Anda di halaman 1dari 24

Nilai :

LAPORAN PRAKTIKUM
KARAKTERISTIK BAHAN HASIL PERTANIAN
(Karakteristik Optik: Pengukuran Warna dengan Alat Pengambil Citra Digital)

Oleh:
Nama : Septima Alvindo Nurhuda
NPM : 240110170032
Hari, Tanggal Praktikum : Selasa, 06 November 2018
Waktu / Shift : 15.30 – 17.30 WIB / A2
Co. Ass : 1. Agnes Klarasitadewi
2. Dina Aprilia
3. Intan Siti Sa’adah
4. Rini Nurul Fauziyah

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki bahan hasil pertanian yang berlimpah. Minimnya proses
pengolahan bahan hasil pertanian menyebabkan kualitas dan kuantitas produk
pertanian menurun. Tahapan proses pengolahan bahan hasil pertanian diantaranya
yaitu proses sortir serta grading. Pengelompokan sortir dan grading ini biasanya
didasarkan atas bentuk, ukuran, serta warna bahan hasil pertanian tersebut. Bentuk
serta ukuran bahan hasil pertanian termasuk pada sifat fisik bahan hasil pertanian
sedangkan warna termasuk pada sifat optik bahan hasil pertanian.
Sifat optik dari produk pertanian ini tidak kalah penting dengan sifat produk
pertanian lainnya. Selain dari bentuk dan ukuran, dalam perancangan alat dan
mesin pertanian juga membutuhkan karakter warna atau penampakan dari sifat
produk pertanian tersebut. Warna harus dipertahankan termasuk setelah periode
yang lama dalam penyimpanan, tanpa mengalami
pembusukan/pelayuan/pencoklatan (browning) agar memenuhi syarat utama
dalam penanganan sayuran dan buah – buahan. Terjadinya proses pencoklatan
dapat ditentukan berdasarkan pemantulan produk sebagai fungsi panjang
gelombang, karena pemantulan dari bahan yang mengalami pencoklatan menurun
secara nyata pada dalam interval oranye (600-650 mμ).
Selama masa penyimapanan bahan pertanian, sifat optik juga diperlukan
untuk mempertahankan kualitas dan mengawetkan produk. Sedangkan keawetan
produk pertanian dapat dilihat dari perubahan warna yang terjadi pada produk
tersebut. Pemahaman tentang sifat optik dari produk pertanian memiliki banyak
manfaat atau pengaplikasiannya dalam penanganan produk pertanian, terutama
sekali dalam hal perncangan alat dan mesin pertanian itu sendiri. Oleh karena itu,
pengukuran karakteristik optik pengukuran warna dengan alat citra digital ini
penting diketahui.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan untuk praktikum kali ini yaitu :
1. Mahasiswa dapat menentukan karakteristik optik pada bahan hasil
pertanian; dan
2. Mahasiswa dapat menganalisis warna dan menerapkan pengukuran
karakteristik optik L* , a* , b* , C dan H dengan alat Pembambil Citra
Digital.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dimensi Warna


Warna memiliki tiga dimensi, yaitu berupa warna yang tersusun dari hasil
percampuran hitam putih sebagai porosnya, lingkaran warna yang melingkari
poros, dan skala warna yang bergerak menuju poros. Oleh sebab itu, dimensi
warna pun dapat dilihat dari tiga dimensi warna versi Munsell, yaitu dimensi
nama warna (hue), dimensi nilai (value), dan dimensi intensitas (chroma).
Penjelasan tiap dimensi warna versi Munsell dapat dilihat dalam pemaparan
dimensi - dimensi warna versi Munsell sebagai berikut (Pratomo, 2011).
a. Dimensi Nama Warna (Hue)
Menurut Darmaprawira, sebelum data Munsell menjadi standar, warna-
warna benda disesuaikan dengan benda yang dimaksud seperti contohnya hijau
alpukat berarti warna hijau yang menyerupai buah alpukat. Pada keadaan dimensi
satu, nama-nama warna dalam sistem penamaan warna Munsell belum diberi
simbol secara numerik karena belum ada nilai dan tingkat kekuatan (intensitas)
(Darmaprawira, 2002).
b. Dimensi Nilai atau Derajat (Value)
Nilai derajat yang dimaksud di sini akan membedakan kualitas tingkat
kecerahan warna, misalnya ketika akan membedakan antara merah tua dengan
merah muda. Tingkatan nilai yang biasa digunakan adalah sembilan tingkat mulai
dari tingkatan tercerah, yaitu putih, melalui deretan abu-abu, sampai tingkatan
tergelap yaitu hitam (Darmaprawira, 2002).
c. Dimensi Khroma atau Intensitas (Chroma)
Chroma merupakan ukuran kekuatan dan kelemahan (strength dan
weakness) atau kekayaan dan kemiskinan (richness and poorness) suatu warna.
Ukuran ini membedakan warna lebih merah (more red) dan kurang merah (less
red) yaitu ukuran persentase kualitas keberadaan jati diri suatu warna.
Chromaticity merupakan atribut sensasi visual suatu warna asli bisa dilihat tanpa
bergantung pada gelap dan terang atau tanpa pengaruh putih dan hitam.
Chromaticity disebut juga kepenuhwarnaan (colorfulness) karena chromaticity
merupakan ukuran identifikasi hue dalam suatu warna. Suatu warna tanpa
chromaticity adalah akromatik atau monokromatik dan akan tampak kelabu atau
kabus (Darmaprawira, 2002).

2.2 Warna
Warna adalah hasil persepsi dari cahaya dalam spektrum wilayah yang
terlihat oleh retina mata, dan memiliki panjang gelombang antara 400 nm sampai
dengan 700 nm. Sedangkan ruang warna adalah model matematis abstrak yang
menggambarkan cara agar suatu warna dapat direpresentasikan sebagai baris
angka biasanya dengan nilai - nilai dari tiga atau empat buah warna atau
komponen. Contohnya adalah ruang warna RGB, ruang warna CMY/CMYK,
ruang warna YIQ, ruang warna YCbCr, ruang warna HSI, HSL, HSV, ruang
warna CIELAB (Munir, 2010).
Warna juga dapat diilustrasikan berdasarkan komponen warnanya. Setiap
warna memiliki 3 buah atribut, yaitu: (Munir, 2010).
a. Intensity/brightness/luminance (I)
Atribut yang menyatakan banyaknya cahaya yang diterima oleh mata tanpa
mempedulikan warna. Kisaran nilainya adalah antara gelap (hitam) dan terang
(putih).
b. HUE (H)
Hue digunakan untuk membedakan warna - warna yang terlihat mirip dan
untuk menentukan kemerahan (redness), kehijauan (greenness) dari cahaya. Hue
berkaitan erat dengan panjang gelombang dan jika kita membedakan warna
jingga, merah atau violet.
c. Saturation
Menyatakan tingkat kemurnian warna cahaya, yaitu mengindikasikan
seberapa banyak warna putih diberikan pada warna. Sebagai contoh, warna merah
adalah 100% warna jenuh (saturated color), sedangkan warna pink adalah warna
merah dengan tingkat kejenuhan sangat rendah (karena ada warna putih di
dalamnya). Jadi, jika hue menyatakan warna sebenarnya, maka saturation
menyatakan seberapa dalam warna tersebut.
Hue dikuantisasi dengan nilai dari 0 sampai 255; 0 menyatakan merah,
lalu memutar nilai-nilai spektrum tersebut kembali lagi ke 0 untuk menyatakan
merah lagi. Ini dapat dipandang sebagai sudut dari 0° sampai 360°. Jika suatu
warna mempunyai saturation = 0, maka warna tersebut tanpa hue, yaitu dibuat
dari warna putih saja. Jika saturation = 255, maka tidak ada warna putih yang
ditambahkan pada warna tersebut. Saturation dapat digambarkan sebagai panjang
garis dari titik pusat lingkaran ke titik warna (Munir, 2010).

2.4 CIELCH
Model warna CIELCh merupakan model warna turunan dari model warna
CIELUV atau CIELAB, yang diturunkan dari CIELUV. CIELCh adalah identik
dengan CIELUV sedangkan yang diturunkan dari CIELAB, dengan demikian
boleh disebutkan bahwa model warna CIELCh adalah model warna virtual. Yang
diturunkan hanya nilai chroma nya saja (lihat daftar), sedangkan L memiliki
makna dan nilai yang sama dengan CIELUV maupun CIELAB. Untuk
mendapatkan nilai C dan h dipergunakan rumus segitiga siku-siku sederhana
(Pythagoras) (Almegakm, 2015).

CIE_C*uv = √u*2 + v*2 atau CIE_C*ab = √a*2 + b*2 ............................(1)


v* b*
CIE_C°uv = arctan u* atau CIE_C°ab = arctan a* ..................(2)

Contohnya warna jingga memiliki beberapa nilai sesuai dengan ruang warna
yang dipakai : (Almegakm, 2015)
Tabel 1. Nilai-Nilai CIE
CIEXYZ - Chromaticity CIELUV – CIELCHuv CIELAB - CIELCHab
X = 49,13 L* = 65,37 L* = 65,37
Y = 34,51 u* = 122,37 a* = 50,86
Z = 2,67 v* = 60,22 b* = 21,92
x = 0,569 C* uv = 136,38 C* ab = 96,42
y = 0,400 h* uv = 26,20° h* ab = 58,17°
(Sumber: Almegakm, 2015)
Karena keseragaman skala pada ruang warna CIELAB, maka seperti pada
CIELUV perbedaan persepsi warna dapat dirumuskan dengan sederhana pula:
(Almegakm, 2015)

2 2 2
∆E = √(L*2 - L*1 ) + (a*2 - a*1 ) + (b*2 - b*1 ) ....................................................(3)

2.4 CIE
Penelitian menunjukkan kombinasi warna yang memberikan rentang warna
yang paling lebar adalah red (R), green (G), dan Blue (B). CIE (Commission
International de l’Eclairage) atau International Lighting Committee adalah
lembaga yang membakukan warna pada tahun 1931. CIE mula-mula
menstandarkan panjang gelombang warna-warna pokok yaitu (R: 700 nm, G:
546.1 nm, dan B : 435.8 nm). Warna-warna lain dapat dihasilkan dengan
mengkombinasikan ketiga warna pokok tersebut (Assegaf, 2012).
Model warna yang digunakan sebagai acuan dinamakan model RGB.
Ditetapkan oleh Komisi Internationale de l’Eclairage (CIE), ruang warna L*a*b*
dimodelkan setelah teori warna lainnya yang menyatakan bahwa dua warna tidak
bisa merah dan hijau pada waktu yang sama atau kuning dan biru pada saat yang
sama waktu. Seperti ditunjukkan di bawah, L* menunjukkan light atau terang, a*
adalah koordinat merah untuk positif dan hijau untuk negatif, dan b* adalah
koordinat kuning untuk positif dan biru untuk negatif. Perbedaan untuk L* (ΔL*),
a* (Δa*) dan b* (Δb*) bisa positif (+) atau negatif (-). Total perbedaan, Delta E
(ΔE*), selalu positif (Assegaf, 2012).

2.5 HUE
HSV mendefinisikan warna dalam terminologi hue, saturation dan value.
Keuntungan HSV adalah adanya warna-warna yang sama dengan yang ditangkap
oleh indra manusia. Sedangkan warna yang dibentuk model lain seperti RGB
merupakan hasil campuran dari warna - warna primer. Model HSV, pertama kali
diperkenalkan oleh A.R Smith pada tahun 1978 (Fauzan, 2015).
Gambar 1. Warna – Warna HSV
(Sumber: Fauzan, 2015)

Melalui model gambar diatas, kita tahu bahwa HSV memiliki tiga
karakteristik pokok yaitu hue, saturation dan value. Pengertian dari masing –
masing karakteristik pokok tersebut yaitu : (Fauzan, 2015)
a. Hue menyatakan warna sebenarnya seperti merah, violet, dan kuning
yang digunakan menentukan kemerahan (redness), kehijauan (greeness),
dan sebagainya.
b. Saturation, umumnya disebut chroma yang merupakan kemurnian atau
kekuatan warna.
c. Value merupakan kecerahan dari warna. Nilainya berkisar antara 0-100
%. Apabila nilainya 0 maka warnanya akan menjadi hitam, semakin
besar nilai maka semakin cerah dan muncul variasi-variasi baru dari
warna tersebut.

3(G-B)
H = tan ((R-G)+(R-B))..........................................................................(4)
min (R, G,B)
S=1- ...............................................................................(5)
v
R+G+B
V= .........................................................................................(6)
3
Kemudahan cara pertama ternyata menimbulkan permasalahan, cara
pertama membuat hue tidak terdefinisi jika Saturation bernilai 0. Solusi kedua
untuk mendapatkan setiap nilai HSV adalah menggunakan rumus kedua berikut :

R G B
r = (R+G+B) , g = (R+G+B) , b = (R+G+B)..................................................(7)

V = max(r,g,b)....................................................................................(8)
0, jika V = 0
S={ min(r,g,b) ....................................................................(9)
1- , V>0
v

0, jika S = 0
60*(g-b)
, jika V = r
S*V
H= b-r ...........................................................(10)
60* [2+ ] , jika V = g
s*v
r-g
{60* [4+ s*v
] , jika V = b

H = H + 360 jika H < 0.....................................................................(11)

2.5 Pigmen
Pigmen adalah zat yang memberikan warna pada suatu objek. Pigmen
dibagi menjadi dua yaitu pigmen alami dan pigmen buatan. Pengukuran warna
pada bahan hasil pertanian menjadi konsentrasi adalah pigmen alami. Di alam,
pigmen alami tersedia dalam berbagai jenis warna, mulai dari hijau, cokelat,
oranye kemerahan, kuning, sampai merah. Zat warna alami hijau disebut klorofil.
Klorofil bersumber dari daun hijau seperti daun katuk, pandan, daun suji, daun
muda jati, buah-buahan seperti alpukat, rumput laut, dan bakteri fotosintetik
(bakterioklorofilik) (Wahyu, 2013).
Zat warna alami yang berwarna cokelat adalah tanin dan kurkumin. Tanin
dan kurkumin bersumber dari daun, biji, buah dan rimpang seperti temu giring,
temulawak, kayu manis, dan teh. Zat warna alami oranye - kemerahan disebut
karotenoid. Karotenoid merupakan pigmen pelengkap yang distribusinya terdapat
paling melimpah di alam dan berfungsi melindungi klorofil dari efek cahaya yang
berlebihan (fotoproteksi). Karotenoid bersumber dari buah seperti kesumba dan
mangga, tumbuhan tingkat rendah seperti jamur oncom, sayuran seperti wortel
dan tomat, dan hewan seperti pada daging ikan, cangkang udang dan kepiting
(Wahyu, 2013).
Zat warna alami kuning disebut kurkumin. Kurkumin merupakan pigmen
nonfotosintetik berwarna kuning yang bersifat lebih stabil terhadap suhu dan
cahaya, juga dalam tubuh manusia. Kurkumin berasal dari jenis rempah keluarga
Zingibercaceae seperti kunyit dan temu lawak. Sedangkan zat warna alami merah
disebut antosianin. Golongan antosianin merupakan pigmen alami dengan kisaran
warna merah yang luas. Antosianin berasal dari bunga bewarna seperti bunga
rosela dan sumber lainnya seperti buah duwet dan ubi ungu. Kandungan
antosianin yang besar dalam bunga menjadi penentu kenampakan warna bunga
yang dihasilkan terutama pada bunga berwana merah (Wahyu, 2013).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Peralatan yang dibutuhkan pada praktikum kali ini adalah:
1. Aplikasi Adobe Photoshop CS6 berfungsi untuk menemukan nilai L*, a*,
dan b*;
2. Cawan berfungsi untuk meletakkan sampel;
3. Gelas ukur berfungsi untuk mengukur sampel;
4. Kamera berfungsi untuk mengambil foto pada setiap sampel jus; dan
5. Laptop berfungsi untuk menempatkan aplikasi Adobe Photoshop CS6.
3.1.2 Bahan
Bahan yang dibutuhkan untuk praktikum kali ini adalah:
1. Jus Apel;
2. Jus Guava;
3. Jus Leci; dan
4. Jus Mangga.

3.2 Prosedur Percobaan


Prosedur yang harus dilakukan pada praktikum kali ini adalah:
1. Menyiapkan sampel sebanyak 10 ml dengan gelas ukur dan meletakkan
sampel pada cawan;
2. Mengambil foto setiap sampel menggunakan kamera;
3. Memastikan format gambar dengan JPG;
4. Membuka gambar dengan aplikasi Adobe Photoshop;
5. Memilih Color Sample Tools;
6. Menentukan tiga titik sembarang untuk penentuan nilai L a* b*;
7. Mengubah format keluaran nilai dengan mengklik edit, pilih convert to
profile, pada destination space pilih profil LAB COLOR, klik oke;
8. Mencatat nilai L a* b* pada setiap sampel;
9. Melakukan perhitungan nilai C dan H pada masing – masing sampel
dengan rumus dibawah ini:

H = tan-1  b* 
*

a 

C = a   b 
* 2 *2
 1
2
; dan
 
10. Mencari daerah kisaran kromatisasi berdasarkan nilai H masing – masing
sampel.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN

4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 2. Hasil Pengukuran Sampel
Pengukuran Teoritis
Sampel Ulangan Gambar
L* a* b* C H
1 87 2 17 17,11 83,29
Jus A 2 89 1 12 12,04 85,23
(Leci) 3 91 2 9 9,21 77,17
Rata-rata 89 2,5 12,66 12,78 8,99
1 76 15 50 52,20 73,300
Jus B 2 82 10 45 46,09 77,471
(Apel) 3 80 11 45 46,32 76,263
Rata-rata 79,3 12 46,6 48,120 75,559
1 60 38 66 62,2253 49,475
Jus C 2 59 38 35 58,8982 48,376
(Guava) 3 66 45 42 54,6717 47,739
Rata-rata 61,6 40,3 43,6 58,5984 48,53
1 70 22 67 70,5195 71,821
Jus D 2 62 24 63 67,41662 69,145
(Mangga) 3 60 19 65 67,72001 73,145
Rata-rata 67 21,67 65 68,552 71,557
1 60 43 50 65,946 49,304
2 65 40 53 66,4003 52,957
Jus C + B 3 62 42 53 67,624 51,604

Rata-rata 62,33 41,66 52 66,29 51,299


Tabel 3. Nilai HUE dan Kisaran Warna Kromatisasi Sampel

Sampel Nilai HUE Daerah Kisaran Warna Kromatisasi

Jus A 81,99 Yellow Red (YR)


Jus B 75,559 Yellow Red (YR)
Jus C 48,53 Red (R)
Jus D 71,557 Yellow Red (YR)
Jus C + B 51,299 Red (R)

4.2 Perhitungan
1
*2 *2 2
Rumus: C = [(a )+( b )] ...........................................................(12)
H = tan-1(b*/a*)..............................................................(13)
4.2.1 Perhitungan Sampel Jus A (Leci)
1. C = [ (2)2 + (17)2 ] ½
= 17,11
17
H = tan-1 ( )
2
= 83,29
2. C = [ (1)2 + (12)2 ] ½
= 12,04
12
H = tan-1 ( )
1
= 85,23
3. C = [ (9)2 + (2)2 ] ½
= 9,21
2
H = tan-1 ( )
9
= 77,17
4.2.2 Perhitungan Sampel Jus B (Apel)
1. C = [ (15)2 + (50)2 ] ½
= 52,20
50
H = tan-1 ( )
15
= 73,300
2. C = [ (10)2 + (45)2 ] ½
= 46,09
45
H = tan-1 ( )
10
= 77,471
3. C = [ (11)2 + (45)2 ] ½
= 46,32
45
H = tan-1 ( )
11
= 76,263
4.2.3 Perhitungan Sampel Jus C (Guava)
1. C = [ (38)2 + (66)2 ] ½
= 62,2253
66
H = tan-1 ( )
38
= 49,475
2. C = [ (38)2 + (35)2 ] ½
= 58,8982
35
H = tan-1 ( )
38
= 48,376
3. C = [ (45)2 + (42)2 ] ½
= 54,6717
42
H = tan-1 ( )
45
= 47,739
4.2.4 Perhitungan Sampel Jus D (Mangga)
1. C = [ (22)2 + (67)2 ] ½
= 70,5195
67
H = tan-1 ( )
22
= 71,821
2. C = [ (24)2 + (63)2 ] ½
= 67,41662
63
H = tan-1 ( )
24
= 69,145
3. C = [ (19)2 + (65)2 ] ½
= 67,72001
65
H = tan-1 ( )
19
= 73,145
4.2.5 Perhitungan Sampel Jus C + B (Guava + Apel)
1. C = [ (43)2 + (50)2 ] ½
= 65,946
50
H = tan-1 ( )
43
= 49,304
2. C = [ (40)2 + (53)2 ] ½
= 66,4003
53
H = tan-1 ( )
40
= 52,957
3. C = [ (42)2 + (53)2 ] ½
= 67,624
53
H = tan-1 ( )
42
= 51,299
4.3 Grafik

89
90 79.3
80 67
61.6 62.66
70
60
50
40
30
20
10
0
Jus A Jus B Jus C Jus D Jus C+B

L*

Gambar 2. Diagram Nilai L* pada Setiap Sampel Jus

67
70

60

50 41.66
40

30 21.67
20 12
10 2.5

0
Jus A Jus B Jus C Jus D Jus C + B

(+)a* (-)a*

Gambar 3. Diagram Nilai a* pada


BABSetiap
V Sampel Jus
70 65

60 52
46.6
50 43.6

40

30

20 12.66

10

0
Jus A Jus B Jus C Jus D Jus C + B

(+)b* (-)b*

Gambar 4. Diagram Nilai b* pada Setiap Sampel Jus

180
160 43.6
140 52
65
120 46.6
100 12.66 67
2.5 12
21.67 41.66
80
60
89 79.3
40 61.6 67 62.33
20
0
Jus A Jus B Jus C Jus D Jus C + B

L* (+)a* (-)a* (+)b* (-)b*

Gambar 5. Diagram Nilai L, a* dan b* pada Setiap Sampel Jus


BAB V
PEMBAHASAN

Praktikum karakteristik optik dengan melakukan pengukuran warna


menggunakan alat pengambil citra digital. Alat pengambil citra digital yang
digunakan adalah aplikasi Adobe Photoshop CS6. Pengukuran warna produk hasil
pertanian yang digunakan sebagai bahan adalah jus buah yang terdiri dari jus
Leci, jus Apel, jus Guava, jus Mangga dan Jus C+B. Karakteristik optik pada
pengukuran warna masing-masing jus dapat diamati dari hasil pengukuran nilai
L*, a*, b*, C, dan H dengan menggunakan aplikasi Adobe Photoshop CS6 yang
dihubungkan dengan proyektor.
Nilai L* adalah identifikasi yang menyatakan parameter kecerahan. Besar
nilainya antara 0 (hitam) sampai 100 (putih). Berdasarkan hasil pengukuran yang
diperoleh, besar nilai L* rata-rata dari tiga pengulangan dengan posisi yang
berbeda untuk jus Leci, jus Apel, jus Guava, jus Mangga dan jus C+B secara
berurutan adalah 89; 79,3; 61,6; 67; dan 62,33. Hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa jus Leci memiliki parameter kecerahan yang paling tinggi dengan nilai L*
rata-rata sebesar 89 dan jus Guava memiliki parameter kecerahan yang paling
rendah dengan nilai L* rata-rata sebesar 61,6. Secara keseluruhan, nilai L* pada
masing - masing jus sudah menunjukkan kesesuaian antara nilai yang terbaca oleh
program CIE LAB dengan yang terlihat secara langsung oleh mata. Ada beberapa
kilauan yang terlihat pada foto yang diamati. Hal itu terjadi akibat dari pantulan
cahaya yang tertangkap oleh lensa kamera, namun secara keseluruhan warna yang
terlihat di foto sudah menunjukkan warna yang sesuai dengan yang terlihat secara
langsung oleh mata.
Nilai a* merupakan identifikasi yang menyatakan perbedaan antara hijau
dan merah. Berdasarkan hasil pengukuran yang diperoleh, nilai a* rata-rata dari
tiga pengulangan untuk jus Leci, jus Apel, jus Guava, jus Mangga, dan jus C+B
secara berurut adalah 2,5; 12; 40,3; 21,67; 41,66. Diketahui dari hasil yang
diamati pada setiap sampel jus semuanya bernilai positif. CIE LAB Colour Space
menyatakan bahwa jika nilai a* pada besaran negatif (-) maka menunjukkan
warna hijau dan jika nilai a* dalam besaran positif (+) maka menunjukkan warna
merah. Hasil yang didapat bisa disimpulkan bahwa untuk semua jus yang dipakai
sebagai bahan percobaan memiliki parameter perbedaan warna merah.
Nilai b* menunjukkan perbedaan antara biru dan kuning. Berdasarkan
hasil pengukuran yang diperoleh nilai b* rata-rata dari tiga pengulangan untuk jus
Leci, jus Apel, jus Guava, jus Mangga dan jus C+B secara berurut adalah 12,66;
46,6; 43,6; 65; 52. Hasil pengukuran nilai b* juga semua jus bernilai positif yang
artinya semua sampel jus buah mendekati warna kuning. Jus yang paling
mendekati warna kuning adalah jus mangga.
Nilai chroma (C) merupakan ukuran kekuatan dan kelemahan (strength
and weakness) atau kekayaan dan kemiskinan (richness and poorness) suatu
warna. Nilai chroma (C) membedakan warna lebih merah (more red) dan kurang
merah (less red), yaitu ukuran persentase kualitas keberadaan jati diri suatu warna.
Berdasarkan hasil pengukuran yang diperoleh, nilai chroma (C) rata-rata dari tiga
pengulangan untuk jus Leci, jus Apel, jus Guava, jus Mangga dan jus C+B secara
berurut adalah 12,78; 48,120; 58,5984; 68,552; 66,29. Nilai chroma yang paling
tinggi adalah jus Mangga dan yang paling rendah adalah jus Leci. Hal ini
menandakan bahwa warna daripada jus Mangga memiliki ukuran kekuatan dan
kekayaan warna yang tinggi dibandingkan jus lainnya.
Nilai hue (H) merupakan ukuran warna yang mewakili panjang gelombang
dominan untuk menentukan warna tersebut merah, hijau atau kuning.
Berdasarkan hasil pengukuran yang diperoleh, nilai hue (H) rata-rata dari tiga
pengulangan untuk jus Leci, jus Apel, jus Guava, jus Mangga dan jus C+B secara
berurut adalah 8,99; 75,559; 48,53; 71,557; 51,299. Nilai hue tersebut dapat
menentukan daerah kisaran warna kromatis pada jus. Daerah kisaran warna
kromatis pada jus Leci secara pengukuran adalah Yellow Red (R), untuk daerah
kisaran warna kromatis pada jus Apel adalah Yellow red (YR), untuk daerah
kisaran warna kromatis pada jus Guava adalah red (R), untuk daerah kisaran
warna kromatis pada jus mangga secara pengukuran adalah yellow red (YR) dan
untuk daerah kisaran warna kromatis pada jus C+B secara pengukuran adalah Red
(R).
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini yaitu :
1. Karakteristik optik pada pengukuran warna masing-masing jus dapat
diamati dari hasil pengukuran nilai standar CIELAB L*, a*, b*, C, dan H
dengan aplikasi Adobe Photoshop CS6;
2. Jus Leci memiliki parameter kecerahan yang paling tinggi dan jus Guava
memiliki parameter kecerahan yang paling rendah;
3. Nilai chroma yang paling tinggi adalah jus mangga dan yang paling
rendah adalah jus leci;
4. Nilai hue dapat menentukan daerah kisaran warna kromatis pada jus;
5. Berdasarkan pengukuran, daerah kisaran warna kromatis Jus Leci, Jus
Apel, dan jus Mangga memiliki daerah kisaran warna kromatis Yellow
Red (YR). Sedangkan, untuk jus Guava dan jus C+B memiliki daerah
kisaran warna kromatis Red (R); dan
6. Faktor perbedaan daerah kisaran warna kromatis dipengaruhi oleh posisi
penempatan titik pada gambar jus yang tertera pada aplikasi Adobe
Photoshop CS6.

6.2 Saran
Saran untuk pelaksanaan praktikum kali ini adalah :
1. Sebaiknya alat yang digunakan untuk pengukuran warna tidak hanya
menggunakan aplikasi Adobe Photoshop CS6 tetapi menggunakan alat –
alat seperti kolorimeter, spektrofotometer, atau kromameter;
2. Sebaiknya bahan yang digunakan lebih bervariasi lagi warnanya
sehingga hasil yang didapat akan lebih beragam, baik itu nilai
kecerahannya ataupun nilai kisaran warna kromatisnya.
DAFTAR PUSTAKA

Darmaprawira, Sulasmi. 2002. Warna Teori dan Kreativitas Penggunaannya


Edisi Kedua. Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Almegakm. 2015. Alat Ukur Warna. Terdapat pada:


http://analisawarna.com/2015/09/23/alat-ukur-warna/. (Diakses pada
tanggal 13 November 2018 pukul 21.09 WIB).

Assegaf. 2012. Model CIELab. Terdapat pada : tep.fateta.unand.ac.id. (Diakses


pada tanggal 13 November 2018 pukul 22.32 WIB).

Fauzan, Charis. 2015. Ruang Warna Hue Saturation Value (HSV) serta Proses
Konversinya. Terdapat pada : http://www.charisfauzan.net/2015/01/ruang-
warna-hue-saturation-value-hsv.html. (Diakses pad tanggal 13 November
2018 pukul 20.02 WIB).

Munir, Rinaldi. 2010. Pengolahan Warna. Terdapat pada :


http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Buku/Pengolahan%20Citra%
20Digital/Bab-12_Warna.pdf. (Diakses pada tanggal 13 November 2018
pukul 21.09 WIB).

Pratomo, Arif. 2011. Kurva Spektral Warna Proses. Terdapat pada :


http://pengantar-warna.co.id/2011/kurva-spektral-warna-proses/. (Diakses
pada tanggal 13 November 2018 pukul 21.19 WIB).

Wahyu, Irvan. 2013. Mengenal Jenis Pigmen Alami dan Manfaatnya. Terdapat
pada : http://himalogista.ub.ac.id/mengenal-jenis-pigmen-alami-dan-
manfaatnya/. (Diakses pada tanggal 13 November 2018 pukul 22.10 WIB).
LAMPIRAN

Dokumentasi Praktikum

Gambar 6. Jus Leci

Gambar 7. Jus Apel

Gambar 8. Jus Guava

Gambar 9. Jus Mangga


Gambar 10. Jus Guava + Apel

Gambar 11. Proses Pengukuran Tingkat Kecerahan dan Warna Bahan

Anda mungkin juga menyukai