Disusun Oleh:
Kelompok 8
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2019
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Hidrolisis ....................................................................................... 5
Gambar 2.2 Transesterifikasi Fiedel-Craft. ....................................................... 6
Gambar 2.3 Reaksi Penyabunan Triestearin...................................................... 6
Gambar 2.4 Skema Pengolahan Minyak dan Lemak ...................................... 23
Gambar 2.5 Skema Proses Ekstraksi Minyak Nabati ...................................... 24
Gambar 2.6 Hydraulic Press ........................................................................... 26
Gambar 2.7 Skema Cara Memperoleh Minyak dengan Pengepresan ............. 27
Gambar 2.8 Expeller Pressing ......................................................................... 27
Gambar 2.9 Rangkaian Alat Sokletasi ............................................................. 28
Gambar 2.10 Skema Permunian Minyak ........................................................... 30
Gambar 2.11 Reaksi Pembentukan Asam Lemak Bebas .................................. 34
Gambar 2.12 Reaksi Asam Lemak dengan NaOH ............................................ 34
Gambar 2.13 Reaksi Asam Lemak dengan Natrium Karbonat ......................... 36
Gambar 2.14 Penukaran Ion pada Bleaching Clay menggunakan Absorben .... 41
Gambar 2.15 Hubungan Antara Arang Aktif Yang Ditambahkan Dengan Jumlah
Warna Yang Diserap ................................................................... 43
Gambar 2.16 Perbedan Antara Daya Pemucatan Antara Arang Aktif Dan
Activated Clay ............................................................................. 44
Gambar 2.17 Penampang Alat Deodorisasi Minyak ......................................... 47
Gambar 2.18 Persenyawaan Kompleks Dengan Hasil Oksidasi Asam Lemak . 48
Gambar 2.19 Proses Pembentukan Radikal Bebas ............................................ 48
Gambar 2.20 Mekanisme Proses Hidrogenasi ................................................... 49
Gambar 2.21 Proses Hidrogenasi Dari Minyak Tak Jenuh Tunggal ..................50
Gambar 2.22 Proses Interesterifikasi ................................................................. 51
Gambar 2.23 Sistem Reaktor untuk Reaksi Interesterifikasi ............................. 52
Gambar 2.24 Asam Lemak tak Berkonjugasi dan Berkonjugasi....................... 53
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
Minyak nabati adalah sejenis minyak yang terbuat dari tumbuhan.
Digunakan dalam makanan dan memasak. Beberapa jenis minyak nabati yang
biasa digunakan ialah minyak kelapa sawit, jagung, zaitun kedelai, bunga
matahari dll. Berdasarkan kegunaannya, minyak nabati terbagi menjadi dua
golongan. Pertama, minyak nabati yang dapat digunakan dalam industri makanan
(edible oils) dan dikenal dengan nama minyak goreng meliputi minyak kelapa,
minyak kelapa sawit, minyak zaitun, minyak kedelai, minyak kanola dan
sebagainya. Kedua, minyak yang digunakan dalam indutri non makanan (non
edible oils) misalnya minyak kayu putih, minyak jarak, dan minyak intaran.
Minyak goreng adalah hasil akhir (refined oils) dari sebuah proses pemurnian
minyak nabati (golongan yang biasa dimakan) dan terdiri dari beragam jenis
senyawa trigliserida. Untuk menganalisa karakteristik dari suatu minyak goreng
maka jumlah kandungan asam lemak inilah yang dipakai sebagai tolak ukur.
Ekstraksi minyak atau lemak adalah suatu cara untuk mendapatkan
minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak.
Adapun ekstraksi minyak atau lemak itu bermacam-macam,yaitu rendering (dry
rendering dan wet rendering), mechanical expression dan solvent extraction.
1
I. 3 Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui sumber bahan baku dan lokasi minyak nabati
2. Mengetahui pengklasifikasian minyak nabati
3. Mengetahui proses pengolahannya
4. Mengenal dan mengetahui pemurnian minyak nabati
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Minyak Nabati
Minyak nabati adalah sejenis minyak yang terbuat dari tumbuhan.
Digunakan dalam makanan dan memasak. Beberapa jenis minyak nabati yang
biasa digunakan ialah minyak kelapa sawit, jagung, zaitun kedelai, bunga
matahari dll. Berdasarkan kegunaannya, minyak nabati terbagi menjadi dua
golongan.Pertama, minyak nabati yang dapat digunakan dalam industri makanan
(edible oils) dan dikenal dengan nama minyak goreng meliputi minyak kelapa,
minyak kelapa sawit, minyak zaitun, minyak kedelai, minyak kanola dan
sebagainya. Kedua, minyak yang digunakan dalam indutri non makanan (non
edible oils) misalnya minyak kayu putih, minyak jarak, dan minyak intaran.
Minyak goreng adalah hasil akhir (refined oils) dari sebuah proses pemurnian
minyak nabati (golongan yang bias dimakan) dan terdiri dari beragam jenis
senyawa trigliserida. Untuk menganalisa karakteristik dari suatu minyak goreng
maka jumlah kandungan asam lemak inilah yang dipakai sebagai tolak ukur.
3
Lemak dan minyak sering kali diberi nama derivat asam-asam lemaknya,
yaitu dengan cara menggantikan akhiran at pada asam lemak dengan akhiran in,
misalnya :
Tristearat dari gliserol diberi nama tristearin
Tripalmitat dari gliserol diberi nama tripalmitin selain itu, lemak dan
minyak juga diberi nama dengan cara yang biasa dipakai untuk penamaan
suatu ester, misalnya:
1) Triestearat dari gliserol disebut gliseril tristearat
2) Tripalmitat dari gliserol disebut gliseril tripalmitat.
4
Titik lunak
Ditentukan dengan penggunaan tabung kapiler yang diisi dengan minyak.
Sliping point
Cara penetapannya yaitu dengan mempergunakan suatu silinder kuningan
yang kecil, yang diisi dengan leak padat, kemudian disimpan dalam bak yang
tertutup dan dihubungkan dengan termometer.
Sort melting point
Yaitu temperatur pada saat terjadi tetesan pertama dari minyak atau lemak.
Indeks bias
Adalah derajat penyimpangan yang dilewatkan pada suatu medium yang
cerah.Ini digunakan untuk pengujian kemurniaan minyak.
Titik asap, titik nyala, titik api
Titik asap adalah temperatur pada saat minyak atau lemak menghasilkan
asap pada pemanasan, titik nyala adalah temperatur pada saat campuran uap dari
minyak dengan udara mulai terbakar, titik api adalah temperatur pada saat
dihasilkan pembakaran yang terus menerus
Titik kekeruhan
Ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran minyak atau lemak
dengan pelarut lemak.
b. Sifat kimia
Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisa, minyak atau lemak akan berubah menjadi asam
lemak bebas dan gliserol. Hal ini dapat merusak minyak karena terdapatnya
sejumlah air dalam minyak atau lemak yang mengakibatkan ketengikan.
5
Oksidasi
Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen
dengan lemak atau minyak, hal ini akan menyebabkan bau tengik pada lemak atau
minyak.
Esterifikasi
Proses esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari
trigliserida, menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui
reaksi kimia yang disebut interifikasi atau penukaran ester yang didasarkan pada
prinsip transesterifikasi Fiedel-Craft.
6
a. Absorbsi Odor (Bau) Oleh Lemak
Salah satu kesulitan dalam penanganan atau penyimpanan bahan pangan
adalah usaha mencegah pencemaran oleh bau yang berasal dari bahan
pembungkus, cat, bahan bakar, atau pencemaran bau dari bahan pangan lainnya
yang ada pada wadah yang sama, terutama terjadi pada bahan pangan berlemak
tinggi. Kemungkinan hal ini disebabkan karena lemak dapat mengabsorbsi zat
menguap yang dihasilkan dari bahan lain. Sebagai contoh adalah pencemaran bau
dalam lemak mentega.
Absorbsi bau oleh mentega selama penyimpanan, terutama berasal dari
bahan pengepak (packaging) yang terbuat dari kayu atau timber, yang
mengandung zat terpene menguap (volatile terpene), terutama jika peti-peti
tersebut terbuat dari kayu yang kurang baik. Untuk mengurangi pencemaran bau
ini, biasanya peti kayu tersebut sebelum digunakan terlebih dahulu disemprot
dengan casein-borax atau formaldehida, yang berfungsi untuk melapisi
permmukaan peti, sehingga tidak bersifat permiabel. Cara lain dapat juga
dilakukan dengan melapisi peti dengan kertas timah.
Kerusakan bahan pangan berlemak akibat proses absorbsi bau oleh lemak
dapat dihindari dengan memisahkan lemak dari dari bahan-bahan lain yang dapat
mencemari bau. Cara seperti itu sulit untuk diterapkan, terutama pada
pengangkutan bahan pangan dengan kapal laut, yang biasanya mengangkut lebih
dari 1 macam produk. Cara lain, dengan membungkus produk menggunakan
bahan pembungkus yang tidak menghasilkan bau.
b. Kerusakan Oleh Enzim
Produksi Asam Lemak Bebas
Lemak yang masih berada dalam jaringan, biasanya mengandung enzim
yang dapat menghidrolisa lemak netral (trigliserida) sehingga menghasilkan asam
lemak bebas dan gliserol, namun enzim tersebut inaktif oleh panas. Dalam
organisme hidup enzim pada umumnya berada dalam bentuk zymogen inaktif,
sehingga lemak yang terdapat dalam jaringan lemak tetap bersifat netral dan
masih utuh. Dalam organ tertentu, misalnya hati dan pankreas kegiatan proses
metabolisme cukup tinggi, sehingga menghasilkan sejumlah asam lemak bebas.
7
Pengaruh Asam Lemak Bebas Terhadap Flavor
Asam lemak bebas yang dihasilkan oleh proses hidrolisa dan oksidasi
biasanya bergabung dengan lemak netral dan pada konsentrasi sampai 15 persen,
belum menghasilkan flavor yang tidak disenangi. Lemak dengan kadar asam
lemak bebas lebih besar dari 1 persen, jika dicicipi akan terasa membentuk lapisan
pada permukaan lidah dan tidak berbau tengik, namun intensitasnya tidak
bertambah dengan bertambahnya asam lemak bebas. Asam lemak ini pada
umumnya terdapat dalam lemak susu dan minyak nabati, misalnya minyak inti
sawit. Asam lemak bebas juga dapat mengakibatkan karat dan warna gelap jika
lemak dipanaskan di wajan besi.
c. Kerusakan Oleh Mikroba
. Kerusakan lemak oleh mikroba biasanya terjadi pada lemak yang masih
dalam jaringan dan dalam bahan pangan berlemak. Minyak yang telah dimurnikan
biasanya masih mengandung mikroba berjumlah maksimum 10 organisme setiap
1 gram lemak, dapat dikatakan steril. Mikroba yang menyerang bahan pangan
berlemak biasanya termasuk tipe mikroba non pathologi, tapi umumnya dapat
merusak lemak dengan menghasilkan cita rasa tidak enak, disamping
menimbulkan perubahan warna (discoloration).
d. Kerusakan Lemak Oleh Oksidasi Atmosfir
Oksidasi Lemak
Bentuk kerusakan, terutama ketengikan yang paling penting disebabkan
oleh aksi oksigen udara erhadap lemak. Dekomposisi lemak oleh mikroba hanya
dapat terjadi jika terdapat air, senyawa nitrogen dan garam mineral, sedangkan
oksidasi oleh oksigen udara terjadi secara spontan jika bahan yang mengandung
lemak dibiarkan kontak dengan udara, sedangkan kecepatan proses oksidasinya
tergantung dari tipe lemak dan kondisi penyimpanan.
Oksidasi spontan ini tidak hanya terjadi pada bahan pangan berlemak, tetapi
dapat terjadi terhadap persenyawaan lain yang memegang peranan penting dalam
kegiatan biologis dan industri. Contoh persenyawaan selain lemak, yang dapat
dioksidasi antara lain hidrokarbon, aldehida, eter, senyawa sulfidril, fenol, amine,
dan senyawa sulfit.
8
2.2 Sumber Bahan Baku Minyak Nabati
Lemak dan minyak yang dapat di makan (edible fat), dihasilkan oleh alam,
yang dapat bersumber dari bahan nabati atau hewani. Dalam tanaman atau
hewan, minyak tersebut berfungsi sebagai sumber cadangan energi. Minyak dan
lemak dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya, yaitu :
1. Bersumber dari tanaman
a. Biji-bijian palawija: minyak jagung, biji kapas, kacang, rape seed, wijen,
kedelai, dan bunga matahari.
b. Kulit buah tanaman tahunan: minyak zaitun dan kelapa sawit.
c. Biji-bijian dari tanaman harian: kelapa, cokelat, inti sawit, babassu, cohune
dan lain sebagainya.
2. Bersumber dari hewani
a. Susu hewani peliharaan: lemak susu.
b. Daging hewan peliharaan: lemak sapi dan turunannya oleostearin, oleo oil
dari oleo stock, lemak babi dan mutton tallow.
c. Hasil laut: minyak ikan sarden serta minyak ikan paus.
Minyak dan lemak (trigliserida) yang diperoleh dari berbagai sumber
mempunyai sifat fisiko-kimia yang berbeda satu sama lain, karena perbedaan
jumlah dan jenis ester yang terdapat di dalamnya. Minyak dan lemak tidak
berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya dan hanya berbeda dalam bentuk
(wujud). Disebut minyak jika berbentuk padat pada suhu kamar.
Sifat fisika-kimia biasanya berada dalam suatu kisaran nilai, karena
perbedaannya cukup kecil, nilai tersebut dinamakan konstanta. Konstanta fisik
yang dianggap cukup penting adalah berat jenis, indeks bias dan titik cair,
sedangkan konstanta kimia yang penting adalah bilangan iod, bilangan
penyabunan, bilangan Reichert Meisce, bilangan Polenske, bilangan asam dan
residu fraksi tak tersabunkan.
Komposisi atau jenis asam lemak dan sifat fisiko-kimia tiap jenis minyak
berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan sumber, iklim, keadaan tempat
tumbuh dan pengolahan. Perbedaan umum antara lemak nabati dan hewani
adalah:
9
1. Lemak hewani mengandung kolesterol sedangkan lemak nabati
mengandung fitosterol.
2. Kadar asam lemak tidak jenuh dalam lemak hewani lebih kecil daripada
lemak nabati.
3. Lemak hewani mempunyai bilangan Reichert Meisce lebih besar serta
bilangan polenskelebih kecil daripada minyak nabati.
Minyak dan lemak yang telah dipisahkan dari jaringan asalnya
mengandung sejumlah kecil komponen selain trigliserida, yaitu lipid komplek
(lesithin, cephalin, fosfatida dan glikolipid); sterol berada dalam keadaan bebas
atau terikat dengan asam lemak; asam lemak bebas; lilin; pigmen yang larut dalam
lemak dan hidrokarbon. Semua komponen tersebut akan mempengaruhi warna
dan flavor produk, serta berperan dalam proses ketengikan. Fosfolipid dalam
minyak yang berasal dari biji-bijian biasanya mengandung sejumlah fosfatida,
yaitu lesithin dan cephalin. Dalam minyak jagung dan kedelai, jumlah fosfatida
sekitar 2 – 3 %, dan dalam proses pemurniannya, senyawa ini dapat dipisahkan.
Minyak pangan dalam bahan pangan biasanya diekstraksi dalam keadaan
tidak murni dan bercampur dengan komponen-komponen lain yang disebut fraksi
lipida. Fraksi lipida terdiri dari minyak, lemak (edible fat/oil), malam (wax),
fosfolipida, sterol, hidrokarbon dan pigmen.
2.2.1. Wijen
Tanaman wijen (Sesamum indicum L) termasuk family pedaliaceae,
varietas sesamum indicum mempunyai sub spesies S.orientale.wijen dikenal juga
dengan nama: till, gingelly, simsin dan ajonjoli (di Amerika latin). Tanaman ini
berasal dari india; hampir separuh dari produksi wijen di dunia dihasilkan oleh
Cina dan hampir sepertiganya dihasilkan oleh Negara Asia seperti: India, Birma,
Turki, Mesir, dan sejumlah kecil dihasilkan di Afrika dan Meksiko. Tanaman ini
tumbuh dengan baik di Negara tropis dan sub tropis. Produksi biji rata – rata dari
tanaman wijen di Pulau jawa sekitar 400 kg biji wijen/ha, di India 390-780 kg/ha
dan di Amerika 390 kg/ha.Biji wijen merupakan sumber kalori yang cukup tinggi
yaitu sebesar 568 kalori per 100 gram biji.
10
Tabel 2.1 Komposisi biji wijen
Komponen Jumlah (gr)
Air 6
Protein 19,3
Lemak 57,1
Karbohidrat 18,1
Ca 0,0012
P 0,614
Fe 0,0095
Vitamin B1 0,00093
Vitamin C 0,0058
Bagian yang dapat 100
dimakan
2.2.2 Jagung
Tanaman jagung (Zea mays) di Indonesia merupakan tanaman pangan
yang penting setelah padi dan terdapat hampir di seluruh kepulauan Indonesia.
Jagung sebagai bahan makanan memiliki nilai gizi yang cukup tinggi jika
dibanding dengan bahan pangan lainnya, terutama jagung kuning yang banyak
mengandung vitamin A.
11
Tabel 2.2 Komposisi biji jagung kering
Komponen Jumlah (%)
Protein kasar 9,29
Lemak (ekstrak dari ester) 3,97
Serat kasar 2,03
Ekstrak N bebas 68,35
Abu 1,37
Energy (kal/gr) 3,81
12
2.2.3. Kedelai
Kedelai sudah dikenal sejak berabad – abad yang lalu dan berasal dari
Asia Timur, yaitu Cina, Mancuria, Korea dan di Indonesia ditanam sejak tahun
1750. Kedelai (Glycine max L) adalah tanaman semusim yang biasa diusahakan
pada musim kemarau, karena tidak memerlukan air dalam jumlah besar.
Tabel 2.4 Komposisi kimia kacang kedelai atas dasar berat kering
Komposisi Terendah Tertinggi Rata – rata
(%) (%) (%)
Abu 3,67 5,90 4,99
Lemak kasar 14,95 22,90 19,63
Serat kasar 4,34 7,60 5,53
Protein N*6,25 36,62 53,19 42,78
Gula (total 2,70 11,97 7,97
sukrosa)
P 0,42 0,82 0,66
K 1,29 2,17 1,67
Ca 0,16 0,47 0,275
13
Tabel 2.5 Rata – rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit
Asam lemak Minyak kelapa sawit Minyak inti sawit (%)
(%)
Asam kaprilat - 3–4
Asam kaproat - 3–7
Asam laurat - 46 – 52
Asam miristat 1,1 – 2,5 14 – 17
Asam palmitat 40 – 46 6,5 – 9
Asam stearat 3,6 – 4,7 1 – 2,5
Asam oleat 39 – 45 13 – 19
Asam linoleat 7 – 11 0,5 – 2
14
2.2.5 Kemiri
Mula – mula minyak kemiri dipakai sebagai pengganti linsed oil, yaitu
minyak yng dapat digunakan sebagai cat dan pernis, karena mempunyai sifat yang
lebih baik dari linseed oil. Minyak kemiri mempunyai sifat lebih mudah menguap
dibanding dengan linseed oil, sehingga minyak kemiri tergolong minyak yang
mudah menguap. Kemiri berasal dari Maluku dan tersebar ke Polynesia, India,
Filipina, Jawa, Australia dan kepulauan pasifik, kemudian dikenal juga di India
Barat, Brazilia dan Florida.
Tanaman kemiri baik tumbuh di pegunungan, pada ketinggian 1200 meter
dari permukaan laut. Cara ekstraksi minyak kemiri yang biasa dilakukan adalah
dengan menjemur biji kemudian dipecah dengan tangan dan daging dikeluarkan
dengan alat yang runcing. Dengan pengepresan dingin dihasilkan minyak
berwarna kuning, sedangkan pengepresan panas akan menghasilkan minyak yang
berwarna kuning sampai coklat.
2.2.6 Jarak
Tanaman jarak (Ricinus communis L) termasuk dalam family
Euphorbiaceae, merupakan tanaman tahunan yang hidup didaerah tropic, dan
dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 800 m di atas permukaan laut.Tanaman jarak
telah lama dikenal di Indonesia.
Tabel 2.7 Komposisi biji jarak
Komponen Jumlah (%)
Minyak 54
Karbohidrat 13
Serat 12,5
Abu 2,5
Protein 18
15
sangat beracun disamping kandungan asam lemak esensialnya yang sangat
rendah. Hal ini menyebabkan minyak jarak tidak dapat digunakan sebagai minyak
makan dan bahan pangan. Minyak jarak dan turunannya digunakan dalam industri
cat, varnish, lacquer, pelumas, tinta cetak, linoleum, oil cloth, dan sebagai bahan
baku dalam industri – industri plastik dan nilon.
Minyak kacang tanah merupakan minyak yang lebih baik dari pada
minyak jagung, minyak biji kapas, minyak olive, minyak bunga matahari, untuk
dijadikan salad dressing, dan disimpan di bawah suhu -11oC. Hal ini disebabkan
karena minyak kacang tanah jika berwujud padat berbentuk amorf, dimana lapisan
padat tersebut tidak pecah sewaktu proses pembekuan.
16
menggelembung sehingga menyerupai buah. Sedangkan buah yang sebenarnya
yaitu buah batu bebbentuk ginjal yang terdiri dari : biji berbelah dua dengan kutil
yang keras dan mengandung minyak.
17
tengkawang yang dihasilkan biasanya berwarna hijau, karena mengandung
klorofil.
Tabel 2.11 Susunan asam lemak minyak tengkawang
Asam lemak Shorea stenoptena Shorea robusta
Asam lemak jenuh (%)
Asam miristat
Asam palmitat 18,0 4,5
Asam stearat 43,3 44,2
Asam arachidat 1,1 6,3
Asam lemak tidak jenuh
(%) 37,4 42,2
Asam oleat 0,2 2,8
Asam linoleat
18
Pigmen minyak biji kapas dihasilkan dari proses oksidasi dan polimerisasi
pigmen gossipol. Warna coklat mungkin berasal dari degradasi protein , fosfatida
atau karbohidrat ; sedangkan warna hijau sukar dihilangkan dengan proses
pemucatan. Pigmen yang terbentuk akibat kerusakan biji lebih mudah dihilangkan
engan cara absorpsi.
19
minyak kelapa disebabkan oleh zat warna dan kotoran-kotoran lainnya. Zat warna
alamiah yang terdapat pada minyak kelapa adalah karotene yang merupakan
hidrokarbon tidak jenuh dan tidak stabil pada suhu tinggi. Pada pengolahan
minyak menggunakan uap panas, maka warna kuning yang disebabkan oleh
karotene akan mengalami degradasi.
Tabel 2.14 komposisi asam lemak minyak kelapa
Asam lemak Jumlah (%)
Asam lemak jenuh :
Asam kaproat 0,0-0,8
Asam kaprilat 5,5-9,5
Asam kaprat 4,5-9,5
Asam laurat 44,0-52,0
Asam miristat 13,0-19,0
Asam palmitat 7,5-10,5
Asam stearat 1,0-3,0
Asam arachidat 0,0-0,4
20
2.3 Klasifikasi Minyak Nabati
Tabel 2.15 Klasifikasi minyak nabati
Jenis minyak mengering (drying oil) adalah minyak yang mempunyai sifat
mengering jika kena oksidasi dan akan berubah menjadi lapisan terbuka. Istilah
minyak “setengah mengering” berupa minyak yang mempunyai daya mengering
lebih lambat. Berdasarkan sumber, minyak nabati dapat dibagi menjadi :
1) Biji-bijian palawija
Cth: minyak jagung, biji kapas, kacang, rape seed, wijen, kedelai, dan
bunga matahari.
2) Kulit buah tanaman tahunan
Cth: minyak zaitun dan kelapa sawit.
3) Biji-bijian dari tanaman tahunan
Cth: kelapa, cokelat, inti sawit, babassu, cohune, dan sebagainya.
Bardasarkan sifat fisiknya, minyak nabati dapat diklasifikasikan :
21
Tabel 2.16 Klasifikasi Lemak Nabati Berdasarkan Sifat Fisiknya
No Kelompok Lemak Jenis Lemak/ Minyak
1. Lemak (berwujud Lemak biji cokelat, inti sawit, cohune,
padat) babassu, tengkawang, nutmeg butter,
mowwah butter dan shea butter
2. Minyak (berwujud
cair)
22
EKXTRAKSI
PENJERNIHAN
PEMUCATAN
PEMUCATAN DEODORISASI
DEODORISASI INTERESTERIFIKASI
PLASTICIZING PEMURNIAN
23
EKSTRAKSI
24
a . Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan
yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi.Pada
semua cara rendering, penggunaan panas adalah sesuatu yang spesifik, yang
bertujuan untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk
memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau
lemak yang terkandung didalamnya. Menurut pengerjaannya rendering dibagi
dengan dua cara yaitu :
1. Wet Rendering
Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air
selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang
terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan
40 sampai 60 pound tekanan uap (40-60psi). Penggunaan temperatur rendah pada
wet rendering dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak.
Proses wet rendering dengan menggunakan temperature rendah kurang begitu
popular, sedangkan proses wet rendering dengan mempergunakan temperature
yang tinggi disertai dengan tekanan uap air, digunakan untuk menghasilkan
minyak atau lemak dalam jumlah yang besar. Peralatan yang digunakan adalah
autoclave atau digester.Air dan bahan yang akan diekstraksi dimasukan kedalam
digester dengan tekanan uap air sekitar 40 sampai 60 pound selama 4-6 jam.
2. Dry Rendering
Dry rendering adalah proses rendering tanpa penambahan air selama
proses berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan
dilengkapi dengan steam jacket serta alat pengaduk (agitator). Bahan yang
diperkirakan mengandung minyak atau lemak dimasukkan kedalam ketel tanpa
penambahan air.Bahan tadi dipanaskan sambil diaduk.Pemanasan dilakukan pada
suhu 220°F sampai 230°F. Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan
diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan dari
ampas yang telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas
ketel.
25
b. Pengepresan Mekanik (mechanical expression)
Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak,
terutama untuk bahan bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk
memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70%). Pada
pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau
lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup
pembuatan serpih, perajangan dan penggilingan serta tempering atau pemasakan.
Dua cara umum dalam pengepresan mekanis yaitu:
1. Pengepresan Hidraulik (Hydraulic Pressing)
Pada cara hydraulic pressing, bahan di pres dengan tekanan sekitar 2000
pound/inch2 (140,6 kg/cm = 136 atm). Banyaknya minyak atau lemak yang dapat
diekstraksi tergantung pada lamanya pengepresan, tekanan yang dipergunakan,
serta kandungan minyak dalam bahan asal. Sedangkan banyaknya minyak yang
tersisa pada bungkil bervariasi antara 4 sampai 6 persen, tergantung dari lamanya
bungkil ditekan dibawah tekanan hidraulik.
26
Bahan yang mengandung
perajangan penggilingan
minyak
Minyak kasar
pengepresan Pemasakan/
pemanasan
Ampas/bungkil
27
digunakan dalam proses ekstraksi dengan pelarut menguap adalah petroleum eter,
gasoline carbon disulfide, karbon tetra klorida, benzene dan n-heksan.
Salah satu contoh solvent extraction ini adalah metode sokletasi, yaitu
sejenis ekstraksi dengan pelarut organik yang dilakukan secara berulang ulang dan
menjaga jumlah pelarut relatif konstan dengan menggunakan alat soklet. Minyak
nabati umumnya larut dalam pelarut organik, seperti heksan dan benzen. Adapun
prinsip sokletasi ini adalah penyaringan berulang sehingga hasil yang didapat
sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan telah
selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari.
Air Keluar
Kondensor
Air Keluar
Soklet
Thimble
Labu
Didih
Mantel
Pemanas
28
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan secara berurutan pelarut –
pelarut organik dengan kepolaran yang semakin meningkat. Dimulai dengan
pelarut heksana, eter, petroleum eter, atau kloroform untuk memisahkan senyawa
– senyawa trepenoid dan lipid – lipid, kemudian dilanjutkan dengan alkohol dan
etil asetat untuk memisahkan senyawa – senyawa yang lebih polar. Sebagai
catatan, sampel yang digunakan dalam sokletasi harus dihindarkan dari sinar
matahari langsung. Jika sampai terkena sinar matahari, senyawa dalam sampel
akan berfotosintesis hingga terjadi penguraian atau dekomposisi. Hal ini akan
menimbulkan senyawa baru yang disebut senyawa artefak, hingga dikatakan
sampel tidak alami lagi. Dibanding dengan cara terdahulu (destilasi), maka
metoda sokletasi ini lebih efisien, karena:
1. Pelarut organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam secara
berulang kali.
2. Waktu yang digunakan lebih efisien.
3. Pelarut lebih sedikit dibandingkan dengan metoda maserasi atau perkolasi.
4. Pelarut tidak mengalami perubahan yang spesifik.
Keunggulan sokletasi :
1. Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang.
2. Jumlah pelarut yang digunakan sedikit.
3. Proses sokletasi berlangsung cepat.
4. Jumlah sampel yang diperlukan sedikit.
5. Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik dalam bahan berulang
kali.
Kelemahan sokletasi :
1. Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang
mudah rusak atau senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena akan
terjadi penguraian.
2. Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan menggunakan
pereaksi meyer, Na, wagner, dan reagen reagen lainnya.
3. Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga mudah
menguap.
29
2.5 Proses Pemurnian Minyak Nabati
Tujuan utama dari proses pemurnian minyak adalah untuk menghilangkan
rasa serta bau yang tidak sedap, warna yang tidak menarik dan memperpanjang
daya simpan minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan mentah
dalam industri. Pada umumnya minyak untuk tujuan bahan pangan dimurniakan
melalui tahap proses sebagai berikut :
1. Pemisahan bahan berupa suspensi dan dispersi koloid dengan cara
penguapan, deguming dan pencucian dengan asam.
2. Pemisahan asam lemak bebas dengan cara netralisasi.
3. Dekolorisasi dengan proses pemucatan dan Deodorisasi
4. Pemisahan gliserida jenuh (stearin) dengan cara pendinginan (chilling).
Disamping itu kadang-kadang dilakukan penambahan flavor dan zat warna
sehingga didapatkan minyak dengan rasa serta bau yang enak dan warna yang
menarik. Lemak hewan seperti lemak babi dan lemak susu (butter fat) yang
diperoleh dengan proses rendering atau sentrifusi, dapat dikonsumsi langsung
tanpa proses pemurnian. Minyak yang dihasilkan dengan cara pengepresan
mempunyai flavor campuran dengan grade minyak yang lebih rendah. Skema dari
proses pemurnian dapat dilihat dari gambar berikut:
Tangki
Deodorisasi
Tangki pencuci Tangki
Tangki netralisasi pemucat
E-6
Kondensor
harometrik
E-5
E-8
E-7
Misco
separator Sharpies
separator
Pompa vakum
Filter press
F.P
Tangki
30
2.5.1 Kotoran Dalam Minyak
Kotoran yang terdapat dalam minyak terdiri dari tiga golongan, yaitu :
1. Kotoran yang tidak larut dalam minyak (fat insolube dan terdespersi
dalam minyak)
Kotoran yang terlarut dalam minyak dari biji atau partikel jaringan, lendir
dan getah, serat-serat yang berasal dari kulit, abu atau mineral yang terdiri dari Fe,
Cu, Mg dan Ca, serta air dalam jumlah kecil. Kotoran ini dapat dipisahkan dengan
beberapa cara mekanis, yaitu dengan pengendapan, penyaringan dan sentrifugasi.
2. Kotoran yang berbentuk suspensi koloid dalam minyak
Kotoran ini terdiri dari fosfolipid, karbohidrat, senyawa yang mengandung
nitrogen dan senyawa kompleks lainnya. Kotoran ini dapat dihilangkan dengan
menggunakan uap panas, elektrolisa disusul dengan proses mekanik seperti
pengendapan, sentrifugasi atau penyaringan dengan menggunakan adsorben.
3. Kotoran yang terlarut dalam minyak (fat solube compound)
Kotoran yang termasuk dalam golongan ini terdiri dari asam lemak bebas,
sterol, hidrokarbon : mono dan digliserida yang dihasilkan dari hidrolisa
trigliserida ; zat warna yang terdiri dari karotenoid. Zat warna lainnya yang
dihasilkan dari proses oksidasi dan dekomposisi minyak yang terdiri dari keton.
Aldehida dan resin serta zat lain yang belum dapat diidentifikasi.
31
Salah satu perlakuan pendahuluan yang umum dilakukan terhadap minyak
yang akan dimurnikan dikenal dengan proses pemisahan gum (de-gumming).
a. Definisi Degumming
Degumming adalah suatu proses pemisahan getah atau lendir-lendir yang
terdiri dari fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air dan resin tanpa mengurangi
jumlah asam lemak bebas dalam minyak. Getah-getah (gum) dalam minyak nabati
perlu dihilangkan untuk menghindariperubahan warna dan rasa selama langkah
rafinasi berikutnya. Lemak dan minyak mengandung senyawa kompleks phospor
organik yang berhubungan dengan phospholipid (phospatida) atau biasanya gum.
Secara teknis degumming berhubungan dengan operasi pemurnian minyak yang
mana normalnya mengandung kotoran dalam bentuk koloid maupun terlarut
dalam minyak itu sendiri.Kandungan phospatida dibuang karena akan
mengakibatkan bau dan warna yang tidak diinginkan serta memperpendek umur
minyak. Pembentukan emulsi phospatida merupakan penyebab utama terjadinya
ketidakstabilan oksidasi dari minyak.
Tujuan dari proses degumming adalah :
1. Memisahkan dan membuang asam
2. Mencegah crude oil tertinggal selama penyimpanan dan pemindahan
3. Mencegah pengasaman oleh gum
4. Pemurnian secara fisik
5. Mengurangi kehilangan minyak pada tahap netralisasi
b. Proses-Proses Degumming
Ada 6 tipe proses deguming dalam industri minyak nabati. Perbedaan dari
masing-masing tipe dalah pada metoda dari prosesnya, penggunaan bahan kimia
dan kandungan dari phospatida dalam crude minyak nabati. Tipe-tipe degumming
adalah:
1. Dry Degumming
Proses dry degumming melibatkan pembuangan gum melalui proses
presipitasi dalam kondisi asam. Proses ini menggunakan minyak rendah
phospatida dan cocok untuk persiapan minyak untuk physical refining.
32
2. Water Degumming
Water degumming adalah proses dari pembuangan gum melalui proses
presipitasi menggunakan hidrasi air murni crude oil melalui pemisahan sentrifus.
Dalam proses ini air digunakan sebagai bahan utama untuk menghilangkan
phospatida yang dapat terhidrasi dari minyak nabati serta dapat dilakukan pada
keadaan batch atau continuous tergantung pada tipe minyak yang akan dilakukan
proses degumming atau jumlah minyak yang akan diproses.
3. Acid Degumming
Dalam proses ini, gum dipresipitasi dengan proses beberapa kondisi asam
dan dihilangkan dengan pemisahan dengan metoda sentrifus. Pada metoda ini
gum bisa dihidrasi pada suhu tinggi dari 40°C. Dalam proses kilang organik asam
sitrat sering digunakan dan pembuangan phospatida sisa melaui bleaching
menggunakan silika hydrogel.
4. Enzymatic Degumming
Enzymatic degumming adalah degumming khusus yang ditingkatkan dengan
menggunakan beberapa enzim makanan. Tipe minyak yang digunakan pada
proses ini adalah minyak kacang kedelai dan minyak lobak. Keuntungan dari
enzymatic degumming tidak ada busa yang terbentuk sehingga tidak ada minyak
yang hilang yang melalui pemisahan busa.
5. EDTA-degumming
EDTA degumming proses kimia-fisika degumming. Proses ini melibatkan
pemisahan sempurna phospatida dengan bahan pengkelat yaitu ethylene diamine
tetraacetic acid (EDTA).
6. Membran degumming
Pemisahan dengan membran merupakan pemisahan ukuran eklusi dan
tekanan. Proses ini membagi komponen-komponen yang berbeda menurut berat
molekulnya atau ukuran partikel serta bergantung pada interaksi dengan
permukaan membran dengan campuran komponen minyak. Phospatida dapat
dibuang dari trigleserida di dalam bentuk miscell menggunakan membran
permeabel yang sesuai dengan proses degumming.
33
2.5.3 Tahap-Tahap Pemurnian
a. Netralisasi
Asam lemak bebas (Free Fatty Acid) adalah hasil hidrolisis dari
trigliserida atau penguraian trigliserida oleh molekul air (Lawson, 1985).Hal ini
menyebabkan putusnya asam lemak dari minyak. Asam lemak bebas juga
merupakan nilai yang menunjukkan jumlah banyaknya asam lemak bebas yang
terdapat dalam lemak setelah lemak tersebut mengalami hidrolisis. Berikut reaksi
terbentuknya asam lemak bebas:
34
Sabun yang terbentuk dapat membantu pemisahan zat warna dan kotoran
seperti fosfatida dan protein, dengan cara membentuk emulsi sabun atau emulsi
yang terbentuk dapat dipisahkan dari minyak dengan cara sentrifus. Dengan cara
hidrasi dan dibantu dengan proses pemisahan sabun secara mekanis maka
netralisasi dengan menggunakan kaustik soda dapat menghilangkan fosfatida,
protein, resin, dan suspensi dalam minyak yang tidak dapat dihilangkan dengan
proses pemisahan gum.
Pemakaian larutan kaustik soda dengan konsentrasi terlalu tinggi akan
bereaksi sebagian dengan trigliserida sehingga mengurangi rendemen minyak dan
menambah jumlah sabun yang terbentuk. Oleh karena itu harus dipilih konsentrasi
dan jumlah kaustik soda yang tepat untuk menyabunkan asam lemak dalam
minyak. Dengan demikian penyabunan trigliserida dan terbentuknya emulsi dalam
minyak dapat dikurangi, sehingga dihasilkan minyak netral dengan rendemen
yang lebih besar dan mutu minyak yang lebih baik.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih konsentrasi
larutan alkali yang digunakan dalam netralisasi adalah sebagai berikut :
1. Konsentrasi dari Minyak Kasar
Konsentrasi dari alkali yang digunakan tergantung dari jumlah asam lemak
bebas atau derajat keasaman minyak. Makin besar jumlah asam lemak bebas,
makin besar pula konsentrasi alkali yang digunakan
2. Jumlah Minyak Netral (Trigliserida) yang Tersabunkan
Makin besar konsentrasi larutan alkali yang digunakan, maka
kemungkinan jumlah trigliserida yang tersabunkan semakin besar pula sehingga
angka refinning factor bertambah besar.
3. Jumlah Minyak Netral yang Terdapat dalam Soap Stock
Makin encer larutan kaustik soda, makin besar tendensi larutan sabun
untuk membentuk emulsi dengan trigliserida. Dengan menggunakan larutan alkali
encer, kemungkinan terjadinya penyabunan trigliserida dapat diperkecil, akan
tetapi kehilangan minyak bertambah besar karena sabun dalam minyak akan
membentuk emulsi.
35
4. Suhu Netralisasi
Suhu netralisasi dipilih sedemikian rupa sehingga sabun (soap stock) yang
terbentuk dalam minyak mengendap dengan kompak dan cepat. Pengendapan
yang lambat akan memperbesar kehilangan minyak karena sebagian minyak akan
diserap oleh sabun.
5. Warna Minyak Netral
Makin encer larutan alkali yang digunakan, makin besar jumlah larutan
yang dibutuhkan untuk netralisasi dan minyak netral yang dihasilkan berwarna
lebih cepat.
2. Netralisasi dengan Natrium Karbonat (Na2CO3)
Netralisasi menggunakan natrium karbonat biasanya disusul dengan
pencucian menggunakan kaustik soda encer, sehingga memperbaiki mutu
terutama warna minyak. Hal ini akan mengurangi jumlah adsorben yang
dibutuhkan pada proses pemucatan.Pada umumnya netralisasi minyak
menggunakan natrium karbonat dilakukan di bawah suhu 500C, sehingga seluruh
asam lemak bebas yang bereaksi dengan natrium karbonat akan membentuk sabun
dan asam karbonat, dengan reaksi sebagai berikut :
Pada pemanasan asam karbonat yang terbentuk akan terurai menjadi gas
CO2 dan H2O. Gas CO2 yang dibebaskan akan membentuk busa dalam sabun
yang terbentuk dan mengapung partikel sabun di atas permukaan minyak. Gas
tersebut dapat dihilangkan dengan cara mengalirkan uap panas atau dengan cara
menurunkan tekanan udara di atas permukaan minyak dengan pompa vakum.
Minyak yang akan dinetralkan, dipanaskan pada suhu 35-400C dengan
tekanan lebih rendah dari atmosfir. Selanjutnya ditambahkan larutan natrium
karbonat, kemudian diaduk selama 10-15 menit dengan kecepatan pengadukan
36
65-75 rpm. Kemudian kecepatan pengadukan dikurangi 15-20 rpm dan tekanan
vakum diperkecil selama 20-30 menit. Dengan cara tersebut gas CO2 yang
terbentuk akan menguap dan asam lemak bebas yang tinggal dalam minyak
kurang lebih sebesar 0,05 persen. Sabun yang terbentuk dapat diendapkan dengan
menambahkan garam, atau mencucinya dengan air panas. Setelah dipisahkan dari
minyak selanjutnya dilakukan proses pemucatan. Minyak dalam sabun yang telah
mengendap dapat dipisahkan dengan cara menyaring menggunakan filter press.
Asam lemak bebas yang telah membentuk sabun (soap stock) dapat diperoleh
kembali jika sabun tersebut direaksikan dengan asam mineral.
Keuntungan netralisasi menggunakan natrium karbonat adalah sabun yang
terbentuk bersifat pekat dan dapat dipakai langsung untuk pembuatan sabun
bermutu baik. Minyak yang dihasilkan mutunya lebih baik, terutama setelah
mengalami proses deodorisasi. Trigliserida juga tidak ikut tersabunkan sehingga
rendemen minyak netral yang dihasilkan lebih besar. Kelemahannya adalah
karena cara tersebut sukar dilaksanakan dalam praktek, di samping itu untuk
minyak semi drying oil seperti minyak kedelai, sabun yang terbentuk sukar
disaring karena adanya busa yang disebabkan oleh gas CO2.
37
5. Pemisahan asam (de-ecidification) dengan cara penyulingan
Proses pemisahan asam dengan cara penyulingan adalah proses penguapan
asam lemak bebas, langsung dari minyak tanpa mereaksikan dengan larutan basa,
sehingga asam lemak yang terpisah tetap utuh. Minyak kasar yang akan disuling
terlebih dahulu dipanaskan dalam alat penukar kalor (heat exchanger).
Selanjutnya minyak tersebut dialirkan secara kontinu ke dalam alat penyulingan
dengan letak horizontal.
Di sepanjang dasar ketel terdapat pipa-pipa berlubang tempat
menginjeksikan uap air ke dalam minyak yang sudah dipanaskan pada suhu
kurang lebih 2400C. Kadang-kadang ke dalam ketel disemprotkan superheated
steam bersama air, yang akan berubah menjadi uap air panas pada tekanan rendah,
sehingga asam lemak bebas menguap bersama-sama dengan uap panas tersebut.
Hasil sulingan berupa campuran uap air dan asam lemak bebasuntuk menghindari
kerusakan minyak selama proses penyulingan karena suhu yang terlalu tinggi,
maka asam lemak bebas yang tertinggal dalam minyak dengan kadar lebih rendah
dari 1 persen harus dinetralkan dengan menggunakan persenyawaan basa.
Minyak kasar dengan kadar asam lemak bebas yang tinggi umumnya
mengandung fraksi mono dan digliserida yang terbentuk dari hasil hidrolisa
sebagian molekul trigliserida.Selama proses penyulingan, asam lemak akan
mengadakan reaksi re-esterifikasi dengan mono dan digliserida sehingga
membentuk trigliserida, dengan reaksi sebagai berikut :
38
Pada umumnya kadar asam lemak bebas dalam minyak setelah
penyulingan kira-kira 0,1-0,2 persen, sedangkan hasil kondensasi masih
mengandung kira-kira 5 persen trigliserida. Jadi penggunaan uap pada proses
penyulingan akan membawa sejumlah kecil fraksi trigliserida.Pemisahan asam
lemak bebas dengan cara penyulingan digunakan untuk menetralkan minyak kasar
yang mengandung kadar asam lemak bebas relatif tinggi, sedangkan minyak kasar
yang mengandung asam lemak bebas lebih kecil dari 8 persen, lebih baik
dinetralkan dengan menggunakan persenyawaan basa.
b. Bleaching
Pemucatan (bleaching) adalah suatu tahap proses pemurnian untuk
menghilangkan zat-zat warna yang tidak disukai dalam minyak. Pemucatan ini
dilakukan dengan cara fisika yang menggunakan berbagai absorben, seperti tanah
serap (fuller earth), lempung aktif (activated clay) dan arang aktif atau dapat juga
menggunakan bahan kimia. Selain warna, pemucatan juga berperan mengurangi
39
komponen minor lainnya seperti aroma, senyawa bersulfur dan logam-logam
berat. Selain itu, pemucatan juga dapat mengurangi produk hasil oksidasi lemak
seperti peroksida, aldehida dan keton. Pada proses pemucatan hanya sedikit
komponen yang dihilangkan. Biasanya pemucatan dilakukan setelah proses
pemurnian alkali.
Proses pemucatan terbagi dua, yaitu :
Pemucatan Secara Fisika
Pemucatan Minyak dengan AdsorbenAda dua bentuk adsorbsi yaitu :
a. Adsorbsi positif, yaitu penyerapan substart yang tidak diinginkan sehingga
bahan relatif tidak mengandung substart tersebut.
b. Adsorbsi negatif, yaitu proses penyerapan pelarut dari substart yang tidak
diinginkan Dalam hal ini pelarutannya yang dipisahkan dari substart yang
tidak diinginkan cara ini jarang dilakukan karena dianggap tidak efektif.
Adsorben yang digunakan untuk memucatkan minyak terdiri dari tanah
pemucat (bleaching earth) dan arang (bleaching carbon). Zat warna dalam
minyak akan diserap oleh permukaan adsorben dan juga menyerap suspensi
koloid (gum dan resin) serta hasil degradasi minyak, misalnya peroksida.
Pemucatan minyak menggunakan adsorben umumnya dilakukan dalam ketel yang
dilengkapi dengan pipa uap. Minyak yang akan dipucatkan dipanaskan pada suhu
sekitar 105oC, selama 1 jam. Penambahan adsorben dilakukan pada saat minyak
mencapai suhu 70-80oC, dan jumlah adsorben kurang lebih sebanyak 1,0-1,5
persen dari berat minyak. Selanjutnya minyak dipisahkan dari adsorben dengan
cara penyaringan menggunakan kain tebal atau dengan cara pengepresan dengan
filter press.
Adsorben yang biasa digunakan untuk memucatkan minyak terdiri dari
bleaching clay, arang dan arang aktif.
a. Bleaching Clay (bleaching earth)
Bahan pemucat ini merupakan sejenis tanah liat dengan komposisi utama
terdiri dari SiO2, Al2O3, air terikat serta ion kalsium, magnesium oksida dan besi
oksida. Perbandingan komposisi antara 2 jenis bleaching. Jumlah adsorben yang
dibutuhkan untuk menghilangkan warna minyak tergantung dari macam dan tipe
40
warna dalam minyak dan sampai berapa jauh warna tersebut akan dihilangkan.
Daya pemucat bleaching clay disebabkan karena ion Al3+ pada permukaan
partikel adsorben, yang dapat mengadsorbsi partikel zat warna. Daya pemucat
tersebut tergantung dari perbandingan komponen SiO2 dan Al2O3 dalam bleaching
clay. Aktivasi menggunakan asam mineral akan menimbulkan 3 macam reaksi :
1. Mula-mula asam akan melarutkan komponen Fe2O3, Al2O3, CaO, dan
MgO yang mengisi pori-pori adsorben. Hal ini ,mengakibatkan terbukanya
pori-pori yang tertutup sehingga menambah luas permukaan adsorben.
2. Selanjutnya ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang berada pada permukaan kristal
adsorben secara berangsur-aangsur diganti oleh ion H+ dari asam mineral.
3. Sebagian ion H+ yang menggantikan ion Ca2+ dan Mg2+ ditukar oleh ion
Al3+ yang telah larut dalam asam, dan reaksi yang terjadi sebagai berikut:
2H+ Al3+
2H+ H+
Gambar 2.14 Penukaran ion pada bleaching clay yang menggunakan absorben
Daya penyerapan terhadap warna akan lebih efektif jika adsorben tersebut
mempunyai bobot jenis yang rendah, kadar air tinggi, ukuran partikel halus dan
pH adsorben mendekati netral. Pemakaian asam mineral untuk mengaktifkan
adsorben bleaching clay menimbulkan bau lapuk pada minyak, tetapi bau lapuk
tersebut akan hilang pada proses deodorisasi. Disamping itu activated clay yang
bersifat asam akan menaikkan kadar asam lemak bebas dalam minyak dan
mengurangi daya tahan kain saring yang digunakan untuk memisahkan minyak
dari adsorben.
41
b. Arang (Bleaching Carbon)
Arang merupakan bahan padat yang berpori-pori dan pada umunya
diperoleh dari hasil pembakaran kayu atau bahan yang mengandung unsur karbon.
Umumnya arang mempunyai daya adsorbsi yang rendah terhadap zat warna dan
daya adsorbsi tersebut dapat diperbesar dengan cara mengaktifkan arang
menggunakan uap atau bahan kimia. Pada umumnya pengarangan dilakukan pada
suhu 300-500 °C. Suhu pengarangan pada ruangan tanpa udara dilakukan pada
suhu 600-700 °C. Pada proses pengarangan akan terjadi penguapan air disusul
dengan pelepasan gas CO2 dan selanjutnya terjadi peristiwa eksotermis yang
merupakan tahap permulaan proses pengarangan. Pengarangan dianggap
sempurna jika asap tidak terbentuk lagi, dan arang yang bermutu baik adalah
arang yang mengandung kadar karbon tinggi.
42
Bahan yang mempunyai muatan listrik positif akan diserap lebih efektif
oleh arang dalam larutan yang bersifat basa dan sebaliknya, sedangkan
penyerapan terhadap bahan non-elektrolit tidak dipengaruhi oleh keasaman atau
sifat kebasaan arang sebagai adsorben. Jumlah arang aktif yang digunakan untuk
menyerap warna berpengaruh terhadap jumlah warna yang diserap. Perbandingan
daya pemucat antara arang aktif dan activated clay pada proses pemucatan minyak
kelapa seperti tercantum dalam berikut.
Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa daya pemucat arang aktif
lebih baik dari activated clay, karena arang aktif dapat menyerap zat warna
sebanyak 95-97 persen dari total zat warna yang terdapat dalam minyak.
Keuntungan penggunaan arang aktif sebgai bahan pemucat minyak ialah kerena
lebih efektif untuk menyerap warna dibandingkan dengan bleaching clay,
sehingga arang aktif dapat digunakan sebagai bahan pemucat biasanya berjumlah
lebih kurang 0,1-0,2 persen dari berat minyak. Arang aktif dapat juga menyerap
sebagian bau yang tidak dikehendaki dan mengurangi jumlah peroksida sehingga
memperbaiki mutu minyak.
Arang aktif
Gambar 2.15 Hubungan Antara Arang Aktif Yang Ditambahkan Dengan Jumlah
Warna Yang Diserap
43
Jumlah warna yang diserap (%)
Gambar 2.16 Perbedan Antara Daya Pemucatan Antara Arang Aktif Dan Activated
Clay
Keburukannya adalah karena minyak yang tertinggal dalam arang aktif
jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan minyak yang tertinggal dalam
activated clay, dan proses otooksidasi terjadi lebih cepat pada minyak yang
dipucatkan dengan menggunakan arang aktif. Adsorben yang bercampur dengan
minyak dapat dipisahkan dengan cara penyaringan menggunakan filter press.
44
Hidrogen peroksida dapat bereaksi dengan ion logam, sehingga wadah
yang digunakan pada proses pemucatan harus dilapisi dengan email, aluminium,
atau stainless steel. Jenis peroksida yang sering digunakan ialah natrium
peroksida, kalsium peroksida atau benzoil peroksida.
b. Pemucatan dengan dikromat dan asam
Bahan kimia yang digunakan ialah natrium atau kalium dikromat dalam
asam mineral (an-organik). Reaksi antara dikromat dan asam akan membebaskan
oksigen. Oksigen bebas bereaksi dengan asam klorida (HCl) akan menghasilkan
klor (Cl2) yang berfungsi sebagai bahan pemucat, dengan reaksi sebagai berikut:
45
hidrosulfit yang dikenal dengan nama blankite. Pemakaian zat pereduksi ini
biasanya dicampur dengan bahan kimia lain dengan perbandingan tertentu.
Sebagai contoh ialah penggunaan campuran larutan natrium bisulfit 1,0 - 1,5 %
dan larutan asam sulfat. Cara pemucatan ini umumnya dilakukan terhadap minyak
yang digunakan untuk pembuatan sabun.
c. Deodorisasi
Deodorisasi adalah suatu tahap proses pemurnian minyak yang bertujuan
untuk menghilangkan bau dan rasa (flavor) yang tidak enak dalam minyak.
Prinsip proses deodorisasi yaitu penyulingan minyak dengan uap panas dalam
tekanan atmosfir atau keadaan vakum. Proses deodorisasi perlu dilakukan
terhadap minyak yang akan digunakan untuk bahan pangan. Beberapa jenis
minyak yang baru diekstrak mengandung flavor yang baik untuk tujuan bahan
pangan, sehingga tidak memerlukan proses deodorisasi ; misalnya lemak susu,
lemak babi, lemak coklat, dan minyak olive.
Senyawa yang menimbulkan flavor dalam minyak terdiri dari dua golongan,
yaitu flavor alamiah (natural flavor) dan flavor yang dihasilkan dari kerusakan
minyak atau bahan yang mengandung minyak.
46
1. Flavor Alamiah (Natural Flavor)
Flavor secara alamiah terdapat dalam bahan yang mengandung minyak dan
ikut terekstrak pada proses pemisahan minyak dengan cara pengepresan,
rendering atau dengan solvent extraction. Senyawa tersebut terdiri dari
hidrokarbon tidak jenuh, pigmen karotenoid, terpene, sterol dan tokoferol. Minyak
yang berbau sengit dan rasa getir disebaban oleh glukosida dan allyl thio sianoida.
Senyawa ini banyak terdapat dalam minyak yang berasal dari biji-bijian.
47
Setelah proses deodorisasi sempurna, minyak harus cepat didinginkan dengan
mengalirkan air dingin melalui pipa pendingin sehingga suhu minyak turun
menjadi lebih kurang 84oC dan selanjutnya ketel dibuka dan minyak dikeluarkan
dari ketel. Asam lemak bebas yang dapat menguap dan peroksida akan berkurang
dan jumlah yang tertinggal lebih kurang 0,015 – 0,030 persen.Kerusakan minyak
yang telah mengalami proses deodorisasi dapat disebakan oleh proses oksidasi,
hidrolisa, mikroba, dan ion logam seperti Cu, Mg, Zn yang merupakan katalisator
dalam proses oksidasi minyak. Logam tersebut dapat membentuk persenyawaan
kompleks dengan hasil oksidasi asam lemak dan berubah menjadi radikal bebas,
dengan reaksi sebagai berikut:
48
d. Hidrogenasi
Lemak dan minyak dari hewan maupun tumbuh-tumbuhan merupakan
molekul-molekul yang mirip, yang membedakan hanya titik leburnya saja. Jika
senyawanya berwujud padat pada suhu kamar, maka disebut lemak. Sebaliknya,
jika senyawa tersebut berwujud cair sering disebut sebagai minyak.Titik lebur
senyawa-senyawa ini sangat ditentukan oleh keberadaan ikatan karbon-karbon
rangkap (C=C) dalam molekulnya.
Hidrogenasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan cara
menambahkan hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan
mengurangi ketidakjenuhan minyak atau lemak, dan membuat lemak bersifat
plastis. Adanya penambahan hidrogen pada ikatan rangkap minyak dan lemak
akan mengakibatkan kenaikan titik cair. Juga dengan hilangnya ikatan rangkap,
akan menjadikan minyak atau lemak tersebut tahan terhadap proses oksidasi.
Proses hidrogenasi dilakukan dengan menggunakan hidrogen murni dan
ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator. Mekanisme proses Hidrogenasi
adalah sebagai berikut:
49
minyak/lemak, konstituen yang paling mudah mengalami oksidasi adalah asam
lemak tidak jenuh. Semakin tinggi suhu pemanasan maka terjadinya oksidasi
minyak akan semakin cepat. Selain itu oksidasi juga akan dipercepat oleh adanya
radiasi misalnya oleh panas atau cahaya, adanya katalis atau bahan pengoksidasi
seperti peroksida, perasid, ozon, asam nitrat dan beberapa senyawa organic nitro
dan aldehid aromatic.Diagram alir berikut menunjukkan proses hidrogenasi
sempurna dari sebuah minyak tak-jenuh-tunggal yang sederhana.
50
e. Interesterifikasi
Interesterifikasi dapat digambarkan sebagai pertukaran gugusan antara dua
buah ester dimana hal ini hanya dapat terjadi apabila terdapat katalis. Katalis yang
sering digunakan untuk reaksi ini adalah logam natrium atau kalium dalam bentuk
metoksilat atau etoksilat. Dalam reaksi ini ion logam natrium atau kalium akan
menyebabkan terbentuknya ion enolat yang selanjutnya diikuti dengan pertukaran
gugus alkil. Interesterifikasi banyak digunakan oleh industri untuk menggantikan
proses hidrogenasi dalam menurunkan asam lemak trans.Interesterifikasi
(penukaran ester atau tran esterifikasi) menyangkut pertukaran gugus asil antara
trigliserida. Karena trigliserida mengandung 3 gugus ester per molekul, maka
peluang untuk pertukaran tersebut cukup banyak. Gugus asil dapat bertukar
posisinya dalam 1 molekul trigliserida, atau diantara molekul trigliserida.
Ester asam lemak dialam terdapat dalam bentuk ester antara gliserol
dengan asam lemak ataupun terkadang ada gugus hidroksilnya yang teresterkan
tidak dengan asam lemak tetapi dengan phospat seperti pada phospolipid.
Disamping itu ada juga ester antara asam lemak dengan alkoholnya yang
membentuk monoester seperti terdapat pada minyak jojoba. Ester asam lemak
sering dimodifikasi baik untuk bahan makan maupun untuk bahan surfaktan,
aditif, detergen dan lain sebagainya.
51
Melalui reaksi transesterifikasi dengan gliserol diubah menjadi monogliserida
dan digliserida dengan bantuan katalis seperti natrium metoksida dan basa Lewis
lainnya. Hanya saja proses ini menghasilkan campuran yang terdiri atas 40 - 80%
monogliserida, 30 - 40% digliserida, 5 - 10% trigliserida, 0,2 - 9% asam lemak
bebas dan4 - 8% gliserol. Untuk mendapatkan monogliserida yang murni yang
akan digunakan dalam bahan makan, farmasi dan kosmetika maka harus
dilakukan destilasi molekuler.
Dalam hubungan untuk meningkatkan perolehan hasil monogliserida maka
dilakukan reaksi bertingkat secara transesterifikasi dengan gliserol yang kemudian
diikuti dengan reaksi interesterifikasi dengan metil ester asam lemak, sehingga
monogliserida yang diperoleh dapat mencapai 60 - 70%. Interesterifikasi pada
hakikatnya merupakan proses perbaikan kualitas dari produksi minyak nabati
yang mana memiliki tujuan untuk mengubah titik cair lemak dengan
menggunakan prinsip jika lemak dipanaskan dengan adanya suatu katalisator
sampai temperatur 110 – 160⁰C, maka gugusan asam lemak dapat berubah posisi.
Dengan interesterifkasi ini, maka asam lemak jenuhnya dapat diubah menjadi
asam lemak tak jenuh.Proses interesterifikasi dilakukan secara kontinyu dengan
menggunakan reaktor packed bed.
Gambar 2.23 Sistem reaktor untuk reaksi interesterifikasi menggunakan reaktor packed
bed
52
f. Winterisasi
Winterisasi adalah proses pemisahan bagian gliserida jenuh atau bertitik cair
tinggi dari trigliserida bertitik cair rendah. Winterisasi merupakan bentuk dari
fraksinasi atau pemindahan materi padat pada suhu yang diatur. Minyak
didinginkan secara perlahan pada suhu sekitar 6oC selama 24 jam. Pendinginan
dihentikan dan minyak atau campuran kristal didiamkan selama 6-8 jam.
Kemudian minyak disaring sehingga akan menghasilkan 75-80% minyak dan
produk stearine yang akan digunukan untuk shortening pada industri.
Gliserida bertitik cair tinggi mengandung sejumlah asam stearat dan dapat
terpisah pada suhu rendah, dan dikenal dengan nama stearin. Stearin atau
tristearin, adalah trigliserida sebuah glyceryl ester dari asam stearat, berasal dari
lemak hewan sebagai produk sampingan dari pengolahan daging sapi. Ini juga
dapat ditemukan dalam tanaman tropis seperti kelapa. Bagian yang membeku
pada suhu rendah (disebut stearin) dipisahkan melalui penyaringan (dilakukan
dalam chill room) sedangkan minyak yang tetap cair disebut winter oil.
Trigliserida atau gliserida yang terbentuk dari asam lemak jenuh dengan
rantai yang panjang, memiliki titik didih atau titik cair lebih tinggi daripada asam-
asam lemak jenuh rantai pendek. Asam lemak jenuh lebih stabil dibandingkan
asam lemak tidak jenuh, akibatnya titik leleh asam lemak jenuh lebih tinggi.
Kestabilan asam lemak jenuh mudah dipengaruhi oleh temperatur. Jenis minyak
yang memiliki asam lemak tidak jenuh yang tinggi memiliki sifat mengering yang
kuat bila dibandingkan dengan minyak memiliki asam lemak tidak jenuh yang
tinggi tetapi tidak berkonjugasi.
53
BAB III
KESIMPULAN
54
DAFTAR PUSTAKA
Bailey, A.E.1950. Industrial Oil and Fat Product. New York : Interscholastic
Poblishing Inc.
Hilditch, T.P.The Industrial Chemistry of The Fats and Waxes. New york : D.Van
Nostard Corporation Inc.1947)