Anda di halaman 1dari 34

KONVERSI BIOMASSA KOTORAN SAPI KE BIOGAS

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Konversi Energi

Disusun Oleh

Kelompok 6 (5 EGC)

1. Deli Kusuma Wardani (061440411699)


2. Tomi Suharno (061440411715)

Dosen Pembimbing : Tahdid, S.T., M.T.

Mata Kuliah : Teknik Konversi Energi

JURUSAN TEKNIK KIMIA

PROGRAM STUDI DIV TEKNIK ENERGI

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

2016
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia
yang telah dilimpahkan-Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan Makalah Teknik Konversi
Energi yang berjudul Konversi Biomassa Kotoran Sapi Ke Biogas.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pembelajaran di mata
kuliah Teknik Konversi Energi. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikut hingga akhir zaman.

Kami sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik
dari segi isi maupun penulisan yang kurang sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan
saran kepada para pembaca yang sifatnya membangun agar sempurnanya makalah ini dan juga
sebagai bekal bagi kami untuk membuat makalah yang akan datang.

Palembang, September 2016

Penulis
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang......................................................................................................3
1.2.
Tujuan....................................................................................................................4
1.3. Rumusan
Masalah.................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Biogas....................................................................5
2.1.1. Karakteristik Kandungan Biogas..................................................................5
2.1.2. Sumber Bahan Baku Biogas...........................................................................6
2.1.3. Kandungan Bahan Kering dan Volume Gas yang Dihasilkan Tiap
Jenis Kotoran...................................................................................................7
2.1. 4. Tahap Pembentukan Biogas...........................................................................8
2.1.5. Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Biogas...........................................11
2.2. Sistem Produksi Biogas.................................................................................14
2.3. Teknologi Biogas............................................................................................15
2.4. Reaktor
Biogas...............................................................................................16
2.5. Instalasi Biogas...............................................................................................20
2.6. Proses Terjadinya Gas Bio dan Manfaatnya..............................................23
2.7. Kaji Teoritik Sistem Konversi Energi.........................................................24
2.7.1. Karakteristik Pembakaran Biogas Di dalam Mesin Diesel.......................24
2.7.2. Karakteristik Pembakaran Biogas Di Dalam Mesin Bensin....................24
2.8. Pemilihan Mesin Penggerak........................................................................25
2.9. Proses Produksi Biogas................................................................................26
2.9.1. Proses Pembuatan Biogas............................................................................26
2.9.2. Cara Pembuatan Pembangkit Listrik Dari Kotoran Sapi.......................28
2.9.3. Pembangkit Listrik Tenaga Biogas dari Kotoran Sapi (PLTBG) ..........28
2.9. 4. Gambaran Sistem PLTBG Mini................................................................29

2.9.5. Kalkulasi Konversi Energi..........................................................................31

2.9.6 Kalkulasi Penghematan Bahan Bakar.......................................................31

Bab III PENUTUP


3.1 Kesimpulan..........................................................................................................32
3

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial didunia.
Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan
menipisnya sumber cadangan minyak dunia serta permasalahan emisi dari bahan bakar fosil
memberikan tekanan kepada setiap negara untuk segera memproduksi dan menggunakan
energi terbaharukan.
Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak pemerintah Indonesia
telah menerbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang
Kebijakan Energi Nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai
pengganti bahan bakar minyak. Kebijakan tersebut menekankan pada sumber daya yang
dapat diperbaharui sebagai altenatif pengganti bahan bakar minyak.

Salah satu sumber energi alternatif adalah energi biomassa dari kotoran hewan lebih
dikenal sebagai energi biogas.; yaitu suatu energi yang dihasilkan dari proses biodegradasi
dengan bantuan bakteri dalam kondisi anaerob pada material organik (kotoran sapi).
Keuntungan yang didapat dari proses pemanfaatan kotoran sapi bagi pemilik peternakan sapi
adalah menambah penghasilan dari penjualan pupuk organik dan menghemat pengeluaran
biaya penggunaan listrik. Sebenarnya pemanfaatan kotoran sapi dapat memberikan nilai
ekonomis yang lebih tinggi jika dilakukan dengan cara membangun Pembangkit Listrik
Tenaga Biogas (PLTBG).
4

1.2. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Dapat memahami definisi biogas
2. Dapat mengetahui jenis-jenis biomassa organik
3. Dapat memahami prinsip kerja konversi biomassa kotoran sapi ke biogas
4. Dapat mengenal peralatan-peralatan yang biasa digunakan dalam konversi biomassa ke
biogas
5. Dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi konversi biomassa kotoran sapi ke biogas
6. Mengetahui keunggulan dan kelemahan dari berbagai reaktor biogas
7. Mengetahui aplikasi dari konversi biomassa kotoran ke biogas
8. Mengetahui potensi penggunaan energi biomassa kotoran sapi di Indonesia

1.3. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah :
1. Apa definisi biogas?
2. Apa jenis biomassa organik?
3. Bagaimana prinsip kerja konversi biomassa kotoran sapi ke biogas untuk menghasilkan
listrik?
4. Apa saja peralatan-peralatan yang biasa digunakan dalam konversi biomassa ke
biogas?
5. Apa faktor yang mempengaruhi konversi biomassa kotoran sapi ke biogas?
6. Apa keunggulan dan kelemahan dari berbagai jenis reaktor biogas
7. Bagaimana aplikasi dari konversi biomassa kotoran sapi ke biogas?
9. Bagaimana potensi penggunaan energi biomassa kotoran sapi di Indonesia?

BAB II

PEMBAHASAN
5

2.1. Biogas

Biogas adalah suatu jenis gas yang bisa dibakar, yang diproduksi melalui proses
fermentasi anaerobik bahan organik seperti kotoran ternak dan manusia, biomassa limbah
pertanian atau campuran keduanya, didalam suatu ruang pencerna (digester). Komposisi
biogas yang dihasilkan dari fermentasi tersebut terbesar adalah gas Methan (CH4) dan gas
karbondioksida (CO2). Gas methan (CH4) yang merupakan komponen utama biogas
merupakan bahan bakar yang berguna karena mempunyai nilai kalor yang cukup tinggi,.
Karena nilai kalor yang cukup tinggi itulah biogas dapat dipergunakan untuk keperluan
sumber energi. Sistim produksi biogas juga mempunyai beberapa keuntungan seperti: (1)
mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (2) mengurangi polusi bau yang tidak sedap, (3)
sebagai pupuk dan (4) produksi energi.

2.1.1. Karakteristik Kandungan Biogas

Adapun Biogas mengandung beberapa komponen yaitu :

- CO2, sekitar 25% sampai 50% per volume, akibat yang ditimbulkan kandungan
CO2 yaitu menurunkan nilai kalori, meningkatkan jumlah methane dan anti knock
pada engine, menyebabkan korosi (kurangnya kandungan karbon acid) jika gas dalam
keadaan basah, serta merusak alkali dalam baan bakar biogas ini.
- H2S, sekitar 0 sampai 0,5%, akibat yang ditimbulkan kandungan H 2S yaitu :
mengakibatkan korosi pada peralatan dan system perpipaan (stress corrosion) oleh
karena itu banyak produsen mesin menetapkan batas maksimal H 2S yang terkandung
hanya 0,05% saja.
- NH3, sekitar 0-0,05%, emisi NOX setelah pembakaran merusak kandungan bahan
bakar biogas ini, dan meningkatkan sifat anti-knock pada engine.
- Uap air, sekitar 1-5%, dapat menyebabkan korosi, resiko pembekuan, pada peralatan,
instrument, plant dan system perpipaan.
- Debu/ Dust, sekitar >5m, mengakibatkan terhalangnya nozzle, dan kandungan
biogas.
- N2, sekitar 0-5%, akibat yang ditimbulkan yaitu mengurangi kandungan nilai kalori,
dan meningkatkan anti-knock pada engine.
6

- Siloxanes, sekitar 0-5mg m-3 , mengakibatkan terjadinya abrasive dan kerusakan pada
mesin.

2.1.2. Sumber Bahan Baku Biogas


Biogas adalah gas yang mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi
bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi
kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik yang diproses untuk
menghasilkan biogas, tetapi hanya bahan organik padat dan cair homogen seperti kotoran
urin hewan ternak yang cocok untuk sistem biogas sederhana. Diperkirakan ada tiga jenis
bahan baku untuk dikembangkan sebagai bahan baku biogas di Indonesia, antara lain
kotoran hewan dan manusia, sampah organik, dan limbah cair.
Biomassa Organik
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetik, baik berupa
produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah, tanaman, pepohonan,
rumput, ubi, limbah pertanian, limbah hutan, tinja dan kotoran ternak. Selain digunakan
untuk tujuan primer serat, bahan pangan, pakan ternak, minyak nabati, biomassa juga
digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Umumnya digunakan sebagai bahan
bakar adalah biomassa yang nilai ekonominya rendah atau merupakan limbah setelah
diambil produk primernya.
a. Biomassa Basah
Biomassa basah ini dapat diperoleh dari limbah cair ,kotoran sapi,dan sayur-sayuran.
Biomassa ini biasanya mudah didapat di pasar dan diperternakan yang dibuang begitu
saja tanpa mereka tau bahwa bahan-bahan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai biogas
yang mempunyai nilai tinggi.
7

Gambar 1. Kubis sebagai bahan baku biogas

b. Biomassa kering
Biomassa kering ini dapat diperoleh dari bahan tanaman yang berasal dari hutan atau
areal pertanian. Dari hutan biasanya hanya kayu yang dianggap memiliki nilai
ekonomis tinggi sebagai bahan baku bubur kertas, pertukangan atau kayu bakar.
Peluang kayu untuk bioenergi baik selama masih dihutan maupun setelah masuk
industri cukup besar. Pemanfaatan kayu yang ditebang untuk bahan baku kertas haya
sekitar 50% saja. Sisanya belum dimanfaatkan bahkan terbuang begitu saja. Bagian
yang tersisa ini bisa dimanfaatkan untuk bioenergi.

2.1.3. Kandungan Bahan Kering dan Volume Gas yang Dihasilkan Tiap Jenis Kotoran
Untuk mengetahui proses konversi kotoran sapi menjadi biogas dapat dilihat dari
tabel berikut yang didapatkan dari Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian
Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian Kandungan Bahan Kering dan Volume
Gas yang Dihasilkan Tiap Jenis Kotoran.
8

Tabel 1. Kandungan Bahan Kering dan Volume Gas yang Dihasilkan Tiap Jenis
Kotoran

2.1. 4. Tahap Pembentukan Biogas


Sampah organik sayur-sayuran dan buah-buahan adalah substrat yang digunakan
untuk menghasilkan biogas. Proses pembuatan biogas dilakukan secara fermentasi yaitu
proses terbentuknya gas metana dalam kondisi anaerob dengan bantuan bakteri anaerob
di dalam suatu digester sehingga akan dihasilkan gas metana (CH 4) dan gas karbon
dioksida (CO2) yang Volumnya lebih besar dari gas hidrogen (H2), gas nitrogen (N2) dan
asam sulfida (H2S). Proses fermentasi memerlukan waktu 7 sampai 10 hari untuk
menghasilkan biogas dengan suhuoptimum 35 C dan pH optimum pada range 6,4 7,9.
o

Bakteri pembentuk biogas yang digunakan yaitu bakteri anaerob seperti,


Methanobacterium, Methanobacillus, Methanococcus dan Methanosarcina (Price dan
Cheremisinoff, 1981).
Secara umum, reaksi pembentukan CH4 yaitu :

CxHyOz + (x-y-z) H2O ( x-1/8y+z) CO2 + (x-1/8y+z) CH4

Sebagai contoh, pada pembuatan biogas dari bahan baku kotoran sapi atau kerbau
yang banyak mengandung selulosa. Bahan baku dalam bentuk selulosa akan lebih mudah
dicerna oleh bakteri anaerob. Reaksi pembentukan CH4 adalah :
(Price dan Cheremisinoff,1981).
9

(C6H10O5)n + n H2O 3n CO2 + 3n CH4

Reaksi kimia pembuatan biogas (gas metana) ada 3 tahap, yaitu :


1. Reaksi Hidrolisa / Tahap pelarutan
Pada tahap hidrolisis terjadi pemecahan enzimatis dari bahan yang tidak mudah larut
seperti lemak, polisakarida, protein, asam nukleat dan lain- lain menjadi bahan yang
mudah larut. Pada tahap ini bahan yang tidak mudah larut seperti selulosa,
polisakarida dan lemak diubah menjadi bahan yang larut dalam air seperti karbohidrat
dan asam lemak. Tahap pelarutan berlangsung pada suhu 25C di digester (Price dan
Cheremisinoff, 1981).
Reaksi:

(C6H10O5)n (s) + n H2O(l) nC6H12O6

Selulosa air glukosa

(C6H10O6)x + xH2O (C6H12O6)

Karbohidrat air glukosa

2. Reaksi Asidogenik / Tahap pengasaman


Pada tahap ini Bakteri menghasilkan asam merupakan bakteri anaerobic yang dapat
tumbuh dan berkembang pada keadaan asam. Pembentukan asam dalam kondisi
anaerob sangat penting untuk membentuk gas metan oleh mikroorganisme pada proses
selanjutnya. Pada suasana anaerobik produk yang dihasilkan ini akan menjadi substrat
pada pembentukan gas metan oleh bakteri metanogenik. Tahap ini berlangsung
pada suhu 25 C hingga 30 C di digester (Price dan Cheremisinoff, 1981).
o o

Adapun reaksi asidogenik senyawa glukosa adalah sebagai berikut :

n (C6H1 2O6) 2n (C2H5OH) + 2n CO2(g) + kalor

glukosa etanol karbon dioksida

2n (C2H5OH)(aq) + n CO2(g) 2n (CH3COOH)(aq) + nCH4(g)

etanol karbon dioksida asam asetat metana


10

3. Reaksi Metanogenik / Tahap Pembentukan Gas Metana


Pada tahap ini, bakteri metanogenik membentuk gas metana secara anaerob.
Bakteri penghasil asam dan gas metan bekerja secara simbiosis. Bakteri penghasil
asam membentuk keadaan atmosfir yang ideal untuk bakteri penghasil metan,
sedangkan bakteri pembentuk gas metan menggunakan asam yang dihasilkan bakteri
penghasil asam. Proses ini berlangsung selama 14 hari dengan suhu 25 C hingga 35 C
o o

di dalam digester. Pada proses ini akan dihasilkan 70% CH4, 30 % CO2, sedikit H2 dan
H2S (Price dan Cheremisinoff, 1981).
Secara umum akan ditunjukan pada reaksi berikut.

2n (CH3COOH) 2n CH4(g) + 2n CO2(g)


asam asetat gas metana gas karbondioksida

Berbagai jenis bakteri dan substrat yang digunakan untuk menghasilkan gas metan
pada reaksi pembentukan metana ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Berbagai Macam Bakteri Penghasil Metana dan Substratnya


11

2.1.5. Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Biogas


1. Laju pembebanan (Loading rate).
Laju pembebanan biasanya disebut loading rate adalah besaran yang menyatakan
jumlah material organik dalam satu satuan volume yang diumpankan pada reaktor.
Substrat cair yang diumpankan dapat didegradasi oleh mikroba, kemudian diubah
menjadi metana melalui proses biologis oleh mikroba-mikroba pengurai didalam
reaktor. Perubahan laju pembebanan yang mendadak dapat mengakibatkan kenaikan
yang setara dalam produksi asam, yang tidak dapat disesuaikan oleh kenaikan yang
setara dalam pembentukan metana. Pembentukkan produk asam asetat (asam lemak
organik) akan mengakibatkan penurunan pH dan penghambatan lebih jauh dari
produksi metan akan terjadi. Satuan laju pembebanan adalah kg COD/m3hari.

2 . Konsentrasi substrat (COD).


Konsentrasi bahan organik sangat berpengaruh terhadap perencanaan pembuatan
dimensi reaktor dan juga bagi kelangsungan proses penguraian zat organik kompleks
menjadi senyawa sederhana. Kelemahan perencanaan reaktor dengan kandungan
COD yang rendah adalah kebutuhan volume reaktor yang cukup besar untuk dapat
menampung umpan substrat.

3 . Kandungan asam lemak organik (Volatile fatty acid).


Asam lemak organik bisa disebut sebagai volatile fatty acid yang mempunyai rumus
R COOH, dimana R = CH3 (CH2)n, Asam lemak yang dibentuk dalam hidrolisa
polisakarida umumnya adalah jenis rantai pendek seperti asetat, propionate dan
butirat. Konsentrasi asam lemak yang tinggi akan menyebabkan turunnya pH reaktor
dan akan membuat terbentuknya asam lemak rantai panjang. Batas konsentrasi asam
asetat yang dapat ditoleransi adalah dibawah 10 mg/L; diatas batas tersebut
menyebabkan rusaknya system biologi.

4. Alkalinitas.
12

Alkalinitas pada proses fermentasi anaerobik adalah kemampuan lumpur didalam


reaktor untuk menetralkan asam. Hal ini diperlukan untuk mengimbangi fluktuasi
konsentrasi asam didalam reaktor, sehingga fluktuasi pH tidak terlalu besar dan tidak
sampai mengakibatkan gangguan pada stabilitas reaktor.

5 . pH
pH adalah besaran yang menyatakan banyaknya ion H+. Nilai pH ini dirumuskan
sebagai pH = log (H). Stabilitas proses fermentasi anaerobic sangat tergantung pada
nilai pH didalam reaktor. pH yang rendah menyatakan adanya kelebihan proton (H)
didalam reaktor sebab proton akan berubah menjadi H2 yang merupakan senyawa
dalam reaktor, pH yang baik untuk operasi adalah 6,0 7,5 Bakteri pada umumnya
tumbuh dalam suatu rentang pH tiga unit dan mikroba juga menunjukkan nilai
pertumbuhannya maksimum antara pH 6,0 7,5. Pada pH lebih rendah dari 5,0 dan
lebih tinggi dari 8,5 pertumbuhannya sering terhambat meskipun untuk beberapa
mikroba ada pengecualian, seperti sejumlah kecil Acetobacter spp. Pengaturan pH
sangat penting untuk menjaga pertumbuhan mikroba yang terbaik dari proses
pengubahan sistem mikroba anerobik. Pada awal operasi atau pada saat inokulasi pH
dalam bioreaktor dapat turun menjadi 6 atau lebih rendah. Hal ini disebabkan
terbentuknya asam-asam lemak organik. Setelah beberapa saat pH akan naik kembali
yang disebabkan karena terbentuknya gas metan dari asam-asam lemak tersebut.

6. Rasio perbandingan Karbon dan Nitrogen


Rasio C/N adalah besaran yang menyatakan perbandingan jumlah atom karbon dibagi
dengan atom nitrogen. Di dalam reaktor terdapat populasi mikroba yang memerlukan
karbon dan nitrogen. Apabila nitrogen tidak tersedia dengan cukup, maka mikroba
tidak dapat memproduksi enzim yang berguna untuk mencerna karbon. Apabila
nitrogen terlalu banyak maka pertumbuhan mikroba akan terganggu, hal ini
khususnya terjadi apabila kandungan ammonia didalam substrat terlalu tinggi.
Kebutuhan atom atom karbon selama respirasi pembentukan sae untuk setiap 1 atom
nitrogen adalah sebanyak 30 atom karbon. Oleh karena itu nilai C/N yang baik adalah
sekitar 30.
13

Tabel 3. Rasio C/N beberapa bahan organik

7 . Temperatur
Proses pengubahan zat organik polimer menjadi senyawa yang lebih sederhana
didalam reaktor dipengaruhi oleh temperatur. Berdasarkan temperatur yang biasa pada
pengoperasian reaktor, maka bakteri yang terdapat didalam reaktor dapat dibedakan
atas dua golongan, yaitu: Termofilik yang hidup pada suhu antara 40 60 C, dan
o

Mesofilik yang hidup pada suhu antara 25 40 C. Temperatur yang terbaik untuk
o

pertumbuhan mikroba mesofilik adalah 30 C atau lebih tinggi sedikit. Bila reaktor
o

anaerobik dioperasikan pada suhu yang lebih rendah, misalnya 20 C, pertumbuhan


o

mikroba pada kondisi ini sangat lambat dan sulit pada awal operasi untuk beberapa
bioreaktor. Inokulasi akan lebih baik jika dimulai pada suhu 30 C.
o

8 . Senyawa racun dan penghambat


Senyawa penghambat atau inhibitor pada proses fermentasi anaerob dapat dibedakan
atas 2 jenis yaitu penghambat fisik dan penghambat kimia. Penghambat fisik adalah
temperatur dan penghambat kimia biasa disebut 13 juga dengan racun diantaranya
adalah logam berat, anti biotik dan Volatile Fatty Acid (VFA). Proses pengolahan yang
dilakukan tidak hanya secara anaerobik akan tetapi dilakukan pula secara aerobik.
Proses aerobik menurut Stefan S, 1986, adalah pengolahan biologi yang
memanfaatkan mikroorganisme dalam mendegradasi bahan organik dalam kondisi
memberikan oksigen dengan cara aerasi.
14

2.2. Sistem Produksi Biogas

Sistem produksi biogas dibedakan menurut cara pengisian bahan bakunya, yaitu
pengisian curah dan pengisian kontinyu.

- Pengisian Curah

Sistem Pengisian Curah (SPC) adalah cara pengantian bahan yang dilakukan dengan
mengeluarkan sisa bahan yang sudah dicerna dari tangki pencerna setelah produksi
biogas berhenti, dan selanjutnya dilakukan pengisian bahan baku yang baru. Sistem ini
terdiri dari dua komponen,yaitu tangki pencerna dan tangki pengumpul gas. Untuk
memperoleh biogas yang banyak, sistem ini perlu dibuat dalam jumlah yang banyak agar
kecukupan dan kontinyuitas hasil biogas tercapai.

- Pengisian Kontinyu

Sistem Pengisian Kontinyu (SPK) adalah bahwa pengisian bahan baku kedalam tangki
pencerna dilakukan secara kontinyu (setiap hari) tiga hingga empat minggu sejak
pengisian awal, tanpa harus mengelurkan bahan yang sudah dicerna. Bahan baku segar
yang diisikan setiap hari akan mendorong bahan isian yang sudah dicerna keluar dari
tangki pencerna melalui pipa pengeluaran. Keluaran biasanya dimanfaatkan sebagai
pupuk kompos bagi tanaman, sedang cairannya sebagai pupuk bagi pertumbuhan algae
pada kolam ikan. Dengan SPK, gas bio dapat diproduksi setiap hari setelah tenggang 3 -
4 minggu sejak pengisian awal. Penambahan biogas ditunjukkan dengan semakin
terdorongnya tangki penyimpan keatas (untuk tipe floating dome). Sedangkan untuk
digester tipe fixed dome pertambahan biogas ditunjukkan oleh peningkatan tekanan pada
manometer. Sampai pada tinggi tertentu yang dianggap cukup, biogas dapat dipakai
seperlunya secara efisien.
15

2.3. Teknologi Biogas

Teknologi biogas adalah proses penguraian limbah ternak oleh bakteri anaerob
(bakteri Aceton dan Metan) dalam suatu tangki pencerna (digester). Dari proses tersebut
dihasilkan gas bio dan pupuk slurry. Bahan bangunan yang dipakai adalah material
setempat, yang sebagian besar terdiri dari pasangan batu kali, pasangan batu bata, serta
beton.

Bangunan yang diperlukan dalam proses bio digester adalah:


- Bak Pemasukan (inlet)
Bak yang berguna sebagai penampung kotoran dan air kencing ternak (sapi) sebelum
dimasukkan di dalam digester. Bak pemasukan ini dilengkapi dengan penyaring agar sisa
rumput atau benda lain yang tidak dikehendaki masuk ke dalam digester dapat tersaring
dan dibersihkan.

- Digester
Digester adalah bangunan ruangan (tandon) sebagai tangki pencerna untuk memproses
limbah organik misalnya kotoran sapi, air kencing dan air, sebagai tempat bakteri anaerob
menguraikan limbah isian tersebut selama waktu tertentu. Dari proses fermentasi limbah
tersebut akan menghasilkan gas bio, serta slurry (sisa keluaran setelah di proses sebagai
pupuk organik) yang siap pakai dengan unsur hara yang tinggi.
Gas bio adalah campuran gas yang terdiri dari bermacam-macam gas, antara lain :
CH4 (methana) sebagai unsur utama , CO2, dan gas-gas lainnya yang kandungannya
sangat sedikit. Dari proses permentasi limbah tersebut akan mengeluarkan sisa yang
bernama slurry dimana slurry mengandung unsur-unsur : N, P, K, Ca, Mg, yang sangat
dibutuhkan sebagai pupuk bagi tanaman.

- Bak Pengeluaran
Bak Pengeluaran adalah bak sebagai tampungan limpahan slurry dari digester dan bila
telah penuh menuju ke bak penampungan slurry.
16

- Bak Penampung Slurry


Bak ini berfungsi sebagai tempat menampung slurry luapan dari Bak
Pengeluaran. Slurry di Bak Penampungan digunakan untuk menyaring/memisahkan
slurry cair untuk dikeringkan sehingga ringan pengangkutannya, mudah dikemas dalam
plastik untuk dijual. Dalam keadaan basah/ cair kandungan unsur haranya sangat tinggi.
Penggunaan pupuk dalam keadaan basah/cair sangat dianjurkan sehingga tidak perlu
melalui penyaring ini.

- Bak Pengencer Slurry


Bak pengencer Slurry ini digunakan untuk menambah kandungan oksigen yaitu secara
aerasi dan bisa diencerkan dengan tambahan air sehingga bisa dimanfaatkan untuk ternak
lele.

2.4. Reaktor Biogas


Reaktor biogas adalah suatu alat pengolah bahan buangan/ limbah organic menjadi
biogas. Ada beberapa jenis reactor biogas yang dikembangkan diantaranya adalah reaktor
jenis kubah tetap (Fixed-dome), reactor terapung(Floating drum), reaktor jenis balon,
jenis horizontal, jenis lubang tanah, jenis ferrocement. Dari keenam jenis digester biogas
yang sering digunakan adalah jenis kubah tetap (Fixed-dome) dan jenis Drum
mengambang (Floating drum).
17

Gambar 2. Reaktor Biogas

Beberapa tahun terakhir ini dikembangkan jenis reaktor balon yang banyak digunakan
sebagai reaktor sedehana dalam skala kecil.

1. Reaktor kubah tetap (Fixed-dome)


Reaktor ini disebut juga reaktor china. Dinamakan demikian karena reaktor ini
dibuat pertama kali di China sekitar tahun 1930 an, kemudian sejak saat itu reaktor ini
berkembang dengan berbagai model. Pada reaktor ini memiliki dua bagian yaitu
digester sebagai tempat pencerna material biogas dan sebagai rumah bagi bakteri,baik
bakteri pembentuk asam ataupun bakteri pembentuk gas metana. bagian ini dapat
dibuat dengan kedalaman tertentu menggunakan batu, batu bata atau beton.
Strukturnya harus kuat kaerna menahan gas agar tidak terjadi kebocoran. Bagian yang
kedua adalah kubah tetap (fixed-dome). Dinamakan kubah tetap karena bentunknya
menyerupai kubah dan bagian ini merupakan pengumpul gas yang tidak bergerak
(fixed). Gas yang dihasilkan dari material organik pada digester akan mengalir dan
disimpan di bagian kubah.
Keuntungan dari reaktor ini adalah biaya konstruksi lebih murah daripada
menggunakan reaktor terapung, karena tidak memiliki bagian yang bergerak
menggunakan besi yang tentunya harganya relatif lebih mahal dan perawatannya lebih
mudah. Sedangkan kerugian dari reaktor ini adalah seringnya terjadi kehilangan gas
pada bagian kubah karena konstruksi tetapnya.
18

Gambar 3. Reaktor Fixed Dome

2. Reaktor floating Drum


Reaktor jenis terapung pertama kali dikembangkan di india pada tahun 1937
sehingga dinamakan dengan reaktor India. Memiliki bagian digester yang sama
dengan reaktor kubah, perbedaannya terletak pada bagian penampung gas
menggunakan peralatan bergerak menggunakan drum. Drum ini dapat bergerak naik
turun yang berfungsi untuk menyimpan gas hasil fermentasi dalam digester.
Pergerakan drum mengapung pada cairan dan tergantung dari jumlah gas yang
dihasilkan.
Keuntungan dari reaktor ini adalah dapat melihat secara langsung volume gas
yang tersimpan pada drum karena pergerakannya. Karena tempat penyimpanan yang
terapung sehingga tekanan gas konstan. Sedangkan kerugiannya adalah biaya material
konstruksi dari drum lebih mahal. Factor korosi pada drum juga menjadi masalah
sehingga bagian pengumpul gas pada reaktor ini memiliki umur yang lebih pendek
dibandingkan menggunakan tipe kubah tetap.
19

Gambar 4. Floating Drum

Keterangan :
1 : pipa tempat pencampur bahan baku dan air
2 : tempat fermentasi
3 : tempat pembuangan limbah
4 : penampung gas
5 : rangkah pengarah
6 : pipa gas

3. Reaktor Balon
Reaktor balon merupakan jenis reaktor yang banyak digunakan pada skala rumah
tangga yang menggunakan bahan plastik sehingga lebih efisien dalam penanganan dan
perubahan tempat biogas. reaktor ini terdiri dari satu bagian yang berfungsi sebagai
digester dan penyimpan gas masing masing bercampur dalam satu ruangan tanpa
sekat. Material organik terletak dibagian bawah karena memiliki berat yang lebih besar
dibandingkan gas yang akan mengisi pada rongga atas.

Gambar 5. Reaktor Balon

4. Reaktor dari bahan Fiber glass


20

Reaktor dari bahan fiber glass merupakan jenis reaktor yang paling banyak
digunakan pada skala rumah tangga yang menggunakan fiber glass sehingga lebih
efisien dan penanganan dalam biogas. Reaktor ini terdiri dari satu bagian dari digester
dan penyimpanan gas masing-masing bercampur dalam satu ruang tanpa sekat.
Reaktor dari fiber glass sangat efisien, sangat kedap udara, ringan dan kuat. Jika terjadi
kebocoran akan mudah diperbaiki atau dibentuk kembali seperti semula dan lebih
efisiennya reaktor dapat dipindahkan-pindahkan jika sewaktu-waktu tidak digunakan
lagi.

Gambar 6. Reaktor Bahan Fiber Glass

2.5. Instalasi Biogas

Instalasi biogas adalah tempat untuk menampung bahan baku biogas (kotoran sapi) yang
akan mengalami proses fermentasi dengan bantuan bakteri anaerob untuk menghasilkan
biogas. Instalasi biogas mempunyai 3 unit utama, yaitu :

1. Unit Fermentasi

2. Unit Pemurnian

3. Unit Penampungan

Unit Fermentasi adalah tempat utama penghasil biogas dimana digester adalah tempat
terjadinya proses digestifikasi yaitu proses terbentuknya gas metana dengan bantuan
bakteri anaerob atau tanpa udara. Karena berdasarkan reaksi kimia metana dengan
21

oksigen akan menghasilkan ledakan dimana persamaan kimianya adalah sebagai

berikut : CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O.

Pembakaran satu molekul metana dengan oksigen akan melepaskan satu molekul CO 2
(Karbondioksida) dan dua molekul H2O (air). Jadi jika tanpa udara akan menghasilkan
gas CH4 dan CO2 yang volumenya lebih besar dari H2, N2 dan asam sulfida. Proses
fermentasi membutuhkan waktu 7 sampai 10 hari untuk menghasilkan methan (CH 4).
Dimana rumus kimia pembentukan CH4 adalah sebagai berikut :
CXHYOZ + (x y/4 - z/2)H2O (x/2 - y/8 + z/4) CO2 + (x/2 + y/8 z/4)CH4.
Unit Pemurnian adalah tower bentuk slinder yang memiliki saluran masuk air dan gas
serta saluran keluarnya. Cairan yang masuk disebut weak liqoon, cairan ini
didistribusikan lewat bagian atas.
Unit Penampungan adalah empat yang diperlukan untuk penampungan kotoran ternak
yaitu digester, salah satu contohnya dalah tipe fixed dome plant. Fixed dome plant
memiliki bentuk separuh mangkuk dengan rangka berbentuk lingkaran. Dinding
digester tipe fixed dome plant dibuat dari batu bata yang dilapisi dengan adonan
semen, pasir dan kerikil (1:2:4) dengan ketebalan 1 cm. Kemudian dinding digester
dilapisi lagi dengan plesteran adonan semen dan pasir (1:4) dengan ketebalan 2 cm.
Perlu diketahui bahwa batu bata yang dipergunakan mempunyai ukuran 23 x 11 x 5.5
cm. Sehingga dinding digester mempunyai ketebalan = 5.5 + 2 + 1 = 8.5 cm. Sebelum
pembuatan instalasi biogas, maka harus ditentukan kapsitas fixed dome plant yang
akan dibuat. Perhitungan kapasitas alat didasarkan pada jumlah ternak dan faeces yang
dihasilkan dengan rumus perhitungan sebagai berikut :

Dimana ;

Vf = volume cairan (m3/d)

mo = massa kotoran (kg/d)


22

m = kepadatan bahan kering dalam cairan (50kg/m3)

Vd = Vf x tr , dimana ;

Vd = volume digester (m3)

tr = waktu pembentukan biogas

Gambar 7. Fixed Dome Plant

Selain itu pembuatan instalasi biogas harus memenuhi syarat sebagai berikut :

3. Digester yang akan dibangun harus terletak di tempat yang terkena sinar matahari
secara langsung
4. Dekat dengan sumber bahan baku yaitu feses, jadi sebaiknya dekat dengan kandang
ternak
3. Dekat dengan sumber air dan persediaan yang cukup untuk bahan pengencer kotoran
ternak
4. Harus ada pencampuran secara rutin, sehingga bakteri berinteraksi dengan kotoran.
5. Instalasi biogas yang dibangun harus mempunyai keadaan optimum sebagai berikut :
a. Tidak ada oksigen atau keadaan anaerobic.
b. Temperature 850F - 950F (290C - 350C)
c. pH 6.8 7.2
d. Tidak ada racun dalam kotoran.
6. Diusahakan lokasi instalasi biogas tidak terlalu jauh dengan letak boiler.
23

2.6. Proses Terjadinya Gas Bio dan Manfaatnya

Kotoran sapi yang dicampur dengan air kencing/air dicampur dalam bak pemasukan
(inlet) selanjutnya disebut manure, masuk ke digester. Kandungan metan dalam biogas
kurang lebih 60 % dan gas bio yang terbentuk. Gas metan (CH 4) ini yang digunakan
sebagai sumber energi untuk keperluan sehari-hari,. Produksi gas bio menurut
Nurhasanah (2007) satu ekor sapi untuk suhu (23-32) C antara (600-1.000) liter
biogas/hari. Untuk 15 ekor sapi gas- bio yang dihasilkan 9000-15000 liter/hari. Sisa dari
proses tersebut di atas keluarlah slurry cair yang merupakan pupuk organik yang
mengandung unsur makro yang dibutuhkan tanaman.

Gambar 8. Skema Pemanfaatan Biogas dari Kotoran Sapi

2.7. Kaji Teoritik Sistem Konversi Energi


Perubahan biogas menjadi energi listrik dilakukan dengan memasukkan gas dalam tabung
penampungan kemudian masuk ke conversion kit yang berfungsi menurunkan tekanan
gas dari tabung sesuai dengan tekanan operasional mesin dan mengatur debit gas yang
24

bercampur dengan udara didalam mixer, dari mixer bahan bakar bersama dengan udara
masuk kedalam mesin dan terjadilah pembakaran yang akan menghasilkan daya untuk
menggerakkan generator yang menghasilkan energi listrik. Karakterisrik pembakaran
yang terjadi pada mesin diesel berbeda dengan pembakaran pada mesin bensin.

2.7.1. Karakteristik Pembakaran Biogas Di dalam Mesin Diesel


Bahan bakar biogas membutuhkan rasio kompresi yang tinggi untuk proses pembakaran
sebab biogas mempunyai titik nyala yang tinggi 6450C 7500C dibandingkan titik nyala
solar 2200C, maka mesin diesel umumnya digunakan secaradualfuel dengan rasio
kompresi sekitar 15 18. Proses pembakaran pada mesin dualfuel, bahan bakar biogas
dan udara masuk ke ruang bakar pada saat langkah hisap dan kemudian dikompresikan
didalam silinder seperti halnya udara dalam mesin diesel biasa. Bahan bakar solar
dimasukkan lewat nosel pada saat mendekati akhir langkah kompresi, dekat titik mati
atas (TMA) sehingga terjadi pembakaran.
Temperatur awal kompresi tidak boleh lebih dari 800C karena akan menyebabkan
terjadinya knocking dan peristiwa knocking yang terjadi pada mesin dualfuel hampir
sama dengan yang terjadi pada mesin bensin, yaitu terjadinya pembakaran yang lebih
awal akibat tekanan yang tinggi dari mesin diesel. Hal ini disebabkan karena bahan bakar
biogas masuk bersama-sama dengan udara ke ruang bakar, sehingga yang dikompresikan
tidak hanya udara tapi juga biogas.

2.7.2. Karakteristik Pembakaran Biogas Di Dalam Mesin Bensin


Mesin bensin dengan rasio kompresi yang hanya berkisar antara 6 9,5 tidak cukup
untuk melakukanpembakaran biogas karena titik nyala biogas yang tinggi 645 0C - 7500C,
untuk itu dilakukan penambahan rasio kompresi mesin menjadi 10 12. Proses
pembakaran biogas sama seperti pada mesin bensin normal, yaitu biogas dan udara
masuk ke ruang bakar dan pada akhir langkah kompresi terjadi pembakaran, pembakaran
ini terjadi karena bantuan loncatan bunga api dari busi.
2.8. Pemilihan Mesin Penggerak
Berdasarkan hasil survey lapangan bahwa mesin yang dapat digunakan untuk mesin
penggerak generator PLTBG adalah mesin diesel dan bensin. Di pasaran untuk mesin
25

bensin harganya jauh lebih mahal dari mesin diesel dengan daya yang sama dan untuk
daya yang besar hanya mesin diesel yang dapat digunakan sebab tidak adanya mesin
bensin dengan daya besar di pasaran. Penggunaan kedua jenis mesin tersebut dalam
kenyataannya menghasilkan efisiensi yang rendah sehingga perlu adanya modifikasi.
Modifikasi yang perlu dilakukan untuk mengubah mesin diesel menjadi mesin berbahan
bakar biogas adalah dengan cara menambahkan conversion kit dan mixer.
Fungsi conversion kit adalah untuk mengatur debit dan menurunkan tekanan aliran bahan
bakar sesuai dengan tekanan operasional yang diinginkan sedangkan mixer berfungsi
sebagai pencampur bahan bakar dengan udara. Pemasangan mixer terletak pada saluran
masuk udara dan conversion kit terpasang antaramixer dan tabung gas (Gas holder).
Sistem modifikasi ini menggunakan sistem dualfuel yaitu mesin menggunakan dua bahan
bakar yang dilakukan secara bersamaan dengan komposisi 20% solar dan 80% biogas .
Hal ini dilakukan karena titik nyala pembakaran biogas sangat tinggi yaitu sekitar 645C-
750C.
Modifikasi mesin bensin hampir sama dengan mesin diesel yaitu dengan cara
menambah Conversion kit dan mixer. Perbedaannya adalah pada mesin bensin bahan
bakar biogas dapat digunakan 100%, hal ini dikarenakan adanya busi sehingga bahan
bakar biogas akan cepat terbakar. Pemasangan mixer terletak antara saringan udara dan
karburator, sedangkan Conversion kit terpasang antara mixer dan tabung gas (gas
holder). Perkiraan biaya untuk pembelian Conversion kit dan mixer yaitu sekitar Rp.
4.800.000,00 untuk kondisi alat baru.

2.9. Proses Produksi Biogas


2.9.1. Proses Pembuatan Biogas
26

1) Gas yang dapat dimanfaatkan sebagai energi dari pembuatan biogas adalah berupa
gas metan. Gas metan ini diperoleh melalui proses dekomposisi kotoran sapi dan
kambing. Gas metan yang diperoleh dari kotoran ternak tersebut terlebih dahulu harus
mengalami dekomposisi yang berjalan tanpa kehadiran udara (anaerob). Tingkat
keberhasilan pembuatan biogas sangat tergantung pada proses yang terjadi dalam
dekomposisi tersebut. Salah satu kunci dalam proses dekomposisi secara anaerob
pada pembuatan biogas adalah kehadiran mikroorganisme.
2) Biogas dapat diperoleh dari bahan organik melalui proses "kerja sama" dari tiga
kelompok mikroorganisme anaerob. Pertama, kelompok mikroorganisme yang dapat
menghidrolisis polimer-polimer organik dan sejumlah lipid menjadi monosakarida,
asam-asam lemak, asam-asam amino, dan senyawa kimia sejenisnya. Kedua,
kelompok mikroorganisme yang mampu memfermentasi produk yang dihasilkan
kelompok mikroorganisme pertama menjadi asam-asam organik sederhana seperti
asam asetat. Oleh karena itu, mikroorganisme ini dikenal pula sebagai
mikroorganisme penghasil asam (acidogen). Ketiga, kelompok mikroorganisme yang
mengubah hidrogen dan asam asetat hasil pembentukan acidogen menjadi gas metan
dan karbondioksida. Mikroorganisme penghasil gas metan ini hanya bekerja dalam
kondisi anaerob dan dikenal dengan nama metanogen. Salah satu mikroorganisme
penting dalam kelompok metanogen ini adalah mikroorganisme yang mampu
memanfaatkan (utilized) hidrogen dan asam asetat.
3) Metanogen terdapat dalam kotoran sapi yang akan digunakan sebagai bahan
pembuatan biogas. Lambung (rumen) sapi merupakan tempat yang cocok bagi
perkembangan metanogen. Gas metan dalam konsentrasi tertentu dapat dihasilkan di
dalam lambung sapi tersebut. Proses pembuatan biogas tidak jauh berbeda dengan
proses pembentukan gas metan dalam lambung sapi. Pada prinsipnya, pembuatan
biogas adalah menciptakan gas metan melalui manipulasi lingkungan yang
mendukung bagi proses perkembangan metanogen seperti yang terjadi dalam
lambung sapi.
4) Metanogen membutuhkan kondisi lingkungan yang optimal untuk dapat
memproduksi gas metan. Metanogen sangat sensitif terhadap kondisi di sekitarnya.
Bahan organik dalam kotoran sapi dapat menghasilkan gas metan apabila metanogen
bekerja dalam ruangan hampa udara. Oleh karena itu, proses pembuatan biogas dari
27

kotoran sapi harus dilakukan dalam sebuah reaktor atau digester yang tertutup rapat
untuk menghindari masuknya oksigen. Reaktor harus bebas dari kandungan logam
berat dan sulfida (sulfides) yang dapat mengganggu keseimbangan mikroorganisme.
5) Jumlah metanogen dalam kotoran sapi belum tentu dapat menghasilkan gas metan
yang diinginkan. Gas metan diperoleh melalui komposisi metanogen yang seimbang.
Jika jumlah metanogen dalam kotoran sapi masih dinilai kurang, maka perlu
dilakukan penambahan metanogen tambahan berbentuk strater atau substrat ke dalam
reaktor. Metanogen dapat berkembang dengan baik dalam tingkat keasaman (pH)
tertentu. Lingkungan cair (aqueous) dengan pH 6,5 sampai 7,5 di dalam reaktor
merupakan kondisi yang cocok bagi pembentukan gas metan oleh metanogen.
Tingkat keasaman di dalam reaktor harus dijaga agar tidak kurang dari 6,2.
6) Untuk memperoleh biogas yang sempurna, ketiga kelompok mikroorganisme tadi
harus bekerja secara sinergis. Keadaan lingkungan yang kurang baik akan
menyebabkan ketiganya menjadi tidak optimal dalam menjalankan perannya masing-
masing. Contohnya, jumlah kandungan bahan organik yang terlalu banyak dalam
kotoran sapi akan membuat kelompok mikroorganisme pertama dan kedua untuk
membentuk asam organik dalam jumlah banyak sehingga pH akan turun drastis. Hal
itu akan menciptakan lingkungan yang tidak cocok bagi kelompok mikroorganisme
yang ketiga. Akhirnya, gas metan yang dihasilkan akan sedikit, bahkan tidak
menghasilkan gas sama sekali.
7) Untuk mencapai keberhasilan dalam proses pembuatan biogas diperlukan ketelitian
untuk memberikan lingkungan yang optimal bagi pembentukan gas metan. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan pengontrolan terhadap berbagai aspek, seperti
tingkat keasaman, kandungan dalam kotoran sapi (C/N), temperatur, hingga kadar air.
Selain itu, reaktor yang digunakan harus memenuhi syarat dan kapasitasnya sesuai
dengan jumlah kotoran sapi sebagai input.

2.9.2 Cara Pembuatan Pembangkit Listrik Dari Kotoran Sapi

1) Dibutuhkan kolam penampungan yang dirancang sedemikian rupa, sehingga limbah


kotoran sapi bisa masuk sesuai dengan kapasitas yang diinginkan. Ukuran kolam
penampungan kurang lebih 3 x1 meter dengan kedalaman 2 meter.
2) Pada kolam penampungan itu selain ada lubang untuk memasukkan limbah, juga
dibuatkan kanal buangan atau mengeluarkan limbah setelah biogas dimanfaatkan.
28

3) Bagian atas kolam yang terbuat dari semen, ditutup rapat dengan plastik.
4) Selanjutnya pada bagian atas kolam juga diberikan pipa untuk menyalurkan gas agar
keluar.
5) Dari pipa itulah biogas kemudian bisa dimanfaatkan atau disalurkan untuk
dimanfaatkan. Hanya membutuhkan waktu tidak kurang dari 14 hari untuk
mendapatkan biogas pada awalnya. Setelah itu dengan menambahkan kapasitas
limbah sesuai keinginan, biogas akan terus berproduksi.

2.9.3. Pembangkit Listrik Tenaga Biogas dari Kotoran Sapi (PLTBG)


Berdasarkan informasi yang ada menyatakan bahwa persediaan bahan bakar fosil di
Indonesia pada umumnya semakin menipis. Fakta menunjukkan sejak tahun 2004
Indonesia mengimpor minyak bumi karena cadangan minyak dalam negeri tidak
mencukupi lagi. Solusi bagi krisis energi listrik dan bahan baku fosil seperti tersebut di
atas adalah adanya sumber energi alternatif. Sumber energi alternatif tersebut harus bisa
menjadi bahan bakar substitusi yang ramah lingkungan, efektif, efisien, dan dapat diakses
oleh masyarakat luas. Selain itu, sumber energi alternatif tersebut idealnya berasal dari
sumber energi yang bisa diperbarui. Disisi lain, Indonesia merupakan negara agraris
dimana pertanian dan peternakan menjadi komoditi utama. Disinilah terjadi korelasi yang
sangat erat, dimana posisi Indonesia sebagai negara agraris ternyata mampu menjadi jalan
keluar yang tepat bagi krisis energi yang sedang terjadi. Limbah organik yang dihasilkan
dari pertanian danmpeternakan ternyata dapat menghasilkan sebuah bio energi baru yang
dapat manggantikan posisi bahan bakar fosil yang selama ini nyaris tidak tergantikan
sebagai bahan bakar utama di pembangkit-pembangkit listrik di Indonesia.
Energi biomassa dari kotoran hewan lebih dikenal sebagai energi biogas. Prinsip kimia
yang berhubungan dengan pembentukan biogas adalah prinsip terjadinya fermentasi dari
karbohidrat, lemak dan protein dan bakteri metan. Bila tidak dicampur dengan udara, satu
gram bahan selulosa menghasilkan 825 cm3 gas bertekanan atmosferik yang terdiri dari
68 % CH4 dan 32 % CO2. Kotoran sapi merupakan kotoran yang paling efisien digunakan
sebagai penghasil biogas karena setiap 10-20 kg kotoran perhari dapat menghasilkan 2
m3 biogas. Dimana energi yang terkandung dalam 1 m3 biogas sebesar 2000-4000 kkal
atau dapat memenuhi kebutuhan memasak bagi satu keluarga (4-5 orang) selama 3 jam.
29

Gambar 9. Flowchart Biogas Power Plant

2.9.4. GAMBARAN SISTEM PLTBG MINI

Sistem PLTBG Mini yang dikembangkan SURak terdiri atas reaktor biogas yang
terintegrasi dengan kandang dan alat pembangkit tenaga listrik yang dapat dioperasikan
dengan menggunakan bahan bakar biogas maupun bahan bakar konvensional (sistem
hybrid). Reaktor biogas sederhana yang tidak sulit perawatannya dibangun terintegrasi
dengan kandang, sehingga kotoran sapi bisa digelontor langsung dari kandang dan tidak
menambah pekerjaan baru bagi pemilik sapi. Sistem integrasi dirancang sedemikian
rupa sehingga mempermudah proses pembuangan kotoran sapinya. Kotoran sapi yang
biasanya dibuang, dapat dikonversi menjadi biogas yang akan menjadi sumber energi
yang mampu menerangi satu perkampungan kecil.

Semua peralatan dibuat sesederhana mungkin dan disertai dengan pelatihan dan
pendampingan sampai masyarakat memahami betul cara kerjanya. Tanpa ada segala
sesuatu yang disembunyikan, maka diharapkan masyarakat nanti pada saatnya bisa
menduplikasinya sendiri di wilayah sekitarnya. Dengan demikian PLTBG bisa
berkembang dengan sendirinya dengan swadaya masyarakat. Tentunya ini memperingan
kerja dari PLN terutama di daerah yang infrastrukturnya kurang memadai.
30

Reaktor biogas yang dibuat terintegrasi dengan kandang membuat ternak sapi pada
kampung akan terkonsentrasi di 1 tempat, sehingga tidak lagi ada lingkungan kurang
sehat karena memelihara sapi dimana kandangnya dijadikan satu dengan rumah seperti
yang biasa kita lihat selama ini. Kotoran sapinya pun langsung masuk ke dalam reaktor
dan akan terdegradasi di dalamnya, sehingga tidak menyebabkan pencemaran
lingkungan, baik bau, lalat, dan resiko penyakit dan kesehatan lainnya.

Generator yang dipakai untuk membangkitkan tenaga listriknya merupakan modifikasi


generator berbahan bakar bensin yang banyak beredar di pasaran, sehingga sama sekali
tidak membutuhkan suku cadang khusus maupun ketrampilan khusus dalam
pemeliharaannya. Biasanya digunakan mesin bensin kompatible dengan merek terkenal
dari Jepang yang sudah banyak beredar di masyarakat. Bahkan di daerah yang terpencil
sekalipun, tidak terlalu sulit membeli suku cadangnya. Generator ini telah dimodifikasi
sedemikian rupa supaya bisa beroperasi dengan dua macam bahan bakar, yaitu bensin
premium dan biogas, supaya jika nantinya bisa dioperasikan baik dengan bensin, biogas,
maupun campuran keduanya. Pemeliharaannya pun mudah, sama dengan merawat sepeda
motor 4 langkah (4 stroke engine) biasa. Cukup dengan mengganti oli, membersihkan
saringan udara, dan membersihkan karburator secara periodik.

PLTBG ini sendiri juga sangat sederhana karena hanya melayani beberapa rumah saja,
sehingga tidak membutuhkan jaringan yang rumit dan sistem pengamanan yang canggih.
Masyarakkat awam pun akan mampu memelihara jaringannya sendiri, hanya
membutuhkan pelatihan dan pendampingan selama beberapa waktu awal.

2.9.5. Kalkulasi Konversi Energi


31

Berikut ini adalah contoh kalkulasi nilai ekonomi untuk konversi kotoran sapi menjadi
biogas. Seekor sapi dewasa rata-rata menghasilkan 25 kg kotoran per hari. Untuk setiap
20 ekor sapi, diperlukan volume reaktor biogas 40 m3 dan bisa dihasilkan rata-rata 20 m3
biogas per hari dengan pengisian kotoran sapi secara rutin setiap hari. Biogas sejumlah
ini setara dengan energi senilai 12 kWh. 12kwh ini akan bisa dipakai sampai dengan 6
rumah untuk penerangan selama 10 jam dengan daya 100-200 watt per rumah. Kelompok
6 rumah yang berdekatan akan memudahkan koordinasi perawatan biogas, misalnya 1
kepala rumah tangga bertugas memelihara PLTBG 1 minggu 1 kali, untuk menjaga
supaya semua sistem berjalan dengan baik. Estimasi biaya untuk instalasi sistem PLTBG
mini ini adalah 100jt per unit (harga di Pulau Jawa). Koreksi harga tergantung kesulitan
lokasi dan harga bahan bangunan di lokasi. Harga tersebut belum termasuk sapinya.
Dengan investasi tersebut, PLTBG ini bisa beroperasi dengan bahan bakar nyaris
GRATIS. Belum lagi dengan biaya perawatan yang sangat minim, dan dapat dioperasikan
dengan swadaya dan swapikir masyarakat.

2.9.6 Kalkulasi Penghematan Bahan Bakar

Pada generator listrik berbahan bakar bensin, untuk menghidupkan genset 1.200 watt
selama 10 jam minimal dibutuhkan bahan bakar bensin sebesar 3 liter. Artinya dalam
sehari jika membeli bahan bakar non subsidi rata-rata membutuhkan uang sejumlah
Rp.9.000 x 3 liter = Rp.27.000/hari. Dalam 1 bulan dibutuhkan biaya Rp.27.000 x 30 hari
= Rp. 810.000 per bulan atau dalam satu tahun biayanya Rp.810.000 x 12 = Rp.9.720.000
per tahun (dengan catatan, tidak ada kenaikan harga bahan bakar minyak). Jika digunakan
bahan bakar biogas (bisa menggantikan bensin), maka nilai penghematannya adalah
senilai lebih dari 9 juta rupiah per tahun. Lebih dari itu, instalasi ini bisa memacu
tumbuhnya industri kecil yang dapat memberikan tambahan penghasilan bagi komunitas
yang memakainya.Jika dibandingkan dengan bahan bakar minyak fosil, baik dengan
diesel maupun bensin, PLTBG ini tidak memiliki KETERGANTUNGAN terhadap
ketersediaan bahan bakar minyak. Sedangkan sapi yang kotorannya dipakai untuk sumber
32

energi juga akan bertambah nilainya, seperti kita ketahui bahwa di pedesaan, memelihara
sapi adalah salah satu cara untuk menabung bagi orang di pedesaan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Biogas adalah suatu jenis gas yang bisa dibakar, yang diproduksi melalui proses
fermentasi anaerobik bahan organik seperti kotoran ternak dan manusia, biomassa limbah
pertanian atau campuran keduanya, didalam suatu ruang pencerna (digester).
Reaksi kimia pembuatan biogas (gas metana) ada 3 tahap, yaitu :
1. Reaksi Hidrolisa / Tahap pelarutan
2. Reaksi Asidogenik / Tahap pengasaman
3. Reaksi Metanogenik / Tahap Pembentukan Gas Metana
Faktor yang mempengaruhi produksi biogas yaitu Laju pembebanan (Loading rate),
Konsentrasi substrat (COD), Kandungan asam lemak organik (Volatile fatty acid),
Alkalinitas, pH, Rasio perbandingan Karbon dan Nitrogen, Senyawa racun penghambat
dan Temperatur
Instalasi biogas mempunyai 3 unit utama, yaitu :
1. Unit Fermentasi
2. Unit Pemurnian
3. Unit Penampungan
33

DAFTAR PUSTAKA

http://engineering4read.blogspot.co.id/2016/04/pembangkit-listrik-tenaga-biogas-dari.html

http://www.pemetaanttg.com/?op=ttg&mode=detail&id=10

https://mesinbiogas.wordpress.com/2013/01/17/pembangkit-listrik-tenaga-biogas-pltbmini-
berbasis-pemberdayaan-masyarakat-desa-oleh-grup-riset-sains-untuk-rakyat/

https://www.scribd.com/document/229739886/Cara-Membuat-Biogas-Dari-Kotoran-Sapi

https://www.scribd.com/doc/82034394/Biogas-Dari-Kotoran-Sapi-JURNAL

Presiden Republik Indonesia, 2006, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai