C. MATERI PEMBELAJARAN
C.1 Limbah Pewarna
Limbah pewarna adalah jenis limbah yang berasal dari industri tekstil, pencetakan,
dan sektor lain yang menggunakan pewarna untuk memberi warna pada berbagai bahan,
seperti kain, kertas, dan plastik. Limbah ini dapat berupa senyawa kimia pewarna, larutan
beracun, atau limbah padat. Limbah pewarna dapat mengandung berbagai senyawa
pewarna yang berbeda, tergantung pada jenis pewarna yang digunakan dalam proses
industri atau aplikasi tertentu. Beberapa contoh senyawa pewarna yang umum ditemukan
dalam limbah pewarna adalah methylene blue, methyl orange, dan brilliant green.
C.2 Interaksi Cahaya dan Materi
Reaksi material terhadap paparan radiasi elektromagnetik (cahaya dalam bentuk
paket energi, foton), disebut juga dengan sifat optik. Dalam interkasinya dengan materi,
intensitas cahaya datang (I0) ke permukaan benda sama dengan jumlah dari intensitas
sinar yang ditransmisikan (IT), diserap (IA), dan dipantulkan (IR) seperti diilustrasikan
pada Gambar 1 (Power et al., 2019).
Gambar 1. Interaksi cahaya dengan materi (Power et al., 2019)
Jika foton yang masuk berinteraksi dengan elektron valensi dan menyalurkan
energinya ke material, maka akan terjadi fenomena yang disebut dengan absorbsi. Jika
energi yang tersimpan tersebut kemudian dipancarkan dalam jumlah yang berbeda, maka
dinamakan emisi. Jika energi dari foton disalurkan ke material dan energi yang identik
segera dipancarkan, maka terjadi fenomena refleksi. Foton juga mungkin tidak
berinteraksi dengan struktur elektronik material dan langsung diteruskan, dalam hal ini
terjadi transmisi. Dalam transmisi, kecepatan foton dapat berubah dan mungkin terjadi
pembiasan sehingga sebagian kecil cahaya yang datang dapat dihamburkan dengan
frekuensi yang berbeda.
C.3 Kolorimetri
Kolorimetri adalah sebuah teknik deteksi yang menggunakan senyawa yang dapat
mengakibatkan perubahan warna terhadap objek yang ingin dideteksi, perubahan warna
yang terjadi diharapkan dapat diukur menggunakan mata ataupun suatu instrumen (Wang
et al., 2015). Mudahnya pembacaan, eksperimen yang relatif sederhana, biaya yang
rendah, reliable, sensitif, serta mudah dimodifikasi adalah keunggulan dari teknik
kolorimetri ini (Wang et al., 2015). Kuantifikasi dilakukan dengan mengamati perubahan
warna yang terjadi dengan sensor kamera digital berupa scanner ataupun kamera
smartphone sehingga jumlah cahaya dapat dikur secara kuantitatif (Akyazi et al., 2018).
Sederhananya, kolorimetri dapat mendeteksi melalui perubahan warna dan
mengkuantifikasi melalui intensitas warna pada kertas dalam beberapa model warna
seperti RGB, CMYK, dan HSV.
Gambar 2. Model warna
a. RGB
RGB merupakan model warna aditif, artinya suatu warna didapatkan dengan
menambahkan berbagai jumlah warna primernya, yaitu red, green, dan blue. Nilai
intensitas RGB merepresentasikan total foton yang diterima di daerah spektrum
warna merah, hijau, dan biru. Ketika ketiganya berada pada intensitas tertinggi, maka
didapatkan warna putih. Ketika ketiga tidak ada, maka hasilnya akan berwarna hitam.
b. CMYK
CMYK merupakan model warna substraktif yang terdiri dari ruang warna cyan,
magenta, yellow, dan key (hitam). Dalam CMYK, warna diciptakan dengan
mengurangi jumlah warna primer yang berbeda dengan latar belakang putih.
Contohnya, apabila kita mencampurkan warna cyan, magenta, dan kuning, maka
hasilnya akan menjadi hitam. Huruf “K” pada CMYK merepresentasikan
penambahan warna hitam untuk meningkatkan kedalaman dan detial pada gambar
yang dicetak.
c. HSV
2. Cropping
Langkah lainnya adalah memotong gambar untuk menghilangkan area yang
tidak diinginkan. Untuk memotong gambar di OpenCV, digunakan notasi
image[y:y+h, x:x+w] dengan (x, y) adalah sudut kiri atas pemotongan dan
D. TUGAS PENDAHULUAN
1. Jelaskan mekanisme absorpsi cahaya oleh zat! Elaborasikan penjelasan Anda
dengan ilustrasi dan diagram.
2. Jelaskan hubungan warna zat dengan spektrum absorpsi optik dari zat!
3. Buatlah diagram blok sistem fotonika dari praktikum ini!
E. METODE
E.1 Fabrikasi Alat Deteksi
1. Kuvet plastik dengan dimensi 1cm ⨯ 1cm disiapkan dan ditambahkan 2ml
akuades.
2. Kuvet kemudian dimasukkan ke dalam alat deteksi lalu dilakukan pengambilan
gambar dengan masing-masing konfigurasi warna lampu LED. Parameter kamera
(focus, ISO, shutter speed, W/B) perlu dipastikan bernilai tetap agar gambar yang
diperoleh konsisten.
3. Kuvet kemudian dikeluarkan dan ditambahkan 150 µL larutan pewarna. Kuvet
dimasukkan kembali kedalam alat dan dilakukan pengambilan gambar.
4. Langkah ke-3 diulangi hingga penambahan larutan pewarna ke 10.
5. Pemrosesan citra dilakukan terhadap masing-masing larutan pada setiap warna
LED. Karakteristik statis meliputi linieritas, sensitivitas, LOD, dan LOQ
dievaluasi terhadap sistem kolorimetri yang telah dibuat.
E.3 Pembuatan Algoritma Image Processing
Pembuatan algoritma image processing dilakukan menggunakan platform Google
Colab. Pastikan Python sudah terinstall pada komputer atau laptop yang digunakan.
Pemrograman pada Google Colab memerlukan koneksi internet yang stabil. Sebelumnya,
unggah seluruh citra yang akan diproses ke Google Drive dan pastikan sudah memberikan
akses untuk edit file.
1. Buat notebook baru pada Google Colab.
2. Install OpenCV
3. Install Numpy
9. Konversi gambar dala, RGB ke Grayscale. Skala pada model warna Grayscale
ditunjukkan pada gambar berikut:
10. Thresholding gambar. Nilai min dan max diatur dengan menyesuaikan gambar
grayscale dengan skala grayscale di atas.
14. Split kanal red(R), green(G), dan blue (B) pada gambar.