Anda di halaman 1dari 41

Nilai :

LAPORAN PRAKTIKUM
KARAKTERISTIK BAHAN HASIL PERTANIAN
(Pengukuran Respirasi pada Bahan)

Oleh :
Nama : Togu Daniel Simatupang
NPM : 240110200101
Hari, Tanggal Praktikum : Selasa, 28 September 2021
Waktu/Shift : 15.30 – 17.30 WIB
Asisten Praktikum : 1. Farinissa Deliana Putri
2. Muhammad Nashir Effendy
3. Ruth Anggia Assyera

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADARAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makhluk hidup membutuhkan oksigen dari udara dan mengeluarkan gas
buangan untuk melakukan respirasi. Pengukuran respirasi salah satu tahap
yang penting pada bahan hasil pertanian. Hal tersebut dilakukan untuk
mengetahui proses respirasi pada suatu bahan. Respirasi adalah suatu proses
pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2,
H2O dan energi. Namun demikian respirasi pada hakikatnya adalah reaksi
redoks, dimana substrat dioksidasi menjadi CO2 sedangkan O2 yang
diserap sebagai oksidator mengalami reduksi menjadi H2O. Yang disebut
substrat respirasi adalah setiap senyawa organik yang dioksidasikan dalam
respirasi, atau senyawa-senyawa yang terdapat dalam sel tumbuhan yang
secara relatif banyak jumlahnya dan biasanya direspirasikan menjadi CO2
dan air.

Keanekaragaman makhluk hidup baik dari jenis atau spesiesnya


menyebabkan adanya perbedaan sistem respirasinya baik dalam hal
kuantitas maupun kualitas. Hal ini dikarenakan adanya faktor-faktor
internal maupun eksternal yang mempengaruhinya. Berdasarkan hal
tersebut diadakan praktikum yang berjudul “Pengukuran Respirasi pada
Bahan” untuk menyelidiki pengukuran laju respirasi pada bahan hasil
pertanian dan menerapka pengukuran laju respirasi bahan hasil pertanian
terkait dengan proses pemeraman dan penyimpanan.
1.1 Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum kali ini adalah:
1. Mempelajari pengukuran laju respirasi pada bahan hasil pertanian; dan
2. Menganalisis dan menerapkan pengukuran laju respirasi bahan hasil
pertanian terkait dengan proses pemeraman dan penyimpanan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Respirasi pada tumbuhan pada dasarnya sama dengan hewan, namun juga ada
kekhasannya. Proses respirasi pada dasarnya adalah proses pembongkaran zat
makanan sumber energi (umumnya glukosa) untuk memperoleh energi kimia
berupa ATP. Namun demikian, zat sumber energi tidak selalu siap dalam bentuk
glukosa, melainkan masih dalam bentuk cadangan makanan, yaitu berupa sukrosa
atau amilum. Karena itu zat tersebut harus terlebih dahulu di bongkar secara
hidrolitik. Demikian pula bila zat cangan makanan yang hendak dibongkar adalah
lipida (lemak) atau protein (Suyitno, 2006).

Penggunaan hasil fotosintesis pada satu proses akan mengurangi penggunaan pada
proses yang lain dan dipengaruhi oleh suhu. Ketika suhu malam terlalu tinggi akan
menyebabkan peningkatan respirasi yang mengakibatkan peningkatan
pembongkaran hasil fotosintesis, akibatnya hasil fotosintesis yang digunakan untuk
pertumbuhan dan cadangan makanan menurun. Adanya peristiwa fotorespirasi juga
mengakibatkan pengurangan hasil fotosintesis. Ketika laju fotosintesis dan laju
respirasi seimbang akan menyebabkan tidak adanya hasil fotosintesis yang
digunakan untuk pertumbuhan dan cadangan makanan (Sugito dalam Lestari
(2006).

Dalam beberapa jaringan tumbuhan, selain karbohidrat, senyawa lain kadang-


kadang dapat berperan sebagai substrat respirasi. Biji-biji tertentu, misal biji jarak
, mengandung banyak lemak sebagai bahan cadangan yang terdapat dalam jaringan
endosperma yang mengelilingi embrio. Selama beberapa hari pertama
perkecambahan, lemak-lemak ini diubah terutama menjadi sukrosa ysang
selanjutnya diserap dan respirasi oleh embrio yang sedang tumbuh. Metabolisme
respirasi dalam endosperma dari biji-biji mengandung lemak yang sedang
berkecambah itu terutama dari penguraian lemak menjadi sukrosa sedangkan
embrio yang sedang tumbuh merespirasi sukrosa menjadi karbondioksida dan air.
Perubahan lemak menjadi sukrosa dalam jaringan endosperma biji yang
mengandung lemak (Sasmitamihardja, 1996).

Bahan organik yang dioksidasi adalah glukosa (C6H12O6) maka persamaan reaksi
dapat dituliskan sebagai berikut:

C6H12O6 + 6 O2 6CO2 + 6H2O + Energi (Krisdianto, 2005).

Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa


organik menjadi CO2, H2O dan energi . Respirasi dan metabolisme karbon yang
terkait di dalamnya melepas energi yang tersimpan di dalam senyawa karbon
dengan cara yang terkontrol untuk digunakan oleh sel. Pada waktu yang
bersamaan, respirasi menghasilkan banyak senyawa karbon yang dibutuhkan
sebagai prekursor untuk biosintesis senyawa organik lainnya. Respirasi aerob
merupakan proses yang umum terjadi dalam hampir semua organisme eukariot, dan
secara umum proses respirasi di dalam tumbuhan mirip dengan apa yang dijumpai
di dalam hewan dan eukoriot tingkat rendah, tetapi beberapa aspek khusus dari
respirasi tumbuhan membedakannya dari respirasi hewan. Respirasi aerob adalah
proses biologi yang memobilisasi dan mengoksidasi molekul organik secara
terkontrol. Selama respirasi, energi bebas dilepas dan disimpan sementara dalam
bentuk ATP yang siap digunakan untuk aktifitas sel dan perkembangan tumbuhan
(Tjitrosomo, 1987).

2.1 Respirasi

Respirasi adalah proses pemecahan komponen organik (zat hidrat arang, lemak
dan protein) menjadi produk yang lebih sederhana dan energi. Aktivitas ini
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan energi sel agar tetap hidup. Berdasarkan
polanya, proses respirasi dan produksi etilen selama pendewasaan dan
pematangan produk nabati dapat dibedakan menjadi dua, yaitu klimakterik dan
nonklimakterik. Dalam perkembangannya, buah-buahan mengalami tahap
pematangan (maturity) yang berarti bahwa buah tersebut menjadi matang atau
tua. Tahap selanjutnya adalah pemasakan (ripening), di mana buah tersebut
sudah baik untuk dikonsumsi. Setelah pemasakan, buah mengalami fase
pelayuan (senescens) dan pembusukan (deterioration). Seiring dengan
perubahan tingkat ketuaan dan kematangan, pada umumnya buah-buahan
mengalami serangkaian perubahan komposisi kimia maupun fisiknya.
Rangkaian perubahan tersebut mempunyai implikasi yang luas terhadap
metabolisme dalam jaringan tanaman tersebut. Diantaranya yaitu perubahan
warna, rasa, tekstur, dan flavor yang disebabkan adanya perubahan kimia dari
kandungan karbohidrat, lemak, protein, asam-asam organik, tannin, pectin,
pigmen, dll. Perubahan warna dapat terjadi baik oleh proses-proses perombakan
maupun proses sintetik, atau keduanya. Misalnya, pada jeruk manis perubahan
warna dari hijau ke orange disebabkan oleh karena perombakan khlorofil dan
pembentukan zat warna karotenoid. Sedangkan pada pisang warna kuning
terjadi karena hilangnya khlorofil tanpa adanya atau sedikit pembentukan zat
karotenoid. Sintesis likopen dan perombakan khlorofil merupakan ciri
perubahan warna pada buah tomat. Menjadi lunaknya buah disebabkan oleh
perombakan protopektin yang tidak larut menjadi pektin yang larut, atau
hidrolisis zat pati (seperti buah waluh) atau lemak (pada alpukat). Perubahan
komponen-komponen buah ini diatur oleh enzim-enzim antara lain enzym
hidrolitik, poligalakturokinase, metil asetate, dll.

2.2 Laju Respirasi Bahan Hasil Pertanian


Selama proses respirasi akan terjadi perubahan fisik, kemik, dan biologik
seperti pematangan, pembentukan aroma, dan kemanisan,berkurang atau
terbentuknya warna tertentu, berkurangnya keasaman, dan perubahan
tekstur karena buah/sayur mengalami pelunakan akibat degradasi pektin
pada kulit buah, berkurangnya bobot karena hilangnya kandungan air dan
sebagainya. Faktor yang mempengaruhi laju respirasi ada dua, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.
Semakin tinggi laju respirasi maka semakin cepat terjadinya perombakan
yang mengarah pada kemunduran dari produk tersebut sehingga laju
respirasi sering digunakan sebagai indeks untuk menentukan masa simpan
produk segar (Ryal dan Lipton, 1972). Berbagai produk mempunyai laju
respirasi yang berbeda, umumnya tergantung pada struktur morfologi dan
tingkat perkembangan jaringan bagian tanaman (Kays, 1991)

Perhitungan laju respirasi dapat dilakukan denganmenggunakan persamaan


sebagai berikut:
1
2
(𝑉𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 − 𝑉𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ) × 𝑁𝐻𝐶𝑙 × 𝐵𝑀 𝐶𝑂2
Laju Respirasi3,4 = (2)
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑘𝑔) × 24(𝑗𝑎𝑚)
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑜𝑡𝑜𝑙 3 + 𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑜𝑡𝑜𝑙 4
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = (3)
2

2.2.1 Faktor Internal

1. Susunan jaringan

Susunan kimia yang dapat menjadi subsra respirasi pada bahan


berbeda - beda. Bahan yang memiliki kandungan lemak yang tinggi
memiliki laju respirasi yang tinggi

2. Umur bahan

Laju respirasi cenderung stabil ketika bahan belum memasuki tahap


matang (ripened) dan akan melonjak drastis sampai buah masak
dengan optimal

3. Ukuran bahan

Ukuran bahan yang lebih kecil akan memiliki laju respirasi yang lebih
tinggi ketimbang bahan yang berukuran lebih besar

4. Pelpis alami

Bahan yang memiliki lapisan lilin pada kulitnya menunjukan laju


respirasi yng lebih rendah dibandingkan dengan buah tanpa lapisan
lilin

5. Jenis komoditi
6. Struktur Morfologi

Umumnya sel - sel muda memiliki laju respirasi yang tinggi

2.2.2 Faktor Eksternal

1. Temperatur

Laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu


sebesar 10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing
spesies. Temperatur berbanding lurus dengan laju respirasi.
Semakin tinggi temperatur semakin tinggi laju respirasi.
Temperatur mempunyai pengaruh besar terhadap kegiatan
respirasi.

Pada O0C respirasi sangatlah sedikit, sedang pada 300C-400C


sangatlah cepat. Tetapi apabila temperatur terus menerus diatas
300C maka kegiatan respirasi tersebut hanya sebentar saja.
Sehabis 3 jam tampaklah berkurangnnya kegiatan tersebut.
Mungkin hal ini disebabkan karena non-aktifnya enzim-enzim,
bertimbun tumbuhnya CO2, kurangnya O2 dan kurangnay
persediaan substrat.

2. Etilen (C2H4)

Hormon pertumbuhan, perkembangan, dan kelayuan. Etilen


merupakan senyawa hidrokarbon tidak jenuh (C2H4) pada suhu
kamar berbentuk gas. Etilen dapat memenuhi persyaratan sebagai
hormon karena dapat mempengaruhi suatu proses fisiologi
tanaman, dihasilkan oleh tanaman, bersifat mobil dalam tanaman
dan merupakan senyawa organik.

Etilen mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan pada kualitas


dari buah-buahan segar. Karena produksi etilen distimulasi oleh
perlakuan-perlakuan secara digunakan dalam pemprosesan
sehingga perlu untuk menghilangkan etilen dalam lingkungan
penyimpanan untuk meningkatkan umur simpan dari buah
mangga segar (Eduardo v, et al, 2007) Etilen sudah diketahui
sejak tahun 1934 sebagai hormon yang aktif dalam pematangan
buah.

3. Komposisi udara

Semakin tinggi konsentrasi oksigen semakin tinggi laju respirasi.


Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi
dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ
tumbuhan yang sedang dalam masa pertumbuhan. Proses
Respirasi Proses respirasi diawali dengan adanya penangkapan
O2 dari lingkungan. Proses transport gas-gas dalam tumbuhan
secara keseluruhan berlangsung secara difusi.

Oksigen yang digunakan dalam respirasi masuk ke dalam setiap


sel tumbuhan dengan jalan difusi melalui ruang antar sel, dinding
sel, sitoplasma dan membran sel. Demikian juga halnya dengan
CO2 yang dihasilkan respirasi akan berdifusi ke luar sel dan
masuk ke dalam ruang antar sel. Hal ini karena membran plasma
dan protoplasma sel tumbuhan sangat permeabel bagi kedua gas
tersebut. Setelah mengambil O2 dari udara, O2 kemudian
digunakan dalam proses respirasi dengan beberapa tahapan,
diantaranya yaitu glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus asam
sitrat, dan transpor elektron.

4. Kerusakan Mekanis

Benturan, merangsang produksi etilen lebih banyak sehingga


respirasi meningkat. Buah dan sayuran mengandung air sangat
banyak antara 80-95% sehingga sangatlah mudah mengalami
kerusakan karena benturan-benturan fisik. Kerusakan fisik dapat
terjadi pada seluruh tahapan dari kegiatan sebelum panen,
selanjutnya pemanenan, penanganan, grading, pengemasan,
transportasi, penyimpanan, dan akhirnya sampai ke tangan
konsumen. Kerusakan yang umum terjadi adalah memar,
terpotong, adanya tusukan-tusukan, bagian yang pecah, lecet dan
abrasi. Kerusakan dapat pula ditunjukkan oleh dihasilkannya
stress metabolat (seperti getah), terjadinya perubahan warna
coklat dari jaringan rusak, menginduksi produksi gas etilen yang
memacu proses kemunduran produk. Kerusakan fisik juga
memacu kerusakan baik fisiologis maupun patologis (serangan
mikroorganisme pembusuk).

2.3 Jenis Komoditi Bahan Hasil Pertanian

2.3.1 Klimaterik

Buah klimakterik merupakan buah yang mengalami kenaikan


laju respirasi dan produksi etilen ke tingkat tertinggi setelah
dipanen. Jenis buah klimaterik adalah buah yang tetap
melanjutkan proses pematangannya meskipun sudah dipetik
(Setiono,2011). Buah jenis ini akan mengalami proses
pematangan setelah panen sehingga buah menjadi lebih manis
dan tekstur menjadi lebih lunak. Contoh buah klimaterik yaitu
manga, jambu, sawo, papaya, durian, dan sebagainya. Buah
jenis ini mengalami lonjakan produksi etilen dan laju respirasi
setelah panen merupakan buah klimaterik.
Kandungan gas etilen yang terdapat pada buah-buahan
klimakterik mengalami perubahan proses pematangan,
misalnya pada pisang yang akan memasuki proses
pematangan, kandungan etilen yang ada di dalamnya kira-kira
0–0.5 ppm dan akan meningkat pada saat puncak klikmaterik
dengan kandungan etilen kurang lebih 130 ppm (Hayati,
2012). Gas etilen yang dihasilkan akan mempengaruhi
pematangan buah yang ada disekitarnya, bahkan buah yang
cacat/luka akan menghasilkan gas etilen yang lebih banyak
dari pada buah pisang yang normal (Paramita, 2010).
2.3.2 Non Klimaterik

Buah non klimakterik adalah buah yang tidak mengalami


lonjakan respirasi maupun etilen setelah dipanen. Buah jenis
ini tidak akan mengalami pematangan setelah proses
pemanenan walaupun melalui proses pemeraman dan
penyimpanan. Contoh buah non klimaterik salah satunya
angggur. Oleh karena itu jika buah anggur dipanen belum
cukup umur, maka akan mempunyai kualitas rendah, yaitu
rasanya belum manis, adanya perubahan fisik yang meliputi
warna, tekstur, susut berat, tebal tipisnya lapisan lilin
sehingga daya tarik buah menjadi kurang bagus, disamping
itu nilai gizinya terutama vitamin C akan rendah. Dalam
keadaan seperti inilah buah tersebut kurang dapat diterima
oleh konsumen atau pengelola buah ( Purwaningsih dan
Leksono, 2012).

2.4 Titrasi
Titrasi adalah suatu metode analisis penentuan konsentrasi suatu larutan dengan
larutan absorber yang telah diketahui konsentrasinya. Terbatas pada penetapan
gas CO2 sebagai produk dari hasil respirasi. Jumlah CO2 yang tertitrasi dapat
dihitung dengan menitrasi absorben menggunakan asam kuat (misal : HCl).
Titrasi asam basa melibatkan reaksi antara asam dengan basa, sehingga akan
terjadi perubahan pH larutan yang dititrasi. Titrasi dilakukan untuk menentukan
banyaknya volume NaOH yang diperlukan agar larutan berubah warna.

Dalam proses titrasi suatu zat berfungsi sebagai titran dan yang lainnya sebagai
titrat. Titrat adalah larutan yang dititrasi untuk diketahui konsentrasi komponen
tertentu. Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi dihentikan. Dalam titrasi
biasanya diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan larutan
yang dititrasi kemudian dilakukan proses pengenceran ( W Haryadi, 1990).
Pengenceran merupakan proses penambahan pelarut yang tidak diikuti
terjadinya reaksi kimia sehingga berlaku hukum kekekalan nol.
Gambar 1. Grafik Variasi Reaksi yang Dipengaruhi Aktivitas Air
(Sumber : Sandulachi, 2012)

Berbagai mikroba mempunyai Aw minimum agar dapat tumbuh dengan baik,


misalnya bakteri Aw = 0,90; khamir Aw = 0,80 - 0,90; dan kapang Aw = 0,60 -
0,70 (Rusmono et al., 2011). Toleransi Aw yang dibutuhkan mikroba untuk
berkembang dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Aktivitas air untuk pertumbuhan mikroba dan perkecambahan spora


Mikroorganisme Aktivitas Air
Organisme penghasil lendir pada daging 0,98
Spora Pseudomonas, Bacillus cereus 0,97
Spora B. subtilis, C. botulinum 0,95
Sumber : Rusmono et al., 2011

Notes :
Untuk subbab yang mengandung tabel harap diberikan:
- Identitas tabel dengan penulisan seperti : Tabel 1. (Nama Tabel)
- Sumber tabel pada bagian bawah tabel yang dituliskan sejajar dengan
identitas menggunakan format Penulis, Tahun
Untuk subbab yang mengandung gambar harap diberikan:
- Identitas gambar dengan penulisan seperti : Gambar 1. (Nama Gambar)
- Sumber gambar pada bagian bawah gambar menggunakan spasi Single lines
font berukuran 10 pt dengan penulisan : (Sumber : Penulis, Tahun)
Notes Tambahan:
1. Setiap subbab terdiri dari minimal 2 paragraf yang masing-masing paragraf
terdiri dari 5 kalimat,
2. Tinjauan pustaka dapat membahas:
- Karakteristik bahan hasil pertanian yang dijadikan topik praktikum;
- Faktor yang mempengaruhi karakteristik bahan hasil pertanian; dan
- Metode yang digunakan untuk menguji karateristik bahan hasil
pertanian.
3. Gunakan referensi yang kredibel seperti dari jurnal, prosiding, buku,
ataupun website resmi (mis : BPS, Kementan, dll) hindari pengambilan
referensi dari Blog atau Wordpress.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Peralatan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:
1. Botol kaca ukuran 100 ml, untuk diisi dengan kalium hidroksida;
2. Biuret, untuk mengukur banyak HCL yang digunakan;
3. Pipet Tetes, untuk mengambil cairan;
4. Pipet Volume 50 ml, untuk mengambil larutan yang dibutuhkan;
5. Pompa aerator, untuk mengalirkan udara ke labu erlenmenyer;
6. Selang akuarium, untuk mengaliri CO2 dan O2;
7. Timbangan analitik, untuk mengukur bahan; dan
8. Toples kapasitas 2 liter, untuk menaruh sampel.
3.1.2 Bahan
Bahan yang dibutuhkan untuk praktikum kali ini adalah:
1. Aquadest
2. Indikator Phenolftalein (PP) 1%
3. Jeruk
4. Kentang
5. Larutan Ca(OH)2 Jenuh
6. Larutan HCL 0,05 N 06
7. Larutan NaOH 0,01 N
8. Larutan NaOH 0,05 N
9. Pisang Ambon
10. Tauge

3.2 Prosedur Percobaan


Prosedur yang harus dilakukan untuk praktikum kali ini adalah:
3.2.1 Prosedur pembuatan dan pengisian larutan pada gelas dan toples
1. Menyiapkan alat dan bahan;
2. Membuat larutan Ca(OH)2 sebanyak 50ml;
3. Memasukkan larutan Ca(OH)2 ke dalam gelas kaca;
4. Menutup gelas kaca dengan tutup yang sudah dilengkapi dengan selang;
5. Membuat larutan NaOH dengan normalitas 0,1 dan 0,05 masing masing
sebanyak 50ml;
6. Memasukkan larutan NaOH ke dalam gelas kaca 2,3, dan 4;
7. Menutup gelas kaca dengan tutup yang sudah dilengkapi dengan selang;
8. Membersihkan bahan;
9. Memasukkan bahan ke dalam toples ukuran 2 liter;
10. Menutup gelas kaca dengan tutup yang sudah dilengkapi dengan selang;
11. Menempelkan lilin pada tutup agar tidak ada udara yang keluar;
12. Menyatukan gelas kaca dan toples yang berisi bahan;
13. Menyalakan pompa aerator; dan
14. Menempatkan toples dan gelas kaca pada ruangan selama 24 jam x 5 har
3.2.2 Penurunan Kadar Air
1. Membuat larutan HCL dengan normalitas 0,5 sebanyak 100ml;
2. Memasukkan larutan HCL ke dalam tabung Erlenmeyer;
3. Memasukkan indicator phenolftalein (pp) dengan menggunakan pipet;
4. Memasukkan larutan NaOH pada botol 3 ke dalam alat titrasi;
5. Mengukur volume larutan NaOH sebelum, di titrasi;
6. Membuka keran pada alat titrasi untuk mengalirkan larutan;
7. Menutup keran apabila larutan HCL sudah berwarna pink;
8. Mengukur larutan NaOH yang terpakai;
9. Mengulangi langkah 1 sampai dengan 6 untuk melakukan titrasi;
10. Membuat larutan NaOH;
11. Memasukkan larutan NaOH ke dalam botol kaca 3 dan 4;
12. Menutup botol kaca dan menyatukan kembali dengan toples;
13. Menyalakan pompa aerator, dan Membersihkan alat yang sudah dipakai.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
4.1 Tabel
Tabel 4. Hasil Pengukuran NaOH (botol 3 dan botol 4) yang Terpakai
Selama Titrasi (Kentang)
Volume NaOH yang Terpakai (ml)
Hari ke-
Botol 3 Botol 4
1. 41 43
2. 44 30
3. 12 10
4. 13,4 13
5. 22 18

Tabel 5. Hasil Pengukuran NaOH (botol 3 dan botol 4) yang Terpakai


Selama Titrasi (Pisang)
Volume NaOH yang Terpakai (ml)
Hari ke-
Botol 3 Botol 4
1. 52 42,2
2. 50 48,2
3. 52 40
4. 40,9 40,4
5. 52 42,2

Tabel 6. Hasil Pengukuran NaOH (botol 3 dan botol 4) yang Terpakai


Selama Titrasi (Toge)
Volume NaOH yang Terpakai (ml)
Botol 3 Botol 4
Hari ke-
1. 50 50
2. 49,5 37
3. 6,2 34,5
4. 41,5 35
5. 29,4 25

Tabel 7. Hasil Pengukuran NaOH (botol 3 dan botol 4) yang Terpakai


Selama Titrasi (Jeruk)
Volume NaOH yang Terpakai (ml)
Hari ke-
Botol 3 Botol 4
1. 49 52
2. 18 9
3. 40,5 21
4. 44,5 39
5. 29 19

Tabel 7. Hasil Pengukuran Laju Respirasi

Hari Laju Respirasi (𝑚𝑔. 𝐶𝑂2⁄𝑘𝑔. 𝑗𝑎𝑚)


ke- Pisang Kentang Toge Jeruk
1. 1,24 3,815 0,23 -0,09
2. 0,515 4,6875 3,355 20,18
3. 1,645 13,71 13,955 10,775
4. 3,605 12,95 5,665 4,77
5. 1,775 10,585 10,78 14,455
4.2 Perhitungan
Perhitungan laju respirasi pisang, kentang, toge, dan jeruk dilakukan
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

1
(𝑉𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 − 𝑉𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ) 𝑥 𝑁𝐻𝐶𝐿 𝑥 𝐵𝑀𝐶𝑂2
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖3,4 =2
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑘𝑔) 𝑥 24(𝑗𝑎𝑚)

𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑜𝑡𝑜𝑙 3 + 𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑜𝑡𝑜𝑙 4


𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 =
2

Dimana:
Vblanko gelas 3 = 53
Vblanko gelas 4 = 48
Massa Kentang = 0,132
Pisang = 0,125
Tauge = 0,099
Jeruk = 0,084

4.2.1 Perhitungan Laju Respirasi Kentang


1. Laju Respirasi Hari Ke-1:
a. Laju Respirasi Kentang pada Botol 3
1
(53 − 41) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,132 𝑥 24
13,2
= 3,168

𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 4,1666666667 ≈ 4,16𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

b. Laju Respirasi Kentang pada Botol 4

1
(48 − 43) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,132 𝑥 24
5,5
=3,168

𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 1,7361111111 ≈ 1,73 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

c. Rata-rata Laju Respirasi Kentang pada Hari Ke-1

4,16 + 1,73
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 =
2
5,89
= 2
𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 2,945 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

2. Laju Respirasi Hari Ke-2:


a. Laju Respirasi Kentang pada Botol 3
1
(53 − 44) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,132 𝑥 24
9,9
=3,168

𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 3,125 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

b. Laju Respirasi Kentang pada Botol 4

1
(48 − 30) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,132 𝑥 24
19,8
=3,168

𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 6,25 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

c. Rata-rata Laju Respirasi Kentang pada Hari Ke-2

3,125 + 6,25
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 =
2
9,375
= 2
𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 4,6875 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2
3. Laju Respirasi Hari Ke-3:
a. Laju Respirasi Kentang pada Botol 3
1
(53 − 12) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,132 𝑥 24
45,1
=3,168

𝑚𝑔.𝐶𝑂2
= 14,236111 ≈ 14,23 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚

b. Laju Respirasi Kentang pada Botol 4

1
(48 − 10) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,132 𝑥 24
41,8
=3,168

𝑚𝑔.𝐶𝑂2
= 13,1902808 ≈ 13,19 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚

c. Rata-rata Laju Respirasi Kentang pada Hari Ke-3

14,23 + 13,19
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 =
2
27,42
= 2
𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 13,71 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

4. Laju Respirasi Hari Ke-4:


a. Laju Respirasi Kentang pada Botol 3
1
(53 − 13,4) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,132 𝑥 24
43,56
=3,168

𝑚𝑔.𝐶𝑂2
= 13,75 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚

b. Laju Respirasi Kentang pada Botol 4


1
(48 − 13) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,132 𝑥 24
38,5
=3,168

𝑚𝑔.𝐶𝑂2
= 12,1527778 ≈ 12,15 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚

c. Rata-rata Laju Respirasi Kentang pada Hari Ke-4

13,75 + 12,15
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 =
2
25,9
= 2
𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 12,95 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

5. Laju Respirasi Hari Ke-5:


a. Laju Respirasi Kentang pada Botol 3
1
(53 − 22) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,132 𝑥 24
34,1
=3,168

𝑚𝑔.𝐶𝑂2
= 10,7638889 ≈ 10,76 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚

b. Laju Respirasi Kentang pada Botol 4

1
(48 − 18) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,132 𝑥 24
33
=3,168

𝑚𝑔.𝐶𝑂2
= 10,4166667 ≈ 10,41 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚
c. Rata-rata Laju Respirasi Kentang pada Hari Ke-5

10,76 + 10,41
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 =
2
25,9
= 2
𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 10,585 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

d. Grafik Laju Respirasi Kentang

Series 1
16
13.75
14 12.95

12 10.59
10

6 4.69

4 2.95

0
Hari Ke 1 Hari Ke 2 Hari Ke 3 Hari Ke 4 Hari Ke 5

Series 1

4.2.2 Perhitungan Laju Respirasi Pisang


1. Laju Respirasi Hari Ke-1:
a. Laju Respirasi Pisang pada Botol 3
1
(53 − 52) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,125 𝑥 24
1,1
= 3

𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 0,36666667 ≈ 0,36𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

b. Laju Respirasi Pisang pada Botol 4


1
(48 − 42,2) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,125 𝑥 24
6,38
= 3

𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 2,12666667 ≈ 2,12 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

c. Rata-rata Laju Respirasi Pisang pada Hari Ke-1

0,36 + 2,12
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 =
2
2,48
= 2
𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 1,24 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

2. Laju Respirasi Hari Ke-2:


a. Laju Respirasi Pisang pada Botol 3
1
(53 − 50) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,125𝑥 24
3,3
=3

𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 1,1 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

b. Laju Respirasi Pisang pada Botol 4

1
(48 − 48,2) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,125 𝑥 24
−0,22
= 3

𝑚𝑔.𝐶𝑂2
= -0,0733333 ≈ −0,07 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚

c. Rata-rata Laju Respirasi Pisang pada Hari Ke-2

1,1 + (−0,07)
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 =
2
1,03
= 2
𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 0,515 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

3. Laju Respirasi Hari Ke-3:


a. Laju Respirasi Pisang pada Botol 3
1
(53 − 52) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,125 𝑥 24
1,1
=
3

𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 0,36666667 ≈ 0,36𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

b. Laju Respirasi Pisang pada Botol 4

1
(48 − 40) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,125 𝑥 24
8,8
=3

𝑚𝑔.𝐶𝑂2
= 2,93333333 ≈ 2,93 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚

c. Rata-rata Laju Respirasi Pisang pada Hari Ke-3

0,36 + 2,93
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 =
2
3,29
= 2
𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 1,645 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

4. Laju Respirasi Hari Ke-4:


a. Laju Respirasi Pisang pada Botol 3
1
(53 − 40,9) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,125 𝑥 24
13,31
= 3

𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 4,43666667 ≈ 4,43 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

b. Laju Respirasi Pisang pada Botol 4

1
(48 − 40,4) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,125 𝑥 24
8,36
= 3

𝑚𝑔.𝐶𝑂2
= 2,78666667 ≈ 2,78 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚

c. Rata-rata Laju Respirasi Pisang pada Hari Ke-4

4,43 + 2,78
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 =
2
7,21
= 2
𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 3,605 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

5. Laju Respirasi Hari Ke-5:


a. Laju Respirasi Pisang pada Botol 3
1
(53 − 52) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,125 𝑥 24
1,1
=3

𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 0,36666667 ≈ 0,36𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

b. Laju Respirasi Pisang pada Botol 4


1
(48 − 42,2) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,125 𝑥 24
6,38
= 3

𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 2,12 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

c. Rata-rata Laju Respirasi Pisang pada Hari Ke-5

0,36 + 2.12
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 =
2
2,48
= 2
𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 1,24 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

d. Grafik Laju Respirasi Pisang

Series 1
12
10.59

10

6
3.605
4
1.645
2 1.24
0.515

0
Hari Ke 1 Hari Ke 2 Hari Ke 3 Hari Ke 4 Hari Ke 5

Series 1

4.2.3 Perhitungan Laju Respirasi Toge


1. Laju Respirasi Hari Ke-1:
a. Laju Respirasi Toge pada Botol 3
1
(53 − 50) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,099 𝑥 24
3,3
= 2,376

𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 1,38888889 ≈ 1,38 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

b. Laju Respirasi Toge pada Botol 4

1
(48 − 50) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,099 𝑥 24
−2,2
=2,376

𝑚𝑔.𝐶𝑂2
= -0,92592593 ≈ -0,92 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚

c. Rata-rata Laju Respirasi Toge pada Hari Ke-1

1,38 + (−0,92)
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 =
2
0,46
= 2
𝑚𝑔.𝐶𝑂2
= 0,23 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚

2. Laju Respirasi Hari Ke-2:


a. Laju Respirasi Toge pada Botol 3
1
(53 − 49,5) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,099 𝑥 24
3,85
=2,376

𝑚𝑔.𝐶𝑂2
= 1,62037037 ≈ 1,62 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚

b. Laju Respirasi Toge pada Botol 4


1
(48 − 37) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,099 𝑥 24
12,1
=2,376

𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 5,09259259 ≈ 5,09 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

c. Rata-rata Laju Respirasi Toge pada Hari Ke-2

1,62 + 5,09
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 =
2
6,71
= 2
𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 3,355 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

3. Laju Respirasi Hari Ke-3:


a. Laju Respirasi Toge pada Botol 3
1
(53 − 6,2) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,099 𝑥 24
51,48
=2,376

𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 21,6666667 ≈ 21,66𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

b. Laju Respirasi Toge pada Botol 4

1
(48 − 34,5) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,099 𝑥 24
14,85
=2,376
𝑚𝑔.𝐶𝑂2
= 6,25 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚

c. Rata-rata Laju Respirasi Toge pada Hari Ke-3

21,66 + 6,25
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 =
2
27,91
= 2
𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 13,955 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

4. Laju Respirasi Hari Ke-4:


a. Laju Respirasi Toge pada Botol 3
1
(53 − 41,5) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,099 𝑥 24
12,65
=2,376

𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 5,32407407 ≈ 5,32 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

b. Laju Respirasi Toge pada Botol 4

1
(48 − 35) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,099 𝑥 24
14,3
=2,376

𝑚𝑔.𝐶𝑂2
= 6,01851852 ≈ 6,01 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚

c. Rata-rata Laju Respirasi Toge pada Hari Ke-4

5,32 + 6,01
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 =
2
11,33
= 2
𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 5,665 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

5. Laju Respirasi Hari Ke-5:


a. Laju Respirasi Toge pada Botol 3
1
(53 − 29,4) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,099 𝑥 24
25,96
=
2,376

𝑚𝑔.𝐶𝑂2
= 10,9259259 ≈ 10,92
𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚

b. Laju Respirasi Toge pada Botol 4

1
(48 − 25) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,099 𝑥 24
25,3
=2,376

𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 10,6481481 ≈ 10,64 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

c. Rata-rata Laju Respirasi Toge pada Hari Ke-5

10,92 + 10,64
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 =
2
21,56
= 2
𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 10,78 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

d. Grafik Laju Respirasi Toge


Series 1
16
13.96
14
12 10.78

10
8
5.67
6
3.36
4
2 0.23
0
Hari Ke 1 Hari Ke 2 Hari Ke 3 Hari Ke 4 Hari Ke 5

Series 1

4.2.4 Perhitungan Laju Respirasi Jeruk


1. Laju Respirasi Hari Ke-1:
a. Laju Respirasi Jeruk pada Botol 3
1
(53 − 49) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,084 𝑥 24
4,4
= 2,016

𝑚𝑔.𝐶𝑂2
= 2,18 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚

b. Laju Respirasi Jeruk pada Botol 4

1
(48 − 52) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,084 𝑥 24
−4,4
=2,016

𝑚𝑔.𝐶𝑂2
= -2,18253968 ≈ -2,18 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚

c. Rata-rata Laju Respirasi Jeruk pada Hari Ke-1

2,18 + (−2,18)
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 =
2
0
=2
𝑚𝑔.𝐶𝑂2
=0 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚

2. Laju Respirasi Hari Ke-2:


a. Laju Respirasi Jeruk pada Botol 3
1
(53 − 18) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,084 𝑥 24
38,5
=2,016

𝑚𝑔.𝐶𝑂2
= 19,0972222 ≈ 19,09 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚

b. Laju Respirasi Jeruk pada Botol 4

1
(48 − 9)𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,084 𝑥 24
42,9
=2,016

𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 21,2797619 ≈ 21,27 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

c. Rata-rata Laju Respirasi Jeruk pada Hari Ke-2

19,09 + 21,27
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 =
2
40,36
= 2
𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 20,18 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

3. Laju Respirasi Hari Ke-3:


a. Laju Respirasi Jeruk pada Botol 3
1
(53 − 40,5) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,084 𝑥 24
13,75
=2,016

𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 6,82043651 ≈ 6,82 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

b. Laju Respirasi Jeruk pada Botol 4

1
(48 − 21) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,084 𝑥 24
29,7
=2,016

𝑚𝑔.𝐶𝑂2
= 14,7321429 ≈ 14,73 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚

c. Rata-rata Laju Respirasi Jeruk pada Hari Ke-3

6,82 + 14,73
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 =
2
21,55
= 2
𝑚𝑔.𝐶𝑂2
= 10,775 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚

4. Laju Respirasi Hari Ke-4:


a. Laju Respirasi Jeruk pada Botol 3
1
(53 − 44,5) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,084 𝑥 24
9,35
=2,016
𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 4,63789683 ≈ 4,63 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

b. Laju Respirasi Jeruk pada Botol 4

1
(48 − 39) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,084 𝑥 24
9,9
=2,016

𝑚𝑔.𝐶𝑂2
= 4,91071429 ≈ 4,91 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚

c. Rata-rata Laju Respirasi Jeruk pada Hari Ke-4

4,63 + 4,91
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 =
2
9,54
= 2
𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 4,77 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

5. Laju Respirasi Hari Ke-5:


a. Laju Respirasi Jeruk pada Botol 3
1
(53 − 29) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,084 𝑥 24
26,4
=
2,016

𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 13,0952381 ≈ 13,09 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

b. Laju Respirasi Jeruk pada Botol 4

1
(48 − 19) 𝑥 0,05 𝑥 44
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2
0,084 𝑥 24
31,9
=2,016

𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 15,8234127 ≈ 15,82 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

c. Rata-rata Laju Respirasi Jeruk pada Hari Ke-5

13,09 + 15,82
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 =
2
28,91
= 2
𝑚𝑔.𝐶𝑂
= 14,455 𝑘𝑔.𝑗𝑎𝑚2

d. Grafik Laju Respirasi Jeruk

Series 1
25
20.18
20

14.46
15
10.78
10

4.77
5
0
0
Hari Ke 1 Hari Ke 2 Hari Ke 3 Hari Ke 4 Hari Ke 5

Series 1
BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan pengukuran pola respirasi berbagai sampel bahan
yaitu kentang, tauge, jeruk dan pisang dengan menggunakan metode titrasi. Telah
diketahui dengan baik bahwa proses pernapasan (respirasi) menghasilkan energi dalam
bentuk panas dengan karbon dioksida dan air sebagai produk sampingannya. Analisis
laju pernapasan bahan kali ini dilakukan dengan membuat serangkaian alat yang
menangkap dan menyerap karbon dioksida yang dihasilkan selama proses respirasi
bahan di dalam botol. Udara melewati pompa aerasi, kemudian karbondioksida di
udara diserap oleh larutan Ca(OH)2 dan NaOH, sehingga hanya oksigen yang masuk
ke dalam wadah bersama sampel. Bahan tersebut dihirup dan menghasilkan karbon
dioksida, yang diserap oleh dua botol NaOH. Titrasi dilakukan untuk menentukan
volume NaOH yang diperlukan agar larutan berubah warna. Indikator yang digunakan
dalam titrasi adalah fenolftalein (pp). Titran (HCl) ditambahkan tetes demi tetes sampai
tercapai keadaan ekivalen, yang biasanya ditunjukkan dengan perubahan warna
indikator. Kondisi ini disebut "titik ekivalen", yaitu titik di mana konsentrasi asamnya
sama. adalah konsentrasi basa atau titik di mana jumlah basa yang ditambahkan sama
dengan jumlah asam yang ditambahkan yang dinetralkan [H +] = [OH]. Titrasi
dihentikan dengan mengamati perubahan warna indikator, yang dikenal sebagai titik
akhir titrasi. Dari semua pengamatan yang dilakukan terhadap bahan-bahan tersebut,
dapat diketahui bahwa peningkatan laju respirasi keempat bahan tersebut berfluktuasi
terhadap waktu. Laju pernapasan jeruk cukup tinggi pada hari pertama, namun
menurun pada hari ketiga. Sedangkan pisang mengalami penurunan pada hari pertama
dan kedua, namun meningkat pesat pada hari ketiga dan keempat.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah:
1. Faktor yang mempengaruhi frekuensi respirasi dibagi menjadi 2 faktor yaitu
faktor internal yang terdiri dari umur bahan, ukuran bahan, pelpis alam, jenis
barang dan struktur morfologi. Faktor eksternal meliputi suhu, etilen, komposisi
udara, dan kerusakan mekanis.
2. Dalam kasus produk pertanian pascapanen, proses metabolisme masih
berlangsung di jaringan. Proses metabolisme yang paling penting adalah respirasi
dan keringat. Respirasi adalah proses yang dilakukan oleh tanaman atau bahan
untuk menghasilkan energi yang digunakan untuk mempertahankan metabolisme
dan reaksi lain yang terjadi dalam bahan.
3. Titrasi adalah suatu metode analitik untuk menentukan konsentrasi suatu
larutan dengan larutan penyerap yang diketahui konsentrasinya. Titrasi dilakukan
untuk mengetahui volume NaOH yang diperlukan agar larutan berubah warna
pada bahan.
4. Jenis komoditi bahan hasil pertanian terbagi menjadi beberapa bagian
diantaranya klimaterik dan non-klimaterik. Klimaterik merupakan buah yang
mengalami lonjakan respirasi dan produksi etilen setelah dipanen. Beda halnya
dengan non-klimaterik, non-klimaterik adalah buah yang tidak mengalami
lonjakan respirasi maupun etilen setelah dipanen.
5. Data yang didapatkan selama proses praktikum menunjukan perbedaan
dengan literatur yang ada.
6.2 Saran
- Jika hanya satu poin saran :
Saran dari praktikum kali ini adalah data yang diambil dari praktikum ini kurang
lengkap terutama untuk hal perhitungan, sebaiknya data datanya dilengkapi

*Notes:
Saran praktikum bukan untuk pelaksanaan praktikum daring, misalnya : prosedur
dibuat dalam bentuk video atau semacamnya melainkan saran untuk pelaksanaan
prosedur praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Novitasari, R. (2017). Proses respirasi seluler pada tumbuhan. In Prosiding Seminar


Nasional]. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA,
Universitas Negeri Yogyakarta.

Paramita, O. (2010). Pengaruh memar terhadap perubahan pola respirasi, produksi


etilen dan jaringan buah mangga (Mangifera indica L) var Gedong Gincu pada
berbagai suhu penyimpanan. Jurnal Kompetensi Teknik, 2(1).

ANFA, A. A. P. RESPIRASI PADA TUMBUHAN.

Gusrianto, W. A., Muis, S. F., & Al-Baarri, A. N. (2018). Kajian Karakteristik Mutu
Salak Pondoh (Salacca edulis Reinw.) Selama Penyimpanan dengan Aplikasi
Asam Hypoiodous (Doctoral dissertation, Universitas Diponegoro).

Murtiwulandari, M., Archery, D. T. M., Haloho, M., Kinasih, R., Tanggara, L. H. S.,
Hulu, Y. H., ... & Anarki, G. D. Y. (2020). Pengaruh suhu penyimpanan
terhadap kualitas hasil panen komoditas Brassicaceae. Teknologi Pangan:
Media Informasi Dan Komunikasi Ilmiah Teknologi Pertanian, 11(2), 136-143.

*Notes.-
LAMPIRAN

Gambar 1. Timbangan analitik untuk mengukur bahan

Gambar 2. Toples untuk tempat sampel

Gambar 3. Gelas ukur


Gambar 4. Pompa aerator

Gambar 3. Larutan gula pada tangki

Gambar 4. Bukti menghadiri praktikum

Anda mungkin juga menyukai