LAPORAN PRAKTIKUM
KARAKTERISTIK BAHAN HASIL PERTANIAN
(Karakteristik Dielektrik: Pengukuran Konduktivitas Listrik Bahan Hasil
Pertanian)
Oleh :
Nama : Wisnu Febriana R
NPM : 240110140099
Hari, Tanggal Praktikum : Selasa, 1 November 2016
Waktu : 13.00 14.40 WIB
Co. Ass : 1. Rifki Amrullah
2. Adryani Tresna W.
3. Arinda Nur Arriva
4. Bintari Ayuningtyas
5. Eki Dwiyan Saputra
6. M. Hanief Bayhaqqi P.
7. Mizanul Hakam
8. Umaya Nur Uswah
2.2 Konduktivitimeter
Konduktivitimeter adalah alat untuk mengukur nilai konduktivitas listrik
(specific electric conductivity) suatu larutan atau cairan. Sebuah sistem
konduktivitimeter tersusun atas dua elektrode, yang dirangkaikan dengan sumber
tegangan serta sebuah ampere meter. Elektrode-elektrode tersebut diatur sehingga
memiliki jarak tertentu antara keduanya (biasanya 1 cm). Pada saat pengukuran,
kedua elektrode ini dicelupkan ke dalam sampel larutan dan diberi tegangan dengan
besar tertentu. Nilai arus listrik yang dibaca oleh ampere meter, digunakan lebih
lanjut untuk menghitung nilai konduktivitas listrik larutan. Prinsip kerja
konduktivitimeter dimana besar tegangan listrik (V) ditentukan oleh sistem, besar
arus listrik (I) adalah parameter yang diukur, serta konstanta (C) didapatkan
sebelumnya dari proses kalibrasi konduktivitimeter dengan menggunakan larutan
yang diketahui nilai konduktivitas spesifiknya (Onny, 2011).
2.3 Karakteristik Dielektrik
Dielektrik adalah suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang sangat
kecil atau bahkan hampir tidak ada. Bahan dielektrik dapat berwujud padat, cair dan
gas.Tidak seperti konduktor, pada bahan dielektrik tidak terdapat elektron-elektron
konduksi yang bebas bergerak di seluruh bahan oleh pengaruh medan listrik. Medan
listrik tidak akan menghasilkan pergerakan muatan dalam bahan dielektrik. Sifat
inilah yang menyebabkan bahan dielektrik itu merupakan isolator yang baik. Dalam
bahan dielektrik, semua elektron-elektron terikat dengan kuat pada intinya sehingga
terbentuk suatu struktur regangan (lattices) benda padat, atau dalam hal cairan atau
gas, bagian-bagian positif dan negatifnya terikat bersama-sama sehingga tiap aliran
massa tidak merupakan perpindahan dari muatan. Karena itu, jika suatu dielektrik
diberi muatan listrik, muatan ini akan tinggal terlokalisir di daerah di mana muatan
tadi ditempatkan.
Ada enam sifat-sifat listrik dielektrik yang perlu diketahui yaitu:
1. Kekuatan dielektrik
2. Konduktansi
3. Rugi-rugi dielektrik
4. Tahanan isolasi
5. Peluahan parsial (partial discharge)
6. Kekuatan kerak isolasi (tracking strength)
Berikut ini akan dijelaskan secara sederhana maksud dari keenam sifat di atas:
2.3.1 Kekuatan Dielektrik
Semua bahan dielektrik memiliki tingkat ketahanan yang disebut dengan
kekuatan dielektrik, diartikan sebagai tekanan listrik tertinggi yang dapat ditahan
oleh dielektrik tersebut tanpa merubah sifatnya menjadi konduktif. Apabila suatu
dielektrik berubah sifatnya menjadi konduktif, maka dielekrik tersebut telah tembus
listrik (breakdown). Kekuatan dielektrik juga dapat diartikan sebagai tekanan listrik
terendah yang mengakibatkan dielektrik tersebut tembus listrik. Kekuatan
dielektrik ini disebut juga dengan kuat medan kritis. Tegangan tembus (breakdown
voltage) suatu isolator adalah tegangan minimum yang dibutuhkan untuk merusak
dielekrik tersebut. Kekuatan dielektrik dari suatu bahan isolasi dinyatakan dengan
tegangan maksimum yang dapat ditahan oleh suatu medium tanpa merusaknya.
Dengan kata lain, kekuatan dielektrik dinyatakan dengan gradien tegangan yang
diperlukan supaya dielektrik itu mengalami tembus listrik.
2.4.2 Konduktansi
Apabila tegangan searah diberikan pada plat-plat sebuah kapasitor komersil
dengan isolasi seperti mika, porselin atau kertas maka arus yang timbul tidak
berhenti mengalir untuk waktu yang singkat, tetapi turun perlahan-lahan. Hal itu
disebabkan oleh ketiga komponen arus yang terdapat di dalam dielektrik tersebut
seperti diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
dimana:
V = beda tegangan di antara elektroda (V)
= konstanta dielektrik
s = tebal dieletrik (cm)
Jika dimisalkan konstanta dielektrik padat adalah enam dan konstanta
dielektrik udara adalah satu, maka kuat medan dielektrik pada celah udara untuk
susunan dielektrik seperti gambar di atas adalah:
Karena su relatif sangat kecil dibanding terhadap tebal keseluruhan dielektrik padat
(s1 + s2), maka kuat medan dieletrik pada celah udara adalah:
Dengan cara yang sama dapat dihitung kuat medan elektrik pada dielektrik padat,
hasilnya adalah:
Terlihat bahwa kuat medan dielektrik pada celah udara enam kali lebih besar
dari kuat medan eletrik dielektrik padat. Sedangkan kekuatan dielektrik udara jauh
lebih kecil dari kekuatan dielektrik padat. Jika kuat medan elektrik di celah udara
melebihi kekuatan dielektrik udara, maka udara akan tembus listrik. Sementara itu
dielektrik padat tidak mengalami tembus listrik. Karena terpaan elektrik yang
dialaminya masih di bawah kekuatan dielektriknya. Karena tembus listrik hanya
terjadi di celah udara maka peristiwa ini disebut peluahan parsial (partial
discharge). Ada beberapa jenis peristiwa pada peluahan parsial, yaitu :
1. Peluahan parsial internal
Peluahan ini terjadi pada susunan dielektrik yang tidak sempurna, terdapat
celah atau rongga yang berisi udara atau pun campuran dielektrik lain yang
memiliki konstanta dielektrik lebih rendah. Kondisi tersebut dapat
diilustrasikan pada gambar di bawah ini.
3. Korona
Korona merupakan hasil terakselerasinya ionisasi di bawah pengaruh suatu
medan listik. Ini merupakan suatu proses fisika dimana struktur molekul
netral atau atom diubah akibat benturan atom atau molekul netral dengan
elektron bebas, photon atau ion negatif. Setiap sistem isolasi atau elektroda
dimana korona dapat terjadi merupakan sumber korona. Wilayah dimana
korona terjadi disebut lokasi korona. Korona dapat dideteksi dari peristiwa
emisi cahaya yang berwarna violet atau juga dari bunyi getaran yang
dihasilkan pada konduktor.
4. Pemohonan elektrik (electrical treeing)
Pemohonan elektrik bermula dari kondisi dielektrik yang tidak baik
dikarenakan adanya rongga/celah udara di dalam dielektrik itu sendiri.
Apabila diberi tegangan tinggi, maka terjadi peluahan internal yang dalam
waktu lama akan terjadi percabangan rongga akibat erosi. Pemohonan
elektrik dapat juga terjadi dalam waktu yang singkat dikarenakan ketidak
mampuan dielektrik dalam menahan terpaan medan listrik. Oleh karena
peristiwa ini maka dielektrik telah mengalami kerusakan secara fisik.
2.4.5 Tahanan Isolasi
Jika suatu dielektrik diberi tegangan searah, maka arus yang mengalir pada
dielektrik terdiri dari dua komponen, yaitu Arus yang mengalir pada permukaan
dielektrik (Is) dan arus yang mengalir melalui volume dielektrik (Iv) seperti terlihat
pada gambar 2.8. Sehingga hambatan dielektrik terdiri dari resistansi permukaan
dan resistansi volum.
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Larutan CMC 200 mL dengan konsentrasi 0.1%, 0.2%, dan 0.3%
2. Larutan garam 200 mL dengan konsentrasi 0.3%, 0.5%, dan 0.7%
3. Larutan jeruk 200 mL dengan konsentrasi 10%, 25%, dan 50%
4. Susu ready to drink 200 mL dengan konsentrasi 50% dan 100%
1.1 Hasil
Table 2. Nilai Konduktivitas Listrik Larutan
Konsentrasi Tawal Takhir Konduktivitas Listrik (s/m)
No Bahan
(%) (oC) (oC) T awal (oC) T akhir (oC)
0.1 28.7 38.1 0.043 0.046
Larutan CMC
1 0.2 28.3 39 0.032 0.037
(200 mL)
0.3 28.4 37.7 0.029 0.031
10 28.2 38.9 0.168 0.176
Larutan jeruk
2 25 28 37.2 0.389 0.415
(200 mL)
50 27.8 37.2 0.728 0.826
0.3 27.6 36.2 6.04 6.17
Larutan garam
3 0.5 27.6 37.9 9.32 8.87
(200 mL)
0.7 27.6 36.5 12.28 12.24
Susu UHT 50 24.9 39.5 2.96 3.30
4
(200 mL) 100 25.1 42.9 4.80 5.05
1.2 Grafik
0.05 0.046
0.043
0.045
Konduktivitas Listrik (s/m)
0.04 0.034
0.035 0.031
0.03
0.032
0.025 0.02
0.02
0.015
0.01
0.005
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
Konsentrasi Larutan (%)
Tawal Takhir
Tawal Takhir
30
12.24
25
Konduktivitas Listrik (s/m)
20 8.87
15 6.17 12.28
9.32
10
6.09
5
0
0,3 % 0,5 % 0,7 %
Konsentrasi Larutan
Tawal Takhir
4 2.96
0
50% 100%
Konsentrasi Larutan
Tawal Takhir
0.05
0.045
0.04
Konduktivitas Listrik (s/m)
0.035
0.03
0.025
0.02
0.015
0.01
0.005
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Suhu (C)
Gambar 5. Grafik Hubungan Suhu dan Konduktivitas Listrik Larutan CMC 200
ml
0.9
0.8
Gambar 6. Grafik Hubungan Suhu dan Konduktivitas Listrik Larutan Jeruk 200
ml
14
12
Konduktivitas Listrik (s/m)
10
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Suhu (C)
Gambar 7. Grafik Hubungan Suhu dan Konduktivitas Listrik Larutan Garam 200
ml
6
5
Konduktivitas Listrik (s/m)
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Suhu (C)
Gambar 8. Grafik Hubungan Suhu dan Konduktivitas Listrik Larutan Susu UHT
200 ml
BAB V
PEMBAHASAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat setelah melakukan praktikum kali ini adalah:
1. Konduktivitas listrik adalah ukuran seberapa kuat suatu larutan dapat
menghantarkan listrik.
2. Pada larutan CMC semakin besar tingkat konsentrasinya maka laju
konduktivitas listrik semakin kecil.
3. Pada larutan jeruk semakin tinggi konsentrasinya maka akan semakin
tinggi pula laju konduktivitas listrik.
4. Pada susu UHT semakin tinggi konsentrasinya maka akan semakin tinggi
pula laju konduktivitas listrik.
5. Pada larutan garam membuktikan bahwa semakin tinggi konsentrasi
larutan maka semakin tinggi pula laju konduktivitas listrik. Namun, jika
larutan garam dipanaskan, laju konduktivitas listriknya maka semakin
menurun.
6. Dari seluruh hasil, dapat disimpulkan bahwa larutan garam memiliki laju
konduktivitas listrik yang paling tinggi. Karena larutan garam memiliki
ion listrik didalamnya dan ion listrik yang terdapat pada garam dapat
dikatakan tinggi.
6.2 Saran
Saran pada praktikum kali ini yaitu:
1. Thermometer yang digunakan dalam praktikum haruslah menunjukan
suhu yang akurat untuk keakuratan hasil praktikum.
2. Disediakan lebih dari satu thermometer pada saat praktikum.
3. Keadaan kelas pada saat praktikum haruslah selalu tertib serta kondusif
sehingga praktikum berjalan dengan lancar dan selesai tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Jamal, Asep Arifin. 2004. Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Jakarta.