Anda di halaman 1dari 21

0

LAPORAN PRAKTIKUM ENERGI DAN ELEKTRIFIKASI PERTANIAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Energi dan Elektrifikasi


PertanianJurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember

Oleh:

Nama : Achmad Hafirudin Ahsan


NIM : 191710201094
Kelas : TEP A
Acara : I (Energi Fosil)
Asisten : Dwi Merdi Yudiastira

LABORATORIUM ENERGI OTOMASI DAN INSTRUMENTASI


JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi fosil merupakan energi yang dihasilkan dari bahan bakar fosil, yaitu
bahan bakar yang terbentuk dari proses dekomposisi anaerobik dari sisa-sisa
organisme purba selama ratusan juta tahun. Energi fosil terbadi dalam tiga jenis
yaitu minyak bumi, gas alam dan batu bara. Energi fosil umumnya digunakan
dalam pembangkit listrik, khususnya pada energi fosil jeniisbatu bara. Selain batu
bara, energi fosil minyak bumi juga dapat dimanfaatkan dalam kehidupan manusia
sehari-hari. Pemanfaatn minyak bumi pada umumnya digunakan untuk
keperluan rumah tangga seperti kebutuhan bahan bakar kendaraan dan bahan
bakar kompor untuk memasak.
Penggunaan energi fosil sebagai bahan bakar oleh manusia, keberadaanya
akan semakin berkurang atau semakin sedikit. Hal ini karena energi fosil
merupakan energi yang tidak dapat dipervarui. Sebagai contoh nyata energi fosil
langka yaitu minyak tanah. Meningkatnya populasi penduduk dan kebutuhan
bahan bakar membuat diperlukannya energi alternative sebagai upaya peghematan
energi gas bumi.
Praktikum energi fosil bertujuanuntuk mengetahui besarnya energi yang
dibutuhkan dalam suatu proses pembakarna. Selain itu juga untuk mengetahui
konversi energi yang terjadi dari minyak menjadi panas. Diharapkan dengan
mengetahui kebutuhan suatu bahan bakar pada suatu proses pembakaran,
penggunaan energi fosil (minyak) dalam kehidupan sehari-hari dapat digunakan
seefisien mungkin. Karena, seperti yang diketahui bahwa energi fosil merupakan
energi yang tidak dapat diperbarui.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari praktikum ini sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan suhu dan waktu pembakaran?
2. Bagaimana proses Pembakaran pada kompor?
3. Berapakah besar panas yang dihasilkan oleh pembakaran minyak?
2

4. Berapakah besar panas yang yang diserap oleh air?


5. Berapakah efisiensi thermal pada tungku?
6. Bagaimana menaikan efisiensi pada tungku?
7. Apakah pengaruh pemanasan kompor pada awal pelaksanaan ?
8. Bagaimana perubahan energi minyak menjadi energi cahaya?
9. Bagaimana proses biogas menjadi bahan bakar?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum yaitu :
1. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui hubungan antara suhu dan waktu
pembakaran
2. Mahasiswa diharapkan mengtahui proses pembakaran pada kompor.
3. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui besar panas yang dihasilkan oleh
pembakaran minyak.
4. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui besar panas yang yang diserap oleh
air.
5. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui besar efisiensi thermal pada tungku
6. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui cara menaikan efisiensi pada tungku
7. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui pengaruh pemanasan kompor pada
awal pelaksanaan
8. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui perubahan energi minyak menjadi
energi cahaya
9. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui proses biogas menjadi bahan bakar

1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan praktikum yaitu :
1. Memahami hubungan antara suhu dan waktu pembakaran
2. Memahami proses pembakaran pada kompor.
3. Memahami besar panas yang dihasilkan oleh pembakaran minyak.
4. Memahami besar panas yang yang diserap oleh air.
5. Memahami besar efisiensi thermal pada tungku
6. Memahami cara menaikan efisiensi pada tungku
3

7. Memahami pengaruh pemanasan kompor pada awal pelaksanaan


8. Memahami perubahan energi minyak menjadi energi cahaya
9. Memahami proses biogas menjadi bahan bakar
4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Energi Fosil


Energi fosil merupakan energi yang dihasilkan dari bahan bakar fosil, yaitu
bahan bakar yang terbentuk dari proses dekomposisi anaerobik dari sisa-sisa
organisme purba selama ratusan juta tahun.

2.2 Minyak Bumi


Minyak Bumi adalah hasil dari sebuah proses alami dari bumi yang
menghasilkan hidrokarbon kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa
sejumlah zat cair maupun padat, diantaranya aspal, lilin mineral, atau ozokerit,
dan bitumen. Zat –zat tersebut bisa diperoleh dari proses penambangan, kecuali
batu bara atau endapan hidrokarbon lain yang berbentuk padat yang diperoleh dari
kegiatan yang tidak berkaitan dengan kegiatan usaha dan minyak bumi.
Menurut Syamsul, minyak bumi merupakan komoditas strategis yang
menjadi sumber energi bagi perputaran roda perekonomian semua negara. Jika
mengacu kepada teori ekonomi pasar bebas, security of supply kebutuhan minyak
bumi, seharusnya bisa terpenuhi lewat mekanisme pasar. Namun, teori ini ternyata
tidak sepenuhnya berlaku. Minyak bumi terbukti bukan sekedar komoditas
ekonomi biasa. Sejarah pun mencatat bahwa pasar minyak tidak pernah bekerja
sepenuhnya atas dasar mekanisme kompetisi pasar karena selalu saja ada pihak
yang mendistorsinya.

2.3 Gas Bio


Menurut Megawati et al. Biogas merupakan gas mudah terbakar yang
dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri anaerob.
Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara
anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar
berupa gas metana (CH4 ) dan karbondioksida (CO2 ). Proses dekomposisi
anaerobik dibantu oleh sejumlah mikroorganisme, terutama bakteri penghasil
metan.
5

2.4 Rumus
Adapun rumus yang digunakan untuk mengkalkulasikan hasil data
pengamatan adalah sebagai berikut:
1. Q minyak = m x c x ΔT
2. Massa minyak = ρ x Vminyak 2 – 3
3. Massa air = ρ + (Vawal – Vakhir)
4. Qserap air = m. c. ΔT1-2
6

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum mengenai “Energi Fosil” dilaksanakan pada:
Hari / tanggal : Jum’at, 2 April 2021
Tempat : Laboratorium Energi Otomatisasi dan Instrumentasi
Pukul : 15.30 – 17.00 WIB
3.2 Alat Dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum “Energi Fosil” adalah
sebagai berikut:
3.2.1 Alat
1. Kompor 5. Stopwatch
2. Selang 6. Panci
3. Tangki minyak 7. Termometer
4. Penggaris
3.2.2 Bahan
1. Minyak tanah
2. Air
3.3 Prosedur Praktikum

Mulai

Menyiapkan alat
dan bahan

Hidupkan kompor minyak tanah


dengan menghitung jumlah
minyak bahan bakar dalam
tangki.

A
7

Meletakkan panci yang berisi air


dan lakukan pengamatan

Setelah air mendidih, biarkan air mendidih


selama 10 menit, dengan tetap mengukur
temperatur air. Lakukan ulang sebanyak 3 kali
untuk ketinggian lebih rendah 1 meter

Data hasil
pengukuran

Selesai

1. Hidupkan kompor minyak tanah dengan letak tangki bahan bakar pada
ketinggian tertentu. Ukur juga jumlah minyak bahan bakar dalam tangki.
Tentukan/tetapkan besarnya lubang nosel (spuyer). Ukur volume sejumlah
air tertentu, ukur pula temperaturnya.
2. Letakkan panci berisi air tersebut di atas kompor, lakukan pengamatan
sebanyak 6 kali dengan interval waktu yang telah ditentukan. pengukuran
yang dilakukan adalah temperatur air dan volume minyak dalam tangki.
3. Setelah air mendidih, biarkan mendidih selama 10 menit, dengan tetap
mengukur temperatur air dan banyaknya bahan bakar yang digunakan.
4. ulangi langkah kegiatan 1,2 dan 3 di atas untuk ketinggian 1 meter lebih
rendah
8

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan
Pada pengamatan pertama diperoleh data sebagai berikut.
Ketinggian permukaan minyak dari kompor = 141,5 cm
Volume air = 1 L
Sisa air setelah proses = 950 L
Tabel 4.1 Hasil pengamatan pada ketinggian 141,5 cm
Pengamatan Waktu Temperatur Volume minyak Volume minyak
(oC) dalam tangki (L) yang terbakar (L)
1 2 31 0,8019 0,0081
2 4 44 0,7938 0,0081
3 6 56 0,7938 0
4 8 58 0,7857 0,0081
5 10 68 0,7857 0
6 12 71 0,7857 0

Pada pengamatan pertama diperoleh data sebagai berikut.


Ketinggian permukaan minyak dari kompor = 174 cm
Volume air = 1 L
Sisa air setelah proses = 910 L
Tabel 4.2 Hasil pengamatan pada ketinggian 174 cm
Pengamatan Waktu Temperatur Volume minyak Volume minyak
(menit) (oC) dalam tangki (L) yang terbakar (L)
1 2 46 0,7776 0
2 4 55 0,7695 0,0081
3 6 62 0,7695 0
4 8 67 0,7695 0
5 10 74 0,7614 0,0081
6 12 81 0,7614 0

Pada tabel 4.1 dan tabel 4.2 maka kita dapat melihat hubungan antara
perlakuan waktu yang diberikan dengan temperatur dan volume minyak.
Hubungan antara waktu dan temperatur ditunjukkan pada gambar 4.1 dibawah ini.
9

100 141,5 cm 174 cm

80

Tempratur (oC)
60

40

20

0
0 5 Waktu 10 15

Gambar 4.1 Grafik hubungan waktu dengan temperatur


Hubungan antara waktu dengan nilai volume minyak ditunjukkan pada
gambar 4.2 dibawah ini.

0.805
Volume minyak pada tangki (L)

0.8
0.795 141,5 cm
0.79
0.785
174 cm
0.78
0.775
0.77 Log.
0.765 (141,5
0.76 cm)
0.755
0 5 10 15
Waktu

Gambar 4.2 Grafik hubungan waktu dengan volume minyak


4.2 Konstruksi Kompor dan perubahan bahan bakar menjadi api

Gambar 4.3 Konstruksi Kompor Gas


10

Bahan bakar merupakan bahan yang didalmnya mengandung unsur karbon


baik yang terikat dalam bentuk selulosa, lignin maupun resin. Bahan-bahan
tersebut mengalamii penyerdehanaan baik secara fisis atau khemis sehingga
menjadi senyawa karbon yang mudah terbakar. Perubahan wujud bahan bakar
menjadi api diawali dengan proses mengalirnya bahan bakar dai tangki dengan
ketinggian tertentu dan terhubung pada nosel. Dari nosel, panas akan dibentuk
dengan bantuan korek apii untuk menyalakan kompor. Wujud awal dari nosel
pada awal pemanasan yaitu cairan, setelah panas maka cairan bahan bakar
tersebut menjadi uap panas yang akan menyebar ke seluruh permukaan kompor
untuk menaikkan temperature.

4.3 Besar panas yang dihasilkan dari pembakaran


Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, besar kecilnya kalor yang
dibutuhkan suatu benda (zat) bergantung pada 3 faktor yaitu, massa zat, jenis zat
(kalor jenis), dan perubahan suhu. Untuk menghitung panas yang dihasilkan dapat
diperoleh dengan menggunakan rumus:
Q = m . c . (t2 – t1)
Dimana :
Q = kalor yang dibutuhkan (J)
m = massa benda (kg)
c = kalor jenis minyak (J/kgoC)
t2 = suhu akhir (oC)
t1 = suhu awal (oC)
Untuk memperoleh niai masa benda maka kita dapat memperolehnya
dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
m=ρ.V
Dimana :
m = massa benda (kg)
ρ = massa jenis zat (kg/m3)
V = volume benda
Dengan :
ρ = 0,8 g/cm3 = 800 g/dm3
11

Maka dapat dilakukan penghitungan berapa besar panas yang dihasilkan


antara pengamatan kedua dan ketiga dengan hasil penghitungan sebagai berikut.
1) Ketinggian tangki 141, 5 cm
a. Massa minyak2 = ρ . Vminyak terbakar 1-2
= 800 g/dm3 x 0,0081 dm3
= 6,48 g
Q minyak = m . c . (t2 – t1)
= 0,00648 kg . 220 J/kgoC . (44 – 31) oC
= 18,5328 Joule
b. Massa minyak3 = ρ . Vminyak terbakar 2-3
= 800 g/dm3 x 0 dm3
=0g
Q minyak = m . c . (t3 – t2)
= 0 kg . 220 J/kgoC . (56 – 44) oC
= 0 Joule
Sehingga besarnya panas yang dihasilkan oleh pembakaran minyak
dengan ketinggian 141,5 cm pada pengamatan yang kedua adalah sebesar 18,5328
Joule dan pada pengamatan ketiga adalah sebesar 0 joule.
2) Ketinggian tangki 174 cm
a. Massa minyak2 = ρ . Vminyak terbakar 1-2
= 800 g/dm3 x 0,0081 dm3
= 6,48 g
Q minyak = m . c . (t2 – t1)
= 0,00648 kg . 220 J/kgoC . (55 – 46)oC
= 12,8304 Joule
b. Massa minyak3 = ρ . Vminyak terbakar 2-3
= 800 g/dm3 x 0 dm3
=0g
Q minyak = m . c . (t3 – t2)
= 0 kg . 220 J/kgoC . (62 – 55) oC
= 0 Joule
12

Sehingga besarnya panas yang dihasilkan oleh pembakaran minyak


dengan ketinggian 174 cm pada pengamatan yang kedua adalah sebesar 12,8304
Joule dan pada pengamatan ketiga adalah sebesar 0 joule.
4.4 Besar panas yang diserap air
Untuk mengetahui besarnya panas yang diserap air, maka dapat diketahui
dengan pengukuran kalor menggunakan rumus:
Q = m . c . (t2 – t1)
Dengan menggunakan massa jenis air sebesar 1 g/cm3 dan kalor jenis air
sebesar 4200 J/kgoC. Maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut.
1) Ketinggian tangki 141,5 cm
a. Massa air =ρ.V
= 1 g/cm3 . 1000 cm3
= 1000 g = 1 kg
Qair = m . c . (t2 – t1)
= 1 kg . 4200 J/kgoC . (44 – 31)oC
= 54.600 Joule
b. Massa air =ρ.V
= 1 g/cm3 . 1000 cm3
= 1000 g = 1 kg
Qair = m . c . (t3 – t2)
= 1 kg . 4200 J/kgoC . (56 – 44)oC
= 50.400 Joule
Diperoleh besarnya panas yang diserap oleh air dengan ketinggian tangki
141,5 cm pada percobaan kedua adalah sebesar 54.600 Joule dan pada percobaan
ketiga adalah sebesar 50.400 Joule.
2) Ketinggian tangki 174 cm
a. Massa air =ρ.V
= 1 g/cm3 . 1000 cm3
= 1000 g = 1 kg
Qair = m . c . (t2 – t1)
= 1 kg . 4200 J/kgoC . (55 – 46)oC
= 37.800 Joule
13

b. Massa air =ρ.V


= 1 g/cm3 . 1000 cm3
= 1000 g = 1 kg
Qair = m . c . (t3 – t2)
= 1 kg . 4200 J/kgoC . (62 – 55)oC
= 29.400 Joule
Diperoleh besarnya panas yang diserap oleh air dengan ketinggian tangki
174 cm pada percobaan kedua adalah sebesar 37.800 Joule dan pada percobaan
ketiga adalah sebesar 29.400 Joule.
4.5 Efisiensi Termal dengan Ketinggian Tangki 141,5 cm
Efisiensi termal dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Efisiensi termal tungku = Qtotal air / Qtotal minyak
1) Qtotal air diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut.
Vtotal air teruapkan = Vawal - Vakhir
= 1000 cm3 – 950 cm3
= 50 cm3
ΔT = Takhir – Tawal
= 71oC – 31oC
= 40oC
Massa air teruapkan = ρ . Vtotal air teruapkan
= 1 g/cm3 . 50 cm3
= 50 g = 0,05 kg
Q total air = m . c . (takhir – tawal)
= 0,05 kg . 4200 J/kgoC . 40oC
= 8400 Joule
2) Qtotal minyak diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut.
Vtotal minyak terbakar = Vawal - Vakhir
= 0,8019 L – 0,7857 L
= 0,0162 L = 0,0162 dm3
ΔT = Takhir – Tawal
= 71oC – 31oC
= 40oC
14

Massa minyak total = ρ . Vtotal minyak terbakar


= 800 g/dm3 . 0,0162 dm3
= 12,96 g = 0,01296 kg
Q total minyak = m . c . (takhir – tawal)
= 0,01296 kg . 220 J/kgoC . 40oC
= 114,048 Joule
Dengan diperolehnya nilai Qtotal air dan Qtotal minyak maka kita dapat
menghitung nilai efisiensi termal sebagai berikut.
Efisiensi termal = Qtotal air / Qtotal minyak
= 8400 Joule / 114,048 Joule
= 73,65 %
Sehingga diperoleh nilai efisiensi termal pada tungku dengan ketinggian
tangki 141,5 cm adalah sebesar 73,65 %.
4.6 Efisiensi Termal dengan Ketinggian Tangki 174 cm
Efisiensi termal dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Efisiensi termal tungku = Qtotal air / Qtotal minyak
3) Qtotal air diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut.
Vtotal air teruapkan = Vawal - Vakhir
= 1000 cm3 – 910 cm3
= 90 cm3
ΔT = Takhir – Tawal
= 81oC – 46oC
= 35oC
Massa air teruapkan = ρ . Vtotal air teruapkan
= 1 g/cm3 . 90 cm3
= 90 g = 0,09 kg
Q total air = m . c . (takhir – tawal)
= 0,09 kg . 4200 J/kgoC . 35oC
= 13.230 Joule
4) Qtotal minyak diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut.
Vtotal minyak terbakar = Vawal - Vakhir
= 0,7776 L – 0,7614 L
15

= 0,0162 L = 0,0162 dm3


ΔT = Takhir – Tawal
= 81oC – 46oC
= 35oC
Massa minyak total = ρ . Vtotal minyak terbakar
= 800 g/dm3 . 0,0162 dm3
= 12,96 g = 0,01296 kg
Q total minyak = m . c . (takhir – tawal)
= 0,01296 kg . 220 J/kgoC . 35oC
= 99,792 Joule
Dengan diperolehnya nilai Qtotal air dan Qtotal minyak maka kita dapat
menghitung nilai efisiensi termal sebagai berikut.
Efisiensi termal = Qtotal air / Qtotal minyak
= 13.230 Joule / 99,792 Joule
= 132,57 %
Sehingga dapat diperoleh nilai efisiensi termal pada tungku dengan
ketinggian tangki 174 cm adalah sebesar 132,57 %.
4.7 Cara Menaikkan Efisiensi Tungku
Metode yang digunakan untuk menaikkan efisiensi kompor yaitu dilakukan
dengan cara memperluas penyebaran api pada permukaan kompor. Penyebaran
tersebut disebabkan karena bahan bakar yang terhubung dengan nosel mulai
terbakar sempurna sehingga mengeluarkan uap panas. Adapun salah satu cara
menaikkan efisiensi kompor yaitu dengan menambah lubang udara pada flame
holder. Pertambahan lubang dapat mempengaruhi kesempurnaan pembakaran,
dimana untuk mencapai pembakaran yang sempurna dibutuhkan campuran udara
yang tepat. Apabila udara yang tersedia tidak cukup untuk membakar campuran
kimia, maka terdapat sebagian uap bahan bakar yang tidak terbakar. Sedangkan
apabila udara yang tersedia berlebih maka proses pembakaran akan berlangsung
tidak efisien. Pertambahan lubang dapat mempengaruhi kesempurnaan
pembakaran, dimana untuk mencapai pembakaran yang sempurna dibutuhkan
campuran udara yang tepat (Santoso, 2008).
16

4.8 Alasan diperlukannya pemanasan pada kompor


Alasan diperlukannya pemanasan pada kompor yaitu karena minyak perlu
dipanaskan tujuannya untuk mengubah wujud dari air itu sendiri menjadi uap
panas. Hal ini dapat dilihat pada saat awal pembakaran, bahan bakar yang
terhubung pada nosel belum terbakar dengan sempurna dan masih menghasilkan
cairan. Setelah dilakukan pembakaran untuk kedua kalinya nosel mulai
mengeluarkan uap panas yang mulai menyebar pada setiap permukaan kompor

4.9 Proses Berubahnya Energi Minyak Mejadi Energi Cahaya Pada Lampu
Petromaks
Salah satu contoh perubahan energi minyak menjadi energi cahaya yaitu pada
lampu petromaks. Lampu petromaks adalah salahsatu jenis lampu penerangan
yang biasa juga disebut sebagai lampu tekan berbahan bakar minyak tanah.
Cahaya yang dipancarkan oleh petromaks sebenarnya dihasilkan dari
pembakaran kaus atau kaus lampu dengan gas. Petromaks menjadi menyala
sebenarnya terjadi karena adanya proses pembakaran antara butiran-butiran
halus minyak tanah dan api pada kaus petromaks. Disini kaus petromaks
berfungsi sebagai media tempat pembakaran. Butiran-butiran halus minyak
tanah sendiri dihasilkan akibat pemampatan udara – dengan cara pemompaan – di
tangki bahan bakar dan disemprotkan ke kaus lampu melewati lubang yang
sangat kecil. Dengan demikian, ukuran butiran minyak tanah sangat tergantung
pada ukuran lubang penyemprotan. Adapun kekuatan penyemprotan sangat
tergantung pada besar tekanan pada tangki minyak tanah. Sementara terang atau
tidaknya cahaya yang dipancarkan petromaks sangat tergantung pada 4 faktor
utama, yaitu jumlah udara yang masuk ke dalam ruang pembakaran, ukuran
butiran minyak tanah, tekanan minyak yang disemprotkan ke kaus lampu, dan
jenis kaus lampu. Dari ke-4 faktor ini, cara yang paling mudah untuk
menjadikan sinar petromaks menjadi terang adalah dengan mengatur tekanan
bahan bakar yang disemprotkan ke tempat pembakaran. Ini artinya mengatur
volume udara dan ukuran butiran bahan bakar yang disemprotkan (Puspito, 2008).

4.10 Penyediaan Energi Di Pedesaan Dengan Biogas Dan Proses Terjadinya


Menurut (Titi Nurhayati, 2006) Biogas merupakan sumber renewal energy
yang mampu menyumbangkan andil dalam usaha memenuhi kebutuhan bahan
17

bakar . Bahan baku sumber energi ini merupakan bahan nonfossil, umumnya
adalah limbah atau kotoran ternak yang produksinya tergantung atas ketersediaan
rumput dan rumput akan selalu tersedia, karena dapat tumbuh kembali setiap saat
selama dipelihara dengan baik. Sebagai pembanding yaitu gas alam yang tidak
diperhitungkan sebagai renewal energy, gas, alam berasal dari fosil yang
pembentukannya memerlukan waktujutaan tahun.
Suhu yang baik untuk proses fermentasi adalah 30-55ºC, dimana pada suhu
tersebut mikroorganisme mampu merombak bahan-bahan organik secara optimal.
Bangunan utama dari instalasi biogas adalah digester yang berfungsi untuk
menampung gas metan hasil perombakan bahan-bahan organik oleh bakteri. Jenis
digester yang paling banyak digunakan adalah model continuous feeding dimana
pengisian bahan organik dilakukan secara kontinu setiap hari. Besar kecilnya
digester tergantung pada kotoran ternak yang dihasilkan dan banyaknya biogas
yang diinginkan. Lahan yang diperlukan sekitar 16 m2 . Untuk membuat digester
diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, batu koral, batu merah,
besi konstruksi, cat dan pipa paralon lokasi yang akan dibangun sebaiknya dekat
dengan kandang sehingga kotoran ternak dapat langsung disalurkan kedalam
digester. Disamping digester harus dibangun juga penampung slurry (lumpur)
dimana slurry tersebut nantinya dapat dipisahkan dan dijadikan pupuk organik
padat dan pupuk organik cair (Febriyanita,2015).
18

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Hubungan suhu terhadap waktu pembakaran berbanding lurus diantara
keduanya. Semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk proses
pembakaran, maka akan akan semakin besar nilai suhunya.
2. Proses pembakaran pada kompor dilakukan menggunakan air 1 l dan juga
minyak tanah 1 liter. Pengamatan menggunakan dua kali percobaan
dengan ketinggian tangki pertama 136 cm dan kedua 71 cm dalam interval
waktu 2 menit dengan 6 kali pengulangan disetiap percobaan.
3. Hasil dari pembakaran minyak pada percobaan pertama didapatkan 14,256
Joule, dan percobaan kedua didapatkan 13,552 Joule.
4. Hasil dari panas yang diserap oleh air pada percobaan pertama sebanyak
17.556 Joule dan percobaan kedua sebanyak - 2940 Joule.
5. Adapun hasil dari kalkulasi efisiensi thermal pada tungku dipercobaan
pertama sebanyak 6,22 % dan percobaan kedua sebanyak 3,086 %
6. Adapun cara menaikkan efisiensi pada tungku salah satunya dengan cara
memperluas penyebaran api pada permukaan kompor.
7. Alasan diperlukannya pemanasan pada kompor yaitu karena minyak perlu
dipanaskan tujuannya untuk mengubah wujud dari air itu sendiri menjadi
uap panas.
8. Salah satu contoh perubahan energi minyak menjadi energi cahaya yaitu
pada lampu petromaks. Lampu petromaks adalah salahsatu jenis lampu
penerangan yang biasa juga disebut sebagai lampu tekan berbahan bakar
minyak tanah.
9. Biogas menjadi salah satu energy alternative dalam pemanfaatan bahan
bahan alam sekitar untuk menjadikan energy panas.
5.2 Saran
Saran yang dapat di sampaikan yaitu:
a. Praktikan Agar Lebih Hati-Hati dalam melakukan pengerjaan dikarenakan
bahan yang digunakan mudah terbakar
19

b. Pada saat praktikum sebaiknya praktikan memperhatikan penjelasan pada


materi fosil yang di berikan pada asisten dosen
Daftar Pustaka

Febriyanita, Wahyu. 2015. Pengembangan Biogas Dalam Rangka Pemanfaatan


Energi Terbarukan Di Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.
Skripsi.Universitas Negeri Semarang: Fakultas Ilmu Sosial.

Ma’arif S. Tanpa Tahun. Kebijakan Perminyakan Nasional: Dari Kendali Negara


Menuju Kapitalisme Pasar, Jurnal, Vol 3 (1), 2014.
Megawati, M., n.d. Pengaruh Penambahan EM4 (Effective Microorganism-4)
Pada Pembuatan Biogas Dari Eceng Gondok dan Rumen Sapi. Jurnal Bahan
Alam Terbarukan 3 No. 42, 1. Semarang.

Ningsih, Lutfi Fitria, Ahmad Rofiq Sofyan, Giarno Giarno, Dedy Haryanto, Joko
Prasetyo Witoko, and Mulya Juarsa. “Estimasi Perhitungan Kalor Dan Laju
Aliran Kalor Pada Untai Fassip-02.” 2018 22 No. 1 (n.d.): 28–29.

Pramuda Agung S. 2003. “Pengaruh sudut reflektor terhadap efisiensi kompor


sumbu standart”, Thesis, Teknik Mesin ITS Surabaya.

Puspito , 2008. Manfaat Kelemahan dan Solusinya pada Perikanan Bagan, Artikel,
Institute Pertanian Bogor.

Santoso, H.B.2008. Ragam dan Khasiat Tanaman Obat.Jakarta : Agromedia


Pustaka. Cetakan I.

Sudarno, 2004, “Pengaruh Baris Sirip Refrektor Radiasi Panas Terhadap


Efesiensi Kompor Minyak Tanah Bersumbu”, Tesis, Teknik Mesin ITS
Surabaya.

Tuti Haryati. 2006. Biogas: Limbah Peternakan Yang Menjadi Sumber Energi
Alternatif. Jurnal, Wartazoa. Vol 16 (3):160-169.
20

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai