Oleh:
BAB 1. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum yaitu :
1. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui hubungan antara suhu dan waktu
pembakaran
2. Mahasiswa diharapkan mengtahui proses pembakaran pada kompor.
3. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui besar panas yang dihasilkan oleh
pembakaran minyak.
4. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui besar panas yang yang diserap oleh
air.
5. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui besar efisiensi thermal pada tungku
6. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui cara menaikan efisiensi pada tungku
7. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui pengaruh pemanasan kompor pada
awal pelaksanaan
8. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui perubahan energi minyak menjadi
energi cahaya
9. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui proses biogas menjadi bahan bakar
1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan praktikum yaitu :
1. Memahami hubungan antara suhu dan waktu pembakaran
2. Memahami proses pembakaran pada kompor.
3. Memahami besar panas yang dihasilkan oleh pembakaran minyak.
4. Memahami besar panas yang yang diserap oleh air.
5. Memahami besar efisiensi thermal pada tungku
6. Memahami cara menaikan efisiensi pada tungku
3
2.4 Rumus
Adapun rumus yang digunakan untuk mengkalkulasikan hasil data
pengamatan adalah sebagai berikut:
1. Q minyak = m x c x ΔT
2. Massa minyak = ρ x Vminyak 2 – 3
3. Massa air = ρ + (Vawal – Vakhir)
4. Qserap air = m. c. ΔT1-2
6
BAB 3. METODOLOGI
Mulai
Menyiapkan alat
dan bahan
A
7
Data hasil
pengukuran
Selesai
1. Hidupkan kompor minyak tanah dengan letak tangki bahan bakar pada
ketinggian tertentu. Ukur juga jumlah minyak bahan bakar dalam tangki.
Tentukan/tetapkan besarnya lubang nosel (spuyer). Ukur volume sejumlah
air tertentu, ukur pula temperaturnya.
2. Letakkan panci berisi air tersebut di atas kompor, lakukan pengamatan
sebanyak 6 kali dengan interval waktu yang telah ditentukan. pengukuran
yang dilakukan adalah temperatur air dan volume minyak dalam tangki.
3. Setelah air mendidih, biarkan mendidih selama 10 menit, dengan tetap
mengukur temperatur air dan banyaknya bahan bakar yang digunakan.
4. ulangi langkah kegiatan 1,2 dan 3 di atas untuk ketinggian 1 meter lebih
rendah
8
Pada tabel 4.1 dan tabel 4.2 maka kita dapat melihat hubungan antara
perlakuan waktu yang diberikan dengan temperatur dan volume minyak.
Hubungan antara waktu dan temperatur ditunjukkan pada gambar 4.1 dibawah ini.
9
80
Tempratur (oC)
60
40
20
0
0 5 Waktu 10 15
0.805
Volume minyak pada tangki (L)
0.8
0.795 141,5 cm
0.79
0.785
174 cm
0.78
0.775
0.77 Log.
0.765 (141,5
0.76 cm)
0.755
0 5 10 15
Waktu
4.9 Proses Berubahnya Energi Minyak Mejadi Energi Cahaya Pada Lampu
Petromaks
Salah satu contoh perubahan energi minyak menjadi energi cahaya yaitu pada
lampu petromaks. Lampu petromaks adalah salahsatu jenis lampu penerangan
yang biasa juga disebut sebagai lampu tekan berbahan bakar minyak tanah.
Cahaya yang dipancarkan oleh petromaks sebenarnya dihasilkan dari
pembakaran kaus atau kaus lampu dengan gas. Petromaks menjadi menyala
sebenarnya terjadi karena adanya proses pembakaran antara butiran-butiran
halus minyak tanah dan api pada kaus petromaks. Disini kaus petromaks
berfungsi sebagai media tempat pembakaran. Butiran-butiran halus minyak
tanah sendiri dihasilkan akibat pemampatan udara – dengan cara pemompaan – di
tangki bahan bakar dan disemprotkan ke kaus lampu melewati lubang yang
sangat kecil. Dengan demikian, ukuran butiran minyak tanah sangat tergantung
pada ukuran lubang penyemprotan. Adapun kekuatan penyemprotan sangat
tergantung pada besar tekanan pada tangki minyak tanah. Sementara terang atau
tidaknya cahaya yang dipancarkan petromaks sangat tergantung pada 4 faktor
utama, yaitu jumlah udara yang masuk ke dalam ruang pembakaran, ukuran
butiran minyak tanah, tekanan minyak yang disemprotkan ke kaus lampu, dan
jenis kaus lampu. Dari ke-4 faktor ini, cara yang paling mudah untuk
menjadikan sinar petromaks menjadi terang adalah dengan mengatur tekanan
bahan bakar yang disemprotkan ke tempat pembakaran. Ini artinya mengatur
volume udara dan ukuran butiran bahan bakar yang disemprotkan (Puspito, 2008).
bakar . Bahan baku sumber energi ini merupakan bahan nonfossil, umumnya
adalah limbah atau kotoran ternak yang produksinya tergantung atas ketersediaan
rumput dan rumput akan selalu tersedia, karena dapat tumbuh kembali setiap saat
selama dipelihara dengan baik. Sebagai pembanding yaitu gas alam yang tidak
diperhitungkan sebagai renewal energy, gas, alam berasal dari fosil yang
pembentukannya memerlukan waktujutaan tahun.
Suhu yang baik untuk proses fermentasi adalah 30-55ºC, dimana pada suhu
tersebut mikroorganisme mampu merombak bahan-bahan organik secara optimal.
Bangunan utama dari instalasi biogas adalah digester yang berfungsi untuk
menampung gas metan hasil perombakan bahan-bahan organik oleh bakteri. Jenis
digester yang paling banyak digunakan adalah model continuous feeding dimana
pengisian bahan organik dilakukan secara kontinu setiap hari. Besar kecilnya
digester tergantung pada kotoran ternak yang dihasilkan dan banyaknya biogas
yang diinginkan. Lahan yang diperlukan sekitar 16 m2 . Untuk membuat digester
diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, batu koral, batu merah,
besi konstruksi, cat dan pipa paralon lokasi yang akan dibangun sebaiknya dekat
dengan kandang sehingga kotoran ternak dapat langsung disalurkan kedalam
digester. Disamping digester harus dibangun juga penampung slurry (lumpur)
dimana slurry tersebut nantinya dapat dipisahkan dan dijadikan pupuk organik
padat dan pupuk organik cair (Febriyanita,2015).
18
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Hubungan suhu terhadap waktu pembakaran berbanding lurus diantara
keduanya. Semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk proses
pembakaran, maka akan akan semakin besar nilai suhunya.
2. Proses pembakaran pada kompor dilakukan menggunakan air 1 l dan juga
minyak tanah 1 liter. Pengamatan menggunakan dua kali percobaan
dengan ketinggian tangki pertama 136 cm dan kedua 71 cm dalam interval
waktu 2 menit dengan 6 kali pengulangan disetiap percobaan.
3. Hasil dari pembakaran minyak pada percobaan pertama didapatkan 14,256
Joule, dan percobaan kedua didapatkan 13,552 Joule.
4. Hasil dari panas yang diserap oleh air pada percobaan pertama sebanyak
17.556 Joule dan percobaan kedua sebanyak - 2940 Joule.
5. Adapun hasil dari kalkulasi efisiensi thermal pada tungku dipercobaan
pertama sebanyak 6,22 % dan percobaan kedua sebanyak 3,086 %
6. Adapun cara menaikkan efisiensi pada tungku salah satunya dengan cara
memperluas penyebaran api pada permukaan kompor.
7. Alasan diperlukannya pemanasan pada kompor yaitu karena minyak perlu
dipanaskan tujuannya untuk mengubah wujud dari air itu sendiri menjadi
uap panas.
8. Salah satu contoh perubahan energi minyak menjadi energi cahaya yaitu
pada lampu petromaks. Lampu petromaks adalah salahsatu jenis lampu
penerangan yang biasa juga disebut sebagai lampu tekan berbahan bakar
minyak tanah.
9. Biogas menjadi salah satu energy alternative dalam pemanfaatan bahan
bahan alam sekitar untuk menjadikan energy panas.
5.2 Saran
Saran yang dapat di sampaikan yaitu:
a. Praktikan Agar Lebih Hati-Hati dalam melakukan pengerjaan dikarenakan
bahan yang digunakan mudah terbakar
19
Ningsih, Lutfi Fitria, Ahmad Rofiq Sofyan, Giarno Giarno, Dedy Haryanto, Joko
Prasetyo Witoko, and Mulya Juarsa. “Estimasi Perhitungan Kalor Dan Laju
Aliran Kalor Pada Untai Fassip-02.” 2018 22 No. 1 (n.d.): 28–29.
Puspito , 2008. Manfaat Kelemahan dan Solusinya pada Perikanan Bagan, Artikel,
Institute Pertanian Bogor.
Tuti Haryati. 2006. Biogas: Limbah Peternakan Yang Menjadi Sumber Energi
Alternatif. Jurnal, Wartazoa. Vol 16 (3):160-169.
20
Lampiran