Anda di halaman 1dari 27

Manfaat Ampas Tahu Sebagai Bahan Baku Produksi

Biodiesel dengan Metode Ekstraksi Soxhletasi

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Disusun oleh:

Yolanda Mardiana Hapsari

3C - 23

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Manfaat

Ampas Tahu Sebagai Bahan Baku Produksi Biodiesel dengan Metode Ekstraksi

Soxhletasi”. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah

Bahasa Indonesiadan yang disusun selama 1 bulan.

Dalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis mendapat bantuan dari beberapa

pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Eko Naryono, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia

Politeknik Negeri Malang

2. Ibu Profiyanti Hermien Suharti, S. T., M. T., selaku Kepala Program Studi D-

IV Teknologi Kimia Industri Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Malang

3. Ibu Dra. Nurdjizah, M.Pd, selaku dosen pembimbing Bahasa Indonesia.

4. Orang tua yang memberikan dukungan baik materi maupun motivasi.

Demikian karya ilmiah disusun dengan harapan semoga karya ilmiah ini

bermanfaat untuk masyarakan dan dapat memberikan manfaat maupun

inpirasi terhadap pembaca.

Malang, 2 Juni 2022

Yolanda Mardiana Hapsari

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah ........................................................................................ 3
1.4 Batasan Masalah ....................................................................................... 3
1.5 Teori ......................................................................................................... 3
1.6 Sumber Data ............................................................................................. 4
1.7 Metode dan Teknik ................................................................................... 4
1.8 Sistematika Penyajian............................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 6
2.1 Ampas Tahu .................................................................................................. 6
2.1 Minyak Kedelai ............................................................................................. 7
2.3 Biodiesel ........................................................................................................ 7
BAB III METODELOGI ALAT DAN BAHAN .................................................. 10
3.1 Alat dan Bahan ............................................................................................ 10
3.1.1 Alat........................................................................................................ 10
3.1.2 Bahan .................................................................................................... 10
3.2 Prosedur Percobaan ..................................................................................... 11
3.2.1 Impregnasi Katalis ................................................................................ 11
3.2.2 Ekstraksi Minyak Kedelai ..................................................................... 11
3.2.3 Sintesis Biodiesel Elektrokatalitik ........................................................ 11
3.2.4 Analisis Asam Lemak Bebas ................................................................ 12
3.3 Hasil Penelitian............................................................................................ 13
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 16
4.1 Karakteristik Minyak Kedelai yang dihasilkan dari Ampas Tahu .............. 16

iii
4.2. Pengaruh Variasi Waktu Terhadap Rendemen Biodiesel .......................... 17
4.3. Penentuan Kandungan Metil Ester Biodiesel ............................................. 18
BAB V PENUTUP................................................................................................ 21
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Hasil Analisa Minyak Kedelai dari Ampas Tahu ................................ 13


Tabel 3. 2 Nilai Yield Biodiesel ............................................................................ 13
Tabel 3. 3 Perbandingan Komposisi Metil Ester Biodiesel .................................. 13

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Analisa GC MS Biodiesel Waktu Reaksi 60 Menit ......................... 14


Gambar 3. 2 Analisa GC MS Biodiesel Waktu Reaksi 120 Menit ....................... 14
Gambar 3. 3 Analisa GC MS Biodiesel Waktu Reaksi 180 Menit ....................... 15

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Bahan bakar minyak mengalami peningkatan seiring meningkatnya kebutuhan

minyak dalam berbagai sektor kehidupan. Salah satunya seperti meningkatnya

penggunaan kendaraan bermotor maka kebutuhan bahan bakar minyak semakin

meningkat. Berdasarkan data kementrian ESDM, konsumsi BBM hingga

September 2021 mencapai 48,56 juta kiloliter (Setiawan, 2021). Bahan bakar

minyak ini dapat digantikan dengan bahan bakar nabati. Indonesia adalah negara

yang memiliki sumber daya hayati dan berpotensi tinggi untuk diolah menjadi

sumber energi alternatif. Minyak nabati merupakan salah satu bahan baku energi

alternatif yang berasal dari sumber daya hayati dan dapat digunakan dalam

pembuatan biodiesel (Prastyo, S dan Ibrahim, 2021).

Biodiesel merupakan bahan mentah terbarukan (renewable) yang tersusun dari

berbagai macam ester asam lemak yang dapat diproduksi dari minyak nabati atau

lemak hewan seperti minyak sawit, minyak kelapa, minyak jarak, minyak

jelantah, dan lemak hewani. Biodiesel dapat digunakan karena mempunyai sifat

fisik mirip dengan solar biasa sehingga dapat diaplikasikan langsung untuk mesin-

mesin diesel yang ada, tanpa modifikasi, dan dapat terdegradasi dengan mudah

(biodegradable), asap buangan biodiesel tidak hitam, tidak mengandung sulfur

sehingga emisi pembakaran yang dihasilkan ramah lingkungan (Prakoso dan

Hidayat, 2008).

1
2

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini, 2018, biodiesel dapat

diproduksi dari ampas tahu. Ampas tahu merupakan limbah industri pengolahan

kedelai menjadi tahu yang dapat mengakibatkan pencemaran, kebanyakan hanya

digunakan sebagai bahan pakan ternak. Sehingga harus ada pengolahan limbah

tersebut agar tidak menyebabkan permasalahan baru. Ampas tahu mengandung

asam lemak dalam jumlah yang banyak, asam lemak yang terdapat pada ampas

tahu adalah asam linoleat yaitu sebesar 51,34-51,69% (Scrimgeour, 2005).

Kandungan lemak yang dihasilkan dari ampas tahu dapat dimanfaatkan menjadi

sesuatu yang bernilai lebih yaitu dengan diekstraksi untuk mendapatkan minyak

kedelai yang dapat digunakan sebagai bahan baku biodiesel.

Proses pengambilan kandungan lemak berupa minyak kedelai dari ampas tebu

dilakukan dengan ektraksi. Ada beberapa metode ektraksi yang dapat digunakan

antara lain ekstraksi maserasi, ekstraksi soxhletasi, dan ekstraski perkolasi.

Penelitian ini dilakukan berdasarkan studi literatur. Peneliti membandingkan hasil

minyak kedelai dan rendemen biodiesel dari ampas tahu berdasarkan dari

beberapa jurnal.

Berdasarkan masalah diatas penulis mengambil judul ”Manfaat Ampas Tahu

Sebagai Bahan Baku Produksi Biodiesel dengan Metode Ekstraksi Soxhletasi”

sebagai inovasi pengolahan ampas tahu untuk menjadi bahan bakar alternatif.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana hasil penelusuran studi literatur terhadap minyak kedelai yang

dihasilkan dari ampas tahu ?


3

2. Bagaimana hasil penelusuran studi literatur terhadap potensi ampas tahu

sebagai bahan baku pembuatan biodiesel ?

1.3Tujuan Masalah

1. Mengetahui hasil penelusuran studi literatur terhadap minyak kedelai yang

dihasilkan dari ampas tahu.

2. Mengetahui hasil penelusuran studi literatur terhadap potensi ampas tahu

sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.

1.4 Batasan Masalah

Penelitian hanya dilakukan untuk mengetahui perbandingan metode ekstraksi

pada pembuatan biodiesel dari ampas tahu berdasarkan studi literatur.

1.5 Teori

Ekstraksi adalah proses penarikan zat aktif yang dapat larut sehingga terpisah

dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut yang sesuai. Fardhani (2014),

menunjukkan bahwa pemilihan metode ekstraksi sangat mempengaruhi kadar

senyawa metabolit sekunder yang dapat tersari dari suatu tumbuhan. Faktor-faktor

yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah tipe persiapan sampel, waktu ekstraksi,

jumlah sampel, suhu, dan jenis pelarut (Utami, 2009).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prastyo, S dan Ibrahim

(2021), menyatakan bahwa minyak kedelai dari limbah industri tahu berupa

ampas tebu mampu di gunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel

pengganti bahan bakar minyak.


4

1.6 Sumber Data

Pada penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder diperoleh dari

hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Sumber data

sekunder yang dimaksud berupa laporan ilmiah yang terdapat di dalam artikel

atau jurnal berkenaan dengan pengambilan minyak kedelai dari ampas tahu

seabgai bahan baku biodiesel dengan metode yang berbeda.

1.7 Metode dan Teknik

Metode penelitian yang digunakan pada karya ilmiah ini adalah metode

deskriptif kuantitatif yaitu dengan menggunakan beberapa sumber dari penelitian

penelitian sebelumnya. Data berupa studi literatur yang relevan dengan topik

pembahasan.

1.8 Sistematika Penyajian

BAB I (Pendahuluan)

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Masalah

1.4 Batasan Masalah

1.5 Teori

1.6 Sumber Data

1.7 Metode dan Teknik

1.7 Sistematika Penyajian

BAB II (Tinjauan Pustaka)


5

BAB III (Metodologi Alat dan Bahan)

3.1 Alat dan Bahan

3.2 Prosedur Percobaan

3.3. Hasil Percobaan

BAB IV (Pembahasan)

4.1 Karakteristik Minyak Kedelai yang dihasilkan dari Ampas Tahu

4.2 Pengaruh Variasi Waktu Terhadap Rendemen Biodiesel

4.3 Kandungan Metil Ester pada Biodiesel

BAB V (Penutup)

5.1 Kesimpulan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ampas Tahu

Ampas tahu merupakan hasil smaping ataulimbah yang dihasilkan dari

industry tahu dan umumnya ampas tahu berwarna putih kekuningan.Limbah

industri tahu berupa limbah padat dan limbah cair. Ampas tebu termasuk limbah

padat industri tahu. Berdasarkan data Balitkabi tahun 2021, di Indonesia terdapat

84.000 industri tahu,mulai dari skala rumah tangga sampai skala besar.

Kebutuhan kedelai untuk industry tahu mencapai 2.560.000 ton per tahun.

Dengan ampas tahu yang dihasilkan mencapai 1.024.000.000 ton atau sekitar

40% dari total kapasitas produksi tahu. Berdasrkan penelitian yang dilakukan

oleh M.Faisal dkk (2016), ampas tahu mengandung 20,93% protein, 10,31%

lemak, 21,43% serat,serta mineral seperti 0,72% kalsium,0m55% fosfor, dan

komponen lainnya sebesar 36,69%.

Dari kandungan tersebut,dapat diketahui bahwa ampas tebu mengandung

protein dan lemak yang lebih banyak, namun lebih banyak mengandung lemak.

Protein dalam amaps tahu dimanfaakan untuk pembuatan tempe

gembus,sedangkan lemak dalam ampas tahu masih sedikit dikembangkan

menjadi sesuatu yang bernilai lebih.

Lemak dalam ampas tahu tersebut dapat diekstraks untuk mendapatkan

minyak kedelai. Minyak kedelai dari ampas tahu dapat dimanfaatkan lebih lanjut

sebagai bahan baku biodiesel. Alternatif bahan baku minyak kedelai dari ampas

6
7

tahu ini diperkirakan dapat mengurangi kebutuhan impor kedelai hingga 20%.

Pengambilan minyak kedelai dalam ampas tahu dapat dilakukan dengan cara

ekstraksi.

2.1 Minyak Kedelai

Kedelai adalah salah satu komoditi pangan utama setelah padi dan jagung di

Indonesia. Berdasrkan Balitkabi tahu 2021, kebutuhan kedelai untuk industry

tahu mencapai 2.560.000 ton per tahun. Kedelai merupahan bahan yang sangat

diperlukan dalam industri tahu,karena kadelai mengandung 35-50% protein, 30-

35% lemak dan 34,8% karbohidrat. Kandungan protein pada kacang kedelai

mentah lebih tinggi dari pada kandungan protein pada produk lainnya. Sedangkan

kandungan minyak lebih banyak terkandung dalam residu atau ampas kacang

kedelai dari pada kandungan minyak pada produk kedelai lainnya (Ekasari,

2009). Kandungan minyak dalam kedelai inilah yang dapat dimanfaatkan sebagai

bahan baku biodiesel.

2.3 Biodiesel

Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif mesin diesel yang saat

ini banyak dikembangkan, karena memiliki karakteristik yang serupa dengan

bahan bakar mesin diesel yang berasal dari fosil. Biodiesel dapat dibuat dari

berbagai macam sumber, seperti minyak nabati , lemak hewani, dan sisa dari

minyak atau lemak (misalnya sisa minyak penggorengan). Pemanfaatan minyak

nabati sebagai bahan baku biodiesel memiliki beberapa kelebihan, diantaranya

sumber minyak nabati mudah diperoleh, proses pembuatan biodiesel dari minyak
8

nabati mudah dan cepat, serta tingkat konversi minyak nabati menjadi biodiesel

tinggi.

Proses pengambilan minyak kedelai dari ampas tahu melalui metode ekstraksi

maserasi. Metode ekstraksi maserasi adalah proses pengekstrakan simplisa

dengan menggunakan pelarut pada temperatur ruangan kamar (Depkes RI, 2000).

Tahapan pembuatan biodiesel terdiri atas dua tahap yaitu esterifikasi dan

transesterifikasi. Pada pembuatan biodiesel dari ampas tahu memiliki kadar FFA

maksimal 0,5 % (SRS Engineering Corp, 2008). Jika kadar FFA yang dihasilkan

kurang dari 0,5 % maka proses pembuatan biodiesel dapat menggunakan tahap

transesterifikasi saja. Sedangkan kadar FFA lebih dari 0,5 % maka proses

pembuatan biodiesel menggunakan tahap esterifikasi dan di lanjutkan

transesterifikasi.
BAB III

METODELOGI ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Neraca analitik 9. Stopwatch

2. Termometer 10. Piknometer

3. Penangas listrik 11.Viskometer Oswld

4. Erlenmeyer 12. Rotary evaporator

5. Magnetic stirrer 13. Soxhlet ekstraktor

6. Corong pisah 14. Blender

7. Plat TLC 15. Ultra centrifuge mill

8. Pipa kapiler

3.1.2 Bahan

1. Ampas tahu 6. NaOH,

2. Benzene 7. Ba(NO3)2

3. Metanol 8. CaO

4. Etanol 9. Aquadest

5. Co-solvent Tetra Hidro Furan 10. Elektroda grafit diameter 10 mm

(THF) dan panjang 130 mm

10
11

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Impregnasi Katalis

1. Memasukkan serbuk CaO ke dalam larutan Ba(NO3)2

2. Memanaskan larutan pada suhu 60-70C sambal diaduk hingga terbentuk

slurry.

3. Memasukkan slurry CaO/ BaO kedalam oven pada suhu 100C selama 3

jam untuk menghilangkan kadar air.

4. Memasukkan CaO/ BaO kedalam furnace pada suhu 550C selama 4 jam

5. Menggunakan CaO/ BaO dengan konsentrasi 2% b/bkemudian digunakan

pada aplikasi proses sintesis biodiesel.

3.2.2 Ekstraksi Minyak Kedelai

1. Memeras ampas tahu dengan kain blacu untuk mengurangi kadar air tahap

awal

2. Memasnaskan ampas tahu dalam oven dengan suhu 110C selama 5 jam

untuk mengurangi kadar air.

3. Melakukan ekstraksi ampas tahu kering dengan pelarut benzene selama 3-

4 jam dengan perbandingan pelarut : ampas tahu adalah 5 : 1 (b/v).

4. Memisahkan campuran solvent dengan minyak kedelai dengan proses

distilasi.

5. Menganalisis nilai Free Fatty Acid (FFA) minyak kedelai dari ampas tahu.

3.2.3 Sintesis Biodiesel Elektrokatalitik


12

1. Mengukur volume methanol dan minyak dengan perbandingan rasio molar

methanol:minyak adalah 9:1.Volume minyak kedelai yang digunakan 50

mL dengan volume methanol 19,14 mL.

2. Mengukur volume solvent Tetra Hidro Furan (THF) dan minyak kedelai

dengan perbandingan methanol dan THF yaoti 1:1 v/v.

3. Mengisi reaktor elektrokatalitik dengan campuran methanol, minyak

kedelai,THF, dan katalis CaO/BaO 2% b/b. Reaktor elektrolisis dilengkapi

2 buah elektroda grafit dengan diameter 10 mm dan 130 mm.

4. Melakukan proses sintesis biodiesel pada suhu ruang (28C) dengan

tegangan konstan 18,2 Volt dan dengan pengadukan.

3.2.4 Analisis Asam Lemak Bebas

1. Memasukkan minyak amaps tahu seberat 20 gram kedalam erlenmeyer

250 mL yang sudah berisi 50 mL etano 95%

2. Memanaskan larutan menggunakan hot plate hingga mendidih

3. Mendinginkan larutan hingga mencapai suhu ruangan

4. Menambahkan indikator fenolftalein untuk dilakukan titrasi menggunakan

KOH 0,1 N sampai titik ekuivalen


13

3.3 Hasil Penelitian

Tabel 3. 1 Hasil Analisa Minyak Kedelai dari Ampas Tahu

Keterangan Nilai Satuan


FFA 0,6 %
Densitas 0,92 g/mL
Viskositas 0,07 poise
Sumber ; Prastyo, S dan Ibrahim. 2021

Tabel 3. 2 Nilai Rendemen Biodiesel

Waktu Viskositas Angka asam


Rendemen Densitas
Reaksi Kinematik (mg-KOH/g-
(%) (g/mL)
(menit) (cSt) biodiesel)

60 88 0,864 5,22 0,22

120 94 0,866 5,35 0,25

180 90 0,885 5,65 0,18

Sumber ; Prastyo, S dan Ibrahim. 2021

Tabel 3. 3 Perbandingan Komposisi Metil Ester Biodiesel

Waktu Reaksi
Senyawa 60 120 180
% Area Peak % Area Peak % Area Peak
Metil Palmitat 11,48 1 12,35 1 12,59 1
Metil Linoleat 55,56 2 30,32 2 50,41 2
Metil Oleat 26,29 3 30,33 3 30,47 3
Metil Oktadeka 9,
- - 19,56 4 - -
12 Dienoat
Metil 9, 12, 15
0,31 4 0,41 5 0,33 4
Oktadekatrinoat
14

Metil Stearat 4,93 5 5,40 6 4,91 5


Metil
- - - - 0,21 6
Siklopropanoktanoat
Metil 11 Eicosanoat 0,33 6 0,27 7 0,43 7
Metil Arachidic 0,45 7 0,54 8 - -
Metil Behenat 0,49 8 0,61 9 0,49 8
Metil Lignoserat 0,16 9 0,20 10 0,17 9
Sumber ; Prastyo, S dan Ibrahim. 2021

Gambar 3. 1 Analisa GC MS Biodiesel Waktu Reaksi 60 Menit

Sumber ; Prastyo, S dan Ibrahim. 2021

Gambar 3. 2 Analisa GC MS Biodiesel Waktu Reaksi 120 Menit

Sumber ; Prastyo, S dan Ibrahim. 2021


15

Gambar 3. 3 Analisa GC MS Biodiesel Waktu Reaksi 180 Menit

Sumber ; Prastyo, S dan Ibrahim. 2021


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Minyak Kedelai yang dihasilkan dari Ampas

Tahu

Kandungan minyak kedelai ampas tahu diperoleh dengan cara ekstraksi

minyak kedelai menggunakan pelarut organik (benzena) sebanyak 15 siklus.

Ekstraksi ampas tahu menggunakan benzena sebagai pelarut untuk mengekstrak

komponen organik terutama lemak. Minyak kedelai yang diperoleh dilakukan

analisa Asam lemak bebas (FFA), densitas dan viskositas minyak kedelai sebelum

digunakan sebagai bahan baku biodiesel. Pada Tabel 3.1 dapat diketahui hasil

analisis minyak kedelai dari ampas tahu, nilai FFA ampas tahu adalah 0,6%,

dimana nilai ini sudah memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan baku

biodiesel. Nilai FFA yang tinggi sebanding dengan nilai densitas minyak kedelai

yang dihasilkan, dan semakin tinggi FFA maka semakin tinggi pula nilai densitas

yang dihasilkan.

Nilai densitas minyak kedelai yang dihasilkan adalah 0,92 yang nilainya

sama dengan minyak kedelai standar SNI yaitu berkisar antara 0,916 – 0,922 g/ml

(Buchori, 2012). Konsentrasi pelarut yang digunakan dan waktu siklus

mempengaruhi nilai densitas biodiesel yang dihasilkan. Semakin tinggi

konsentrasi pelarut yang digunakan, semakin padat minyak yang dihasilkan. Nilai

densitas selalu sebanding dengan nilai viskositas, dan semakin tinggi densitas

16
17

maka semakin tinggi pula viskositasnya. Untuk viskositas minyak kedelai dari

ampas tahu yaitu 0,07.

4.2. Pengaruh Variasi Waktu Terhadap Rendemen Biodiesel

Sintesis biodiesel dilakukan dengan reaksi transesterifikasi menggunakan

proses katalis-elektroda. Reaksi transesterifikasi dilakukan pada suhu kamar

menggunakan katalis BaO/CaO terimpregnasi 2% berat. Variabel penelitian yang

dilakukan Prastyo dkk pada tahun 2021 adalah waktu reaksi (60, 120, 180 menit).

Reaksi transesterifikasi menghasilkan pembentukan tiga lapisan dari bawah ke

atas: katalis, gliserin dan biodiesel. Gliserin dan biodiesel yang dihasilkan

dipisahkan menggunakan corong pemisah dan dibiarkan selama 24 jam. Biodiesel

yang dihasilkan dipanaskan pada suhu 85°C untuk menghilangkan sisa metanol

dan THF. Biodiesel yang dihasilkan berwarna keemasan dan hasil untuk setiap

variabel yang ditunjukkan pada Tabel 3.2.

Rendemen tertinggi 95% dengan waktu reaksi 120 menit pada konsentrasi

katalis 5% b/b. Hasil terendah pada waktu ke-60 menit yaitu 88%. Semakin lama

waktu reaksi, semakin lama kontak antara situs aktif katalis, metanol, dan bahan

baku, dan semakin tinggi tingkat konversi biodiesel. Hal ini menunjukkan bahwa

jika reaksi dilanjutkan selama 180 menit, konversi biodiesel berkurang

dibandingkan dengan waktu reaksi 120 menit. Aktivitas katalis meningkat seiring

dengan meningkatnya kebasaan katalis yang digunakan.

Komposisi asam lemak bahan baku sintesis biodiesel berkorelasi dengan

nilai densitas yang dihasilkan. Nilai densitas biodiesel yang dihasilkan berbanding

terbalik dengan nilai alir waktu reaksi. Hal ini disebabkan adanya reaksi
18

transesterifikasi yang mengubah bahan baku yang mengandung asam lemak dan

trigliserida menjadi metil ester.

Nilai densitas selalu berhubungan dengan nilai viskositas zat. Viskositas

kinematik biodiesel dari minyak kedelai ampas tahu adalah 5.4cSt, dan telah

memenuhi standar SNI. Komposisi dan kemurnian asam lemak berhubungan

dengan nilai viskositas biodiesel. Hasil analisis viskositas biodiesel menunjukkan

bahwa semakin lama waktu reaksi mempengaruhi peningkatan nilai viskositas

yang dihasilkan.

4.3. Penentuan Kandungan Metil Ester Biodiesel

Biodiesel mengandung beberapa senyawa organik hasil reaksi

transesterifikasi seperti ikatan rantai tunggal, bisiklik dan siklik. Hasil ini

didukung oleh data GC-MS yang ditunjukkan pada Gambar 1, 2, dan 3.

Biodiesel hasil metode elektrokatalitik dengan reaksi transesterifikasi katalis basa

BaO/CaO dilakukan analisis GC-MS untuk mengidentifikasi kandungan metil

ester pada biodiesel yang dihasilkan baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Puncak-puncak metil ester dan senyawa lain yang terkandung pada biodiesel

ditunjukkan dengan data berupa kromatogram hasil analisis GC, berat molekul

dan struktur molekul pada tiap puncak dan fragmentasi dari molekul yang

terdeteksi ditunjukkan dari analisis MS. Senyawa ester dengan rantai karbon

pendek terlebih dahulu terdeteksi kemudian diikuti dengan rantai karbon yang

lebih panjang. Hasil analisis menggunakan GC-MS ditunjukkan pada gambar 1, 2,

dan 3.
19

Hasil analisis GC-MS menyatakan bahwa terdapat kandungan senyawa

metil ester dalam sintesis biodiesel. Hasil analisis GC MS berupa kromatogram

menunjukkan adanya 9 puncak untuk waktu reaksi 60 menit, 10 puncak waktu

reaksi 120 menit, 9 puncak waktu reaksi 180 menit. Hasil analisis GC-MS

menunjukkan puncak terbanyak diperoleh pada waktu reaksi 120 menit. Hal ini

berkorelasi dengan nilai rendemen yang dihasilkan dengan nilai tertinggi terdapat

pada waktu reaksi 120 menit. Puncak yang terdeteksi pada analisis GC-MS

menunjukkan jenis senyawa metil ester yang terdapat pada biodiesel. Hasil

analisis GC-MS menunjukkan terdapat empat puncak dengan nilai tertinggi pada

semua waktu reaksi, yaitu metil palmiat, metil oleat, metil linoleate, dan metil

stearat. Metil palmiat sebagai komponen utama pembentuk biodiesel ampas tahu.

Empat jenis metil ester nilai tertinggi dengan atom C lebih dari 16 yaitu,

metil palmitat, metil linoleat, metil oleat, dan metil stearate terdapat pada

biodiesel yang dihasilkan. Senyawa dengan rantai karbon terpendek akan

terdeteksi lebih awal pada analisis GC-MS. Metil palmitat mempunyai rantai

karbon paling pendek dibanding senyawa metil ester lainnya, sehingga muncul

lebih awal dibandingkan metil linoleat, metil oleat, dan metil stearat. Puncak oleat

muncul lebih dahulu dari metil stearat karena berat molekul metil stearat lebih

besar dari pada berat molekul metil oleat. Asam lemak jenuh terpenting dalam

komposisi biodiesel adalah asam palmitat, sedangkan asam lemak tak jenuh

terpenting berupa asam oleat yang berisi satu ikatan rangkap. Asam lemak jenuh

tinggi pada metil ester menjadi salah satu indikator biodiesel tahan terhadap
20

oksidasi dari udara, dan mempunyai bilangan oktan yang tinggi (Firdaus dkk,

2013).

Waktu reaksi 120 menit menunjukkan adanya senyawa metil oktadeka

9,12 dienoat dan 180 menit menunjukkan adanya senyawa metil siklo propano-

oktanoat yang tidak terdapat pada waktu reaksi lainnya dalam jumlah kecil. Hasil

analisis sudah sesuai dengan penelitian Wahyuni, 2010 menyatakan bahwa

penurunan nilai gliserol terikat menunjukkan bahwa jumlah mono, di, dan turunan

trigliserida dalam jumlah kecil.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan studi literatur diperoleh hasl :

a. Minyak kedelai dari ampas tahu yang diperoleh melalui ekstraksi sokletasi

dengan pelarut benzene didapatkan nilai bilangan asam lemak bebas 0,6%,

densitas 0,92 g/mL, dan viskositas 0,07 poise.

b. Ampas tahu berpotensi menjadi bahan bahu pembuatan biodiesel, ditinjau dari

waktu reaksi 120 menit menghasilkan rendemen tertinggi sebesar 94% dengan

densitas 0,866 g/mL, viskositas kinematic 5,35 cSt, angka asam 0,25 mg-

KOH/g-biodiesel, dan memiliki komposisi jenis asam lemak utama yaitu asam

palmiat, asam oleat, asam linoleat, dan asam stearat.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, T.M. (2018) “Limbah Ampas Tahu Sebagai Bahan Baku Untuk

Produksi Biodiesel,” Jurnal Integrasi Proses, 7(1), hal. 13–19.

Buchori, L. (2012). Pengambilan Minyak Kedelai dari Ampas Tahu Sebagai

Bahan Baku Pembuat Biodiesel. Jurnal Ilmu Lingkungan, 10(2), 49-53

M. Faisal, A. Gani, F. Mulana, dan H. Daimon, 2016, Treatment and utilization of

industrial tofu waste in Indonesia. Asian J. Chem. 28(3): 501-507.

Prakoso, T. dan Hidayat, N.A. (2008) Potensi Biodiesel Indonesia.

Prastyo, E., S, D.F. dan Ibrahim, P.A. (2021) “Pengaruh Waktu Reaksi Terhadap

Yield dan Kandungan Metil Ester Sintesis Biodiesel Ampas Tahu Metode

Elektrokatalitik,” Jurnal Tekno Insentif, 15(1), hal. 54–64.

Setiawan, V.N. (2021) Konsumsi BBM Masyarakat dan Industri Meningkat Imbas

Pelonggaran PPKM - Migas Katadata.co.id. Tersedia pada:

https://katadata.co.id/rezzaaji/berita/61776d156db13/konsumsi-bbm-

masyarakat-dan-industri-meningkat-imbas-pelonggaran-ppkm (Diakses: 2

Juni 2022 Pukul 13.00 WIB).

22

Anda mungkin juga menyukai