji Terhadap Perolehan Minyak
Kemiri Pada ekstraksi Biji Kemiri dengan Penekanan Mekanis. Universitas Katolik
Parahyangan. Yogyakarta.

Hariani et al. 2013. Pengaruh Variasi Temperatur dan Konsentrasi Minyak Terhadap
Rendemen dan Karakteristik Biodiesel dan Miyak Biji Kemiri. Universitas Sriwijaya,
Sumatra Selatan.

Heruhadi, B. 2008. Pengembangan Teknologi Proses Pengolahan Jarak Pagar (Pure


Jatropha Oil) kapasitas 6 ton biji/hari. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 10
No. 3.

Manfaat bunga mataharihttps://www.google.co.id/amp/s/hellosehat.com/hidup-


sehat/fakta-unik/manfaat-bunga-matahari.

Wikipedia: Biji bunga mataharihttps://Id.m.Wikipedia.org/wiki/Biji_bunga_matahari.

Wikipedia: Minyak Nabati https://id.m.wikipedia.org/wiki/Minyak_nabati

Ketaren, S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Jakarta: Penerbit
Indonesia Indonesia (UI-Press).

Nurhayati. 2014. Teknologi Pemrosesan Biodiesel. Bandung: PPPPTK BMTI


Kemendikbud.

Resmi, Rizka. 2012. Analisa Kadar Lemak. Universias Pasundan, Bandung.

Siboro, J. 2010. Bab II Tinjauan Pustaka.


http://repository.usu.ac.id./beatstream/123456789/19268/4.

Sudik, A., Aryadi, W. 2013. Perbandingan performa dan Konsumsi Bahan Bakar Motor
Diesel Satu Silinder dengan Variasi Tekanan Injeksi Bahan Bakar dan Variasi
Campuran Bahan Bakar Solar, Minyak Kelapa dan Minyak Kemiri.

Sukardjo. 2004. Kimia Fisika. Jakarta : PT Rineka Cipta.

21
Tambun, R. 2006. Buku Ajar Teknologi Oleokimia. Medan: Departemen Teknik Kimia
USU.

Winarno, F. G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

22

Anda mungkin juga menyukai